Upload
vanessa-diaz
View
75
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tekben lapang
Citation preview
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Kondisi Umum
Kondisi umum pada lahan pengamatan yaitu Desa Sumber Ngepoh,
Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Yang berada di Kabupaten
Malang ini terletak disebelah utara kota Malang yaitu sebagai perbatasan kota Malang
dengan Kota Pasuruan. Dimana daerah tersebut banyak dikelilingi oleh perbukitan dan
pegunungan, serta juga terdapat beberapa sumber mata air. Desa Sumber Ngepoh itu
sendiri terletak dibalik perbukitan yang terlihat di sepanjang jalan. Lahan pada Desa
Sumber Ngepoh ini memiliki tanah yang sangat subur, sehingga mayoritas penduduk
Desa Sumber Ngepoh berprofesi sebagai petani. Mereka lebih memilih profesi tersebut
karena untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada sekaligus untuk menambah
penghasilan.
Sebagian besar petani di Desa Sumber Ngepoh memilih komoditas Padi yang
akan ditanam pada lahan pertanian mereka dengan luas lahan pertanian 29,5ha.
Komoditas Padi dipilih karena menurut salah satu petani yang ada di Desa tersebut
Padi merupakan suatu komoditas yang tidak rakus akan unsur hara dan Padi yang
dipilih untuk lahan pertanian organik yaitu varietas Mentik Wangi dan Barito untuk
pertanian semi organik digunakan varietas Ciherang. Sedangkan untuk pengolahan
lahan pada lahan tersebut yaitu dengan cara dicangkul biasa.
4.1.2 Pemeliharaan tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan di lapang diketahui bahwa petani daerah
setempat memanajemen lahan pertanian dengan lahan terasiring karena lahan tersebut
dekat dengan perbukitan. Karena dengan terasiring dapat mengurangi adanya bahaya
erosi yang pernah terjadi pada lahan tersebut. Sedangkan untuk penggunaan pupuk
sendiri petani menggunakan pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan yaitu ½
ton untuk dua kali tanam. Pupuk organik ini menggunakan kotoran ternak yang
diambil sendiri dari hasil ternak petani itu sendiri. Berikut rekomendasi pupuk yang
digunakan pupuk organik : Kandang + komposisi jerami = 1 ton (600kg kandang +
400kg jerami). Untuk jenis pupuk organik yang digunakan yaitu :
Pupuk N : Fermentasi menggunakan daun salam dan air kelapa (selama 15 hari)
Pupuk K : Fermentasi sabut kelapa
Pupuk P : Batang pisang yang dipotong kemudian direndam
Sedangkan untuk pupuk anorganik yang digunakan pada sistem pertanian anorganik
digunakan pupuk Urea saja selebihnya menggunakan pupuk organik.
Sistem irigasi yang digunakan petani yaitu irigasi teknis dengan memanfaatkan
sumber mata air yang ada disekitar lahan pertanian, yang kemudian air dari sumber
mata air tersebut ditampung pada wadah besar dan dipasang pipa-pipa irigasi yang
akan dialirkan pada lahan pertanian yang ada. Untuk bibit yang digunakan yaitu bibit
Padi dengan varietas Mentik Wangi dan Barito untuk pertanian organik dan untuk
pertanian semi organik menggunakan tiga varietas yaitu Mentik Wangi, Barito dan
Ciherang. Dimana biji dari varietas tersebut didapatkan dari Kota Yogyakarta dengan
satu kali membeli bibit kemudian petani menggunakannya lagi dari bibit hasil panen.
Selain memanjamen lahan dan rekomendasi pupuk petani juga
mempertimbangkan cara pengendalian organisme pengganggu tanaman yang ada, yaitu
dengan menggunakan bahan-bahan alami berupa daun beberapa tanaman. Seperti
contoh bawang putih 3 siung atau bringu dan daun sirsat yang diambil ekstraknya
kemudian didiamkan selama beberapa bulan. Apabila ada walang sangit langsung
disemprotkan. Untuk Penggerek batang, dengan jagung digoreng diberi garam,
ditambah parutan kelapa selanjutnya dikeringkan. Disebarkan pada padi yang
kemudian akan memancing semut. Semut tersebut sebagai musuh alami dari penggerek
batang. Sedangkan untuk hama tikus sawah para petani memanfaatkan hewan
peliharaan mereka yaitu ajing.
4.1.3 Sistem Tanam
Metode penanaman yang digunakan oleh petani yaitu secara konvensional
dengan pembibitan terlebih dahulu, kemudian persemaian dilakukan dilahan yang
sama lalu pada saat masa tanam bibit ditanam diseluruh lahan dengan jarak tanam 20
cm x 20 cm. kemudian pola tanam yang diterapkan oleh petani yaitu dengan pola
tanam monokultur, jadi pada sistem pertanian di Desa tersebut tidak melakukan
pergantian dengan tanaman lain, hanya dengan satu jenis komoditi namun berbeda
varietas. Selain itu petani juga memindah letak tanam setiap varietas setiap 2 musim
yang bertujuan utuk memutus siklus hidup penyakit tanaman.
4.1.4 Hasil Pengamatan Hama dan penyakit (pengamatan keanekaragaman arthropoda
dibikin table kaya dimodul) + segitiga pictorial ples dokumentasi arthropoda yg didpt)
Hasil Perhitungan Intensitas Penyakit + dugaan serangan penyakit yang didptkan
( gejala dan tanda serta dokumentasi)
4.1.5 Hasil Pengamatan Tanah ( pengukuran kondisi tanah berupa resume hasil perhitungan LIHAT FORMAT !!!
4.1.6 Hasil Panen dan Pemasaran
Cara pemanenan Padi yaitu dengan cara batang padi yang telah matang
bulirnya dipotong dengan menggunakan sabit kemudian digeblok dengan
menggunakan alat geblok. Bulir padi kemudian akan masuk ke dalam mesin geblok
tersebut. Untuk hasil panen Padi varietas Ciherang = 8 ton/ha, Padi varietas
Barito/Mentik Wangi = 10 ton/ha. Dimana sistem pemasarannya sendiri dengan
langsung menjual hasil panen tersebut kepada pembeli secara langsung. Namun
pembeli harus mendaftar terlebih dahulu sebelum membeli, karena petani akan
mendata dan memperkirakan hasil produksinya untuk dijual agar semua pembeli tidak
ada yang tidak tersisa. Selain itu petani juga menjual hasil panen keluar kota seperti
Kota Surabaya dan Sidoarjo, namun pemasaran untuk luar kota belum maksimal
karena hasil panen banyak dibutuhkan oleh kosumen daerah setempat serta kurangnya
luas lahan pertanian yang akan ditanami sehingga untuk produksi beras masi sesuai
dengan luasan lahan. Harga dari beras yang dijual tersebut untuk varietas Barito
sekitar Rp 400.000/kwintal, untuk varietas Barito dan Mentik Wangi sekitar Rp
500.000/kwintal. Dari harga tersebut petani memperoleh keuntungan kurang lebih
sekitar Rp 30.000.000 hingga mencapai Rp 60.000.000.