25
FTIP001654/039 [2] [3] [1] HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Minyak Atsiri Sereh Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa CiptasariPamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk, warna, bau, indeks bias dan bobot jenis, telah sesuai dengan persyaratan mutu minyak sereh wangi yang tercantum pada SNI 06-3953-1995. Pengukuran indeks bias dan bobot jenis dilakukan untuk mengetahui kualitas minyak sereh wangi. Hal ini dapat menentukan nilai jual pada salep sereh wangi. Karakteristik minyak sereh wangi disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Karakteristik Minyak Sereh Wangi Karakteristik yang diamati Hasil Pengamatan Bentuk Cairan Warna Kuning Kecoklat-coklatan Bau Khas sereh Bobot Jenis 0,8998 ± 0,0085 Indeks Bias 1,4855 ± 0,0024 4.1.1 Karakteristik Fisik Minyak Sereh Wangi Hasil analisis karakteristik fisik meliputi bentuk, warna dan bau pada minyak sereh wangi yang digunakan sebagai zat berkhasiat pada salep dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari hasil pengamatan secara visual didapatkan karakteristik minyak sereh wangi yang diamati memiliki bentuk cairan dengan warna kuning kecoklat-coklatan dan memilki bau khas sereh. Berdasarkan SNI 06-3953-1995 minyak sereh wangi berbentuk cairan yang berwarna kuning pucat sampai kuning kecoklatan serta memiliki bau khas sereh. Dari hasil pengamatan dibandingkan dengan SNI 06-3953-1995, maka dapat disimpulkan minyak sereh wangi yang akan digunakan telah memenuhi persyaratan SNI 06-3953-1995.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/039

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Minyak Atsiri Sereh Wangi

Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa

Ciptasari–Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,

warna, bau, indeks bias dan bobot jenis, telah sesuai dengan persyaratan mutu

minyak sereh wangi yang tercantum pada SNI 06-3953-1995. Pengukuran indeks

bias dan bobot jenis dilakukan untuk mengetahui kualitas minyak sereh wangi.

Hal ini dapat menentukan nilai jual pada salep sereh wangi. Karakteristik minyak

sereh wangi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Karakteristik Minyak Sereh Wangi

Karakteristik yang diamati Hasil PengamatanBentuk CairanWarna Kuning Kecoklat-coklatanBau Khas serehBobot Jenis 0,8998 ± 0,0085Indeks Bias 1,4855 ± 0,0024

4.1.1 Karakteristik Fisik Minyak Sereh Wangi

Hasil analisis karakteristik fisik meliputi bentuk, warna dan bau pada

minyak sereh wangi yang digunakan sebagai zat berkhasiat pada salep dapat

dilihat pada Lampiran 3. Dari hasil pengamatan secara visual didapatkan

karakteristik minyak sereh wangi yang diamati memiliki bentuk cairan dengan

warna kuning kecoklat-coklatan dan memilki bau khas sereh. Berdasarkan SNI

06-3953-1995 minyak sereh wangi berbentuk cairan yang berwarna kuning pucat

sampai kuning kecoklatan serta memiliki bau khas sereh. Dari hasil pengamatan

dibandingkan dengan SNI 06-3953-1995, maka dapat disimpulkan minyak sereh

wangi yang akan digunakan telah memenuhi persyaratan SNI 06-3953-1995.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/040

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

27

4.1.2 Bobot Jenis Minyak Sereh Wangi

Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan massa bahan pada suhu

tertentu dengan massa air pada suhu yang sama. Bobot jenis merupakan salah satu

kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Penentuan

bobot jenis minyak sereh wangi pada penelitian ini dilakukan pada suhu 25oC

yang mengunakan piknometer berukuran 10 ml. Dari hasil penelitian, didapatkan

nilai rata-rata bobot jenis minyak sereh wangi dengan hasil 0,899 setelah tiga kali

pengulangan dengan standar deviasi ± 0,0085. Hasil pengukuran bobot jenis

minyak sereh wangi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengukuran

bobot jenis minyak sereh wangi berdasarkan SNI 06-3953-1995 dinyatakan bahwa

bobot jenis minyak sereh wangi adalah sekitar 0,880 sampai dengan 0,922.

Setelah dibandingkan dengan SNI 06-3953-1995, maka dapat disimpulkan

minyak sereh wangi yang akan diformulasikan menjadi salep telah sesuai dengan

SNI 06-3953-1995.

4.1.3 Hasil Pengukuran Indeks Bias Minyak Sereh Wangi

Indeks bias pada minyak sereh wangi adalah perbandingan antara

pembiasan cahaya di dalam udara dan di dalam minyak sereh wangi pada suhu

tertentu. Penentuan indeks bias minyak sereh wangi dilakukan pada penelitian ini

pada suhu 20oC. Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa indeks bias

minyak sereh wangi sebelum digunakan menjadi sediaan salep didapatkan nilai

rata-rata indeks bias sebesar 1,4855 setelah tiga kali ulangan dengan standar

deviasi ± 0,0024. Data hasil pengukuran selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 5. Berdasarkan SNI 06-3953-1995 dinyatakan bahwa indeks bias

minyak sereh wangi adalah sekitar 1,466 hingga 2,475. Setelah dibandingkan

dengan SNI 06-3953-1995, maka dapat dinyatakan minyak atsiri sereh wangi

yang akan digunakan telah sesuai dengan persyaratan SNI 06-3953-1995.

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/041

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

28

4.2 Kandungan Sitronellal dan Graniol Minyak Sereh Wangi

Mutu minyak sereh wangi ditentukan oleh kandungan komponen

utamanya yaitu kandungan sitronellal dan geraniol. Tidak boleh mengandung

bahan asing, seperti minyak lemak, alkohol, etilen glikol dan hekslen glikol.

Mengetahui mutu minyak sereh wangi yang akan dijadikan zat berkhasiat atau zat

aktif pada formula salep merupakan suatu hal yang penting, dikarenakan akan

mempengaruhi efektifitas dan fungsi yang diharapkan pada sediaan salep yang

akan dibuat.

Dalam penelitian ini digunakan mesin GC-MS – QP 5000 untuk

mengetahui kandungan sitronellal dan geraniol pada sereh wangi yang akan

diformulasikan menjadi zat aktif pada salep. Arswendiyumna (2010), melakukan

penelitian minyak sereh wangi yang dari data kromatogram GC-MS minyak

dengan komponen sitronellal (30,58%), geraniol (25,45%) dan sitronellol

(13,19%). Minyak sereh wangi memiliki aktivitas sebagai antimikroba dengan

nilai LC50 315,24 ppm untuk antimikroba. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

minyak sereh wangi tersebut aktif sebagai antimikroba karena memilki nilai LC50

< 500. Hasil tersebut menunjukkan bahwa minyak sereh wangi tersebut aktif

sebagai antimikroba. Hasil kromatogram GC-MS pada minyak sereh wangi yang

didapat dari desa Ciptasari–Pamulihan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar

2.

Gambar 2. Kromatogram Minyak Sereh Wangi

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/042

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

29

Kromatogram hasil analisis GC-MS pada minyak sereh wangi

menunjukkan 17 puncak yang terdeteksi. Masing-masing puncak kemudian

dianalisis dalam spektrometer massa. Spektrum massa masing-masing puncak

setelah dicocokan dengan data base, merujuk senyawa graniol dan sitronellal yang

dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

\Gambar 3. Kromatogram GC-MS Minyak Sereh Wangi Senyawa Geraniol

Pada Gambar 3 dapat dilihat puncak pengukuran kandungan geraniol pada

minyak sereh wangi berada pada urutan ke-6, Identifikasi komponen kimia

senyawa geraniol pada minyak sereh wangi yaitu sebesar 32,68% pada waktu

retensi 14,617 menit dengan berat molekul 154 mol.

