Upload
nguyenngoc
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
43
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Latar Belakang Perusahaan
PT Warna Mardhika didirikan pada tahun 1987 melalui kreativitas para
pendiri yang sudah berkecimpung dalam bidangnya selama puluhan tahun. PT
Warna Mardhika merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
garmen. Produk yang diproduksi ini diperkenalkan kepada masyarakat pertama
kali dengan menggunakan merek Hammer. Setelah 8 tahun berdiri pada tahun
1995 PT Warna Mardhika mengeluarkan merk kedua dengan nama Nail.
Dengan optimisme yang tinggi terhadap masa depan perusahaan, para
pendiri menginvestasikan dana yang tidak sedikit untuk mendirikan perusahaan
yang dikelola secara professional dan berkantor di pusat kota untuk mendukung
pemasarannya.
Adapun pendiri perusahaan ini adalah :
1. Bapak Eddy Hartono
2. Bapak Alexandries Hartono
Pada tahun 1988 para pendiri menginvestasikan dana dalam bidang retail-
shop yang khusus memasarkan produknya Hammer. Untuk menunjang kualitas
bahan baku, pada tahun 1990 para pendiri menginvestasikan dana dalam bidang
perajutan. Kemudian pada awal tahun 1991 para pendiri dengan konsep go-
internasional mulai memasarkan produk Hammer secara langsung di Singapura,
yang untuk selanjutnya menjadi produk dunia.
44
Pada saat ini PT Warna Mardhika dikelola melalui suatu badan hukum
sebagai berikut:
Nama : PT Warna Mardhika
Alamat Gudang : Jl. Swadaya No.4, Pesing, Jakarta
Alamat Kantor Pusat : Jl. Zainul Arifin Komp. Ketapang Indah B2/26,
Jakarta Barat
Adapun pengurus perusahaan ini adalah sebagai berikut :
1. Bapak Eddy Hartono sebagai Direktur Utama. Beliau mengawasi dan
memberikan pengarahan secara langsung kegiatan-kegiatan pengembangan
produk dan pemasaran.
2. Bapak Alexandries Hartono menjabat sebagai wakil Direktur Utama yang
memberikan pengawasan secara langsung kegiatan-kegiatan pengelolaan
operasi perusahaan dan produksi.
Perusahaan mulai berproduksi secara komersil khusus pada produk Hammer
pada pertengahan tahun 1998. hasil produksi berupa “Sport-Wear” yang
ditujukan kepada kawula muda dimana 80% dari hasil produksi digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri dan 20% sisanya diserap untuk kebutuhan
luar negeri.
Produk yang dihasilkan oleh perusahaan berupa kaos, celana, jeans,
training, jaket, dan aksesoris berupa payung, sepatu, topi, bel, kaos kaki.
Produk-produk di atas ditujukan untuk kaum pria, wanita dan anak-anak dengan
komposisi 80% untuk orang dewasa dan 20% untuk anak-anak.
Pemasaran yang dilakukan oleh PT Warna Mardhika terus meningkat dari
tahun ke tahun. Dalam memasarkan produk Hammer, perusahaan
menggunakan berabagi jalur distribusi dan sistem penjualan. Penjualan produk
45
Hammer dalam negeri telah tersebar lebih dari 90% di wilayah Indonesia, dan
sisanya di Singapura sebagai perantara.
Sistem penjualan di PT Warna Mardhika berupa penjualan putus sekitar 150
toko, penjualan konsinyasi counter 15 toko, penjualan konsinyasi showroom
lebih kurang 40.
Pada saat ini perusahaan mempekerjakan sekitar 548 karyawan. Setiap
karyawan bertanggung jawab pada masing-masing bagian dengan pembagian
sebagai berikut :
Pramuniaga (SPG) 400 orang
Kantor Pusat 98 orang
Gudang 50 orang
Salah satu pendukung kegiatan penjualan adalah dengan mengadakan
pelatihan secara berkala kepada pramuniaga di kantor pusat.
4.1.2 Visi dan Misi
PT Warna Mardhika mempunyai visi dan misi sebagai berikut :
Visi :
To be the best Indonesian fashion brand
Misi :
To create high quality products competitive towards international products
47
Tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
Dewan Direksi
1. Mengawasi pekerjaan sehari-hari para manajer.
2. Menetapkan garis besar kebijakan perusahaan dengan wewenang yang
ditentukan.
3. Memberikan pengarahan kepada manajer dalam memimpin pelaksanaan
operasional baik diminta atau tidak.
4. Mengatur dan memimpin seluruh kegiatan perusahaan dalam arti kata
seluas-luasnya.
Manajer lain yang membantu tugas-tugas dewan direksi adalah :
General Manager
1. Mengurus bidang kesekretarisan, logistic, keamanan, dan lain-lain, termasuk
urusan keluar maupun kedalam yang berkaitan dengan pelanggan.
2. Mempersiapkan meneliti surat-surat rutin, keputusan maupun edaran.
3. Meneliti segala kekurangan dan keperluan kantor serta mengusulkan ke
direksi untuk penambahannya.
Manajer Pemasaran
1. Menyusun kebijakan, strategi perencanaan pemasaran dan mengajukannya
kepada Direksi Utama untuk mendapat persetujuan.
2. Melaksanakan semua kebijakan yang telah disetujui oleh Direktur Utama.
3. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan dan membantu mereka dalam
menangani permasalahan yang ada.
48
Manajer Pembelian
1. Melakukan pembelian barang-barang yang diperlukan bagian-bagian lain.
2. Mengatur penyimpanan file-file perjanjian pembelian dengan pemasuk secara
rapi, baik kontrak jangka panjang maupun jangka pendek.
Manajer Keuangan dan Akuntansi
1. Mengatur kebijakan keuangan perusahaan.
2. Merencanakan dan menyusun rencana keuangan anggaran belanja
perusahaan.
3. Menetapkan kebijakan dibidang keuangan dan akuntansi, serta mengawasi
pelaksanaanya, termasuk menetapkan tingkat likuiditas yang memadai bagi
perusahaan.
4. Mengatur dan menyelenggarakan suatu sistem pembukuan yang baik dan
benar.
5. Memeriksa laporan keuangan dan operasi lainnya beserta menganalisis dan
menginterpretasikannya.
