19
25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SLB-A Dria Adi Semarang Jl. Puri Anjasmoro Blok K-8, Kecamatan Semarang Barat, Kota Madya Semarang. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama tiga minggu, yaitu pada minggu kedua sampai dengan minggu kelima bulan Mei. Tepatnya mulai tanggal 8 Mei 2012 sampai 31 Mei 2012. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu observasi terhadap kegiatan pembelajaran matematika geometri yang dilakukan pada jam efektif di kelas dan wawancara pada guru bidang studi matematika dilakukan diluar jam efektif. Alasan dilakukannya wawancara terhadap guru diluar jam efektif yaitu supaya kegiatan pembelajaran di kelas tidak terganggu. 3. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah siswa SLB-A Dria Adi Semarang kelas 2 dan kelas 4 Sekolah Dasar pada tahun pelajaran 2011/2012 yaitu sebanyak 3 siswa yang terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan, dan guru bidang studi matematika berjumlah 2 orang yaitu guru DR sebagai guru Matematika kelas 2 dan guru RH sebagai guru Matematika kelas 4. Kisaran usia untuk siswa kelas 2 dan kelas 4 yaitu 8 sampai dengan 13 tahun. Gangguan penglihatan yang dimiliki siswa kelas 2 dan kelas 4 yaitu gangguan penglihatan total (totally blind). B. Hasil Penelitian 1. Kegiatan Pembelajaran a. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas mengenai perencanaan pembelajaran untuk siswa tunanetra. Guru mengungkapkan bahwa sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung seorang guru terlebih dahulu harus menyusun rencana mengajar atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2568/5/T1... · 2013-05-16 · Kisaran usia untuk siswa kelas 2 dan kelas 4 yaitu

Embed Size (px)

Citation preview

25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SLB-A Dria Adi Semarang Jl. Puri

Anjasmoro Blok K-8, Kecamatan Semarang Barat, Kota Madya Semarang.

2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama tiga minggu, yaitu pada minggu

kedua sampai dengan minggu kelima bulan Mei. Tepatnya mulai tanggal 8 Mei 2012 sampai 31 Mei 2012. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu observasi terhadap kegiatan pembelajaran matematika geometri yang dilakukan pada jam efektif di kelas dan wawancara pada guru bidang studi matematika dilakukan diluar jam efektif. Alasan dilakukannya wawancara terhadap guru diluar jam efektif yaitu supaya kegiatan pembelajaran di kelas tidak terganggu.

3. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah siswa SLB-A Dria Adi Semarang

kelas 2 dan kelas 4 Sekolah Dasar pada tahun pelajaran 2011/2012 yaitu sebanyak 3 siswa yang terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan, dan guru bidang studi matematika berjumlah 2 orang yaitu guru DR sebagai guru Matematika kelas 2 dan guru RH sebagai guru Matematika kelas 4. Kisaran usia untuk siswa kelas 2 dan kelas 4 yaitu 8 sampai dengan 13 tahun. Gangguan penglihatan yang dimiliki siswa kelas 2 dan kelas 4 yaitu gangguan penglihatan total (totally blind).

B. Hasil Penelitian 1. Kegiatan Pembelajaran

a. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas mengenai

perencanaan pembelajaran untuk siswa tunanetra. Guru mengungkapkan bahwa sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung seorang guru terlebih dahulu harus menyusun rencana mengajar atau

26

desain pembelajaran. Guru DR dan guru RH mempunyai program harian dan program semester. Program harian yang merupakan persiapan harian yang disusun oleh guru DR dan guru RH sedangkan untuk program semester disusun bersama guru kelas dalam kegiatan KKG di Rayon atau di Kantor Cabang Dinas Pendidikan. Guru RH juga menjelaskan bahwa program semester yang disusun di Gugus kadang kala tidak dapat dilaksanakan karena kondisi siswa berbeda. Artinya, mungkin di sekolah lain dapat dilaksanakan akan tetapi di sekolah ini tidak dapat dilaksanakan. Hal ini berhubungan dengan tingkat pemahaman siswa terhadap materi, disebabkan karena karakteristik siswa antara satu dengan yang lain berbeda. Oleh sebab itu untuk menyusun persiapan harian guru DR dan guru RH menyesuaikan dengan karakteristik siswa.

Isi dari program perencanaan pembelajaran bidang geometri terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, deskripsi kemampuan awal siswa, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran (kegian awal, kegiatan inti, penutup), penilaian hasil belajar, alat/bahan dan sumber belajar.

Guru menjelaskan bahwa program harian yang sudah dirancang kadang tidak sesuai dengan pelaksanaannya dikarenakan daya tangkap siswa/penerimaan siswa terhadap materi terbatas. Keterbatasan indera yang dimiliki siswa tunanetra menjadi salah satu faktor utama. Untuk mengajarkan kepada siswa tunanetra tentang geometri dibutuhkan waktu yang lama untuk siswa dapat tahu dan paham mengenai bangun datar atau bangun ruang yang sedang dipelajari. Guru juga harus mengulang kembali materi pada pertemuan yang lalu untuk mengingatkan kepada siswa supaya konsep yang sudah diberikan oleh guru tidak hilang. Guru tidak memberi target kepada siswa untuk menyelesaikan materi pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Hal itu dikarenakan guru menyesuaikan dengan kemampuan siswa, apabila dipaksakan untuk menyelesaikan materi maka siswa akan menjadi tertekan.

