42
55 1. Bentuklahan Destruksional a. Cliff, notch dan wave cut platfrom Cliff merupakan bentuk lereng terjal yang berada di pantai menyerupai dinding. Pada gambar 4.7 terdapat di sebelah utara lokasi penelitian tepatnya 3°28'12.77" LS dan 118°52'39.43" BT pada Bukit Pattipur sekitar 80 m dari jalan raya. Bentuklahan cliff yang bentuknya belum terlalu terjal kemiringannya hanya mencapai 45 o dengan ketinggian 7 mdpl. Warna dindingnya yang cerah, material penyusunnya terdiri dari batuan beku. Pada batuan penyusunnya terlihat retakan bekas-bekas pengikisan air laut. Akar tanaman yang menggantung merupakan bukti bahwa ada bagian permukaan batuan yang hilang. Hilangnya bagian FMIPA Universitas Negeri Makassar Gambar 4.7b Cliff tampak dari arah barat Gambar 4.7a Cliff tampak dari arah utara

BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

Embed Size (px)

DESCRIPTION

geomorfologi pantai

Citation preview

Page 1: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

55

1. Bentuklahan Destruksional

a. Cliff, notch dan wave cut platfrom

Cliff merupakan bentuk lereng terjal yang berada di pantai menyerupai dinding.

Pada gambar 4.7 terdapat di sebelah utara lokasi penelitian tepatnya 3°28'12.77" LS

dan 118°52'39.43" BT pada Bukit Pattipur sekitar 80 m dari jalan raya. Bentuklahan

cliff yang bentuknya belum terlalu terjal kemiringannya hanya mencapai 45o dengan

ketinggian 7 mdpl. Warna dindingnya yang cerah, material penyusunnya terdiri dari

batuan beku. Pada batuan penyusunnya terlihat retakan bekas-bekas pengikisan air

laut. Akar tanaman yang menggantung merupakan bukti bahwa ada bagian

permukaan batuan yang hilang. Hilangnya bagian tersebut diakibatkan oleh aksi

gelombang yang menghempas khususnya pada musim barat. Sedangkan di bagian

depan cliff terdapat kumpulan karang mati yang membantu dalam melemahkan

kekuatan gelombang sampai ke dinding cliff. Disekitar tebing terdapat bongkahan–

bongkahan batuan hasil erosi yang terkumpul. Dengan adanya kumpulan tersebut

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.7b Cliff tampak dari arah barat

Gambar 4.7a Cliff tampak dari arah utara

Page 2: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

56

dasar cliff mulai terlindung karena energi gelombang dicurahkan untuk meyeberangi

kumpulan batuan tersebut.

Sekitar 230 m dari bukit Pattipor tepatnya 3°28'15.40" LS dan

118°52'39.80"BT terdapat juga cliff dengan ketinggiannya 6 mdpl, merupakan batas

antara garis pantai dan jalan raya, kemiringan lerengnya 40o. Karakteristik batuan

dasarnya berlapis – lapis. Proses perlapisan dapat menjadi stabil karena pengaruh

panas dan kembali tidak stabil karena perbedaan konsentrasi kadar garam. Saat terjadi

pergerakan ke bawah terjadi kehilangan panas dan saat itu pula densitas meningkat.

Karena penyebaran panas lebih cepat dibandingkan garam, penyebaran panas pada

bagian bawah yang cenderung menaikkan densitas di lapisan paling atas akan

menyebabkan bagian tersebut mencari kedalaman yang sesuai dengan densitasnya.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.8 Cliff dengan bentuk batuan dasarnya berlapis-lapis

Page 3: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

57

Sementara larutan kehilangan panas dan mengalami peningkatan densitas, saat itu

pula larutan mencapai lapisan yang sesuai dengan densitasnya kemudian terendapkan

(Campbell, 1996 dalam Suprapto 1997). Proses pengikisan yang bekerja pada batuan

tersebut meninggalkan bentukan yang berupa notch yaitu pada bagian bawahnya

terkikis sehingga meninggalkan sisa berupa lubang pada bagian tengah yang disebut

dengan sea cave.

