51
46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang dilakukan di TK Harapan Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Pembahasan yang diteliti akan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia 1 3 tahun dengan keterlambatan perkembangan. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu pengamatan, wawancara dan dokumen. Penelitian selama 2 minggu ini dimulai pada tanggal 11 - 22 April 2016. 4.1 Gambaran Umum TK Harapan Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang TK Harapan Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang merupakan salah satu TK yang didirikan bersama oleh desa. TK Harapan Getasan adalah wujud Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) di Desa Getasan. Letak TK Harapan Getasan berdampingan dengan SD Negeri Getasan di Jalan Diponegoro Km 6 Desa Getasan Kecamatan Getasan. Jumlah anak yang dididik di TK sampai penelitian dilaksanakan adalah 31 orang anak.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11814/4/T1_462012012_BAB IV... · gurunya dalam menggambar, mencocok, dan R1 tidak suka menulis. Keempat,

Embed Size (px)

Citation preview

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang dilakukan di

TK Harapan Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

Pembahasan yang diteliti akan menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan anak usia 1 – 3 tahun dengan

keterlambatan perkembangan. Pengumpulan data yang dilakukan

oleh peneliti yaitu pengamatan, wawancara dan dokumen.

Penelitian selama 2 minggu ini dimulai pada tanggal 11 - 22 April

2016.

4.1 Gambaran Umum TK Harapan Getasan Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang

TK Harapan Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang merupakan salah satu TK yang didirikan bersama

oleh desa. TK Harapan Getasan adalah wujud Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) di Desa

Getasan. Letak TK Harapan Getasan berdampingan dengan

SD Negeri Getasan di Jalan Diponegoro Km 6 Desa Getasan

Kecamatan Getasan. Jumlah anak yang dididik di TK sampai

penelitian dilaksanakan adalah 31 orang anak.

47

4.2 Gambaran Riset Partisipan

4.2.1 Partisipan Anak 1/R1

4.2.1.1 Pengamatan Awal

R1 merupakan salah satu anak yang telah

mengikuti tes KPSP. Berdasarkan hasil tes

didapatkan bahwa ada keterlambatan

perkembangan. Pertama, R1 masih harus

berpegangan atau dibantu seseorang untuk naik

turun tangga. Kedua, saat R1 menendang bola

juga masih berpegangan dan bola tidak ditendang

tetapi didorong. Ketiga, R1 menyusun 4 buah

kubus dengan bentuk yang berbeda tetapi jatuh

dan tidak berurutan ukurannya. Keempat, R1

ditunjukkan sebuah kertas yang berisi gambar

kucing, anjing, kuda, burung dan orang tetapi

hanya bisa menyebut 1 gambar dengan benar.

Setelah dihtiung dan dikategorikan, R1 mengalami

keterlambatan perkembangan motorik kasar.

4.2.1.2 Pengamatan Selama Penelitian

Pengamatan dilakukan pada tanggal 11 –

15 April 2016 dan 18 – 22 April 2016 pukul 08.00

– 09.00 WIB. Berdasarkan pengamatan

ditemukan beberapa hal yaitu: pertama, berat

48

badan (BB) R1 = 14 kilogram (kg), dan tinggi

badan (TB) R1 = 95 centimeter (cm). Kedua, R1

lebih suka mewarnai, menempel, menyanyi

dengan keras. Ketiga, R1 masih dibantu oleh

gurunya dalam menggambar, mencocok, dan R1

tidak suka menulis. Keempat, R1 lebih banyak

bersama ibunya di sekolah dan kurang membaur

dengan temannya. Kelima, ketika di dalam kelas

R1 sering mengganggu dan bertengkar dengan

temannya tetapi R1 juga kadang membantu

temannya dan mau berbagi.

4.2.1.3 Dokumen Rapor

Berdasarkan hasil rapor diperoleh data

bahwa R1 masih belum sesuai harapan dalam

berbagai hal. R1 belum sesuai harapan dalam

berjalan ke berbagai arah dengan berbagai cara

misalnya berjalan diatas garis lurus, berjalan jinjit

ke depan, berjalan mundur, dan berlari. Kemudian

dalam hal melompat tanpa jatuh, menangkap

benda dengan 1 tangan atau 2 tangan, merayap

dan merangkak dengan berbagai variasi masih

belum sesuai harapan. Selain itu, R1 juga belum

sesuai harapan dalam menggerakkan kepala, kaki

49

dan tangan mengikuti irama musik. Saat membuat

garis tegak, lurus, lingkaran juga masih belum

sesuai harapan.

4.2.1.4 Selama Wawancara

Wawancara dilakukan pada tanggal 11 April

2016 pukul 07.30 WIB di TK Harapan Getasan.

Ibu PR merupakan Ibu dari R1 yang sehari-hari

adalah Ibu Rumah Tangga (IRT). R1 adalah anak

laki-laki pertama dan tunggal dikeluarganya. Saat

hamil R1, Ibu R1 tidak mengetahuinya dan baru

mengetahuinya setelah usia kandungannya 3

bulanan. Selama hamil, Ibu R1 lebih sering

mengonsumsi makanan seperti ayam, sayur,

daging tetapi jarang makan buah dan tidak minum

susu.

Ibu R1 tidak mengalami masalah kehamilan

selama kehamilannya, hanya saja tingkat ekonomi

yang minim membuat Ibu R1 kesulitan dalam

biaya kelahiran. R1 lahir pada minggu ke 36

melalui proses persalinan normal di Bidan dengan

berat badan lahir yaitu 2,8 kilogram (kg). Sejak

kecil sampai sekarang R1 dirawat oleh Ibu R1 dan

dibantu juga oleh suaminya. Selama di rumah, R1

50

biasanya bermain bola bersama Ibunya dan suka

lari-lari tidak bisa diam. R1 juga sering menangis

kalau tidak dituruti kemauannya dan jatuh saat

lari. Kejadian menangis ini sering membuat Ibu R1

kesal untuk menangani anaknya.

Menurut Ibu R1, faktor yang mempengaruhi

perkembangan anaknya adalah gizi saat

kehamilan karena masa 3 bulan pertama

merupakan masa yang penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin. Saat lahir,

ASI Ibu R1 juga tidak lancar sehingga R1

diberikan susu formula. Berdasarkan keterangan

Ibu R1, keluarga dari Ibu R1 dan suaminya tidak

ada yang mengalami keterlambatan

perkembangan. Sehari-hari dalam aktivitas dan

konsumsi makanan juga tidak ada pantangan atau

tradisi yang dilakukan keluarga.

4.2.2 Partisipan Anak 2/R2

4.2.2.1 Pengamatan Awal

R2 juga telah mengikuti tes KPSP dan

hasilnya yaitu: pertama, R2 masih belum bisa

melempar bola lurus ke arah perut atau dada.

Kedua, ketika diberikan perintah seperti letakkan

51

kertas ini di lantai, letakan kertas ini di kiri Ibu, R2

masih bingung dan salah. Ketiga, ketika

diperintahkan untuk melompati selembar kertas

seukuran folio bergaris dengan mengangkat

kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului

lari, R2 menggunakan satu kakinya dan berlari.

Keempat, anak belum dapat mengayuh sepeda

roda tiga sejauh 3 meter. Berdasarkan hasil

tersebut dihitung dan dikategorikan bahwa R2

mengalami keterlambatan perkembangan motorik

kasar.