Guru DR menjelaskan bahwa dalam menentukan materi geometri untuk satu kompetensi dasar digunakan untuk 1 sampai dengan 2 kali pertemuan tergantung pada pemahaman siswa terhadap materi. Namun jika dirasa siswa belum dapat memahami materi dengan baik maka materi tersebut akan diulang kembali sampai siswa

27

benar-benar mengerti dan memahami materi tersebut. Kegiatan pembelajaran yang dirancang guru disesuaikan dengan kemampuan siswa. Metode yang digunakan guru untuk menjelaskan materi geometri kepada siswa tunanetra antara lain: demonstrasi, permainan, tanya jawab, ceramah, pemecahan masalah (problem solving), pemberian tugas, dan latihan (drill).

Pemilihan alat peraga untuk menjelaskan tentang materi geometri kepada siswa tunanetra dirasa penting, guru menjelaskan bahwa alat peraga yang digunakan disesuaikan dengan kemampaun siswa. Siswa tunanetra yang ada di SLB-A Dria Adi ada beberapa siswa yang mengalami cacat ganda, yaitu A plus D. Jadi, tidak memungkinkan penggunaan papan berpaku untuk menjelaskan bentuk bangun datar kepada siswa karena akan sangat membahayakan. Pemilihan alat peraga dipertimbangkan dengan tingkat keamanan sehingga saat menggunakan alat peraga tersebut tidak melukai dan membahayakan siswa. Guru DR menggunakan bentuk-bentuk bangun datar yang dibuat dari kertas yang ketebalannya ditentukan oleh guru untuk menjelaskan materi geometri kepada siswa,. Guru juga menggunakan kerangka bangun datar yang terbuat dari besi. Supaya siswa lebih mengerti tentang geometri, guru menggunakan benda-benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar kelas dan rumah. Selain itu, alat peraga yang digunakan siswa tunanetra untuk menghitung keliling yaitu dengan menggunakan tali yang dililitkan ditepian bangun datar yang akan diukur kemudian panjang tali tersebut diukur dengan penggaris/meteran yang ada huruf Braille khusus untuk siswa tunanetra. Sedangkan untuk menghitung luas bangun datar dengan menggunakan blockjes untuk memberikan konsep kepada siswa tentang menghitung luas. Guru RH juga menambahkan untuk menjelaskan materi bangun ruang dengan menggunakan macam-macam jaring-jaring bangun ruang yang dibuat dari kertas yang ketebalannya disesuaikan, model bangun ruang (kubus, balok, tabung, kerucut, prisma, limas) dan benda-benda di sekitar berbentuk bangun ruang yang sering dijumpai siswa.

Berkaitan dengan perencanaan pembelajaran, kurikulum yang digunakan guru untuk mengajar siswa tunanetra disesuikan dengan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Namun karena adanya keterbatasan siswa tunanetra maka materi yang diberikan juga

28

disesuaikan dengan kemampuan siswa. Guru DR menjelaskan untuk materi geometri kelas 2 pada sub bahasan menggambar bangun datar tidak diajarkan kepada siswa namun diganti dengan menunjukkan bangun datar. Siswa tunanetra jelas tidak dapat menggambar karena alat peraga yang digunakan untuk siswa tunanetra harus berupa benda konkret/bangun tiga dimensi. Kegiatan menggambar untuk siswa tunanetra diganti dengan tematik yaitu ketrampilan menggunakan kertas lipat. Misalnya, kertas lipat berbentuk persegi dapat dilipat menjadi segitiga, bentuk persegi tersebut jika dilipat juga akan menjadi bentuk persegi panjang, dst. Sedangkan untuk materi geometri kelas 4 yang tidak diajarkan kepada siswa yaitu pencerminan dan mengukur sudut. Guru hanya sebatas mengenalkan saja untuk materi yang tidak dapat dijelaskan kepada siswa. Materi pencerminan tidak dijelaskan kepada siswa karena konsep bercermin untuk siswa tunanetra sulit diterima, berbeda dengan siswa awas karena setiap hari siswa awas melakukan kegiatan bercermin di depan kaca. Sedangkan untuk materi mengukur sudut juga tidak dijelaskan karena belum ada alat khusus berupa busur Braille untuk siswa tunanetra dalam hal mengukur sudut. Siswa tunanetra hanya mengetahui jenis-jenis sudut seperti sudut lancip, sudut siku-siku, dan sudut tumpul.

Bahan belajar yang digunakan guru antara lain buku paket matematika penerbit yudhistira, buku terbitan erlangga, browsing internet, buku pelajaran bantuan dari Kick Andy “Books for the Blinds” yang ditulis dengan huruf Braille. Guru RH menambahkan mengenai kurikulum KTSP belum ada buku khusus yang ditulis dalam bentuk tulisan Braille untuk siswa tunanetra, sehingga guru harus mem-braillekan sendiri materi untuk siswa tunanetra.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Untuk mengetahui aktifitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa tunanetra di dalam kelas, peneliti melakukan observasi dengan mengikuti pembelajaran di kelas 2 dan kelas 4. Berikut ini kegiatan yang dicatat peneliti dalam observasi di kelas:

1. Observasi Pertama Observasi dilakukan pada hari Selasa, 8 Mei 2012 pukul 08.00

sampai dengan 09.00 WIB. Tempat yang diobservasi yaitu kelas 2

29

dengan siswa bernama BG dan AR serta guru yang mengampu adalah Ibu DR.

