Upload
votuong
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
72
BAB IV
EVALUASI DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
PENJUALAN, PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS ASURANSI KENDARAN
PADA PT ASURANSI EKA LLOYD JAYA
IV.1. Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan
Sebagai perusahaan Asuransi umum yang berkembang pesat, PT Asuransi
Eka Lloyd Jaya sedang melakukan perubahan secara struktural dan secara sistem.
Perusahaan sadar akan pentingnya kecepatan dan ketepatan informasi bagi
perkembangan perusahaan. Salah satu bidang yang paling menentukan ketepatan
dan kecepatan penyajian informasi adalah mempunyai suatu sistem informasi
yang cepat dan tepat guna. Oleh sebab itu, penggunaan komputer dan program
yang tepat sangatlah penting. Pada sistem yang berjalan di PT Asuransi Eka
Lloyd Jaya, proses-proses yang penting telah dilakukan secara komputerisasi yang
dirasakan kurang memadai pada saat skripsi ini disusun adalah perubahan secara
sistem.
Sistem yang dimiliki oleh perusahaan pada saat ini masih memiliki
beberapa kelemahan. Untuk itu akan dijabarkan lebih lanjut mengenai kelemahan
dari sistem tersebut. Selain itu akan diusulkan perbaikan – perbaikan untuk setiap
kelemahan yang ada, sehingga diharapkan untuk masa yang akan datang sistem
pada perusahaan dapat berjalan secara maksimal.
Pada bab sebelumnya telah dijabarkan sistem informasi akuntansi
penjualan yang berjalan pada perusahaan, dari penjabaran tersebut ditemukan
73
beberapa kelemahan dari sistem yang berjalan. Adapun evaluasi yang dilakukan
terhadap sistem yang berjalan meliputi :
1. Evaluasi terhadap dokumen yang digunakan
2. Evaluasi terhadap prosedur penjualan.
3. Evaluasi terhadap pengendalian yang diterapkan.
4. Evaluasi terhadap sistem pelaporan.
Untuk lebih lanjut, evaluasi tersebut di atas akan dibahas lebih rinci dalam bab
ini.
IV.2. Evaluasi terhadap dokumen yang digunakan
Dari evaluasi yang dilakukan terhadap dokumen yang digunakan, terdapat
beberapa dokumen penting yang tidak terdapat dalam proses–proses yang
berlangsung dan nomor urut tercetak.
Berikut adalah kelebihan dari segi dokumen yang digunakan:
1. Secara umum dokumen yang digunakan oleh perusahaan telah sesuai dengan
standar dokumen yang digunakan secara umum. Dalam hal ini pihak
manajemen telah cukup berupaya dalam membangun suatu sistem
pengendalian dokumen yang memenuhi sistem pengendalian internal.
2. Dokumen yang digunakan mempunyai format yang sederhana, padat dan jelas
dan mudah dimengerti oleh user sehingga dalam proses pengisian user tidak
mengalami kesulitan. Hal ini untuk mencegah kesalahan pengisian oleh user.
3. Dokumen yang penting, misalnya dokumen SPPA (Surat Permintaan
Penutupan Asuransi) telah mendapat otorisasi dari manajemen yang
74
berwenang. Hal ini menunjukkan telah adanya sistem otorisasi yang tepat
dalam perusahaan yang akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan
yang dapat dipercaya.
Berikut adalah kelemahan dari segi dokumen yang digunakan :
1. Bagian Pemasaran
a. Di bagian pengajuan SPPA pada sistem yang berjalan, untuk setiap objek
pertanggungan yang ditolak, tidak terdapat surat tolakan dari setiap
aplikasi yang diajukan oleh calon tertanggung. Bagian Pemasaran hanya
akan konfirmasi kepada calon tertanggung dengan menyampaikan
penolakan penanggungan secara lisan melalui telepon. Proses ini dapat
menimbulkan kecurangan karena penolakan dapat saja tanpa otorisasi dari
manajemen. Skenario yang mungkin terjadi adalah jika ada staf Pemasaran
yang berencana memindahkan bisnis perusahaan ke perusahaan lain, staf
tersebut dapat langsung menolak pertanggungan dengan mereferensikan
calon tertanggung ke perusahaan lainnya.