Bentuk Cliff yang tampak pada gambar 4.9 terdapat di Passai tepatnya

3°28'31.80" LS dan 118°52'44.80"BT merupakan bentuk hasil kikisan gelombang

yang relatif lambat dengan batuan dasarnya terdiri dari beku berwarna gelap, juga

dapat ditemukan notch dan lereng yang cekung kearah daratan overhanging

(menggantung). Kemiringannya mencapai 45o dengan ketinggian 10 mdpl. Bentukan

lereng yang overhanging akan memberi gaya berat dari batuan diatasnya yang akan

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.9 Cliff dan notch yang tampak dari arah utara

Notch

Overhanging

Cliff

Page 4: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

58

meninggalkan bentuk cliff yang vertical. Di dasar cliff sudah tampak wave cut

platform yang bisa mengurangi kekuatan hempasan gelombang.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.10 Cliff yang dindingnya masih rata pada musim timur tahun 2011

Gambar 4.11 Cliff yang sudah membentuk notch pada musim barat tahun 2012

Page 5: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

59

Pada gambar 4.10 terlihat cliff terdapat di bukit Rewata’a tepatnya

3°28'34.90"LS dan 118°52'52.50"BT yang dindingnya mencapai 85o dengan

ketinggiannya 8 mdpl. Ciri dindingnya mengalami retakan–retakan dengan batuan

dasarnya batuan beku. Pada gambar 4.10 dindingnya yang masih rata saat musim

timut, tetapi pada gambar 4.11 dinding cliff sudah terlihat ada bagian yang hilang

sehingga tampak cekungan seperti bentuk balok. Hilangnya bagian tersebut terjadi

pada musim barat. Disamping itu diseberang jalan di Passai merupakaan cliff yang

sudah tidak dipengaruhi lagi oleh aktifitas gelombang namun bentuk dasarnya yang

kelihatan seperti hasil kikisan bentukan manusia untuk keperluan perluasan jalan, itu

dicirikan dengan dindingnya yang kasar dan teratur. Selain itu pada cliff tersebut

tampak adanya rekahan. Menurut hasil wawancara bagian rekahan tersebut dibom

untuk keperluan sarana transportasi, hal tersebut didukung dengan struktur batuan

yang sama antara sebelah kiri dan kanan jalanan lihat gambar 4.12.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.12 Bentukan Cliff yang sudah ada campur tangan manusia

Page 6: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

60

Sekitar 646 m ke arah Selatan yaitu di Tara Ujung tepatnya 3° 29' 1.80"LS

dan 118° 53' 2.70"BT terdapat cliff dengan bentuk lereng yang kemiringannya sudah

mencapai 90o ketinggiannya mencapai 8 mdpl. Panjangnya sekitar 421 m, lerengnya

muncul dengan kasar, tekstur penampang luarnya yang sangat kasar dan bagian

atasnya runcing disertai dengan retakan-retakan. Dengan melihat kenampakan yang

ada sebelum terbentuknya cliff pembentukannnya sudah terpukul mundur oleh

hempasan gelombang. Itu ditandai dengan banyaknya muncul stack dan stamp yang

berada di depan cliff. Bongkahan batuan tampak jatuh didepan cliff dan sudah ada

yang membentuk pelataran. Maka cliff mulai terlindung karena energi gelombang

yang dicurahkan untuk menyeberangi pelataran, tindakan gelombang secara

berangsur angsur menjadi kurang berarti dalam perusakan cliff.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.13 Cliff dengan bentuk yang vertikal dan memanjang dari arah barat

Page 7: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

61

Di Tanjung Batu tepatnya 3° 29' 6.33" LS dan 118° 53' 21.21"BT terdapat cliff

dengan material dasarnya batu gamping, ketinggian cliff 2 mdpl, dengan kemiringan

85o, panjangnya 257 m disepanjang Tanjung Batu. Disepanjang dasar cliff terdapat

runtuhan–runtuhan batuan lihat gambar. 4.14

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.14 Cliff di sepanjang Tanjung Batu tampak dari arah barat laut

Gambar 4.15 Cliff di sepanjang Tanjung Batu tampak dari timur laut

Page 8: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

62

b. Notch

Notch juga merupakan cliff, hanya saja pada bagian tebing yang dekat dengan

permukaan air laut melengkung kearah darat sehingga pada tebing tersebut terdapat

relung, di sepanjang Tanjung Batu ditemukan notch dengan panjang 135 meter,

kedalamannya sekitar 1,3 m (gambar 4.16).

