51
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah satu dari 26 kecamatan yang ada di Kabupaten Kediri. Kecamatan Ringinrejo yang menghubungkan Kota Blitar dan Kota Kediri. Batas wilayah Kecamatan Ringinrejo adalah sebagai berikut: Timur : Kecamatan Wates Selatan : Blitar Barat : Kecamatan Kras Utara : Kecamatan Kandat Topografi Kecamatan Ringinrejo berupa dataran rendah, sehingga untuk mendapatkan air di lingkungan peternakan cukup mudah. Lokasi yang digunakan sebagai peternakan harus tersedia sumber air yang cukup. Terutama pada musim kemarau, air merupakan kebutuhan mutlak untuk ayam karena kandungan air didalam tubuh ayam mencapai 70% jumlah air yang dikonsumsi ayam tergantung dari jenis ayam, umur, berat badan ayam dan cuaca. Suhu udara didaerah ini 28˚C dengan tingkat curah hujan rata-rata sekitar 23,11 mm per hari. Secara keseluruhan luas wilayah sekitar 4.223 km 2 . Wilayah Kecamatan Ringinrejo diapit oleh dua gunung yang berbeda sifatnya, yaitu Gunung Kelud di sebelah Timur yang bersifat Vulkanik dan Gunung Wilis disebelah barat yang bersifat non vulkanik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas penduduk dengan mata pencaharian sebagai peternak adalah desa Purwodadi. Desa Purwodadi merupakan salah satu desa yang berada di kawasan Kecamatan Ringinrejo yang memiliki luas daerah sekitar 462,6 Ha dengan jumlah dusun sebanyak 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Ringinrejo adalah salah satu dari 26 kecamatan

yang ada di Kabupaten Kediri. Kecamatan Ringinrejo yang

menghubungkan Kota Blitar dan Kota Kediri. Batas wilayah

Kecamatan Ringinrejo adalah sebagai berikut:

Timur : Kecamatan Wates

Selatan : Blitar

Barat : Kecamatan Kras

Utara : Kecamatan Kandat

Topografi Kecamatan Ringinrejo berupa dataran rendah,

sehingga untuk mendapatkan air di lingkungan peternakan

cukup mudah. Lokasi yang digunakan sebagai peternakan

harus tersedia sumber air yang cukup. Terutama pada musim

kemarau, air merupakan kebutuhan mutlak untuk ayam karena

kandungan air didalam tubuh ayam mencapai 70% jumlah air

yang dikonsumsi ayam tergantung dari jenis ayam, umur,

berat badan ayam dan cuaca. Suhu udara didaerah ini 28˚C

dengan tingkat curah hujan rata-rata sekitar 23,11 mm per

hari. Secara keseluruhan luas wilayah sekitar 4.223 km2.

Wilayah Kecamatan Ringinrejo diapit oleh dua gunung yang

berbeda sifatnya, yaitu Gunung Kelud di sebelah Timur yang

bersifat Vulkanik dan Gunung Wilis disebelah barat yang

bersifat non vulkanik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas penduduk

dengan mata pencaharian sebagai peternak adalah desa

Purwodadi. Desa Purwodadi merupakan salah satu desa yang

berada di kawasan Kecamatan Ringinrejo yang memiliki luas

daerah sekitar 462,6 Ha dengan jumlah dusun sebanyak 3

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

38

daerah, hal ini menjadikan banyaknya penduduk yang memilih

bermata pencaharian sebagai peternak dan petani, karena luas

lahan kosong yang cukup mendukung dalam usaha peternakan

ayam ras petelur. Lokasi peternakan yang baik yaitu harus

jauh dari pemukiman penduduk dengan tujuan untuk

menghindari konflik dengan lingkungan akibat dari polusi bau

atau debu, serta agar ayam terhindar dari kontaminasi penyakit

yang dibawa oleh manusia atau binatang lainnya seperti ayam

kampung, itik, kambing, sapi dan kerbau.

Rata-rata populasi pemeliharaan ayam ras petelur di

Kecamatan Ringinrejo adalah sebanyak 10.031 ekor ayam ras

petelur strain lohmann, alasan pemilihan strain tersebut

berdasarkan pengalaman bahwa strain tersebut dapat

menyesuaikan dengan kondisi lingkungan, pertimbangan yang

lain adalah efisiensi produksi yang cukup tinggi dan

menghasilkan telur relatif baik. Poultry Indonesia (2006)

menjelaskan bahwa apa yang dilakukan dengan perbaikan

genetik pada semua strain ayam bertujuan meningkatkan

pendapatan peternak.

4.2. Karakteristik Responden

Sampel yang digunakan dalam penelitian untuk peternak

dengan total 16 peternak yang ada di Kecamatan Ringinrejo

dengan rincian 7 peternak untuk Desa Purwodadi, 4 peternak

untuk Desa Deyeng, 1 peternak untuk Desa Dawung, 1

peternak untuk Desa Cangkringan, 1 peternak untuk Desa

Nambakan, 1 peternak untuk Desa Ringinrejo dan 1 peternak

untuk Desa Balong. Sampel untuk pedagang dengan rincian 3

orang sampel untuk pedagang besar, 10 sampel untuk

pedagang menengah dan 20 sampel untuk pedagang pengecer

telur ayam ras. Pengambilan data dari masing-masing sampel

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

39

dijadikan sebagai data primer untuk karakteristik responden

mulai dari peternak sampai pedagang pengecer telur ayam ras

meliputi usia responden, jenis kelamin responden, pendidikan

terakhir responden dan lama usaha yang dijalankan oleh

responden penelitian. Karakteristik responden penelitian akan

dijelaskan dalam bentuk gambar karakteristik responden pada

masing-masing profil peternak, pedagang besar, pedagang

menengah dan pedagang pengecer telur ayam ras sebagai

berikut.

4.2.1. Responden Peternak (Produsen)

Peternak ayam ras petelur di Kecamatan Ringinrejo rata-

rata memiliki populasi 10.031 ekor ayam ras petelur. Peternak

ayam ras petelur berperan sebagai produsen dalam

pendistribusian telur ayam ras, artinya semua harga yang

nantinya akan terpatok dari peternak ayam ras petelur.

Karakteristik peternak menggambarkan tingkat kemampuan

dari masing-masing peternak. Karakteristik peternak dapat

diperoleh dengan melihat latar belakang peternak tersebut, hal

yang perlu diamati meliputi usia, tingkat pendidikan akhir,

jenis kelamin, lama usaha dan mata pencaharian utama.

4.2.1.1. Karakterisitik Responden Peternak Berdasarkan

Usia

Responden peternak di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten

Kediri sebagian besar berusia antara 41-50 tahun sebanyak 7

orang atau 43,75%, responden peternak berusia antara 21-30

sebanyak 1 orang atau 6,25%, responden peternak berusia

antara 31- 40 tahun sebanyak 5 orang atau 31,25% dan

responden peternak yang berusia antara 51-60 tahun sebanyak

3 orang atau 18,75% (seperti terlihat pada lampiran 1). Usia

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

40

merupakan salah satu pendukung dalam ketangkasan

melakukan usaha, dimana pada usia seseorang. Orang dapat

dikatakan produktif dan tidak produktif lagi dalam

pengembangan usaha yang dijalankan, selain itu usia juga

menentukan kemampuan fisik dalam menjalankan usaha yang

ditekuninya, terutama usaha dibidang peternakan ayam ras

petelur yang cukup banyak melakukan kegiatan fisik, sehingga

peternak harus mampu menanganinya walaupun tenaga kerja

yang digunakan sudah cukup. Mayoritas usia yang dimiliki

oleh peternak ayam ras petelur adalah usia 41-50 tahun sebesar

43,75%, usia 41-50 termasuk umur yang produktif karena

tingkat produktivitas seseorang dipengaruhi oleh tingkat umur

yang dapat dilihat dan diamati dari beberapa segi antara lain

lamban, kurang kreatif, sukar mengerti dan diarahkan. Usia

yang dianggap kurang produktif adalah 65 tahun ke atas,

sedangkan yang termasuk usia produktif adalah 15-64 (Badan

Pusat Statistik, 2014). Usia produktif merupakan usia dimana

seseorang dapat mengoptimalkan segala hal yang

mempengaruhi persepsi seperti pengalaman, proses belajar dan

pengetahuan.

6.25%31.25%

43.75%

18.75%Usia 21-30

tahun

Usia 31-40

tahun

Usia 41-50

tahun

Usia 51-60

tahun

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 3. Diagram karakteristik peternak berdasarkan usia.

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

41

4.2.1.2. Karakteristik Responden Peternak Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Akhir

Tingkat pendidikan seseorang merupakan salah satu

indikator keberhasilan dalam suatu usaha di bidang peternakan

ayam ras petelur. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi

dimiliki oleh peternak, maka ketrampilan dan wawasan yang

dimiliki di dunia budidaya ayam ras petelur akan semakin

banyak sehingga muncul inovasi-inovasi baru yang dapat

memberikan perkembangan dan kemajuan usaha yang sedang

dijalankannya. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang

rendah cenderung akan menggunakan pengalaman sebagai

ketrampilan usahanya dan orang orang tersebut tidak mudah

menerima inovasi baru yang diberikan penyuluh peternakan

dikarenakan alasan pengalaman yang didapatkannya lebih

bermakna dibandingkan inovasi baru yang diberikan penyuluh

pada peternak. Tingkat pendidikan responden diukur melaui

tingkat pendidikan formal yang pernah dilaluinya. Responden

peternak sebagian besar tamatan SLTP sebanyak 6 orang atau

37,5%. Persentase responden peternak lainnya antara lain

tamatan SD yaitu sebanyak 6 orang atau 37,5%, responden

peternak tamatan SLTA yaitu sebanyak 4 orang atau 25% dan

peternak yang menjadi responden tidak ada yang melalui

pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi (seperti terlihat

pada lampiran 1). Hasil penelitian menujukkan persentase

paling banyak pada kategori ini adalah pendidikan SD dan

SLTP hal ini disebabkan karena kurang adanya informasi dan

biaya pendidikan (seperti terlihat pada gambar 4). Pendidikan

sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, terutama dalam

hal pengambilan keputusan dan pengaturan manajemen dalam

mengelola suatu usaha. Pendidikan dapat mempermudah

dalam menerima atau mempertimbangkan suatu suatu inovasi

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

42

yang dapat membantu mengembangkan usaha menjadi lebih

baik dari sebelumnya, sehingga peternak tidak mempunyai

sifat yang tidak terlalu tradisional. Pendidikan dianggap

sebagai sarana untuk mendapatkan sumber daya manusia yang

berkualitas karena pendidikan dianggap mampu untuk

menghasilkan tenaga kerja yang bermutu tinggi.