4.2.2.2 Pengamatan Selama Penelitian

Pengamatan dilakukan pada tanggal 11 –

15 April 2016 dan 18 – 22 April 2016 pukul 08.00

– 09.00 WIB. Pada pengamatan ditemukan

beberapa hal yaitu: BB = 13 kg dan TB = 96 cm,

R2 suka menulis, mewarnai, menempel, dan

menyanyi. Kegiatan mencocok R2 dibantu oleh

gurunya. Saat senam, R2 jatuh sekali tetapi tetap

melanjutkan senam. R2 sering bermain bersama

temannya di kelas maupun saat jam istirahat.

Tidak hanya dengan temannya, R2 juga

berinteraksi dengan ibunya saat istirahat dan saat

52

masuk kelas. Ibu R2 selalu mengantar dan

menunggu anaknya.

4.2.2.3 Dokumen Rapor

Berdasarkan hasil rapor diperoleh data

bahwa R2 masih belum sesuai harapan dalam

berbagai hal. R2 belum sesuai harapan dalam

berjalan ke berbagai arah dengan berbagai cara

misalnya berjalan diatas garis lurus, berjalan jinjit

ke depan, berjalan mundur, dan berlari. Kemudian

dalam hal melompat tanpa jatuh, merayap dan

merangkak dengan berbagai variasi masih belum

sesuai harapan. Selain itu, R2 juga belum sesuai

harapan dalam membuat garis tegak, lurus,

lingkaran juga masih belum sesuai harapan.

4.2.2.4 Selama Wawancara

Wawancara dilakukan pada tanggal 12 April

2016 pukul 07.25 WIB di TK Harapan Getasan.

Ibu RP adalah Ibu dari R2 yang sehari-harinya

sebagai IRT. Ibu R2 tidak mengalami masalah

selama kehamilannya. Tidak ada pantangan atau

keharusan yang dilakukan Ibu R2 saat hamil

mengonsumsi makanan seperti biasanya sayur

bayam, tempe, tahu, tetapi jarang mengonsumsi

53

daging dan buah-buahan. R2 merupakan anak

pertama perempuan yang dilahirkan dengan

proses normal di Bidan. Berat badan waktu

lahirnya adalah 3 kg. R2 pernah mengalami sakit

panas dan dirawat di Rumah Sakit selama 4 hari

pada usia 2 tahun.

Sehari-hari R2 dirawat oleh ibu, ayahnya

dan neneknya. Namun, R2 lebih sering dirawat

oleh neneknya. Selama bermain di rumah, R2

bebas main apa saja tetapi R2 jarang lari-lari

karena pernah mengalami trauma jatuh. Menurut

Ibu R2, riwayat keluarganya ada yang mengalami

keterlambatan seperti anaknya dan keadaannya

sudah lebih baik karena terapi. Selama 4 bulan R2

diberikan ASI dan setelah lebih dari 4 bulan

diberikan susu formula. Ibu R2 memilih susu

formula karena sibuk dan merasa repot harus

menyusui anaknya terus menerus.

4.2.3 Partisipan Anak 3/R3

4.2.3.1 Pengamatan Awal

R3 sudah melewati tes KPSP yang

dilakukan. Hasilnya adalah R3 tidak mencoret-

coret kertas tanpa petunjuk saat diberi pensil. R3

54

juga menyusun 4 buah kubus tetapi

menjatuhkannya. Selain itu, saat melempar bola

juga masih belum terarah. Ketika melompati

kertas folio bergaris R3 melakukannya dengan

satu per satu kaki. Berdasarkan hasilnya, R3

dikategorikan mengalami keterlambatan

perkembangan motorik kasar.

4.2.3.2 Pengamatan Selama Penelitian

Pengamatan dilakukan pada tanggal 11 –

15 April 2016 dan 18 – 22 April 2016 pukul 08.00

– 09.00 WIB. Pada pengamatan ditemukan

beberapa hal antara lain: R3 memiliki BB = 19 kg

dan TB = 103 cm, suka menulis, mewarnai,

mencocok, dan menempel juga menggambar.

Saat senam juga bisa mengikuti gerakan senam

meski berpegangan dengan ibunya. Ketika waktu

istirahat, R3 lebih banyak bermain dengan

temannya dibanding dengan ibunya. Saat di kelas

juga R3 aktif untuk menunjukkan hasil kerjanya ke

gurunya.

4.2.3.3 Dokumen Rapor

Berdasarkan hasil rapor diperoleh data

bahwa R3 masih belum sesuai harapan dalam

55

berbagai hal. R3 belum sesuai harapan dalam

berjalan ke berbagai arah dengan berbagai cara

misalnya berjalan diatas garis lurus, berjalan jinjit

ke depan, berjalan mundur, dan berlari. Kemudian

dalam hal melompat tanpa jatuh, dan membuat

garis tegak, lurus, lingkaran masih belum sesuai

harapan. Selain itu, R3 juga belum sesuai

harapan dalam mewarnai bentuk sederhana. Saat

memegang pensil R3 masih belum sempurna

sesuai harapan.

4.2.3.4 Selama Wawancara

Wawancara dilakukan pada tanggal 13 April

2016 pukul 09.20 WIB di Rumah Ibu RK. Ibu R3

mempunyai 4 orang anak. Anak yang pertama

laki-laki, yang kedua sampai keempat perempuan.

Suami Ibu R3 bekerja di Bank dan Ibu R3 sendiri

adalah IRT. Selama hamil, Ibu R3 susah untuk

mengonsumsi makanan yang berkuah dan sangat

suka makanan pedas sehingga tidak dapat

dihindarinya. Proses kelahiran anak pertama

sampai ketiga normal tetapi anak keempat yaitu

R3 dengan caesar di Rumah Sakit Magelang. R3

lahir dengan berat badan 2,5 kg dan harus masuk

56

di inkubator selama 3 hari. Ibu R3 memberikan

ASI kepada R3 selama 1 tahun. Selain ASI, R3

juga diberi biskuit dan sekarang makannya sama

dengan makanan orang dewasa. R3 lebih sering

makan nasi, telur, dan mie instan tetapi tidak suka

pedas.

Ibu R3 pernah berniat untuk memberikan

anaknya ke orang lain karena sudah memiliki

banyak anak. Tetapi suami Ibu R3 tidak

mengijinkannya sehingga R3 tetap bersama

keluarganya. Ibu R3 mengeluhkan bahwa

anaknya suka lama kalau berjalan dan tiba-tiba

jatuh sehingga membuatnya jadi kesal tetapi

berusaha untuk sabar. Adik suami Ibu R3 juga

mengalami keterlambatan perkembangan tetapi

sekarang sudah meninggal karena sakit demam

berdarah. Selama di rumah, Ibu R3 jarang

bermain dengan anaknya karena anaknya sering

bermain dengan anak tetangganya. Namun, anak

tetangganya juga mengalami keterlambatan dan

Ibu R3 tidak suka anaknya bermain dengan anak

tetangga itu tetapi Ibu R3 tidak ingin anaknya

57

merasa dibatasi sehingga tetap diijinkan untuk

bermain bersama.

