Upload
doannga
View
218
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
4.1.1 Kondisi Awal (Pra Siklus)
Sebelum adanya penelitian tindakan kelas ini di SD Kutowinangun
10 Salatiga hasil belajar yang diperoleh siswa kelas V khususnya mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mengalami ketidak tuntasan. Nilai yang
diperoleh siswa kurang dari KKM yang sudah ditentukan yaitu 70, siswa
yang tuntas memenuhi nilai KKM sebanyak 46,67% dengan jumlah siswa 7,
dan siswa yang tidak tuntas memenuhi nilai KKM 53,33% dengan jumlah
siswa 8. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan hasil belajar IPA kelas
V mata pelajaran IPA.
Tabel 4.1
Ketuntasan Hasil Belajar IPA kelas V pada Pra Siklus
Kriteria Frekuensi Presentase
Angka Keterangan
≥ 70 Tuntas 7 46,67%
≤ 70 Tidak Tuntas 8 53,33%
Jumlah 15 100%
Dari data diatas dapat dilihat hasil belajar IPA kelas V pada pra
siklus menunjukkan siswa dengan KKM ≥ 70 sebanyak 46,67% dengan
jumlah 7 siswa dan termasuk kriteria tuntas. Sedangkan siswa dengan KKM
≤ 70 sebanyak 53,33% dengan jumlah 8 siswa termasuk dalam kriteria tidak
tuntas. Hasil belajar IPA pada pra siklus dapat disajikan dengan diagram
lingkaran sebagai berikut.
40
Gambar 4.1 Diagram Lingkaran Hasil belajar IPA pada Pra Siklus
Melihat gambar diagram lingkaran diatas pada pra siklus diperoleh
siswa yang tuntas dengan presentase 46,67% dengan jumlah siswa 7,
sedangkan siswa yang tidak tuntas mencapai presentase 53,33% dengan
jumlah siswa 8.
Tentu masalah ini tidak bisa didiamkan begitu saja, perlu adanya
peningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V. Maka peneliti
melakukan penelitian tindakan kelas ini yang sudah disetujui oleh guru
kelas V dengan menerapkan model problem based learning (PBL) yang
akan dilaksanakan dalam dua siklus. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti
yang nantinya sebagai guru yang akan mengajar dan guru kelas V sebagai
observer untuk mengamati jalannya kegiatan pembelajaran.
4.1.2 Pelaksanaan Siklus I
1) Perencanaan
Berdasarkan data yang diperoleh dari kondisi awal, maka peneliti
melakukan diskusi dengan guru kelas V tentang materi pelajaran yang
akan di diberikan pada pelaksanaan siklus I. Kegiatan yang akan
dilakukan sebelum mengajar pada tahap perencanaan adalah menyiapkan
perangkat pembelajaran yang meliputi:a) menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dengan menerapkan model problem based
learning dengan materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia. b)
menyiapkan media yang akan digunakan saat pembelajaran yaitu gambar
macam-macam peristiwa alam yang terjadi di Indonesia (seperti banjir,
46,67%53,33%
Hasil belajar IPA Pada Pra Siklus
Tuntas
Tidak Tuntas
41
gunung meletus, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, angin puting
beliung), media pembelajaran lainnya adalah koran, buku perpustakaan
yang nantinya akan menjadi sumber informasi untuk siswa. c)
menyiapkan lembar diskusi kelompok. d) menyiapkan tes evaluasi yang
akan dikerjakan siswa pada saat akhir pembelajaran. e) menyiapkan
lembar observasi kegiatan belajar mengajar guru dan siswa dalam
pembelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan/Observasi
Pelaksanaan pada siklus I ini terdiri dari kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup yang kemudian akan diakhiri dengan refleksi.
Penelitian ini dilakukan di SD Kutowinangun 10 Salatiga dengan
menyesuaikan jadwal yang sudah ada. Dalam melaksanakan penelitian
siklus I ini peneliti sebagai guru akan dibantu oleh guru kelas V sebagai
observer.
Pelaksanaan siklus I dilakukan pada hari Kamis, 10 April 2014
dikelas V SD Kutowinangun 10 Salatiga. Peneliti sebagai guru mengajar
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan alam dengan materi dampak peristiwa
alam yang terjadi di Indonesia. Kompetensi dasar mengidentifikasi
peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk
hidup dan lingkungan dengan indikator mengidentifikasi peristiwa alam
yang terjadi di Indonesia, mengumpulkan informasi dari hasil
pengamatan atau laporan surat kabar dan media lainnya tentang peristiwa
alam misalnya banjir, gempa bumi, gunung meletus, menyusun suatu
laporan berdasarkan hasil pengamatan atau laporan surat kabar dan media
lainnya tentang peristiwa alam misalnya banjir, gempa bumi, gunung
meletus, menjelaskan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan
manusia, hewan, dan lingkungan.