37.5%

37.5%

25%

SDSLTPSLTA

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 4. Diagram karakteristik peternak berdasarkan tingkat

pendidikan akhir.

4.2.1.3. Karakteristik Responden Peternak Berdasarkan

Lama Usaha

Pengalaman responden dalam usaha di bidang peternakan

ayam ras petelur di Kecamatan Ringinrejo (seperti terlihat

pada lampiran 1) yaitu berkisar antara 1 hingga 30 tahun.

Sebagian besar responden peternak belum banyak

berpengalaman yaitu berkisar antara 1-10 tahun sebanyak 10

orang atau 62,5%. Responden peternak lainnya memiliki

pengalaman berkisar antara 11-20 tahun sebanyak 5 orang atau

31,25%, responden peternak yang memiliki pengalaman

berkisar antara 21-30 tahun sebanyak 1 orang atau 6,25% dan

belum ada peternak yang memiliki pengalaman beternak lebih

dari 30 tahun. Persentase paling banyak pada kategori ini

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

43

adalah lama usaha 1-10 tahun, hal ini dikarenakan modal dan

pengetahuan dalam beternak masih sedikit (seperti terlihat

pada gambar 5). Lama usaha peternak menghasilkan

pengalaman yang diterima peternak selama menjalankan usaha

peternakan ayam ras petelur. Pengalaman tersebut menentukan

keberhasilan dari bidang usaha petermakan ayam ras petelur

yang ditekuninya, sebab dari pengalaman yang didapatkan

seorang peternak mampu mengukur kemampuan kerja dan

produktifitas yang dihasilkan dari usaha ternak yan

dijalaninya, selain itu pengalaman juga dapat membuat

peternak menjadi terampil dan mandiri dalam

mengembangkan usaha peternakannya, semakin lama

pengalaman beternak cenderung semakin memudahkan

peternak dalam pengambilan keputusan yang berhubungan

dengan teknis pelaksanaan usaha ternak yang dilakukannya,

hal itu disebabkan karena pengalaman dijadikan suatu

pedoman dan penyesuaian terhadap suatu permasalahan yang

terkadang dihadapi oleh peternak dimasa yang akan datang,

namun banyak para peternak yang memiliki pengetahuan serta

ketrampilan di dalam mengelola usaha ternak berasal dari

orang tua atau melalui pelatihan oleh dinas terkait dan

koperasi.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

44

62.5%31.25%

6.25%

1-10 tahun

11-20 tahun

21-30 tahun

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 5. Diagram karakteristik peternak berdasarkan lama

usaha.

4.2.1.4. Karakteristik Responden Peternak Berdasarkan

Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin menentukan seseorang dalam memilih

suatu usaha yang dijalankannya, dimana usaha yang

dijalankannya melakukan aktifitas-aktifitas yang berpengaruh

terhadap fisik peternak. Penduduk Kecamatan Ringinrejo

mayoritas peternak adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak

12 orang atau 75% dan peternak berjenis kelamin perempuan

sebanyak 4 orang atau 25% (seperti terlihat pada lampiran 1).

Persentase 25% muncul dari perempuan adalah minoritas dari

perempuan yang mau dan mampu menjalankan bisnis

peternakan (seperti terlihat pada gambar 6). Faktor yang

muncul apabila seorang perempuan menjalankan bisnis

peternakan kemungkinan karena peternakan yang dimilikinya

sudah turun temurun dan perempuan tersebut berganti alih

menjadi kepala keluarga pengganti seorang laki-laki karena

alasan yang bermacam-macam. Perempuan menjalankan usaha

peternakan mayoritas akan membutuhkan tenaga kerja yang

cukup banyak, sehingga biaya produksi dari upah tenaga kerja

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

45

yang dikeluarkan cukup banyak, jadi mayoritas peran pelaku

peternak adalah berasal dari kaum laki-laki.

75%

25%

Laki-laki

Perempuan

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 6. Diagram karakteristik peternak berdasarkan jenis

kelamin.

4.2.1.5. Karakteristik Responden Peternak Berdasarkan

Mata Pencaharian Utama

Daerah dipedesaan masih banyak anggota rumah tangga

yang bekerja lebih dari satu jenis pekerjaan artinya peternak

mempunyai mata pencaharian utama dan sampingan.

Kecamatan Ringinrejo memiliki suhu yang sesuai untuk

diadakan usaha tani dan usaha ternak. Lahan kosong yang

cukup luas di Kecamatan Ringinrejo menjadikan penduduk

memilih bermatapencaharian sebagai petani dan peternak.

Padi, jagung, kedelai, sayuran dan hasil kebun dapat tumbuh

baik didaerah ini. Hewan ternak seperti kambing, sapi, ayam

pedaging dan bebek dapat berdaptasi dengan baik didaerah

penelitian, maka usaha responden peternak mempunyai

pekerjaan sebagai petani dan peternak. Peternak di Kecamatan

Ringinrejo memiliki mayoritas pekerjaan sebagai petani

sebanyak 56,25% dan peternak 43,75% (seperti terlihat pada

lampiran 1). Persentase paling banyak pada kategori ini adalah

sebagai petani karena banyaknya lahan kosong dan tanah yang

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

46

subur untuk lahan pertanian selain itu pekerjaan sebagai petani

merupakan salah satu pekerjaan sampingan peternak karena

pekerjaan sebagai peternak masih belum cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup perternak (seperti terlihat pada

gambar 7).

43.75%56.25%

Peternak

Petani

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 7. Diagram karakteristik peternak berdasarkan jenis

mata pencaharian utama.

4.2.2. Responden Pedagang Besar

Peran pedagang besar telur ayam ras adalah sebagai

perantara pemasaran dari pihak produsen hingga sampai ke

tangan konsumen akhir melalui pedagang menengah dan

pedagang pengecer. Fungsi dari pemasaran fisik yang

dilakukan oleh pedagang besar antara lain penampungan telur

dari produsen, untuk telur konsumsi daya simpan tidak boleh

melebihi jangka waktu 1 bulan, kemudian pedagang besar

melakukan pengangkutan telur ke pedagang menengah atau

konsumen akhir. Karakteristik peternak menggambarkan

tingkat kemampuan dari masing-masing pedagang besar.

Karakteristik pedagang besar dapat diperoleh dengan melihat

latar belakang pedagang besar tersebut. Karakteristik yang

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

47

perlu diamati meliputi usia, tingkat pendidikan akhir, lama

usaha dan jenis kelamin.

4.2.2.1. Karakteristik Responden Pedagang Besar

Berdasarkan Usia

Responden pedagang besar di Kecamatan Ringinrejo

Kabupaten Kediri sebagian besar berusia 31-40 tahun

sebanyak 2 orang atau 66,67% dan yang berusia antara 21-30

tahun sebanyak 1 orang atau 33,33% (seperti terlihat pada

lampiran 2). Persentase paling banyak pada kategori ini usia

pedagang besar 31-40 atau 66,67% (seperti telihat pada

gambar 8), dimana pada usia tersebut seseorang merupakan

usia produktif dalam melakukan pekerjaan dan memiliki

cukup banyak pengalaman dalam penditribusiannya, dengan

usia yang produktif akan memberikan manfaat pada

lingkungan pekerjaan, dimana tenaga kerja produktif dari luar

akan terminimalisir, sehingga biaya yang digunakan untuk

upah tenaga kerja juga akan terminimalisir. Umur produktif

merupakan tingkatan umur dimana seseorang akan mampu

menghasilkan produk maupun jasa atau dengan kata lain umur

produktif merupakan umur dimana seseorang akan mampu

bekerja dengan baik. Tingkat produktifitas seseorang

dipengaruhi oleh tingkat umur yang dapat dilihat dan diamati

dari beberapa segi antara lain lamban, kurang kreatif, sukar

dimengerti serta diarahkan dan sebagainya. Efisiensi kerja

biasanya dari golongan yang nonproduktif yang lebih sukar

mengerjakan sesuatu secara maksimal. Usia yang dianggap

kurang produktif adalah 65 tahun ke atas, sedangkan yang

termasuk usia produktif adalah 15-64 (Badan Pusat Statistik,

2014). Usia produktif merupakan usia dimana seseorang dapat

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

48

mengoptimalkan segala hal yang mempengaruhi persepsi

seperti pengalaman, proses belajar dan pengetahuan.

33.33%66.67%

Usia 21-30

tahun

Usia 31-40

tahun

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 8. Diagram karakteristik pedagang besar

berdasarkan usia.

4.2.2.2. Karakteristik Responden Pedagang Besar

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir

Tingkat pendidikan akhir menentukan keberhasilan dalam

pemasaran telur ayam ras, dimana semakin tinggi pendidikan

seseorang maka orang tersebut akan memiliki ketrampilan dan

wawasan yang tinggi, sehingga orang tersebut akan terampil

dalam memasarkan telur ayam ras yang akan dijualnya.

Responden pedagang besar di Kecamatan Ringinrejo

Kabupaten Kediri sebagian besar tamatan SLTA yaitu

sebanyak 2 orang atau 66,67%, tamatan SLTP sebanyak 1

orang atau 33,33% (seperti terlihat pada lampiran 2).

Persentase paling banyak pada kategori ini adalah tingkat

pendidikan akhir 66,67% (seperti terlihat pada gambar 9)

karena pedagang besar dengan tingkatan pendidikan lebih

tinggi mampu menciptakan hal-hal baru yang dapat

memudahkannya dalam memasarkan telur ayam ras, sehingga

kerusakan telur akibat daya simpan yang cukup lama karena

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

49

pedagang yang kurang terampil tidak akan terjadi. Pendidikan

dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan sumber daya

manusia yang berkualitas karena pendidikan dianggap mampu

untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu tinggi.