4.2.4 Partisipan Anak 4/R4

4.2.4.1 Pengamatan Awal

R4 telah mengikuti tes KPSP yang dilakukan

dan diperoleh hasil bahwa R4 mengalami

keterlambatan perkembangan. Pertama, R4

hanya bisa menyebutkan ibu, ayah, minum,

makan dan tidak menyebutkan suku kata lainnya

yang memiliki arti. Kedua, R4 masih belum bisa

menjaga keseimbangannya saat berjalan mundur

5 langkah. Ketiga, R4 belum bisa melepaskan

pakaian seperti rok, baju, atau celananya sendiri.

Terakhir, R4 tidak memungut mainannya ketika

diminta. Berdasarkan penilaian KPSP, R4

dikategorikan mengalami keterlambatan

perkembangan bahasa.

4.2.4.2 Pengamatan Selama Penelitian

Pengamatan dilakukan pada tanggal 11 –

15 April 2016 dan 18 – 22 April 2016 pukul 08.00

– 09.00 WIB. Pada pengamatan ditemukan

beberapa hal yaitu: R4 memiliki BB = 10 kg dan

TB = 85 cm, selama di kelas R4 bisa mandiri

58

menulis, mewarnai, menempel, dan menyanyi. Di

saat jam istirahat, R4 lebih banyak bermain

dengan ibunya tetapi kadang juga bersama

temannya. Saat selesai mengerjakan tugasnya,

R4 biasanya menghampiri gurunya untuk

menunjukkan hasil kerjanya.

4.2.4.3 Dokumen Rapor

Berdasarkan hasil rapor diperoleh data

bahwa R4 masih belum sesuai harapan dalam

berbagai hal. R4 masih belum sesuai harapan

dalam mengikuti beberapa perintah sekaligus.

Selain itu, R4 juga masih belum sesuai harapan

dalam menyebut nama diri, orang tua, jenis

kelamin, dan alamat rumah. Sementara dalam

mengenal huruf awal dan akhir R4 sudah mulai

muncul.

4.2.4.4 Selama Wawancara

Wawancara dilakukan pada tanggal 14 April

2016 pukul 07.32 WIB di TK Harapan Getasan.

Ibu MA adalah Ibu dari R4. Ibu R4 memiliki 3

orang anak, yang pertama dan keduanya adalah

laki-laki, dan R4 merupakan anak perempuannya

pertama. Selama hamil, Ibu R4 mengonsumsi

59

makanan apa saja dan sangat menyukai pedas.

Suami Ibu R4 bekerja sebagai buruh yang

penghasilannya tidak menentu.

R4 lahir di Bidan dengan berat badan 2,9

kg. R4 tidak mendapatkan ASI karena ASI yang

keluar sedikit dan selalu diberikan susu formula.

Ibu R4 tinggal di rumah bersama suami dan anak-

anaknya serta mertuanya. Selama di rumah, R4

lebih sering dirawat oleh mertuanya dan jarang

bermain dengan ibunya. R4 sering bermain game

di tab dan jarang berkomunikasi.

R4 cenderung diam dan tidak keluar

bermain bersama temannya. R4 sangat disayang

oleh mertuanya karena cucu perempuan satu-

satunya. Menurut Ibu R4, baik dari keluarganya

dan suaminya tidak ada yang mengalami

keterlambatan seperti anaknya. Ibu R4 merasa

sudah memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Ibu R4 menduga bahwa karena anaknya dirawat

dan dekat dengan mertuanya serta dimanja

sehingga menjadi seperti ini.

60

4.2.5 Partisipan Anak 5/R5

4.2.5.1 Pengamatan Awal

R5 merupakan anak yang telah melakukan

tes KPSP. Hasilnya adalah dalam menyusun 1

buah kubus masih menjatuhkan kubus yang lain

dan saat diminta untuk menunjukkan salah satu

bagian tubuh R5 tidak berhasil. Selain itu, waktu

makan masih sering disuapin dan tidak mau

makan sendiri. Selama bermain biasanya

mainannya tidak dibereskan kembali meski sudah

diperintah. Berdasarkan hasil tersebut, R5

dikategorikan mengalami keterlambatan

perkembangan bahasa.

4.2.5.2 Pengamatan Selama Penelitian

Pengamatan dilakukan pada tanggal 11 –

15 April 2016 dan 18 – 22 April 2016 pukul 08.00

– 09.00 WIB. Berdasarkan pengamatan

ditemukan beberapa hal yaitu: pertama, R5

memiliki BB = 13 kg dan TB = 94 cm. Kedua, R5

suka mewarnai, menulis, menempel,

menggambar, dan menyanyi meski masih belum

jelas terdengar dan kadang diam. Ketiga, R5 bisa

berinteraksi dengan temannya di dalam dan di

61

luar kelas bermain bersama. Keempat, R5 diantar

dan ditunggu oleh Ibunya. Kelima, di dalam kelas

R5 dibantu gurunya dalam mencocok dan

menunjukkan hasilnya ke gurunya.

4.2.5.3 Dokumen Rapor

Berdasarkan hasil rapor diperoleh data

bahwa R5 masih belum sesuai harapan dalam

berbagai hal. R5 masih belum sesuai harapan

dalam mengikuti beberapa perintah sekaligus.

Selain itu, R5 juga masih belum sesuai harapan

dalam mengenal huruf awal dan akhir. Sementara

dalam menyebut nama diri, orang tua, jenis

kelamin, dan alamat rumah R5 sudah mulai

muncul.

4.2.5.4 Selama Wawancara

Wawancara dilakukan pada tanggal 15 April

2016 pukul 07.20 WIB di TK Harapan Getasan.

Ibu PU adalah ibu dari R5. R5 merupakan anak

pertamanya. Ibu R5 melahirkan R5 waktu usia

kandungannya 8 bulan dengan proses caesar.

Berat lahir R5 yaitu 2,6 kg. Selama hamil, Ibu R5

tidak bisa kelelahan dan harus beristirahat. Ibu R5

mengonsumsi obat vitamin untuk membuat

62

kondisinya kuat. Tidak ada pantangan makan dan

semuanya bisa dimakan oleh Ibu R5. Sejak lahir

sampai usia 3 bulan R5 diberikan ASI, setelah

lebih dari usia 3 bulan diberikan susu formula dan

makanan pendamping lain seperti nasi dan sayur.

Ibu R5 merawat R5 sendiri bersama suaminya.

Hampir setiap hari R5 menyanyi di rumah dan

tidak ada kesulitan dalam bermain.

4.2.6 Partisipan Anak 6/R6

4.2.6.1 Pengamatan Awal

R6 merupakan anak laki-laki yang berusia

1,6 tahun. R6 telah mengikuti tes KPSP yang

dilakukan. Hasilnya adalah R6 masih memerlukan

bantuan untuk bertepuk tangan atau melambai

dan ketika melihat ayah atau ibunya R6 diam dan

tidak memanggil salah satunya. Selain itu, R6

cenderung menangis ketika menginginkan

sesuatu dan saat minum di gelas masih harus

dibantu. Berdasarkan hasil tersebut, R5

dikategorikan mengalami keterlambatan personal

sosial.

63

4.2.6.2 Pengamatan Selama Penelitian

Pengamatan dilakukan pada tanggal 11 –

15 April 2016 dan 18 – 22 April 2016 pukul 08.00

– 09.00 WIB. Pada pengamatan ditemukan

beberapa hal yaitu: pertama, R6 memiliki BB = 12

kg dan TB = 87 cm. Kedua, R6 masih dibantu

dalam mewarnai, menempel, menulis dan

menyanyi. Ketiga, R6 sering membawa hasil

kerjanya ke gurunya. Keempat, R6 lebih sering

terlihat bersama pengasuhnya dibanding bersama

temannya. Kelima, R6 selalu diantar dan ditunggui

oleh pengasuhnya.

