Upload
vunhi
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Telah diketahui bahwa subyek penelitian berjumlah 27 siswa. Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama 2 (dua) siklus, yaitu siklus 1 (pada
tanggal 27 dan 28 Juli 2017) dan siklus 2 (pada tanggal 3 dan 4 Agustus 2017).
Berikut ini sajian paparan hasil penelitian yang terdiri atas hasil belajar
Matematika melalui kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning
Berbantuan Math Menu dan hasil observasi terhadap proses pembelajaran.
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Jumlah siswa kelas 1 sampai 6 sebanyak 167 siswa. Dilihat dari letak
geografisnya, SD Negeri Kenteng 01 terletak di Jalan Gombong-Lawangawu Km.
8 Kenteng Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen. SD Negeri Kenteng 01 ini
mempunyai halaman yang cukup luas, yang bisa digunakan untuk kegiatan siswa
dan guru seperti upacara, olahraga, latihan upacara, latihan drumband,
classmeeting, dan lain-lain, terdapat juga pagar dan gapura yang bercat bagus, dan
pepohonan tinggi besar dan rindang. Jumlah tenaga pendidik 12 orang, tujuh
diantaranya Pegawai Negeri sipil, empat Wiyata Bhakti dan satu penjaga
sekolah. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan kepada siswa dan
guru kelas, diketahui rata–rata pekerjaan orang tua siswa adalah sebagai
pedagang, supir, karyawan swasta, dan petani.
4.2 Karakteristik Siswa Kelas 2 SD Negeri Kenteng 01
Lokasi Kelas 2 SD Negeri Kenteng 01 berada di samping kanan ruang
guru. Terdapat 27 siswa saat observasi dilangsungkan dengan rincian 19 siswa
laki-laki dan 8 siswa perempuan. Selama observasi guna mengetahui karakteristik
siswa pada 20 Juli 2017 dan dengan pertimbangan Guru Kelas 2, di dalam kelas,
terdapat seorang anak yang dianggap membutuhkan perlakuan khusus bernama
FRA. Dalam pembelajaran apapun di kelas, jika dia merasa lelah memperhatikan
penjelasan dari guru yang sedang mengajar, dia akan mengganggu teman-
51
temannya seperti mengajak berbicara, jahil dengan melempar kertas atau benda
lain yang berukuran kecil di sekitarnya ke temannya, dia juga suka mengejek
temannya yang tidak bisa menjawab. Ejekan yang ia berikan ini akan memancing
teman yang lain untuk ikut meneriaki teman yang tidak bisa menjawab tadi.
Selain itu, terdapat pula seorang siswa bernama CZ yang menginginkan untuk
diperhatikan lebih oleh guru yang sedang mengajar. Dia akan selalu bertanya dan
berusaha menunjukkan apa yang telah dikerjakannya. Hal tersebut memang bukan
sebuah masalah, karena siswa tersebut menunjukkan hasil kerja yang telah
ditugaskan dengan benar dan pengerjaan yang lebih cepat dibanding dengan siswa
yang lain. Tetapi terkadang siswa tersebut membuat fokus guru yang sedang
mengajar menjadi pecah. Siswa lain yang dianggap membutuhkan perlakuan
khusus dalam hal lambat belajar adalah S, FZ, dan RA. Selain siswa-siswa yang
telah disebutkan di atas, siswa yang lain juga memiliki keunikan tersendiri. Ada
yang tidak bisa berkonsentrasi saat pelajaran berlangsung, seperti pikirannya
tidak ke pelajaran dan mendengarkan penjelasan guru sambil menggambar, serta
beberapa siswa yang dianggap terlalu pendiam dan cenderung pasif. Ada seorang
siswa pindahan yang bernama SW, dimana tentunya mempunyai perkembangan
kognitif yang lumayan dari temannya. Untuk yang lainnya, antusias dalam
mengikuti pelajaran dan nilainya juga sebagian besar diatas rata-rata. Saat
pelajaran Matematika pada 20 Juli 2017 berlangsung, siswa cenderung diam tetapi
memperhatikan penjelasan guru dan kurang dari 10 anak yang aktif untuk
merespon penjelasan-penjelasan dari guru. Hal itu karena pembelajaran
dilakukan dengan menjelaskan materi dengan metode ceramah dan berpegangan
pada materi yang ada pada buku cetak saja.