Materi yang dibahas yaitu mengenal bangun datar lewat kertas lipat. Sebelumnya siswa diberi homework (pekerjaan rumah) untuk mendaftar barang-barang yang ada di rumah berbentuk persegi, persegi panjang, dan lingkaran. Kemudian siswa menyebutkan barang-barang tersebut sesuai dengan bentuk bangun yang diminta. Macam-macam bangun datar yang akan dibahas pada pertemuan ini, yaitu: persegi, persegi panjang, lingkaran, trapesium, jajar genjang, belah ketupat, segitiga dan layang-layang.

Media yang dipakai guru untuk menjelaskan materi kepada siswa yaitu bentuk bangun datar terbuat dari kertas yang ketebalannya disesuaikan dan masing-masing bentuk bangun datar tersebut diberi nama bangun datar sesuai bentuknya dengan menggunakan huruf Braille.

Sebelum menyebutkan ciri-ciri dari masing-masing bangun datar, siswa diminta untuk meraba tulisan yang ada pada kertas bentuk bangun tersebut. Sebagai contoh kertas bentuk bangun datar persegi panjang, setelah siswa mengetahui bentuk bangun datar persegi panjang dengan cara meraba tulisan Braille, kemudian guru mengarahkan kepada siswa dengan cara merabakan dan menyebutkan ciri-ciri yang dimiliki bangun datar persegi panjang. “Sisi sebelah kiri dan sisi sebelah kanan panjangnya sama, sisi sebelah atas dan sisi sebelah bawah panjangnya sama. Sisi sebelah atas lebih panjang dari pada sisi sebelah kiri”. Setelah guru merabakan kepada siswa, siswa diminta untuk kembali menyebutkan ciri-ciri bangun datar persegi panjang dengan cara meraba bagian sisi yang dimaksud supaya siswa benar-benar memahami ciri-ciri dari setiap bangun datar yang dipelajari. Setelah guru menjelaskan ciri-ciri dari masing-masing bangun datar selanjutnya latihan soal tentang macam-macam bangun datar. Siswa diberi alat peraga berupa kerangka bangun datar yang terbuat dari besi kemudian siswa diminta untuk menyebutkan bentuk bangun datar tersebut kemudian menuliskan hasil jawabannya kedalam buku tulis. Guru mengoreksi hasil jawaban siswa, hasil kerja AR mendapatkan nilai sempurna karena tidak ada jawaban yang salah, sedangkan untuk BG banyak jawaban yang salah sehingga Guru

30

menjelaskan kembali kepada BG tentang macam-macam bangun datar.

2. Observasi Kedua Observasi dilakukan pada hari Rabu, 9 Mei 2012 pukul 08.00

sampai dengan 09.00 WIB. Tempat yang diobservasi yaitu kelas 4 dengan siswa bernama SF serta guru yang mengampu adalah Ibu RH.

Pelajaran pada pertemuan yang lalu membahas tentang macam-macam bangun ruang, seperti: kubus, balok, prisma, limas, tabung, kerucut. Pada pertemuan hari ini membahas tentang ciri-ciri bangun ruang yang meliputi titik sudut, rusuk dan sisi.

Pada pertemuan hari ini dikhususkan untuk mengenal ciri-ciri bangun ruang kubus dan balok dengan mengulang materi tentang bangun datar dan cirinya. Guru menggunakan alat peraga berupa jaring-jaring kubus dan balok yang terbuat dari kertas karton. Jaring-jaring tersebut dibuat dengan berbagai bentuk supaya siswa dapat mengetahui bahwa kubus dan balok tersebut dapat dibuat dengan model yang berbeda-beda.

Dari 4 model jaring-jaring yang dibuat, perbedaan antara model satu dengan yang lain adalah tutup sebelah kanan dan tutup sebelah kiri, ada yang penempatan tutup sebelah kanan dengan tutup sebelah kiri sejajar berada di baris nomer 2, ada yang penempatan tutup sebelah kanan dibaris nomer 2 sedangkan tutup sebelah kiri berada dibaris 3, ada yang penempatan tutup sebelah kanan dibaris nomer 2 sedangkan tutup sebelah kiri berada dibaris 4, ada yang penempatan tutup sebelah kanan dibaris 1 sedangkan tutup sebelah kiri berada dibaris 4.

Siswa diminta untuk merangkai jaring-jaring kubus dan balok, guru mengarahkan siswa dalam merangkai jaring-jaring supaya membentuk kubus dan balok. Dengan penuh kesabaran guru membantu siswa dalam merangkai jaring-jaring yang disediakan. Terkadang siswa mengalami kesulitan dalam menggabungkan tiap sisi dari kubus dan balok tersebut. Untuk mengenalkan kepada siswa tentang jaring-jaring kubus dan balok siswa terlebih dahulu harus meraba dengan jarinya setiap bagian dari jaring-jaring kubus dan balok, kemudian guru membimbing siswa dengan cara membantu melipat setiap sisi dari kubus dan balok kemudian siswa yang merangkainya.

31

Setelah siswa mencoba merangkai jaring-jaring kubus dan balok, guru memberikan latihan kepada siswa untuk menunjukkan apakah jaring-jaring yang disediakan dapat membentuk balok atau membentuk kubus yang benar. Disediakan 3 jaring-jaring kubus dan balok dengan model yang berbeda-beda. Siswa diminta untuk merangkai jaring-jaring tersebut dan apakah dapat membentuk bangun ruang kubus atau membentuk balok. Latihan ini dibutuhkan konsep yang benar tentang bangun ruang kubus dan balok yang meliputi sisi, rusuk, titik sudut, dst.