Mengawali pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah
guru mengucapkan salam, mengabsensi siswa, setelah itu guru mulai
melakukan fase-fase menerapkan model pembelajaran problem based
learning. Fase pertama adalah mengorientasikan siswa pada suatu
42
masalah dengan guru melakukan apresepsi, mengajukan pertanyaan “Apa
peristiwa alam yang sedang terjadi sekarang ini ? terutama di negara kita
sendiri?. Berdasarkan jawaban dari siswa guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, serta menjelaskan model pembelajaran
yang akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Setelah kegiatan
apresepsi sudah dilakukan, guru memperlihatkan gambar-gambar
peristiwa alam sebagai masalah nyata yang terjadi di Indonesia,
kemudian setelah siswa mengamati gambar tersebut siswa
mengidentifikasi peristiwa alam apa saja yang terjadi di Indonesia.
Setelah fase pertama sudah dilakukan, masuk pada kegiatan inti
yaitu fase kedua guru mengorganisasikan siswa untuk belajar dalam
bentuk kelompok yang satu kelompok terdiri dari 3 - 4 siswa. Setiap
kelompok mendapatkan masalah yang berbeda tentang materi peristiwa
alam beserta dampaknya, kemudian guru membagikan lembar diskusi
kelompok pada setiap kelompok. Secara berkelompok, siswa
mengidentifikasi permasalahan yang di dapat tentang peristiwa alam
beserta dampaknya yang terjadi di Indonesia. Fase ketiga adalah siswa
bersama kelompok melakukan penyelidikan dengan mencari informasi
tentang peristiwa alam beserta dampaknya dari berbagai sumber seperti
koran, buku paket IPA, buku perpustakaan, dari pengalaman,
pengetahuan yang didapat. Fase keempat adalah setelah kelompok
mendapatkan informasi yang lengkap, informasi tersebut dikembangkan
sendiri dan disajikan dalam bentuk laporan. Dan fase kelima adalah
setelah sudah menjadi sebuah hasil laporan, siswa bersama kelompoknya
mempresentasikan hasilnya didepan kelas, dan kelompok lain bertanya
dan menanggapi hasil laporan yang sudah dipresentasikan dari kelompok
yang maju di depan kelas. Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang hasil kerjanya paling baik.
Kegiatan pada penutup adalah guru bertanya jawab meluruskan
kesalahpahaman materi dan memberikan penguatan. Setelah itu guru
memberikan tes evaluasi pada setiap siswa untuk dikerjakan. Setelah
43
selesai mengerjakan soal evaluasi, guru bersama siswa melakukan
refleksi pembelajaran yang telah dilakukan apakah menyenangkan atau
tidak, apakah siswa sudah memahami materi yang sudah dipelajari, dan
menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan untuk
pertemuan berikutnya pada siklus II. Guru meminta siswa untuk
menonton televisi, mencari pengetahuan yang berhubungan dengan
penyebab dan pencegahan peristiwa alam yang terjadi.
Pada saat pembelajaran siklus I peneliti meminta bantuan guru
kelas V sebagai observer untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang
berlangsung dengan cara mengisi lembar observasi yang telah
disediakan. Peneliti juga mengamati kegiatan pembelajaran siswa dengan
berdasarkan langkah-langkah penerapan model problem based learning
(PBL).
3) Hasil Tindakan dan Pengamatan/Observasi
Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada pertemuan siklus I kelas
V dengan materi peristiwa alam beserta dampaknya yang terjadi di
Indonesia, diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.2
Siklus I
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Kutowinangun 10 Salatiga
No Ketuntasan Frekuensi Presentase
1 Tuntas 11 73,33%
2 Tidak tuntas 4 26,67%
Jumlah 15 100%
Nilai Maksimum 90
Nilai Minimum 60
Nilai rata-rata 77,8
Setelah melihat hasil belajar IPA pada siswa kelas V siklus I,
siswa sudah mengalami peningkatan nilai dan peningkatan jumlah siswa
yang tuntas, siswa dengan jumlah 15 siswa mengalami peningkatan yaitu
73,33% dengan jumlah siswa 11 yang tuntas, sebelumnya pada pra siklus
ada 7 siswa yang tuntas yaitu 46,67%. Dan untuk siswa yang tidak tuntas
pada siklus I berjumlah 4 siswa yang tidak tuntas yaitu 26,67%, dan
44
sebelumnya pada pra siklus siswa yang tidak tuntas sebanyak 8 siswa
yaitu 53,33%. Hal ini ditunjukkan pada siklus I ada yang mendapat nilai
tertinggi mencapai nilai maksimum 90 dan nilai terendah 60. Perolehan
hasil belajar IPA pada siswa kelas V di SD Kutowinangun 10 Salatiga
melalui penerapan model problem based learning (PBL) sudah mencapai
peningkatan jumlah siswa dengan mencapai nilai KKM ≥70. Perolehan
hasil belajar IPA kelas V SD Kutowinangun 10 pada siklus I dapat
disajikan dalam bentuk diagram lingkaran dibawah ini.
Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Hasil belajar IPA Kelas V Siklus I
Melihat gambar diagram lingkaran diatas pada siklus I diperoleh
siswa yang tuntas mencapai 73,33% dengan jumlah siswa 11, sedangkan
siswa yang tidak tuntas mencapai 26,67% dengan jumlah siswa 4. Dapat
dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar IPA kelas V SD Kutowinangun 10
meningkat dari hasil belajar IPA yang diperoleh dari pra siklus. Indikator
keberhasilan siswa yang sudah ditentukan oleh peneliti bahwa ketuntasan
dengan jumlah siswa lebih dari 10 mencapai KKM ≥70 dikatakan
berhasil. Dari data diatas dapat diperoleh pada siklus I siswa yang tuntas
sudah lebih dari 10 siswa, oleh karena itu penelitian tindakan kelas ini
dilanjutkan dengan mempersiapkan pelaksanaan siklus II untuk
mengukur tingkat ketuntasan hasil belajar IPA dengan materi yang
berbeda dan model pembelajaran yang sama.
Hasil observasi pada siklus I kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti sebagai guru dengan menerapkan model problem
73,33%
26,67%
Hasil Belajar IPA Kelas V Siklus I
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
45
based learning (PBL) akan diamati oleh observer yang tidak lain adalah
guru kelas V. Pengamatan dilakukan dengan mengisi lembar observasi
kegiatan guru dalam menerapkan model based learning (PBL) dalam
mata pelajaran IPA. Pernyataan pada lembar observasi tersebut
berdasarkan langkah-langkah penerapan model problem based learning
(PBL).
Pada pertemuan siklus I dengan materi peristiwa alam beserta
dampaknya yang terjadi di Indonesia jumlah skor yang diperoleh adalah
55 dengan presentase 72,31%. Maka untuk pertemuan pada siklus I
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang maksimal. Pada
pertemuan Siklus I ini observer memberikan komentar untuk guru yaitu
guru harus menambah media pembelajaran lain seperti video. Dalam
kegiatan pembelajaran guru harus mengorganisasikan siswa dalam
pemilihan teman untuk dijadikan kelompok, karena dalam satu kelompok
harus terdiri dari siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar dalam
pembelajaran, kemudian dalam kegiatan penutup guru kurang baik dalam
melakukan refleksi terhadap hasil laporan kelompok. Ketika
pembelajaran berlangsung ada beberapa siswa yang masih ribut sendiri,
hal ini disebabkan karena guru kurang menguasai kelas dengan baik.
Observer bersama peneliti juga mengamati siswa dalam proses
pembelajaran IPA dengan menerapkan model problem based learning
(PBL) pada pertemuan siklus I jumlah skor yang diperoleh adalah 50
dengan presentase 73,58%. Selain mengamati proses kegiatan
pembelajaran siswa, peneliti juga menilai hasil dari proses belajar dalam
kelompok yaitu berupa laporan yang dibuat oleh siswa. Pada pertemuan
siklus I penyusunan laporan kurang baik, dengan rata-rata klasikal 71,87.
4) Hasil Refleksi
Setelah peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran pada
siklus I dapat diperoleh hasil refleksi. Hasil refleksi tersebut adalah
komentar dari guru kelas V sebagai observer tentang pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Refleksi dilakukan
46
untuk mengetahui apakah ada kekurangan dalam kegiatan pembelajaran
siklus I, kekurangan tersebut dijadikan perbaikan pada saat peneliti
melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dan dapat mencapai
indikator keberhasilan siswa yang ditentukan.
Hasil reflesi pada pertemuan siklus I adalah penggunaan model
problem based learning (PBL) kurang begitu baik. Siswa masih ingin
ribut sendiri ketika pembelajaran. Siswa hanya mencari informasi dari
media koran saja, tidak mencari dari sumber lainnya. Siswa juga masih
merasa kebingungan dalam menyusun laporan, ketika mempresentasikan
laporannya siswa masih bercanda hingga tidak bisa menjawab pertanyaan
dari temannya.
Kegiatan pembelajaran sudah berlangsung dengan baik, tetapi
kurang maksimal dan harus ada perbaikan pada siklus II. Pada siklus II
guru harus melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model problem based learning (PBL) secara optimal untuk memperbaiki
kekurangan pada siklus I.
