Upload
phamdang
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Responden
Jumlah pemeriksa (auditor) di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah
sebanyak 130 orang, namun karena pada saat penelitian pemeriksa (auditor)
banyak yang dinas di luar Kota Semarang maka peneliti dengan masukan dari
Kepala Subbagian SDM BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah hanya
menyebarkan 60 kuesioner dan hanya kembali 53 kuesioner. Dengan demikian
respon rate dari penelitian ini sebesar 88,33%.
Tabel 4.1
Rincian Sampel
Keterangan Jumlah
Kuesioner yang disebar 60
Kuesioner yang kembali 53
Respon rate 88,33%
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
53
4.1.1 Gender
Gambaran umum responden menurut gender sebagai berikut:
Tabel 4.2
Responden Menurut Gender
Frequency Percent
Valid laki-laki 35 66,0
perempuan 18 34,0
Total 53 100,0
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Responden penelitian terdiri dari laki-laki dan perempuan. Tabel 4.2
menunjukkan bahwa responden laki-laki sebanyak 35 orang atau 66%, dan
responden perempuan sebanyak 18 orang atau 34%.
4.1.2 Usia
Gambaran umum responden menurut usia sebagai berikut:
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Variabel Usia
N
Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum Valid Missing
53 0 36,00 5,495 29 56
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa usia responden antara 29 tahun sampai 56
tahun. Usia rata-rata 36 tahun.
54
4.1.3 Tingkat Pendidikan
Gambaran umum responden menurut tingkat pendidikan sebagai berikut:
Tabel 4.4
Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Frequency Percent
Valid S1 44 83,0
S2 9 17,0
Total 53 100,0
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tingkat pendidikan responden dari S1 sampai S2. Responden yang
berpendidikan S1 sebanyak 44 orang (83%), sedangkan yang berpendidikan S2
sebanyak 9 orang (17%).
4.1.4 Posisi Kerja
Gambaran umum responden menurut posisi kerja sebagai berikut:
Tabel 4.5
Responden Menurut Posisi Kerja
Frequency Percent
Valid pemeriksa pertama 26 49,1
pemeriksa muda 27 50,9
Total 53 100,0
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Responden penelitian memiliki posisi kerja sebagai pemeriksa pertama
55
dan pemeriksa muda. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pemeriksa pertama sebanyak
26 orang (49,1%) dan pemeriksa muda sebanyak 27 orang atau 50,9%
4.1.5 Pengalaman Kerja
Hasil statistik deskriptif untuk pengalaman kerja dari responden sebagai
berikut:
Tabel 4.6
Responden Menurut Pengalaman Kerja
N
Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum Valid Missing
53 0 9,70 5,669 4 35
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pengalaman kerja responden antara 4 tahun
sampai 35 tahun. Rata-rata pengalaman kerja responden adalah 9 tahun 7 bulan.
Tabel 4.7
Gender * Tingkat Pendidikan Crosstabulation
tingkat pendidikan
Total S1 S2
gender laki-laki Count 30 5 35
% within
gender 85,7% 14,3% 100,0%
perempuan Count 14 4 18
% within
gender 77,8% 22,2% 100,0%
Total Count 44 9 53
% within
gender 83,0% 17,0% 100,0%
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
56
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden laki-laki mayoritas memiliki
pendidikan S1, yaitu sebanyak 30 orang (85,7%). Untuk responden perempuan
mayoritas memiliki pendidikan S1, yaitu sebanyak 14 orang (77,8%).
Tabel 4.8
Gender * Posisi Kerja Crosstabulation
posisi kerja
Total
pemeriksa
pertama pemeriksa muda
gender laki-laki Count 18 17 35
% of Total 34,0% 32,1% 66,0%
perempuan Count 8 10 18
% of Total 15,1% 18,9% 34,0%
Total Count 26 27 53
% of Total 49,1% 50,9% 100,0%
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden laki-laki ternyata
memiliki posisi kerja sebagai pemeriksa pertama yaitu berjumlah 18 orang atau
34%
57
Tabel 4.9
Tingkat Pendidikan * Posisi Kerja Crosstabulation
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Berdasarkan pada tabel 4.9 diketahui bahwa responden yang memiliki
tingkat pendidikan S1 ternyata mayoritas menduduki posisi kerja sebagai
pemeriksa pertama, yaitu 23 orang (52,3%). Untuk responden yang memiliki
tingkat pendidikan S2 ternyata mayoritas menduduki posisi kerja sebagai
pemeriksa muda, yaitu 6 orang (66,7%).