52
4.3 Hasil Penelitian
Pra Siklus
1. Paparan Hasil Belajar Siswa
Tabel 4.1 Perolehan nilai hasil evaluasi pra siklus
Sebelum tindakanNo Nilai Jumlah
siswa (%)Keterangan
1 < 70 17 55,55 Tidak tuntas2 71 - 80 5 11,11 Tuntas3 81- 90 3 14,81 Tuntas4 91 - 100 2 11,11 Tuntas
Jumlah 27 100Rata-rata 60,74
Nilai Tertinggi 95
Nilai terendah 25
Berdasarkan data hasil pra siklus, hasil belajar Matematika materi bilangan
asli dan pola bilangan sederhana sebelum melalui kolaborasi model pembelajaran
Problem Solving Learning Berbantuan Math Menu diperoleh data untuk nilai
tertinggi yang diperoleh responden adalah 95, nilai terendah adalah 25, dan rata-
rata hasil belajar Matematika yaitu sebesar 60,74. Perlu diketahui bahwa Standar
Ketuntasan Belajar Minimal (KKM Mata Pelajaran Matematika Kelas 2 SD
Negeri Kenteng 01 Sempor Tahun Ajaran 2017/2018 adalah 70. Dengan demikian
ada 17 siswa yang tidak tuntas. Hal ini disebabkan karena selama siswa mengikuti
pelajaran, tatapannya mengarah ke guru tetapi pikirannya tidak terfokus ke
pelajaran, beberapa siswa juga memiliki kemampuan dibawah rata-rata, ada juga
siswa yang senang mengejek temannya ketika tidak bisa menjawab, dan ada siswa
yang belum paham tetapi malu untuk bertanya, serta guru dalam mengajar selama
pelajaran masih menggunakan model ceramah dan hanya berpegang pada buku
cetak saja. Kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning Berbantuan
Math Menu sangat perlu diterapkan selama guru mengajar.
53
Siklus 1
1. Paparan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus 1, hasil belajar Matematika materi
bilangan asli melalui kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning
Berbantuan Math Menu diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh
responden adalah 90, nilai terendah adalah 25, dan rata-rata hasil belajar
Matematika yaitu sebesar 54,35. Perlu diketahui bahwa Standar Ketuntasan
Belajar Minimal (KKM Mata Pelajaran Matematika Kelas 2 SD Negeri Kenteng
01 Sempor Tahun Ajaran 2017/2018 adalah 70. Dengan demikian ada 14 siswa
yang tidak tuntas. Hal ini disebabkan karena selama siswa mengikuti pelajaran,
tatapannya mengarah ke guru tetapi pikirannya tidak fokus ke pelajaran. Selain itu
siswa cenderung masih kurang aktif dan ragu-ragu terhadap hasil yang mereka
kerjakan. Alasan yang lain adalah karena siswa masih belum bersungguh-sungguh
dalam mengerjakan soal. Beberapa siswa juga memiliki kemampuan dibawah
rata-rata, sehingga perlu adanya perlakuan khusus agar bisa menyamakan dirinya
dengan kemampuan teman yang lain. Hasil belajar ini meningkat dari hasil belajar
awal sebelum kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning
Berbantuan Math Menu dilaksanakan, meskipun nilai awal beberapa siswa lebih
tinggi dari siklus 1, akan tetapi siswa yang tidak tuntas sudah berkurang.
Selengkapnya dapat dibaca pada tabel analisis data hasil belajar siswa sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Analisis Hasil Belajar Matematika Siklus 1
Jumlah Siswa PersentaseJumlah keseluruhan siswa 27 100%Siswa yang tuntas 21 77,77%Siswa yang tidak tuntas 6 22,22%Jumlah 100%Rata-rata 77,59Nilai tertinggi 97,5Nilai terendah 60
54
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar
Matematika melalui kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning
Berbantuan Math Menu pada siklus 1 sebanyak 21 siswa (77,77%) mengalami
ketuntasan dan sebanyak 6 siswa (22,22%) mengalami ketidaktuntasan.