Seharusnya untuk setiap aplikasi yang ditolak, dibuat surat penolakan
pertanggungan dengan alasan mengapa objek pertanggungan tersebut
ditolak, karena dengan adanya surat penolakan ini, perusahaan dapat
mempertanggungjawabkan semua permohonan yang diterima maupun
yang ditolak dan diotorisasi atau diketahui oleh pejabat yang berwenang.
Alasan mengapa tidak terdapatnya surat penolakan pertanggungan pada
awalnya karena dengan melalui telepon, dirasakan lebih cepat dan lebih
efisien. Namun sebagai konsekuensi dari ini, sering tidak terdata
75
penolakan yang terjadi dan tertanggung juga tidak mendapat alasan secara
tertulis mengapa pengajuannya ditolak.
Berdasarkan kondisi diatas, disarankan segala penolakan yang terjadi tetap
didata dan diinformasikan kepada tertanggung secara tertulis. Dengan
demikian kredibilitas perusahaan dapat dipertahankan serta untuk data
penolakan, dapat dijadikan sebuah dasar statistik resiko. Dari statistik ini,
perusahaan dapat melakukan seleksi resiko yang lebih baik.
b. Di bagian pemasaran, tidak terdapat pembuatan Surat Permintaan Survey
yang akan menjadi dasar dari survey yang dilakukan oleh surveyor. Pada
sistem yang berjalan sekarang, bagian Pemasaran hanya meminta surveyor
secara lisan dan dengan menyampaikan SPPA saja.
Proses ini berhubungan secara tidak langsung dengan bagian penolakan
pertanggungan seperti yang telah dijelaskan di atas. Idealnya, permintaan
survey oleh bagian pemasaran kepada bagian survey harus secara tertulis,
dengan begitu segala proses mempunyai history dokumen secara jelas
serta bagian survey dapat bekerja lebih teratur dan rapi.
Mungkin untuk volume kerja yang kecil, belum ditemukan kebutuhan
yang berarti, maka dari itu perusahaan sampai dengan sekarang masih
belum menerapkan surat permintaan survey dan dirasakan permintaan
survey secara lisan saja, sudah memadai.
Namun jika diperhatikan secara seksama, dapat ditemukan ada kelemahan
pada sistem yang berjalan sekarang, karena tanpa catatan permintaan
76
survey, kesalahpahaman dapat terjadi antara bagian survey dengan bagian
pemasaran.
Untuk menutupi kemungkinan-kemungkinan kesalahpahaman, maka
sangat disarankan untuk mempunyai suatu permintaan survey yang
berfungsi sebagai suatu surat perintah kerja. Dengan adanya surat ini,
maka setiap permintaan pertanggungan akan mempunyai data dokumen
yang lengkap sehingga untuk mengetahui sejarah dokumen dapat lebih
mudah untuk diketahui dan output dari survey bisa dijadikan dasar tentang
nilai pertanggungan dan besarnya premi.
2. Bagian Keuangan
a. Di bagian Keuangan, tidak terdapat rekap dari polis-polis yang akan
dilunasi oleh bagian Akuntansi. Bagian Akuntansi hanya mencatat
pelunasan polis-polis yang telah dibayar berdasarkan voucher yang
diterima dari bagian keuangan.
Selain untuk supaya semua data dapat terdata secara rapi dan jelas, dengan
adanya rekapan polis-polis yang akan dilunasi, bagian akuntansi dapat
melakukan pemeriksaan terhadap voucher-voucher yang diterima dari
bagian keuangan dan dapat mengontrol penerimaan kas dari polis yang
seharusnya sudah dibayar.
