Upload
phungtu
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Salatiga dan Responden Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Salatiga yang terletak di Jalan Osamaliki No.
19, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota
Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.
Ruangan yang dijadikan fokus pada penelitian ini
adalah Ruang Anggrek yang merupakan ruang rawat inap
khusus untuk anak-anak dengan jumlah perawat sebanyak
15 orang, ditambah 1 orang di bagian administrasi. Ruang
Anggrek terdiri dari Kelas IB yang berisi 6 buah tempat
tidur, Kelas IC yang berisi 6 buah tempat tidur, Kelas 2
yang berisi 8 buah tempat tidur, Kelas 3 yang berisi 6 buah
tempat tidur, Ruang Isolasi yang berisi 4 buah tempat
tidur, serta Ruang Intensif yang berisi 4 buah tempat tidur.
Responden dalam penelitian ini adalah pasien anak
prasekolah usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Anggrek
RSUD Kota Salatiga dan seluruh perawat di Ruang
Anggrek RSUD Kota Salatiga, dengan jumlah responden
70
30 anak dan 15 perawat. Peneliti mengambil responden
anak sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
yang telah ditentukan.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan pada tanggal
24 April 2014 - 24 Mei 2014 di Ruang Aggrek RSUD Kota
Salatiga, dapat dilihat pada Lampiran 7. Jumlah subjek
penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah 30 orang
pasien anak prasekolah usia 3-6 tahun dan 15 orang
perawat di Ruang Anggrek RSUD Kota Salatiga, dapat
dilihat pada Lampiran 8. dan Lampiran 9. Dalam penelitian
ini, peneliti mengumpulkan data dengan cara melakukan
observasi kepada responden anak dan perawat yang ada
di Ruang Anggrek RSUD Kota Salatiga. Sesuai dengan
etika penelitian, peneliti menjelaskan tentang inform
consent kepada orang tua anak dan perawat yang
dijadikan responden penelitian. Setelah peneliti
mendapatkan persetujuan yang dibuktikan dengan tanda
tangan, maka peneliti akan melakukan observasi pada hari
berikutnya.
71
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Frekuensi Pasien Anak Usia Prasekolah Menurut
Jenis Kelamin
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi
pasien anak usia prasekolah berdasarkan jenis
kelamin:
Tabel 4.1
Frekuensi Pasien Anak Usia Prasekolah
Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 14 anak 47%
Perempuan 16 anak 53%
Jumlah 30 anak 100%
Pada tabel 4.1 menjelaskan bahwa jumlah
pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 anak
dengan persentase 53% dan jumlah pasien anak
usia prasekolah (3-6 tahun) yang berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 14 anak dengan persentase 47%.
Hal ini menunjukkan bahwa pasien anak usia
prasekolah dengan jenis kelamin perempuan lebih
banyak daripada pasien anak usia prasekolah
dengan jenis kelamin laki-laki. Di bawah ini
merupakan diagram batang untuk memperjelas
72
distribusi frekuensi pasien anak usia prasekolah
berdasarkan jenis kelamin:
Diagram 4.1
Frekuensi Pasien Anak Usia Prasekolah
Menurut Jenis Kelamin
4.3.2 Frekuensi Pasien Anak Usia Prasekolah Menurut
Usia
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi
pasien anak usia prasekolah berdasarkan usia:
47%
53%
73
Tabel 4.2
Frekuensi Pasien Anak Prasekolah Menurut Usia
Kelompok Usia Frekuensi Persentase
3 tahun 4 anak 13%
4 tahun 12 anak 40%
5 tahun 8 anak 27%
6 tahun 6 anak 20%
Jumlah 30 anak 100%
Pada tabel 4.2 menjelaskan bahwa jumlah
pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang
berusia 3 tahun sebanyak 4 anak dengan
persentase 13%, 4 tahun sebanyak 12 anak dengan
persentase 40%, 5 tahun sebanyak 8 anak dengan
persentase 27%, sedangkan untuk pasien anak
yang berusia 6 tahun sebanyak 6 anak dengan
persentase 20%. Hal ini menunjukkan bahwa usia 4
tahun merupakan usia sebagian besar pasien anak
prasekolah yang dirawat di Ruang Anggrek RSUD
Kota Salatiga selama peneliti melakukan penelitian.