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.16 Notch di sepanjang Tanjung Batu tampak dari arah barat

Gambar 4.17 Notch di sepanjang Tanjung Batu tampak dari arah timur

Page 9: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

63

c. Sea cave

Sea cave merupakan sebuah lubang yang dibentuk oleh kekuatan gelombang

atau lebih dikenal dengan nama gua laut. Di Pattipur tepatnya 3°28'26.53" LS dan

118°52'43.51" BT ditemukan sea cave yang merupakan tingkat awal pembentukan

sea cave. Batuan dasarnya merupakan batuan beku dengan diameternya 20 cm,

kedalamannya sekitar 15 cm.

Pada Passai juga terdapat sea cave yang berbatasan dengan jalur transportasi

memiliki diameter 40 cm dengan kedalaman 50 cm, mulut gua berbentuk segitiga tak

beraturan

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.18 Awal pembentukan sea cave

Gambar 4.19 Sea cave pada batuan berlapis - lapis

Page 10: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

64

Di sepanjang Tanjung Batu tepatnya 3°29'5.00"LS dan 118°53'20.03"BT

ditemukan sea cave dengan diameternya 90 cm dengan kedalaman 1 m (gambar 4.20

Selain itu ditemukan beberapa sea cave dengan diameter 30 cm dengan kedalaman 50

cm (gambar 4.21).

.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.20 Sea cave pada bagian tengah Tanjung Batu

Gambar 4.21 Sea cave pada bagian ujung Tanjung Batu

Page 11: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

65

Lihat pada folder peta skripsi dengan nama file : peta bentuklahan hasil sisa (stack)

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Page 12: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

66

2. Bentuklahan Hasil sisa

a. Stack dan stump

Stack merupakan bentuk pilar raksasa (tugu) yang berada di pantai. Proses

terbentuknya merupakan bentuk lanjutan dari notch dan cliff yang memiliki tingkat

resistensi batuannya menahan aksi gelombang. Sebuah stack yang telah direduksi

menjadi pilar pendek dikenal sebagai stump. Stump yang terdapat di Pattipur

memiliki tinggi 1,7 m dan lebarnya 2 m.

Di Passai terdapat stump yang memiliki ketinggian 2,2 m dan lebarnya 1.7 m,

bentuknya yang memanjang dengan bagian tengahnya terbelah. Material

penyusunnya dari batuan beku.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.23 Stack berbentuk bulat dengan material penyusunnya batuan beku

Page 13: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

67

Di Passai ditemukan stack yang tampak seperti tower di daerah karst, berupa

komplek perbukitan yang puncak-puncaknya menonjol, namun antara bukit yang

satu dengan bukit lainnya masih terlihat berhubungan. Panjang perbukitan stack

yaitu 67 m. warnanya gelap tampak sudah mengalami proses metamorfosa.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.24 Stack yang bagian tengahnya sudah mengalami pelapukan

Gambar 4.25 Kumpulan Stack yang berada di Tara Ujung (lihat peta 4.22).

Page 14: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

68

Stack berada di Tara ujung 3°29'4.62"LS dan 118°53'12.14"BT panjangnya 6

m, ketinggiannya 4 mdpl, ciri fisiknya yang retak, banyak celah-celah hasil kikisan

gelombang (gambar 4.26). Sedangkan stump yang berada di tanjung batu tepatnya

3°29'3.05"LS dan 118°53'22.36"BT tingginya 1,2 mdpl dengan lebar bagian atasnya

1,1 m dan bagian bawahnya 60 cm (gambar 4.27)

FMIPA Universitas Negeri MakassarGambar 4.27 Stack yang muncul Tanjung Batu

Gambar 4.26 Perubahan dari Stack menjadi stump

Page 15: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

69

Lihat pada folder peta skripsi dengan nama file : peta bentuklahan konstruksional

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Page 16: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

70

3. Bentuklahan Konstruksional

Zona endapan yaitu zona dimana terkumpulnya hasil pengikisan seperti

pecahan, mineral, atau material yang ditransforkan dari berbagai sumber dan

diendapkan air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari

material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia sehingga

membentuk berupa bentukan-bentukan yang menonjol di tepi pantai. Zona endapan

ini biasanya terdapat pada bagian pantai yang kekuatan gelombangnya melemah dan

daerah dekat dengan muara sungai.

a. Gisik

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.29 Gelombang yang membentur tepi pantai selanjutnya material tersebut diangkut dan diendapkan ke arah samping sesuai arah arus susur pantai

Beach drift

Page 17: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

71

Pada gambar 4.29 dapat dilihat di muara sungai Kalosi tepatnya arah

gelombang yang menghempas tepi pantai kemudian arus mengankut hasil material.