Rata-rata hasil belajar Matematika siklus 1 melalui kolaborasi model
pembelajaran Problem Solving Learning Berbantuan Math Menu rata-rata sebesar
77,59 dan ketidaktuntasan individual baru mencapai 22,22% (6 anak mendapat
nilai dibawah 70/KKM). Pembelajaran Matematika belum mencapai tujuan yang
diharapkan guru yang tertuang didalam indikator kinerja yaitu 80% dari jumlah
siswa didalam kelas telah mencapai ketuntasan belajar individual, sehingga perlu
dilaksanakan pembelajaran bersiklus lagi yaitu siklus 2.
2. Observasi Proses Pembelajaran Matematika
Hasil observasi pada siklus 1 diperoleh gambaran mengenai sikap dan
perilaku siswa selama mengikuti pelajaran. Perhatian siswa sudah terpusat pada
pelajaran, tetapi pada penjelasan math menu, kefokusan siswa belum maksimal.
Siswa masih suka bercanda dan kurang serius dalam mengerjakan soal.
Sedangkan untuk semangat siswa selama mengikuti pelajaran Matematika, mulai
meningkat dari sebelumnya. Siswa lebih semangat dan lebih tertarik dari proses
pembelajaran awal sebelum kolaborasi model pembelajaran Problem Solving
Learning Berbantuan Math Menu diterapkan.
Kemajuan siswa juga terlihat dalam hal aktif pada keberanian siswa dalam
menjawab atau mengemukakan pendapat ketika ditanya oleh guru. Lebih banyak
siswa yang berani menjawab dari proses pembelajaran awal. Keberanian siswa
juga semakin terlihat ketika pelaksanaan problem solving learning untuk
menanyakan apa yang mereka belum pahami dan meminta guru untuk mengecek
pekerjaan yang telah mereka selesaikan. Perilaku lain yang menunjukkan
peningkatan siswa yaitu dalam hal ketepatan dan kebenaran. Tugas yang
diberikan ke siswa dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan benar mengikuti
perintah yang ada.
55
Dari sudut kemampuan guru mengajar mulai ada peningkatan. Komunikasi
dan interaksi antara guru dan siswa berjalan dengan baik. Dalam hal manajemen
waktu mengajar, guru dan siswa melakukan dengan baik dan tepat waktu. Guru
sudah mulai menyiapkan tahap persiapan yaitu kesiapan ruang, materi, alat
peraga, media pembelajaran, kesiapan siswa, memberikan salam, apresiasi dan
tujuan pembelajaran. Kesan secara umumnya, guru hanya masih kaku di awal
pada kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, setelah itu antara guru dan siswa
sudah luwes dalam guru mengajar dan dalam siswa mengikuti pelajaran serta
menjawab pertanyaan dari guru. Untuk sudut siswa, siswa cukup bagus dan tertib
selama mengikuti pelajaran, hanya saja, meskipun terlihat fokus memperhatikan
guru, beberapa siswa didalam pikirannya tidak terfokus pada pelajaran, hal ini
terbukti dari ketika guru bertanya, siswa tersebut terlihat bingung dan
menanyakan kembali pertanyaannya, serta hanya bisa menjawab singkat saja.
Serta terbukti dengan adanya 21 (77,77%) siswa yang mencapai KKM dan 6
siswa (22,22%) yang belum mencapai KKM.
3. Refleksi
Berdasarkan analisis hasil pembelajaran di siklus 1, yang tertera adanya 21
(77,77%) siswa yang mencapai KKM dan 6 (22,22%) siswa yang belum mencapai
KKM, maka perlu dilakukan refleksi terhadap strategi pembelajaran yang
dilakukan guru dalam tindakan kelas. Karena hasil yang dicapai oleh siswa belum
sesuai dengan yang diharapkan, maka peneliti merencanakan kegiatan
pembelajaran selanjutnya di siklus 2 dengan meminimalisir kekurangan-
kekurangan yang terjadi pada siklus 1.