posisi kerja
Total
pemeriksa
pertama
pemeriksa
muda
tingkat
pendidikan
S1 Count 23 21 44
% within
tingkat
pendidikan
52,3% 47,7% 100,0%
S2 Count 3 6 9
% within
tingkat
pendidikan
33,3% 66,7% 100,0%
Total Count 26 27 53
% within
tingkat
pendidikan
49,1% 50,9% 100,0%
58
4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
4.2.1 Hasil Uji Validitas
4.2.1.1 Tanggung Jawab Pemeriksa (Auditor) Menemukan Kecurangan pada
Suatu Audit Laporan Keuangan
Hasil uji validitas untuk kuesioner Tanggung Jawab Pemeriksa (Auditor)
Menemukan Kecurangan pada Suatu Audit Laporan Keuangan sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Kuesioner Tanggung Jawab Pemeriksa (Auditor)
Menemukan Kecurangan pada Suatu Audit Laporan Keuangan
Indikator r Hitung r Tabel Keterangan
y1 0,809 0,228 Valid
y2 0,770 0,228 Valid
y3 0,671 0,228 Valid
y4 0,806 0,228 Valid
y5 0,673 0,228 Valid
y6 0,782 0,228 Valid
y7 0,513 0,228 Valid
y8 0,653 0,228 Valid
y9 0,560 0,228 Valid
y10 0,656 0,228 Valid
y11 0,573 0,228 Valid
y12 0,773 0,228 Valid
y13 0,529 0,228 Valid
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa masing-masing item dari kuesioner
Tanggung Jawab Pemeriksa (Auditor) Menemukan Kecurangan pada Suatu Audit
Laporan Keuangan memiliki r hitung lebih dari r tabel (r hitung > 0,228), yang
59
berarti masing-masing item valid. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing
item dari kuesioner tersebut benar-benar indikator dari tanggung jawab pemeriksa
(auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan keuangan.
4.2.1.2 Kesadaran Etis
Hasil uji validitas untuk kuesioner Kesadaran Etis sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Kuesioner Kesadaran Etis
Indikator r Hitung r Tabel Keterangan
x3.1 0,708 0,228 Valid
x3.2 0,444 0,228 Valid
x3.3 0,576 0,228 Valid
x3.4 0,555 0,228 Valid
x3.5 0,772 0,228 Valid
x3.6 0,711 0,228 Valid
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa masing-masing item dari kuesioner
Kesadaran Etis memiliki r hitung lebih dari r tabel (r hitung > 0,228), yang berarti
masing-masing item valid. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing item dari
kuesioner tersebut benar-benar indikator dari Kesadaran Etis
60
4.2.1.3 Profil Fraud
Hasil uji validitas untuk kuesioner Profil Fraud sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Kuesioner Profil Fraud
Indikator r Hitung r Tabel Keterangan
x5.1 0,831 0,228 Valid
x5.2 0,715 0,228 Valid
x5.3 0,834 0,228 Valid
x5.4 0,748 0,228 Valid
x5.5 0,726 0,228 Valid
x5.6 0,666 0,228 Valid
x5.7 0,821 0,228 Valid
x5.8 0,600 0,228 Valid
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa masing-masing item dari kuesioner Profil
Fraud memiliki r hitung lebih dari r tabel (r hitung > 0,228), yang berarti masing-
masing item valid. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing item dari
kuesioner tersebut benar-benar indikator dari profil fraud.
61
4.2.1.4 Independensi
Hasil uji validitas untuk kuesioner Independensi sebagai berikut:
Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas Kuesioner Independensi
Indikator r Hitung r Tabel Keterangan
c1.1 0,622 0,228 Valid
c1.2 0,779 0,228 Valid
c1.3 0,607 0,228 Valid
c1.4 0,651 0,228 Valid
c1.5 0,802 0,228 Valid
c1.6 0,771 0,228 Valid
c1.7 0,745 0,228 Valid
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa masing-masing item dari kuesioner
Independensi memiliki r hitung lebih dari r tabel (r hitung > 0,228), yang berarti
masing-masing item valid. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing item dari
kuesioner tersebut benar-benar indikator dari independensi.
62
4.2.1.5 Kompetensi
Hasil uji validitas untuk kuesioner Kompetensi sebagai berikut:
Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas Kuesioner Kompetensi
Indikator r Hitung r Tabel Keterangan
c2.1 0,771 0,228 Valid
c2.2 0,814 0,228 Valid
c2.3 0,699 0,228 Valid
c2.4 0,597 0,228 Valid
c2.5 0,606 0,228 Valid
c2.6 0,717 0,228 Valid
c2.7 0,777 0,228 Valid
c2.8 0,675 0,228 Valid
c2.9 0,544 0,228 Valid
c2.10 0,586 0,228 Valid
c2.11 0,517 0,228 Valid
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa masing-masing item dari kuesioner
Kompetensi memiliki r hitung lebih dari r tabel (r hitung > 0,228), yang berarti
masing-masing item valid. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing item dari
kuesioner tersebut benar-benar indikator dari kompetensi.