Gambar 4. Kromatogram GC-MS Minyak Sereh Wangi Senyawa Sitronellal

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/043

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

30

Pada Gambar 4 dapat dilihat puncak pengukuran kandungan sitronellal

pada minyak sereh wangi berada pada urutan ke-2, Identifikasi komponen kimia

pada minyak sereh wangi senyawa sitronellal yaitu sebesar 22,95% pada waktu

retensi 11,942 menit dengan berat molekul 154 mol. Data yang di dapat dalam

kandungan minyak sereh wangi dengan komposisi senyawa sitronellal dan

geraniol dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Puncak Kromatogram Minyak Sereh Wangi Senyawa Graniol danSitronellal

No. Puncak SI BM RT (menit) Nama Senyawa Komposisi (%)2 94 154 11,924 Sitronellal 22,956 94 154 14,617 Geraniol 32,68

Keterangan : SI = Indentifikasi similaritas dengan data baseBM = Berat molekulRT = Waktu retensi

Data pada Tabel 4 kandungan sitronellal dan geraniol padaminyak sereh

wangi berbeda dengan data Arswendiyumna (2010). Hal ini dapat disebabkan

oleh perlakuan sebelum penyulingan seperti perajangan dan pelayuan sangat

mempengaruhi kandungan graniol. Perajangan dapat menyebabkan terdifusinya

molekul minyak ke permukaan bahan sehingga minyak terikut menguap bersama

air. Kadar geraniol dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perlakuan sebelum

penyulingan, metode penyulingan dan umur tanaman (Harris, 1987). Umumnya

perbedaan kandungan dalam minyak sereh wangi dapat disebabkan iklim dan

kesuburan tanah. Kadar geraniol dan sitronellal yang rendah biasanya disebabkan

oleh jenis tanaman sereh yang kurang baik, di samping pemeliharaan tanaman yang

kurang baik serta umur tanaman yang terlalu tua. (Ketaren dan Djatmiko, 1978)

4.3 Karakteristik Fisik Salep dengan Beberapa Formula

Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting dalam keberhasilan

terapi dengan menggunakan sediaan salep. Pelepasan obat dari sediaan salep

sangat dipengaruhi oleh sifat fisika kimia obat seperti kelarutan, ukuran partikel

dan kekuatan ikatan antara obat dengan pembawanya, untuk basis yang berbeda

faktor-faktor diatas mempunyai nilai yang berbeda. Pemilihan formulasi yang

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/044

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

31

baik sangat menentukan tercapainya tujuan pengobatan. Hasil formulasi salep

dengan berbagai formula minyak sereh wangi dapat dilihat pada Lampiran 6 dan

pengamatan salep yang dibuat disajikan Tabel 5.

Tabel 5. Pengamatan Salep Berbagai Formula Minyak Sereh Wangi

Formula Konsistensi Warna BauA0 Kental homogen Putih Tidak berbauA1 Kental homogen Putih Bening Kekuningan SerehA2 Kental homogen Putih Bening Kekuningan SerehA3 Kental homogen Putih Bening Kekuningan SerehB0 Semi padat homogen Putih Tidak berbauB1 Krim homogen Putih SerehB2 Krim homogen Putih SerehB3 Krim homogen Putih SerehC0 Semi padat homogen Putih Bening Tidak berbauC1 Semi padat homogen Putih Bening Kekuningan SerehC2 Semi padat homogen Putih Bening Kekuningan SerehC3 Semi padat homogen Putih Bening Kekuningan SerehD0 Semi padat homogen Putih Bening Tidak berbauD1 Semi padat homogen Putih Bening Kekuningan SerehD2 Semi padat homogen Putih Bening Kekuningan SerehD3 Semi padat homogen Putih Bening Kekuningan Sereh

Keterangan : A = Salep larut airA0 = Salep larut air, tanpa minyak sereh wangiB = Salep dapat dicuci dengan airB0 = Salep dapat dicuci dengan air, tanpa minyak sereh wangiC = Salep hidrokarbonC0 = Salep hidrokarbon, tanpa minyak sereh wangiD = Salep serapD0 = Salep serap, tanpa minyak sereh wangi

Formula A merupakan jenis salep berbahan dasar basis salep larut air

dengan ulangan A1, A2 dan A3 memiliki konsistensi kental homogen, berwarna

putih bening kekuningan dan bau sereh. Perbedaan terlihat pada formulasi A0

dengan formula dasar salep yang sama yang dibuat sebagai kontrol pada salep A

yaitu pada bau dan warna, dikarenakan tanpa penambahan minyak sereh wangi

yang mempengaruhi sediaan salep tersebut.

Formula B merupakan jenis salep berbahan dasar dapat dicuci dengan air

dengan ulangan B1, B2 dan B3 yang memiliki konsistensi krim homogen, berwarna

putih dan bau sereh. Perbedaan terlihat pada formulasi B0 dengan formula dasar

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/045

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

32

salep yang sama yang dibuat sebagai kontrol pada salep B dengan jenis salep

dapat dicuci dengan air yaitu pada bau dan konsistensi. Penambahan minyak sereh

wangi yang mempengaruhi sediaan bau pada salep B0 dan konsistensi krim

merupakan jenis formulasi emulsi yang bersifat minyak mengikat air sehingga

tanpa penambahan minyak sereh wangi B0 membentuk sediaan salep yang semi

padat.

Formula C merupakan jenis salep berbahan dasar hidrokarbon dengan

ulangan C1, C2 dan C3 yang memiliki konsistensi semi padat homogen, berwarna

putih kekuningan dan bau sereh. Perbedaan terlihat pada formulasi C0 dengan

formula dasar salep yang sama yang dibuat sebagai kontrol pada salep C yaitu

pada bau dan warna, dikarenakan tanpa penambahan minyak sereh wangi yang

mempengaruhi sediaan salep tersebut.

Formula D merupakan jenis salep berbahan dasar salep serap dengan

ulangan D1, D2 dan D3 yang memiliki konsistensi semi padat homogen, berwarna

putih dan bau sereh. Perbedaan terlihat pada formulasi D0 dengan formula dasar

salep yang sama yang dibuat sebagai kontrol pada salep D yaitu pada bau dan

warna, dikarenakan tanpa penambahan minyak sereh wangi yang mempengaruhi

sediaan salep tersebut.

Berdasarkan Farmasi Kosmetik Indonesia edisi ke III dinyatakan bahwa

salep tidak boleh berbau tengik, kadar kandungan obat dalam salep adalah 10%,

bahan dasar salep yang telah disesuaikan dan homogen. Hasil identifikasi bahwa

salep pada formula A, B, C dan D dengan kandungan minyak sereh wangi 10%,

adalah berbau sereh atau aromaterapik, dasar salep telah disesuaikan dengan

Farmasi Kosmetik Indonesia edisi ke III dan membentuk susunan yang homogen.