Siklus 2
1. Paparan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus 2, hasil belajar Matematika materi
pola bilangan sederhana melalui kolaborasi model pembelajaran Problem Solving
Learning Berbantuan Math Menu diperoleh data untuk nilai tertinggi yang
diperoleh responden adalah 100, nilai terendah adalah 70, dan rata-rata hasil
56
belajar Matematika yaitu sebesar 83,33. Perlu diketahui bahwa Standar
Ketuntasan Belajar Minimal (KKM Mata Pelajaran Matematika Kelas II SD
Negeri Kenteng 01 Sempor Tahun Pelajaran 2017/2018 adalah 70. Dengan
demikian semua siswa tuntas. Hal ini disebabkan karena selama siswa mengikuti
pelajaran, tatapannya mengarah ke guru dan sudah bisa fokus ke pelajaran
daripada siklus 1, serta beberapa siswa semakin aktif dalam mengikuti pelajaran.
Hasil belajar ini meningkat dari hasil belajar awal dan hasil belajar siklus 1.
Selengkapnya dapat dibaca pada tabel analisis data hasil belajar siswa sebagai
berikut:
Tabel 4.3 Analisis Hasil Belajar Matematika Siklus 2
Jumlah Siswa PersentaseJumlah keseluruhan siswa 27 100%Siswa yang tuntas 27 100%Siswa yang tidak tuntas 0 100%Jumlah 100%
Rata-rata 83,33Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 70
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar
Matematika melalui kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning
Berbantuan Math Menu pada siklus 2 sebanyak 27 siswa (100 %) mengalami
ketuntasan.
Rata-rata hasil belajar Matematika siklus 2 melalui kolaborasi model
pembelajaran Problem Solving Learning Berbantuan Math Menu rata-rata sebesar
83,33 dan ketuntasan individual sudah mencapai 100% (semua anak mendapat
nilai diatas 70 / KKM). Pembelajaran Matematika sudah mencapai tujuan yang
diharapkan guru yang tertuang didalam indikator kinerja yaitu 80% dari jumlah
siswa didalam kelas telah mencapai ketuntasan belajar individual, sehingga
penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil dan tidak perlu siklus berikutnya.
57
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tindakan
penelitian yang menyatakan: “Dengan penggunaan model Problem Solving
Learning Berbantuan Math Menu ini, diduga terjadi peningkatan presentasi siswa
tuntas KKM dan siswa menjadi lebih positif atau menjadi sangat baik terhadap
Matematika”, berarti diterima kebenarannya. Hal ini dapat dilihat dari data-data
nilai yang diperoleh di siklus 1 dan siklus 2.
2. Observasi Proses Pembelajaran Matematika
Hasil observasi pada siklus 2 menunjukkan peningkatan hasil yang
signifikan. Hal ini diperoleh dari gambaran mengenai sikap dan perilaku siswa
selama mengikuti pelajaran. Perhatian siswa lebih terpusat pada pelajaran, dan
pada penjelasan math menu, kefokusan siswa sudah maksimal dan antusias sekali.
Semangat siswa selama mengikuti pelajaran Matematika, semakin meningkat dari
sebelumnya. Siswa lebih semangat lagi dan lebih tertarik dari proses pembelajaran
awal sebelum kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning
Berbantuan Math Menu diterapkan dan siklus 1.
Kemajuan siswa juga terlihat dalam hal aktif pada keberanian siswa dalam
menjawab atau mengemukakan pendapat ketika ditanya oleh guru. Lebih banyak
lagi siswa yang berani menjawab dari proses pembelajaran siklus 1. Keberanian
siswa juga semakin terlihat ketika math menu untuk mengerjakan berbagai
kegiatan yang ada di dalam daftar dan pelaksanaan problem solving learning
untuk mencoba menyelesaikan satu per satu kegiatan yang ada, presentasi/tampil
di depan kelas, serta berani menyatakan pendapatnya atau jawabannya. Perilaku
lain yang menunjukkan peningkatan siswa yaitu dalam hal ketepatan dan
kebenaran. Tugas yang diberikan ke siswa dapat terselesaikan dengan tepat waktu
dan benar mengikuti perintah yang ada.