6. Mengawasi pelaksanaan sistem administrasi penagihan dan tugas
bawahannya
4.1.4 Pengaturan Jam Kerja
Pengaturan jam kerja yang ada di PT. Warna Mardhika adalah sebagai
berikut :
Senin – Jumat 08.30 – 17.30
Sabtu – Minggu libur
46
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Warna Mardhika
General Manager
Direksi
Bagian Penjualan
Bagian Gudang
Bagian Perancang
Bagian Akuntansi dan Keuangan
Bagian Pembelian
Bagian Sumber Daya Manusia
Ekspor
Lokal
Konsinyasi
Promotion
Barang jadi
Aksesoris
Bahan baku
Bahan Pembukuan
Administrasi operasional
Electronic Data Processing
49
Untuk mengontrol tingkat kedisiplinan pegawai, PT. Warna Mardhika
mewajibkan setiap pegawai mengisi daftar hadir. Pengisian daftar hadir pegawai
dilakukan setiap pagi sebelum masuk, siang sesudah jam istirahat dan sore
ketika pegawai akan pulang. Apabila pada jam kerja ada pegawai yang izin
keluar, maka pegawai diwajibkan untuk mengisi buku izin keluar agar dapat
diketahui tujuan, lama keluar, dan keperluannya.
4.1.5 Analisis Porter
Gambar 4.2 Lima Kekuatan Porter
Pendatang baru • Garmen produk
RRC • Home Industry
Kekuatan tawar-menawar pemasok: • PT Inti Daya Mandiri • PT Indahtex Mas
Cemerlang • PT Kurnia Ratu
Kencana • PT Royal Anugrah
Textile • PT Bintang Kangguru
Persaingan diantara industri sejenis: • CAB • H & R • Rodeo • Giordano
Pembeli:
Individu
Produk subtitusi :
Produk imitasi dari
home industry
50
Lima kekuatan persaingan Porter yang dihadapi oleh PT Warna Mardhika,
yaitu:
1. Ancaman pendatang baru
Datangnya pesaing baru merupakan ancaman bagi PT Warna Mardhika.
Ancaman tersebut dapat datang dari dalam maupun dari luar negri. Bagi
perusahaan Warna mardhika, ancaman ini terutama datang dari produk
impor dari RRC, dimana sebagian besar produk dari RRC tersebut mampu
memukau sebagian konsumen Indonesia yang memang lebih menyukai
produk dengan produk dengan harga yang lebih murah.
2. Ancaman barang penggantinnya
Produk pengganti seringkali masuk dengan cepat ke dalam industri jika
terjadi persaingan yang ketat dalam suatu industri sehingga dapat
mengakibatkan turunnya harga. Ancaman barang subtitusi yang dihadapi PT
Warna Mardhika terutama terjadi karena adanya penjiplakan yang dilakukan
oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Lebih parah lagi, produk yang
dipasarakan dari produk tersebut umumnya ditawarkan dengan harga yang
sangat murah. Hal ini tentu saja sangat memukul pangsa pasar perusahaan
yang berakibat beralihnya konsumen ke produk-produk tersebut.
3. Daya tarik pemasok
Pemasok bagi PT Warna Mardhika tidak menjadi ancaman, karena
perusahaan senantiasa menjaga hubungan baik dengan membayar tagihan
tepat tepat waktu.
4. Daya tawar pembeli
Pembeli atau pelanggan juga dapat menekan harga, menuntut kualitas lebih
tinggi atau layanan lebih banyak, dan mengadu domba sesama anggota
51
industri sehingga dapat menurunkan laba industri. PT Warna Mardhika
sendiri memasarkan produknya bagi kalangan menengah ke atas, dimana
tawar-menawar pembeli yang dihadapi cenderung tinggi. Umumnya pembeli
meminta harga yang lebih terjangkau, tetapi di sisi lain juga menuntut
kualitas yang baik.
5. Persaingan di antara perusahaan sejenis
Persaingan di kalangan industri sejenis terjadi karena mereka berebut posisi
dengan menggunakan strategi seperti persaingan harga dan perang iklan.
Ancaman utama atau pesaing utama yang dihadapi oleh PT Warna Mardhika
adalah CAB, Metalizer, H & R, dimana para pesaing juga menjalankan
bisnisnya pada segmen menengah keatas.
4.2 Profil Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 50 responden
(karyawan PT Warna Mardhika) maka dapat diketahui profil responden berdasarkan
jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan masa kerja.
4.2.1 Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
Karyawan PT Warna Mardhika
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
Pria 16 32
Wanita 34 68
Total 50 100
Sumber: Data Primer yang Diolah
52
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas karyawan
pada PT Warna Mardhika adalah wanita, yaitu sebesar 68%. Sedangkan
karyawan pria hanya sebesar 32%.
4.2.2 Usia
Yang dimaksud dengan usia adalah lamanya hidup seseorang yang sejak
lahir sampai diadakan penelitian ini dan dinyatakan dalam tahun.
Tabel 4.2 Usia Responden Karyawan PT Warna Mardika
Usia Frekuensi Persentase
< 35 tahun 32 64
36 – 46 tahun 15 30
> 47 tahun 3 6
Total 50 100
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas responden dengan usia kurang dari 35 tahun
sejumlah 32 orang (64%), 36-46 tahun sejumlah 15 orang (30%), dan lebih
dari 47 tahun hanya 3 orang (6%).
4.2.3 Status Perkawinan
Status perkawinan disini dibagi menjadi dua, yaitu menikah dan belum
menikah.
53
Tabel 4.3 Status Perkawinan Responden Karyawan PT Warna Mardhika
Status Perkawinan Frekuensi Persentase
Menikah 26 52
Belum Menikah 24 48
Total 50 100
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang
belum menikah sejumlah 24 orang (48%), menikah 26 orang (52%). Dapat
dilihat bahwa responden dominan berstatus menikah. Hal ini menunjukkan
adanya kecenderungan karyawan memiliki tingkat kedewasaan, tanggung
jawab, dan tingkat kesadaran diri yang tinggi (Goleman, 2004).
4.2.4 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir yang
ditamatkan oleh karyawan. Yang dimaksud dengan tamat adalah mereka yang
meninggalkan sekolah setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi sampai
akhir dengan mendapat tanda tamat atau ijazah, baik dari sekolah negeri
maupun sekolah swasta. Pengelompokan responden berdasarkan tingkat
pendidikan dalam penelitian ini diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu: SMU
atau kurang, Diploma, dan Sarjana atau lebih.