33.33%

66.67%

SLTP

SLTA

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 9. Diagram karakteristik pedagang besar

berdasarkan tingkat pendidikan akhir.

4.2.2.3. Karakteristik Responden Pedagang Besar

Berdasarkan Lama Usaha

Pengalaman merupakan salah satu hasil yang diterima oleh

pedagang besar yang didapatkan dari jangka waktunya dalam

membuka usaha, dari pengalaman tersebut pedagang akan

mengevaluasi kinerja dan produktifitas sehingga pedagang

mewaspadai terjadinya kegagalan dalam menjalankan

usahanya. Pengalaman kerja seseorang dapat dilihat dari

lamanya seseorang tersebut menggeluti usaha atau pekerjaan

tersebut. Responden pedagang besar yang memiliki

pengalaman usaha berkisar antara 1-10 tahun sebanyak 3

orang atau 100% (seperti terlihat pada lampiran 2) adanya

pengalaman usaha menjadikan tolak ukur pedagang dalam

melakukan kegiatan pemasaran berdasarkan pengalaman yang

didapatkan agar kinerja dari pemasaran menjadi lebih baik dari

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

50

hasil yang sebelumnya, selain faktor pendidikan yang dapat

berpengaruh terhadap tingkat produktivitas dan kemampuan

kerja seseorang. Faktor pengalaman kerja juga merupakan

salah satu indikator yang dapat berpengaruh terhadap

kemampuan menjalankan pekerjaan. Pengalaman kerja

seseorang dapat dilihat dari lamanya seseorang tersebut

menggeluti usaha atau pekerjaan tersebut.

4.2.2.4. Karakteristik Responden Pedagang Besar

Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin seseorang mempengaruhi kualitas kerja di

bidang usaha yang dijalankannya. Pedagang besar

menjalankan fungsi pemasaran fisik salah satunya adalah

pengangkutan yang tidak menutup kemungkinan bahwa

pedagang besar dengan jenis kelamin perempuan akan

membutuhkan tenaga kerja laki-laki, sehingga membutuhkan

biaya lagi untuk memberikan upah tenaga kerja yang

dibutuhkan terutama laki-laki. Responden pedagang besar

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang atau 100% (seperti

terlihat pada lampiran 2). Jenis kelamin seseorang menentukan

kualitas pekerjaan yang dihasilkan, namun antara laki-laki dan

perempuan memilih suatu pekerjaan berdasarkan apa yang

menjadi kebutuhannya pada saat itu. Perempuan yang

berkecimpung di dunia perdagangan terutama telur ayam ras,

menjadikan suatu tantangan untuk melakukan pekerjaan secara

fisik dan langsung turun tangan, namun hal ini hanya menjadi

minoritas saja, sebab perempuan lebih banyak menggunakan

tenaga kerja laki-laki untuk melakukan kegiatan secara fisik.

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

51

4.2.3. Responden Pedagang Menengah

Peran dari pedagang menengah atau yang dikenal dengan

sebutan pedagang menengah adalah sebagai perantara

penjualan dari pedagang besar kepada pedagang pengecer

maupun konsumen akhir. Karakteristik peternak

menggambarkan tingkat kemampuan dari masing-masing

pedagang menengah. Karakteristik pedagang menengah dapat

diperoleh dengan melihat latar belakang pedagang menengah

tersebut. Karakteristik yang perlu diamati meliputi usia,

tingkat pendidikan akhir, lama usaha dan jenis kelamin.

4.2.3.1. Karakteristik Responden Pedagang Menengah

Berdasarkan Usia

Responden pedagang menengah di Kecamatan Ringinrejo

Kabupaten Kediri sebagian besar berusia antara 41-50 tahun

sebanyak 5 orang atau 50%. Responden pedagang menengah

berusia antara 31-40 sebanyak 3 orang atau 30% dan

responden pedagang menengah yang berusia 21-30 sebanyak 2

orang atau 20% (seperti terlihat pada lampiran 3). Persentase

paling banyak pada kategori ini usia pedagang besar 41-50

atau 50% (seperti terlihat pada gambar 10), dimana pada usia

tersebut seseorang merupakan usia produktif dalam melakukan

pekerjaan dan memiliki cukup banyak pengalaman dalam

penditribusiannya. Usia yang produktif akan memberikan

manfaat pada lingkungan pekerjaan, dimana tenaga kerja

produktif dari luar akan terminimalisir, sehingga biaya yang

digunakan untuk upah tenaga kerja juga akan terminimalisir.

Umur produktif merupakan tingkatan umur dimana seseorang

akan mampu mengahasilkan produk maupun jasa atau dengan

kata lain umur produktif merupakan umur dimana seseorang

akan mampu bekerja dengan baik. Pekerjaan sebagai pedagang

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

52

menengah merupakan tugas yang cukup berat untuk

dilakukan, sebab pedagang menengah harus menjalani

aktifitas-aktifitas yang berhubungan langsung dengan fisik

yaitu melakukan pengangkutan barang kepada pedagang

pengecer maupun konsumen akhir, sehingga membutuhkan

tenaga kerja yang cukup kuat dalam melakukan kegiatan itu.

Pedagang menengah dibutuhkan tenaga kerja produktif

sehingga dapat terminimalisir penyerapan tenaga kerja yang

dapat meningkatkan pengeluaran biaya untuk memberikan

upah tenaga kerja. Proses pemasaran telur ayam ras upah yang

dikeluarkan sudah cukup banyak, hal ini dilakukan untuk

mengurangi pengeluaran biaya produksi. Usia yang dianggap

kurang produktif adalah 65 tahun ke atas, sedangkan yang

termasuk usia produktif adalah 15-64 (Badan Pusat Statistik,

2014). Usia produktif merupakan usia dimana seseorang dapat

mengoptimalkan segala hal yang mempengaruhi persepsi

seperti pengalaman, proses belajar dan pengetahuan.

20%

30%50%

Usia 21-30

tahun

Usia 31-40

tahun

Usia 41-50

tahun

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 10. Diagram karakteristik pedagang menengah

berdasarkan usia.

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

53

4.2.3.1. Karakteristik Responden Pedagang Menengah

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir

Responden pedagang menengah tamatan SD yaitu

sebanyak 3 orang atau 30%, tamatan SLTP sebanyak 1 orang

atau 10%, tamatan SLTA sebanyak 5 orang atau 50% dan

pedagang menengah yang melalui pendidikan hingga jenjang

perguruan tinggi sebanyak 1 orang atau 10% (seperti terlihat

pada lampiran 3). Proses pemasaran telur ayam ras pedagang

menengah harus memiliki ketrampilan dan wawasan yang

tinggi, dikarenakan munculnya persaingan-persaingan di dunia

marketing yang nantinya akan berdampak pada pendapatan

dan keuntungan yang diterima oleh pedagang menengah, oleh

karena itu perlu ada inovasi baru yang diterapkan oleh

pedagang menengah untuk tetap hidup dalam persaingan

pasar. Persentase paling banyak pada kategori ini adalah

tingkat pendidikan akhir SLTA hal ini disebabkan pedagang

menengah menganggap SLTA (seperti terlihat pada gambar

11) merupakan tingkat pendidikan yang paling tinggi.

Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan

sumber daya manusia yang berkualitas karena pendidikan

dianggap mampu untuk menghasilkan tenaga kerja yang

bermutu tinggi.

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

54

30%

10%

50%

10%

SD

SLTP

SLTA

Perguruan

tinggi

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 11. Diagram karakteristik pedagang menengah

berdasarkan tingkat pendidikan akhir.

4.2.3.2. Karakteristik Responden Pedagang Menengah

Berdasarkan Lama Usaha

Responden pedagang menengah yang memliki pengalaman

usaha berkisar antara 1-10 tahun sebanyak 9 orang atau 90%,

responden pengalaman usaha berkisar antara 11-20 sebanyak 1

orang atau 10% (seperti terlihat pada lempiran 3). Persentase

paling banyak pada kategori ini adalah lama usaha 1-10 tahun

atau 90% (seperti terlihat pada gambar 11), karena adanya

pengalaman usaha menjadikan tolak ukur pedagang dalam

melakukan kegiatan pemasaran berdasarkan pengalaman yang

didapatkan agar kinerja dari pemasaran menjadi lebih baik dari

hasil yang sebelumnya. Lama usaha menentukan pengalaman

yang didapatkan oleh pedagang menengah, semakin lama

usaha yang dijalankan oleh pedagang menengah maka

semakin banyak pengalaman yang didapatkan oleh pedagang

menengah selama menjalani usahanya. Pengalaman yang

banyak maka menjadikan pedagang menengah selalu

melakukan evaluasi dari hasil pemasaran yang dilakukannya,

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

55

agar kejadian yang membuat kerugian pedagang menengah

dapat diminimalisir.

90%

10%

1-10 tahun

11-20 tahun

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 12. Diagram karakteristik pedagang menengah

berdasarkan lama usaha.

4.2.3.3. Karakteristik Responden Pedagang Menengah

Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin seseorang menetukan kualitas pekerjaan

yang dihasilkan, namun antara laki-laki dan perempuan

memilih suatu pekerjaan berdasarkan apa yang menjadi

kebutuhannya pada saat itu dan seorang perempuan yang

berkecimpung di dunia perdagangan terutama telur ayam

petelur, menjadikan suatu tantangan untuk melakukan

pekerjaan secara fisik dan langsung turun tangan. Responden

pedagang menengah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8

orang atau 80% dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 2

orang atau 20% (seperti terlihat pada lampiran 3). Persentase

paling banyak pada kategori ini adalah pedagang menengah

laki-laki sebanyak 8 orang atau 80% (seperti terlihat pada

gambar 13) dikarenakan pekerjaan ini dilakukan secara

langsung dan untuk mengurangi penyerapan tenaga kerja hal

tersebut dilakukan untuk efisiensi biaya produksi.