Bahan materi dan latihan soal diambil dari bahan ajar Books for the Blinds “Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas 4” dan buku matematika untuk kelas 4 Sekolah Dasar KTSP. Untuk media/alat peraga guru membuat alat peraga disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa.

Untuk mengajarkan tentang bangun ruang kepada siswa harus dengan menggunakan benda konkret supaya siswa mudah untuk memahami dan mengerti tentang bangun ruang yang dijelaskan guru. Jika hanya dengan gambar yang dibraillekan saja, siswa juga akan merasa kesulitan untuk memahami benda apakah yang dimaksud. Sehingga diperlukan alat peraga yang konkret terlebih benda tersebut merupakan benda yang ada dalam kehidupan sehari-hari supaya siswa dapat lebih mudah memahami.

3. Observasi Ketiga Observasi kembali dilakukan di kelas 2 pada hari Kamis, 10 Mei

2012 pukul 09.30 sampai dengan 10.30 WIB. Materi pada pertemuan hari ini yaitu mengenal sisi, sudut, dan titik sudut suatu bangun datar. Pertemuan yang lalu siswa sudah mengenal macam-macam bangun datar dan ciri-ciri dari masing-masing bangun datar yang ada. Pertemuan hari ini siswa akan belajar mengenal sisi, sudut, dan titik sudut dari bangun datar yang sudah dipelajari pada pertemuan yang lalu.

Guru mengulang kembali materi yang sudah dijelaskan pada pertemuan yang lalu untuk mengingatkan kepada siswa tentang macam dan ciri-ciri bangun datar. Jika materi pada pertemuan yang lalu dapat dipahami dengan baik maka siswa akan lebih mudah dalam memahami materi selanjutnya.

32

Bangun datar persegi, dengan memberi nama setiap titik pojok (titik sudut) dengan huruf A, B, C, dan D. Kemudian siswa diminta untuk meraba kerangka persegi yang terbuat dari besi. Guru menjelaskan kepada siswa “Dari A sampai B dinamakan sisi AB, dari B sampai C dinamakan sisi BC, dari C sampai D dinamakan sisi CD dan dari D sampai A dinamakan sisi DA”. Siswa diminta untuk mengulangi penjelaskan dari guru dengan merabakan sisi yang dimaksud. Guru memberikan pengertian tentang sudut kepada siswa yaitu pertemuan antara dua sisi. Kemudian menunjukkan kepada siswa tentang nama masing-masing sudut dari bangun datar persegi.

4. Observasi Keempat Observasi kembali dilakukan di kelas 4 pada hari Rabu, 16 Mei

2012 pukul 08.00 sampai dengan 09.00 WIB. Materi pada pertemuan hari ini yaitu mengenal contoh bangun ruang yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diminta untuk menyebutkan bangun ruang yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu. Selanjutnya siswa diminta untuk memberikan contoh bangun ruang yang telah disebutkan tadi. Misalnya, benda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk kerucut yaitu contong es krim, topi ulang tahun, tumpeng. Untuk benda yang berbentuk kubus misalnya yaitu kardus, dadu. Sedangkan untuk benda yang berbentuk tabung yaitu gelas, pot, tempat sampah, ember, dll.

Guru menyediakan bentuk bangun ruang kemudian siswa diminta untuk berkreasi membentuk rumah yang sesuai dengan keinginan siswa. Guru membimbing siswa dalam merangkai bentuk-bentuk bangun ruang yang ada. Namun disini siswa merasa kesulitan dalam merangkai bangun ruang tersebut karena siswa kurang tahu gambaran tentang bentuk bangun seperti bentuk rumah. Karena dalam menjelaskan kepada siswa tunanetra tentang suatu bangun harus dengan benda konkret, untuk itu guru menggunakan miniatur rumah dan merabakan kepada siswa tentang komponen-komponen yang ada pada rumah. Sehingga siswa sedikit mempunyai gambaran tentang bentuk rumah dan siswa dapat kembali berkreasi dengan bentuk bangun ruang yang disediakan oleh guru. Setelah siswa selesai membuat rumah, guru meminta siswa untuk menyebutkan bentuk bangun ruang yang digunakan untuk menyusun rumah tersebut.

33

c. Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti,

guru DR dan guru RH melakukan penilaian untuk siswa tunanetra disaat pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat disaat guru DR menanyakan kepada BG dan AR mengenai contoh-contoh bangun datar yang ada dalam kehidupan sehari-hari, kemudian mereka menjawab contoh benda yang berbentuk sesuai dengan bangun datar yang disebutkan guru DR. Kegiatan evaluasi dilakukan oleh guru RH saat pembelajaran berlangsung, guru RH menanyakan kepada SF mengenai contoh bangun ruang yang ada disekitarnya dan SF menjawab dengan contoh makanan misalnya bangun ruang tabung contohnya yang sering ditemui adalah contong es krim, dst.