4.4 Perubahan Sifat Fisik Salep Selama Penyimpanan

1. Homogenitas Salep

Uji homogenitas dilakukan dengan pemeriksaan secara visual setelah salep

berada dalam pot salep, dengan melihat bentuk atau penampakan dan adanya

agregat. tidak boleh mengandung bahan kasar yang dapat teraba, sehingga saat

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/046

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

33

digunakan pada kulit akan terasa nyaman. Homogenitas dilakukan untuk

mengetahui kehomogenan sediaan yang dibuat. Homogenitas dilihat dari

perubahan bentuk dari salep yang mengandung minyak sereh wangi beberapa

formula dasar, dilakukan selama 28 hari waktu penyimpanan dalam suhu kamar

dengan cara pengujian dioleskan pada sekeping kaca. Hasil dari pemeriksaan

homogenitas sediaan salep dengan keempat formulasi basis dengan kandungan

minyak sereh wangi disajikan pada Tabel 6. Sedangkan hasil dan gambar

pengukuran homogenitas salep selengkapnya disajikan pada Lampiran 7.

Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Salep Selama WaktuPenyimpanan

FormulaHomogenitas hari ke-

1 7 14 21 28A + + + + +B + + + + +C + + + + +D + + + + +

Keterangan : (+) = Homogen(-) = Tidak homogen

Formula A merupakan jenis salep dasar basis salep larut air, dengan bahan

dasar polietilen glikol 4000 berbentuk serbuk dan polietilen glikol 400 berbentuk

cairan, ditambah zat aktif minyak sereh wangi. Pembentukan salep larut air

dipengaruhi oleh perbandingan komposisi polietilen glikol 4000 dan polietilen

glikol 400. Semakin banyak komposisi polietilen glikol 400 pada salep formula A

maka sediaan salep akan semakin mencair. Hal ini berbanding terbalik dengan

semakin banyak komposisi polietilen glikol 4000 maka sediaan salep akan

semakin memadat. Penambahan zat aktif minyak sereh wangi pada basis salep

larut air menghasilkan bentuk salep kental homogen. Selama penyimpanan 28 hari

homogenitas salep tetap kental homogen tidak ada indikasi pemisahan bahan

dasar dengan minyak sereh wangi.

Formula B merupakan jenis salep dasar dapat dicuci dengan air dengan

bahan dasar setil alkohol berbentuk padat putih, air suling berbentuk cairan,

propilen glikol berbentuk cair, natrium lauril sulfat berbentuk gel dan vaselin

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/047

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

34

album berbentuk lunak bening. Pembentukan salep dipengaruhi setil alkohol yang

berfungsi sebagai zat pengemulsi antara minyak sereh wangi dan air suling,

sedangkan propillen glikol pada salep dapat dicuci dengan air berfungsi menahan

kandungan air dalam sediaan salep agar tetap homogen. Sehingga jenis salep

dasar dapat dicuci dengan air membentuk sediaan krim. Selama penyimpanan 28

hari homogenitas salep tidak berubah bentuk atau pemisahan bahan dasar dengan

minyak sereh wangi, konsistensi salep tetap sama seperti hari pertama dibuat

berbentuk krim yang homogen.

Formula C merupakan jenis salep hidrokarbon berbahan dasar cera alba

berbentuk padatan dan vaselin album berbentuk lunak, ditambah zat aktif minyak

sereh wangi. Pembentukan salep dipengaruhi oleh cera alba berfungsi stiffening

agent atau zat pengeras pada vaselin album yang berbentuk lunak, sehingga salep

dasar hidrokarbon membentuk semi padat homogen. Selama penyimpanan 28 hari

homogenitas salep tidak berubah bentuk atau pemisahan bahan dasar dengan

minyak sereh wangi, konsistensi salep tetap sama seperti hari pertama dibuat

berbentuk semi padat yang homogen.

Formula D merupakan jenis salep dasar salep serap berbahan dasar

kolesterol berbentuk lunak, setil alkohol padatan, cera alba berbentuk lilin padat

dan vaselin album lunak, ditambah zat aktif minyak sereh wangi menghasilkan

bentuk semi padat homogen. Pembentukan salep dipengaruhi cera alba yang dapat

berfungsi zat pengeras pada vaselin album yang berbentuk lunak. Setil alkohol

selain berfungsi sebagai pengemulsi dan pelembab pada sediaan salep, dapat juga

zat pengeras pada vaselin album. Sehingga salep serap membentuk sediaan salep

semi padat homogen. Selama penyimpanan 28 hari homogenitas salep tidak

berubah bentuk atau pemisahan bahan dasar dengan minyak sereh wangi,

konsistensi salep tetap sama seperti hari pertama dibuat berbentuk semi padat

yang homogen.

Dari hasil penelitian formula A, B, C dan D menunjukkan bahwa secara

fisik setiap sediaan salep tetap pada konsistensi bentuk fisiknya tanpa ada

pemisahan ataupun ketidakseragaman dalam bentuknya selama 28 hari

penyimpanan. Homogenitas dari salep dapat dipertahankan karena metode

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/048

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

35

pembuatan salep yang tepat, dengan pengadukan yang konstan selama beberapa

saat sampai temperatur salep mencapai suhu kamar, maka salep yang dihasilkan

akan tetap homogen.

2. Warna Salep

Warna pada salep dipengaruhi oleh komponen warna bahan dasar salep

dan sifat bahan dasar salep yang digunakan. Perubahan warna selama waktu

penyimpanan pada salep mempengaruhi kestabilan dan konsistensi pada salep.

Perubahan warna pada setiap salep yang mengandung minyak sereh wangi

beberapa formula dasar dilakukan selama 28 hari waktu penyimpanan pada suhu

kamar. Data hasil pengamatan warna sediaan salep hasil penelitian tersaji pada

Tabel 7 dan hasil pengukuran warna salep selengkapnya disajikan pada Lampiran

8.

Tabel 7. Hasil Pengamatan Warna Sediaan Salep Selama Waktu Penyimpanan

FormulaWarna hari ke-

1 7 14 21 28A + + + + +B + + + + +C + + + + +D + + + + +

Keterangan : (+) = Warna tetap(-) = Warna berubah

Formula basis A merupakan salep larut air yang berbahan dasar Polietilen

glikol 4000 yang berupa serbuk kirstal putih bening dan Polietilen glikol 400

cairan bening tidak berwarna seperti air, sehingga menghasilkan salep yang

berwarna putih bening. Penambahan minyak sereh wangi pada salep larut air

memberikan warna bening kekuningan dikarenakan warna minyak sereh wangi

kuning kecoklatan. Selama penyimpanan 28 hari salep tidak berubah warna,

warna salep tetap sama seperti hari pertama dibuat berwarna putih bening

kekuningan.

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/049

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

36

Formula basis B merupakan salep basis dapat dicuci dengan air dengan

bahan dasar seperti setil alkohol, vaselin album, propilenglikol, natrium lauril

sulfat dan air suling. Bahan-bahan dasar formula B secara keseluran tidak

berwarna atau bening. Formula B merupakan jenis salep emulsi yang mengikat

minyak dalam air yaitu minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air

merupakan fase pembawa. Sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi

dalam cairan lain, dalam bentuk tetesan kecil sehingga menunjukkan warna putih.

Selama penyimpanan 28 hari salep tidak berubah warna, warna salep tetap sama

seperti hari pertama dibuat berwarna putih.

Formula basis C merupakan salep hidrokarbon dengan bahan dasar setil

alkohol dan vaselin album yang berwarna bening tidak berwarna, sehingga

menghasilkan salep berwarna bening. Penambahan minyak sereh wangi pada

salep hidrokarbon memberikan warna bening kekuningan dikarenakan warna

minyak sereh wangi kuning kecoklatan. Selama penyimpanan 28 hari salep tidak

berubah warna, warna salep tetap sama seperti hari pertama dibuat berwarna putih

bening.

