Upload
lenhan
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
62
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang didapat dalam penelitian ini meliputi: sistem jaringa
drainase, Kondisi saluran drainase saat ini, analisis hidrologi, analisis hidraulika dan
solusi perencanaan saluran drainase.
4.1. Umum
Drainase merupakan salah satu komponen imfrastruktur perkotaan yang sangat
penting khususnya di Dili yang merupakan Ibu kota Negara Timor Leste yang perlu
diperhatikan dari berbagai pihak baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk
operasi dan pemeliharaan pada sistem drainase dengan tujuan mengatasi masalah
banjir dikota Dili. Permasalahan banjir di Dili terjadi dapat mengakibatkan berbagai
aktivitas seperti; perkantoran, pendidikan, lalu lintas dan lainnya.
Dari permasalahan tersebut pemerintah Timor Leste setiap tahun mengalokasi
dana lewat Ministerio Estatal dan Ministerio Obras Publico untuk mengatasi masalah
banjir di kota Dili dengan upaya membersihkan sampah padat secara rutin setiap hari
senin sampai jumat dan mengeluarkan sedimentasi yang terdapat dalam saluran
drainase setiap tahun. Akan tetapi masalah banjir atau genangan air selalu terjadi di
kota Dili seperti Bairo Pite, Mandarin, Komera, Vila verde, Caicoli, Audian, Bidau
akaderu hun dan bairo Formosa karena disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan
juga permasalahan sistem drainase.
63
4.1.1. Gambaran umum daerah Penelitian
Secara administratif Subdistrik Nain Feto adalah bagian dari distrik Dili.
Subdistrik Nain Feto terdiri dari 6 (enam) Suco atau desa yaitu suco santa Cruz, suco
Akaderu hun, suco Bemori, suco Lahane Oriental, suco Bidau Lecidere dan suco
Gricenfor. Akan tetapi yang menjadi tempat penelitian hanya terdapat dalam 5 (lima)
suco atau desa yaitu suco santa Cruz, suco Akaderu hun, suco Bemori, suco Bidau
Lecidere dan suco Gricenfor.
4.1.2. Sistem jaringan Drainase
Sistem drainase di daerah subdistrik Nain feto (suco santa Cruz, suco Akaderu
hun, suco Bemori, suco Bidau Lecidere dan suco Gricenfor) merupakan satu
kesatuan sistem yang saling berhubungan. Dalam daerah penelitian ini terdapat 5
(lima) saluran utama yaitu saluran nomor 1.1, 2.1, 3.1, 4.1 dan 5.1 dan juga setiap
saluran utama terdapat saluran sekunder dan saluran tersier seperti terlihat pada tabel
4.1, 4.2, 4.3, 4.4, dan 4.5. Akan tetapi untuk lebih jelas lihat pada gambar 4.1 berikut
ini.
64
Gambar 4.1: Peta Tempat penelitian
1.1
2.1
3.1
4.1 5.1
65
4.1.3. Kondisi saluran drainase saat ini
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di tempat penelitian tentang sistem
saluran drainase yang terdapat di daerah subdistrik Nain feto (suco santa Cruz, suco
Akaderu hun, suco Bemori, suco Bidau Lecidere dan suco Gricenfor) menunjukkan
beberapa permasalahan yang juga disebut sebagai faktor penyebab banjir antara lain
sebagai berikut:
1. Kerusakan struktur saluran drainase
Gambar 4.2: Kerusakan struktur saluran drainase
Pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa kerusakan struktur saluran drainase dapat
menghambat aliran air karena batu batu yang terdapat dari rusaknya struktur saluran
dapat mempersempit dimensi saluran sehingga air hujan yang melewati penampang
tersebut dapat meluap ke permukaan daerah sekitarnya. Permasalahan tersebut terjadi
dibeberapa saluran sekunder antara lain: saluran sekunder 1.1/111, 1.2.3, 1.2.3, 2.2
dan 5.2.1.
