38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak Geografis Kabupaten Pohuwato Kabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo dan pada awalnya, Kabupaten Pohuwato masih termasuk Kabupaten Boalemo dalam kurung waktu dari tahun 1999 sampai dengan bulan mei 2003. Berdasarkan undang-undang nomor 6 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Bonebolango maka sejak tanggal 6 mei 2003 Kabupaten Pohuwato telah menjadi Kabupaten tersendiri. 1 Kabupaten Pohuwato dengan luas wilayah 4.244.31 km² atau 36.77 % dari luas total Provinsi Gorontalo, letak geografis antara 022’-157’ lintang utara 12123’-12219’ bujur timur. yakni sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buol (Sulawesi Tengah) dan Kecamatan Sumalata (Kabupaten Gorontalo Utara), sebalah timur berbatasan dengan Kecamatan Mananggu (Kabupaten Boalemo), sebelah selatan berbatasan dengan teluk tomini dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Parigi Mouton (Sulawesi Tengah). 2 1 Modul, (Pemetaan Neraca Dan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Mangrove Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Skala 1:50.000), 2009, hlm 40 2 Modul, (Rencana Pengelolaan, Pemanfaatan, Dan Penanggulangan Kerusakan Hutan Mangrove kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo), 2011, hlm 6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Letak Geografis Kabupaten Pohuwato

Kabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi

Gorontalo dan pada awalnya, Kabupaten Pohuwato masih termasuk Kabupaten

Boalemo dalam kurung waktu dari tahun 1999 sampai dengan bulan mei 2003.

Berdasarkan undang-undang nomor 6 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten

Pohuwato dan Kabupaten Bonebolango maka sejak tanggal 6 mei 2003 Kabupaten

Pohuwato telah menjadi Kabupaten tersendiri. 1

Kabupaten Pohuwato dengan luas wilayah 4.244.31 km² atau 36.77 % dari

luas total Provinsi Gorontalo, letak geografis antara 0 22’-1 57’ lintang utara

121 23’-122 19’ bujur timur. yakni sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten

Buol (Sulawesi Tengah) dan Kecamatan Sumalata (Kabupaten Gorontalo Utara),

sebalah timur berbatasan dengan Kecamatan Mananggu (Kabupaten Boalemo),

sebelah selatan berbatasan dengan teluk tomini dan sebelah barat berbatasan

dengan Kabupaten Parigi Mouton (Sulawesi Tengah).2

1 Modul, (Pemetaan Neraca Dan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Mangrove Kabupaten Pohuwato

Provinsi Gorontalo Skala 1:50.000), 2009, hlm 40 2 Modul, (Rencana Pengelolaan, Pemanfaatan, Dan Penanggulangan Kerusakan Hutan Mangrove kabupaten

Pohuwato Provinsi Gorontalo), 2011, hlm 6

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

4.2 Kebijakan Pemerintah Terhadap Alih Fungsi Kawasan Hutan Mangrove Di

Kabupaten Pohuwato.

Fenomena kondisi hutan manggrove di Kabupaten Pohuwato telah

menghadapi baragam masalah yang kompleks dan saling keterkaitan yang bersifat

multi dimensi yang mengharuskan semua pihak wajib mewujudkan sesuatu sistem

pegelolaan secara lestari, baik kelestarian fungsi ekonomi, fungsi ekologi maupun

fungsi sosial, dalam mempertahankan sumberdaya alam yang tersedia. Pemerintah

harus berupaya melakukan penanganan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat

mengembalikan fungsi hutan yaitu fungsi produksi, fungsi lindung, serta fungsi

konservasi. Akibat tekanan pertambahan penduduk dan mengakibatkan adanya

perubahan tata guna lahan dan sumberdaya alam secara berlebihan, hutan mangrove

di Kabupaten Pohuwato semakin menipis dimana budidaya pola tambak merupakan

sumber mata pencaharian utama, dan bahkan ada kawasan yang menjadi satu

pemukiman yang padat penduduk (desa).

Alih fungsi kawasan hutan mangrove saat ini sangat mencuat dikalangan

masyarakat yang telah banyak dijadikan lahan usaha pertambakan. Salah satu

penyebabnya kurangnya peran serta pemahaman dari individu maupun kelompok

masyarakat untuk merehabilitasi hutan mangrove. Padahal, dengan merehabilitasi

hutan mangrove akan berdampak positif dalam peningkatan pembangunan ekonomi

khususnya dalam bidang perikanan, industri, pemukiman, rekreasi dan lain-lain. Di

samping itu, hutan mangrove sebagai suatu ekosistem didaerah pasang surut,

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

kehadirannya sangat berpengaruh terhadap ekosistem-ekosistem lain. Pemanfaatan

areal hutan mangrove menjadi daerah pertambakan ini banyak diusahakan oleh

masyarakat yang berada didesa-desa wilayah kawasan hutan mangrove dan sebagian

masyarakat yang berada didesa-desa diluar wilayah kawasan hutan mangrove.

Besarnya pengalihan fungsi hutan mangrove ini, selain berakibat negatif kepada

fungsi ekologi kawasan pesisir juga berdampak pada tingginya nilai ekonomi

perlindungan lingkungan, dalam hal ini biaya rehabilitasi lahan mangrove.

Melihat kondisi hutan mangrove yang sudah banyak dialih fungsikan maka

diharapkan kepada pemerintah untuk melakukan suatu tindakan ataupun suatu usulan

guna mengembalikan kualitas hutan mangrove yang berpotensi sangat tinggi bagi

kehidupan masyarakat untuk itu harus memerlukan pengelolaan dengan tepat, sejauh

mungkin dapat mencegah terjdinya pencemaran lingkungan dan menjamin kelestarian

untuk masa kini dan yang akan datang. Sejalan apa yang dikemukakan oleh Djoni

Nento S.ip, Kepala Dinas Kehutanan Pertambangan Dan Energi Kabupaten

Pohuwato, (wawancara tgl 18/02/2013). Pemerintah daerah yang ada di Kabupaten

Pohuwato khususnya dinas kehutanan pada tahun 2007 telah berupaya mengeluarkan

surat dengan memuat tentang pelarangan dan pencegahan pembukaan lahan tambak

oleh masyarakat dikawasan hutan mangrove, dan mendata serta melaporkan luas

tambak yang sudah dimanfaatkan masyarakat.

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

Sejalan dengan intruksi Bupati Pohuwato nomor 01 tahun 2012 tentang

larangan pembukaan lahan tambak dikawasan hutan mangrove dalam rangka

perlindungan dan pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato. Sesuai

dengan kenyataan yang ada dilapangan maka pemerintah daerah tidak terlalu tegas

terhadap adanya kerusakan lahan kawasan hutan mangrove yang dikelola oleh

masyarakat hal ini dapat dibuktikan dengan pembukan lahan tambak di kawsan hutan

mangrove. Sesuai dengan pernyataan Bpk. Nasir masyarakat/pemilik tambak

(wawancara tgl 01/03/2013). Dalam hal ini memang pemerintah kabupaten telah

menginstruksi dan mengeluarkan surat edaran tersebut tetapi kami tidak membuka

lahan sendiri, kami membelinya dari orang yang sudah lama berkecimpun dimata

pencaharian yaitu tambak sejak tahun 1999 dan sudah menghasilkan. Maka kalau ini

dilarang maka kami harus bagaimana lagi untuk menghidupkan rumah tangga kami?

sedangkan kami tidak punya apa-apa. Dalam melestarikan mangrove kami juga turut

dalam hal ini. Contoh, mangrove yang berada diwilayah pesisir kami tidak

merusaknya. Kerena kami juga mengetahui fungsi dan manfaatnya. Akan tetapi kami

juga memberikan harapan agar pemerintah tidak menghentikan kegiatan kami ini

namun sosialisasinya ditingkatkan.