Formula basis D merupakan salep serap dengan bahan dasar vaselin album

berwarna bening, setil alkohol berwarna bening, berwarna cera alba berwarna

putih dan kolesterol berwarna kuning. Penambahan minyak sereh wangi pada

salep serap memberikan warna bening kekuningan dikarenakan warna minyak

sereh wangi kuning kecoklatan. Selama penyimpanan 28 hari salep tidak berubah

warna, warna salep tetap sama seperti hari pertama dibuat berwarna putih bening.

3. Bau Salep

Bau pada salep dipengaruhi oleh banyaknya kadar komponen zat

berkhasiat dan bahan dasar salep yang akan dibuat. Bau pada salep dapat

dijadikan sebagai acuan untuk menentukan kestabilan salep. Pengamatan

perubahan bau dari salep yang mengandung minyak sereh wangi beberapa

formula dilakukan selama 28 hari waktu penyimpanan pada suhu kamar. Data

hasil pengamatan bau salep hasil penelitian tersaji pada Tabel 8 dan hasil

pengukuran bau salep selengkapnya disajikan pada Lampiran 9.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/050

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

37

Tabel 8. Hasil Pengamatan Bau pada Beberapa Formula Salep

FormulaBau hari ke-

1 7 14 21 28

A + + + + +

B + + + + +

C + + + + +

D + + + + +Keterangan : (+) = Bau tetap

(-) = Bau berubah

Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa tidak terjadinya perubahan bau. Bau

yang teramati pada setiap sediaan salep adalah berbau khas sereh wangi meskipun

setiap sediaan formula salep berbau agak berbeda dikarenakan perbedaan bahan

dasar penyusun salep tersebut.

Dari bahan-bahan dasar formula basis salep larut air, salep basis dapat

dicuci dengan air, salep hidrokarbon dan salep serap. Bahan dasar yang digunakan

pada salep-salep tersebut tidak berbau, adapun bila berbau akan beraroma berbau

lemah seperti kolesterol dan setil alkohol. Hal ini, dibuktikan dengan formula A0,

B0, C0 dan D0 yang merupakan salep tanpa kandungan minyak sereh wangi.

Minyak sereh wangi yang mengandung sitronellal yang terkandung dalam salep

mempengaruhi bau setiap sediaan salep.

Bau khas sereh wangi pada salep menunjukkan bahwa tidak tergangunya

komponen-komponen salep selama waktu penyimpanan, mengingat bahwa

perubahan bau akan sangat jelas apabila menjadi tengik dikarenakan kontaminasi

mikroorganisme ataupun karena faktor kondisi penyimpanan. Bau salep minyak

sereh wangi dipengaruhi banyak kandungan sitronellal pada minyak sereh wangi

dan konsentrasi minyak sereh wangi pada salep, sehingga akan berpengaruh pada

tajamnya aroma pada salep.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/051

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

38

4.5 pH Salep dengan Beberapa Formula Selama Penyimpanan

pH adalah suatu ukuran keasaman suatu larutan. Komposisi bahan dasar

salep dan zat aktif yang terkandung pada sediaan salep, dapat mempengaruhi nilai

pH yang dibuat. Perubahan pH pada salep akan menyebabkan khasiat zat aktif

berkurang atau hilang sama sekali. Minyak sereh wangi merupakan zat aktif

dalam salep sereh wangi, zat aktif harus berada dalam keadaan pH stabil. Selain

pH salep stabil, pH salep harus disesuaikan dengan pH kulit manusia agar tidak

menimbulkan iritasi. Berdasarkan Farmakope (1995), rentang pH salep yang aman

digunakan untuk kulit berkisar antara 3-7.

Dalam penelitian ini pengukuran pH mengunakan pH indikator. Pengunaan

pH meter pada salep dengan kandungan sereh wangi sulit dilakukan karena salep

merupakan sediaan semi padat, sehingga pembacaan elektroda pada pH meter

tidak stabil. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata pH salep yang

mengandung minyak sereh wangi dengan berbagai formula dasar selama waktu

penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 9 dan secara lengkap tersaji pada Lampiran

10.

Tabel 9. Hasil Pengukuran pH Salep dengan Beberapa Formula Minyak SerehWangi Selama 28 Hari Penyimpanan

FormulaPengukuran pH salep pada hari ke-

1 7 14 21 28A 6 6 6 6 6B 4 4 4 4 4C 4 4 4 4 4D 4 4 4 4 4A0 7 7 7 7 7B0 7 7 7 7 7C0 5 5 5 5 5D0 5 5 5 5 5

Keterangan : A = Salep larut airA0 = Salep larut air, tanpa minyak sereh wangiB = Salep dapat dicuci dengan airB0 = Salep dapat dicuci dengan air, tanpa minyak sereh wangiC = Salep hidrokarbonC0 = Salep hidrokarbon, tanpa minyak sereh wangiD = Salep serapD0 = Salep serap, tanpa minyak sereh wangi

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/052

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

39

Formula basis A merupakan salep larut air yang berbahan dasar bersifat

asam seperti polietilen glikol 4000, polietilen glikol 400 dan minyak sereh wangi.

Pada salep A menunjukkan nilai rata-rata-rata pH 6 setiap minggu selama 28 hari

masa penyimpanan. Sedangkan pada salep A0 berbahan dasar sama hanya tidak

ada penambahan miyak sereh wangi, menunjukkan nilai rata-rata pH 7 setiap

minggu selama 28 hari masa penyimpanan.

Formula basis B merupakan salep dapat dicuci dengan air, dengan bahan

dasar bersifat keasaman berbeda. Seperti setil alkohol, vaselin album,

propilenglikol, dan minyak sereh wangi yang bersifat asam, sedangkan natrium

lauril sulfat bersifat basa dan air suling bersifat netral. Pada salep B menunjukkan

nilai rata-rata-rata pH 4 setiap minggunya selama 28 hari masa penyimpanan.

Berbeda dengan salep B0 berbahan dasar sama hanya tidak ada penambahan

miyak sereh wangi didapatkan nilai rata-rata pH 7 setiap minggu selama 28 hari

masa penyimpanan.

Formula basis C merupakan salep hidrokarbon dengan bahan dasar bersifat

asam seperti setil alkohol, vaselin album dan minyak sereh wangi. Pada salep C

menunjukkan nilai rata-rata-rata pH 4 setiap minggunya selama 28 hari masa

penyimpanan, sedangkan pada salep C0 berbahan dasar sama hanya tidak ada

penambahan miyak sereh wangi didapatkan nilai rata-rata pH 5 setiap minggunya

selama 28 hari masa penyimpanan.

Formula basis D merupakan salep serap dengan bahan dasar bersifat asam

seperti vaselin album, setil alkohol, cera alba, kolesterol dan minyak sereh wangi.

Pada salep D menunjukkan nilai rata-rata-rata pH 4 setiap minggunya selama 28

hari masa penyimpanan, sedangkan pada salep D0 berbahan dasar sama hanya

tidak ada penambahan miyak sereh wangi menunjukkan nilai rata-rata pH 5 setiap

minggunya selama 28 hari masa penyimpanan.