54
Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Responden Karyawan PT Warna Mardhika
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
SMU atau kurang 18 36
Diploma 15 30
S1 atau lebih 17 34
Total 50 100
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas responden yang berpendidikan SMU atau
kurang sejumlah 18 orang (36%), sedangkan Diploma sejumlah 15 orang
(30%), dan S1 atau lebih sejumlah 17 orang (34%). Data ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan responden dominan pada tingkat pendidikan SMU
atau kurang.
4.2.5 Masa Kerja
Masa kerja yang dimaksud adalah lamanya waktu yang sudah dijalani
seorang karyawan di suatu perusahaan. Dari masa kerjanya dapat diketahui
seberapa tinggi loyalitas dan pengalaman karyawan. Semakin lama masa kerja
seorang karyawan tinggi pula loyalitas dan pengalaman karyawan tersebut. Di
lain pihak hal ini juga menunjukkan bahwa perusahaan relatif cukup
mengusahakan kesejahteraan karyawannya.
55
Tabel 4.5 Masa Kerja Responden Karyawan PT Warna Mardhika
Masa Kerja Frekuensi Persentase
< 5 tahun 18 36
5 – 10 tahun 22 44
> 10 tahun 10 20
Total 50 100
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, responden dengan masa kerja < 5 tahun
sejumlah 18 orang (36%), antara 5-10 tahun sejumlah 22 orang (40%), dan
masa kerja > 10 tahun sejumlah 10 orang (20%). Data ini menunjukkan
bahwa karyawan dominan mempunyai masa kerja 5-10 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa karyawan cukup memiliki loyalitas dan pengalaman yang
tinggi.
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.3.1 Uji Validitas
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana alat
ukur sesuai dengan apa yang hendak kita ukur. Jadi dapat dikatakan semakin
tinggi validitas suatu instrument, maka instrument tersebut akan semakin
megenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.
Dalam penggunaannya uji validitas dipakai untuk menguji apakah instrument
penelitian (pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner) sudah layak dan
56
representative (agar tidak melenceng) untuk pertanyaan yang jawabannya
tidak pasti, dimana tiap persepsi respondennya dapat berbeda-beda.
Validitas yang digunakan dengan cara One Short Method, yaitu dengan
melihat berdasarkan koefisien korelasi pada r tabel dari setiap pertanyaan
yang ada. Apabila rhitung > rtabel maka dinyatakan valid.
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas
Variabel Item r Keterangan
X11 0,706 Valid
X12 0,737 Valid Kesadaran Diri (X1)
X13 0,718 Valid
X21 0,532 Valid
X22 0,565 Valid
X23 0,482 Valid Pengaturan Diri (X2)
X24 0,499 Valid
X31 0,577 Valid
X32 0,411 Valid
X33 0,503 Valid Motivasi (X3)
X34 0,084 Tidak Valid
X41 0,685 Valid
X42 0,686 Valid Empati (X4)
X43 0,663 Valid
57
X51 0,574 Valid
X52 0,776 Valid
X53 0,553 Valid Keterampilan Sosial
X54 0,622 Valid
Y11 0,382 Valid Y12 0,563 Valid Konflik
Y13 0,677 Valid Y14 0,491 Valid Y15 0,504 Valid Konflik
Y16 0,381 Valid Y21 0,844 Valid
Y22 0,697 Valid
Y23 0,656 Valid
Y24 0,814 Valid
Y25 0,622 Valid
Inovasi
Y26 0,839 Valid
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan semua item pertanyaan untuk
variabel kesadaran diri (X1), pengaturan diri (X2), empati (X4), konflik
(Y1),dan inovasi (Y2) mempunyai nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,31)
yang artinya bahwa item-item dari setiap variabel pada tabel diatas dikatakan
valid. Sedangkan untuk variabel motivasi (X3) pada item X34 tidak valid, karena
58
memiliki r hitung lebih kecil dari r tabel (0,084<0,31), sehingga item X34 akan
di hapus.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Suatu instrumen pengukuran (misal kuesioner) dikatakan reliable bila
memberikan hasil score yang konsisten pada setiap pengukuran. Pengujian
reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dan stabilitas instrument
penelitian dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Skala pengukuran
yang reliable sebaiknya memiliki nilai Cronbach Alpha minimal 0,70
(Nunnally,1987 dan Nunnally and Bernstein, 1994).
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach
Alpha
Kesadaran Diri (X1) 0,794
Pengaturan Diri (X2) 0,729
Motivasi (X3) 0,737
Empati (X4) 0,820
Keterampilan Sosial (X5) 0,807
Konflik (Y1) 0,755
Inovasi (Y2) 0,907
Sumber: Data Primer yang Diolah
59
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan
butir pertanyaan pada masing-masing variabel adalah reliable. Masing-masing
variabel memiliki nilai alpha cronbach diatas 0,7.
4.4 Distribusi Hasil Penelitian
Gambaran atau deskripsi dari hasil masing-masing indikator untuk tiap variabel
dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari jawaban responden atas
pertanyaan yang telah diajukan pada responden.
4.4.1 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Kesadaran Diri
Hasil dari distribusi frekuensi jawaban responden terhadap 50 responden,
maka dapat dijelaskan hasil jawaban kuisioner yang terkumpul tentang
kesadaran diri (X1) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Kesadaran Diri
Nilai Jawaban Responden
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5
Item f % f % f % f % f %
X11 1 2 7 14 14 28 14 28 14 28
X12 2 4 3 6 10 20 12 24 23 46
X13 1 2 11 22 21 42 8 16 9 18
Sumber: Data Primer yang Diolah
a. Pada jawaban item X11 (kesadaran yang netral/mawas diri) tentang
kesadaran yang netral/mawas diri dalam rangka peningkatan kesadaran
60
diri, terlihat bahwa dominan jawaban ada pada tiga kelompok, yaitu
kadang-kadang, sering, selalu. Hal ini ditunjukkan dengan persentase
yang sama, masing-masing adalah 28%.
b. Pada jawaban item X12 (pemahaman alam bawah sadar) tentang
pemahaman alam bawah sadar dalam rangka peningkatan kesadaran diri,
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden, yaitu 46% dari
jumlah responden atau 23 responden menjawab selalu dapat memahami
alam bawah sadar mereka.
c. Pada jawaban item X13 (kemampuan mengidentifikasi emosi) tentang
kemampuan mengidentifikasi emosi dalam rangka peningkatan kesadaran
diri, dapat disimpulkan sebagian besar responden, yaitu 21 responden
atau 24% dari jumlah responden menjawab hanya kadang-kadang saj
dapat mengidentifikasi emosi mereka.