Kembali lagi perusahaan mengambil langkah untuk melakukan proses
demi efisiensi kerja, namun tanpa pendataan yang rapi, kemungkinan
kesalahan dapat lebih sering terjadi dan dari kesalahan yang terjadi
berakibat fatal terhadap unit penagihan pada bagian keuangan, karena jika
77
salah satu voucher terselip sewaktu diserahkan ke bagian akuntansi, maka
status pada system untuk polis-polis tersebut tidak akan dilunasi, karena
bagian akuntansi hanya melunasi berdasarkan voucher yang diterima. Hal
ini memungkinkan terjadinya duplikasi penagihan yang akan merugikan
tertanggung dan merusak kredibilitas perusahaan.
Berdasarkan analisa tersebut, dapat dilihat betapa pentingnya rekapan
polis-polis yang akan dilunasi dan oleh sebab itu disarankan pengadaan
rekap polis yang akan dilunasi dari bagian keuangan untuk diserahkan ke
bagian akuntansi yang dilekatkan bersama dengan voucher-voucher yang
bersangkutan.
b. Nomor urut yang terdapat pada dokumen membantu untuk menghindari
duplikasi dokumen. Hal ini juga berfungsi untuk :
c. Menghindari ada lebih dari satu dokumen dengan nomor yang sama
tetapi berbeda isinya.
d. Menyadari jika ada dokumen yang hilang.
e. Menghindari kurangnya pengendalian untuk mengurangi kecurangan.
3. Proses persetujuan Pertanggungan
Pada proses persetujuan pertanggungan, manajemen hanya menyetujui
objek pertanggungan dengan cara menandatangani SPPA yang diajukan.
Manajemen terlebih dahulu menganalisa laporan survey yang disampaikan
oleh surveyor dan kemudian berdasarkan panduan penerimaan resiko dan
pengalaman, manajemen kemudian menetapkan untuk menerima
pertanggungan atau tidak. Pada proses ini tidak terdapat pencatatan dokumen
78
secara benar dan lengkap, karena manajemen hanya akan membubuhkan tanda
tangan dan menambahkan informasi tambahan seperti rate yang menjadi dasar
perhitungan premi.
Untuk idealnya segala keputusan yang telah diambil tidak dilakukan
hanya dengan membubuhkan tanda tangan pada SPPA saja, tetapi harus
melalui pendokumentasian yang tegas dan jelas.
Berhubung karena perusahaan pada awalnya merancang sistem asuransi
dari sistem manual, maka pada proses ini menurut perusahaan sudah memadai
atau cukup hanya dengan menanda tangani SPPA.
Karena informasi persetujuan pertanggungan ditambahkan secara
manual, maka informasi ini juga dapat diganti secara manual. Sebagai contoh,
angka 0(nol) dapat dengan mudah diganti menjadi 6(enam) dan seterusnya.
Dan ini sangat berpengaruh pada perhitungan premi selanjutnya.
Untuk mencegah penyimpangan yang mungkin terjadi, maka disarankan
untuk menerbitkan sebuah Surat Penerbitan Polis yang berisi semua informasi
yang dibutuhkan. Dan surat penerbitan polis ini secara otomatis diterbitkan
oleh sistem dan juga terdapat nomor register. Jika terdapat kesalahan pada
surat persetujuan, manajemen dapat melakukan pergantian (koreksi) terhadap
informasi yang telah dimasukkan, namun informasi lama di dalam sistem
tetap ada.
4. Bagian Survey
79
Di bagian survey, tidak terdapat analisa terhadap setiap objek
pertanggungan yang disurvey. Surveyor hanya menyampaikan detil dari objek
pertanggungan tanpa menyampaikan rekomendasi apapun.
Seharusnya, surveyor akan mengambil gambar dari objek pertanggungan
dan mengisi formulir survey sesuai dengan informasi yang terdapat dalam
formulir tersebut. Selanjutnya surveyor yang melakukan survey terhadap
objek pertanggungan harus merekomendasikan apakah perusahaan harus
menerima atau menolak pertanggungan tersebut karena yang mengetahui fisik
objek pertanggungan secara langsung adalah surveyor.