Bahan dasar salep setiap sediaan salep A, B, C dan D memiliki tingkat

keasaman yang berbeda-beda, hal ini akan berpengaruh pada hasil pH pada setiap

salep yang dibuat. Minyak sereh wangi memiliki pH yang cenderung asam,

sehingga pada akhirnya dapat menurunkan pH dari sediaan salep setiap formulasi,

dapat dilihat dari salep dengan kandungan minyak sereh wangi yang cenderung

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/053

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

40

lebih asam dengan salep tanpa kandungan minyak sereh wangi. Grafik

pengukuran pH pada salep selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Pengukuran pH Salep pada Setiap Formulasi

Bila terjadi sedikit kenaikan pH pada setiap salep, dikarenakan adanya

senyawa-senyawa dalam minyak sereh wangi yang mudah menguap pada suhu

kamar, maka akan mengakibatkan berkurangnya sifat asam pada setiap formulasi

salep. Komponen penyusun pada masing-masing formula berbeda, sehingga

mengakibatkan nilai rata-rata pH pada masing-masing formulasi berbeda pula.

Nilai pH pada setiap formulasi salep A, B, C dan D berkisar pada interval 4-6.

Berdasarkan Farmakope (1995), rentang pH salep yang aman digunakan untuk

kulit berkisar antara 3-7. Sehingga nilai pH pada setiap salep dengan kandungan

minyak sereh wangi masuk pada rentang pH aman.

4.6 Keamanan Salep

Faktor keamanan pada salep sangat penting dalam proses pengobatan

selain stabil dan efektivitasnya. Penilaian uji iritasi dilakukan untuk mengetahui

keamanan sediaan salep. Salep formula A, B, C dan D dengan kandungan minyak

sereh wangi 10% dengan berbau aromaterapik yang telah diamati sifat fisik dan

pH salep selama masa penyimpanan 28 hari, didapatkan hasil pengamatan

pengujian keamanan salep yang dilakuan terhadap 10 orang sukarelawan.

0

1

2

3

4

5

6

1

6 6

4 4 4

Nila

i pH

40

lebih asam dengan salep tanpa kandungan minyak sereh wangi. Grafik

pengukuran pH pada salep selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Pengukuran pH Salep pada Setiap Formulasi

Bila terjadi sedikit kenaikan pH pada setiap salep, dikarenakan adanya

senyawa-senyawa dalam minyak sereh wangi yang mudah menguap pada suhu

kamar, maka akan mengakibatkan berkurangnya sifat asam pada setiap formulasi

salep. Komponen penyusun pada masing-masing formula berbeda, sehingga

mengakibatkan nilai rata-rata pH pada masing-masing formulasi berbeda pula.

Nilai pH pada setiap formulasi salep A, B, C dan D berkisar pada interval 4-6.

Berdasarkan Farmakope (1995), rentang pH salep yang aman digunakan untuk

kulit berkisar antara 3-7. Sehingga nilai pH pada setiap salep dengan kandungan

minyak sereh wangi masuk pada rentang pH aman.

4.6 Keamanan Salep

Faktor keamanan pada salep sangat penting dalam proses pengobatan

selain stabil dan efektivitasnya. Penilaian uji iritasi dilakukan untuk mengetahui

keamanan sediaan salep. Salep formula A, B, C dan D dengan kandungan minyak

sereh wangi 10% dengan berbau aromaterapik yang telah diamati sifat fisik dan

pH salep selama masa penyimpanan 28 hari, didapatkan hasil pengamatan

pengujian keamanan salep yang dilakuan terhadap 10 orang sukarelawan.

7 14 21 28

6 6 6 6

4 4 4 44 4 4 44 4 4 4

Penyimpanan hari ke-

40

lebih asam dengan salep tanpa kandungan minyak sereh wangi. Grafik

pengukuran pH pada salep selama 28 hari dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Pengukuran pH Salep pada Setiap Formulasi

Bila terjadi sedikit kenaikan pH pada setiap salep, dikarenakan adanya

senyawa-senyawa dalam minyak sereh wangi yang mudah menguap pada suhu

kamar, maka akan mengakibatkan berkurangnya sifat asam pada setiap formulasi

salep. Komponen penyusun pada masing-masing formula berbeda, sehingga

mengakibatkan nilai rata-rata pH pada masing-masing formulasi berbeda pula.

Nilai pH pada setiap formulasi salep A, B, C dan D berkisar pada interval 4-6.

Berdasarkan Farmakope (1995), rentang pH salep yang aman digunakan untuk

kulit berkisar antara 3-7. Sehingga nilai pH pada setiap salep dengan kandungan

minyak sereh wangi masuk pada rentang pH aman.

4.6 Keamanan Salep

Faktor keamanan pada salep sangat penting dalam proses pengobatan

selain stabil dan efektivitasnya. Penilaian uji iritasi dilakukan untuk mengetahui

keamanan sediaan salep. Salep formula A, B, C dan D dengan kandungan minyak

sereh wangi 10% dengan berbau aromaterapik yang telah diamati sifat fisik dan

pH salep selama masa penyimpanan 28 hari, didapatkan hasil pengamatan

pengujian keamanan salep yang dilakuan terhadap 10 orang sukarelawan.

Formula A

Formula B

Formula C

Formula D

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/054

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

41

Salep yang digunakan dalam uji keamanan adalah salep yang telah

melewati masa simpan 28 hari. Hal ini dikarenakan, didasari dari pengamatan pH

salep yang membutuhkan waktu tempering sehingga pH salep dalam kondisi pH

yang normal. Pengamatan ini dilakukan 3 hari berturut-turut secara uji tempel

terbuka pada punggung tangan mengunakan beberapa bahan dasar salep dengan

kandungan minyak sereh wangi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11

dan hasil uji keamanan salep disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji Keamanan Salep Beberapa Formula Minyak Sereh Wangi.

FormulaSukarelawan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10A - - - - - - - - - -B - - - - - - - - - -C - - - - - - - - - -D - - - - - - - - - -

Keterangan : (-) = tidak terjadi reaksi(+) = bila kulit memerah dan gatal(++) = bila timbul rasa panas(+++) ` = bila timbul rasa nyeri(++++) = bila terjadi pembengkakan

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa setiap formulasi sediaan salep yang

mengandung minyak sereh wangi, tidak memberikan reaksi iritasi baik reaksi

kemerahan, gatal-gatal maupun pembengkakan pada kulit 10 sukarelawan.

Pengunaan bahan dasar salep karena telah disesuaikan dengan Farmakope ke III

dan pH salep telah sesuai dengan kulit, dapat dikatakan bahwa salep hasil

penelitian pada masing-masing formula tidak menimbulkan efek samping secara

signifikan dan aman digunakan pada kulit manusia.

4.7 Aktivitas Antibakteri Salep Beberapa Formula Dasar

Pengujian aktivitas antibakteri adalah teknik untuk mengukur berapa besar

potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi

mikroorganisme (Dart, 1996 dalam Ayu, 2004). Mikroorganisme dapat

menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan

penyakit. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/055

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

42

menghambat pertumbuhan bakteri. Untuk metode pengujian antibakteri suatu zat,

metode yang sering digunakan diantaranya metode difusi.

Prosedur difusi kertas cakram yang distandarisasikan dengan metode

Kirby-Bauer merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk

bakteri. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter

zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin

terhambat pertumbuhannya, standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu

resisten atau peka terhadap suatu antibiotik. Pengujian aktivitas antibakteri dari

salep dengan berbagai formula dasar dilakukan dengan metode difusi kertas

cakram. Pengujian aktivitas antibakteri ini dilakukan setiap 1 minggu sekali

sampai 28 hari penyimpanan, untuk mengetahui daya hambat dari sediaan salep

dibuat pula sebagai pembanding yaitu salep tanpa kandungan minyak sereh wangi

pada setiap formulasi yang dibuat. Data hasil pengujian aktivitas sediaan salep

terhadap bakteri uji Stapyloccocus aureus dapat dilihat pada Lampiran 12.