Guru DR dan guru RH juga menjelaskan bahwa evaluasi tidak hanya dilakukan saat pembelajaran berlangsung saja, namun juga diakhir pembelajaran untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang baru saja dipelajari. Evaluasi yang dilakukan oleh guru DR yaitu dengan memberikan kepada siswa rangka bangun datar yang terbuat dari besi kemudian AR dan BG diminta untuk menyebutkan bentuk bangun datar tersebut dan menuliskan jawabannya di buku tulis masing-masing. Dari situ terlihat antara siswa yang benar-benar memahami materi dengan siswa yang kurang memahami materi yang baru saja dipelajari. Guru DR mengulang kembali materi yang telah disampaikan karena hasilnya BG belum memahami materi yang baru saja dipelajari dengan benar. Berbeda dengan guru RH, guru RH meminta SF untuk merangkai bentuk rumah yang sesuai dengan keinginan SF kemudian SF diminta untuk menyebutkan bentuk bangun ruang yang digunakan dalam menyusun rumah tersebut. SF dapat menyebutkan bentuk bangun datar yang dipakai untuk menyusun rumah tersebut, terlihat bahwa SF memahami materi yang baru saja dipelajari.

2. Alat peraga/Media Pembelajaran Geometri Siswa Tunanetra

Berbagai macam alat peraga/media yang digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran geometri pada siswa tunanetra, antara lain sebagai berikut:

34

1) Kertas lipat Kertas lipat dibentuk menjadi berbagai bentuk bangun datar sederhana untuk mempermudah siswa dalam mengenal bentuk bangun datar dan ciri bangun datar tersebut.

2) Kerangka besi Kerangka besi bentuk bangun dapat berupa bangun datar dan bangun ruang. Akan mempermudah siswa dalam mengidentifikasi bentuk dan ciri-ciri yan dimiliki bangun datar maupun bangun ruang, seperti jumlah sisi, titik sudut,dst.

3) Model bangun ruang Model bangun ruang yang digunakan terbuat dari kayu atau plastik. Model bangun ruang terdiri dari kubus, balok, prisma, limas, tabung, bola dsb.

4) Jaring-jaring bangun ruang Jaring-jaring bangun ruang terbuat dari kertas karton. Untuk menjelaskan kepada siswa tentang bentuk jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok. Jaring-jaring tersebut dibuat dengan berbagai model.

5) Blokjes Blokjes biasa terbuat dari bahan plastik. Blokjes merupakan petak-petak berbentuk bujur sangkar dan dilengkapi dengan kubus-kubus hitungan yang setiap kubus mempunyai enam permukaan/sisi seperti dadu. Keenam permukaan tersebut terdapat kode angka-angka atau bilangan 1 sampai dengan 9, angka nol serta tanda-tanda Operasional. Blokies dapat pula digunakan untuk mengenalkan kepada siswa tentang penghitungan luas.

6) Meteran Braille Alat untuk mengukur panjang/lebar suatu benda dengan skala ukur menggunakan simbol braille.

7) Geoboard Geoboard merupakan alat peraga yang menggunakan papan braille yang dimodifikasi dengan menggunakan paku yang timbul dan karet untuk mengenalkan kepada siswa tentang bangun datar sederhana.

C. Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara, dalam kegiatan perencanaan guru

memiliki program harian dan program semester. Program harian merupakan persiapan harian untuk mengajar dikelas yang dibuat per

35

pertemuan. Persiapan yang perlu dilakukan antara lain menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, setelah itu menentukan materi pelajaran yang akan disampaikan, dalam pemilihan materi harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Setelah selesai menentukan materi pelajaran, langkah selanjutnya yaitu menyusun alat evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Kurikulum yang digunakan untuk siswa tunanetra hampir sama dengan siswa normal lainnya yaitu KTSP, hanya saja ada beberapa materi yang tidak diajarkan kepada siswa karena keterbatasan yang dimiliki oleh siswa tunanetra. Materi yang tidak diajarkan untuk siswa tunanetra antara lain menggambar bangun, baik itu bangun datar maupun bangun ruang, menggambar sudut karena belum ada busur khusus untuk siswa tunanetra, selain itu materi pencerminan tidak diajarkan untuk siswa tunanetra karena konsep bercermin mereka tidak mengetahui disebabkan keterbatasan penglihatan mereka. Sampai saat ini belum ada kurikulum/bahan ajar seperti buku paket yang dibuat khusus untuk siswa tunanetra, sehingga informasi yang diperoleh siswa sangat terbatas. Langkah berikutnya, memilih metode yang akan digunakan dan memilih media yang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa. Program semester disusun guru bersama-sama dengan guru kelas dalam kegiatan KKG di Rayon atau di Kantor Cabang Dinas Pendidikan. Guru menjelaskan bahwa program semester yang disusun di Gugus kadang kala tidak dapat dilaksanakan karena kondisi siswa berbeda. Artinya, mungkin di sekolah lain dapat dilaksanakan akan tetapi di sekolah ini tidak dapat dilaksanakan. Hal ini berhubungan dengan tingkat pemahaman siswa terhadap materi, disebabkan karena karakteristik siswa antara satu dengan yang lain berbeda.

Berdasarkan kegiatan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data pada observasi pertama, guru menggunakan metode resitasi (pemberian tugas) yaitu pada pertemuan sebelumnya guru memberikan homework (pekerjaan rumah) kepada siswa untuk mendaftar barang-barang/benda yang ada di rumah berbentuk persegi, persegi panjang, dan lingkaran. Alasan digunakannya metode resitasi yaitu supaya siswa memperoleh gambaran tentang bentuk bangun datar lewat benda-benda yang ada disekitarnya. Selain belajar disekolah, siswa juga dapat belajar mengenal benda-benda di lingkungan rumah didampingi orang tua mereka. Siswa sudah memahami bentuk bangun datar sederhana, terlihat dari homework yang diberikan mereka dapat menyebutkan benda-benda yang

36

ada di rumah berbentuk persegi, persegi panjang, dan lingkaran. Metode lain yang digunakan guru adalah metode demonstrasi, guru menjelaskan tentang ciri-ciri bangun datar dengan cara merabakan bentuk bangun datar kepada siswa dan guru menyebutkan ciri-ciri yang dimiliki dari bangun datar tersebut. Misal, guru merabakan bentuk bangun datar persegi panjang kepada siswa dan menyebutkan ciri-ciri persegi panjang “Sisi sebelah kiri dan sisi sebelah kanan panjangnya sama, sisi sebelah atas dan sisi sebelah bawah panjangnya sama. Sisi sebelah atas lebih panjang daripada sisi sebelah kiri”.