63
4.2.1.6 Risiko Audit
Hasil uji validitas untuk kuesioner Risiko Audit sebagai berikut:
Tabel 4.15
Hasil Uji Validitas Kuesioner Risiko Audit (1)
Indikator r Hitung r Tabel Keterangan
c2.1 0,029 0,228 Tidak valid
c2.2 0,809 0,228 Valid
c2.3 0,621 0,228 Valid
c2.4 0,347 0,228 Valid
c2.5 0,823 0,228 Valid
c2.6 0,825 0,228 Valid
c2.7 0,677 0,228 Valid
c2.8 0,818 0,228 Valid
c2.9 0,821 0,228 Valid
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa masing-masing item dari kuesioner
Risiko Audit memiliki r hitung lebih dari r tabel (r hitung > 0,228), kecuali untuk
nomor c2.1 yang memiliki nilai r hitung 0,029. Oleh karena itu item nomor c2.1
digugurkan dan selanjutnya dilakukan perhitungan validitas dengan hanya
menggunakan 8 item yang valid (nomor c2.2 sampai c2.9) yang memberikan hasil
sebagai berikut:
64
Tabel 4.16
Hasil Uji Validitas Kuesioner Risiko Audit (2)
Indikator r Hitung r Tabel Keterangan
c2.2 0,829 0,228 Valid
c2.3 0,652 0,228 Valid
c2.4 0,322 0,228 Valid
c2.5 0,852 0,228 Valid
c2.6 0,864 0,228 Valid
c2.7 0,680 0,228 Valid
c2.8 0,807 0,228 Valid
c2.9 0,868 0,228 Valid
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa setelah nomor c.2.1 digugurkan, ternyata
hasil uji validitas menunjukkan bahwa kedelapan item dari Kuesioner Risiko
Audit memiliki r hitung lebih dari r tabel (r hitung > 0,228), yang berarti masing-
masing item valid. Hal ini menunjukkan bahwa delapan item tersebut (item nomor
c2.2 sampai c2.9) benar-benar indikator dari risiko audit.
65
4.2.2 Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 4.17
Hasil Uji Reliabilitas
Kuesioner
Alpha
Cronbach
Hitung
Alpha
Cronbach
Standar
Keterangan
Tanggung jawab
pemeriksa (auditor)
0,925 0,700 Reliabel
Kesadaran etis 0,846 0,700 Reliabel
Profil fraud 0,921 0,700 Reliabel
Independensi 0,896 0,700 Reliabel
Kompetensi 0,912 0,700 Reliabel
Risiko Audit 0,920 0,700 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa masing-masing kuesioner penelitian
memiliki alpha cronbach hitung lebih dari alpha cronbach standar (alpha
cronbach > 0,700), yang berarti masing-masing masing-masing kuesioner
reliabel. Hal ini menunjukkan responden yang sama ketika mengerjakan
kuesioner ini pada waktu yang berbeda akan memberikan hasil yang ajeg.
66
4.2.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Hasil analisis statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian
sebagai berikut:
Tabel 4.18
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Variabel
Kisaran
Teoritis
Kisaran
Aktual
Rata-
rata
Empiris
Range Kategori Jawaban
Ket
Rendah Sedang Tinggi
Tanggung
Jawab
Pemeriksa
(Auditor)
13-65 36-65 51,19 13-30,33 30,34-47,66 47,67-65 Tinggi
Kesadaran
Etis
6-30 12-30 22,94 6-14 14,01-22 22,01-30 Tinggi
Profil Fraud 8-40 24-40 30,49 8-18,66 18,67-29,32 29,33-40 Tinggi
Independensi 7-35 14-35 25,75 7-16,33 16,34-25,66 25,67-35 Tinggi
Kompetensi 11-55 25-55 40,74 11-25,66 25,67-40,32 40,33-55 Tinggi
Risiko Audit 8-40 18-40 28,11 8-18,66 18,67-29,32 29,33-40 Sedang
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Interpretasi hasil analisis statistik deskriptif seperti yang disajikan pada
Tabel 4.18 adalah:
67
1. Variabel tanggung jawab pemeriksa (auditor) memiliki rata-rata sebesar 51,19
dan termasuk kategori tinggi. Hasil ini berarti tanggung jawab pemeriksa
(auditor) menemukan kecurangan pada suatu laporan keuangan tergolong
tinggi. Pemeriksa (auditor) memiliki keharusan yang tinggi untuk menemukan
kecurangan maupun penyajian aset yang tidak tepat dari suatu laporan
keuangan, yang diindikasikan dengan merasa bertanggung jawab untuk
mendeteksi kecurangan dari entitas yang diaudit, mendeteksi adanya tindakan-
tindakan ilegal, perlu melaporkan ketika ada indikasi kecurangan, melaporkan
tindakan-tindakan ilegal dari entitas yang diaudit, meningkatkan kemampuan
untuk mendeteksi kekeliruan secara material, memberikan informasi yang
transparan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan, menyusun hasil audit
yang dapat dipercaya oleh pihak yang berkepentingan, mengenali tindakan
manajemen dalam melakukan salah saji material dari laporan keuangan yang
sedang diaudit, mengenali penyalahgunaan aset oleh manajemen entitas, perlu
mendeteksi tindakan korupsi dari manajemen, mengenali adanya tindakan
manipulasi atau pemalsuan/perubahan catatan akuntansi atau dokumen, dan
mendeteksi kesalahan mengenai penerapan prinsip akuntansi.
2. Variabel kesadaran etis memiliki rata-rata sebesar 22,94 dan termasuk kategori
tinggi. Hasil ini berarti pemeriksa (auditor) mampu memberikan tanggapan
atau penerimaan terhadap suatu peristiwa moral tertentu melalui suatu proses
penentuan yang kompleks sehingga mampu memutuskan apa yang seharuskan
dilakukan pada situasi tersebut. Mayoritas pemeriksa (auditor) mampu
bersikap/ berperilaku etis ketika menghadapi berbagai macam dilema etis yang
68
berhubungan dengan praktik auditing dalam menyelesaikan pekerjaannya,
misalnya tetap mengambil sampel secara proporsional meskipun realisasi hari
audit sedikit dan anggaran kecil; tidak membocorkan mengenai rendahnya
pengendalian internal suatu instansi kepada pihak lain; dan tidak menggunakan
kertas kop surat kantor untuk permohonan sumbangan sukarela.