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

56

80%

20%

Laki-laki

Perempuan

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 13. Diagram karakteristik pedagang menengah

berdasarkan jenis kelamin.

4.2.4. Responden Pedagang Pengecer

Peran dari pedagang pengecer adalah sebagai perantara

antara peternak dengan konsumen akhir yang bersinggungan

secara langsung, sebab di pedagang pengecer ini menerima

pasokan grosir maupun eceran. Pedagang pengecer mendapat

telur dari pedagang menengah yang akhirnya langsung dijual

pada konsumen akhir. Karakteristik pedagang pengecer

menggambarkan tingkat kemampuan dari masing-masing

pedagang pengecer. Karakteristik pedagang pengecer dapat

diperoleh dengan melihat latar belakang pedagang pengecer

tersebut. Karakteristik yang perlu diamati meliputi usia,

tingkat pendidikan akhir, lama usaha dan jenis kelamin.

4.2.4.1. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer

Berdasarkan Usia

Responden pedagang pengecer yang membeli telur pada

pedagang menengah sebagian besar berusia 31 - 40 tahun

sebanyak 8 orang atau 40%, yang berusia 21-30 tahun dan 41-

50 tahun yaitu masing-masing sebanyak 5 orang atau 25%

sedangkan yang berusia 51-60 sebanyak 2 orang atau 10%

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

57

(seperti terlihat pada lampiran 4). Persentase paling banyak

pada kategori ini usia pedagang besar 31 - 40 atau 40%

(seperti terlihat pada gambar 14), dimana pada usia tersebut

seseorang merupakan usia produktif dalam melakukan

pekerjaan dan memiliki cukup banyak pengalaman dalam

penditribusiannya. Usia yang produktif akan memberikan

manfaat pada lingkungan pekerjaan, dimana tenaga kerja

produktif dari luar akan terminimalisir, sehingga biaya yang

digunakan untuk upah tenaga kerja juga akan terminimalisir

Usia seseorang menentukan keberhasilan dalam menjalankan

usaha perdagangan, namun faktor ini hanya relatif kecil. Dunia

perdagangan memerlukan ketrampilan yang baik dalam

menghitung dan mengatur strategi dalam menjual barang

dagangannya. Kriteria usia dalam dunia perdagangan

memerlukan usia yang produktif dalam menjadikan usahanya

semakin berangsur membaik, sebab usia produktif seseorang

telah memiliki banyak pengalaman dan ketrampilan yang

diperoleh dari lama waktu menjalankan usahanya. . Usia yang

dianggap kurang produktif adalah 65 tahun ke atas, sedangkan

yang termasuk usia produktif adalah 15-64 (Badan Pusat

Statistik, 2014). Usia produktif merupakan usia dimana

seseorang dapat mengoptimalkan segala hal yang

mempengaruhi persepsi seperti pengalaman, proses belajar dan

pengetahuan.

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

58

25%

45%

25%

10% Usia 21-30

tahun

Usia 31-40

tahun

Usia 41-50

tahun

Usia 51-60

tahun

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 14. Diagram karakteristik pedagang

pengecer berdasarkan usia.

4.2.4.2. Karakteristik Responden Pedagang pengecer

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir

Responden pedagang pengecer sebagian besar tamatan

SLTA yaitu sebanyak 9 orang atau 45%, tamatan SLTP

sebanyak 8 orang atau 40% dan tamatan SD sebanyak 3 orang

atau 15% (seperti terlihat pada lampiran 1. 4). Persentase

paling banyak pada kategori ini dengan pendidikan tingkat

akhir SLTA sebanyak 9 atau 45% (seperti terlihat pada gambar

15) hal ini disebabkan pedagang pengecer menganggap SLTA

merupakan tingkat pendidikan yang paling tinggi. Pendidikan

dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan sumber daya

manusia yang berkualitas karena pendidikan dianggap mampu

untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu tinggi. Tingkat

pendidikan akhir menentukan keberhasilan dalam pemasaran

telur ayam ras, dimana semakin tinggi pendidikan seseorang

maka orang tersebut akan memiliki ketrampilan dan wawasan

yang tinggi, sehingga orang tersebut akan terampil dalam

memasarkan telur ayam ras yang akan dijualnya. Pedagang

pengecer yang demikian akan menciptakan hal-hal baru yang

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

59

dapat memudahkannya dalam memasarkan telur ayam ras,

sehingga kerusakan telur akibat daya simpan yang cukup lama

karena pedagang yang kurang terampil tidak akan terjadi.

Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan

sumber daya manusia yang berkualitas karena pendidikan

dianggap mampu untuk menghasilkan tenaga kerja yang

bermutu tinggi.

15%

40%

45%

SD

SLTP

SLTA

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 15. Diagram karakteristik pedagang pengecer

berdasarkan tingkat pendidikan akhir.

4.2.4.3. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer

Berdasarkan Lama Usaha

Responden pedagang pengecer sebagian besar pengalaman

usaha berkisar antara 1-10 tahun sebanyak 19 orang atau 95%

dan responden pedagang pengecer memiliki pengalaman usaha

berkisar antara 11-20 tahun sebanyak 1 orang atau 5% (seperti

terlihat pada lampiran 4). Persentase paling banyak pada

kategori ini adalah lama usaha 1-10 tahun sebanyak 19 orang

atau 95% (seperti terlihat pada gambar 16), karena pedagang

pengecer tersebut masih baru menjadikan pedagang sebagai

pekerjaan yang ditekuninya, adanya pengalaman usaha

menjadikan tolak ukur pedagang dalam melakukan kegiatan

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

60

pemasaran berdasarkan pengalaman yang didapatkan agar

kinerja dari pemasaran menjadi lebih baik dari hasil yang

sebelumnya. Pengalaman kerja seseorang dapat dilihat dari

lamanya seseorang tersebut menggeluti usaha atau pekerjaan

tersebut. Umumnya mereka memiliki pengalaman banyak

(Nitisemito dan Burhan, 2004). Lama usaha menentukan

pengalaman yang didapatkan oleh pedagang pengecer,

semakin lama usaha yang dijalankan oleh pedagang pengecer

maka semakin banyak pengalaman yang didapatkan oleh

pedagang pengecer selama menjalani usahanya.

95%

5%

1-10 tahun

11-20 tahun

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 16. Diagram karakteristik pedagang pengecer

berdasarkan lama usaha.

4.2.4.4. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer

Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden pedagang pengecer berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 4 orang atau 20% dan responden berjenis kelamin

perempuansebanyak 16 orang atau 80% (seperti terlihat pada

lampiran 4). Persentase jenis kelamin antara laki-laki dan

perempuan pada pedagang pengecer cenderung lebih besar

pedagang pengecer perempuan sebanyak 16 orang atau 80%

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

61

(seperti terlihat pada gambar 17) sebab pada pedagang

pengecer ini seseorang tidak hanya melakukan penjualan dan

pembelian hanya pada telur ayam ras saja, namun juga

menjual berbagai macam kebutuhan pokok, sehingga

pedagang pengecer yang berjenis kelamin perempuan juga

memiliki pengetahuan dan ketrampilan seputar harga-harga

kebutuhan pokok, oleh karena itu munculnya kaum perempuan

pada pedagang pengecer ini juga sama-sama memenuhi

kebutuhan pokok yang juga termasuk penjualan telur ayam

ras.

20%

80%

Laki-laki

Perempuan

Sumber: Data Primer 2014 (diolah).

Gambar 17. Diagram karakteristik pedagang

pengecer berdasarkan jenis kelamin.

4.3. Analisis Lembaga Pemasaran

Sudiyono (2001) menjelaskan bahwa lembaga pemasaran

sebagai badan usaha atau individu yang menyelenggarakan

pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen

kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan

badan usaha atau individu lain. Tugas lembaga pemasaran ini

adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi

keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen

memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa

margin pemasaran. Lembaga pemasaran merupakan pelaku

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

62

yang menjalankan fungsi pemasaran yang terkait pemasaran

telur ayam ras sebagaimana pelaku tersebut memiliki peran

antara lain:

4.3.1. Peternak (Produsen)

Produsen atau peternak ini yang menyediakan telur ayam

ras. Peternak dalam lembaga pemasaran mempunya fungsi

sebagai produsen yang memproduksi barang berupa telur

ayam ras yang dijual kepada konsumen, namun selama proses

penjualan atau pemasaran berlangsung, produsen

membutuhkan peranan lembaga-lembaga lain dalam

memasarkan telur ayam ras agar sampai ke tangan konsumen

akhir. Lembaga pemasaran yang terlalu panjang yang ikut

dalam proses pemasaran telur ayam ras secara otomatis biaya

pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga

akan bertambah.

4.3.2. Pedagang Besar

Pedagang besar adalah pedagang yang membeli atau

mendapatkan produk barang dagangan dari tangan pertama

atau produsen secara langsung. Pedagang besar dalam

lembaga pemasaran mempunyai peran sebagai pengepul

sekaligus sebagai perantara penyalur dari produsen ke

konsumen akhir, dikatakan sebagai pedagang besar karena

mempunyai modal yang besar, berkaitan dengan pembelian

dalam jumlah besar dan memiliki penyalur. Pemasaran yang

dilakukan oleh pedagang besar dilakukan dengan penjualan

telur ayam ras per kg. Sistem yang dilakukan oleh pedagang

besar dalam proses pemasarannya adalah dengan cara

mendekatkan barang yang dikirim dari produsen kepada

konsumen akhir. Keberadaan pedagang besar sangat

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

63

membantu produsen dalam menyalurkan barang kepada

konsumen akhir, namun pada proses penyaluran barang ini

terdapat keunggulan dan kekurangan yang didapat karena

adanya pedagang besar adalah nilai margin pemasaran yang

menjadi tinggi.

4.3.3. Pedagang Menengah

Pedagang menengah adalah pedagang yang membeli atau

mendapatkan barang dagangannya dari distributor atau

pedagang besar yang biasanya akan diberi daerah kekuasaan

penjualan atau perdagangan tertentu yang lebih kecil dari

daerah kekuasaan distributor, sebagai perantara antara

pedagang besar dengan pedagang pengecer dan pengambilan

barang dalam skala yang tidak terlalu besar. Pedagang

menengah mempunyai peran sebagai penyalur dari pedagang

besar ke pedagang pengecer bahkan juga konsumen akhir.