Pada sistem yang berjalan, dirasakan masih belum membutuhkan
rekomendasi dari surveyor, karena menurut perusahaan bagian survey hanya
bertugas mengambil data sedangkan keputusan ditentukan dari manajemen.
Jadi semua keputusan masih berdasarkan keputusan murni dari manajemen.
Karena manajemen tidak berhubungan langsung dengan objek
pertanggungan, maka keputusan yang diambil hanya berdasarkan gambar
yang diambil oleh surveyor. Dari gambar, kondisi yang terlihat hanyalah
sebatas gambar yang diambil. Dan oleh sebab itu, banyak klaim yang
seharusnya dapat dicegah jika surveyor memberikan rekomendasi secara tepat
dan jelas sehingga manajemen dapat mengambil keputusan dengan lebih baik.
Untuk menekan supaya resiko yang diterima oleh perusahaan adalah
resiko bagus, maka disarankan agar surveyor memberikan rekomendasi yang
disurvey secara lengkap dan menggambarkan secara jelas keadaan objek
80
pertanggungan sehingga pihak manajemen sewaktu membaca laporan survey
dapat memberikan rekomendasi yang lebih tepat.
IV.3. Evaluasi terhadap penjualan
Dari evaluasi yang dilakukan, ditemukan beberapa kelebihan dan
kekurangan dalam penjualan.
Berikut adalah kelebihan dari penjualan :
1. Transaksi penjualan tidak dilaksanakan secara lengkap oleh satu bagian, tetapi
dilaksanakan oleh beberapa bagian yang saling terkait, meliputi :
• Bagian Pemasaran
• Bagian Produksi
• Bagian Keuangan
• Bagian Akuntansi
Sehingga setiap pelaksanaan transaksi selalu ada internal check yang
mengakibatkan pekerjaan karyawan yang satu dicek keandalan dan ketelitiannya
oleh karyawan lainnya.
2. Sistem informasi akuntansi dilakukan dua kali proses, yakni oleh bagian
Pemasaran secara manual dan sederhana karena hasilnya tidak untuk
dilaporkan kepada manajer tetapi hanya sebagai bahan perbandingan dengan
keluaran yang dihasilkan oleh system informasi penjualan secara
komputerisasi. Proses kedua dilakukan oleh bagian akuntansi secara
komputerisasi dan dilakukan secara lengkap. Laporan ini kemudian akan
81
diserahkan kepada manajemen yang digunakan untuk keperluan pengambilan
keputusan mengenai strategi penjualan.
3. Adanya survey terhadap setiap resiko yang diajukan, sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya klaim terhadap resiko tersebut.
4. Sistem penjualan yang berjalan sangatlah sederhana sehingga memudahkan
penjualan asuransi oleh bagian pemasaran.
5. Sistem informasi akuntansi penjualan secara keseluruhan menghasilkan
laporan-laporan yang cukup memadai untuk keperluan intern perusahaan.
6. Penjualan yang dilakukan semua melalui pengisian formulir SPPA, sehingga
dapat dijadikan bukti adanya keinginan dari tertanggung untuk
mengasuransikan objek pertanggungannya.
7. Fungsi penjualan terpisah dari fungsi pencatatan piutang, sehingga
menghilangkan adanya kemungkinan terjadinya penyelewengan.
Berikut adalah kelemahan dari sistem penjualan yang berjalan :
1. Pendistribusian data dan informasi yang lambat
Pada sistem yang berjalan, pendistribusian data dan informasi terhitung
lambat. Bagian pemasaran hanya menyampaikan informasi kepada bagian lain
melalui SPPA yang ada dan setiap bagian yang terlibat dalam serah terima
data harus mencatat proses serah terima tersebut dalam buku register.
Setelah dianalisa, proses ini dapat disederhanakan. Melalui suatu sistem
register secara terpusat, entry data hanya perlu dilakukan sekali saja, yakni
pada bagian Pemasaran. Pada saat Pemasaran melakukan entry data, maka
akan terbentuk suatu nomor register untuk setiap SPPA, baik itu diterima
82
maupun tidak. Berdasarkan register SPPA ini, semua serah terima manual
dapat digantikan oleh system.