66
2. Ketidak fungsinya saluran drainase
Gambar 4.3: Ketidak fungsi saluran drainase
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa ketidak fungsi saluran drainase karena
disebabkan oleh banyak sedimentasi atau endapan yang terdapat didalam saluran
drainase sehingga saluran yang dibuat dengan fungsi untuk mengalirkan air hujan
dari pemukiman sekitarnya sudah tidak berfungsinya saluran drainase sehingga air
hujan yang berasal dari pemukiman dapat mengalir diatas permukaan tanah dan
permukaan jalan. Permasalahan tersebut terjadi dibeberapa saluran sekunder antara
lain: saluran sekunder 1.1.13 dan 1.2.13.
67
3. Bangunan lain diatas saluran drainase
Gambar 4.4: Bangunan lain diatas saluran drainase
Gambar 4.4. menunjukkan bahwa saluran drainase yang terdapat di daerah
Subdistrik Nain Feto beberapa bangunan seperti rumah penduduk dibangun diatas
permukaan saluran drainase dan trotoar jalan yang berada diatas jalan tidak
mempunyai boks kontrol dapat mengakibatkan kotoran kotoran dan endapan tertahan
didalam saluran dan dapat menghambat aliran air sehingga air meluap dari saluran
drainase kepermukaan jalan atau daerah sekitarnya. Permasalah tersebut terjadi
dibeberapa saluran sekunder antara lain: saluran sekunder 2.2.5, 2.2.6, 2.2.13, 2.2.14,
2.2.16 dan 1.1/111.
68
4. Pintu saluran drainase penyaringan sampah
Gambar 4.5: Pintu saluran drainase penyaringan sampah
Pada gambar 4.5. menunjukkan bahwa pintu saluran yang dibuat dari besi
dengan fungsi untuk menahan kotoran kotoran seperti kemasan, plastic, botol, kain
rusak, daun tanaman dan lain lain merupakan salah satu faktor penghambat aliran air
karena kotoran kotoran dari buangan manusia yang terbawa oleh air hujan dapat
tertahan dan menumpuk di pintu saluran drainase sehingga airnya meluap di daerah
sekitarnya. Permasalahan tersebut ini terjadi karena kurang adanya pengawasan rutin
setiap musim hujan oleh instansi kepemerintahan yang berkaitan untuk
membersihkan kotoran kotoran tersebut. Permasalah tersebut terjadi dibeberapa
saluran primer dan sekunder antara lain: saluran primer 1.1, 2.1, 5.1 dan saluran
sekunder 1.2.13.
69
5. Fasilitas kota yang tidak teratur
Gambar 4.6: Fasilitas kota yang tidak teratur
Pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa fasilitas kota seperti jaringan pipa air
bersih yang melalui saluran dan dibawah jembatan dapat menghambat aliran air
karena kotoran kotoran dapat tertahan dan bertumpuk pada pipa air bersih sehingga
air meluap dari saluran drainase. Permasalah tersebut terjadi dibeberapa saluran
primer antara lain: saluran primer 1.1, 2.1 dan 5.1.
4.2. Analisis hidrologi
Dalam perhitungan Hidrologi data curah hujan merupakan suatu variable yang
sangat berpengaruh pada debit banjir rencana. Untuk Mengetahui besarnya curah
hujan rencana yang terjadi pada daerah aliran saluran drainase di area Subdistrik Nain
Feto, diperlukan data curah hujan selama beberapa tahun terakhir pada stasium curah
hujan terdekat. Seperti telah dikatakan bahwa data curah hujan yang digunakan dalam
menganalisis debit banjir rencana adalah data sekunder yang diperoleh dari Instansi
70
kepemerintahan yang berperang sebagai manajemen sumber daya air seperti Diresaun
Nasional Gestaun Rekursu Agua (DNGRA). Data curah hujan yang diperoleh adalah
data curah hujan maksimum dalam tahunan selama 10 tahun terakhir yaitu dari tahun
2003-2012 yang dicatat di stasiun pencatat hujan di stasiun EDTL Dili. Seperti
terlihat pada gambar 4.7 berikut ini.
Gambar 4.7: Curah hujan harian maksimum dalam tahunan
Berdasakan gambar 4.7 diatas dapat diperoleh bahwa curah hujan harian
maksimum dalam tahunan tertinggi adalah 360,8 mm dan curah hujan harian
maksimum dalam tahunan terendah adalah 36,6 mm.