4.4.2 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Pengelolan Diri
Hasil dari distribusi frekuensi jawaban responden terhadap 50 responden,
maka dapat dijelaskan hasil jawaban kuisioner yang terkumpul tentang
pengelolaan diri (X2) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Pengelolan Diri
Nilai Jawaban Responden
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5
Item f % f % f % f % f %
X21 1 2 1 2 20 40 14 28 14 28
61
X22 1 2 7 14 19 38 12 24 11 22
X23 1 2 6 12 25 50 15 30 3 6
X24 1 2 2 4 13 26 14 28 20 40
Sumber: Data Primer yang Diolah
a. Pada jawaban item X21 (kemapuan meredakan amarah dengan cepat)
tentang kesesuaian pengelolaan emosi dengan kemapuan seseorang
untuk meredakan amarah dengan cepat dapat disimpulkan sebagian
besar responden, yaitu 20 responden atau 40% dari jumlah responden
menjawab hanya kadang-kadang saja dapat meredakan amarah mereka
dengan cepat.
b. Pada jawaban item X22 (kemapuan mengatasi kecemasan) tentang
kesesuaian pengelolaan emosi dengan kemapuan seseorang untuk
mengatasi kecemasan dapat disimpulkan sebagian besar responden, yaitu
sejumlah 19 responden atau 38% dari jumlah responden, menjawab
hanya kadang-kadang saja mereka mampu mengatasi kecemasan.
c. Pada jawaban item X23 (tidak cenderung larut dalam depresi) tentang
kesesuaian antara pengelolaan emosi dengan kemampuan seseorang
untuk tidak larut dalam depresi atau kesedihan dapat disimpulkan
sebagian besar responden, yaitu sejumlah 25 responden atau 50% dari
jumlah responden menjawab hanya kadang-kadang saja mereka dapat
tidak larut dalam depresi.
d. Pada jawaban item X24 (kebiasaan meditasi atau berdoa) tentang
kesesuaian pengelolan emosi dengan kebiasaan meditasi atau berdoa
dapat disimpulkan sebagian besar responden, yaitu sejumlah 20
62
responden atau 40% dari jumlah responden menjawab selalu melakukan
refleksi diri.
4.4.3 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Motivasi
Hasil dari distribusi frekuensi jawaban responden terhadap 50 responden,
maka dapat dijelaskan hasil jawaban kuisioner yang terkumpul tentang
motivasi (X3) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Motivasi
Nilai Jawaban Responden
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5
Item f % f % f % f % f %
X31 1 2 4 8 5 10 15 30 25 50
X32 0 0 4 8 11 22 18 36 17 34
X33 2 4 4 8 12 24 20 40 12 24
Sumber: Data Primer yang Diolah
a. Pada jawaban item X31 (suka tantangan) tentang kesesuaian antara
motivasi diri dengan kesukaan orang terhadap tantangan dapat
disimpulkan sebagian besar responden, yaitu sejumlah 25 responden atau
50% dari jumlah responden selalu mencoba hal-hal yang baru, sehingga
dapat disimpulkan mereka mengerti bahwa ada kesesuaian antara
motivasi diri dengan kesukaan terhadap tantangan.
63
b. Pada jawaban item X32 (ketekunan) tentang kesesuaian antara motivasi
diri dengan tingkat ketekunan seseorang dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden, yaitu 18 responden atau 36% dari jumlah
responden mengerti bahwa ada kesesuaian antara motivasi diri dengan
tingkat ketekunan seseorang.
c. Pada jawaban item X33 (optimis) tentang kesesuaian antara motivasi diri
dengansikap optmis seseorang dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden, yaitu 20 responden atau 40% dari jumlah responden mengerti
bahwa ada ksesuaian antara motivasi diri dengan sikap optimis seseorang.
4.4.4 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Empati
Hasil dari distribusi frekuensi jawaban responden terhadap 50 responden,
maka dapat dijelaskan hasil jawaban kuisioner yang terkumpul tentang empati
(X4) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Empati
Nilai Jawaban Responden
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5
Item f % f % f % f % f %
X41 3 6 9 18 11 22 17 34 10 20
X42 1 2 8 16 16 32 18 36 7 14
X43 2 4 14 28 13 26 19 38 2 4
Sumber: Data Primer yang Diolah
64
a. Pada jawaban item X41 (kemapuan membaca perasaan orang lain) tentang
kesesuaian antara empati dengan kemapuan seseorang dalam membaca
perasaan orang lain dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden,
yaitu 17 responden atau 34% dari jumlah responden dapat mengerti
perasaan orang lain.
b. Pada jawaban item X42 (pertimbangan moral) tentang kesesuaian empati
dengan pertimbangan moral seseorang dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden, yaitu 18 responden atau 36% dari jumlah
responden mengerti bahwa ada kesesuaian antara empati dengan
pertimbangan moral seseorang.
c. Pada jawaban item X43 (rasa belas kasihan) tentang kesesuaian empati
dan rasa belas kasihan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden, yaitu 19 responden atau 38% dari jumlah responden sering
merasa kasihan terhadap teman sekerjanya.
4.4.5 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Keterampilan Sosial
Hasil dari distribusi frekuensi jawaban responden terhadap 50 responden,
maka dapat dijelaskan hasil jawaban kuisioner yang terkumpul tentang
keterampilan sosial (X5) adalah sebagai berikut:
65
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Keterampilan Sosial
Nilai Jawaban Responden
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5
Item f % f % f % f % f %
X51 1 2 2 4 22 44 19 38 6 12
X52 1 2 3 6 20 40 16 32 10 20
X53 1 2 10 20 14 28 16 32 9 18
X54 1 2 6 12 7 14 19 38 17 34
Sumber: Data Primer yang Diolah
a. Pada jawaban item X51 (kharisma emosional) tentang kesesuaian antara
keterampilan bergaul dengan kharisma emosional seseorang dapat
disimpulkan bahwa sebgaian besar responden, yaitu sejumlah 22
responden atau 44% dari jumlah responden kurang mengerti bahwa ada
kesesuaian antara keterampilan bergaul dengan kharisma emosional.