3. Variabel profil fraud memiliki nilai rata-rata sebesar 30,49 dan termasuk
kategori tinggi. Hasil ini berarti pemeriksa (auditor) memiliki kemampuan
yang sangat mendukung di bidang akuntansi auditing melaksanakan tugas-
tugasnya seperti mendeteksi, mencegah dan dan mengungkapkan kecurangan.
4. Variabel independensi memiliki nilai rata-rata sebesar 25,75 dan termasuk
kategori tinggi. Hasil ini berarti pemeriksa (auditor) memiliki sikap independen
yang baik. Pemeriksa (auditor) mampu mempertahankan independensi atau
tidak memihak kepada siapapun.
5. Variabel kompetensi memiliki nilai rata-rata sebesar 40,74 dan termasuk
kategori tinggi. Hasil ini berarti pemeriksa (auditor) memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang baik mengenai auditing, misalnya pelatihan ahli, SAP,
pemeriksaan LKPD, pengadalaan bansos, investigasi, pemberian keterangan
ahli, laporan keuangan, anggota tim senior, SPI, kuinerja, fraud audit, peran
ATY, pemeriksaan infrastruktur, dll.
6. Variabel risiko audit memiliki nilai rata-rata sebesar 28,11 dan termasuk
kategori sedang. Hasil ini berarti pemeriksa (auditor) memiliki kemampuan
yang cukup baik dalam memahami risiko usaha entitas, sehingga dapat
69
memprediksi risiko audit yang kemungkinan dihadapinya saat menjalankan
tugas audit.
4.3. Uji Asumsi Klasik
4.3.1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnove Test
sebagai berikut:
Tabel 4.19
Uji Normalitas Data
Unstandardized
Residual
N 53
Normal Parametersa,b
Mean ,000
Std.
Deviation 2,755
Most Extreme
Differences
Absolute ,085
Positive ,085
Negative -,064
Test Statistic ,085
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.19 menunjukkan bahwa hasil uji Kolmogorov-Sminov Test
memiliki nilai p = 0,200 (p>0,05), yang berarti unstandardized residual memiliki
sebaran normal. Hasil ini menunjukkan bahwa asumsi normalitas terpenuhi, yaitu
uji statistik yang dilakukan valid dengan jumlah sampel yang digunakan.
70
4.3.2 Uji Multikolonieritas
Hasil uji multikolinieritas dengan menggunakan collinearity statistics
sebagai berikut:
Tabel 4.20
Hasil Uji Multikolonieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
pengalaman kerja 0,468 2,137
tingkat pendidikan 0,909 1,100
kesadaran etis 0,452 2,213
Gender 0,942 1,061
profil fraud 0,688 1,454
Independensi 0,578 1,731
Kompetensi 0,404 2,476
resiko audit 0,623 1,606
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.35 menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen
memiliki nilai VIF < 10, yang berarti bebas multikolinieritas, sehingga asumsi
multikolinieritas terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antar
variabel independen.
4.3.3 Uji Heterokesdastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glesjer sebagai
berikut:
71
Tabel 4.21
Hasil Uji Heterokedastisitas
Model
Sig.
1 (Constant) 0,061
pengalaman kerja 0,062
tingkat pendidikan 0,810
kesadaran etis 0,664
Gender 0,893
profil fraud 0,223
Independensi 0,258
Kompetensi 0,269
resiko audit 0,072
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen
memiliki nilai p>0,05, yang berarti bebas heteroskedastisitas. Dengan demikian
asumsi heteroskedastisitas terpenuhi.
4.4 Hasil Uji F (Uji Fit Model)
Hasil uji fit model dengan menggunakan uji F sebagai berikut:
Tabel 4.22
Hasil Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1643,415 8 205,427 22,901 0,000b
Residual 394,698 44 8,970
Total 2038,113 52
a. Dependent Variable: tanggung jawab pemeriksa (auditor)
b. Predictors: (Constant), resiko audit, tingkat pendidikan, gender, kesadaran etis,
independensi, profil fraud, pengalaman kerja, kompetensi
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
72
Tabel 4.22 mengungkapkan bahwa F hitung = 22,901 atau nilai p = 0,000
(nilai p < 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya pengalaman kerja,
tingkat pendidikan, kesadaran etis, gender, profil fraud, independensi,
kompetensi, dan risiko audit berpengaruh terhadap tanggung jawab pemeriksa
(auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan keuangan secara
simultan. Dengan demikian model regresi ini merupakan model yang fit.