4.2.6.3 Dokumen Rapor

Berdasarkan hasil rapor diperoleh data

bahwa R6 masih belum sesuai harapan dalam

berbagai hal. R6 masih belum sesuai harapan

dalam memulai mengajak teman untuk bermain,

menyapa teman dan orang dewasa. Selain itu

belum sesuai harapan dalam hal mendengarkan

dan berbicara dengan orang dewasa. Sementara

itu, R6 sudah mulai muncul untuk mau bekerja

sama dengan temannya. R6 juga bisa berpisah

dengan Ibunya tanpa menangis.

64

4.2.6.4 Selama Wawancara

Wawancara dilakukan pada tanggal 18 April

2016 pukul 18.00 WIB di Rumah Ibu SU. Ibu SU

adalah Ibu dari R6. Ibu R6 memiliki 2 orang anak,

yang pertama perempuan dan yang kedua adalah

laki-laki yaitu R6. Selama hamil, Ibu R6 tetap

bekerja dan meminum vitamin sesuai anjuran

dokter. Sehari-hari Ibu R6 tidak mengonsumsi

makanan yang amis-amis karena dipercaya akan

mengurangi bau saat lahiran. R6 lahir sesuai

bulannya dengan berat 3,1 kg melalui proses

persalinan normal.

Kesibukan Ibu R6 sebagai karyawan swasta

membuat R6 tidak memperoleh ASI dan hanya

diberikan susu formula. Ayah dan Ibu R6 sama-

sama bekerja dan penghasilannya sebulan bisa

mencapai kurang lebih 6 juta. Sehari-hari R6

dirawat oleh bibi atau pengasuh. Pengasuh R6

sudah lama bekerja bersama Ibu R6 sejak lahiran

anak pertamanya. Di rumah, biasanya R6 lebih

sering bermain bersama pengasuhnya dibanding

bersama ayah atau ibunya. Alasannya ayah dan

ibunya lelah seharian bekerja. Hanya sesekali

65

saja berinteraksi dengan R6. R6 jarang bermain

bersama temannya di luar rumah. Biasanya R6

bermain bersama pengasuhnya saja di dalam

rumah. Ibu R6 mengganggap sudah cukup

bermain bersama temannya di sekolah sehingga

waktu di rumah harus di rumah. R6 tidak

menyukai situasi yang ramai karena tidak

terbiasa.

4.2.7 Partisipan Anak 7/R7

4.2.7.1 Pengamatan Awal

R7 merupakan anak usia 3 tahun yang telah

mengikuti tes KPSP. Penilaian KPSP telah

dilakukan dengan hasil yaitu R7 belum dapat

mengenakan sepatunya sendiri dan masih salah

dalam menyebut 2 gambar yang tertera. Selain

itu, R7 juga belum bisa menggunakan 2 kata saat

diminta. Saat makan atau minum juga masih

tumpah-tumpah dan masih disuapin. Berdasarkan

hasil tersebut, R7 dikategorikan mengalami

keterlambatan perkembangan personal sosial.

4.2.7.2 Pengamatan Selama Penelitian

Pengamatan dilakukan pada tanggal 11 –

15 April 2016 dan 18 – 22 April 2016 pukul 08.00

66

– 09.00 WIB. Pada pengamatan ditemukan

beberapa hal yaitu: R7 memiliki BB = 17 kg dan

TB = 105 cm, R7 sangat menyuaki mewarnai,

menulis, mencocok dan menempel gambar

sendiri. R7 lebih sering bermain bersama ibunya

dibandingkan dengan temannya. Ibu R7 selalu

menunggu dan mengantar R7 selama sekolah.

4.2.7.3 Dokumen Rapor

Berdasarkan hasil rapor diperoleh data

bahwa R7 masih belum sesuai harapan dalam

berbagai hal. R7 masih belum sesuai harapan

dalam bekerja sama dengan temannya dan belum

mau berpisah dengan Ibunya tanpa menangis.

Selain itu, R7 juga belum sesuai harapan dalam

hal mendengarkan dan berbicara dengan orang

dewasa. Sementara itu, R7 sudah mulai muncul

untuk mengajak teman untuk bermain, menyapa

teman dan orang dewasa.

4.2.7.4 Selama Wawancara

Wawancara dilakukan pada tanggal 19 April

2016 pukul 07.30 WIB di TK Harapan Getasan.

Ibu JU adalah Ibu dari R7. Ibu R7 bekerja sebagai

IRT dan memiliki 1 orang anak yaitu R7. Selama

67

hamil, Ibu R7 dijagain oleh ibunya dan suaminya

serta tidak boleh kerja ringan sampai berat. R7

lahir dengan berat 2,7 kg melalui proses caesar

karena ketika pembukaan 3 tidak tambah-tambah.

Saat hamil Ibu R7 tidak mengonsumsi susu

dan hanya makan sayur atau ikan karena

dipercaya akan membuat anaknya lebih pintar.

Selain itu, Ibu R7 juga sering mengalami mual

sehingga sering meminum obat anti mual dan

vitamin. Sejak lahir R7 tidak diberikan ASI karena

ASI yang keluar sedikit. Sehari-hari R7 lebih

dirawat oleh Ibunya Ibu R7 dibanding Ibu R7

karena tinggal serumah. Selain itu, Ibu R7 juga

masih takut dalam merawat anaknya karena ini

merupakan anak pertamanya.

R7 jarang bermain ke luar rumah dan lebih

sering bermain di rumah karena tidak boleh pergi

jauh-jauh. Di rumah, R7 makan hanya sedikit-

sedikit dan dibatasi. Menurut Ibu R7, anaknya

pendiam karena terlalu disayangi dan tidak ingin

kejadian buruk terjadi sehingga membuat R7

kurang bergaul dengan temannya. Selain itu,

68

ternyata ayah R7 juga pendiam dan kurang

bergaul.

Tabel 4.2.1 Karakteristik Partisipan Anak

Kode R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

Inisial YU ZA RE LI SA YO RA

Jenis

Kelamin

L P L P P L L

Usia

(tahun)

2,6 3 3 2 2,6 1,6 3

Anak ke 1 1 4 3 1 2 1

Keterangan:

L : Laki-laki

P : Perempuan

Tabel 4.2.2 Karakteristik Partisipan Ibu Anak

Kode T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7

Inisial PR RP RK MA PU SU JU

Usia

(tahun) 25 29 34 33 25 32 28

Pekerjaan IRT IRT IRT IRT IRT Swasta IRT

Pendidikan SMP SMP SD SMU SD SMU SMP

Jumlah

anak 1 1 4 3 1 2 1

Keterangan:

IRT : Ibu Rumah Tangga

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMU : Sekolah Menengah Umum

69

Tabel 4.2.3 Karakteristik Partisipan Guru

Kode G1 G2 G3

Inisial SH NG NN

Usia (tahun) 56 54 35

Pendidikan Sarjana

Pendidikan

Sarjana

Pendidikan

Sarjana

Pendidikan

Lama

Pengalaman 10 tahun 9 tahun 6 tahun

4.3 Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan mendapatkan tujuh tema yang

menjawab tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini

secara umum yaitu mendeskripsikan faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan anak usia 1 – 3 tahun dengan

keterlambatan perkembangan. Tujuan khusus yang pertama

yaitu mendeskripsikan faktor internal yang mempengaruhi

perkembangan anak usia 1 – 3 tahun dengan keterlambatan

perkembangan. Tujuan khusus yang kedua yaitu

mendeskripsikan faktor eksternal yang mempengaruhi

perkembangan anak usia 1 – 3 tahun dengan keterlambatan

perkembangan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tujuh

tema melalui wawancara, pengamatan dan rapor yaitu. Ketujuh

tersebut dikategorikan menjadi faktor internal dan eksternal.