360.8
317.5
246.1
127 113
81.6 69.4 69.4
54.2 34.6
0
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Cura
h h
uja
n m
aksi
mum
(m
m)
Jumlah data (n) Curah hujan
71
4.2.1. Penentuan parameter statistik
Dalam perhitungan probabilitas distribusi untuk menentukan distribusi yang
dipilih terlebih dahulu menghitung parameter statistic, parameter statistik digunakan
sebagai dasar dasar dalam menentukan probabilitas distribusi terhadap data yang ada.
Dan guna dapat dimamfaatkan analisis hidrologi untuk studi tentang debit banjir
rencana.
Parameter yang digunakan dalam analisa frekuensi pada penelitian ini meliputi
nilai rata rata, standar deviasi, Koefisien Variasi, Koefisien kemiringan dan koefisien
Kurtosis dengan menggunakan persamaan (2.8-2.12). berikut ini merupakan hasil
perhitungan masing masing parameter statistik antara lain: parameter nilai-nilai rata-
rata ( X ) adalah 147,36, standar deviasi (S) adalah 117,25, koefisient variasi (Cv)
adalah 0,796, koefisien kemeringan/skewness (Cs) adalah 1,042, dan koefisien
kurtosis (Ck) adalah -0,482.
4.2.2. Pemilihan Probabilitas distribusi
Berdasarkan perhitungan parameter statistik yang telah dibahas diatas maka
pemilihan probabilitas distribusi dengan melakukan hujan rancangan mengunakan
beberapa metode probabilitas distribusi antara lain: Distribusi gumbel, distribusi
Normal, Distribusi Log Normal dan distribusi Log Pearson Type III. Akan tetapi
dalam pemilihan probabilitas distribusi yang cocok dengan data curah hujan harian
maksimum dalam tahunan pada daerah tersebut adalah Probabilitas distribusi Log
Pearson Type III untuk menghitung curah hujan rancangan dengan periode ulang 5
tahun dengan menggunakan persamaan 2.17. berikut ini merupakan hasil perhitungan
pemilihan probabilitas distribusi Log Pearson Type III adalah 213,036 mm. Hasil
perhitungan untuk setiap probabilitas distribusi adalah lihat pada lampiran 1.
72
4.2.3. Pengujian distribusi
Untuk menguatkan pemilihan distribusi probabilitas yang dipilih maka
dilakukan uji statistik untuk mengetahui kesesuaian distribusi yang cocok dan dapat
dipilih untuk mewakili distribusi data yang dianalisis dengan dilakukan metode uji
Chi kuadrat dan Smirnov Kolmogrov. Berikut ini merupakan hasil pengujian Chi
kuadrat dan Smirnov Kolmogrov.
Tabel 4.1: Hasil uji Chi Kuadrat dan Smirnov Kolmogrov
Uji Kecocokan Nilai tabel Nilai Hitung
Chi Kuadrat X2 = 3,841 X
2 = 3
Smirnov Kolmogrov D = 0,41 D = 0,11656
Sumber: Hasil Perhitungan
Dari hasil perhitungan pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dengan uji Chi
kuadrat diperoleh nilai X2
tabel > X2
hitung sedangkan smirvov Kolmogrov diperoleh
nilai Dtabel > Dhitung, dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kalah ulang
rencana yang akan dihitung dalam perhitungan debit rencana adalah diterima.
Kesimpulan tersebut berarti distribusi observasi dan distribusi teoritis dapat
dinyatakan bahwa probabilitas distribusi Log Pearson Type III tepat untuk daerah
subdistrik Nain Feto. Hasil hitungan Chi Kuadrat dan Smirnov Kolmogrov lihat pada
lampiran 2.
4.2.4. Waktu konsentrasi
Wesli (2008), mengatakan bahwa Waktu konsentrasi merupakan waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh ke titik kontrol yang
ditentukan di bagian hilir dalan suatu saluran. Akan tetapi untuk drainase perkotaan
Waktu konsentrasi yang diperlukan air untuk mengalir melalui permukaan tanah dari
tempat terjauh ke saluran terdekat (inlet time) ditambah waktu untuk mengalir di
dalam saluran ke tempat pengukuran (conduit time). Inlet time, Conduit time dan
73
Waktu konsentrasi dapat dihitung menggunakan persamaan (2.3, 2.5 dan 2.2), dengan
hasil dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut ini.