Menyikapi pernyataan yang disebutkan diatas dengan keterlambatan aturan

yang dibuat oleh pemerintah dan kurangnya penyuluhan serta lemahnya aparat

kehutanan sehingga masyarakat banyak meluangkan waktu untuk membuka lahan

sebagai mata pencaharian dan mengalih fungsikan kawasan hutan mangrove menjadi

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

lahan tambak. Oleh karna itu perlu adanya peran serta kerja samanya pihak terkait

dan pemerintah daerah. Berikut ini dapat kita lihat luas lahan kritis yang ada di

Kabupaten Pohuwato pada tabel 1.

Tabel 1: Luas Lahan Kritis di Kabupaten Pohuwato

LAHAN KRITIS

N

o Kecamatan AK K PK SK TK

Gren

Total

1 2 3 4 5 6 7

1 Buntulia

35,979.78

1,379.23

12,001.18

681.88

23.06

50,065.14

2 Dengilo

29,314.24

678.75

5,379.81

1,315.71 8.87

36,697.38

3 Duhiadaa

1,480.34

30.54

2,176.16 67.42

3,754.47

4 Lemito

29,954.67

2,339.56

16,141.27 522.08 600.39

49,557.97

5

Marisa 1,955.37

202.16

717.22 30.23

2,904.97

6

Paguat 4,405.96

1,666.46

305.74 190.26

101.82

6,670.25

7

Patilanggio 23,655.80

872.36

8,576.77 1,080.44 69.21

34,254.57

8

Popayato 9,894.19

692.98

4,421.05 260.41 93.08

15,361.71

9 Popayato

Barat

23,382.28

2,698.13

43,133.28 971.97

232.18

70,417.84

10 Popayato

Timur

14,903.60

1,536.43

11,643.70 744.34 283.73

29,111.80

11

Randangan 12,219.70

744.08

4,781.95

222.03 967.56

18,935.31

12 Taluditi

24,260.80

2,129.38

42,253.20

473.97

190.77

69,308.12

13

Wanggarasi 26,299.61

2,191.92

15,640.80

2,527.12 318.81 46,978.26

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

Grand Total

237,706.34

17,161.98

167,172.13

8,990.21

2,987.14

434,017.80

Sumber, Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kabupaten Pohuwato.

Keterangan:

AK : Agak Kritis SK : Sangat Kritis

K : Kritis TK : Tidak Kritis PK :

Potensial Kritis

Berdasarkan tabel diatas nampaknya sangat besar lahan kritis diwilayah

kabupaten pohuwato dan mengalami degradasi yang cukup laju, pemanfaatan lahan

dipesisir berasal dari perbuatan manusia terhadap konservasi hutan mangrove.

Kebanyakan terjadi konservasi hutan mangrove dialihkan ke fungsi yang lain seperti

tambak. Dari uraian diatas kebijakan pemerintah dalam rangka melestarikan kawasan

hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato memerlukan pendekatan vertikal maupun

horisontal dalam hal ini pemerintah harus mampu bersosialisasi dengan suluruh

instansi terkait, dan msyarakat. Sebab dalam pemulihan ekosistem hutan mangrove

dibeberapa daerah yang termasuk wilayah Kabupaten Pohuwato yang dilakukan oleh

pemerintah didukung dengan biaya dan dukungan serta partisipasi masyarakat,

kebijakan tentang pelestarian ekosistem hutan mangrove oleh pemerintah Kabupaten

Pohuwato karena hutan mangrove merupakan kawasan pantai yang didominasi oleh

plora dan pauna. Luas kawasan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato dapat dilihat

pada tabel 2.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

Tabel 2: Luas Kawasan Hutan Mangrove Berdasarkan Kecamatan Di

Kabupaten Pohuwato

No Kecamatan Hutan

Lindung

Cagar

Alam

Hutan

Produksi APL

Grand

Total

1 Paguat 251,83 60,31 24,02 270,72 606,88

2 Marisa 0 253,55 1,31 263,73 518,59

3 Duhiadaa 436,72 1,197.48 1,634.20

4 Patilanggio 616,22 0 0 436.64 1,052.86

5 Randangan 1,515.03 1,469.97 0 1,523.31 4,508.31

6 Wanggarasi 1,131.72 1,420.47 0 568.19 3,120.38

7 Lemito 1,133.28 0 0 330.76 1,464.04

8 Popayato

timur 458.31 0 0 257.71 716.02

9 Popayato 549.14 0 0 354.64 903.78

10 Popayato

barat 712.34 0 0 363.28 1,075.62

Grand total 6,804.59 3,204.30 25.33 5,566.46 15,600.81

Sumber, Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi Kab Pohuwato.

Berdasarkan tabel di atas bahwa kabupaten pohuwato mempunyai luas

kawasan hutan mangrove sebesar 15,600.81 ha. Yang terdiri dari hutan lindung,

hutan produksi, cagar alam, dan areal pembangunan lain (APL), saat ini hutan

mangrove yang telah beralih fungsi menjadi lahan pertambakan sebesar 7,679.64 ha,

hal ini dapat dilihat pada tabel 3.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

Tabel 3 : Luas kawasan Hutan Mangrove Yang Beralih Fungsi Menjadi

Tambak Di Kabupaten Pohuwato

No Kecamatan Hutan

Lindung

Cagar

Alam

Hutan

Produksi APL

Grand

Total

1 Paguat 95,46 0 12.72 50.73 158.92

2 Marisa 0 1.39 0.58 196.47 198.44

3 Duhiadaa 357.88 621.10 978.99

4 Patilanggio 60.48 0 0 276.30 336.79

5 Randangan 145.55 939.08 0 955.19 2,039.82

6 Wanggarasi 934.28 1,104.65 0 245.01 2,283.94

7 Lemito 414.01 0 0 86.88 500.89

8 Popayato timur 0.32 0.32

9 Popayato 346.21 0 0 327.73 673.95

10 Popayato barat 191.89 0 0 315.70 507.59

Grand total 2,545.77 2,045.12 13.30 3,075.46 7,679.64

Sumber, Hasil Survey Tim Dinas Kehutanan Kabupaten Pohuwato

Berdasarkan tabel diatas bahwa hutan mangrove yang ada di Kabupaten

Pohuwato sudah banyak yang dialih fungsikan hal ini dapat menimbulkan kondisi

yang kurang menguntungkan olehnya itu pemanfaatan hutan mangrove yang tersisa

atau upaya rehabilitasi untuk menanggulangi kerusakan yang sudah terjadi.