70

Faktor internal meliputi: proses adaptasi yang kurang sebagai

orang tua, dampak pengasuhan oleh orang lain, pengaruh

keterlibatan keluarga dalam bermain, dan bawaan atau

keturunan. Faktor eksternal meliputi: Nutrisi sebagian besar

diperoleh dari susu formula, penilaian guru secara mandiri, dan

pendekatan tenaga pendidik ke anak.

4.4 Hasil Analisis Data

Hasil analisis data menemukan tema tentang faktor yang

mempengaruhi perkembangan dengan keterlambatan

perkembangan anak usia 1 – 3 tahun di TK Harapan Getasan.

Kelima tema tersebut terbagi menjadi faktor internal dan

ekternal. Faktor internal meliputi: proses adaptasi yang kurang

sebagai orang tua, dampak pengasuhan oleh orang lain,

pengaruh keterlibatan keluarga dalam bermain, dan bawaan

atau keturunan. Faktor eksternal meliputi: Nutrisi sebagian

besar diperoleh dari susu formula, penilaian guru secara

mandiri, dan pendekatan tenaga pendidik ke anak. Berikut ini

penjelasan mengenai tema tersebut:

4.4.1 Gambaran Kategori Faktor Internal

4.4.1.1 Proses Adaptasi Yang Kurang Sebagai Orang Tua

Berdasarkan hasil wawancara partisipan 1,

2, dan 7 diperoleh data bahwa partisipan baru

71

pertama kali mempunyai anak sehingga kurang

mempunyai pengalaman yang menyebabkan

kurang bisa beradaptasi sebagai orang tua baru.

Sementara itu, hasil temuan pada partisipan 4

menunjukkan bahwa partisipan kurang

pengalaman karena jenis kelamin anak adalah

yang pertama dikeluarganya. Temuan lain dari

partisipan 3 dan 6 bahwa partisipan sudah

memiliki pengalaman sebelumnya namun jenis

kelamin anak adalah yang pertama dikeluarganya.

Partisipan 2 dan 5 juga menyatakan bahwa

kondisi Ibu saat hamil kurang baik karena mual,

lemas dan tidak bisa lelah. Proses adaptasi yang

kurang sebagai orang tua mempengaruhi

perkembangan anak.

72

Gambar 4.4.1.1 Tema 1 Proses adaptasi yang kurang

sebagai orang tua

4.4.1.2 Dampak Pengasuhan Oleh Orang Lain

Hasil temuan pada partisipan 1, 4, 6, dan 7

menunjukkan bahwa anak yang dominan dirawat

oleh orang lain selain Ibu mengalami

keterlambatan perkembangan. Sementara itu,

hasil dari partisipan 2 menunjukkan bahwa ibu

Masih takut,

gak tahu hamil1

Udah

pengalaman3,6

Anak pertama2

Perempuan

pertama4

Cowok

ditunggu-

tunggu6

Cowok

pertama7

Kurang

pengalaman

Ibu

Ibu sudah

pengalaman

Proses

adaptasi

yang

kurang

sebagai

orang tua

Kata kunci

Sub Tema

Tema

Proses

adaptasi

yang

cukup

sebagai

orang tua

Kondisi Ibu

saat hamil

Mual, drop2

Mual, capek5

Nunggu-

nunggu4

Jenis

kelamin

pertama

dikeluarga

73

yang merawat anak tetapi dibantu orang lain juga

mengalami keterlambatan perkembangan.

Berbeda dengan hasil partisipan 3 bahwa anak

yang lebih dominan diurus oleh ibunya mengalami

keterlambatan perkembangan.

Gambar 4.4.1.2 Tema 2 Dampak Pengasuhan Oleh

Orang Lain

4.4.1.3 Pengaruh Keterlibatan Keluarga Dalam Bermain

Berdasarkan partisipan 1, 5, 6, dan 7

diperoleh bahwa ada pengaruh keterlibatan

keluarga dalam bermain dengan perkembangan.

Sependapat dengan di atas, semua guru

menyatakan bahwa kurangnya interaksi anak

dengan keluarga akan mempengaruhi

Sama Ibu saya1

Dominan

orang lain

selain Ibu

yang

merawat Dampak

pengasuhan

oleh orang

lain

Ada mertua4

Lebih bibi6

Dirawat Ibunya7

Kadang mertua

yang nemenin2

Ibu lebih

dominan

mengurus

Perempuan

satu-satunya4

Perempuan5

Kata kunci Sub Tema

Tema

Ibu

merawat

tetapi

dibantu

orang lain

Dampak

pengasuhan

oleh orang

tua

74

perkembangan. Sementara itu, partisipan 3

menunjukkan bahwa dampak trauma dalam

bermain membuat anak kurang bermain bersama

keluarga. Partisipan 2 menyatakan bahwa

anaknya aktif yang berarti dampak personal anak

dalam bermain juga mempengaruhi

perkembangan.

75

Gambar 4.4.1.3 Tema 3 Pengaruh keterlibatan keluarga

dalam bermain

Capek diajak

main1

Jarang main

dengan ibunya3

Jarang sama

saya5

Pengaruh

keterlibatan

keluarga

dalam

bermain

Sering7

Lebih sama

bibi6

Anak

bermain

bersama

keluarga Tema

Dampak

trauma

dalam

bermain

Keseharian

sama

keluargaG1

Interaksi

keluargaG2

Kedekatan

dengan

keluargaG3

Kata kunci Sub Tema

Kurangnya

anak

bermain

bersama

keluarga

Gak bisa

diem2,5

Anak aktif

Dampak

personal

anak dalam

bermain Diem4

Anak

kurang aktif

Jarang lari3

Kurangnya

anak

bermain

bersama

keluarga

76

4.4.1.4 Bawaan atau Keturunan

Berdasarkan ungkapan partisipan 2, 3, 6,

dan 7 didapatkan bahwa keterlambatan

perkembangan yang terjadi mempunyai riwayat

bawaan. Sebelumnya sudah pernah ada yang

mengalami keterlambatan perkembangan di

keluarganya. Riwayat bawaan dari keluarga Ibu

atau Ayah dan bahkan orang tuanya sendiri.

Sementara itu, hasil berbeda ditunjukkan dari

partisipan 1, 4 dan 5 bahwa tidak ada riwayat

keturunan sebelumnya yang mengalami

keterlambatan perkembangan.