Material yang dibawah berupa material hasil kikisan yang berupa pasir, material

kikisan batuan beku, batu karang dan material sungai. Pengangkutan material sangat

ditentukan oleh arah pergerakan arus dan gelombang. Material tersebut diendapkan

ketika gelombang telah mencapai titik lemahnya. Selanjutnya gisik pada Tanjung

Batu materialnya berbatuan gamping berkembang disekitar lekukan-lekukan Tanjung

Batu dimana sedimen yang bergerak di sepanjang pantai terjebak, material gisik

merupakan hasil erosi air laut pada daerah cliff dan masswating yang jatuh dari atas

Tanjung Batu, itu bisa dibuktikan dengan melihat terdapat bongkahan-bongkahan

batuan gamping yang tidak mungkin terbawah oleh gelombang air laut. Selain itu

gisik juga disusun oleh koral yang berkumpul di tepi Tanjung Batu (gambar 4.30).

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar. 4.30 Beachdrift jalur angkutan material batuan oleh sepanjang garis pantai untuk diendapkan sebagai bahan pembentuk beach

Page 18: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

72

Di Teluk Teppo dapat didapatkan gisik yang tersusun dari bermacam–macam

partikel organik dan nonorganik. Selain material dari hasil abrasi batuan gamping

materialnya juga berasal dari pasir. Profil bentuk gisik ditentukan oleh ukuran,

bentuk, dan komposisi penyusunnya, julang pasang surut dan sifat gelombang yang

datang. Karena penyusunnya terdiri dari pasir halus dan pasir kasar maka sudut

kemiringannya ada yang rendah dan lebih besar.

Di daerah lekukan Pattipur juga dapat ditemukan endapan pasir dengan warna

putih lihat gambar 4.31 pasir yang berwarna putih itu menandakan bahwa materialnya

berasal dari batu karang. Material batu karang dari asalnya diangkut oleh gelombang

(swash) dari laut dan ketika backswash kekuatannya sudah melemah sehingga

materialnya terendapkan.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Beach drift

Gambar. 4.31 Kondisi swash pada saat membentur tepi pantai dan backswash selanjutnya diendapkan oleh arus

Swash

Page 19: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

73

Kemiringan gisik di zona swash dan backswash berhubungan dengan ukuran

rata–rata partikel yang menyusun endapan gisik. Karena endapannya berupa pasir

maka sudut kemiringannya rendah sedangkan kalau materialnya berupa cobbles maka

backswashnya makin kecil karena meningkatnya laju infiltrasi di zona swash. Pada

endapan berupa kerikil, kerakal dan boulder yang berada di Pattipur semua swash

tenggelam ke dalam endapan sehingga tidak terjadi backswash akibatnya partikel

hanya dapat tertekan kearah daratan lihat gambar 4.33

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.33 Endapan yang bermaterial pasir, kerikil dan boulder

Gambar 4.32 Endapan pasir putih

Page 20: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

74

Material endapan yang berada Pattipur dominasi oleh karang (coral) lihat

gambar 4.34. Karang biasa juga disebut sebuah rangkaian atau gir batuan yang

terletak pada atau dekat permukaan air terutama adalah batuan karang.