Adapun penyebab kerusakan hutan mangrove diwilayah Kabupaten

Pohuwato yaitu mencakup dua faktor yaitu:

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

a. Faktor internal

1. Tidak jelasnya batas kawasan hutan mangrove;

2. Adanya budidaya perikanan darat (pola tamabak) disekitar kawasan hutan

mangrove;

3. Adanya pembukaan/penguasaan lahan oleh masyarakat yang diperkuat oleh

administrasi kepemilikan lahan oleh pemerinah desa dan kecamatan tanpa

sepengetahuan pemerintah daerah;

4. Minimnya personil polhut serta belum adanya PPNS pada dinas kehutanan;

5. Masih kurangnya pengawasan oleh pemerintah desa, kecamatan dinas

kehutanan dan instansi terkait terutama BKSDA;

6. Masih minimnya anggaran sarana dan prasarana untuk perlindungan hutan;

7. Belum terjalinnya koordinasi lintas sektor;

8. Masih kurangnya penyuluhan;

9. Belum adanya perda yang mengatur khusus daerah pesisir pantai kawasan

hutan mangrove;

b. Faktor eksternal

1. Masih rendahya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya

hutan manggrove serta peraturan perundang-undangan;

2. Adanya pengkaplingan lahan mangrove oleh masyarakat setempat dan

diperjual belikan kepada pengusaha tambak;

3. Perkembangan jumlah penduduk diwilayah Kabupaten Pohuwato;

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

4. Adanya migrasi penduduk dari dan luar Kabupaten Pohuwato Provinsi

Gorontalo yang berinvestasi pada usaha tambak;

5. Masih rendahnya ekonomi masyarakat pesisir kawasan hutan mangrove;

6. Masih lemahnya pengawasan dan masih rendahnya partisipasi masyarakat

terhadap rehabilitasi hutan mangrove;

Menurut penulis pemerintah daerah harus selalu memperhatikan keadaan

hutan mangrove yang ada diwilayah Kabupaten Pohuwato mengingat tingkat

kerusakan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato sangat-sangat memprihatinkan

untuk itu, perlu adanya suatu trobosan dan secepatnya melakukan suatu tindakan

terkait pelestarian kawasan hutan mangrove dan mengadakan penataan lingkungan

hidup untuk kesejahteraan rakyat maka perlu adanya pembinaan oleh pemerintah

kepada masyarakat. Upaya untuk melestarikan kawasan hutan lindung (mangrove)

yang perlu ditingkatkan dan dipertahankan melalui kebijakan yang sifatnya sangat

mengikat, antara lain:

1. Memanfaatkan fungsi lindung bagi kawasan lindung yang masih bisa

dipertahankan;

2. Pengembalian fungsi hutan bagi kawasan lindung yang telah beralih fungsi

dan mengalami tumpang tindih dengan kegiatan budidaya yang dapat

mengganggu fungsi lindung;

3. Pelanggaran atau pencegahan atau kegiatan budidaya pada kawasan lindung

yang telah ditetapkan;

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

4. Pembatasan budidaya yang ada dengan tindakan konservasi secara intensif;

5. Pemindahan kegiatan budidaya yang dapat mengganggu fungsi kawsan hutan

lindung;

Dalam kebijakan pengelolaan kawasan hutan lindung khususnya kawasan

hutan mangrove perlu adanya pendekatan yang terintegritas antara kepentingan

pemanfaatan dan sumberdaya alam dan pelestariannya. Dikaitkan dengan adanya

kondisi hutan mangrove yang mengalami kerusakan maka perlu penataan ruang yang

eksisting delineasi kawasan hutan lindung dengan permasalahan tumpang tindih

dengan kegiatan budidaya pola tambak yang dapat mengganggu fungsi lindung.

Beberapa permasalahan yang terjadi yang perlu mendapat perhatian dari

pemerintah daerah (Rahardjo Adisasmita):

1. Perambahan atau intervensi kawasan hutan lindung untuk kegiatan

perladangan berpindah, sehingga menyebabkan semakin melusnya lahan-

lahan kritis.

2. Kondisi eksisting pada kawasan hutan lindung yang ternyata tidak

mempunyai fungsi lindugn lagi.

3. Kegiatan bididaya yang telah lama berkembang yang menurut kriteria fisik

merupakan kawasan lindung.

4. Pemukiman yang telah berkembang lama didalam kawasan lindung.3

3 Rahardjo Adisasmita, 2010: Pembangunan Kawasan Dan Tata Ruang, Graha Ilmu, Yogyakarta. hlm 84

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

Oleh karena itu sangat diperlukan kebijakan dalam pengendalian fungsi yang

sudah ditetapkan, yaitu untuk menjaga terjadinya erosi, bencana alam, sedimentasi,

dan hidrologis tanah untuk menjamin kelestarian lingkungan.

Menurut penulis untuk menjaga dan mengendalikan fungsi kawasan hutan

mangrove pemerintah harus lebih cenderung melakukan pengawasan pemanfaatan

kawasan lindung yang diantaranya:

a. Pemantauan

1. Potensi kawasan hutan lindung yang perlu dijaga kelestariannya untuk

generasi sekarang maupun yang akan datang..

2. Adanya kegiatan yang bisa merusak di bidang kuhutanan yang perlu di

hentikan.

3. Mengupayakan kegiatan budidaya pada kawasan lindung yang telah

ditetapkan.

b. Evaluasi

1. Mengevaluasi kawasan hutan mangrove yang fungsinya masih sangat

mengambang;

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

2. Mengevaluasi tentang kegiatan yang terjadi dibidang kehutanan khususnya

dikawasan hutan mangrove;

3. Mengevaluasi nilai ekonomis dalam kawasan hutan lindung;

Sejalan dengan yang diungkapan oleh Udin Buludawa Tokoh masyarakat

(wawancara tgl 01/03/2013). Kami sangat mengharapkan kepada pihak pemerintah

terutama instansi terkait untuk mengoptimalkan kawasan hutan maka kami butuh

kepastian hukum terhadap pelestarian hutan mangrove dalam pengawasan yang

seluas-luasnya kepada kami dalam upaya perbaikan sistem pengelolaan hutan

mangrove secara bertahap.

Kenyataan yang sedemikian, masyarakat ingin melihat sejauh mana peran dan

prilaku dari pemerintah atau lembaga yang terkait dalam pelestarian kawasan hutan

mangrove dan memberikan sanksi ataupun kepastian hukum terhadap pelanggaran

yang dilakukan baik disengaja maupun yang tidak disengaja. Fakta dilapangan

menunjukkan bahwa kecendrungan gangguan pada ekosistem mangrove diwilayah

Kabupaten Pohuwato terus meningkat. Sementara upaya perbaikan dan pemulihan

habitat masih sangat kurang tidak sebanding dengan laju konservasi lahan menjadi

tambak maupun penebangan kayu untuk kayu bakar, dimana kondisi fisik lahan telah

mengalami perubahan secara signifikan maka dengan itu upaya untuk rehabilitasi

kawasan hutan mangrove sangat sulit untuk dilakukan. Selanjutnya Arif Tahir

masyarakat (wawancara tgl 03/03/2013). Menyatakan perhatian pemerintah sangat

menentukan keberhasilan tentang upaya pelestarian kawasan hutan mangrove, jika

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

pemerintah mengawasi dan mendampingi pengelolaan hutan mangrove dengan baik

maka hasil yang ingin dicapai dapat terlaksana sebagaimana mestinya, tetapi jika

pemerintah hanya memantaunya dari jauh maka hasilnya tidak akan optimal.