Guru juga menggunakan metode tanya jawab, terlihat pada kegiatan setelah guru merabakan bentuk bangun datar tersebut, siswa diminta untuk menyebutkan ciri dari bangun datar yang sebelumnya telah dijelaskan oleh guru. Hal ini dimaksudkan supaya siswa benar-benar memahami bentuk bangun yang baru saja dipelajari. Metode lain yang digunakan guru adalah latihan, guru memberikan latihan soal kepada siswa tentang macam-macam bangun datar. Kegiatan evaluasi ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang telah disampaikan, sejauh mana siswa memahami materi yang telah disampaikan oleh guru. Hasil evaluasi yang diperoleh dapat digunakan oleh guru sebagai acuan, apakah guru harus mengulang materi yang telah disampaikan atau guru melanjutkan membahas materi berikutnya. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa ada satu siswa dalam mengerjakan latihan soal banyak jawaban yang salah, sehingga guru mengulang kembali materi tersebut. Guru tidak terlalu banyak menggunakan metode ceramah karena siswa cenderung akan cepat

sisi sebelah kanan

sisi sebelah atas

sisi sebelah bawah

sisi sebelah kiri

37

merasa bosan terhadap pelajaran, sehingga guru menyiasati dengan menggunakan metode lain supaya siswa tidak merasa bosan.

Guru menggunakan media bentuk-bentuk bangun datar terbuat dari kertas yang ketebalannya telah ditentukan oleh guru. Alasannya yaitu supaya siswa lebih mudah mengidentifikasi bentuk bangun datar tersebut, jika kertas terlalu tipis atau ketebalannya hanya 70 gram maka siswa akan merasa kesulitan dalam meraba bentuk bangun datar tersebut dan kertas akan lebih mudah sobek. Selain menggunakan bentuk bangun datar yang terbuat dari kertas, guru juga menggunakan media kerangka bangun datar yang terbuat dari besi.

Pada observasi kedua, guru menggunakan metode demostrasi untuk menjelaskan kepada siswa tentang jaring-jaring kubus dan balok. Guru menyediakan 4 model jaring-jaring kubus, perbedaan dari model satu dengan yang lain adalah tutup sebelah kiri dan sebelah kanan. Model pertama, penempatan tutup sebelah kiri dan sebelah kanan sejajar terletak di baris ke 2. Model kedua, penempatan tutup sebelah kiri terletak di baris ke 1 sedangkan tutup sebelah kanan terletak di baris ke 3. Model ketiga, penempatan tutup sebelah kiri terletak di baris ke 1 sedangkan tutup sebelah kanan terletak di baris ke 4. Model keempat, penempatan tutup sebelah kiri terletak di baris ke 2 sedangkan tutup sebelah kanan terletak di baris ke 3.

Model 1

Tutup sebelah kanan

Tutup sebelah kiri

Model 2

38

Guru merabakan kepada siswa keempat model jaring-jaring kubus

dan balok tersebut. Siswa merasa kesulitan dalam menggabungkan tiap sisi dari jaring-jaring tersebut. Guru mendampingi siswa dalam merangkai jaring-jaring tersebut supaya membentuk kubus dan balok. Metode lain yang digunakan guru adalah metode tanya jawab dan latihan, terlihat dalam aktifitas yaitu setelah siswa didampingi guru dalam merangkai jaring-jaring kubus dan balok, siswa diberi tiga model jaring-jaring kubus.

Model 1 Model 2 Model 3

Guru bertanya kepada siswa apakah jaring-jaring tersebut dapat membentuk kubus atau tidak. Siswa mengidentifikasi model jaring-jaring tersebut dengan meraba ketiga jaring-jaring kubus yang sudah disediakan oleh guru. Setelah siswa meraba model jaring-jaring tersebut mulailah siswa merangkai jaring-jaring yang sudah disediakan dibantu oleh guru.

Model 3 Model 4

39

Media yang digunakan oleh guru dalam menjelaskan tentang jaring-jaring kubus dan balok yaitu model jaring-jaring kubus dan balok yang terbuat dari kertas karton. Jaring-jaring kubus dan balok sudah disediakan oleh guru, karena tidak mungkin siswa untuk membuat jaring-jaring tersebut disebabkan keterbatasan yang mereka miliki.

Pada observasi ketiga, guru menggunakan metode demonstrasi dan ceramah untuk menjelaskan tentang sisi, sudut, dan titik sudut dari suatu bangun datar. Guru menggunakan media kerangka bangun datar persegi yang terbuat dari besi untuk menjelaskan kepada siswa. Guru merabakan kerangka bangun datar persegi kepada siswa, setelah siswa mengidentifikasi bentuk bangun datar tersebut guru memberikan penjelaskan kepada siswa tentang pemberian nama disetiap titik pojok (titik sudut) bentuk bangun datar tersebut. Setiap titik pojok persegi tersebut diberi nama A, B, C, dan D seperti pada gambar dibawah ini.