Di Passai Endapan yang tersusun atas batu karang membentuk tidal inlets

gambar 4.34. Tidal inlets ini merupakan pintu-pintu tempat keluar dan masuknya air

laut antara laut bebas dengan lagoon sesuai dengan gerak pasang surut. Dengan

perkembangan lanjut (mature), jumlah dari inlets bertambah lebar dimana arus

memperoleh muatan material. Sehingga bisa ditemukan bentuk lahan bar yaitu

kumpulan endapan yang bentuknya memanjang di Passai. Tidal (rataan pasang surut)

merupakan bentuk bentuk deposional yang luas tersusun dari sedimen berlumpur dan

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.34 Batu karang yang membentuk endapan

Page 21: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

75

khas terbentuk dari lagoon dan estuari pasang surut. Sedimen lempung dan debu

halus yang terbawa ke pantai cenderung membentuk kumpulan besar ketika bertemu

dengan kumpulan karang. Lumpur ini dibawah oleh pasang yang datang dan

diendapkan membalik surut kembali. Hal itu bisa dibuktikan dengan melihat di Passai

terdapat tumbuhan mangrove yang sangat cocok dengan daerah berlumpur. Sistem

perakaran dari tanaman halopita dan mangrove akan mempercepat laju pengendapan

sedimen.

b. Delta

Delta adalah sebuah endapan sedimen yang terbentuk pada mulut sungai meluas

keluar dari garis pantai yang terendapkan oleh gelombang, arus ataupun pasang surut.

Delta bisa ditemukan di Muara Sungai Kalosi tepatnya 3° 28’ 15.2112"LS dan 118°

52’ 34.65"BT dengan material pasir yang berwarna putih (gambar 4.35), berupa

sampah-sampah seperti kelapa, plastik. Sedangkan delta yang terdapat di Sungai

Teppo deltanya lebih luas dibandingkan dengan di muara sungai Kalosi. Delta di

Sungai Teppo bentuknya memanjang dan melengkung dari arah laut ke muara sungai

Teppo. Pada musim kemarau material yang di bawah dari sungai Teppo tertampung

pada delta (lihat gambar 4.36), sehingga air sungai tidak bisa masuk ke laut lewat

muara tetapi air sungai tembus ke laut melalui lapisan aquifer (lihat gambar 4.37).

sedangkan pada musim hujan air sungai sudah bisa menembus delta, hal tersebut

dapat terjadi karena pada musim hujan debit air sungai bertambah besar. Proses

terbentuknya delta sangat dipengaruhi aliran air dari hulu sungai dan pasang surut air

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Page 22: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

76

laut yang masuk kedalamnya, serta pasokan sedimen, tetapi tidak seluruhnya sedimen

primer dari hulu. Sedimen dengan butiran besar akan mengendap pada saat memasuki

laut pasang surut karena makin mengecilnya kecepatan aliran di dalamnya sedangkan

sedimen layang yang terkandung di dalam aliran debit akan menggumpal menjadi

bebutir yang lebih besar, pada waktu aliran memasuki ruas bagian hilir.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.35 Delta yang berada di sungai Kalosi.

Gambar 4.34 Delta yang berada di sungai TeppoGambar 4.36 Delta yang berada di sungai Teppo pada musim kemarau

tahun 2011

Page 23: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

77

c. Endapan hasil organisme

Bentuklahan organisme yaitu bentuklahan yang dibentuk oleh binatang

termasuk manusia. Endapan yang terdapat di Passai merupakan hasil kerja manusia

terdiri dari material batuan beku yang berwarna cerah dan bentuknya bundar.

Berdasarkan hasil interpretasi, endapan tersebut bukan hasil alami dari bentukan

gelombang, karena kekuatan gelombang tidak bisa mengangkut material seperti itu,

dominan materialnya tidak sama dengan hasil erosi yang berada disampingnya, tidak

adanya bekas longsoran lereng yang berada disekitarnya. Bentuknya yang bulat

mencirikan hasil erosi batuan yang mengalami proses panjang dan jauh biasanya

terdapat di sungai. Menurut hasil wawancara endapan tersebut merupakan hasil sisa

bahan yang digunakan untuk pembangunan talude sebagai pondasi jalan (lihat

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.37 Delta yang berada di sungai Teppo pada musim hujan tahun 2012.

Page 24: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

78

gambar 4.38). Endapan tersebut selain oleh pekerjaan manusia juga berlangsung

secara alami dengan adanya material-material angkutan gelombang yang

terkonsentrasi pada daerah tersebut dan material yang jatuh dari bukit di sebelahnya

yang berada disebelah jalan oleh gaya beratnya sendiri.