Di bawah ini merupakan diagram batang untuk
memperjelas distribusi frekuensi pasien anak
prasekolah berdasarkan usia:
74
Diagram 4.2
Frekuensi Pasien Anak Prasekolah Menurut Usia
4.3.3 Frekuensi Pasien Anak Usia Prasekolah Menurut
Tingkat Kecemasan
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi
pasien anak usia prasekolah berdasarkan tingkat
kecemasan:
13%
40%
27%
20%
75
Tabel 4.3
Frekuensi Pasien Anak Usia Prasekolah
Menurut Tingkat Kecemasan
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase
Cemas sangat berat 1 anak 3%
Cemas berat 1 anak 3%
Cemas sedang 3 anak 10%
Cemas ringan 25 anak 84%
Jumlah 30 anak 100%
Pada tabel 4.3 menjelaskan bahwa jumlah
pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang
mengalami cemas sangat berat sebanyak 1 anak
dengan persentase 3%, cemas berat sebanyak 1
anak dengan persentase 3%, cemas sedang
sebanyak 3 anak dengan persentase 10%,
sedangkan untuk pasien anak yang mengalami
cemas ringan sebanyak 25 anak dengan
persentase 84%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar pasien anak usia prasekolah yang
dirawat di Ruang Anggrek RSUD Kota Salatiga
mengalami cemas ringan selama peneliti
melakukan penelitian. Di bawah ini merupakan
diagram batang untuk memperjelas distribusi
76
frekuensi pasien anak usia prasekolah berdasarkan
tingkat kecemasan:
Diagram 4.3
Frekuensi Pasien Anak Usia Prasekolah
Menurut Tingkat Kecemasan
4.3.4 Frekuensi Perawat Menurut Jenis Kelamin
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi
perawat berdasarkan jenis kelamin:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Perawat Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 2 13%
Perempuan 13 87%
Jumlah 15 orang 100%
84%
3% 3% 10%
77
Pada tabel 4.4 menjelaskan bahwa jumlah
perawat perempuan sebanyak 13 orang dengan
persentase 87% dan jumlah perawat laki-laki
sebanyak 2 orang dengan persentase 13%. Hal ini
menunjukkan bahwa perawat perempuan lebih
banyak daripada perawat laki-laki di Ruang Anggrek
RSUD Kota Salatiga. Di bawah ini merupakan
diagram batang untuk memperjelas distribusi
frekuensi pasien anak usia prasekolah berdasarkan
jenis kelaminnya:
Diagram 4.4
Frekuensi Perawat Menurut Jenis Kelamin
87%
13%
78
4.3.5 Frekuensi Perawat Menurut Pendidikan Terakhir
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi
perawat berdasarkan pendidikan terakhir:
Tabel 4.5
Frekuensi Perawat Menurut Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
D3 Keperawatan 13 orang 87%
S1 Keperawatan 2 orang 13%
Jumlah 15 orang 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
sebagain besar pendidikan terakhir pada perawat di
Ruang Anggrek RSUD Kota Salatiga adalah D3
Keperawatan yang berjumlah 13 perawat dengan
persentase 87%, sedangkan perawat yang telah
menyelesaikan pendidikan terakhirnya di S1
Keperawatan hanya 2 orang dengan persentase
13%. Di bawah ini merupakan diagram batang
untuk memperjelas distribusi frekuensi perawat
berdasarkan pendidikan terakhir:
79
Diagram 4.5
Frekuensi Perawat Menurut Pendidikan Terakhir
4.3.6 Frekuensi Perawat Menurut Komunikasi
Terapeutik
Berikut adalah tabel distribusi frekuensi
perawat berdasarkan komunikasi terapeutik:
Tabel 4.6
Frekuensi Perawat Menurut Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik Frekuensi Persentase
Baik 12 orang 80%
Cukup 2 orang 13%
Kurang 1 orang 7%
Tidak baik 0 orang 0%
Jumlah 15 orang 100%
87%
13%
80
Pada tabel 4.6 menjelaskan bahwa jumlah
perawat yang dikategorikan dapat melakukan
komunikasi terapeutik dengan baik sebanyak 12
orang dengan persentase 80%, komunikasi
terapeutik cukup sebanyak 2 orang dengan
persentase 13%, komunikasi terapeutik kurang
sebanyak 1 orang dengan persentase 7%,
sedangkan untuk perawat yang komunikasi
terapeutik tidak baik sebanyak 0 orang dengan
persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar perawat di Ruang Anggrek RSUD
Kota Salatiga memiliki komunikasi terapeutik yang
baik. Di bawah ini merupakan diagram batang untuk
memperjelas distribusi frekuensi perawat
berdasarkan komunikasi terapeutik:
81
Diagram 4.6
Frekuensi Perawat Menurut Komunikasi Terpeutik
4.4 Analisa Data
4.4.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk
memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Teknik yang
digunakan untuk menguji normalitas data dalam
penelitian ini adalah dengan Kolmogorov-Smirnov.