4.5 Hasil Koefisien Determinasi
Besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dilihat
dari besarnya nilai koefisien determinasi (Adjusted R2), yaitu:
Tabel 4.23
Hasil Koefisien Determinasi
Tabel 4.23 menunjukkan nilai Adjusted R2
= 0,771 yang berarti besarya
sumbangan efektif dari variabel independen terhadap variabel dependen sebesar
77,1%. Hasil ini menunjukkan besarnya pengaruh pengalaman kerja, tingkat
pendidikan, kesadaran etis, gender, profil fraud, independensi, kompetensi, dan
risiko audit terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan
kecurangan pada suatu audit laporan keuangan sebesar 77,1%
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 0,898a 0,806 0,771 2,995
a. Predictors: (Constant), resiko audit, tingkat pendidikan,
gender, pengalaman kerja, profil fraud, independensi,
kesadaran etis, kompetensi
73
4.6 Hasil Uji t (Uji Hipotesis)
Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t sebagai berikut:
Tabel 4.24
Hasil Uji t
Model
Standardized
Coefficients
T Sig.
Sig./2
Ket Beta
1 (Constant) 1,693 0,098
pengalaman kerja 0,210 2,167 0,036 0,018 H1 diterima
tingkat pendidikan 0,138 1,978 0,054 0,027 H2 diterima
kesadaran etis 0,369 3,738 0,001 0,001 H3 diterima
Gender 0,000 -0,005 0,996 - H4 ditolak
profil fraud -0,018 -0,219 0,828 0,414 H5 ditolak
Independensi 0,239 2,740 0,009 0,005 Diterima
Kompetensi 0,292 2,795 0,008 0,004 Diterima
resiko audit -0,007 -0,087 0,931 0,466 Ditolak
a. Dependent Variable: tanggung jawab pemeriksa (auditor)
Sumber: Data primer yang diolah (2016)
4.6.1 Hasil Hipotesis Pertama
Uji hipotesis pertama diperoleh nilai β = 0,210 dan nilai p = 0,018 yang
berarti pengalaman kerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap tanggung
jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan
keuangan. Semakin lama pengalaman kerja maka semakin tinggi tanggung jawab
pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan keuangan,
dan sebaliknya. Dengan demikian H1 yang menyatakan “pengalaman kerja
berpengaruh positif terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan
kecurangan pada suatu audit laporan keuangan” diterima.
74
4.6.2 Hasil Hipotesis Kedua
Uji hipotesis kedua diperoleh nilai β = 0,138 dan nilai p = 0,027 yang
berarti tingkat pendidikan berpengaruh positif secara signifikan terhadap tanggung
jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan
keuangan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tanggung
jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan
keuangan, dan sebaliknya. Dengan demikian H2 yang menyatakan “tingkat
pendidikan berpengaruh positif terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor)
menemukan kecurangan pada suatu audit laporan keuangan” diterima.
4.6.3 Hasil Hipotesis Ketiga
Uji hipotesis ketiga diperoleh nilai β = 0,369 dan nilai p = 0,001 yang
berarti kesadaran etis berpengaruh positif secara signifikan terhadap tanggung
jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan
keuangan. Semakin tinggi kesadaran etis maka semakin tinggi tanggung jawab
pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan keuangan,
dan sebaliknya. Dengan demikian H3 yang menyatakan “kesadaran etis
berpengaruh positif terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan
kecurangan pada suatu audit laporan keuangan” diterima.
4.6.4 Hasil Hipotesis Keempat
Uji hipotesis keempat diperoleh nilai β = 0,000 dan nilai p = 0,996 yang
berarti gender tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor)
75
menemukan kecurangan pada suatu audit laporan keuangan. Jenis kelamin laki-
laki atau perempuan tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab pemeriksa
(auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan keuangan. Dengan
demikian H4 yang menyatakan “gender berpengaruh terhadap tanggung jawab
pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan
keuangan” ditolak.
4.6.5 Hasil Hipotesis Kelima
Uji hipotesis kelima diperoleh nilai β = -0,018 dan nilai p = 0,414 yang
berarti profil fraud tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab pemeriksa
(auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan keuangan. Baik atau
buruknya profil fraud tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab pemeriksa
(auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan keuangan. Dengan
demikian H5 yang menyatakan “profil fraud berpengaruh positif terhadap
tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit
laporan keuangan” ditolak.
4.6.6 Hasil Hipotesis Kontrol pertama
Uji variabel kontrol pertama (independensi) diperoleh nilai β = 0,239 dan
nilai p = 0,005 yang berarti independensi berpengaruh positif secara signifikan
terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu
audit laporan keuangan. Semakin tinggi independensi maka semakin tinggi
tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit
laporan keuangan, dan sebaliknya.
76
4.6.7 Hasil Hipotesis Kontrol kedua
Uji variabel kontrol kedua (kompetensi) diperoleh nilai β = 0,292 dan nilai
p = 0,004 yang berarti kompetensi berpengaruh positif secara signifikan terhadap
tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit
laporan keuangan. Semakin tinggi kompetensi maka semakin tinggi tanggung
jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan
keuangan, dan sebaliknya.
4.6.8 Hasil Hipotesis Kontrol ketiga
Uji variabel kontrol ketiga (risiko audit) diperoleh nilai β = -0,007 dan
nilai p = 0,466 yang berarti risiko audit tidak berpengaruh terhadap tanggung
jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan
keuangan. Tinggi atau rendahnya risiko audit tidak berpengaruh terhadap
tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit
laporan keuangan, dan sebaliknya.