Satu satunya alasan yang ditemukan sewaktu penganalisaan dilakukan
adalah pada saat penerapan system yang berjalan sekarang, proses register
juga masih merupakan proses yang masih dalam tahap manual, karena belum
dilihat kebutuhannya pada saat penerapan proses yang berjalan.
Akibat dari adanya proses manual seperti yang dijelaskan di atas, maka
akibat yang sudah benar-benar terjadi adalah lambatnya pendistribusian data.
Dengan lambatnya informasi sampai ke bagian lain, secara otomatis proses
selanjutnya akan terhambat.
Untuk memperlancar dan mempercepat proses yang berjalan pada
system, sangat disarankan untuk mendesign suatu sistem yang
terkomputerisasi yang hanya dengan menginput pada bagian Pemasaran dan
setiap bagian yang membutuhkan informasi dapat melihat dan menggunakan
informasi tersebut sesuai dengan hak akses masing-masing.
2. Belum terdapat Internal Audit.
Pada struktur organisasi system berjalan, dapat dilihat belum terdapatnya
bagian internal audit. Pada sistem berjalan semua pengecekan dilakukan
melalui 2 tahap, yakni pengecekan pertama melalui supervisor masing-masing
bagian. Supervisor akan mengecek semua pekerjaan sesuai dengan sistem dan
prosedur yang berlaku. Tahap kedua adalah melalui manajemen yang
mengecek. Manajemen akan mengecek sesuai dengan pedoman yang ada.
83
Untuk mendapatkan hasil yang lebih dapat dipercaya, diperlukan suatu
bagian independent yang bertugas untuk melakukan pengecekan terhadap
sistem-sistem yang berjalan dan untuk memastikan bahwa segala sesuatu telah
berjalan sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku.
Melalui analisa yang dilakukan, ditemukan bahwa manajemen merasa
yakin dan percaya terhadap hasil kerja masing-masing karyawan, sehingga
pada saat analisa dilakukan, manajemen masih belum merasa perlu adanya
bagian Intenal Audit dalam struktur organisasi.
Tanpa internal audit, pengecekan dapat menjadi tidak objektif, karena
setiap manajer akan berusaha untuk mempertahankan citra bagiannya masing-
masing. Sehingga ada kemungkinan kecurangan maupun kesalahan yang
terjadi pada bagiannya yang mungkin saja dapat berakibat fatal terhadap
proses bisnis perusahaan namun ditutup-tutupi.
Untuk itu, sangatlah disarankan perusahaan mempunyai suatu bagian
Internal Audit yang bertanggung jawab secara langsung kepada Badan
Direksi. Internal audit ini mempunyai tugas dan kewajiban menganalisa
sistem yang berjalan dan memastikan semua proses dan prosedur telah
berjalan sesuai dengan system dan prosedur yang berlaku pada perusahaan.
IV.4. Evaluasi atas prosedur piutang
Setelah melakukan evaluasi terhadap prosedur piutang, terdapat beberapa
kelebihan dan kelemahan pada system yang berjalan.
Berikut adalah kelebihan dari prosedur piutang :
84
1. Adanya pemisahan fungsi dari bagian–bagian yang terlibat, yaitu bagian
penagihan dengan bagian pencatatan.
2. Terdapat daftar tagihan yang memuat daftar-daftar tertanggung mana saja
yang belum melakukan pembayaran sehingga memudahkan bagian penagihan
dalam melakukan penagihan terhadap piutang perusahaan.
3. Sistem informasi yang ada menghasilkan keluaran berupa informasi yang
cukup memadai untuk keperluan manajemen perusahaan dan dapat dibaca,
dimengerti oleh user dan dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan
yang berkaitan dengan piutang. Misalnya laporan analisa umur piutang.