Berikut ini merupakan uji normalitas menggunakan
program SPSS versi 16 for Windows
.
80%
13% 7%
82
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Antara Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat
Dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah
Pada Pemberian Tindakan Invasif
Berdasarkan tabel 4.7 pada hasil uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov antara hubungan
komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
kecemasan anak usia prasekolah pada pemberian
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Komunikasi
Terapeutik
Perawat
Tingkat
Kecemasan
Anak Usia
Prasekolah
Pada
Pemberian
Tindakan
Invasif
N 15 30
Normal Parametersa Mean 1.2667 3.7333
Std. Deviation .69149 .59362
Most Extreme Differences Absolute .483 .473
Positive .483 .327
Negative -.350 -.473
Kolmogorov-Smirnov Z 2.648 1.833
Asymp. Sig. (2-tailed) .641 .768
a. Test distribution is Normal.
83
tindakan invasif dapat disimpulkan bahwa sampel
berdistribudi normal. Hal ini dibuktikan dengan nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05. Uji normaitas variabel
independen dalam penelitian ini, yaitu komunikasi
terapeutik perawat didapatkan 0,641 dan uji
normalitas varibel dependen, yaitu tingkat
kecemasan anak usia prasekolah pada pemberian
tindakan invasif didapatkan 0,768. Dapat dilihat
pada Lampiran 10.
4.4.2 Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui
apakah dua variabel mempunyai hubungan yang
linear atau tidak. Kedua variabel, yaitu variabel
independen dan variabel dependen dikatakan
mempunyai hubungan yang linear bila
signifikansinya < 0,05. Pada penelitian ini, hasil uji
linearitas adalah sebagai berikut:
84
Tabel 4.8
Hasil Uji Linearitas (Test For Linearity) Antara
Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan
Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada
Pemberian Tindakan Invasif
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Komunikasi terapeutik
perawat*
Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah
Pada Pemberian
Tinadakan Invasif
Between Groups (Combined) 791.356 11 75.770 1.570 .891
Linearity 637.136 9 573.318 10.278 .006
Within Groups
Total
Deviation from
Linearity
261.033
304.784 1309.576
1
10 9
28.208
50.328
.250
. 982
Dari tabel 4.7 mengenai hasil uji
linearitas (test for linearity) menunjukkan adanya
hubungan kedua variabel yang signifikan. Hal ini
dapat dibuktikan dengan nilai linearitas = 0,006 <
0,05. Dapat dilihat pada Lampiran 11.
4.4.3 Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui
keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk
mengetahui arah hubungan yang terjadi. Koefisien
85
korelasi menunjukkan seberapa besar hubungan
yang terjadi antara dua variabel tersebut. Untuk
mengetahui keeratan antara dua variabel dalam
penelitian ini, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.9
Hasil Analisis Korelasi Spearman Rank Antara
Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan
Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Pada
Pemberian Tindakan Invasif
Correlations
Komunikasi
Terapeutik
Perawat
Tingkat Kecemasan Anak
Usia Prasekolah Pada
Pemberian Tindakan Invasif
Komunikasi
Terapeutik
Perawat
Pearson Correlation 1.000 .561
Sig. (2-tailed)
.004
N 15 30
Tingkat
Kecemasan
Anak Usia
Prasekolah
Pada
Pemberian
Tindakan
Invasif
Pearson Correlation .561 1.000
Sig. (2-tailed) .004
N
15 30
Dari hasil analisis korelasi pada tabel 7.9
maka didapat korelasi antara komunikasi terapeutik
86
perawat dengan tingkat kecemasan anak usia
prasekolah pada pemberian tindakan invasif dengan
(r) adalah 0,561 dan Sig. 2 (tailed) = 0,004. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang
antara komunikasi terapeutik perawat dengan
tingkat kecemasan anak usia prasekolah pada
pemberian tindakan invasif di RSUD Kota Salatiga.
Dapat dilihat pada Lampiran 12.
Oleh karena nilai signifikansi (0,004 < 0,05)
maka Ho ditolak, artinya bahwa ada hubungan
secara signifikan antara komunikasi terapeutik
perawat dengan tingkat kecemasan anak usia
prasekolah pada pemberian tindakan invasif.
Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka
komunikasi terapeutik perawat positif dan signifikan
terhadap penurunan tingkat kecemasan anak usia
prasekolah pada pemberian tindakan invasif.