Terumbu karang terbentuk secara organik dan relatif perlahan sehingga lebih

dimungkinkan adanya campur tangan manusia dalam pertumbuhannya. Karang yang

berada di atas permukaan laut, terumbu karang akan mati dan menyisahkan rumahnya

dan membentuk kumpulan karang. Jika proses ini berlangsung terus, maka akan

terbentuk endapan memanjang akibat karang timbul. Pada umumnya, karang yang

timbul ke permukaan laut berbentuk teras-teras. Terumbu karang membentuk

terumbu pinggiran kemudian berubah menjadi terumbu penghalang. Pada gambar

4.39 Terlihat kumpulan karang yang sudah mati. Salah satu penyebab matinya

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.38 Endapan hasil bentukan manusia

Page 25: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

79

terumbu karang yaitu akibat sedimentasi. Konstruksi di daratan dan sepanjang pantai,

penambangan atau pertanian di daerah aliran sungai atau pun penebangan hutan tropis

menyebabkan tanah mengalami erosi dan terbawa melalui aliran sungai ke laut dan

terumbu karang. Kotoran-kotoran, lumpur atau pun pasir-pasir ini dapat membuat air

menjadi kotor dan tidak jernih lagi sehingga karang tidak dapat bertahan hidup

karena kurangnya cahaya. Diantara mangrove dan kumpulan karang terdapat endapan

yang berlumpur bentuknya memanjang. Selain itu di sekitar mangrove banyak

dijumpai gundukan-gundukan pasir yang merupakan hasil endapan pekerjaan

organisme Rajungan callinectes sapidus.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.39. Endapan yang terkumpul pada karang mati

Page 26: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

80

C. PEMBAHASAN

1. Bentuk lahan destruksional

a. Cliff

Bentuklahan destruksional yang berada di Pantai Rewata’a tersebar dibeberapa

bagian, Cliff dapat ditemukan di Pattipur, Passai, Tara Ujung, dan Tanjung Batu. Cliff

yang berada di Pattipur memiliki karakteristik yang mudah terkikis karena material

penyusunnya masih di dominasi dengan lapisan tanah walaupun batuannya terdiri

dari batuan beku, namun dengan adanya karang sebagai pelataran pantai yang berada

di depannya sebagai pemecah gelombang sehingga energi gelombang yang sampai

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 4.40 Bentuklahan hasil dari Rajungan callinectes sapidus

Page 27: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

81

pada diniding cliff berkurang. Selain itu di Pattipur masih ada cliff yang memiliki

karakteristik yang batuan penyusunnya berlapis-lapis, sehingga tampak adanya

retakan. Dengan cirinya yang banyak retakan hal itu mempermudah aksi gelombang

melakukan pengikisan. Pada celah batuan gelombang terkonsetrasi yang lama

kelamaan menjadi lubang dan ketika tidak mampu lagi menahan beban yang ada

diatasnya maka batuan tersebut jatuh meninggalkan lubang besar yang bentuknya

memanjang seperti tumpukan kayu kemudian jatuh terpecah- pecah dalam ukuran

besar, sedang, sampai ukuran kerikil. Itu bisa dibuktikan dengan melihat material

yang ada di bawah tebing. Selain aktivitas gelombang faktor yang bekerja pada

pengikisan ini adalah iklim dan curah hujan yang bisa melapukkan batuan tersebut.

Dengan melihat warna batuan bagian atasnya lebih nampak terang dibandingkan

bagian bawah. Bagian batuan yang selalu tergenang air ditumbuhi tiram, organisme

ini juga salah satu faktor untuk mempercepat pengikisan.

Di Passai cliff tersusun dari batuan beku yang berwarna gelap, dengan cirinya

yang kompak proses pengikisan yang terjadi sangat lambat dan pada dasar cliff ini air

tidak pernah kering, daerahnya selalu tergenang air, sehingga pada bagian batuan

yang merupakan konsentrasi gelombang akan membentuk notch. Walaupun

pengikisannya lambat apabila terjadi pengikisan, pengikisannya berupa bongkahan

sehingga tampak jelas daerah yang hilang. Hal tersebut biasanya terjadi pada musim

barat dimana kekuatan gelombangnya sangat kuat.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Page 28: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

82

Di Tara Ujung karakteristik cliff yang dindingnya sangat terjal dan memanjang,

didepan cliff sudah terdapat wave cut platform, dan bongkahan batu yang besar.