Gambar 4.4.1.4 Tema 4 Keturunan

Gak ada1

Ada adeknya

bapak3

Dulu juga saya

seperti itu4

Gak ada4

Gak ada5

Ngikut suami

saya7

Keturunan2

Tidak

mempunyai

riwayat

Keturunan

Kata kunci Sub Tema

Tema

Mempunyai

riwayat

77

4.4.2 Gambaran Kategori Faktor Eksternal

4.4.2.1 Nutrisi Sebagian Besar diperoleh dari Susu

Formula

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan

bahwa partisipan 1, 2, 4, 5, 6, dan 7 menunjukkan

bahwa anak belum tercukupi kebutuhan gizinya

karena tidak ASI eksklusif. Selain itu, partisipan 1

juga menyatakan bahwa saat mengandung

kurang tercukupi gizinya karena tidak mengetahui

kehamilannya. Sementara itu, partisipan 3

menyatakan bahwa anaknya tidak diberikan susu

formula melainkan ASI eksklusif selama 1 tahun.

Asupan gizi yang kurang juga didukung oleh

perolehan hasil observasi bahwa anak partisipan

1, 2, 5, 4, 6 dan 7 mengalami kecenderungan

berat badan dan tinggi badan kurang dari usianya

atau belum ideal.

78

Gambar 4.4.2.1 Tema 5 Nutrisi sebagian diperoleh dari

susu formula

4.4.2.2 Penilaian Guru Secara Mandiri

Berdasarkan hasil wawancara dengan

semua guru didapatkan bahwa pencapaian

perkembangan setiap anak berbeda-beda. Semua

guru menilai secara mandiri. Guru 1 menilai

berdasarkan pengalamannya. Sementara guru 2

dan 3 menilai dengan mengamati tingkah laku

anak dalam beraktivitas sehari-hari. Menurut

semua guru, anak yang bisa berperilaku sesuai

usianya berarti mencapai perkembangan. Namun

Gak tahu hamil1

Minum susu

kotak1

Pemenuhan

gizi awal

saat hamil

Nutrisi

sebagian

diperoleh

dari susu

formula

Kata kunci Sub Tema Tema

Susu botol2

ASI3

Susu botol4

Susu botol5

Kasih susu

formula6

Susu botoI7

Pemberian

susu

formula

Pemberian

ASI

eksklusif

Kurang

pengalaman

Ibu

Nutrisi

sebagian

besar

diperoleh

dari ASI

eksklusif

79

bila tidak, maka anak tersebut mengalami

keterlambatan perkembangan.

Gambar 4.4.2.2 Tema 6 Penilaian Guru Secara Mandiri

4.4.2.3 Pendekatan Tenaga Pendidik ke Anak

Berdasarkan pendapat semua guru

menunjukkan bahwa cara menangani anak yang

mengalami keterlambatan dengan pendekatan ke

anak. Pendekatan bisa dilakukan dengan cara

membimbing, membantu dan mengarahkan anak

didiknya sesuai kemampuannya.

Gambar 4.4.2.3 Tema 7 Pendekatan Tenaga Pendidik ke Anak

Penilaian Guru

secara mandiri

Kata kunci

Sub Tema Tema

Pencapaian

Anak

Berdasarkan

pengalamanG1

Mengamati

tingkah

lakunyaG2,G3

Pendekatan

tenaga pendidik

ke anak

Peran

Tenaga

Pendidik

Lebih

perhatianG1

Lebih diarahinG2

Kata kunci

Sub Tema Tema

Lebih

dibantuinG3

80

4.5 Pembahasan

4.5.1 Gambaran Faktor Internal

4.5.1.1 Proses Adaptasi Yang Kurang Sebagai Orang Tua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses

adaptasi yang kurang sebagai orang tua

mempengaruhi perkembangan anak. Hasil

penelitian tersebut sesuai dengan teori

perkembangan Piaget, 1980 dalam Santrock,

2012 yang menyatakan bahwa cara beradaptasi

setiap orang berbeda. Perbedaan terjadi karena

salah satu faktor yaitu pengalaman. Peneliti

berasumsi bahwa orang tua yang baru pertama

kali mempunyai anak pertama kurang memiliki

pengalaman sehingga selama hamil dan setelah

melahirkan melakukan segala sesuatu menurut

pandangannya. Sementara pandangannya belum

tentu sesuai dengan kondisi yang dialaminya.

Hasil ini didukung dengan studiZeitlin (2000)

bahwaanak yang diasuh dengan baik

akanmemiliki tingkat perkembangan yang baik.

Namun menurut peneliti, orang tua yang

sudah mempunyai pengalaman lebih dari 1 anak

pun belum tentu lebih baik penyesuaian dirinya

81

tetapi lebih kompleks. Pertama, orang tua harus

beradaptasi dengan adanya kehadiran anak

kedua sementara anak pertama masih

memerlukan perhatiannya. Kedua, orang tua yang

sudah memiliki 2 anak laki-laki dan menantikan

anak ketiganya yang berjenis kelamin perempuan

yang pertama dikeluarganya. Tingkat penyesuaian

akan berbeda pada orang tua yang belum pernah

mengasuh anak perempuan. Orang tua bisa

menjadi lebih santai atau lebih tegang. Hal ini

didukung oleh penelitian Ciciolla (2013)

mengungkapkan bahwa ibu dari anak laki-laki

cenderung tidak peka dibandingkan dengan ibu

dari anak perempuan. Selain itu, menurut Depkes

RI (2006) jenis kelamin perempuan berkembang

lebih pesat dibanding laki-laki sebelum masa

pubertasnya.

Sesuai dengan pengamatan peneliti di

lapangan bahwa anak pertama cenderung lebih

meminta perhatian kepada orang sekitar untuk

menunjukkan kemampuannya. Selama kegiatan

belajar dan bermain anak pertama dominan untuk

minta dibantu atau ditemani. Hal tersebut

82

didukung oleh Falbo & Poston, 1993 dalam

Santrock, 2012 yang menyatakan anak pertama

akan lebih menunjukkan kepribadiannya.

Sementara anak bungsu atau terakhir lebih

bersifat mudah setuju misalnya saat menangis

orang tua meminta anak untuk berhenti menangis

nanti dibelikan mobil-mobilan. Selama kegiatan di

dalam dan di luar kelas anak bungsu suka bebas

dan melakukan keinginannya.

Berdasarkan beberapa pemaparan di atas,

peneliti sependapat dengan hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa proses adaptasi yang kurang

sebagai orang tua lebih berisiko mempengaruhi

perkembangan anak. Hal tersebut dikarenakan

kurangnya pengalaman orang tua dan terbukti

dengan partisipan yang dominan adalah anak

pertama yang mengalami keterlambatan

perkembangan. Oleh karena itu, diperlukan

penyesuaian diri yang cukup sebagai orang tua

untuk mau belajar dan menekuni peran sebagai

ibu atau ayah.

83

4.5.1.2 Dampak Pengasuhan Oleh Orang Lain

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dampak pengasuhan oleh orang lain

mempengaruhi terjadinya keterlambatan

perkembangan. Lingkungan pengasuhan anak

yang lebih dekat dengan pengasuh, teman, dan

keluarga selain ibu dan ayah serta teknologi.