b. Pada jawaban item X52 (kemampuan menangani perselisihan) tentang
kesesuaian antara keterampilan bergaul dengan kemampuan menangani
perselisihan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden, yaitu
sejumlah 20 responden atau 40% dari jumlah responden hanya kadang-
kadang membantu teman-teman sekerja mereka yang sedang berselisih.
c. Pada jawaban item X53 (kemampuan menularkan emosi) tentang
kesesuaian antara keterampilan bergaul dengan kemampuan menularkan
emosi dapat dilihat bahwa sebagian besar responden, yaitu 16 responden
66
atau 32% dari jumlah responden menjawab bahwa teman sekerja mereka
sering dapat mengetahui suasana hati mereka.
d. Pada jawaban item X54 (rasa kesetiakawanan) tentang kesesuaian antara
keterampilan beragaul dengan rasa kesetiakawanan dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden, yaitu sejumlah 19 responden atau 38% dari
jumlah responden mengerti bahwa ada kesesuaian antara rasa
kesetiakawanan dengan keterampilan bergaul.
4.4.6 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Persepsi karyawan
terhadap Konflik
Hasil dari distribusi frekuensi jawaban responden terhadap 50 responden,
maka dapat dijelaskan hasil jawaban kuisioner yang terkumpul tentang konflik
(Y1) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Konflik
Nilai Jawaban Responden
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5
Item f % f % f % f % f %
Y11 4 8 4 8 25 50 9 18 8 16
Y12 1 2 1 2 14 28 19 38 15 30
Y13 1 2 2 4 3 6 16 32 28 56
Y14 0 0 4 8 18 36 17 34 11 22
Y15 1 2 3 6 5 10 17 34 24 48
67
Y16 1 2 0 0 9 18 14 28 26 52
Sumber: Data Primer yang Diolah
a. Pada jawaban item Y11 (sikap lapang dada) tentang sikap lapang dada
sebagian besar responden, yaitu 25 responden atau 50% dari jumlah
responden menjawab hanya kadang-kadang saja bersikap lapang dada.
b. Pada jawaban item Y12 (kemampuan mengobati kekecewaan) tentang
kemampuan mengobati kekecewaan sebagian besar responden, yaitu 19
responden atau 38% dari jumlah responden menjawab sering dengan
cepat mengobati kekecewaan.
c. Pada jawaban item Y13 (sikap untuk memilih yang baik atau tidak) tentang
sikap untuk memilih yang baik atau tidak sebagian besar responden, yaitu
28 responden atau 56% dari jumlah responden menjawab selalu dapat
memilih mana yang baik atau tidak bagi dirinya.
d. Pada jawaban item Y14 (pendirian) tentang pendirian sebagian besar
responden, yaitu 18 responden atau 36% dari jumlah responden
menjawab hanya kadang-kadang dapat mempertahankan pendiriannya.
e. Pada jawaban item Y15 (kemampuan membagi waktu) tentang
kemampuan seseorang untuk membagi waktu sebagian besar responden,
yaitu 24 responden atau 48% dari jumlah responden menjawab bahwa
mereka selalu dapat membagi waktu dengan baik.
f. Pada jawaban item Y16 (dukungan keluarga) tentang dukungan keluarga
sebagian besar responden, yaitu 26 responden atau 52% dari jumlah
responden menjawab bahwa keluarga mereka selalu mendukung
pekerjaan mereka.
68
4.4.7 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Kesiapan Karyawan
untuk Inovasi
Hasil dari distribusi frekuensi jawaban responden terhadap 50 responden,
maka dapat dijelaskan hasil jawaban kuisioner yang terkumpul tentang inovasi
(Y2) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Indikator pada Variabel Inovasi
Nilai Jawaban Responden
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5
Item f % f % f % f % f %
Y21 1 2 1 2 14 28 14 28 20 40
Y22 2 4 2 4 15 30 17 34 14 28
Y23 1 2 9 18 12 24 16 32 12 24
Y24 1 2 5 10 10 20 20 40 14 40
Y25 1 2 4 8 7 14 23 46 15 30
Y26 1 2 1 2 14 28 14 28 20 40
Sumber: Data Primer yang Diolah
a. Pada jawaban item Y21 (keterbukaan terhadap pengalaman) tentang sikap
keterbukaan terhadap pengalaman sebagian besar responden, yaitu 20
responden atau 40% dari jumlah responden menjawab selalu terbuka
terhadap pengalaman yang baru.
b. Pada jawaban item Y22 (kreatif) tentang sikap kreatif seseorang sebagian
besar responden secara berturut-turut, yaitu 17 responden (34%) dan 16
responden (32%) menjawab sering bersikap kreatif dalam bekerja.
69
c. Pada jawaban item Y25 (rasa tanggung jawab) tentang sikap untuk
bertanggung jawab sebagian besar responden secara berturut-turut, yaitu
20 responden (40%) dan 23 reponden (46%) menjawab selalu
bertanggung jawab atas pekerjaannya.
d. Pada jawaban item Y26 (percaya diri) tentang sikap percaya diri sebagian
besar responden, yaitu 20 responden atau 40% dari jumlah responden
menjawab selalu percaya diri.
4.5 Deskripsi Analisis Regresi Berganda
4.5.1 Terhadap Persepsi Karyawan Mengenai Konflik (Y1)
Pengolahan data dengan menggunakan regresi linier berganda untuk
mencari pengaruh variabel kecerdasan emosional (kesadaran diri (X1);
pengelolaan diri (X2); motivasi (X3); empati (X4); keterampilan bergaul (X5))
terhadap konflik (Y1), didapat hasil regresi seperti tabel berikut ini:
Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Variabel Kecerdasan Emosional terhadap Konflik (Y1)
Variabel B Beta t Sig Ket.
(constant) 0,486 1,562 0,126
Kesadaran diri (X1) 0,151 0,215 2,266 0,028* Sig.
Pengelolaan Emosi (X2) 0,188 0,197 2,119 0,040* Sig. Motivasi Diri (X3) 0,662 0,573 5,781 0,000* Sig.
Empati (X4) 0,015 0,019 0,177 0,860 Tdk Sig. Keterampilan Bergaul (X5) 0,062 0,071 0,749 0,458 Tdk Sig.