Sehingga pengikisan yang terjadi tidak terlalu Nampak karena adanya penghalang

aksi kekuatan gelombang. Di dasar cliff selalu tergenangi air sehingga tidak tampak

lagi adanya pengangkutan atau beachdrif sedimen. Sedimen yang berada di Tara

Ujung diangkut gelombang kembali ke laut.

Di Tanjung Batu cliff tersusun dari batu gamping, di sepanjang Tanjung batu

merupakan cliff dengan karakteristik batuannya banyak lubang-lubang kecil yang bisa

mempercepat pengikisan selain itu batu gamping mudah larut, sehingga sangat

mudah terbentuk notch bahkan bisa membentuk sea cave. Di dasar cliff terdapat

banyak bongkahan-bongkahan batuan merupakan hasil runtuhan.

b. Notch

Bentuklahan notch dipantai Rewata’a dapat ditemukan di sub bagiannya yaitu

di Passai, Tara Ujung dan Tanjung Batu. Notch yang berada di Passai berada pada

cliff yang memiliki susunan batuan beku yang kompak. Sehingga bentuk notchnya

masih merupakan bentukan awal. Di Tara Ujung notchnya tidak terlalu tampak

karena selalu tergenang dengan air, hanya bisa ditemukan di dasar cliff pada saat air

lau mengalami surut. Sedangkan di Tanjung Batu dapat ditemukan notch di sepanjang

cliff, bentuknya yang memanjang ke samping. Hal tersebut terjadi karena di Tanjung

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Page 29: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

83

batu batuan penyusunnya dari batuan gamping sehingga sangat mudah gelombang

mengikis dasar cliff.

c. Sea Cave

Sea cave yang berada di Pattipur bentuk penyusunnya dari batuan berlapis-lapis

sehingga bentuk mulutnya segilima, terlihat patahan-patahan batuan yang kasar di

dasar sea cave. Selanjutnya Sea Cave ditemukan di Tanjung Batu, materialnya dari

batu gamping bentuk mulutnya yang bulat. Di ujung tanjung batu ditemukan ada 7

sea cave, walaupun mulutnya belum terlalu besar.

2. Bentuklahan hasil sisa

Secara umum stack dan stump dapat ditemukan di Pattipur, Passai, Tara Ujung,

dan Teppo. Stump dipattipur reliefnya halus dan bentuknya bulat, di Passai ditemukan

stump yang ditenganya sudah ada retakan, di Tara Ujung bentuk stacknya yang

memanjang, menyebar di depan cliff, reliefnya sangat kasar, bagian atasnya runcing,

setiap pinggiran stack sudah mengalami retakan, di sekitar stack terlihat bongkahan-

bongkahan hasil kikisan. Di Teluk Teppo juga ada satu stump yang berdiri sendiri,

bagian dasarnya sudah tipis akibat kikisan gelombang sedangkan bagian atasnya

masih tebal.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Page 30: BAB IV Hasil Dan Pembahasan_R

84

3. Bentuklahan konstruksional

Secara umum daerah endapan tidak terlalu nampak secara jelas, persebaran

endapan terdapat pada bagian utara lokasi penelitian yaitu di muara sungai Kalosi

terdapat delta. Di Pattipur endapannya berupa pasir, dan kerikil, namun endapan

tersebut hanya bisa kelihatan ketika air laut dalam keadaan surut. Di Passai

endapannya berupa batu karang merupakan media berkumpulnya material-material

dari sungai Passai, dengan endapan yang berlumpur di Passai ditemukan hutan

mangrove. Selanjutnya di bagian selatan terdapat delta yang luas di muara sungai

Teppo. Endapannya luas karena sungai Teppo merupakan sungai besar sehingga

membawa banyak material dari daratan.

Endapan hasil organisme dapat ditemukan di Passai yaitu materialnya terdiri

dari batuan yang berwarna putih dan bentuknya boulder yang gelombang tidak bisa

mengakut dan mengumpulkannya. Menurut hasil wawancara batuan tersebut

merupakan hasil sisa dari pembuatan tanggul buatan yang berada di pinggir jalan,

sedangkan endapan yang berada di Tara Ujung merupakan hasil kerja binatang

Rajungan callinectes sapidus membentuk gundukan-gundukan pasir.

FMIPA Universitas Negeri Makassar