Sedangkan kelemahan dari sistem yang ada adalah sebagai berikut :
Tidak terdapat Surat Pernyataan Piutang
Sistem tidak menghasilkan suatu keluaran berupa Surat Pernyataan
Piutang kepada tertanggung yang memiliki hutang kepada perusahaan sebagai
konfirmasi. Pada sistem berjalan, bagian keuangan hanya menagih piutang
sesuai dengan yang terdata di sistem, sedangkan tertanggung tidak mengetahui
status piutangnya.
Agar masing-masing pihak yang terkait mempunyai data yang akurat,
selain pihak perusahaan yang mengetahui status tagihan, tertanggung juga
seharusnya menerima pemberitahuan mengenai status tagihan polis yang
dimilikinya.
Pada awal usaha, perusahaan hanya mempunyai pelanggan retail,
namun dengan berkembangnya perusahaan, bisnis Asuransi tidak hanya lagi
pada pelanggan retail, namun telah terdapat beberapa corporate business.
85
Pada usaha retail, perusahaan merasa masih belum memerlukan Surat
Pernyataan Piutang, karena pada dasarnya 1 pelanggan hanya mempunyai 1
polis.
Baik dari segi retail maupun corporate, perusahaan Asuransi terkait
dengan kebijakan pemerintah, yakni setiap polis mempunyai usia piutang
maksimal 2 bulan. Sehingga jika masih terdapat piutang yang melebihi umur
piutang, maka perusahaan mempunyai hak untuk memutuskan Asuransi
secara sepihak.
Melihat dari efek yang dijelaskan di atas, sangat disarankan kepada
perusahaan untuk memiliki surat pernyataan piutang. Dari satu sisi,
perusahaan dapat lebih mengendalikan usia piutang, yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi RBC (Risk Based Capital) perusahaan. Dengan
RBC yang rendah, maka perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban yang
dituntut oleh Departemen Keuangan.
IV.5. Evaluasi terhadap Pengendalian yang diterapkan.
1. Pengendalian Umum (General Control)
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, pada pengendalian umum (general
control) perusahaan telah memadai, hanya beberapa bagian yang perlu
diusulkan perubahan.
a. Pengendalian organisasi
Pada Bab III telah dipaparkan bahwa setiap unit dalam struktur
organisasi telah mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap
86
bagiannya masing-masing, dan tidak terjadi overlapping antar bagian.
Untuk manajer Keuangan dan Akuntansi, diusulkan dibagi menjadi 2
bagian supaya tidak terjadi overlapping dalam proses.
Selain itu, dengan adanya keharusan dalam mengambil hak cuti juga
tetap dijaga. Dengan adanya keharusan dalam mengambil hak cuti,
maka kinerja staf yang sedang cuti dapat direview dan adanya rotasi
secara rutin sehingga staf dapat mengetahui pekerjaan yang lain dan
tidak jenuh dalam bekerja, yang secara tidak langsung mempunyai
efek terhadap kinerja dan ketelitian bekerja staf yang bersangkutan.
b. Pengendalian Dokumen
Semua dokumen yang digunakan telah mempunyai nomor register
tersendiri sehingga keamanan dokumen yang beredar dapat
dikendalikan dengan bagus. Selain itu, perlu dibatasi juga akses ke
media penyimpan eksternal, misalnya untuk setiap komputer yang ada
sebaiknya tidak memiliki floppy disk, cd writer, flash disk, maupun
internet, sehingga setiap orang tidak bisa mengambil atau menyimpan
data ke dalam disket, cd, flash disk atau email disetiap komputer yang
ada. Karena dengan dibatasinya akses ke media penyimpan external,
maka keamanan data juga lebih terjamin.
c. Pengendalian Keamanan Data
Semua program yang digunakan telah mempunyai password dan hak
akses sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing- masing.
Karyawan bertanggung jawab penuh terhadap passwordnya masing-
87
masing. Bagian IT mempunyai tanggung jawab penuh terhadap back
up yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada.
d. Pengendalian Perangkat Keras.