Semua hal tersebut mendukung anak untuk

berperilaku tidak sesuai dengan usianya sehingga

mengalami keterlambatan perkembangan. Hasil

tersebut sesuai dengan teori ekologi

Brofenbrenner 1979, dalamBerk, 2012mengenai

ekosistem yang dapat mempengaruhi

perkembangan anak. Ekosistem meliputi

organisasi yang tidak melibatkan anak-anak tetapi

mempunyai pengaruh secara langsung kepada

anak-anak. Seorang ibu yang bekerja dan lebih

banyak menghabiskan waktu di tempat kerja akan

berdampak pada perkembangan anak.

Berdasarkan pengamatan peneliti, anak

menjadi semakin jauh dan dekat dengan

pengasuhnya. Anak juga berusaha mencari

perhatian supaya diperhatikan. Lingkungan anak

84

yang bebas membuat anak menjadi berlebihan

atau berkekurangan. Ada anak yang pendiam dan

jarang sekali bicara serta takut pada orang sekitar

karena jarang bersosialisasi. Ada anak yang

berdiam di rumah dan tidak bermain di luar rumah

karena dilarang. Teknologi yang tinggi juga

membuat anak lebih bermain dengan tab daripada

bersosialisasi.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh

Primihastuti & Kholifah (2013) juga menyatakan

bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan

salah satunya faktor lingkungan pengasuhan.

Hasil tersebut juga didukung oleh Hwang, dkk

(2014) di Taiwan yang memberikan bukti bahwa

faktor lingkungan dikaitkan dengan perkembangan

motorik. Selain itu, Kamumu (2014) juga

mengungkapkan bahwa faktor lingkungan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perkembangan anak. Berdasarkan hasil yang

peneliti dapatkan, peneliti sependapat bahwa

pengasuhan oleh orang lain akan mempengaruhi

perkembangan anak. Menurut peneliti, lingkungan

85

dapat membentuk dan mengubah kepribadian

seseorang baik positif maupun negatif.

4.5.1.3 Pengaruh Keterlibatan Keluarga Dalam Bermain

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

pengaruh keterlibatan keluarga dalam bermain

dengan perkembangan anak. Hasil ini sesuai

dengan teori Dunn & Kendrick, 1982 dalam

Santrock, 2012 yang menyatakan kesibukan

orang tua menyebabkan kurang menghabiskan

waktu bersama anak. Hasil tersebut juga didukung

dengan teori ekologi Brofenbrenner 1979, dalam

Berk, 2012 yang menyatakan mikrosistem akan

mempengaruhi perkembangan anak. Mikrosistem

disini adalah tempat dimana individu hidup

meliputi interaksi antar anak dengan keluarga.

Interaksi yang tercipta akan mempengaruhi

perkembangan anak. Kurang atau lebihnya kasih

sayang dan perhatian harus menjadi perhatian

keluarga karena akan mempunyai dampak pada

perkembangan anak.

Hasil ini juga didukung oleh penelitian

Kamumu (2014) yang menyatakan bahwa

keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi

86

perkembangan anak. Peran penting keluarga

sebagai tempat pertama anak berinteraksi dan

menjalin suatu hubungan. Menurut Han, 2009

dalam Santrock, 2012 bekerja bisa berdampak

positif ataupun negatif terhadap anak. Kesibukan

orang tua bekerja dan mengurus rumah membuat

tidak ada waktu untuk bermain dengan anak.

Anak hanya dititipkan ke pengasuh dan

kurang diberikan perhatian. Selain itu,

keikutsertaan dari keluarga seperti ibu mertua

atau lainnya menyebabkan terbatasnya ruang

antara ibu dan anak. Tidak hanya karena ibu yang

bekerja tetapi kebanyakan ibu sebagai ibu rumah

tangga juga kurang memberikan perhatian dan

stimulasi bermain. Soetjiningsih (2012) juga

sependapat bahwa anak yang mendapatkan

stimulasi akan lebih cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak

mendapatkan stimulasi. Serupa dengan pendapat

di atas, penelitian oleh Cahyono (2014)

menyatakan bahwa semakin baik dan seringnya

pemberian stimulasi pada anak makaakan baik

juga proses perkembangan anak sehingga tidak

87

terganggu proses perkembangannya.Primihastuti

& Kholifah (2013) juga menyatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi perkembangan salah

satunya faktor stimulasi.

Hasil ini juga sesuai dengan pengamatan di

lapangan bahwa terlihat ada interaksi antar ibu

dan anak tetapi juga ada beberapa yang tidak.

Stimulasi bisa bersifat verbal atau komunikasi.

Kebanyakan anak yang pendiam karena kurang

komunikasi dengan ibu, anak hanya interaksi

dengan pengasuh atau orang lain selain ibu.

Peneliti setuju bahwa pentingnya keterlibatan

keluarga dalam bermain merupakan faktor yang

mempengaruhi perkembangan anak. Selain

karena keluarga adalah tempat pertama anak dan

tempat berlindung atau singgah lebih banyak.

Maka disitulah anak akan belajar dan

berkembang.

4.5.1.4 Bawaan atau Keturunan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bawaan atau keturunan merupakan faktor yang

mempengaruhi keterlambatan perkembangan.

88

Beberapa temuan bahwa anak yang mengalami

keterlambatan perkembangan lebih dominan telah

mempunyai riwayat yang serupa dikeluarganya.

Riwayat dari keluarga ayah atau ibunya serta

ayah atau ibunya sendiri. Hasil penelitian sesuai

dengan teori dari Scopenhauer & William Stern,

1860 dalam Sulistyawati, 2014 yang menyatakan

bahwa faktor bawaan akan mempengaruhi

perkembangan. Hasil serupa juga diungkapkan

dalam teori Spelke & Kinzer, 2009 dalam

Santrock, 2012 bahwa bayi yang lahir dengan

sistem pengetahuan bawaan yang spesifik dan

dominan. Bayi sudah mengetahui perbedaan

jumlah, objek, tindakan dan suara. Begitu juga

menurut Hurlock (2013) bahwa keturunan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perkembangan. Berk (2012) secara teoritis juga

menekankan stabilitas artinya seseorang yang

sifatnya lemah akan tetap seperti itu seterusnya.

Peneliti juga sependapat dengan pemaparan di

atas bahwa riwayat keturunan lebih cenderung

mempengaruhi perkembangan.

89

4.5.2 Gambaran Faktor Eksternal

4.5.2.1 Nutrisi Sebagian Besar diperoleh dari Susu

Formula

Hasil penelitian menemukan bahwa nutrisi

sebagian besar diperoleh dari susu formula

dapat mempengaruhi perkembangan anak. Satu

dari tujuh partisipan yang memberikan ASI

eksklusif sementara lima lainnya memberikan

susu formula dan satu orang memberikan

campuran susu formula dan ASI. Padahal

pemberian ASI lebih baik untuk kesehatan bayi

(Walker, 2010; Wilson, 2010; dalam Santrock,

2012). Menurut teori Soetjiningsih (2012), ASI

memiliki semua zat gizi antara lain: asam lemak

esensial, protein, vitamin B kompleks, kholin,

yodium, zat besi dan zat zeng yang berguna

dalam perkembangan otak anak. ASI juga

mengandung zat pelindung untuk mencegah

infeksi dari berbagai kuman penyakit.

Selain itu, ASI juga merupakan makanan

yang mudah dicerna dan tidak menimbulkan

alergi. Tidak hanya manfaat bagi anaknya saja,

ASI juga sangat bermanfaat untuk orangtua

90

sebagai seorang ibu, ASI akan mengurangi

kejadian kanker payudara, menjarangkan

kelahiran, dan sangat praktis. Keluarga juga

hemat karena meminimalisir pengeluaran

keuangan sehingga dapat digunakan untuk

menabung demi persiapan masa depan anak.