Gambar 4.8: Waktu Konsentrasi
Dari gambar 4.8 tentang waktu konsentrasi menunjukkan bahwa saluran primer
yang menbutuhkan banyak waktu untuk mengalirkan air hujan dari permukaan tanah
ke saluran terdekat dan menuju ke saluran utama atau saluran primer adalah saluran
primer 1.1 dengan waktu konsentrasi selama 4,30 jam. Hal ini disebabkan karena
saluran primer tersebut memiliki aliran terjauh di atas tanah hingga saluran terdekat
(L0) sebesar 6951 meter dan aliran air di dalam saluran primer ke tempat pengukuran
(L1) sebesar 500 meter dengan kemiringan saluran tersebut (S) adalah 0,00134 dan
kecepatan aliran air (V) sebesar 0,26 m/detik.
Sedangkan saluran primer yang membutuhkan waktu terendah untuk mengalirkan
air hujan dari permukaan tanah ke saluran terdekat dan menuju ke saluran utama atau
saluran primer adalah saluran primer 4.1 dengan waktu konsentrasi selama 1,06 jam.
Hal ini juga disebabkan karena saluran primer tersebut memiliki aliran terjauh di atas
tanah hingga saluran terdekat (L0) sebesar 1342 meter dan aliran air di dalam saluran
primer ke tempat pengukuran (L1) sebesar 125 meter dengan kemiringan saluran tersebut
(S) adalah 0,00200 dan kecepatan aliran air (V) sebesar 0,29 m/detik.
4.30
3.13
2.07
1.06
3.25
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
1.1 2.1 3.1 4.1 5.1
Wak
tu K
on
sen
tasi
(Ja
m)
Nomor saluran
74
Untuk perhitungan waktu konsentrasi pada tiap tiap saluran primer dapat dilihat
pada lampiran 3.
4.2.5. Intensitas Curah hujan
Besarnya intensitas hujan berbeda beda, tergantung dari lamanya curah hujan
dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan dihitung berdasarkan besarnya
curah hujan rencana periode ulang 5 (lima) tahun menggunakan persamaan
Mononobe. Hal ini disebabkan oleh data curah hujan jangka pendek tidak tersedia,
yang ada hanya data curah hujan harian maksimum dalam tahunan. Intensitas curah
hujan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.1).
Gambar 4.9: Intensitas curah hujan
Berdasarkan hasil perhitungan pada gambar 4.9 menunjukkan bahwa nilai
waktu konsentrasi sangat berpengaruh pada nilai intensitas curah hujan karena makin
besar waktu konsentrasi maka nilai intensitas curah hujan makin kecil atau sebaliknya
nilai waktu konsentrasi semakin kecil maka nilai intensitas curah hujan semakin
besar. Hal ini menunjukkan pada gambar 4.8 diatas bahwa nilai intensitas curah hujan
27.94 34.54
45.44
71.11
33.66
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1.1 2.1 3.1 4.1 5.1 Inte
nsi
tas
cura
h h
uja
n (
mm
/Jam
)
Nomor saluran
Periode ulang 5 tahun
75
yang paling kecil berada pada saluran nomor 1.1 adalah 27,94 mm/jam dengan nilai
waktu konsentrasi adalah 4,30 jam. Sedangkan nilai intensitas yang paling besar
berada pada saluran nomor 4.1 adalah 71,11 mm/jam dengan nilai waktu konsentrasi
adalah 1,06 jam. Hasil perhitungan pada tiap tiap saluran primer tentang intensitas
curah hujan lihat pada lampiran 4.
4.2.6. Koefisien tampungan
Dilihat dari tofografi wilayah Subdistrik Feto khususnya lima suco atau desa
adalah datar dengan kemiringan rata rata pada saluran drainase utama yang menuju
kelaut adalah 0,0020 dan mempunyai luas area 179 Hektar, maka perlu melakukan
perhitungan koefisien tampungan dengan mengunakan persamaan (2.7) adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.10: Koefisien tampungan
Dari gambar 4.10 diatas tentang hasil Koefisien tampungan (Cs) menunjukkan
bahwa koefisien terbesar pada koefisien tampungan adalah 0,89 yang berada pada
saluran primer 1.1. sedangkan koefisien terkecil pada koefisien tampungan adalah
0.89 0.87
0.58
0.88 0.82
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
1.1 2.1 3.1 4.1 5.1
Koef
isie
n tam
pungan
Nomor saluran
76
0,58 yang berada pada saluran primer 3.1. Hasil perhitungan pada tiap tiap saluran
primer dapat dilihat pada lampiran 5.