4.5 Pembahasan
Dari hasil penelitian di atas disimpulkan bahwa
adanya hubungan yang sedang antara komunikasi
terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan anak usia
prasekolah pada pemberian tindakan invasif di RSUD Kota
87
Salatiga. Dengan jumlah 15 orang perawat dan 30 anak
usia 3-6 tahun sebagai responden dalam penelitian ini,
menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia 3-6 tahun
yang dirawat di Ruang Anggrek RSUD Kota Salatiga, baik
laki-laki maupun perempuan memiliki kecemasan ringan
yaitu sebanyak 25 anak dengan persentase 83%.
Sedangkan perawat di Ruang Anggrek RSUD Kota
Salatiga baik laki-laki maupun perempuan memiliki
komunikasi terapeutik baik yaitu sebanyak 12 orang
dengan persentase 80%.
Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hannan, Susilo, dan Suwanti (2009) di RSUD Ambarawa
menunjukkan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat
pada anak usia prasekolah di ruang perawatan anak
RSUD Ambarawa dapat menurunkan tingkat kecemasan.
Ditunjukkan dengan 17 dari 32 responden pasien anak
usia prasekolah (53,1%) memiliki tingkat kecemasan
ringan.
Hasil penelitian ini didukung juga dengan penelitian
oleh Washington, Stonell, Oddson, McLeod, Leeper,
Robertson dan Rosenbaum (2013) di Canada bahwa
fokus pada pra-intervensi keperawatan dan post-intervensi
keperawatan dengan dilakukannya komunikasi terapeutik
88
pada pasien anak usia prasekolah dapat menurunkan
tingkat kecemasan dan dapat meningkatkan sikap adaptif
dari pasien anak usia prasekolah tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Oppenheim,
Goldsmith, dan Koren-Karie (2004) menunjukkan bahwa
komunikasi terapeutik perawat kepada pasien anak usia
prasekolah di Haifa dapat meningkatkan mekanisme
koping secara emosional. Hal ini ideal dengan hasil
penelitian bahwa komunikasi terapeutik perawat dapat
menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah.
Hal yang serupa terjadi juga pada penelitian Sukoati
dan Astarani (2012) di RS Babtis Kediri bahwa adanya
upaya komunikasi terapeutik perawat pada pasien anak
usia prasekolah yang merupakan salah satu cara untuk
mengurangi ketegangan dan membantu anak beradaptasi.
Demikian pula pada penelitian Stadler, Bolten, dan
Schmeck (2011) menunjukkan bahwa komunikasi
terapeutik yang dilakukan oleh salah satu rumah sakit di
Jerman dan salah satu rumah sakit di Jepang yang
keduanya menjadi kelompok kontrol dalam penelitian,
komunikasi terapeutik dapat menurunkan tingkat
kecemasan pasien anak usia prasekolah dengan
pendekatan terapeutik yang komprehensif.
89
Adanya hubungan yang sedang antara komunikasi
terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan anak usia
prasekolah pada pemberian tindakan invasif di Ruang
Anggrek RSUD Kota Salatiga dengan (r) adalah 0,561 dan
Sig. 2 (tailed) = 0,004 didukung oleh penelitian yang
dilakukan Yaruss, Coleman, dan Hammer (2006) bahwa
peran perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik
kepada pasien anak usia prasekolah yang gagap
bicaranya memiliki hubungan dalam menurunkan tingkat
kecemasannya ketika akan dilakukan evaluasi awal.
Keadaan seperti ini juga selaras dengan penelitian
oleh Campos, Rodrigues, dan Pinto (2010) bahwa
komunikasi terapeutik perawat yang dilakukan selama
anak usia prasekolah mengalamai hospitalisasi, ternyata
memiliki hubungan untuk menurunkan tingkat kecemasan
anak selama dilakukannya tindakan invasif di rumah sakit.
Dari pembahasan di atas, diketahui bahwa perawat
memiliki peran yang penting saat perawat melakukan
komunikasi terapeutik pada pasien, khususnya pasien
anak karena hal ini dapat membantu meningkatkan
kemampuan koping anak. Dengan demikian, perawat di
Ruang Anggrek RSUD Kota Salatiga perlu meningkatkan
kemampuannya dalam melakukan komunikasi terapeutik.
90
4.6 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah jumlah
perawat yang kurang dari standar minimal penelitian
kuantitatif dan observasi dilakukan dengan sepengetahuan
perawat sehingga menimbulkan bias dalam hasil. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
jumlah sampel yang sesuai standar minimal penelitian
kuantitatif dan memperbaiki strategi observasi untuk
menghindari bias hasil penelitian.