Pemasaran yang dilakukan oleh pedagang menengah ke

pedagang pengecer adalah dalam bentuk satuan kg, adannya

pedagang menengah juga memudahkan produsen dalam

menyalurkan barang sampai ke tangan konsumen akhir.

Pedagang perantara yang panjang dari produsen menuju

konsumen akhir, nilai margin pemasaran terus bertambah.

Pedagang menengah mengalami kerugian apabila telur yang

disimpan terlalu lama, sebab banyaknya lembaga yang

menyalurkan barang kepada pedagang menengah sehingga

telur banyak yang mengalami kerusakan.

4.3.4. Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer adalah pedagang yang menjual barang

yang dijualnya langsung ke tangan pemakai akhir atau

konsumen dengan jumlah satuan atau eceran. Pedagang

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

64

pengecer menjual telur ayam ras dalam bentuk ecer, namun

tidak sedikit pedagang pengecer yang melayani pembelian

telur dalam jumlah banyak yang dihitung setiap kilogram.

Hambatan yang sering diterima oleh pedagang pengecer

adalah telur yang diterima dari lembaga lain sudah tersimpan

terlalu lama, sehingga telur banyak yang mengalami

kerusakan.

4.4. Analisis Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran terbentuk sejalan dengan peranan dari

lembaga pemasaran yang terkait. Fungsi pertukaran meliputi

penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh semua lembaga

yang terlibat dalam pemasaran telur ayam ras. Fungsi

penjualan dilakukan oleh produsen, pedagang besar, pedagang

menengah dan pedagang pedagang pengecer, sedangkan

fungsi pembelian dilakukan oleh pedagang besar, pedagang

menengah dan pedagang pengecer. Fungsi pengadaan fisik

meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Pengangkutan

dilakukan oleh pedagang menengah dan pedagang

pengecer/pengecer. Fungsi fasilitas ada empat yaitu:

permodalan/biaya, penanggulangan resiko, grading serta

informasi pasar. Pembiayaan dilakukan oleh pedagang besar,

pedagang menengah dan pedagang pengecer. Pembiayaan

dilakukan oleh pedagang besar, pedagang menengah dan

pedagang pengecer. Pembiayaan yang dikeluarkan adalah

adalah biaya dalam pembelian telur ayam ras dan biaya yang

dikeluarkan dala proses pemasaran (transportasi, tenaga kerja

dll). Resiko yang ditanggung oleh pedagang adalah resiko

kerusakan telur. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam

pemasaran telur ayam ras di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten

Kediri melakukan beberapa fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

65

pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran

tersebut dijelaskan sebagai berikut.

4.4.1. Pelaksanaan Fungsi Pemasaran Peternak

Peternak ayam ras pada umumnya menjual telur kepada

pedagang besar dengan cara pedagang besar datang ke lokasi

produksi untuk membeli telur dengan harga Rp. 13.600,-/kg,

dengan biaya produksi sebesar Rp. 11.941,15,-, tetapi ada juga

dengan cara mengirim ke tempat pedagang besar. Fungsi

pemasaran yang dilakukan oleh peternak ayam ras adalah

penggudangan atau penyimpanan telur ayam ras sampai

pedagang besar mengambil jumlah telur yang diinginkan,

untuk transportasi hanya terkadang saja peternak yang

mengantarkan telur ayam ras ke pedagang besar, umumnya

pedagang besar yang mengambil telur ayam ras ke lokasi

produsen. Fungsi pemasaran dengan fasilitas terdiri dari

informasi pasar yang artinya peternak harus mengetahui

informasi mengenai naik turunnya harga telur ayam ras yang

ada di pasaran, kemudian produsen juga menanggung resiko

kerusakan telur yang terjadi karena daya simpan yang terlalu

lama atau masalah lain yang dapat menyebabkan telur menjadi

rusak.

4.4.2. Pelaksanaan Fungsi Pemasaran Pedagang Besar

Pedagang besar atau yang dikenal dengan pengepul

memiliki fungsi pemasaran antara lain fungsi pertukaran yang

mencakup pembelian dan penjulan. Pembelian telur ayam ras

dilakukan pengepul langsung kepada produsen dengan jumlah

rata-rata pengambilan per bulan 15.000 kg dengan harga

pembelian Rp. 13.600,-/kg selain pembelian fungsi pertukaran

pengepul adalah penjualan. Penjualan dilakukan kepada

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

66

pedagang menengah dengan harga Rp. 14.800,-/kg dengan

jumlah pengiriman kepada pedagang menengah rata-rata

setiap bulan 9.800 kg. Fungsi pemasaran berupa fisik yang

dilakukan oleh pengepul adalah transportasi, artinya pengepul

melakukan pengiriman telur kepada pedagang menengah

dengan alasan tertentu untuk mendapatkan biaya tambahan

pada saat proses pemasaran telur ayam ras. Fungsi pemasaran

berupa fasilitas adalah penanggungan resiko atas kerusakan

telur dihitung dari jangka waktu setelah pengiriman, namun

untuk penanggungan resiko ini antara pengepul dengan

pedagang menengah harus memiliki sebuah perjanjian

sebelum melaksanakan kegiatan pemasaran, selanjutnya

adalah informasi pasar yang artinya pengepul harus

mengetahui minimal naik turunnya harga telur ayam ras yang

berlaku pada saat itu. Cara pembayaran oleh pedagang besar

(pengepul) kepada peternak ayam ras ada dua cara yaitu secara

tunai dan kredit.

4.4.3. Pelaksanaan Fungsi Pemasaran Pedagang

Menengah

Pedagang menengah memiliki fungsi pemasaran antara

fungsi pertukaran yang mencakup pembelian dan penjualan.

Pembelian telur ayam ras dilakukan pedagang menengah

langsung dari pedagang besar/pengepul dengan jumlah rata-

rata pengambilan per bulan dengan jumlah 9.800 kg dengan

harga pembelian Rp. 14.800,-/kg, selain pembelian fungsi

pertukaran pedagang menengah adalah melakukan kegiatan

rutin penjualan telur ayam ras. Penjualan dilakukan kepada

pedagang pengecer dengan harga Rp. 15.850,-/kg dengan

jumlah pengiriman kepada pedagang pengecer rata-rata setiap

bulan dengan jumlah 1.210 kg. Fungsi pemasaran berupa fisik

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

67

yang dilakukan oleh pedagang menengah adalah transportasi,

artinya pedagang menengah melakukan pengiriman telur

kepada pedagang pengecer dengan alasan tertentu untuk

mendapatkan biaya tambahan pada saat proses pemasaran telur

ayam ras. Grading telur tidak dilakukan oleh pedagang

menengah, sebab sasaran yang dituju adalah pedagang

pengecer, sedangkan pedagang pengecer nantinya akan

menjual telur dalam bentuk eceran. Fungsi pemasaran berupa

fasilitas penangggungan resiko ini antara pedagang menengah

dengan pedagang pengecer harus memiliki sebuah perjanjian

sebelum melaksanakan kegiatan pemasaran, selanjutnya

adalah informasi pasar yang artinya pengepul harus

mengetahui minimal naik turunnya harga telur ayam ras yang

berlaku pada saat itu.

4.4.4. Pelaksanaan Fungsi Pemasaran Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer memiliki fungsi pemasaran antara lain

fungsi pertukaran yang mencakup pembelian dan penjualan.

Pembelian telur ayam ras dilakukan pedagang pengecer

langsung dari pedagang menengah dengan jumlah rata-rata

1.210 kg dengan harga pembelian Rp. 15.850,-/kg selain

pembelian, fungsi pertukaran pedagang pengecer adalah

melakukan kegiatan sampingan, namun rutin penjualan telur

ayam ras. Pekerjaan sebagai pedagang pengecer dikatakan

penjualan sampingan, dikarenakan pada pedagang pengecer

tidak hanya menjual telur ayam ras saja melainkan kebutuhan

pokok yang lainnya, sehingga pendapatan yang diterima tidak

hanya berasal dari keuntungan penjualan telur ayam ras.

Penjualan dilakukan kepada konsumen akhir dengan harga Rp.

17.200,-/kg. Grading telur tidak dilakukan oleh pedagang

pengecer, sebab sasaran yang dituju adalah konsumen akhir.

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

68

Fungsi pemasaran berupa fasilitas penangggungan resiko,

apabila konsumen akhir membeli dalam jumlah banyak dan

terjadi kerusakan telur ini antara pedagang menengah dengan

pedagang pengecer harus memiliki sebuah perjanjian sebelum

melaksanakan kegiatan pemasaran, selanjutnya adalah

informasi pasar yang artinya pengepul harus mengetahui

minimal naik turunnya harga telur ayam ras yang berlaku pada

saat itu.

4.5. Analisis Saluran Pemasaran Telur Ayam Ras

Saluran pemasaran telur ayam ras di Kecamatan Ringinrejo

memiliki 3 rantai pemasaran. Saluran pemasaran pertama

terdiri dari peternak (produsen), pedagang besar, pedagang

menengah, pedagang pengecer hingga konsumen akhir.

Saluran pemasaran kedua terdiri dari peternak (produsen),

pedagang besar, pedagang menengah hingga konsumen akhir.