Sementara untuk diameter hambat masing-masing formulasi salep disajikan pada

Tabel 11.

Tabel 11. Nilai Rata-rata Diameter Hambat Bakteri

FormulaRata-rata diameter hambat (mm) pada hari ke-

1 7 14 21 28A 20,78 20,44 20,33 20,22 19,78A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00B 6,56 6,56 6,33 6,33 6,22B0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

C 11,56 11,11 11,11 11 10,89

C0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00D 17,56 17,56 17,33 17,22 16,44

D0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Keterangan : A = Salep larut air

A0 = Salep larut air, tanpa minyak sereh wangiB = Salep dapat dicuci dengan airB0 = Salep dapat dicuci dengan air, tanpa minyak sereh wangiC = Salep hidrokarbonC0 = Salep hidrokarbon, tanpa minyak sereh wangiD = Salep serapD0 = Salep serap, tanpa minyak sereh wangi

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/056

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

43

Formula A merupakan salep larut air menunjukkan nilai rata-rata diameter

hambat bakteri pada hari ke-1 dengan nilai 20,78 mm, hari ke-7 dengan nilai

20,44 mm, pada hari ke-14 dengan nilai 20,33 mm, hari ke-21 dengan nilai 20,22

mm, hari-28 dengan nilai 19,78 mm. Pada formula A setiap minggu terjadi

penurunan rata-rata diameter hambat bakteri, sedangkan pada formula A0 sebagai

kontrol pada formula A tidak memiliki diameter hambat pada bakteri. Hasil uji

daya hambat bakteri formulasi salep A menunjukkan penurunan efektifitas pada

bakteri Staphylococcus aureus pada setiap pengamatan pada hari ke 1 hingga

pengamatan hari ke 28. Hal ini dikarenakan berkurangnya kadar minyak sereh

wangi dalam salep A. Waktu penyimpanan mempunyai efek terhadap diameter

daerah hambat. Sehingga kemampuan formula A untuk menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aurreus semakin melemah.

Formula B merupakan salep dapat dicuci dengan air menunjukkan nilai

rata-rata diameter hambat bakteri bakteri pada hari ke-1 dengan nilai 6,56 mm,

hari ke-7 dengan nilai 6,56 mm, pada hari ke-14 dengan nilai 6,33 mm, hari ke-21

dengan nilai 6,33 mm dan hari-28 dengan nilai 6,22 mm. Pada formula B setiap

dua minggu terjadi penurunan diameter rata-rata, sedangkan pada formula B0

sebagai kontrol pada formula B tidak memiliki diameter hambat pada bakteri.

Hasil uji daya hambat bakteri formulasi salep B menunjukkan penurunan

efektifitas pada bakteri Staphylococcus aureus pada setiap pengamatan pada hari

ke-7 hingga hari ke-14 dan hari ke-21 hingga hari ke-28. Hal ini dikarenakan

berkurangnya kadar minyak sereh wangi dalam salep B. Waktu penyimpanan

mempunyai efek terhadap diameter daerah hambat. Sehingga kemampuan formula

B untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aurreus semakin

melemah.

Formula C merupakan salep hidrokarbon menunjukkan menunjukkan nilai

rata-rata diameter hambat bakteri bakteri pada hari ke-1 dengan nilai 11,56 mm,

hari ke-7 dengan nilai 11,11 mm, pada hari ke-14 dengan nilai 11,11 mm, hari ke-

21 dengan nilai 11 mm dan hari-28 dengan nilai 10,89 mm. Pada formula C

terjadi penurunan diameter rata-rata selama 28 hari penyimpanan, sedangkan pada

formula C0 sebagai kontrol pada formula C tidak memiliki diameter hambat pada

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/057

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

44

bakteri. Hasil uji daya hambat bakteri formulasi salep C menunjukkan penurunan

efektifitas pada bakteri Staphylococcus aureus pada setiap pengamatan pada hari

ke-1 hingga hari ke-28 dan stabil pada hari ke-7 hingga hari ke-14. Hal ini

dikarenakan berkurangnya kadar minyak sereh wangi dalam salep C. Penurunan

kemampuan formula C untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aurreus yang semakin melemah disebabkan oleh waktu penyimpanan, sehingga

mempunyai efek terhadap diameter daerah hambat atau zona bening.

Formula D merupakan salep serap menunjukkan menunjukkan nilai rata-

rata diameter hambat bakteri bakteri pada hari ke-1 dengan nilai 17,56 mm, hari

ke-7 dengan nilai 17,56 mm, pada hari ke-14 dengan nilai 17,33 mm, hari ke-21

dengan nilai 17,22 mm dan hari-28 dengan nilai 16,44 mm. Pada formula D

terjadi penurunan diameter rata-rata selama 28 hari penyimpanan, sedangkan pada

formula D0 sebagai kontrol pada formula D tidak memiliki diameter hambat pada

bakteri. Hasil uji daya hambat bakteri formulasi salep D menunjukkan penurunan

efektifitas pada bakteri Staphylococcus aureus pada setiap pengamatan pada hari

ke 1 hingga pengamatan hari ke 28. Hal ini dikarenakan berkurangnya kadar

minyak sereh wangi dalam salep D. Waktu penyimpanan mempunyai efek

terhadap diameter daerah hambat. Sehingga kemampuan formula D untuk

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aurreus semakin melemah.

Fauzi (2006), melakukan penelitian dengan aktivitas antibakteri ekstrak

etanol dan perasan bawang merah dalam basis salep Polietilen glikol terhadap

Staphylococcus aureus. Perasan bawang merah yang diformulasi dalam basis

salep Polietilen glikol memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dengan diameter hambatan pada konsentrasi 7,5% = 8,49 mm; 10% = 9,23

mm; 12,5% = 10,50 mm; 15% = 11,08 mm. Dari penelitian tersebut, dapat

disamakan bahwa potensi minyak sereh wangi dengan konsentrasi 10% pada basis

salep dan ekstrak etanol ditambah perasan bawang merah pada basis salep, sama

berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Perbedaan formula dan waktu penyimpanan mempunyai efek terhadap

diameter daerah hambat. Sehingga kemampuan dari setiap formulasi salep

tersebut untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aurreus

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/058

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

45

semakin melemah. Grafik diameter hambat bakteri setiap salep dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Diameter Hambat Salep

Pada Gambar 6 grafik rata-rata diameter hambat salep terlihat jelas,

semakin besar diameter hambat pada masing-masing formulasi salep, maka

semakin baik kemampuan salep tersebut untuk menghambat pertumbuhan bakteri

staphylococcus aurreus. Data yang didapatkan dalam penelitian ini dibandingkan

dengan Tabel Kirby beur, dengan cara membandingkan antara data rata-rata pada

setiap formulasi salep A, B, C dan D dengan tabel sensitivitas bakteri untuk kulit

luar (gentamicin) yang tersaji pada Lampiran 13.