Menyikapi permasalahan diatas maka ada beberapa hal yang menjadi

kebijakan pemerintah daerah diantaranya:

1. Mempertahankan kelestarian kawasan hutan mangrove;

2. Lahan tambak yang terdapat dilokasi APL akan ditetepkan menjadi kawasan

budidaya perikanan pola tambak dengan merehabilitasi pematang tambak;

3. Usulan taman hutan raya (Tahura) ke pemerintah pusat dimana tahura tersebut

dikelola dengan sistem pembagian zona yaitu zona perlindungan, zona

budidaya, zona wisata alam;

4. Usulan perubahan fungsi kawasan hutan secara persial ke pemerintah pusat;

Upaya-upaya yang telah ditempuh oleh pemerintah daerah (Dinas Kehutanan,

Pertambangan Dan Energi) terkait dengan pelestarian kawasan hutan mangrove yaitu:

1. Sosialisasi, pengawasn pembinaan dan penerbitan perusakan mangrove.

2. Instruksi pelarangan pembukaan lahan tambak baru dan penggunaan alat berat

dikawasan hutan mangrove;

3. Monitoring bersama DPRD Kabupaten Pohuwato;

4. Rehabilitasi hutan mangrove dari tahun 2004 sampai dengan 2011 seluas

1.700 ha;

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

5. Pemberian rekomendasi perbaikan pematang tambak;

6. Di heiring pansus mangrove oleh DPRD Provinsi;

7. Di heiring oleh komisi II DPRD Kabupaten Pohuwato;

8. Pelaporan perusakan mangrove;

9. Pemeriksaan oleh polri kepada masyarakat dan aparatur;

10. Operasi gabungan dengan polri, satpol, dan dishut;

11. Pendataan kepemilikan tambak;

Untuk masa yang akan datang maka perbaikan, pemulihan kawasan hutan

mangrove dapat difokuskan pada lahan pertambakan yang terindikasi telah ada

pemulihan alami, upaya yang bisa dilakukan dengan memproteksi lahan tersebut dari

berbagai gangguan seperti penebangan dan pembukaan kembali untuk budidaya

tambak. Pada lahan yang masih terbuka dan sisa konstruksi tambak masih ada,

perbaikan hidrologi dengan membuka jalur air pasang surut antar petak tambak.

Peran kelompok kerja (pokja) mangrove menjadi sangat penting dalam kegiatan

rehabilitasi mangrove.

Menurut Dahuri pemecahan suatu masaalah dengan suatu perencanaan tata

ruang kawasan pesisir yang baik serta adanya dukungan dan peran masyarakat,

swasta, dan pemerintah setempat. Tata ruang yang dimaksud adalah penetapan

peruntukan lahan yang dibagi dalam empat zona yaitu:

1. Zona preservasi;

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

2. Zona konservasi;

3. Zona pemanfaatan;

Zona preservasi adalah suatu daerah yang ekosistemnya unik, biota endemik

atau langkah atau proses penunjang seperti sebagai daerah pemijahan, pembesaran,

alur ruaya dan sebagai tempat berlindung dan mencari makanan. Sedangkan pada

zona konservasi sebagai kawasan lindung, juga bisa dimanfaatkan secara terbatas dan

terkendali seperti kegiatan wisata alam dan pendidikan. Sedangkan zona pemanfaatan

untuk budidaya hendaknya ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik sesuai dan

tidak mengganggu zona lainnya4

Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Anonim yang menyatakan selain

penataan tata ruang yang baik yang didukung oleh peran serta masyarakat, swasta dan

pemerintah setempat, perlu ada suatu model pengelolaan pemanfaatan hutan

mangrove yang baik yang akan dijadikan sebagai areal budidaya, model tersebut

dalam bentuk sistem budidaya perikanan yang memasukkan pohon mangrove

sebagian dari budidaya. Menurut Anonim ada beberapa prinsip dasar yang dapat

diperhatikan untuk mengelola kawasan hutan angrove dan tambak secara terpadu dan

baik yaitu:

1. Tambak dibangun pada areal mangrove yang sudah diatur dalam tata ruang

yang baik sesuai dengan peruntukan zonasinya.

4 Dahuri (Tesis Misran, Analisis Pemanfaatan Sumberdaya Mangrove Serta Pengaruhnya Terhadap Potensi

Hasil Tangkapan Beberapa Jenis Krustasea Dipesisir Selatan Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato

Provinsi Gorontalo), Manado, 2006, hlm 74

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

2. Ketentuan mengenai lebar jalur hijau antara tambak dan pantai atau sungai

yang disesuaikan dengan kondisi peraturan yang telah ditetapkan.

3. Tambak sebaiknya dibangun pada areal yang sangat luas tutupan

mangrovenya.

4. Perbandingan antara luas tambak dengan luas mangrove yang sangat

professional dikawasan perlu diperhatikan dan dapat dijadikan patokan pada

suatu wilayah untuk menjamin peran mangrove bagi tambak dan lingkungan

sekitar.

5. Tambak dibangun diarea yang memenuhi aspek ekologi seperti kualitas air,

karakteristik tanah yang sesuai dengan pasang surut dan komposisi jenis

mangrove, dan aspek teknis konstruksi tambak, keleregan lahan, tata guna

lahan serta komunitas air ke dalam tambak.

6. Tambak yang tidak memenuhi aspek ekologis dan teknis tersebut, tentunya

akan mengalami kegagalan dan terjadinya kerusakan hutan mangrove yang

produktif. Dan apabila terjadi maka tambak harus dihutankan kembali dan

dikelola dengan baik.5

Dengan memperhatikan peran dan potensi sumberdaya alam ekosistem hutan

mangrove yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia, maka pemanfaatan

hutan tersebut perlu memperhatikan prinsip pemanfaatan yang optimal dan lestari,

5 Anonim (Tesis Misran, Analisis Pemanfaatan Sumberdaya Mangrove Serta Pengaruhnya Terhadap Potensi

Hasil Tangkapan Beberapa Jenis Krustasea Di Pesisir Selatan Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato

Provinsi Gorontalo), Manado 2006, hlm 75

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

sehingga tidak akan mengurangi daya dukung lingkungan. Dalam perkembangannya

hutan mangrove telah dimanfatkan untuk berbaagai macam kepentingan dikalangan

masyarakat tentunya membuat dampak negatif seperti budiydaya pola tambak,

adanya berbagai kepentingan dari berbagai pihak dalam memanfaatkan areal hutan

mangrove sering menimbulkan adanya konflik atau tumpang tindih.

Melihat kondisi sumberdaya hutan yang terjadi saat ini, maka kebijakan yang

perlu diterapkan dalam pengelolaan sumberdaya hutan adalah mengoptimalkan fungsi

ekonomi, sosial budaya dan ekologi hutan yang berorientasi pada pelestarian

ekosistem mangrove dengan dukungan kelembagaan yang handal, didukung oleh

partisipasi seluruh lapisan masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove untuk

sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, perlu ditingkatkan pula keterlibatan para

pemuka masyarakat dan pemuka agama untuk mengingatkan ancaman dan bencana

kerusakan sumberdaya lingkungan dari aksi kerusakan hutan. Kedepan ada tiga hal

yang harus decermati yaitu pemisahan dan keterkaitan secara jelas yang meliputi,

kebijakan lahan dan ruang, produksi, dan kelembagaan dan keuangan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mansur Monoarfa Staf Pegawai Dinas

Kehutanan, Pertambangan Dan Energi Kabupaten Pohuwato (wawancara tgl

18/02/2013). Kerusakan hutan mangrove kami berusaha untuk menghentikan

kerusakan yang terjadi dan mengadakan kegiatan merehabilitasi bahkan merostorasi

dengan mengembalikan fungsi utama kawasan hutan mangrove dan menata hutan

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

mangrove yang mengalami kerusakan, mengingat potensi hutan sangat bepotensi

tinggi bagi kehidupan masyarakat dalam pemenuhan ekonomi.