4.7 Pembahasan
4.7.1 Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Tanggung Jawab Pemeriksa
(Auditor) Menemukan Kecurangan dalam Suatu Audit Laporan
Keuangan
Pada penelitian ini H1 yang menyatakan “pengalaman berpengaruh positif
terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan dalam
suatu audit laporan keuangan diterima. Hal ini berarti semakin lama pengalaman
maka semakin tinggi tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan
77
dalam suatu audit laporan keuangan, dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan
pengalaman berkaitan dengan cara berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan
sophisticated. Pemeriksa (auditor) yang berpengalaman akan membuat judgment
yang relatif lebih baik dalam tugas-tugasnya. Oleh karena itu, pengalaman
seorang pemeriksa (auditor) menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
tanggung jawab pemeriksa.
Pengalaman berpengaruh positif terhadap tanggung jawab pemeriksa
(auditor) karena semakin banyak pengalaman pemeriksa (auditor) semakin dapat
menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit.
Seseorang yang lebih pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih
banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu
pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Selain itu, pemeriksa
(auditor) yang berpengalaman juga memperlihatkan perhatian selektif yang lebih
tinggi pada informasi yang relevan dan lebih mampu mengidentifikasi mengenai
kesalahan-kesalahan dalam telaah analitik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Aulia (2013), Arles, dkk
(2013), Adyani, dkk (2014) mengungkapkan bahwa pengalaman berpengaruh
positif terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan.
Semakin banyak pengalaman kerja maka semakin tinggi tanggung jawab
pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan.
78
4.7.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Tanggung Jawab Pemeriksa
(Auditor) Menemukan Kecurangan dalam Suatu Audit Laporan
Keuangan
Pada penelitian ini H2 yang menyatakan “tingkat pendidikan berpengaruh
positif terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan
dalam suatu audit laporan keuangan diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin tinggi tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan
pada suatu audit laporan keuangan, dan sebaliknya.
Pendidikan berpengaruh terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor)
menemukan kecurangan pada suatu audit laporan keuangan, karena pemeriksa
(auditor) memiliki tingkat pendidikan tinggi (pendidikan responden S1 dan S2)
yang tentunya memiliki pengetahuan baik. Tingkat pendidikan yang tinggi ini
menyebabkan pemeriksa (auditor) memiliki pengetahuan formal (pengetahuan
akuntansi) yang lebih baik yang pada akhirnya mendukung pelaksanaan tanggung
jawabnya. Dengan demikian, adanya tingkat pendidikan yang tergolong tinggi
pada auditor akan menyebabkan pemeriksa (auditor) lebih baik dalam menemukan
kecurangan. Pada penelitian ini (1) mayoritas pemeriksa (auditor) BPK
Perwakilan Provinsi Jawa Tengah memiliki pendidikan ekonomi jurusan
akuntansi, bahkan pendidikan profesi akuntansi; dan (2) setiap pemeriksa
(auditor) BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah mendapatkan diklat yang
berhubungan dengan dengan bidang auditing, seperti auditor ahli, SAP,
pemeriksaan LKPD, pengadaan bansos, auditor investigasi, pemberian ahli,
79
laporan keuangan, pemeriksaan kinerja, psikologi pemeriksaan, ACL, penilaian
SPI, fraud audit, fraud awareness, dan lain-lain.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arles,
dkk (2013) Taufik (2008) dan Koh (2009) menyimpulkan bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh positif terhadap tanggung pemeriksa (auditor)
menemukan kecurangan dalam suatu audit laporan keuangan.
4.7.3 Pengaruh Kesadaran Etis terhadap Tanggung Jawab Pemeriksa
(Auditor) Menemukan Kecurangan Dalam Suatu Audit Laporan
Keuangan
Pada penelitian ini H3 yang menyatakan bahwa kesadaran etis berpengaruh
positif terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan
dalam suatu audit laporan keuangan diterima. Hal ini berarti semakin tinggi
kesadaran etis maka semakin tinggi tanggung jawab pemeriksa (auditor)
menemukan kecurangan dalam suatu audit laporan keuangan. Hal ini dikarenakan
kesadaran etis akan mempengaruhi persepsi pemeriksa dalam menentukan arah
tujuan dalam menjalankan tugas-tugas sebagai auditor, sehingga auditor mampu
mengambil keputusan yang benar, termasuk di dalam menemukan kecurangan
pada suatu laporan keuangan. Oleh karena itu, pemeriksa yang memiliki
kesadaran etis akan cenderung bertanggung jawab dalam menemukan kecurangan
karena dapat mengambil keputusan yang benar secara moral.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Arles, dkk (2013)
mengungkapkan bahwa kesadaran etis berpengaruh positif terhadap persepsi
80
pemeriksa (auditor) terkait tanggung jawab menemukan kecurangan dalam audit
laporan keuangan. Semakin tinggi kesadaran etis maka semakin tinggi tanggung
jawab pemeriksa (auditor)mendeteksi kecurangan dalam suatu laporan keuangan.