Berdasarkan Tabel Kirby Beur dapat dilihat pada Lampiran 13 untuk kulit

luar (Gentamicin) terdapat data untuk nilai Resistant terhadap bakteri sebesar ≤

12 mm, Intermediate terhadap bakteri sebesar 13-14 mm dan Susceptible terhadap

bakteri ≥ 15 mm. Setelah dibandingkan dengan Tabel Kirby Beur, maka salep

dengan formula A menunjukkan zona bening dengan nilai diameter 20,78 mm dan

formula D berdiameter 17,56 mm yang berkisar pada tingkatan Intermediate yaitu

antara ≥ 15 mm. Pada formula B menunjukkan zona bening dengan nilai diameter

6,56 mm dan formula C menunjukkan diameter 11,56 mm yang berkisar dibawah

dari tingkat Resistant pada bakteri yang berada pada kisaran ≤ 12 mm. Perbedaan

luas zona bening pada setiap formula dikarenakan proses pelepasan zat aktif

dalam sediaan salep, yang tidak lepas dari pemilihan bahan dasar salep. Sehingga

0

5

10

15

20

25

1

Diam

eter

ham

bat s

alep

(mm

)

45

semakin melemah. Grafik diameter hambat bakteri setiap salep dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Diameter Hambat Salep

Pada Gambar 6 grafik rata-rata diameter hambat salep terlihat jelas,

semakin besar diameter hambat pada masing-masing formulasi salep, maka

semakin baik kemampuan salep tersebut untuk menghambat pertumbuhan bakteri

staphylococcus aurreus. Data yang didapatkan dalam penelitian ini dibandingkan

dengan Tabel Kirby beur, dengan cara membandingkan antara data rata-rata pada

setiap formulasi salep A, B, C dan D dengan tabel sensitivitas bakteri untuk kulit

luar (gentamicin) yang tersaji pada Lampiran 13.

Berdasarkan Tabel Kirby Beur dapat dilihat pada Lampiran 13 untuk kulit

luar (Gentamicin) terdapat data untuk nilai Resistant terhadap bakteri sebesar ≤

12 mm, Intermediate terhadap bakteri sebesar 13-14 mm dan Susceptible terhadap

bakteri ≥ 15 mm. Setelah dibandingkan dengan Tabel Kirby Beur, maka salep

dengan formula A menunjukkan zona bening dengan nilai diameter 20,78 mm dan

formula D berdiameter 17,56 mm yang berkisar pada tingkatan Intermediate yaitu

antara ≥ 15 mm. Pada formula B menunjukkan zona bening dengan nilai diameter

6,56 mm dan formula C menunjukkan diameter 11,56 mm yang berkisar dibawah

dari tingkat Resistant pada bakteri yang berada pada kisaran ≤ 12 mm. Perbedaan

luas zona bening pada setiap formula dikarenakan proses pelepasan zat aktif

dalam sediaan salep, yang tidak lepas dari pemilihan bahan dasar salep. Sehingga

7 14 21 28

Penyimpanan hari ke-

45

semakin melemah. Grafik diameter hambat bakteri setiap salep dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Diameter Hambat Salep

Pada Gambar 6 grafik rata-rata diameter hambat salep terlihat jelas,

semakin besar diameter hambat pada masing-masing formulasi salep, maka

semakin baik kemampuan salep tersebut untuk menghambat pertumbuhan bakteri

staphylococcus aurreus. Data yang didapatkan dalam penelitian ini dibandingkan

dengan Tabel Kirby beur, dengan cara membandingkan antara data rata-rata pada

setiap formulasi salep A, B, C dan D dengan tabel sensitivitas bakteri untuk kulit

luar (gentamicin) yang tersaji pada Lampiran 13.

Berdasarkan Tabel Kirby Beur dapat dilihat pada Lampiran 13 untuk kulit

luar (Gentamicin) terdapat data untuk nilai Resistant terhadap bakteri sebesar ≤

12 mm, Intermediate terhadap bakteri sebesar 13-14 mm dan Susceptible terhadap

bakteri ≥ 15 mm. Setelah dibandingkan dengan Tabel Kirby Beur, maka salep

dengan formula A menunjukkan zona bening dengan nilai diameter 20,78 mm dan

formula D berdiameter 17,56 mm yang berkisar pada tingkatan Intermediate yaitu

antara ≥ 15 mm. Pada formula B menunjukkan zona bening dengan nilai diameter

6,56 mm dan formula C menunjukkan diameter 11,56 mm yang berkisar dibawah

dari tingkat Resistant pada bakteri yang berada pada kisaran ≤ 12 mm. Perbedaan

luas zona bening pada setiap formula dikarenakan proses pelepasan zat aktif

dalam sediaan salep, yang tidak lepas dari pemilihan bahan dasar salep. Sehingga

Formula A

Formula B

Formula C

Formula D

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/059

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

46

berpengaruh pada konsistensi salep dan kemampuan difusi minyak sereh wangi

dalam sediaan salep.

4.8 Rekapitulasi Hasil Penelitian

Karakteristik minyak sereh wangi akan mempengaruhi salep yang dibuat,

dikarenakan minyak sereh wangi sebagai zat aktif pada salep berpengaruh pada

mutu salep itu sendiri. Kandungan utama geraniol dan sitronellal di dalam minyak

sereh wangi perlu diperhatikan, karena semakin besar kadar geraniol dan

sitronellal maka semakin baik juga kualitas pada minyak sereh wangi. Hal ini

dikarenakan kadar geraniol dan kadar sitronellal mempengaruhi efektivitas

antimikroba dan bau pada salep. Oleh karena itu, karakteristik dan kandungan

minyak sereh wangi dijadikan faktor penting dalam pembuatan salep. Hasil

penelitian karakteristik minyak sereh wangi disajikan pada Tabel 12 dan

kandungan minyak sereh wangi disajikan Tabel 13. Sedangkan untuk hasil GC-

MS secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 14.

Tabel 12. Karakteristik dan Kandungan Minyak Sereh Wangi

Karakteristik Hasil Pengamatan SNI

WarnaKuning kecoklat-

coklatanKuning pucat sampai

kuning kecoklat-coklatanBobot Jenis 0,8998 0,880-0,922Indeks Bias 1,4855 1,466-2,475

Keterangan : pada bobot jenis dan Indeks bias merupakan nilai rata-rata

Tabel 13. Kandungan Geraniol dan Sitronellal Minyak Sereh Wangi

Nama Senyawa Hasil Pengamatan Data literaturSitronellal 22,95% 30,58%Geraniol 32,68% 25,45%

Keterangan : Data literatur di dapat dari sumber Arswendiyumna, 2008

Tabel 12 menunjukkan bahwa parameter mutu minyak sereh wangi yang

dihasilkan memenuhi standard mutu minyak sereh wangi menurut SNI 06-3953-

1995. Dapat dilihat pula pada Tabel 13 dari kandungan minyak sereh wangi yang

dihasilkan memenuhi data literature dengan kandungan geraniol dan sitronellal

yang berfungsi sebagai antimikroba.

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/060

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

47

Tabel 14. Kesesuaian Farmakope Indonesia Edisi III dengan Salep A, B, C dan D

Keterangan A = Salep larut airB = Salep dapat dicuci dengan airC = Salep hidrokarbonD = Salep serap

FarmakopeIndonesia Edisi III

Persyaratan salep Salep A Salep B Salep C Salep D

Pemerian Tidak boleh berbautidak menyenangkan.

Bau serehwangi

Bau sereh wangi Bau serehwangi

Bau serehwangi

Kadar Kadar bahan obatadalah 10%

Minyak serehwangi 10%

Minyak sereh wangi10%

Minyak serehwangi 10%

Minyak serehwangi 10%

Dasar salep Tergantung dari sifatbahan obat dan tujuanpemakaian salep.