4.2.7. Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran, merupakan nisbah antara puncak aliran dan permukaan
terhadap intenstas curah hujan. Pemilihan koefisien limpasan ditentukan oleh kondisi
fisik dan karakteristik permukaan tanah daerah tangkapan air hujan. Akan tetapi
faktor yang menentukan besarnya nilai koefisien limpasan adalah tergantung dari
karakteristik permukaan tanah terhadap nilai intensitas curah hujan.
Berdasarkan karakteristik permukaan tanah pada area tempat penelitian maka
penelitian dikategorikan sebagai daerah “Suburban residential with Gardens” karena
daerah tersebut terdapat banyak tempat pemukiman, tempat pertokoan, perhotelan,
perkantoran, dan lahan terbuka. Dari kategori tersebut dapat di ambil dari gambar 2.1
hubungan antara Intensitas Curah hujan dan koefisien Limpasan.
Gambar 4.11: Hubungan antara Intensitas curah hujan dan Koefisien pengaliran
77
Gambar 4.12: Koefisien Pengaliran
Gambar 4.12 diatas tentang hasil koefisien pengaliran menunjukkan bahwa
koefisien yang terbesar untuk koefisien pengaliran ( C ) adalah 0,53 terdapat pada
saluran 4.1. hal ini disebabkan oleh nilai Intensitas curah hujan yang makin besar
terhadap kondisi dan karakteristik tanah daerah tangkapan air hujan sehinga
berpengaruh pada nlai koefisien pengaliran. Sedangkan koefisien terkecil untuk
koefisien pengaliran adalah 0,30 yang terdapat pada saluran 1.1. hal ini juga
disebabkan oleh nilai intensitas curah hujan yang makin kecil terhadap kondisi dan
karakteristik tanah daerah tangkapan air hujan sehingga berpengaruh pada nilai
koefisien pengaliran ikut menurun. Dari hasil koefisien untuk tiap tiap saluran primer
dapak dilihat pada gambar lampiran 6.
4.2.8. Debit rencana
Besarnya debit banjir rencana air hujan diatas permukaan tanah ke saluran
drainase dapat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : Koefisien pengaliran,
Intensitas curah hujan dan daerah aliran sungai. Akan tetapi pada daerah yang datar
dan cekung juga dapat ditentukan oleh faktor koefisien tampungan.
0.30
0.35
0.45
0.53
0.35
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
1.1 2.1 3.1 4.1 5.1
Koef
isie
n P
engal
iran
(C
)
Nomor Saluran
78
Perkiraan besarnya debit banjir maksimum dihitung dengan metode rasional.
Debit banjir maksimum ini diperlukan untuk mengetahui besarnya debit maksimum
yang dapat melewati saluran drainase dengan periode ulang 5 (lima) tahun, sehingga
dapat diperkirakan kemungkinan terjadinya banjir pada saluran drainase tersebut
dengan mengunakan persamaan (2.24).
Gambar 4.13: Debit Rencana
Gambar 4.13 tentang hasil debit rencana menunjukkan bahwa debit rencana
maksimum untuk periode ulang 5 tahun yang terjadi pada daerah subdistrik Nain Feto
adalah sebesar 28,19 m3/detik berada pada saluran primer 2.1. Hal ini terjadi
disebabkan oleh besarnya luas area pengaliran (Catchment area) dengan nilai 96,5
Hektar, akan tetapi faktor lain seperti koefisien pengaliran, koefisien tampungan dan
intensitas curah hujan juga ikut berpengaruh dalam meningkatnya debit rencana pada
saluran drainase tersebut.