Dari sudut kemampuan guru mengajar ada peningkatan yang cukup dari
siklus 1. Komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa berjalan dengan baik
dan lebih luwes. Dalam hal manajemen waktu mengajar, guru dan siswa
melakukan dengan baik dan tepat waktu. Guru sudah mulai menyiapkan tahap
persiapan yaitu kesiapan ruang, materi, alat peraga, media pembelajaran, kesiapan
58
siswa, memberikan salam, apresiasi dan tujuan pembelajaran. Kesan secara
umumnya, guru sudah tidak kaku di awal pada kesiapan siswa dalam mengikuti
pelajaran, sangat begitu luwes dan nyaman dalam guru mengajar dan siswa dalam
mengikuti pelajaran serta menjawab pertanyaan dari guru. Untuk sudut siswa,
siswa sangat bagus dan tertib selama mengikuti pelajaran, semua siswa terlihat
benar-benar fokus memperhatikan guru dan didalam pikirannya sudah terfokus
pada pelajaran, hal ini terbukti dari ketika guru bertanya, siswa tersebut sudah
lebih banyak yang aktif dan antusias untuk berebut menjawab. Serta terbukti
dengan adanya seluruh siswa sudah mencapai KKM.
3. Refleksi
Berdasarkan analisis hasil pembelajaran di siklus 2, yang tertera adanya
seluruh siswa sudah mencapai KKM, maka perlu dilakukan refleksi terhadap
strategi pembelajaran yang dilakukan guru dalam tindakan kelas. Karena hasil
yang dicapai oleh siswa sudah sesuai dengan yang diharapkan, maka peneliti telah
selesai melakukan kegiatan pembelajaran hanya sampai pada siklus 2.
A. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas 2 SDN Kenteng 01 semester I
Tahun Ajaran 2017/2018. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas 2 SD
Negeri Kenteng 01 Sempor Semester I Tahun Ajaran 2017/2018. Jumlah siswa
kelas 2 adalah 27 siswa, terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
Penelitian ini dalam 2 siklus, setiap siklus berlangsung 2 kali pertemuan.
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa masih
sangat rendah, hal ini disebabkan oleh selama siswa mengikuti pelajaran,
tatapannya mengarah ke guru tetapi pikirannya tidak fokus ke pelajaran, beberapa
siswa memiliki kemampuan dibawah rata-rata, ada juga siswa yang senang
mengejek temannya ketika tidak bisa menjawab, dan ada siswa yang belum
paham tetapi malu untuk bertanya, serta guru dalam mengajar selama pelajaran
masih menggunakan model ceramah dan hanya berpegangan pada buku cetak
saja.
59
Melihat hal itu maka diadakan tindakan dengan bekerjasama dengan guru
kelas yang telah direncanakan pada siklus 1. Penilaian dalam penelitian ini
menggunakan dua cara yaitu secara tes. Teknik tes untuk mengukur aspek kognitif
siswa berupa 40 soal pilihan ganda pada siklus 1. Pelaksanaan siklus 1 dimulai
oleh guru yaitu dengan memberikan salam,mengecek kehadiran siswa, melakukan
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Sedangkan aktivitas siswa
yaitu maju ke depan kelas menjawab pertanyaan dari guru dan melakukan
kegiatan pembelajaran model math menu. Siswa sudah mampu melakukan
presentasi dengan baik, aktif merespon pembelajaran yang guru berikan, dan
siswa sudah cukup baik dalam pengambilan keputusan .
Secara keseluruhan yang dilakukan oleh guru maupun siswa di siklus 1
dalam penggunaan model pembelajaran Problem Solving Learning berbantuan
Math Menu sudah baik. Perolehan hasil belajar Matematika melalui kolaborasi
model pembelajaran Problem Solving Learning berbantuan Math Menu pada
siklus 1 sebanyak 21 siswa (77,77%) mengalami ketuntasan dan sebanyak 6 siswa
(22,22%) mengalami ketidaktuntasan. Pembelajaran Matematika belum mencapai
tujuan yang diharapkan guru, sehingga perlu dilaksanakan pembelajaran bersiklus
lagi yaitu siklus 2.
Secara keseluruhan pada siklus 2, baik dari guru maupun siswa sudah
melaksanakan penerapan model pembelajaran Problem Solving Learning
berbantuan Math Menu. Guru sudah mulai menyiapkan tahap persiapan yaitu
kesiapan ruang, materi, alat peraga, media pembelajaran, kesiapan siswa,
memberikan salam, apresiasi dan tujuan pembelajaran. Siswa sangat bagus dan
tertib selama mengikuti pelajaran, semua siswa terlihat benar-benar fokus
memperhatikan guru dan didalam pikirannya sudah terfokus pada pelajaran, hal
ini terbukti dari ketika guru bertanya, siswa tersebut sudah lebih banyak yang
aktif dan antusias menjawab. Perolehan hasil belajar Matematika melalui
kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning berbantuan Math Menu
pada siklus 2 sebanyak 27 siswa (100 %) mengalami ketuntasan.