Saluran pemasaran ketiga terdiri dari peternak (produsen),

pedagang besar hingga konsumen akhir. Saluran distribusi

diperlukan oleh setiap perusahaan karena produsen

menghasilkan produk dengan memberikan kegunaan bentuk

(form utility) bagi konsumen setelah sampai ketangannya,

sedangkan lembaga penyalur membentuk atau memberikan

kegunaan waktu, tempat dan pemilikan dari produk itu. Kotler

(2006) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang mendorong

perusahaan membuat keputusan. Schiffman, Kanuk (2007)

menjelaskan bahwa keputusan pembelian adalah pemilihan

dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian,

artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah

tersedia beberapa alternatif pilihan. Lembaga pemasaran yang

terlibat dalam pemasaran telur ayam ras di Kecamatan

Ringinrejo adalah pedagang besar (agen sebagai pengepul

Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

69

sekaligus sebagai perantara dari produsen ke konsumen akhir),

pedagang menengah (sebagai penyalur dari pedagang besar ke

pedagang pengecer dan konsumen akhir) dan pedagang

pengecer (sebagai penyalur dari pedagang menengah ke

konsumen akhir).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk harga jual telur

ayam ras dari peternak seharga Rp. 13.600,-/kg per 17

Februari 2014. Harga tersebut adalah harga yang dijual kepada

pedagang besar dan pedagang besar menjual kembali dengan

harga Rp. 14.800,-/kg kepada pedagang menengah. Pedagang

menengah menjual kembali kembali telur ayam ras kepada

pedagang pengecer dengan harga Rp. 15.850,-/kg, sehingga

harga telur ayam ras dari sampai ke tangan konsumen akhir

dengan harga Rp. 17.200,-/kg. Pedagang besar melakukan

pembelian telur ayam ras dari peternak dalam jumlah 15.000

kg, sedangkan pedagang menengah membeli telur ayam ras

dari pedagang besar dalam jumlah 9800 kg dan saluran

terakhir untuk pedagang pengecer membeli telur ayam ras

sebanyak 1.210 kg. Jumlah pembelian tersebut

diakumulasikan dalam jangka waktu satu bulan. Pemasaran

merupakan proses produksi yang dilakukan oleh suatu usaha

yang dapat menentukan keberhasilan dalam usaha. Pemasaran

yang dilakukan oleh peternak dengan menghampiri para

pedagang besar dan ada juga yang mengambil langsung ke

tempat peternak. Resiko yang diterima oleh peternak apabila

menghampiri masing-masing pedagang besar adalah pecahnya

telur pada saat pengangkutan menuju pedagang besar.

Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

70

4.5.1. Saluran Pemasaran Pola I

Gambar 18. Saluran pemasaran pola I.

Kekurangan pada pola I adalah semakin panjang saluran

pemasaran maka margin pemasaran akan semakin besar,

sebaliknya semakin pendek saluran distribusi maka margin

pemasaran akan semakin kecil/berkurang. Kelebihan saluran

pola I produsen biasanya menggunakan saluran distribusi

panjang karena produk yang dihasilkan dapat memenuhi

permintaan pasar atau konsumen yang lebih luas dan

penguasan pasar (seperti dapat dilihat pada gambar 18).

Produsen menjual telur kepada pedagang besar dengan harga

Rp. 13.600,-/kg dengan kapasitas telur rata-rata per bulan

15.000 kg, kemudian dari harga tersebut dijual kembali oleh

pedagang besar kepada pedagang menengah dengan harga Rp.

14.800,-/kg dengan kapasitas rata-rata per bulannya 9800 kg,

lalu pedagang menengah dijual kembali kepada pedagang

pengecer dengan harga Rp. 15.850,- dengan kapasitas rata-rata

pnerimaan tiap bulan dari pedagang menengah sebanyak 1.210

kg, selanjutnya pedagang pengecer menjual telur kepada

konsumen akhir dengan harga Rp. 17.200,-/kg (seperti dapat

dilihat pada gambar 19).

Peternak Pedagang besar Pedagang

menengah Pedagang pengecer Konsumen akhir

Page 35: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

71

Gambar 19. Saluran distribusi pemasaran telur ayam ras pola I.

4.5.2. Saluran Pemasaran Pola II

Gambar 20. Saluran pemasaran pola II.

Kekurangan pada pola II masih banyak menggunakan

fungsi lembaga pemasaran sehingga keuntungan yang

didapatkan tidak terlalu besar, sedangkan kelebihan biaya

pemasaran yang dikeluarkan tidak terlalu besar (seperti dapat

dilihat pada gambar 20). Produsen menjual telur kepada

pedagang besar dengan harga Rp. 13.600,-/kg dengan

kapasitas telur rata-rata per bulan 15.000 kg, kemudian dari

Peternak Pedagang besar Pedagang

pengecer Konsumen akhir

Rp. 15.850,-/kg

92,15%

92,15%

92,15%

Rp. 17.200,-/kg

100%

79,07%

Rp. 13.600,-/kg

Rp. 14.800,-/kg

86,05%

Peternak ayam ras

petelur (produsen)

Pedagang

besar

Pedagang

menengah

Pedagang

pengecer

Konsumen

akhir

Page 36: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

72

harga tersebut dijual kembali oleh pedagang besar kepada

pedagang menengah dengan harga Rp. 14.800,-/kg dengan

kapasitas rata-rata per bulannya adalah 9.800 kg, lalu oleh

pedagang menengah kepada konsumen akhir dengan harga Rp.

16.500,-/kg. Margin pada saluran pola II ini adalah Rp. 2.900,-

/kg. Margin pada saluran pola II ini melibatkan dua lembaga

dalam pendistibusiannya antara lain pedagang besar dan

pedagang menengah (seperti dapat dilihat pada gambar 21).

Rp. 13.600,-/kg

82,42%

Rp. 14.800,-/kg

86,69%

Rp. 16.500,-/kg

1

100%

Gambar 21. Saluran distribusi pemasaran telur ayam ras

pola II.

4.5.3. Saluran Pemasaran Pola III

Gambar 22. Saluran pemasaran pola III.

Kekurangan pada pola III adalah produk yang dihasilkan

kurang dapat memenuhi permintaan pasar/konsumen yang

lebih sedikit dan penguasaan pasar yang kecil, sedangkan

kelebihan pada pola ini adalah margin pemasaran yang tidak

besar (seperti dapat dilihat pada gambar 22). Produsen menjual

telur kepada pedagang besar dengan harga Rp. 13.600,-/kg

Peternak ayam ras

petelur (produsen)

Pedagang

besar

Pedagang

menengah

Konsumen

akhir

Peternak Pedagang besar Konsumen akhir

Page 37: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

73

dengan kapasitas telur rata-rata per bulan 15.000 kg, kemudian

dari harga tersebut dijual kepada konsumen akhir dengan

harga Rp. 15.500,-/kg. Margin pada saluran pola III ini adalah

Rp. 1.900,-/kg. Margin pada saluran pola III ini melibatkan

satu lembaga saja dalam pendistribusiannya yaitu pedagang

besar (seperti dapat dilihat pada gambar 23).

Rp. 13.600,-/kg

87,74%

Rp. 15.500,-/kg

100%

Gambar 23. Saluran distribusi pemasaran telur ayam ras

pola III.

4.6. Analisis Margin Pemasaran Telur Ayam Ras

Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar

oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh

lembaga diatasnya, yang meliputi biaya dan keuntungan

pemasaran. Biaya pemasaran adalah adalah semua biaya yang

dikeluarkan untuk mengalirkan barang dari satu lembaga

pemasaran ke lembaga pemasaran lainnya diluar keuntungan

yang diperoleh lembaga pemasaran tersebut. Margin

pemasaran merupakan selisih antara harga di tingkat

konsumen dengan harga di tingkat produsen atau merupakan

jumlah biaya pemasaran dengan keuntungan yang diharapkan

oleh masing-masing lembaga pemasaran. Margin pemasaran

Peternak ayam ras

petelur (produsen) Pedagang

besar

Konsumen

akhir

Page 38: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

74

pada pola saluran distribusi panjang, sedang maupun pendek

berbeda. Perbedaan ini disebabkan banyaknya lembaga

pemasaran yang terlibat, biaya pemasaran yang dikeluarkan

oleh lembaga pemasaran dan tingkat keuntungan yang

diharapkan (Mukson, Setyawan dan Suryanto, 2005).

4.6.1. Analisis Komponen Biaya Produksi dan Pendapatan

Peternak Telur Ayam Ras

Biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk produksi

adalah biaya tetap (fix cost) dan biaya tidak tetap (variable

cost). Biaya tetap meliputi sewa tanah, penyusutan tempat

minum, penyusutan tempat pakan, egg tray, timbangan, dan

gaji tenaga kerja. Biaya tetap yang dikeluarkan peternak paling

tinggi adalah upah tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 198,14,- atau

1,7% setiap produksi 1 kg telur ayam ras. Rincian biaya tetap

dalam produksi telur ayam ras dapat dilihat pada tabel 1.

Penentuan harga dan pertimbangan yang berpatok pada

parameter biaya. Peternak juga menentukan besarnya harga

jual dari kondisi pasar, dimana munculnya persaingan di pasar

menjadikam parameter dalam menentukam harga jual, selain

itu peternak melihat kebutuhan telur ayam ras yang semakin

meningkat di kalangan masyarakat, karena semakin banyaknya

masyarakat yang sadar akan kebutuhan gizi yang diperoleh

dari kandungan gizi yang diperoleh dari kandungan telur ayam

ras sebagai sumber protein hewani. Biaya pengeluaran tidak

tetap umtuk peternak antara lain pembelian pakan, pembelian

DOC strain lohmann, pembelian vaksin dan obat-obatan,

pembelian desinfektan, pembelian sekam, pembayaran listrik

dan air. Biaya tidak tetap yang paling besar dikeluarkan oleh

peternak adalah biaya pembelian pakan dengan persentase

sebesar 78,97% dari total biaya dan harga Rp. 9.430,- setiap

Page 39: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

75

penjualan telur dalam jumlah 1 kg. Total biaya keseluruhan

yang ditanggung oleh peternak dalam kurun waktu satu bulan

adalah sebesar Rp. 11.941,15 per 1 kg penjualan telur ayam

ras, setelah diperoleh total biaya yang dikeluarkan oleh

peternak, maka pendapatan yang dihasilkan oleh peternak

adalah dari hasil penjualan telur ayam ras yang dalam 1 kg

telur ayam ras, selain itu beberapa peternak memperoleh

pendapatan tidak hanya dari penjualan telur ayam ras

melainkan hasil penjualan karung pakan, bekas karton dan

penjualan kompos. Hasil penelitian diketahui pendapatan

maka untuk mengetahui hasil keuntungan yang diterima

peternak adalah selisih dari pendapatan dan total biaya. Tabel

19 menjelaskan total penerimaan yang diperoleh oleh peternak

sebesar Rp. 13.600,- dan total biaya yang dikeluarkan peternak

sebesar Rp. 11.941,15,- yang diperoleh selisih hasil yang

disebut dengan pendapatan yang diterima oleh peternak

sebesar Rp. 1.658,85,-. Rincian keuntungan dapat dilihat pada

tabel 2.