7.68
28.19
2.65
8.96 7.47
0
5
10
15
20
25
30
1.1 2.1 3.1 4.1 5.1
Deb
it r
enca
na
m3/d
etik
Nomor saluran
Periode ulang 5 tahun
79
Sedangkan debit rencana minimum untuk periode ulang 5 tahun adalah sebesar
2,65 m3/detik berada pada saluran primer 3.1. Hal ini juga disebabkan oleh luas area
pengaliran dengan nilai 8 hektar dan faktor lain seperti koefisien pengaliran, koefisien
tampungan dan intensitas curah hujan. Hasil perhitungan debit rencana lihat pada
lampiran 7.
4.3. Analisis Hidrolika
Sistem drainase yang terdapat di subdistrik Nain Feto khususnya kelima
tersebut dengan pembuangan terakhir atau tempat air bermuarah ke laut atau sungai
adalah 5 (lima) saluran primer. Berdasarkan hasil pengukuran pada kelima saluran
primer masing masing tersebut berbentuk persegi dengan ukuran yang berbeda beda.
Akan tetapi data data kemiringan saluran pada kelima saluran primer tersebut di
peroleh dari Diresaun Nasional Saneamento Basico (DNSB) dan Master Plan Urban
Drainase (1995). Data data yang diperoleh untuk menganalisis hidrolika adalah lihat
pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2: Dimensi saluran dan jenis penampang saluran saat ini
Nomor
saluran
Lebar bawa
(B) meter
Kedalaman
(h) meter
Kemiringan
(S)
Koefisien
kekasaran
maning (n)
Jenis
Penampang
saluran
1.1 2,30 1,50 0,00134 0,013 Persegi
2.1 2,70 1,60 0,00316 0,013 Persegi
3.1 1,80 1,50 0,00200 0,013 Persegi
4.1 1,20 1,40 0,00200 0,013 Persegi
5.1 1,50 0,80 0,00200 0,013 Persegi
80
Berdasarkan tabel 4.2 tentang dimensi saluran drainase dapat dilakukan analisis
hidrolika untuk untuk Mengetahui luas penampang (A), keliling basah (P), jari jari
hidrolis ( R ), kecepatan aliran (V) dan debit saluran eksistin (Qs) pada tiap tiap
saluran primer dengan menggunakan persamaan (2.29-2.31, 2.28 dan 2.39). Hasil
perhitungan dapat dilihat pada gambar 4.14 berikut ini.
Gambar 4.14: Debit saluran saat ini
Berdasarkan gambar 4.14 diatas tentang hasil debit saluran saat ini
menunjukkan bahwa debit saluran yang paling maksimum adalah saluran primer 1.1
dengan nilai Qs: 7,29 m3/detik. Sedangkan debit saluran yang paling minimum adalah
saluran primer 5.1 dengan nilai Qs: 2,19 m3/detik. Hasil perhitungan tentang debit
saluran eksistin pada tiap tiap saluran primer dapat dilihat pada lampiran 8.
7.29 6.93
6.33
3.24
2.19
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1.1 2.1 3.1 4.1 5.1
Deb
it s
alura
n (
m3/d
etik
)
Nomor saluran
Saluran saat ini
81
4.4. Perbandingan hasil debit saluran dan debit rencana
Hubungan antara analisis hidrologi dan analisis hidrolika adalah bertujuan
untuk mengetahui debit saluran (Qs) dan debit rencana (Qt) harus berdasarkan pada
persamaan (2.38). Dalam hal dimensi saluran harus mampu mengalirkan debit
rencana atau dengan kata lain debit rencana (Qt) yang dialirkan oleh debit saluran
(Qs) adalah sama atau lebih kecil. Hasil perbandingan antara debit saluran (Qs) dan
debit rencana (Qt) dapat dilihat pada gambar 4.15 berikut ini.
Gambar 4.15: Perbandingan antara debit saluran dan debit rencana
Berdasarkan gambar 4.15 diatas menunjukkan bahwa debit saluran yang masih
mampu mengalirkan debit rencana periode ulang 5 tahun adalah saluran primer 3.1.
akan tetapi debit saluran yang sudah tidak mampu lagi untuk mengalirkan debit
rencana periode ulang 5 tahun adalah saluran primer 1.1, 2.1, 4.1 dan 5.1.