60
Perbedaan penelitian yang dilakukan antara peneliti sebelumnya dengan
Model Problem Solving Learning Siswa Kelas 4 SD Negeri Ketundan 2
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Semester 2 Tahun 2013/2014 yang
dilakukan oleh Suroso dan Ika Purwati dan Metode Problem Solving Terhadap
Hasil Belajar Matematika Kelas 3 SD Negeri Sawangan 01 Kecamatan Gringsing
Kabupaten Batang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 yang dilakukan oleh
Petra Kristi Mulyani dan Samijo dengan penelitian ini adalah peneliti hanya
menggunakan dan menerapkan model pembelajarannya saja tanpa menambah
standar proses yang lain. Pada penelitian kali ini, peneliti menambahkan math
menu untuk membantu siswa dalam memahami konsep dan melakukan kegiatan
pembelajaran problem solving learning. Langkah-langkah model pembelajaran
problem solving learning berbantuan math menu dimodifikasi dengan standar
proses yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Hasil penelitian problem solving learning berbantuan math menu sudah
dipastikan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika. Pada penelitian ini
peneliti terjun langsung dalam penerapan model problem solving learning
berbantuan math menu sehingga langkah-langkah pembelajaran dapat diterapkan
dengan maksimal. Karena guru belum terbiasa memenggunakan model problem
solving learning berbantuan math menu maka hal ini dapat menjadi alternatif
pembelajaran oleh guru. Selain itu, sekolah juga dapat memberikan dorongan
yang maksimal dan motivasi yang maksimal untuk guru menggunakan serta
menerapkan model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti. Untuk siswa juga
diharapkan dapat berubah dalam proses pembelajaran, yaitu menjadi aktif dan
semangat.
Dengan adanya penelitian ini memberikan implikasi baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Implikasi Teoritis
Setelah mengkolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning
berbantuan Math Menu dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dapat
61
melengkapi dari penelitian sebelumnya. Penerapan model Problem Solving
Learning berbantuan Math Menu disesuaikan dengan standar proses (eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi). Dalam menerapkan model Problem Solving Learning
berbantuan Math Menu yaitu guru menampilkan daftar math menu terlebih
dahulu, yang berisi urutan kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa, dengan isi
kegiatan menyenangkan yang berkaitan dengan belajar. Kemudian guru
menerapkan kegiatan problem solving learning yaitu guru menyediakan daftar
math menu yang berisi kegiatan-kegiatan pembelajaran yang akan dikerjakan oleh
siswa, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil, guru memberikan
daftar tersebut ke setiap siswa. Selanjutnya guru akan mengintruksikan setiap
kelompok untuk menuju ke kegiatan-kegiatan pemecahan tersebut dan siswa akan
menyelesaikan dan menemukan jawaban mereka sendiri. Siswa yang telah selesai
melakukan kegiatan akan meminta guru untuk mengecek pekerjaannya dan
selanjutnya guru akan memberikan tanda tangan sebagai bukti pengecekan
pekerjaan tersebut.
2. Implikasi Praktis
Pembelajaran dengan menerpakan problem solving learning berbantuan
math menu ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa yang semula tidak
tuntas setelah diadakan penelitian tindakan kelas menggunakan model problem
solving learning berbantuan math menu menjadi tuntas melalui 2 siklus yaitu
tahap siklus 1 dan siklus 2. Sehingga model problem solving learning berbantuan
math menu dapat digunakan sebagai salah satu cara meningkatkan hasil belajar.
Penerapan model problem solving learning berbantuan math menu dilakukan
dengan cara guru memberikan banyak kegiatan menyenangkan dalam belajar pada
math menunya, dan pada problem solving learning guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menentukan sendiri proses untuk menjawab atau mengerjakan
setiap perintah pada kegiatan-kegiatan dalam daftar math menu. Sehingga tercipta
suasana belajar yang lebih menyenangkan.