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Swastyami (2015) bahwa
semakin tinggi kesadaran etis seorang pemeriksa (auditor) maka tanggung jawab
menemukan kecurangan dalam suatu laporan keuangan lebih baik.
4.7.4 Pengaruh Gender terhadap Tanggung Jawab Pemeriksa (Auditor)
Menemukan Kecurangan dalam Suatu Audit Laporan Keuangan
Pada penelitian ini H4 yang menyatakan gender berpengaruh terhadap
tanggung jawab pemeriksa (auditor) dalam menemukan kecurangan dalam suatu
laporan keuangan ditolak. Hal ini berarti kelamin laki-laki atau perempuan tidak
berpengaruh terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan
kecurangan pada suatu audit laporan keuangan.
Laki-laki dan perempuan tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab
dalam menemukan kecurangan suatu laporan keuangan karena tidak ada
perbedaan kinerja auditor dilihat dari perbedaan laki-laki dan perempuan jika
dilihat dari kesetaraan komitmen organisasi, komitmen profesional, motivasi dan
kesempatan kerja (Sofvianti, 2015). Selain itu, auditor dalam melaksanakan
tanggung jawab dipengaruhi oleh kemampuan kognitif (intelligensi), dimana
antara laki-laki dengan perempuan tidak terdapat perbedaan intelligensi (Tan,
dkk., 2013).
81
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Jamilah (dalam Sofvianti,
2015) bahwa perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan dengan perbedaan
karakter dan sifat yang melekat pada individu masing-masing tidak berpengaruh
terhadap keputusan (judgment) yang akan diambilnya, termasuk dalam
menjalankan tanggung jawabnya dalam melakukan deteksi fraud pada suatu
laporan keuangan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Juniansyah
dan Fachriyah (2013), Tan, dkk (2013) serta Sofvanti (2015) bahwa gender tidak
berpengaruh terhadap pelaksanaan tanggung jawab auditor. Sebaliknya hasil
penelitian ini tidak mendukung Shaphiro (2005), Bales dan Fox (2010), serta
Sabrina dan Januarti (2010) yang menyatakan bahwa gender berpengaruh
terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu
audit laporan keuangan.
4.7.5 Pengaruh Profil Fraud terhadap Tanggung Jawab Pemeriksa
(Auditor) Menemukan Kecurangan dalam Suatu Audit Laporan
Keuangan
Pada penelitian ini H5 yang menyatakan profil fraud berpengaruh positif
terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan suatu
laporan keuangan ditolak. Hal ini berarti baik atau buruknya profil fraud tidak
berpengaruh terhadap tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan
kecurangan pada suatu audit laporan keuangan.
Beberapa alasan yang menjelaskan profil fraud tidak berpengaruh terhadap
tanggung jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit
82
laporan keuangan adalah (1) profil fraud merupakan set kepribadian berupa
karakter dan sifat yang khas yang dimiliki oleh pemeriksa dalam mendukung
pelaksanaan tanggung jawab bekerjanya. Sebagai set kepribadian tampak bahwa
profil fraud merupakan sesuatu yang kompleks. Selain itu, profil fraud ini juga
melibatkan kemampuan, pengetahuan ekonomi, kompetensi, kemampuan
investigasi, independen, dan motivasi. Berkaitan dengan ini, profil fraud tidak
hanya dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman, namun juga intelelligensi
dan kepribadian, dan (2) profil fraud dipengaruhi oleh faktor situasional seperti
iklim organisasi, budaya organisasi, dan kepemimpinan (Sukanto, 2007). Oleh
karena itu, profil fraud tidak memberikan pengaruh langsung terhadap tanggung
jawab pemeriksa (auditor) menemukan kecurangan pada suatu audit laporan
keuangan, namun memberikan efek tidak langsung (Sukanto, 2007). Dengan kata
lain, meskipun profil fraud baik, namun tanggung jawab dalam menemukan
kecurangan suatu laporan keuangan karena adanya iklim organisasi yang
buruk/budaya organisasi yang buruk/praktik kepemimpinan yang buruk. Misalnya
rendahnya praktik etika di organisasi dan kurangnya reward dari pimpinan, akan
membuat auditor merasa kurang dihargai sehingga menurunkan motivasi kerja
atau tanggung jawab dalam bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Juniansyah dan Fachriyah (2013) bahwa profil fraud tidak berpengaruh terhadap
pelaksanaan tanggung jawab auditor.
83
4.7.6 Pengaruh Independensi terhadap Tanggung Jawab Auditor dalam
Menemukan Kecurangan pada Suatu Audit Laporan Keuangan
Independensi berpengaruh positif secara signifikan terhadap tanggung
jawab pemeriksa (auditor) dalam menemukan kecurangan pada suatu audit
laporan keuangan, karena memiliki nilai β = 0,241 dan nilai p = 0,005. Hal ini
berarti semakin tinggi independensi maka semakin tinggi tanggung jawab
pemeriksa (auditor) dalam menemukan kecurangan pada suatu audit laporan
keuangan, dan sebaliknya.