Menurut Ramdan, bahwa nilai ekonomi total tersebut belum dapat mecakup

keseluruhan nilai sumberdaya tersebut, hal ini disebabkan karena banyak fungsi

ekosistem dan proses yang sulit dianalisis secara ilmiah, tetapi hasil penelitian

ekonomi tersebut tetap sangat berguna dalam pengambilan keputusan, pemanfaatan

dan penciptaan keadilan dalam pemanfaatan sumberdaya alam.6

Kebijakan pemanfaatan sumberdaya alam (termasuk sumberdaya hutan

mangrove) yang sampai saat ini cenderung bersifat ekstraktif, yang lebih

mengutamakan manfaat langsung dari sumberdaya yang ada. Dampak dari pada

kebijakan tersebut, menyebabkan terjadinya degradasi sumberdaya hutan mangrove.

Dengan memperhatikan hal tersebut diharapkan kepada pemerintah untuk melakukan

suatu kajian dalam pengelolaan sumberdaya alam. Meskipun nilai ekonomi yang

diperoleh menggambarkan nilai dugaan yang secara kasar, hal ini menggambarkan

bahwa analisis ekonomi sumberdaya hutan mangrove:

1. Mampu memberikan input informasi serta jasa lingkungan dan aset

lingkungan.

6 Ramdan, (Modul, Pemetaan Neraca Dan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Mangrove

Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Skala 1:50.000), 2009, hlm 75

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

2. Mampu menyajikan informasi sebagai bahan pembuatan suatu keputusan

pemanfaatan sumberdaya hutan mangrove, terutama ekonomi terhadap aset

sumberdaya yang sering diberikan nilai terlalu rendah.

3. Mampu memberikan input informasi dalam mempertimbangkan sumberdaya

hutan mangrove dapat memperlambat laju degradasi lingkungan,

pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya hutan mangrove seharusnya

dapat dilakukan dan memberikan manfaat yang lebih besar kepada

masyarakat.

4. Dalam upaya mempertahankan kelestarian sumberdaya alam mangrove

sebagai dasar kebijakan pembangunan.

Menurut penulis ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu elemen

yang terpenting bagi kehidupan manusia dan peranannya sangat berpengaruh dalam

keseimbangan kualitas lingkungan hidup dan dapat menyeimbangkan kawasan pantai

pesisir. Maka ada beberapa usulan dari pemerintah daerah dalam rencana pengelolaan

pelestarian kawasan hutan mangrove yakni rencana makro dan rencana mikro:

a. Rencana makro

(a). Penunjukkan dan penataan kawasan taman hutan raya (tahura):

1. Taman hutan raya (tahura) merupakan kawasan yang memiliki ciri khas pada

kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun ekosistemnya yang sudah

berubah;

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

2. Taman hutan raya (tahura) memiliki keindahan alam atau gejala alam;

3. Taman hutan raya (tahura) mempunyai luas yang memungkinkan

pembangunan tumbuhan dan satwa;

(b). Pengawetan kawasan hutan raya (tahura):

1. Melakukan perlindungan dan pengamanan;

2. Melakukan invertarisasi kawasan;

3. Melakukan penelitian dengan pengembangan yang menunjang pengelolaan

sumberdaya hutan;

4. Melakukan pembinaan dan pengembangan tumbuhan atau satwa;

b. Rencana Mikro

1. Restorasi atau rehabilitasi hutan mangrove

Restorasi atau rehabilitasi merupakan usaha untuk mengembalikan

kondisi lingkungan yang sudah rusak kepada kondisi semula secara alami.

Restorasi atau rehabilitasi akan terus diupayakan dan dilaksanakan oleh

pemerintah Kabupaten Pohuwato terutama kawasan cagar alam dan kawasan

hutan lindung.

2. Hutan desa

Didalam penjelasan undang-undang No 41 tahun 1999 tentang pokok

kehutanan pasal 5, hutan desa adalah hutan negara yang dimanfaatkan oleh

desa untuk kesejahteraan masyarakat desa. Selanjutnya PP no 6 tahun 2007

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan. Hutan desa

didefinisikan sebagai hutan negara yang belum dibebani ijin atau hak yang

dikelola oleh desa untuk kesejahteraan desa. Pengelolaan hutan desa

merupakan suatu alternatif pengelolaan, pemanfaatan, penanggulangan,

kerusakan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato, masyarakat dapat

memanfaatkan hutan lindung untuk budidaya perikanan tampak merubah

fungsi kawasan hutan lindung, disamping itu kawasan untuk budidaya

perikanan masyarakat dapat memanfaatkan hasil hutan untuk peningkatan

pendapatan.

3. Hutan kerakyatan

Sistem hutan kerakyatan menggambarkan hutan bukan sekedar

tegakan kayu melainkan suatu sistem pengelolaan kawasan diantaranya hutan

alam, hutan sekunder. Kerakyatan menegaskan aktor utama dalam

pengelolaan hutan adalah komunitas lokal.

4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pemerintah Terhadap

Alih Fungsi Kawasan Hutan Mangrove Di Kabupaten Pohuwato.

Kebijakan pemerintah daerah dalam upaya melestarikan kawasan hutan

mangerove di Kabupaten Pohuwato untuk melindungi terjadinya kerusakan-

kerusakan hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia dan juga mempertahanakan

dan menjaga hak negara atas hutan. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi

dinamika lahan pantai disepanjang pesisir Kabupaten Pohuwato yaitu:

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

1. Perairan pantai yang umumnya landai;

2. Sedimentasi akibat suplai sedimen dari sungai-sungai yang bermuara

diwilayah pantai terutama (sungai popayato, lemito, randangan, dan sugai

marisa), dan belakang berasal dari sungai-sungai pasang surut yang membawa

sedimen dari lahan-lahan mangrove yang dibuka untuk tambak;

3. Aksi gelombang besar saat musim angin timur, menyebabkan terbentuknya

arus susur pantai kearah barat sepanjang wilayah pantai pohuwato.