Page 40: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

76

Tabel 1. Biaya produksi ayam ras petelur per Rp/kg.

Komponen biaya Jumlah (Rp) % biaya

Biaya tetap

Sewa tanah 41,68 0,35

Penyusutan kandang 38,29 0,32

Penyusutan ternak 1.937,5 16,22

Penyusutan tempat pakan 7,75 0,06

Penyusutan tempat minum 5,34 0,04

Gaji tenaga kerja 198,14 1,66

Egg tray 44,86 0,38

Timbangan 47,35 0,4

TFC 2.320,91 19,44

Biaya tidak tetap

Biaya pakan 9.430 78,97

Vaksin dan obat 30,34 0,25

Biaya listrik dan air 26,26 0,23

Desinfektan 23,61 0,2

Sekam 110,03 0,92

TVC 9.620,24 80,56

Total biaya (TC) 11.941,15 100

Sumber: Data primer 2014 (diolah)

Tabel 2. Pendapatan telur produsen dihitung per (kg telur).

Uraian Nilai (Rp.)

Total penerimaan telur 13.600

Total biaya 11.941,15

Pendapatan 1.658,85

Sumber: Data primer 2014 (diolah).

Page 41: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

77

4.6.2. Analisis Biaya Pemasaran, Ditribusi margin, Share

harga, Share biaya, Share keuntungan, Ratio keuntungan

lembaga pemasaran Pola I

Saluran pemasaran pola I dalam pemasaran telur ayam ras

petelur terdapat 3 lembaga pemasaran yang terlibat yaitu

pedagang besar, pedagang menengah dan pedagang pengecer

(seperti terlihat pada gambar 18). Telur yang disalurkan oleh

pedagang besar kepada pedagang menengah dan pedagang

pengecer kemudian dijual kepada konsumen masing-masing.

Komponen biaya pemasaran meliputi transportasi, biaya

tenaga kerja dan biaya telepon dapat dilihat pada tabel 3. Tabel

20 menjelaskan bahwa pada saluran pemasaran pola ke I harga

jual produsen sebesar Rp. 13.600 per kilogram, harga jual

pedagang besar Rp. 14.800,- per kilogram, harga jual

pedagang menengah Rp. 15.850,- per kilogram dan harga jual

pedagang pengecer Rp. 17.200,- perkilogram. Total margin

sebesar Rp. 3.600,- (100%) dengan distribusi dari biaya

pemasaran pada pedagang besar sebesar Rp. 428,55,-. Biaya

pemasaran yang dikeluarkan pedagang menengah sebesar Rp.

294,3,- sedangkan biaya pemasaran yang dikeluarkan

pedagang pengecer sebesar Rp. 578,5,-.

Share harga yang diterima sebesar 79,07% yang artinya

bahwa setiap Rp. 13.600 ,-/kg telur harga yang diterima oleh

konsumen akhir, produsen memperoleh penerimaan sebesar

Rp. 10.753,52,- per kilogram, pemasaran hasil pertanian

ditinjau dari bagian harga yang diterima oleh petani produsen

dikatakan efisien apabila harga jual petani lebih dari 40% dari

harga tingkat konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemasaran telur ayam ras di Kecamatan Ringinrejo sudah

efisien, dengan tingkat efisiensi sebesar 79,07% yang artinya

bahwa setiap harga telur Rp. 13.600,-/kg harga yang diterima

Page 42: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

78

oleh konsumen akhir, produsen memperoleh penerimaan

sebesar Rp. 10.753,52,- per kilogram atau dapat dikatakan

bahwa bagian harga yang dinikmati oleh produsen sebesar

79,07% terhadap harga ditingkat konsumen. Hasil perhitungan

ini menunjukkan bahwa pemasaran telur ayam ras ditinjau dari

bagian harga yang diterima oleh peternak sudah melebihi batas

40%.

Share biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar,

pedagang menengah dan pedagang pengecer secara berurutan

adalah 35,71%, 28,03% dan 42,85% yang mengartikan bahwa

setiap pembelian telur Rp. 13.600/kg, Rp. 14.800,-/kg dan Rp.

15.850,-/kg marketing margin, pedagang besar memberikan

kontribusi biaya sebesar Rp. 4.856,56 perkilogram, pedagang

menengah memberikan kontribusi biaya sebesar Rp.

4.148,44,- perkilogram dan pedagang pengecer memberikan

kontribusi biaya sebesar Rp. 6.791,73,- perkilogram.

Perbedaan share biaya pada lembaga-lembaga pemasaran

disebabkan biaya perbedaan biaya pemasaran dan margin

pemasaran pada lembaga pemasaran. Biaya pemasaran yang

terlalu besar maka margin pemasaran juga semakin besar.

Keuntungan yang diterima oleh masing-masing pedagang

besar, pedagang menengah dan pedagang pengecer berturut-

turut adalah Rp. 771,45,- , Rp. 755,7,- , dan Rp. 541,57,-,

sedangkan untuk share keuntungan dari penjualan telur ayam

ras yang diterima oleh pedagang besar, pedagang menengah

dan pedagang pengecer berturut-turut 64,28%, 71,97% dan

40,12% yang mengartikan bahwa setiap penjualam telur Rp.

Rp. 14.800,-/kg, Rp. 15.850,-/kg dan Rp. 17.200,- marketing

margin, pedagang besar memberikan kontribusi biaya sebesar

Rp. 9.513,44,- perkilogram, pedagang menengah memberikan

kontribusi biaya sebesar Rp. 11.407,25,- perkilogram dan

Page 43: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

79

pedagang pengecer memberikan kontribusi biaya sebesar Rp.

6.900,64,- perkilogram. Biaya pemasaran, keuntungan, margin

pemasaran, farmer’s share, share keuntungan dan biaya pada

masing-masing saluran pemasaran yang terlibat pada

pemasaran telur ayam ras, dimana besar nilainya akan berbeda

disetiap lembaga pemasaran yang terlibat. Tinggi rendahnya

biaya, margin dan keuntungan pemasaran mempengaruhi

kelayakan dari saluran pemasaran tersebut. Pola pemasaran I

dikatakan efisien, karena hasil dari ratio keuntungan

menunjukkan nilai lebih dari 1. Pada ratio keuntungan

pedagang pengecer bernilai 0,9% hal ini dikarenakan biaya

pemasaran yang besar sehingga perbandingan antara share

keuntungan dan biaya tidak seimbang.

Page 44: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

80

Tabel 3. Rata-rata distribusi margin, share harga lembaga, share

biaya lembaga, share keuntungan lembaga dan ratio

keuntungan biaya pola I. Lembaga pemasaran Harga

(Rp/kg)

Margin Share

Harga

(%)

Share

Biaya

(B)

(%)

Share

Keuntungan

(K)

(%)

Ratio

Keuntungan

K/B

(Rp)

(%)

Peternak

a. Harga jual

Pedagang besar

a. Harga beli

b. Biaya transportasi

c. Tenaga kerja

d. Biaya telepon

e. Penyusutan

kendaraan

f. Penyusutan

timbangan

g. Penyusutan egg tray

h. Penyusutan peti

Total biaya pemasaran

i. Keuntungan

j. Harga jual

Pedagang menengah

a. Harga beli

b. Tenaga kerja

c. Biaya telepon

d. Biaya transportasi

e. Penyusutan

kendaraan

f. Penyusutan

timbangan

g. Penyusutan egg tray

h. Penyusutan peti

Total biaya pemasaran

i. Keuntungan

j. Harga jual

Pedagang pengecer

a. Harga beli

b. Biaya transportasi

c. Penyusutan

kendaraan

d. Penyusutan

timbangan

e. Penyusutan egg tray

f. Penyusutan peti

g. Tenaga kerja

Total biaya pemasaran

h. Keuntungan

i. Harga jual

Margin

13.600

13.600

177,78

222,22

8,89 19,17

0,08

0,2

0,21

428,55

771,45

14.800

14.800

214,29

6,38

69,9

3,49

0,0029

0,031

0,21

294,3

755,7

15.850

15.850

208,7

20,6

0,27

0,18

0,18

578,5

808,43

541,57

17.200

1.200

1.050

1.350

3.600

33,33

29,17

37,5

100

79,07

35,71

28,03

42,85

64,28

71,97

40,12

1,8

2,7

0,9

Sumber: Data primer 2014 (diolah).

Page 45: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

81

4.6.3. Analisis Biaya Pemasaran, Ditribusi margin, Share

harga, Share biaya, Share keuntungan, Ratio keuntungan

lembaga pemasaran Pola II

Saluran pemasaran pola II dalam saluran telur ayam ras

terdapat 2 lembaga pemasaran yaitu pedagang besar dan

pedagang menengah, biasanya saluran pemasaran pola II ini

sering disebut dengan saluran distribusi sedang (seperti terlihat

pada gambar 20). Saluran pemasaran pola II merupakan

saluran pemasaran yang memiliki margin pemasaran dengan

nilai yang cukup rendah dibandingkan dengan nilai margin

pemasaran pada pola I. Hasil dari pemasaran pola II dapat

dilihat pada tabel 4. Tabel 4 menjelaskan bahwa pada saluran

pemasaran pola ke II harga jual produsen sebesar Rp. 13.600,-

per kilogram, harga jual pedagang besar Rp. 14.800,- per

kilogram dan harga jual pedagang menengah Rp. 16.500,- per

kilogram, sehingga produsen memperoleh share harga sebesar

82,42% yang artinya bahwa setiap Rp. 100,- harga yang

diterima oleh konsumen akhir, produsen memperoleh

penerimaan sebesar Rp. 82,42 per kilogram. Share harga yang

diterima sebesar 82,42% yang artinya bahwa setiap harga

telur Rp. 13.600,-/kg harga yang diterima oleh konsumen

akhir, produsen memperoleh penerimaan sebesar Rp.