PEG 400PEG 4000Minyak serehwangi

Setil alkoholVaselin albumPropilenglikolNatrium Lauril sulfatAir suling

Cera albaVaselin album

KolesterolSetil alkoholVaselin albumCera alba

Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen HomogenPenandaan Obat luar Obat luar Obat luar Obat luar Obat luar

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/061

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

48

Hasil penelitian menunjukkan salep dengan kandungan minyak sereh

wangi 10%, salep larut air, salep dapat dicuci dengan air, salep hidrokarbon dan

salep serap adalah berbau aromaterapik dan membentuk susunan yang homogen.

Setiap salep dengan perbedaan formulasi A, B, C dan D dibuat pula salep A0, B0,

C0 dan D0 sebagai kontrol pada salep dengan perngaruh penambahan minyak

sereh wangi pada salep yang dibuat. Dengan adanya kontrol pada salep maka

dapat dilihat perbedaan tambahan minyak sereh wangi pada setiap formulasi salep

yang dibuat. Karakteristik pada beberapa formula dasar salep dengan kandungan

sereh wangi hasil penelitian ini disajikan pada Tabel 15.

Perbedaan bahan dasar pada salep mempengaruhi konsistensi dan sifat

salep yang dibuat. Konsistensi formula A yang berbentuk kental homogen rentan

pada penyimpanan salep dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dikarenakan,

konsistensi kental cenderung terjadi pelepasan minyak sereh wangi dengan

formula dasarnya yang berpengaruh pada homogenitas, sehingga dapat dikatakan

tidak stabil dalam waktu yang lama. Konsistensi formula B yang berbentuk krim

merupakan salep emulsi, salep dengan emulsi mempengaruhi bau pada sediaan

salep. Hal ini dikarenakan, sifat minyak yang mengikat air dalam salep sehingga

mengurangi bau sereh pada salep. Formula salep dengan kandungan sereh wangi

apabila dilihat dari konsistensi formula C dan D lebih baik, bila dibandingkan

dengan formula A dan B. Hal ini dikarenakan sediaan salep yang berbentuk semi

padat yang cenderung akan stabil dalam waktu penyimpanan yang lama dan bau

minyak sereh yang kuat.

Selama penyimpanan 28 hari kestabilan salep dapat dilihat dari kimia

dengan pH yang stabil, maupun secara fisik meliputi bentuk, warna dan bau yang

tidak berubah. Kestabilan salep dapat dipertahankan karena metode pembuatan

salep yang tepat, dengan pengadukan yang konstan selama beberapa saat sampai

temperatur salep mencapai suhu kamar, maka salep yang dihasilkan akan tetap

homogen. Kestabilan salep formula A, B, C dan D menunjukkan sediaan salep

tetap pada konsistensi bentuk fisiknya tanpa ada pemisahan ataupun

ketidakseragaman dapat dilihat pada Tabel 15.

48

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/062

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

49

Tabel 15. Hasil Penelitian Kestabilan dan Efektivitas Salep

Formula PengamatanPerubahan yang diamati pada hari ke-

1 7 14 21 28

A

Bentuk Kh Kh Kh Kh KhWarna Pbk Pbk Pbk Pbk PbkBau Sereh Sereh Sereh Sereh SerehpH 6 6 6 6 6Dhb (mm) 20,78 20,44 20,33 20,22 19,78

A0

Bentuk Kh Kh Kh Kh KhWarna Putih Putih Putih Putih Putih

BauTidakberbau

Tidakberbau

Tidakberbau

Tidakberbau

Tidakberbau

pH 7 7 7 7 7Dhb (mm) 0 0 0 0 0

B

Bentuk Krim Krim Krim Krim KrimWarna Putih Putih Putih Putih PutihBau Sereh Sereh Sereh Sereh SerehpH 4 4 4 4 4Dhb (mm) 6,56 6,56 6,33 6,33 6,22

B0

Bentuk Sph Sph Sph Sph SphWarna Putih Putih Putih Putih Putih

BauTidakberbau

Tidakberbau

Tidakberbau

Tidakberbau

Tidakberbau

pH 7 7 7 7 7Dhb (mm) 0 0 0 0 0

C

Bentuk Sph Sph Sph Sph SphWarna Pbk Pbk Pbk Pbk PbkBau Sereh Sereh Sereh Sereh SerehpH 4 4 4 4 4Dhb (mm) 11,56 11,11 11,11 11 10,89

C0

Bentuk Sph Sph Sph Sph Sph

WarnaPutihbening

Putihbening

Putihbening

Putihbening

Putihbening

BauTidakberbau

Tidakberbau

Tidakberbau

Tidakberbau

Tidakberbau

pH 5 5 5 5 5Dhb (mm) 0 0 0 0 0

D

Bentuk Sph Sph Sph Sph SphWarna Pbk Pbk Pbk Pbk PbkBau Sereh Sereh Sereh Sereh SerehpH 4 4 4 4 4Dhb (mm) 17,56 17,56 17,33 17,22 16,44

D0

Bentuk Sph Sph Sph Sph Sph

WarnaPutihbening

Putihbening

Putihbening

Putihbening

Putihbening

BauTidakberbau

Tidakberbau

Tidakberbau

Tidakberbau

Tidakberbau

pH 5 5 5 5 5Dhb (mm) 0 0 0 0 0

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2006/240110060076_4_1917.pdf4.1 Karakteristik Minyak Atsiri ... penulisan karya ilmiah dan penyusunan

FTIP001654/063

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

50

Keterangan : A = Salep larut airA0 = Salep larut air, tanpa minyak sereh wangiB = Salep dapat dicuci dengan airB0 = Salep dapat dicuci dengan air, tanpa minyak sereh wangiC = Salep hidrokarbonC0 = Salep hidrokarbon, tanpa minyak sereh wangiD = Salep serapD0 = Salep serap, tanpa minyak sereh wangiDhb = Diameter hambat bakteriKh = Kental homogenPbk = Putih bening kekuninganSph = Semi padat homogen

Efektivitas salep pada bakteri Staphylococcus aureus diurutkan dari nilai

tertinggi ditunjukkan dengan salep formula A memberikan diameter hambat

bakteri paling besar dengan nilai diameter 20,78 mm, formula D berdiameter

17,56 mm, Formula C berdiameter 11,56 mm dan formula B berdiameter sebesar

6,56 mm. Pebedaan diameter pada setiap salep dikarenakan komponen bahan

dasar salep yang berbeda, yang berpengaruh pada cara berdifusi setiap salep.

Keamanan salep dengan kandungan minyak sereh wangi dilakukan pada

10 orang sukarelawan. Salep hasil penelitian pada formula A, B, C dan D tidak

memberikan efek samping secara signifikan dan dapat dikatakan aman untuk

digunakan pada kulit manusia. Hal ini dikarenakan komposisi bahan dasar salep

yang tidak mengubah fungsinya sebagai pembawa zat aktif pada salep.

Pemilihan bahan dasar salep yang mengandung minyak sereh wangi

terbaik berdasarkan pertimbangan konsistensi, keamanan dan daya hambat bakteri

pada Staphylococcus aureus. Dari hasil penelitian yang dilakukan, pemilihan

bahan dasar salep yang mengandung sereh wangi yang terbaik terpilih bahan dasar

salep serap (D). Bahan dasar salep tersebut, memiliki konsistensi semi padat dan

memiliki daya hambat pada bakteri Staphylococcus aureus sebesar 17,56 mm. Hal

ini dikarenakan konsistensi semi padat cenderung lebih stabil sehingga memiliki

masa penyimpanan yang lebih lama dan nilai daya hambat bakteri berkisar pada

tingkatan Intermediate.