70
R 0,875
R Square 0,766
Adjusted R Square 0,739
F hitung 28,733
F tabel 2,427
Sign F 0,000
α 0,05
Sumber: Data Primer yang Diolah Keterangan : - jumlah data (observasi) = 50
- dependen variabel Y1 = Persepsi karyawan terhadap konflik - signifikan pada level 0,05
Berdasarkan perhitungan analisis regresi berganda pada tabel 4.15 diatas
dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 0,486 + 0,151 X1+ 0,188 X2+ 0,622 X3+ 0,015 X4+ 0,062 X5
Adapun interpretasinya adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai koefisien regresi (B) konstan atau semua variabel X = 0, maka
variabel persepsi karyawan terhadap konflik bernilai sebesar 0,486. Angka
ini menunjukkan bahwa tanpa adanya kecerdasan emosional, maka persepsi
karyawan mengenai konflik rendah, sehingga karyawan selalu berpersepsi
jelek mengenai konflik.
2. Dengan asumsi variabel independen lainnya konstan, maka untuk setiap
penambahan dari variabel Kesadaran Diri akan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel persepsi karyawan mengenai Konflik.
3. Dengan asumsi variabel independent lainnya konstan, maka untuk setiap
penambahan dari variabel Pengelolaan Emosi akan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel persepsi karyawan mengenai konflik.
71
4. Dengan asumsi variabel independent lainnya konstan, maka untuk setiap
penambahan dari variabel motivasi akan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel persepsi karyawan mengenai konflik.
5. Dengan asumsi variabel independent lainnya konstan, maka untuk setiap
penambahan dari variabel empati tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel persepsi karyawan mengenai konflik.
6. Dengan asumsi variabel independent lainnya konstan, maka untuk setiap
penambahan dari variabel keterampilan bergaul tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel persepsi karyawan mengenai konflik.
7. Nilai R sebesar 0,875 artinya keeratan hubungan antara variabel kesadaran
diri (X1), pengelolaan diri (X2), motivasi (X4), empati (X4), dan keterampilan
social (X5) terhadap variabel persepsi karyawan terhadap konflik (Y1)
adalah sangat kuat dan searah.
8. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai 0,765 atau 76,5%. Artinya
bahwa variabel persepsi karyawan terhadap konflik dipengaruhi oleh
kesadaran diri (X1), pengelolaan diri (X2), motivasi (X4), empati (X4), dan
keterampilan sosial (X5). Sedangkan sisanya 23,5% dijelaskan oleh variabel
lain di luar kelima variabel independent yang diteliti.
4.5.2 Terhadap Kesiapan Karyawan untuk Inovasi (Y2)
Pengolahan data dengan menggunakan regresi linier berganda untuk
mencari pengaruh variabel kecerdasan emosional (kesadaran diri (X1);
pengelolaan diri (X2); motivasi (X3); empati (X4); keterampilan bergaul (X5))
terhadap inovasi (Y2), didapat hasil regresi seperti tabel berikut ini:
72
Tabel 4.16 Hasil Analisis Regresi Variabel Kecerdasan Emosional terhadap Inovasi
Variabel B Beta t Sig Ket.
(constant) -0.407 -1.052 0.299
Kesadaran diri (X1) -0.007 -0.008 -0.090 0.929 Tdk Sig.
Pengelolaan Emosi (X2) 0.155 0.128 1.407 0.166 Tdk Sig. Motivasi Diri (X3) 0.662 0.451 4.656 0.000 Sig.
Empati (X4) 0.322 0.320 3.088 0.003 Sig. Keterampilan Bergaul (X5) 0.198 0.177 1.930 0.060 Tdk Sig.
R 0,881
R Square 0,776
Adjusted R Square 0,750
F hitung 30,476
F tabel 2,427
Sign F 0,000
α 0,05
Sumber: Data Primer yang Diolah Keterangan : - jumlah data (observasi) = 50
- dependen variabel Y2 = Kesiapan Karyawan untuk Inovasi
Berdasarkan perhitungan analisis regresi berganda pada tabel 4.15 diatas
dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = -0,468 - 0,017X1 + 0,157X2+ 0,668X3+ 0,331X4+ 0,180X5
Adapun interpretasinya adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai koefisien regresi (B) konstan atau semua variabel X = 0, maka
variabel kesiapan karyawan untuk inovasi bernilai sebesar -0,468. Angka ini
73
menunjukkan bahwa tanpa adanya kecerdasan emosional, maka kesiapan
karyawan untuk inovasi rendah sehingga karyawan selalu berpersepsi jelek
mengenai konflik
2. Dengan asumsi variabel independent lainnya konstan, maka untuk setiap
penambahan dari variabel kesadaran diri tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel kesiapan karyawan untuk inovasi.
3. Dengan asumsi variabel independent lainnya konstan, maka untuk setiap
penambahan dari variabel pengelolaan emosi tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel kesiapan karyawan untuk inovasi.
4. Dengan asumsi variabel independent lainnya konstan, maka untuk setiap
penambahan dari variabel motivasi akan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel kesiapan karyawan untuk inovasi.
5. Dengan asumsi variabel independent lainnya konstan, maka untuk setiap
penambahan dari variabel empati akan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel kesiapan karyawan untuk inovasi.
6. Dengan asumsi variabel independent lainnya konstan, maka untuk setiap
penambahan dari variabel keterampilan bergaul tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel kesiapan karyawan untuk inovasi.
7. Nilai R sebesar 0,881 artinya keeratan hubungan antara variabel kesadaran
diri (X1), pengelolaan diri (X2), motivasi (X4), empati (X4), dan keterampilan
social (X5) terhadap variabel kesiapan karyawan untuk inovasi (Y2) adalah
sangat kuat dan searah.
8. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai 0,776 atau 77,6%. Artinya
bahwa variabel kesiapan karyawan untuk inovasi (Y2) dipengaruhi oleh
kesadaran diri (X1), pengelolaan diri (X2), motivasi (X4), empati (X4), dan
74
keterampilan sosial (X5). Sedangkan sisanya 22,4% dijelaskan oleh variabel
lain di luar kelima variabel independent yang diteliti.
4.6 Hasil Pengujian Hipotesis
4.6.1 Uji F
Untuk menunjukkan apakah semua variabel independent yang dimaksudkan
dalam model regresi mempunyai pengaruh signifikan secara bersama-sama
terhadap variabel dependen digunakan uji F. berikut ini adalah tabel yang
menunjukkan hasil uji F dan besarnya Ftabel.