Independensi berpengaruh positif terhadap tanggung jawab pemeriksa
(auditor) dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan, karena independensi
merupakan sikap yang harus dimiliki auditor (pemeriksa) dalam mengambil
keputusan, dimana keadaan tersebut bebas dari pengaruh pihak lain. Jadi seorang
auditor (pemeriksa) yang memiliki independensi yang tinggi tidak akan mudah
terpengaruh oleh pihak manapun dalam mengungkapkan hasil temuan audit
Alasan lainnya, independensi merupakan salah satu butir dari kode etik
pemeriksa (auditor) BPK. Sebagai salah satu butir dari kode etik maka
independensi merupakan karakteristik yang dituntut untuk dimiliki oleh pemeriksa
(auditor) BPK. Sebagai kode etik, apabila tidak dilaksanakan berarti pelanggaran
sehingga pemeriksa (auditor) dapat memperoleh sanksi. Dengan kata lain,
independensi berpengaruh terhadap tanggung jawab dalam menemukan
kecurangan dalam suatu laporan keuangan karena apabila auditor tidak
independen maka dinyatakan sebagai pelanggaran kode etik dan dapat
memperoleh sanksi.
84
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Aulia (2013),
Adyani, dkk (2014), Fuad (2015) dan Swastyami (2015) mengungkapkan bahwa
independensi berpengaruh positif terhadap tanggung jawab auditor dalam
mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Semakin tinggi independensi maka
semakin tinggi tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan dalam suatu
laporan keuangan.
4.7.7 Pengaruh Kompetensi terhadap Tanggung Jawab Auditor dalam
Menemukan Kecurangan pada Suatu Audit Laporan Keuangan
Kompetensi berpengaruh positif secara signifikan terhadap tanggung
jawab pemeriksa (auditor) dalam menemukan kecurangan pada suatu audit
laporan keuangan, karena memiliki nilai β = 0,276 dan nilai p = 0,006. Hal ini
berarti semakin tinggi kompetensi maka semakin tinggi tanggung jawab auditor
dalam menemukan kecurangan pada suatu audit laporan keuangan, dan
sebaliknya.
Kompetensi berpengaruh positif terhadap tanggung jawab dalam
menemukan kecurangan pada suatu audit laporan keuangan karena auditor yang
memiliki kompetensi tinggi berarti memiliki keahlian yang baik. Keahlian
tersebut membuat auditor memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai
dalam melakukan suatu audit sehingga dapat melihat dengan lebih objektif dan
cermat, serta pada akhirnya dapat membuat keputusan yang benar. Dengan
demikian, hal tersebut berdampak pada hasil pekerjaannya yang lebih baik
85
termasuk dalam meningkatkan tanggung jawab auditor (pemeriksa) dalam
mendeteksi laporan keuangan.(Swastyami, 2015).
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Swastyami (2015)
dan Fuad (2015) bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap tanggung jawab
auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Semakin baik
kompetensi maka semakin tinggi tanggung jawab auditor dalam mendeteksi
kecurangan dalam suatu laporan keuangan.
4.7.8 Pengaruh Risiko Audit terhadap Tanggung Jawab Auditor dalam
Menemukan Kecurangan pada Suatu Audit Laporan Keuangan
Risiko audit berpengaruh positif terhadap tanggung jawab pemeriksa
(auditor) dalam menemukan kecurangan pada suatu audit laporan keuangan tetapi
tidak signifikan, karena memiliki nilai β = -0,004 dan nilai p = 0,482. Hal ini
berarti tinggi atau rendahnya risiko audit tidak berpengaruh terhadap tanggung
jawab pemeriksa (auditor) dalam menemukan kecurangan pada suatu audit
laporan keuangan.
Risiko audit tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab auditor dalam
menemukan kecurangan pada suatu laporan keuangan karena dalam melakukan
kegiatan audit seorang auditor sudah pasti harus memasukan hasil penentuan
risiko ke dalam program audit untuk memastikan kontrol-kontrol yang dibutuhkan
memang diterapkan untuk mengurangi risiko. Dengan demikian, penentuan risiko
audit sudah menjadi salah satu unsur dalam Standard Operating Procedur (SOP)
dalam pelaksanaan auditing BPK. Dengan kata lain, risiko audit sudah menjadi
86
kewajiban dan apabila tidak dilaksanakannya akan menyebabkan pelanggaran
SOP yang membuat auditor dapat dikenai sanksi.
Selain itu, risiko audit tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab auditor
dalam menemukan kecurangan pada suatu laporan keuangan karena penentuan
risiko audit merupakan sesuatu yang sulit dan kompleks. Auditor tidak hanya
mampu mengumpulkan bukti berdasarkan tes transaksi, namun juga menilai salah
saji material yang disebabkan risiko bisnis auditee karena kesalahan yang telah
diatur sedemikian rupa oleh auditee dapat menyebabkan kesulitan dalam
mendeteksi meskipun auditor telah bekerja sesuai dengan standar audit yang
berlaku. Dengan kata lain, penilaian risiko audit merupakan kegiatan yang
kompleks karena hal tersebut sulit diukur. Auditor perlu memiliki pengetahuan
yang luas dan pemikiran yang cermat agar dapat meresponden dengan cermat.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Juniansyah dan Fachriyah (2013),
yang menyatakan bahwa risiko audit tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab
auditor.