7.29 6.93 6.33
3.24 2.19
7.68
28.19
2.65
8.96 7.47
0
5
10
15
20
25
30
1.1 2.1 3.1 4.1 5.1
Deb
it (
Q)
m3/d
etik
Nomor saluran
Debit Saluran saat ini (Qs)
Debit rencana (Qt)
82
4.4.1. Penyelesaian Teknik
Berdasarkan analisis tersebut diatas terdapat 4 (empat) saluran primer seperti
saluran primer 1.1, 2.1, 4.1 dan 5.1 sudah tidak mampu lagi menampung debit
rencana sehingga perlu di lakukan penambahan volume saluran eksistin dengan
analisis hidrolika ulang. Perhitungan hidrolika untuk saluran baru dengan berbentuk
persegi karena dilihat dari lahan yang dilalui saluran dibatasi dengan rumah rumah
para penduduk dan perkantoran, dapat menggunakan persamaan (2.29-2.31, 2.28 dan
2.39). data penambahan volume saluran baru lihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3: Volume saluran baru dan jenis penampang saluran
Nomor
saluran
Lebar bawa
(B) meter
Kedalaman
(h) meter
Kemiringan
(S)
Koefisien
kekasaran
maning (n)
Jenis
Penampang
saluran
1.1 2,50 2,00 0,00134 0,011 Persegi
2.1 3,50 2,50 0,00316 0,011 Persegi
4.1 2,80 1,70 0,00200 0,011 Persegi
5.1 2,40 1,60 0,00200 0,011 Persegi
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 4.16: Perbandingan antara debit saluran baru dan debit rencana
9.36
31.24
6.33
10.90 8.96 7.68
28.19
2.65
8.96 7.47
0
5
10
15
20
25
30
35
1.1 2.1 3.1 4.1 5.1
Deb
it (
Q)
m3/d
etik
Nomor saluran
Debit Saluran Baru (Qs)
Debit rencana (Qt)
83
Berdasarkan gambar 4.16 menunjukkan bahwa solusi teknik yang dibuat
dengan dilakukan penambahan volume saluran pada keempat saluran primer seperti
saluran primer 1.1, 2.1, 4.1 dan 5.1 dapat dikatakan bahwa setiap saluran primer yang
terdapat di subdistrik Nain Feto dapat menampung debit rencana periode ulang 5
tahun. Hasil perhitungan tentang debit saluran baru pada tiap tiap saluran primer
dapat dilihat pada lampiran 9.
4.4.2. Penyelesaian Non Teknik
Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan terhadap sistem drainase yang
terdapat di subdistrik Nain Feto baik saluran primer maupun saluran sekunder
terdapat beberapa permasalahan yang perlu di lakukan operasi dan pemeliharaan
dalam mengatasi masalah genangan atau banjir. Berikut ini ada beberapa tahap
operasi dan pemeliharaan saluran drainase antara lain:
1. Pemeliharaan rutin.
Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan pekerjaan yang selalu dilakukan
berulang ulang pada waktu tertentu, misalnya setiap hari. Jenis pemeliharan ini cocok
dilakukan pada pintu air saluran yang telah terpasang di tiap tiap saluran utama.
2. Pemeliharaan berkala
Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan pekerjaan yang dilakukan pada
waktu tertentu misalnya setiap minggu sekali atau bulan atau tahun. Kegiatan ini
dilakukan untuk tiap tiap saluran baik saluran primer sekunder maupun tersier agar
dapat mengeluarkan kotoran kotoran atau sedimentasi yang terdapat dalam saluran
sehingga tidak menghambat aliran air.
84
3. Pemeliharaan khusus
Pemeliharaan khusus merupakan kegiatan yang dapat dilakukan apabila saluran
mengalami kerusakan yang sifat mendadak. Kegiatan ini dilakukan untuk saluran
saluran yang telah rusak penampangnya dan dapat diperbaiki agar aliran yang
terdapat dalam saluran drainase tersebut tidak dapat meluap didaerah sekitar atau
kepermukaan jalan.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan kegiatan pekerjaan yang dilakukan apabila saluran
mengalami kerusakan atau debit saluran yang sudah tidak cukup mengalirkan debit
banjir. Hal seperti ini yang terjadi pada saluran primer 1.1, 2.1 4.1 dan 5.1 sehingga
perlu dilakukan rehabilitasi agar dapat masalah banjir.