Guru memberikan arahan kepada siswa dan siswa meraba bangun

datar persegi tersebut. Guru menjelaskan kepada siswa “Dari A sampai B dinamakan sisi AB, dari B sampai C dinamakan sisi BC, dari C sampai D dinamakan sisi CD dan dari D sampai A dinamakan sisi DA”. Siswa diminta untuk mengulang penjelasan dari guru dengan merabakan sisi yang dimaksud. Setelah siswa benar-benar paham, guru melanjutkan untuk menjelaskan tentang sudut. Guru memberikan gambaran tentang pengertian sudut yaitu pertemuan antara dua sisi. Guru merabakan kembali kepada siswa dimana letak sudut itu. Guru juga merabakan kepada siswa dimana letak titik sudut (titik pojok).

Pada pertemuan keempat, guru menggunakan metode tanya jawab dan ceramah untuk menjelaskan kepada siswa tentang mengenal contoh bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diminta untuk menyebutkan macam-macam bangun ruang yang telah dipelajari pada

C B

D A

40

pertemuan sebelumnya, kemudian siswa diminta untuk memberikan contoh bangun ruang kubus, tabung, dan kerucut. Siswa menyebutkan benda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk kerucut yaitu contong es krim, topi ulang tahun, tumpeng. Untuk benda yang berbentuk kubus misalnya yaitu kardus, dadu. Sedangkan untuk benda yang berbentuk tabung yaitu gelas, pot, tempat sampah, ember, dll. Metode lain yang digunakan guru adalah latihan, guru menyediakan bentuk bangun ruang dan siswa diminta untuk berkreasi untuk membuat rumah sesuai dengan keinginan siswa. Siswa merasa kesulitan dalam merangkai bentuk-bentuk bangun ruang yang ada. Guru menggunakan miniatur rumah dan kemudian merabakan kepada siswa tentang komponen dari rumah tersebut, meliputi pagar, tiang penyangga, atap rumah, tembok, pintu, dsb serta bentuk bangun ruang yang digunakan dalam rumah tersebut. Misal, tiang penyangga berbentuk balok, atap rumah berbentuk prisma tegak segitiga, dsb. Setelah siswa memperoleh gambaran tentang rumah, guru meminta siswa untuk kembali melanjutkan tugas yang telah diberikan yaitu membuat sebuah rumah sesuai dengan daya kreasi siswa. Setelah siswa selesai membuat rumah, guru meminta siswa untuk menyebutkan bentuk-bentuk bangun ruang yang digunakan untuk menyusun rumah tersebut.

Media yang digunakan adalah bentuk bangun ruang yang terbuat dari plastik dan kayu, selain itu guru juga menggunakan miniatur rumah untuk menjelaskan tentang konsep rumah kepada siswa. Siswa merasa kesulitan dalam menyusun rumah dari bentuk bangun ruang yang disediakan karena sebelumnya siswa belum mempunyai gambaran tentang sebuah rumah. Penggunaan miniatur rumah memberikan sedikit gambaran tentang konsep sebuah rumah tanpa harus mendatangkan bentuk rumah sesungguhnya.

Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru terlebih siswa tunanetra memiliki keterbatasan dalam hal penglihatannya. Akibat dari keterbatasan yang dimiliki siswa tunanetra maka mereka akan memanfaatkan inderanya yang masih dapat berfungsi seperti indera selain penglihatan untuk memperoleh informasi yaitu pendengaran dan perabaannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika, dalam mengenalkan geometri kepada siswa tunanetra harus menyiapkan media yang riil untuk menjelaskan bentuk yang detail dan penjelasan dari media tersebut. Untuk mengenalkan sisi dan

41

sudut, gambaran tentang sisi penjelasannya harus benar-benar riil supaya siswa benar-benar mengerti bagaimana sisi yang dimaksudkan. Siswa tunanetra perlu merabakan benda yang sedang dijelaskan untuk memahami bentuk dari bangun tersebut.

Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan yaitu konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak. Berkaitan dengan penjelasan mengenai materi/sesuatu hal kepada siswa tunanetra harus konsisten, karena itu yang akan terkonsep dalam otak siswa. Selain itu juga berkaitan dengan orientasi mobilitas siswa tunanetra dalam mengenal ruangan termasuk penempatan benda-benda yang ada di dalam kelas, misal penempatan sapu, penempatan meja kursi, dst. Dasar apa yang pertama mereka kenal itulah yang akan terkonsep dalam pikiran siswa, seperti yang tergambar di otak siswa.

Menjelaskan kepada siswa tentang konsep bangun ruang kepada siswa tunanetra diperlukan benda berdimensi tiga (benda konkret), siswa perlu mengidentifikasi benda yang sedang diamati dengan cara meraba seluruh bagian benda tersebut, seperti sisi, rusuk, titik sudut sehingga pada akhirnya siswa tersebut dapat menyebutkan ciri-ciri yang dimiliki oleh benda yang sedang diamati. Siswa akan lebih mudah memahami konsep tentang bangun ruang dengan memberikan contoh bangun ruang yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, contong es krim berbentuk kerucut, tempat bekal makan berbentuk balok, tempat minum berbentuk tabung, dst. Hal itu akan mempermudah siswa dalam mengenal macam bangun ruang dan ciri-ciri yang dimiliki dari masing-masing bangun ruang.