Oleh karena itu didalam konteks kebijakan pemerintah ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam pelestarian kawasan hutan

mangrove diantarnya adalah yang pertama faktor komunikasi yang di informasikan

kepada masyarakat, kedua faktor Sikap yaitu sikap pelaksana daripada kebijakan

pelestarian hutan mangrove, ketiga sumberdaya berupa fasilitas ataupun sarana yang

dimiliki oleh instansi terkait, keempat faktor ekonomi masyarakat yang ada

dikawasan hutan mangrove yang mempunyai peranan penting dalam hal tersebut

yaitu:

a. Faktor Komunikasi

Faktor komunikasi dalam penyelenggaraan kebijakan dalam bidang kehutanan

sangat berpengaruh, hal ini harus dipahami oleh pemerintah dalam mensosialisasakan

atau menginformasikan kepada masyarakat keberhasilan pembangunan di bidang

kehutanan tidak saja ditentukan oleh aparatur yang cakap dan trampil, tetapi harus

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

juga didukung peran serta masyarakat. Dalam undang-undang No 41 tentang pokok

kehutanan pasal 52 dijelaskan bahwa pengurusan hutan secara lestari, diperlukan

sumberdaya manusia berkualitas yang bercirikan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang didasari dengan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

melalui penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta

penyuluhan kehutanan yang berkesinambungan. Disamping itu, didalam pasal 5 dan

pasal 6 undang-undang no 4 tahun 1982 tentang pengelolaan lingkungan hidup telah

diatur peran serta masyarakat. Pasal 5 undang-undang No 4 tahun 1982 tentang

pengelolaan lingkungan hidup yang berbunyi:

1. Setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat;

2. Setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta

menganggulangi kerusakan dan pencemarannya;

Pasal 6 undang-undang No 4 tahun 1982 tentang pengelolaan lingkungan

hidup ditentukan bahwa setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan

serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Selanjutnya dalam penjelasan

undang-undang no 41 tentang pokok kehutanan pasal 56 dijelaskan bahwa

penyuluhan kehutanan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

serta mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung

pembangunan kehutanan atas dasar iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

serta sadar akan pentingnya sumberdaya hutan bagi kehidupan manusia.

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

Menyadari akan pentingnya suatu komunikasi antara semua stakeholder, baik

pemerintah, serta masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu diharapkan kepada

pemerintah dalam mengkomunikasikan secara tepat agar mancapai suatu tujuan yang

diharapkan. Menurut Abd Wahid Hiola Sekretaris Dinas Kehutanan Pertambangan

Dan Energi Kabupaten Pohuwato (wawancara tgl 20/02/2013). Kami sebagai

penyelenggara suatu kebijakan dalam pelestarian hutan mangrove dalam

mengkomunikasikan apa maksud dan tujuan pemanfaatan dan pelestarian kawasan

hutan mangrove kami menggunakan sarana dan prasarana untuk melakukan

penyuluhan, seminar, rapat kerja dan mempublikasikan melalui media lain

Olehnya itu peranan penting bagi pemerintah dalam rangka pengetahuan

masyarakat dalam upaya pelestarian hutan mangrove dengan kesadaran masyarakat

menjaga kawasan akan pentingnya bagi kehidupan mereka. Selanjutnya menurut

Umar Pasandre masyarakat menyatakan (wawancara tgl 05/03/2013). Tujuan

pelaksanaan daripada kebijakan pelestarian hutan mangrove oleh pemerintah daerah

sangat memberikan manfaat besar bagi kami sebagai masyarakat, namun demikian

kecendrungan pemerintah dalam mengkomunikasikan atau mempublikasikan dalam

waktu yang sangat langka sehingga terjadi komunikasi yang tidak berkelanjutan

terutama masyarakat yang tinggal dipelosok pedesaan tentunya mereka tidak terlalu

mengetahui adanya kebijakan dari pemerintah itu sendiri

Dengan demikian faktor komunikasi dalam kebijakan pemerintah daerah

khususnya pelestarian kawasan hutan mangrove sangat berpengaruh, untuk itu dalam

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

mencapai upaya agar kebijakan terlaksana dengan baik salah satu cara dalam kegiatan

ini menitip beratkan kepada masyarakat yang ada dikawasan pesisir hutan mangrove ,

peran pemerintah harus mensinergitas antara masyarakat dan pemerintah dalam

pelestarian kawasan hutan mangrove.

b. Faktor Sikap

Sikap pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan sangat dipengaruhi oleh sikap

pemerintah itu sendiri, maka dari itu sikap dan perilaku dalam melaksanakan kegiatan

kehutanan, tentunya sangat terkait dengan peran dan fungsi yang diembang setiap

stakeholder. Hal ini sesuai pernyataan Bambang pelaksana tehnis lapangan

Dinas Kehutanan Kabupaten Pohuwato (wawancara tgl 22/02/2013). Kami dalam

melaksanakan tugas ataupun pengawasan terhadap kawasan hutan mangrove kami

langsung turun ke lokasi, sasaran kami untuk memberikan pemahaman akan

pentingnya kawasan hutan mangrove kepada masyarakat, terutama masyarakat yang

telah memanfaatkan hutan mangrove untuk kebutuhan sehari-hari dan yang penting

telah berahli fungsi menjadi tambak tanpak diberi ijin dari pihak pemerintah daerah

terutama dinas kehutanan.

Pemerintah harus melakukan suatu pendekatan ruang wilayah adalah

pemanfaatan wilayah dengan memperhatikan aspek ruangan yang mencakup aspek

lokasi wilayah dan aspek dimensi wilayah. Aspek lokasi wilayah berkaitan dengan

fungsi lindung, dengan masalah pemilihan lokasi bagi tempat permukiman atau

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

kegiatan usaha yang memperoleh tingkat kemudahan yang diinginkan, dan kegiatan

usaha bagi masyarakat diwilayah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun

untuk mengembangkan kegiatan usahanya sehari-hari. Dan aspek dimensi wilayah

berkaitan dengan tataguna lahan sehubungan dengan fungsi lindung dalam rangka

pemanfaatan secara optimal.

Dalam mengembangkan perilaku yang sesuai dengan kebutuhan kehutanan,

maka diperlukan suatu budaya IPTEK, karena dengan memahami ilmu pengetahuan

dan teknologi maka sikap dan perilaku masyarakat dapat secara konsisten

dikembangkan kearah yang lebih baik. Serta peran masyarakat terhadap pengelolaan

sumberdaya alam yang sebenarnya sudah diatur dalam beberapa-beberapa peraturan

perundang-undangan seperti yang tercantum dalam pasal 68 samapi dengan pasal 70

undang-undang No 41 tahun 1999 tentang pokok kehutanan diatur sebagai berikut:

1. hak masyarakat

a. Menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan hutan. Pengertian

menikmati kualitas lingkungan, termasuk untuk memperoleh manfaat sosial

dan budaya bagi masyarakat yang tinggal didalam dan disekitar hutan.

b. Dapat.

1) Manfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

2) Mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hasil hutan, dan

informasi kehutanan.

3) Memberi informasi, saran, serta pertimbangan dalam pembangunan

kehutanan.

4) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan kehutanan.

c. Masyarakat didalam dan sekitar hutan berhak memperoleh kompensansi

karena hilangnya akses dengan hutan sekitarnya sebagai lapangan kerja untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya akibat penetapan kawasan hutan, sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu untuk tidak

menimbulkan kesensaraan kepada pemerintah dan pihak penerima izin usaha

pemanfaatan hutan berkewajiban untuk mengupayakan konfensasi yang

memadai, antara lain dalam bentuk mata pencaharian baru dan keterlibatan

dalam usaha pemanfaatan hutan disekitarnya.

d. Setiap orang berhak memperoleh konfensasi karena hilangnya hak atas tanah

milik sebagai akibat dari adanya penetapan kawasan hutan, sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. kewajiban masyarakat

Dalam bidang kehutanan masyarakat berkewajiban ikut serta memelihara dan

menjaga kawasn hutan dari gangguan dan perusakan, artinya mencegah dan

menanggulangi terjadinya pencurian, kebakaran hutan, gangguan ternak, perambahan,

pendudukan, dan sebagainya.