Bagian IT melakukan pemeriksaan untuk komputer yang mengalami
kerusakan dan kesalahan serta memelihara jaringan-jaringan komputer
di perusahaan. Untuk pengendalian perangkat keras fasilitas ruang
server perusahaan munggunakan sistem pin atau sidik jari untuk
menjaga ruang server, sehingga hanya bagian IT saja yang mempunyai
akses ke server secara fisik.
e. Pengendalian Keamanan Fisik.
Pengendalian terhadap keamanan fisik sudah dilakukan dengan baik
yaitu dengan adanya penggunaan stabilizer dan UPS pada setiap
komputer. Tetapi perlu juga diperhatikan tentang lokasi fisik
komputer, dimana lokasinya harus aman dari bahaya alam yaitu
sebuah gedung yang memiliki konstruksi yang kuat dan memiliki
akses terbatas ke fasilitas komputer dan memiliki pendingin ruangan.
2. Pengendalian Aplikasi (Application Control)
Pengendalian input.
Pada sistem yang berjalan, setiap input yang dilakukan oleh user telah
dilakukan verifikasi data terlebih dahulu. Pengendalian input yang
dilakukan tidak lain adalah dengan melakukan echo check terhadap
input yang dilakukan.
88
Sesaat sebelum dilakukan update maupun insert ke dalam database,
user diberikan kesempatan terakhir untuk melakukan verifikasi yaitu
suatu preview dari setiap input yang dilakukan. Apabila data yang
dimasukkan telah benar / sesuai, user akan melanjutkan dengan
menekan tombol submit dan system akan melakukan update maupun
insert ke dalam database. Namun jika masih terdapat kesalahan input,
maka user akan mendapat sebuah warning message yang akan
meminta user untuk melakukan koreksi terhadap data-data yang salah.
IV.6. Flowchart untuk sistem yang diusulkan
Gambar IV.1 Flowchart yang diuslkan
90
Laporan Survey
SPPA1
2
Manajemen
Analisa resiko
diterima atau ditolak
Terima atau ditolak Terima
Tolak
Laporan Survey
SPPA
Surat penerbitan polis
Laporan Survey
SPPA
Surat penolakan pertanggungan
4
3
5
6
Register
Cetak surat Penerbitan polis
Register
Cetak surat Penolakan
pertanggungan
Entry No.SPPA
Entry No.SPPA
Gambar IV.2 Flowchart yang diuslkan lanjutan pertama
Gambar IV.3 Flowchart yang diuslkan lanjutan kedua
92
Bagian Pengiriman
8
Polis 5Polis 4
Polis 3Polis 2
Polis 1Kwitansi 5
Kwitansi 4Kwitansi 3
Kwitansi 2 1
Kwitansi
Proses Materai dan pembuatan
tanda terima
PemakaianMaterai
Distribusi Polis &
Kwitansi
Polis 5Kwitansi 5
Polis 3Kwitansi 3
Polis 2Polis 4
Kwitansi 4Lap. Materai
Tanda terima 2Kwitansi 2
9 10
11Polis 1Kwitansi 1
Tertanggung
N
Polis 5Polis 4
Polis 3Polis 2
Polis 1Kwitansi 5
Kwitansi 4Kwitansi 3
Kwitansi 2Kwitansi 1
Tanda terima 2Tanda terima 1
12
Lap.Materai
Tanda terima 1
Register
13
Piutang
Cetak Tanda terima
Polis 5Polis 4
Polis 3Polis 2
Polis 1Kwitansi 5
Kwitansi 4Kwitansi 3
Kwitansi 2 1
Kwitansi
Enty No.polis
16
Surat pernyataan piutang
Tertanggung
Gambar IV.4 Flowchart yang diuslkan lanjutan ketiga
Gambar IV.5 Flowchart yang diuslkan lanjutan keempat
Gambar IV.6 Flowchart yang diuslkan lanjutan kelima
Gambar IV.7 Flowchart yang diuslkan lanjutan keenam
Gambar IV.8 Flowchart yang diuslkan lanjutan ketujuh