Menjelaskan kepada siswa tentang konsep suatu bangun datar yang berdimensi dua dapat menggunakan bangun ruang terlebih dahulu baru kemudian ke bangun datar. Misalnya, bola itu bangun datarnya berbentuk lingkaran. Untuk menjelaskan bangun datar misalnya persegi panjang dari yang riil ke yang abstrak butuh tahapan-tahapan supaya siswa mengerti. Tahap pertama siswa dirabakan benda konkret bangun ruang balok. Kemudian guru menyediakan bentuk riil bangun datar persegi panjang (dibentuk dengan menggunakan kertas yang tebal), bentuk bangun tersebut diletakkan dikertas dan siswa diminta untuk merabakan benda tersebut. Siswa akan merasakan perbedaan bentuk dari bangun yang riil dengan bentuk bangun yang ditempel di kertas, bentuk berbeda karena di tempat dan ruang yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk mempersempit visualisasi menuju ke yang abstrak. Pemahaman untuk bentuk persegi

42

panjang, jika dilihat dengan visual riil hanya berupa garis sedangkan siswa tunanetra akan merasa kesulitan untuk memahami bentuk tersebut karena terlalu abstrak. Sedangkan dalam buku bahan ajar Books for the Blinds bantuan dari Kick Andy terdapat banyak gambar-gambar bangun yang digambar dengan huruf Braille, yang berupa titik-titik membentuk suatu bangun.

Menjelaskan konsep tentang sudut kepada siswa tunanetra diawali dengan mengenalkan macam-macam segitiga, yaitu siku-siku, tumpul, dan lancip. Siswa diberi bentuk model benda berbentuk segitiga yang terbuat dari kertas kemudian siswa tunanetra dapat mengetahui segitiga siku-siku dengan cara meletakkan segitiga tersebut diujung meja mereka dan siswa diminta untuk merabanya jika antara meja dengan model benda tersebut berhimpit dan tegak lurus maka segitiga tersebut dinamakan segitiga siku-siku membentuk sudut 900. Penjelasaan untuk segitiga lancip yaitu besar sudut yang dimiliki kurang dari 900, selanjutnya untuk segitiga tumpul adalah segitiga yang memiliki besar sudut lebih dari 900. Belum tersedianya busur derajad khusus untuk siswa tunanetra menjadikan siswa tunanetra dalam menggambar dan mengukur sudut merasa kesulitan, maka untuk materi mengukur dan menggambar sudut siswa tunanetra tidak dijelaskan secara detail hanya sebatas dikenalkan untuk jenis-jenis sudut saja.

Guru dalam menjelaskan materi kepada siswa menggunakan multi metode yaitu ceramah, tanya jawab, problem solving, permainan, latihan dan demostrasi. Alat peraga/media yang digunakan dalam pembelajaran geometri berupa bangun datar maupun bangun ruang, seperti : kertas lipat, berbagai bentuk jaring-jaring dari karton (kubus,balok), model bangun ruang, rangka bangun datar yang terbuat dari besi.

Oleh karena keterbatasan yang dimiliki oleh siswa tunanetra, sehingga dalam menjelaskan konseptual bentuk geometri kepada siswa tunanetra harus diawali dengan pengenalan dengan benda konkret (tiga dimensi). Siswa akan lebih mudah memahami bentuk bangun yang sedang dijelaskan oleh guru dengan memberikan contoh menggunakan benda-benda yang ada disekitar mereka. Abstraksi untuk siswa tunanetra sangat terbatas sehingga diperlukan benda konkret/riil untuk mengenalkan bentuk suatu bangun. Siswa tunanetra diharapkan untuk mengalami langsung proses pengidentifikasian berbagai bentuk bangun tersebut supaya siswa benar-benar mengerti dan paham mengenai materi yang sedang diajarkan oleh guru.

43

Mengacu pada teori Van Hiele dalam kegiatan pembelajaran geometri siswa tunanetra di SLB-A Dria Adi Semarang sudah mencapai tahapan yaitu tahap mengenal, tahap analisis, dan tahap pengurutan. Terlihat pada kegiatan siswa mengenal bentuk-bentuk bangun datar dan bangun ruang lewat bentuk tiruan bangun yang terbuat dari kayu dan benda-benda konkret yang ada disekitarnya, seperti kelereng berbentuk bola, kotak pensil berbentuk balok, dadu berbentuk kubus dsb. Selanjutnya, untuk tahap analisis terlihat pada kegiatan siswa mengenal ciri-ciri/sifat dari bentuk bangun datar dan bangun ruang tersebut dengan cara merabakan bentuk bangun kepada siswa dan kemudian guru merabakan ciri/sifat yang dimiliki dari bangun tersebut, seperti contoh mengenalkan bentuk bangun datar persegi panjang kepada siswa. Guru menggunakan kertas lipat bentuk persegi panjang kemudian merabakan setiap sisi yang dimiliki dari persegi panjang, kemudian guru memberikan arahan untuk menyebutkan ciri yang dimiliki dari bangun persegi panjang yaitu “sisi sebelah kiri dan sisi sebelah kanan panjangnya sama, sisi sebelah atas dan sisi sebelah bawah panjangnya sama. Sisi sebelah atas lebih panjang daripada sisi sebelah kiri”. Tahap pengurutan terlihat pada kegiatan siswa meraba bentuk miniatur rumah yang disediakan guru, siswa mengungkapkan kalau rumah dapat dibuat dari berberapa bentuk bangun ruang.