Tabel 4.17 Pengujian Hipotesis
Hipotesis Alternatif (Ha) Nilai Status
Ada pengaruh dari variabel kecerdasan
emosional (kesadaran diri, pengelolaan
emosi, motivasi, empati, dan keterampilan
social) terhadap persepsi karyawan
mengenai konflik (Y1).
F = 28,733
Sig F = 0,000
F tabel = 2,427
Ha diterima/
Ho ditolak
Ada pengaruh dari variabel kecerdasan
emosional (kesadaran diri, pengelolaan
emosi, motivasi, empati, dan keterampilan
social) terhadap kesiapan karyawan untuk
inovasi (Y2).
F = 30,476
Sig F = 0,000
F tabel = 2,427
Ha diterima/
Ho ditolak
Sumber: Data Primer yang Diolah
75
Berdasarkan tabel 4.17 tersebut untuk menguji hipotesis dilakukan dengan
uji F yaitu pengujian secara serentak pengaruh kesadaran diri (X1), pengelolaan
diri (X2), motivasi (X4), empati (X4), dan keterampilan sosial (X5) terhadap
persepsi karyawan mengenai konflik (Y1) dan kesiapan karyawan untuk inovasi
(Y2). Pada pengujian terhadap persepsi karyawan mengenai konflik (Y1), Ha
diterima yang ditunjukkan dengan besarnya F hitung sebesar 28,733. Nilai ini
lebih besar dari F tabel (28,733 > 2,427). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari variabel kesadaran diri (X1), pengelolaan diri (X2),
motivasi (X4), empati (X4), dan keterampilan sosial (X5) terhadap persepsi
karyawan terhadap konflik. Begitu juga dengan pengujian terhadap kesiapan
karyawan untuk inovasi, Ha diterima yang ditujukkan dengan besarnya F hitung
sebesar 30,476. Nilai ini lebih besar dari F tabel (30,476 > 2,427). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel kesadaran
diri (X1), pengelolaan diri (X2), motivasi (X4), empati (X4), dan keterampilan
sosial (X5) terhadap kesiapan karyawan untuk inovasi.
4.6.2 Penentuan Variabel independent yang Mempunyai Pengaruh Dominan
Tabel 4.18 Tabel Standardized Coefficient Beta
Standardized Coefficient Beta Variabel
Y1 Y2
Kesadaran diri (X1) 0,215 -0.008
Pengelolaan Emosi (X2) 0,197 0.128
Motivasi Diri (X3) 0,573 0.451
76
Empati (X4) 0,019 0.320
Keterampilan Bergaul (X5) 0,071 0.177
Sumber: Data Primer yang Diolah
Menentukan variabel independent yang dominant mempengaruhi Y1 dan
Y2 digunakan koefisien Standardized beta yang paling tinggi, yaitu koefisien
regresi dari variabel independent yang telah dilakukan. Dari analisis regresi
yang dilakukan untuk mengetahui variabel independent yang paling dominant
(kuat) berpengaruh terhadap Y1 dan Y2 adalah dari variabel Motivasi dengan
koefisien standardized beta masing-masing yaitu 0,573 dan 0,451. Hal ini
berarti bahwa ketika persepsi karyawan mengenai konflik baik dan
kesiapannya untuk inovasi tinggi maka faktor utama yang mempengaruhinya
adalah motivasi diri. Sehingga jika motivasi diri karyawan tinggi maka persepsi
karyawan terhadap konflik akan menjadi bagus dan kesiapan karyawan untuk
inovasi akan tinggi pula.
Hal ini dapat dipahami karena keterampilan motivasi diri merupakan
refleksi dari motivasi internal yaitu dorongan dari dalam diri karyawan untuk
memiliki sikap dan perilaku yang positif terhadap sesuatu.
4.7 Analisis Pembahasan
4.7.1 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Persepsi Karyawan
Mengenai Konflik
Temuan dari penelitian ini adalah persepsi karyawan mengenai konflik
dipengaruhi oleh kesadaran diri, pengelolaan emosi, motivasi, empati, dan
keterampilan bergaul secara simultan. Tanpa adanya kecerdasan emosional
77
maka persepsi karyawan mengenai konflik akan menjadi jelek. Karyawan akan
cenderung berpandangan secara tradisional mengenai konflik, mereka akan
selalu berkeyakinan bahwa konflik selalu merugikan dan harus dihindari.
Besarnya kontribusi dari kecerdasan emosional terhadap persepsi karyawan
mengenai konflik adalah sebesar 76,5%. Hal ini didukung oleh Darling dan
Walker (2001) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi
konflik. Suliman (2004) juga menemukan bahwa karyawan dengan kecerdasan
emosional yang tinggi akan menunjukkan level konflik yang rendah
dibandingkan dengan rekan kerja mereka yang rendah dalam kecerdasan
emosional. Dengan kecerdasan emosional yang tinggi memungkinkan seseorang
menjadi lebih berpandangan positif terhadap konflik yang terjadi didirinya.
Bagi PT Warna Mardhika, kecerdasan emosional seharusnya dimiliki oleh
para karyawan agar mereka memiliki persepsi yang baik mengenai konflik,
sehingga mereka dapat memandang suatu konflik dari sisi positifnya juga, dan
tidak hanya memandang dari sisi negatifnya saja. Pandangan seperti itu dapat
membuat pikiran karyawan menjadi lebih tenang, yang pada akhirnya mereka
dapat melakukan dan siap terhadap inovasi yang terjadi di perusahaan. Karena
dengan pikiran yang tenang karyawan dapat memahami sesuatu yang terjadi
dengan lebih baik.
Selain itu, kecerdasan emosional akan membuat seseorang menjadi lebih
baik dalam mengatur emosi dan hubungannya dengan orang lain. Karyawan
dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan hidup lebih stabil dengan konflik
yang rendah dan pikiran yang tenang, dan inilah yang diperlukan oleh kreativitas
dan inovasi.
78
Saat ini kecerdasan emosional menjadi sama pentingnya dengan
kecerdasan akademik hal ini sesuai seperti yang di ungkapkan oleh Goleman
(2004) bahwa kecerdasan akademik hanya menyumbang 20% dari faktor-faktor
yang menyumbang keberhasilan, 80% sisanya berasal dari faktor lain termasuk
kecerdasan emosional.