11.209,12,- per kilogram. Pemasaran hasil pertanian ditinjau

dari bagian harga yang diterima oleh petani produsen

dikatakan efisien apabila harga jual petani lebih dari 40% dari

harga tingkat konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemasaran telur ayam ras di Kecamatan Ringinrejo sudah

efisien, dengan tingkat efisiensi sebesar 82,42% atau dapat

dikatakan bahwa bagian harga yang dinikmati oleh produsen

sebesar 82,42% terhadap harga ditingkat konsumen. Hasil

Page 46: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

82

perhitungan ini menunjukkan bahwa pemasaran telur ayam ras

ditinjau dari bagian harga yang diterima oleh peternak sudah

melebihi batas 40%.

Total margin sebesar Rp. 2.900,- (100%) dengan distribusi

dari biaya pemasaran pada pedagang besar sebesar Rp.

428,55,-. Biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang

menengah sebesar Rp. 294,3,-. Share biaya serta biaya yang

dikeluarkan oleh pedagang besar dan pedagang menengah

untuk membeli 1 kg telur secara berurutan adalah 35,71%

dan 17,31% yang mengartikan bahwa setiap Rp. 13.600,-/kg

dan Rp. 14.800,-/kg marketing margin, pedagang besar

memberikan kontribusi biaya sebesar Rp. 4.856,56

perkilogram dan pedagang menengah memberikan kontribusi

biaya sebesar Rp. 2.561,88,- perkilogram. Perbedaan share

biaya pada lembaga-lembaga pemasaran disebabkan biaya

perbedaan biaya pemasaran dan margin pemasaran pada

lembaga pemasaran.

Keuntungan serta penjualan telur yang diterima oleh

masing-masing pedagang besar dan pedagang menengah

berturut-turut adalah Rp. 771,45,- dan Rp. 1405,7,- sedangkan

untuk share keuntungan yang diterima oleh pedagang besar

dan pedagang menengah berturut-turut 64,23% dan 82,69%

yang mengartikan bahwa setiap penjualan telur Rp. 14.800,-

/kg dan Rp. 16.500,- /kg pedagang besar memberikan

kontribusi biaya sebesar Rp. 9.506,04,- perkilogram dan

pedagang menengah memberikan kontribusi biaya sebesar

Rp.13.643,85,- perkilogram. Perbedaan share keuntungan

pada lembaga pemasaran disebabkan keuntungan yang didapat

masing-masing lembaga pemasaran dan margin pemasaran

yang berbeda. Biaya pemasaran, keuntungan, margin

Page 47: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

83

pemasaran, farmer’s share, share keuntungan dan biaya pada

masing-masing saluran pemasaran yang terlibat pada

pemasaran telur ayam ras, dimana besar nilainya akan berbeda

disetiap lembaga pemasaran yang terlibat. Tinggi rendahnya

biaya, margin dan keuntungan pemasaran mempengaruhi

kelayakan dari saluran pemasaran tersebut. Pola pemasaran II

dikatakan efisien, karena hasil dari ratio keuntungan

menunjukkan nilai lebih dari 1. Ratio keuntungan yang terlalu

besar disebabkan pemasaran pada pola ini pendek, hanya

melibatkan pedagang besar dan pedagang menengah, sehingga

margin pemasaran tidak terlalu besar dan keuntungan yang

didapat pedagang menengah cukup besar.

Page 48: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

84

Tabel 4. Rata-rata distribusi margin, share harga

lembaga, share biaya lembaga, share

keuntungan lembaga dan ratio keuntungan

biaya pola II. Lembaga pemasaran Harga

(Rp/kg)

Margin Share

Harga

(%)

Share

Biaya

(B)

(%)

Share

Keuntunga

n

(K)

(%)

Ratio

Keuntungan

K/B (Rp) (%)

Peternak

a. Harga jual

Pedagang besar

a. Harga beli

b. Biaya transportasi

c. Tenaga kerja

d. Biaya telepon

e. Penyusutan

kendaraan

f. Penyusutan

timbangan

g. Penyusutan egg

tray

h. Penyusutan peti

Total biaya

pemasaran

i. Keuntungan

j. Harga jual

Pedagang menengah

a. Harga beli

b. Tenaga kerja

c. Biaya telepon

d. Biaya transportasi

e. Penyusutan

kendaraan

f. Penyusutan

timbangan

g. Penyusutan egg

tray

h. Penyusutan peti

Total biaya pemasaran

i. Keuntungan

j. Harga jual

Margin

13.600

13.600

177,78

222,22

8,89 19,17

0,08

0,2

0,21

428,55

771,45

14.800

14.800

214,29

6,38

69,9

3,49

0,0029

0,031

0,21

294,3

1405,7

16.500

1.200

1.700

2.900

41,38

58,62

100

82,42

35,71

17,31

64,23

82,69

1,8

4,7

Sumber: Data primer 2014 (diolah)

Page 49: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

85

4.6.4. Analisis Biaya Pemasaran, Ditribusi margin, Share

harga, Share biaya, Share keuntungan, Ratio keuntungan

lembaga pemasaran Pola III.

Saluran pemasaran pola III ini merupakan saluran

pemasaran yang melibatkan satu lembaga yaitu pedagang

besar, biasanya saluran pemasaran saluran III ini sering

disebut dengan saluran distribusi pendek (seperti terlihat pada

gambar 22). Saluran pemasaran pola III merupakan saluran

pemasaran yang memiliki margin pemasaran dengan nilai

yang paling rendah, sebab lembaga yang digunakan dalam

proses pemasaran telur ayam ras terdiri dari 1 lembaga

pemasaran. Hasil dari pemasaran pola III dapat dilihat pada

tabel 5. Tabel 5 menjelaskan bahwa pada saluran pemasaran

pola ke III harga jual produsen sebesar Rp. 13.600 per

kilogram dan harga jual pedagang besar Rp. 15.500,- per

kilogram, sehingga produsen memperoleh share harga sebesar

87,74% yang artinya bahwa setiap telur Rp. 13.600,-/kg harga

yang diterima oleh konsumen akhir, produsen memperoleh

penerimaan sebesar Rp. 11.932,64,- per kilogram. Total

margin sebesar Rp. 1.900,- (100%) dengan biaya pemasaran

yang dikeluarkan pedagang besar sebesar Rp. 428,55,-. Share

biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar 22,52% yang

mengartikan bahwa setiap Rp. 13.600,-/kg telur pedagang

besar memberikan kontribusi biaya sebesar Rp. 3.062,72

perkilogram. Keuntungan yang diterima oleh masing-masing

pedagang besar sebesar Rp. 1.411,45,- sedangkan untuk share

keuntungan yang diterima oleh pedagang besar 77,44%, yang

mengartikan bahwa setiap penjualan telur Rp. 15.500,-/kg

pedagang besar memberikan kontribusi biaya sebesar Rp.

12.003,2,- perkilogram. Pola pemasaran III dikatakan efisien,

Page 50: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

86

karena hasil dari ratio keuntungan menunjukkan nilai lebih

dari 1.

Hasil penelitian menujukkan bahwa semakin banyak

lembaga yang digunakan dalam pemasaran telur ayam ras,

maka nilai margin pemasaran akan semakin besar. Saluran

distribusi yang pendek belum tentu mengeluarkan biaya

pemasaran yang sedikit. Lembaga pemasaran yang banyak

melakukan fungsi pemasaran menyebabkan biaya pemasaran

yang dikeluarkan semakin besar. Saluran pemasaran pola ke

III ini menguntungkan bagi konsumen akhir, sebab lembaga

yang digunakan dalam proses pemasaran telur ayam ras tidak

menggunakan lembaga-lembaga pemasaran selain pengepul,

sehingga telur ayam ras yang dijual tidak setinggi harga telur

ayam ras yang dijual pada saluran pemasaran pola I yang

menggunakan berbagai lembaga dalam proses pemasaran.

Tingginya harga telur ayam ras yang dijual tergantung pada

lembaga yang digunakan dalam proses pemasaran telur ayam

ras, semakin banyak lembaga pemasaran yang digunakan

maka margin pemasaran akan semakin tinggi, karena biaya

yang dikeluarkan dalam pembiayaan lembaga-lembaga yang

digunakan dalam proses pemasaran telur ayam ras di

Kecamatan Ringinrejo. Share harga yang diterima peternak

pada pola III akan semakin besar dibandingkan dengan pola I

dan II pada proses penjualan telur ayam ras yang

menggunakan seluruh lembaga mulai dari pedagang besar,

pedagang menengah dan pedagang pengecer, sehingga share

harga yang diterima peternak memiliki jumlah yang paling

tinggi diantara pola saluran pemasaran I dan II, sebab biaya

yang dikeluarkan untuk lembaga pemasaran semakin kecil,

sehingga penerimaan yang didapatkan oleh peternak semakin

Page 51: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi …repository.ub.ac.id/137072/4/BAB_IV.pdf37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Ringinrejo adalah salah

87

besar. Ratio keuntungan pada pola III cukup besar, karena

keuntungan yang didapat besar dan margin pemasaran yang

rendah.

Tabel 5. Rata-rata distribusi margin, share harga lembaga,

share biaya lembaga, share keuntungan lembaga dan

ratio keuntungan biaya pola III.

Lembaga

pemasaran

Harga

(Rp/kg)

Margin

Share

Harga

(%)

Share

Biaya

(B)

(%)

Share

Keuntungan

(K)

(%)

Ratio

Keuntungan

K/B (Rp) (%)

Peternak

a. Harga jual

Pedagang besar

a. Harga beli

b. Biaya

transportasi

c. Tenaga kerja

d. Biaya

telepon

e. Penyusutan

kendaraan

f. Penyusutan

timbangan

g. Penyusutan

egg tray

h. Penyusutan

peti

Total biaya

pemasaran

i. Keuntungan

j. Harga jual

Margin

13.600

13.600

177,78

222,22

8,89 19,17

0,08

0,2

0,21

428,55

1471,45

15.500

1.900

1.900

100

87,74

22,52

77,44

3,4

Sumber: Data primer 2014 (diolah)