Namun kenyataannya pemberian ASI

kepada anak pun tidak dilakukan sesuai anjuran

WHO atau bahkan tidak sama sekali diberikan

ASI. ASI dianggap dapat digantikan dengan

adanya susu formula yang lebih praktis dan tidak

membuang banyak waktu. Selain itu juga karena

ASI yang sedikit menyebabkan anak tidak

diberikan ASI. Pola perilaku atau kebiasaan

yang dilakukan oleh Ibu selama hamil dan

keyakinan akan suatu hal untuk melakukannya

menyebabkan teori atau pun tenaga medis

dipinggirkan. Makanan dan minuman yang harus

dikonsumsi tetapi dihindari karena kebiasaan

dan keyakinan. Hasil tersebut sesuai dengan

teori ekologi Brofenbrenner 1979, dalam Berk,

2012 mengenai makrosistem yang akan

mempengaruhi perkembangan anak. Hal

91

tersebut seperti kebudayaan, pola perilaku,

keyakinan, dan semua produk lain yang

diturunkan dari generasi ke generasi.

Hasil penelitian juga sesuai dengan Oddy,

dkk (2011) yang menunjukkan bahwa salah satu

faktor yang mempengaruhi perkembangan anak

adalah pemberian ASI. Pantaleon, dkk (2015)

juga mengungkapkan bahwa stunting

(kekurangan gizi) berkaitan dengan

perkembangan. Primihastuti & Kholifah (2013)

juga mendukung bahwa faktor yang

mempengaruhi perkembangan salah satunya

ialah faktor gizi. Hasil tersebut sesuai dengan

temuan lapangan yang diperoleh yaitu berat

badan dan tinggi badan partisipan tidak sesuai

usianya. Lebih dominan tinggi dan berat

badannya kurang ideal. Oleh karena itu, peneliti

sependapat dengan hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa pemenuhan gizi anak

penting terutama asupan makanan seperti ASI.

92

4.5.2.2 Penilaian Guru Secara Mandiri

Hasil penelitian menunjukkan penilaian guru

secara mandiri dilakukan dengan cara berbeda

yaitu mengamati tingkah laku anak dan

berdasarkan pengalaman sebagai guru. Hasil

akhirnya diperoleh dari proses anak selama

beraktivitas di dalam dan di luar kelas.

Pencapaian anak menjadi tolak ukur untuk menilai

sudah sesuai dengan usianya atau belum. Hasil

tersebut sesuai dengan teori etologi Bowlby 1989,

dalam Santrock, 2012 bahwa perilaku seseorang

dipengaruhi kesiapan diri. Seseorang anak yang

seharusnya bisa berjalan saat usia 1 tahun tetapi

belum bisa berjalan meski sudah dilatih oleh

orang tua mencerminkan bahwa tidak hanya

stimulus tetapi kesiapan diri anak. Hasil penelitian

ini sesuai dengan teori Wiyani (2014) yang

menyebutkan faktor kesiapan fisik merupakan

salah satu pencapaian perkembangan anak.

Penelitian ini juga didukung oleh Watson 2009,

dalam Berk, 2012 bahwa perilaku dapat dibentuk

dengan pembelajaran observasi sebagai kekuatan

perkembangan anak.

93

Sesuai dengan hasil pengamatan peneliti di

lapangan diperoleh bahwa anak lebih cenderung

melakukan aktivitas yang disukainya. Jika anak

tidak suka maka harus dibantu dan dibimbing

untuk mencapainya. Hasil tersebut didukung

dengan adanya dokumen yaitu rapor. Rapor yang

diperoleh menunjukkan bahwa setiap anak

memiliki pencapaian masing-masing dalam

perkembangan. Ada beberapa yang belum

berkembang sesuai harapan juga ada yang sudah

muncul. Tetapi kecenderungan anak belum sesuai

harapan perkembangannya. Penilaian didasarkan

syarat-syarat tersendiri yang ditetapkan

berdasarkan kebijakan dari semua guru di TK

Harapan Getasan.

Penilaian dengan KPSP belum dilakukan di

sana sebelum peneliti melaksanakannya. Semua

guru juga belum mengetahui tentang KPSP dan

cara penggunaannya. Tetapi setelah peneliti

melihat hasil rapor dan hasil KPSP yang peneliti

lakukan tampak persamaan. Peneliti juga

sependapat bahwa semua guru bisa sesuai untuk

menilai anak didiknya tanpa menggunakan KPSP.

94

Tetapi akan lebih validdan terperinci lagi jika

menggunakan KPSP sesuai ketentuan Depkes RI

bukan sekedar didasarkan pengalaman atau

firasat. Penilaian dengan KPSP perlu dilakukan

agar dapat diketahui jika ada anak yang tidak

sesuai perkembangannya dengan usianya.

Namun, selama ini belum dilakukan penilaian

tersebut. Peneliti berasumsi jika penilaian tersebut

dilakukan maka akan lebih cepat terdeteksi

keterlambatan anak dan dapat ditangani.

4.5.2.3 Pendekatan Tenaga Pendidik ke Anak

Hasil peneliti menunjukkan bahwa

pendekatan tenaga pendidik ke anak juga

mempengaruhi perkembangan anak. Peran

penting sebagai tenaga pendidik dalam mendidik

anak-anaknya dalam pelaksanaannya memiliki

cara yang sama untuk menangani anak dengan

keterlambatan perkembangan. Guru lebih

membantu, mengarahkan dan mendampingi anak

tersebut agar anak merasa nyaman dan lebih

diperhatikan. Peneliti berasumsi bahwa

pendekatan guru dengan anak akan menciptakan

95

interaksi di dalamnya dan akan membantu anak

untuk mencoba mengikuti. Hasil tersebut sesuai

dengan teori ekologi Brofenbrenner 1979,

dalamBerk, 2012mengenai mesosistem bahwa

guru dan sekolah akan mempengaruhi

perkembangan anak.

Sesuai dengan hasil pengamatan yang

peneliti lihat di lapangan bahwa lingkungan

sekolah seperti guru turut mempengaruhi

perkembangan anak. Saat guru berinteraksi

dengan anak-anak dan membimbing sudah baik,

namun keterbatasan tenaga pendidik dengan

jumlah anak membuat kondisi kelas ramai dan

kadang harus berteriak untuk mengkondisikannya.

Sesekali ada yang bertengkar karena rebutan

pensil warna, ada yang menangis, tetapi guru bisa

menanganinya dengan baik.

4.6 Keterbatasan Penelitian

Peneliti mengidentifikasi beberapa keterbatasan

penelitian yaitu:

1. Partisipan dalam penelitian ini awalnya adalah 10 orang

tetapi karena ada 1 orang yang pindah sekolah dan 2

96

orang lainnya tidak berkenan untuk menjadi partisipan

menyebabkan jumlah partisipan berkurang.

2. Penelitian dilakukan dengan pengamatan pada 7 orang

anak dengan 1 pengamat sehingga penilaian kurang

optimal.

3. Partisipan yang diwawancarai lebih dominan untuk

menjawab singkat dan peneliti harus lebih menggali

dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya untuk mencapai

tujuan peneliti.