4.7.2 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kesiapan Karyawan untuk
Inovasi
Hasil dari penelitian ini kesiapan karyawan untuk inovasi di pengaruhi secara
simultan oleh kesadaran diri, pengelolaan emosi, motivasi, empati, dan
keterampilan bergaul. Besar kontribusi yang diberikan adalah 77,6%. Oleh
karena itu, tanpa adanya kecerdasan emosional maka kesiapan karyawan untuk
inovasi menjadi rendah. Hal ini senada dengan yang ditemukan oleh Suliman
(2004) bahwa kecerdasan emosi menunjukkan tingkat kesiapan karyawan untuk
inovasi. Karyawan dengan kecerdasan emosi yang tinggi akan menunjukkan
tingkat kesiapan untuk inovasi lebih tinggi. Hal serupa juga diungkapakan oleh
Fenwick (2003) bahwa emosi memainkan peranan yang penting terhadap
kesiapan karyawan untuk mencipta dan inovasi. Karena yang diperlukan
perusahaan untuk tetap bertahan dan bersaing di pasar dunia saat ini adalah
inovasi.
Tanpa melakukan inovasi yang berarti, maka perusahaan akan menjadi
tertinggal. Pada perusahaan inovasi dapat terjadi di berbagai aspek, inovasi bisa
meliputi perubahan-perubahan teknologis seperti produk-produk baru,
pengenalan teknolgi manufaktur canggih, atau pengenalan layanan-layanan
pendukung komputer baru dalam suatu organisasi. Inovasi bisa juga ditemukan
79
dalam perubahan-perubahan administratif. Strategi-strategi baru sumber daya
manusia, kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasional atau pengenalan tim
kerja adalah contoh-contoh mengenai inovasi administratif dalam organisasi.
Bagi PT Warna Mardhika inovasi sangatlah diperlukan di dalam perusahaan,
mengingat perusahaan tersebut bergerak di bidang garmen yang selalu
menuntut perbaharuan dalam produknya. Namun, bukan saja dalam
menghasilkan suatu produksi saja inovasi dilakukan, tapi bisa juga dalam bidang
lain seperti perubahan kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi, dimana
perubahan tersebut belum tentu menyenangkan atau dapat diterima oleh
semua orang. Oleh karena itu diperlukan suatu kecerdasan emosional yang baik
dari para karyawan untuk dapat mempermudah mereka dalam menerima
inovasi yang terjadi perusahaan. Kesiapan karyawan untuk inovasi, bukan saja
kesiapan karyawan untuk menerima inovasi yang diterapkan oleh perusahaan,
namun juga bagaimana kesiapan karyawan untuk menciptakan atau
mengahasilkan suatu inovasi. Kesimpulannya, dengan mempunyai karyawan
yang memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi atau baik, maka dapat
membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitasnya.
4.7.3 Variabel Yang Dominan Terhadap Persepsi Karyawan Mengenai Konflik
Dan Kesiapan Karyawan Untuk Inovasi
Variabel kecerdasan emosional yang paling dominan dari hasil penelitian
ini adalah variabel motivasi diri. Variabel motivasi diri mempunyai pengaruh
yang paling tinggi (dominan) dalam mempengaruhi persepsi karyawan mengenai
konflik. Hal ini terlihat dari sumbangan koefisien regresi yang diberikan yaitu
sebesar 0,573.
80
Motivasi diri adalah kemampuan untuk bertahan dari kegagalan dan
kemuduran, membantu diri mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif.
Dengan adanya motivasi diri yang baik maka seseorang tidak akan menganggap
suatu konflik sebagai suatu kegagalan atau hambatan yang dapat membuatnya
menyerah. Melainkan hambatan tersebut digunakan sebagai peluang dan
menggunakan hambatan sebagai awal keberhasilan. Motivasi juga mebuat
seseorang akan memiliki semangat yang tinggi untuk meraih sasaran tujuan
ataupun sasaran yang diinginkan. Dengan demikian, akan membuat dirinya
termotivasi untuk memandang suatu konflik sebagai sesuatu yang baik, tidak
hanya menganggap konflik sebagai sesuatu yang buruk. Konflik tidak dipandang
sebagai kegagalan atau hambatan yang dapat membuatnya menyerah.
Melainkan hambatan tersebut digunakan sebagai peluang dan menggunakan
hambatan sebagai awal keberhasilan.
Variabel motivasi diri ini merupakan variabel yang juga paling dominan
terhadap kesiapan untuk inovasi. Terlihat dari sumbangan koefisien regresi yang
diberikan yaitu sebesar 0,451. Hal ini karena adanya dorongan untuk berprestasi
menjadi lebih baik lagi melalu inovasi yang ada.
Oleh karena itu, sudah seharusnya karyawan PT Warna Mardhika memiliki
motivasi diri yang baik, sehingga dengan adanya motivasi diri, karyawan akan
mempunyai keinginan untuk mengendalikan dirinya agar mau berpersepsi baik
terhadap konflik yang terjadi dan memiliki dorongan untuk berprestasi menjadi
lebih baik lagi.
81
4.8 Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, berikut beberapa implikasi yang dapat diterapkan pada
perusahaan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki
perusahaan:
• Untuk merekrut karyawan baru, sebaiknya tidak hanya diperhatikan kecerdasan
akademiknya saja, tapi juga kecerdasan emosionalnya. Hal itu dapat dilakukan
dengan melakukan tes kecerdasan emosional saat dilakukan perekrutan.
• Manajer perlu mengerti bagaimana mengatur kecerdasan emosional mereka sendiri
sebelum mebangun kecerdasan emosional bawahan mereka.
• Untuk mengurangi konflik yang ada, perusahaan harus meningkatkan kecerdasan
emosional para karyawannya, misalnya dengan memberikan pengetahuan
mengenai kecerdasan emosional, karyawan perlu diberitahu bagaimana
pentingnya kecerdasan emosional bagi diri mereka.
• Manajer perlu menciptakan komunikasi yang baik didalam organisasi, baik antar
karyawan maupun antar atasan dan bawahan.
• Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.
• Memberikan peluang kepada karyawan untuk memberikan saran dan kritik bagi
perusahaan.
• Memberikan kesempatan bagi karyawan untuk berkreasi dalam melakukan
pekerjaan, tanpa keluar dari batasan yang telah ditentukan.