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

3. peran serta masyarakat

a. Turut berperan serta dalam pembangunan bidang kehutanan;

b. Ketentuan mengenai peran serta masyarakat diatur dalam peraturan

pemerintah.

Selanjutnya Rijal Sompah ketua karang taruna Desa Torosiaje menyatakan

(wawancara tgl 06/03/2013). Sikap dan perilaku pemerintah dalam mengaplikasikan

suatu program kerja sangat menentukan keberhasilan program itu sendiri dalam hal

ini jika pemerintah dalam pelaksanaan program sangat berperan penting maka akan

tercapai sesuai apa yang diharapkan.

Pengawasan terhadap kebijakan dalam pelestarian kawasan hutan mangrove

salah satu wujud dan kunci keberhasilan setiap usaha dan upaya pelestatian yang

secara berkesinambungan. Oleh karena itu pemerintah harus meningkatkan peran

aktif masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove.

c. Faktor Sumberdaya

Pengelolaan sumberdaya alam harus dirumuskan dalam kegiatan-kegiatan

yang bertujuan untuk optimasi fungsi ekosistem atau sisten habitat dengan kondisi

perairan. Secara garis besar kegitan tersebut berupa kegitatan pelestarian,

pengembangan dan rehabilitasi ekosistem mangrove. Kegiatan pelestarian ekosistem

mangrove ditujukan terhadap ekosistem yang fungsinya dalam keadaan optimum agar

fungsi tersebut dapat lestari. Pemanfaatan yang baik adalah penyandagunaan

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

sumberdaya sesuai dengan daya dukung sumberdaya yang bersangkutan. Oleh sebab

itu guna mencapai pemanfaatan secara berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan

manusia terhadap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat diwilayah

pesisir dan lautan, maka diperlukan sumberdaya pesisir dan lautan yang berpusat

pada masyarakat dan dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan dua aspek

kebijakan, yaitu aspek ekonomi dan ekologi.(Supriharyono). 7

Dalam kebijakan pelestarian kawasan hutan mangrove sangat diperlukan

adanya sumberdaya yang mempunyai peranan penting untuk pengembangan kawasan

sebagai upaya pembangunan pada suatu wilayah demi tercapainya kesejahteraan

masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan berkelanjutan

dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan produktif (sektor primer,sekunder, tersier)

dan penyediaan fasilitas pelayanan ekonomi dan sosial, penyedian sarana dan

prasarana serta perlindungan lingkungan. Sebagaiman diungkapkan oleh Abd Wahid

Hiola, Sekretaris Dinas Kehutanan, Pertambangan Dan Energi Kabupaten Pohuwato

(wawancara tgl 22/02/2013). Saat ini keterbatasan personil dinas kehutanan maka

akan dilakukan kerja antara sektor dengan maksud dan tujuan pelestarian kawasan

hutan mangrove agar terlaksana dengan apa yang diharapkan, dan berusaha

menyampaikan dan mensosialisasikan kepada masyarakat

7 Supriharyono. (Modul, Pemetaan Neraca Dan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Mangrove Kabupaten

Pohuwato Provinsi Gorontalo Skala 1:50.000), 2009, hlm 22

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

Dengan demikian sangat dibutuhkan jumlah staf dan tenaga ahli dalam

menata sumberdaya hutan terutama dinas kehutanan, dan seharusnya sumberdaya

hutan perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah agar status dan

keadaan sumber fisik hutan dapat terjaga dengan baik serta kondisi sosial masyarakat

yang ada didalam dan disekitar hutan tentunya lebih mengoptimakan sinergitas semua

elemen itu perlu dilakukan pengukuhan kawasan hutan, dan penyusunan neraca

sumber daya hutan serta sistem informasi kehutanan, dan sumberdaya manusia yang

ada didalamnya. Selanjutanya menurut Rahmat Labuku masyarakat menyatakan

(wawancara tgl 06/03/2013). Permasalahnya saat ini adalah sumberdaya manusia

yang sangat terbatas sehingga terjadi ketidak koneksitas antara masyarakat dan

pemerintah dalam mengoptimalkan program pelestarian kawasan hutan mangrove

yang ada di Kabupaten Pohuwato, contohnya diwilayah kecamatan popayato tidak

ada konsisten dari pemerintah kepada masyarakat, saat ini pemerintah harus mampu

merekrut relawan dari kelompok masyarakat yang dapat membantu terlaksananya

program tersebut.

Menyikapi hal tersebut sangat berdampak pada arah kebijakan dalam upaya

pelestarian hutan mangrove yaitu mengembalikan daya fungsi hutannya, kebijakan

oleh pemerintah daerah dengan meluasnya perambahan hutan mangrove sesuai

dengan kebutuhan masyarakat menunjukkan bahwa ada kecenderungan masyarakat

yang menggeluti masalah kehutanan dan belum optimalnya penyuluhan pemerintah

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

kepada masyarakat. Olehnya itu perlu ditingkatakan SDM dan stakeholder yang

terkait dengan kehutanan.

Ada beberapa prinsip dalam penataan ruang yang terkait dengan pelestarian

kawasan hutang mangrove dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan hidup

yaitu:

1. Kesesuaian (suitability).

Setiap kegiatan terkait dengan pengelolaan sumberdaya harus

mempertimbagkan keserasian antara kebutuhan dari kegiatan yang akan

dilaksanakan baik kegiatan langsung maupun tidak langsung pada saat

sekarang maupun yang akan datang dan menghindari berbagai konflik yang

terjadi diantara kegiatan-kegiatan dalam pemanfaatan ruang.

2. Kesinambungan sumberdaya alam dan lingkungan hidup (the continuity of

natural resources and environment).

Fungsi perlindungan (proteksi) seharusnya selalu mengikuti fungsi yang

telah dialokasikan pada ruang atau kawasan tertentu menjadi sangat penting

tidak hanya karena karakteristik kawasan tersebut, akan tetapi memeliki kaitan

yang erat dengan kawasan tersebut.

Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

3. Demokratisasi ruang.

Pemanfatana ruang atau kawasan seharusnya mampu menyediakan

aksebilitas secara profesional bagi setiap anggota masyarakat untuk

pemenfaatan sumberaya dalam wilayah atau disuatu kawasan yang

bersangkutan. Dalam rencana pengelolaan sumberdaya seharusnya

direncanakan dan disususn sedemikian rupa yang merupakan pendorong untuk

mengembangkan kegiatan pembangunan yang melibatkan peran serta

masyarakat setempat.

4. Sinergi regional (regional synergy).

Sinergi regional dalam suatu kondisi dimana kapabilitas suatu wilayah

atau kawasan mengembangkan kegiatan pembangunan diakibatkan oleh

intraksi fungsional secara optimal diantara unit-unit wilayah dan sekitarnya.

d. Faktor Ekonomi

Perubahan yang terjadi pada sumberdaya alam dan lingkungan akan

memberikan dampak pada kegiatan perekonomian masyarakat, yang pada akhirnya

berakibat pada pendapatan dan biaya secara finansial. Perubahan pada pendapatan

tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk valuasi sumberdaya alam dan

lingkungan.

Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

Dalam hal ini perlu diidentifiksi fakor-faktor input untuk perikanan karang

yang menjadi output bagi ekosistem hutan mangrove. Demikian pula faktor-faktor

biofisik yang mempengaruhi produktifitas ekosistem hutan mangrove perlu diukur

dan diidentifikasi kaitannya dengan perikanan karang. Nilai-nilai ekonomi yang

terkandung didalam sumberdaya alam khususnya ekosistem mangrove sangat

berperan dalam penentuan kebijakan pengelolaannya, sehingga alokasi dan alternatif

pengelolaannya dapat efisein dan berkelanjutan. Hal terungkap dari Djoni Nento, S.Ip

Kepala Dins Kehutanan, Pertambangan Dan Energi Kabupaten Pohuwato

(wawancara tgl 24/02/2013). Kami dari pemerintah daerah akan berusaha untuk

mempertegas aturan-aturan yang sudah dibuat dan kebijakan yang sudah

dilaksanakan oleh pemerintah dan kami juga akan menerapkan tindakan hukum

kepada masyarakat yang semata-mata tidak ada perhatian atas kebijakan yang

diupayakan oleh pemerintah daerah.

Dalam hal ini pemerintah daerah akan mempertegas aturan dalam menjaga

dan melestarikan kawasan hutan mangrove yang ada diwilayah Provinsi Gorontalo

khususnya Kabupaten Pohuwato mengingat manfaat hutan mangrove bagi kehidupan

masyarakat. Untuk itu dikaitkan dengan struktur birokrasi yang efektif yang bisa

mewujudkan suatu program unggulan dari pemerintah daerah terkait pelastarian hutan

mangrove dan pembangunan bidang kehutanan dan pengembangan hutan rakyat

dengan adanya reboisasi hutan dan lahan kritis dengan tanaman yang memiliki nilai-

nilai ekonomis yang tinggi, serta membina dan meningkatkan kesadaran ekologi dan

Page 35: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

konservasi pada masyarakat dalam pemanfaatan hutan mangrove. Sejalan apa yang

diungkapkan oleh Marjun Ngguik masyarakat (wawancara tgl 07/03/2013).

Seharusnya pemerintah harus memperhatikan kondisi daripada masyarakat, karena

sebagian masyarakat hidup mereka sangat bergantungan pada pemanfaatan hutan

mangrove, contohnya kami sebagai masyarakat kecil biasanya kami mempergunakan

kayu mangrove untuk kepentingan rumah tangga seperti dipakai untuk memasak,

tetapi jika pemerintah melarangnya maka kami dalam keadaan yang seperti ini harus

bagaimana lagi?

Lain halnya dengan pendapat Muhidin Darise, Tokoh Masyarakat menyatakan

(wawancara tgl 07/03/2013). Pemerintah bisa saja melarang kami untuk mengambil

atau mempergunakan kayu mangrove yang biasa disebut dengan bakau tetepi

pemerintah harus mampu menanggulangi keperluan kami dalam sehari-hari, seperti

menyiapkan kompor dan minyak tanah, karena melihat kondisi ekonomi yang sangat

rendah maka setiap masyarakat menggunakan kayu untuk keperluan memasak dan

lain-lain

Menyikapi pernyataan diatas masyarakat dalam hal ini perlu mendapat

pengertian dari pemerintah bahwa hutan mangrove yang akan dilestarikan akan

menjadi milik mereka khususnya yang ada diwilayah pesisir. Melalui mekanisme ini

masyarakat tidak merasa dianggap bertanggungjawab, melainkan ikut memeliki hutan

mangrove tersebut, karena mereka merasa ikut merencanakan apa yang direncanakan

oleh pemerintah menyangkut pelestarian kawasan hutan mangrove. Kondis

Page 36: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

kemiskinan masyarakat disekitar hutan sangat meningkatnya jumlah penduduk dari

tahun ke tahun oleh sebab itu tidak danya lapangan kerja diluar pertanian menjadikan

sumber tekanan kawasan hutan oleh masyarakat hal ini disebabkan faktor hukum dan

kebijakan pemerintah yang mendukung hal itu terjadi.

Hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato baik secara langsung maupu tidak

langsung telah memberikan manfaat kepada masyarakat disekitarnya, maka dari itu

pemerintah mempertahankan sumberdaya hutan mangrove, merujuk dari hasil

wawancara dengan masyarakat yang ada dikawasan hutan mangrove, nilai ekonomi

hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato dihitung dari manfaat langsung, manfaat

tidak langsung, manfaat pilihan, dan manfaat keberadaan.

a. Manfaat langsung

Manfaat langsung berupa:

1) manfaat usaha tambak;

2) manfaat dari hasil kayu untuk bahan bangunan;

3) manfaat penangkapan hasil perikanan seperti kepiting, bibit alam, benur atau

nener, dan kerang;

4) manfaat dari bibit bakau

b. Manfaat tidak langsung

Manfaat tidak langsung adalah nilai yang secara tidak langsung diserahkan

manfaatnya, berupa hal yang dapat mendukung nilai guna langsung.

Page 37: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

c. Manfaat pilihan

Manfaat pilihan adalah nilai potensial yang dapat dimanfaatkan untuk masa

yang akan datang, memperhitungkan manfaat keanekaragaman hayati (boidiversity)

dari ekosistem mangrove.

d. Manfaat keberadaan

Manfaat keberadaan adalah nilai guna yang berdasarkan pada kepedulian akan

keberadaan sumberdaya.

Berdasarkan hasil identifikasi dan kuantifikasi seluruh manfaat hutan

mangrove yang diperoleh di Kabupaten Pohuwato, maka nilai keseluruhan dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4: Nilai Total Ekonomi Hutan Mangrove Di Kabupaten Pohuwato tahun

2009

No Kategori manfaat Rp Per ha per

tahun Rp Per tahun Presentase

1 Manfaat langsung

aktual 10.209.891,67 30.0216.653.732,46 21,28

2 Manfaat tidak

langsung 156.062.008,24 85.950.247.451,66 60,93

3 Manfaat pilihan 156.570,00 1.074.724.662,60 0,76

4 Manfaat keberadaan 3.500.000,00 24.024.630.000,00 17,03

Total 176.901.768,95 141.071.255.846,72 100,00

Sumber: Data Primer Pemetaan Neraca Dan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan

Mangrove Di Kabupaten Pohuwato,

Page 38: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Letak ...eprints.ung.ac.id/2320/9/2013-1-74201-271409072-bab4-25072013060625.pdfKabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang ada

Nilai ekonomi total (NET) bermanfaat untuk mengilustrasikan hubungan

timbal balik antara ekonomi dan lingkungn yang diperlukan untuk melakukan

pengelolaan sumberdaya alam yang baik, dan menggambarkan keuntungan atau

kerugian yang berkaitan dengan pilihan kebijakan dan program pengelolaan

sumberdaya alam, sekaligus bermanfaat dalam menciptakan keadilan dalam dalam

distribusi manfaat sumberdaya alam tersebut, (Ramdan).8

8 Ramdan et al, (Modul, Pemetaan Neraca Dan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Mangrove Kabupaten

Pohuwato Provinsi Gorontalo Skala 1:50.000), 2009, hlm 73