Hasil belajar pada siklus 1 adalah 73,33% dengan siswa yang
tuntas sebanyak 11 siswa, dibandingkan dengan sebelum adanya tindakan
ini adalah 46,67% dengan siswa yang tuntas sebanyak 7 siswa. dapat
dilihat bahwa nilai rata-rata pra siklus adalah 70,6 dan meningkat pada
siklus I adalah 77,8. Hasil belajar IPA pada siklus I sudah mencapai
indikator keberhasilan yaitu ketuntasan dengan jumlah siswa lebih dari
10 dikatakan berhasil.
4.1.3 Pelaksanaan Siklus II
1) Perencanaan
Memperhatikan kekurangan yang terjadi pada siklus I, dalam
pertemuan siklus II peneliti merancang tindakan untuk menguji tingkat
keberhasilan siswa jika diberi materi yang berbeda dengan model
pembelajaran yang sama. Materi tersebut adalah pencegahan bencana
banjir dan tanah longsor dan model pembelajaran yang sama yaitu model
problem based learning (PBL). Peneliti menambahkan media
47
pembelajaran dengan video pembelajaran tentang materi pencegahan
bencana banjir dan tanah longsor kemudian menambahkan media
pembelajaran artikel dari internet untuk sumber informasi. Upaya ini
dilakukan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I, dan perbaikan
ini akan dilakukan pada pertemuan siklus II.
Tahap perencanaan pada siklus II adalah sebagai berikut a)
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sebaik mungkin dengan
penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL). b)
menyiapkan video pembelajaran pencegahan banjir dan tanah longsor,
buku paket dan artikel dari internet. c) menyiapkan lembar diskusi
kelompok dan tes evaluasi yang dikerjakan siswa pada akhir
pembelajaran. d) lembar observasi kegiatan belajar mengajar guru dan
siswa dalam pembelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan/Observasi
Pelaksanaan pada siklus II ini terdiri dari kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang kemudian akan diakhiri dengan
refleksi. Penelitian ini dilakukan di SD Kutowinangun 10 Salatiga
dengan menyesuaikan jadwal yang sudah ada. Dalam melaksanakan
penelitian siklus II ini peneliti sebagai guru akan dibantu oleh guru kelas
V sebagai observer.
Pelaksanaan siklus II dilakukan pada hari Kamis, 17 April 2014
dikelas V. Peneliti sebagai guru mengajar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan alam dengan materi penyebab dan pencegahan banjir dan
tanah longsor di Indonesia. Kompetensi dasar mengidentifikasi peristiwa
alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan
lingkungan dengan indikator menjelaskan penyebab terjadinya banjir dan
tanah longsor yang terjadi di Indonesia, mengidentifikasi cara mencegah
peristiwa alam banjir dan tanah longsor yang terjadi di indonesia,
mengumpulkan data dari hasil pengamatan atau laporan surat kabar dan
media lainnya tentang cara mencegah peristiwa alam banjir dan tanah
longsor yang terjadi di Indonesia, menyusun suatu laporan berdasarkan
48
hasil pengamatan atau laporan surat kabar dan media lainnya tentang cara
mencegah peristiwa alam misalnya banjir dan tanah longsor, memberikan
saran mengatasi banjir dan tanah longsor.
Mengawali pembelajaran pada pertemuan kedua ini adalah guru
mengucapkan salam, mengabsensi siswa, setelah itu guru mulai
melakukan fase-fase menerapkan model pembelajaran problem based
learning. Fase pertama adalah mengorientasikan siswa pada suatu
masalah dengan guru melakukan apresepsi, mengajukan pertanyaan
mengenai materi pelajaran yang sudah dipelajari pada pertemuan siklus I,
“Masih ingatkah kalian pembelajaran peristiwa alam kemarin ? apakah
ada peristiwa alam yang dapat dicegah oleh manusia ?. Setelah itu guru
memperlihatkan video banjir dan tanah longsor untuk menarik perhatian
siswa agar memotivasi keingintahuan siswa pada masalah tersebut.
Setelah siswa mengamati video tersebut guru mengajukan pertanyaan
apakah tindakan tersebut dapat menyebabkan bencana alam? Dan apakah
bencana tersebut bisa dicegah?. Siswa mulai mengidentifikasi penyebab
dan bagaimana pencegahan banjir dan tanah longsor.
Setelah fase pertama sudah dilakukan, masuk pada kegiatan inti
yaitu fase kedua guru mengorganisasikan siswa untuk belajar dalam
bentuk kelompok yang satu kelompok terdiri dari 3 - 4 siswa. Setiap
kelompok harus terdiri dari siswa yang pintar dan siswa yang kurang
pintar, kemudian guru membagikan lembar diskusi kelompok pada setiap
kelompok. Secara berkelompok, siswa mengidentifikasi penyebab dan
pencegahan banjir dan tanah longsor yang terjadi di Indonesia. Fase
ketiga adalah siswa bersama kelompok melakukan penyelidikan dengan
mencari informasi tentang peristiwa alam beserta dampaknya dari
berbagai sumber seperti koran, buku paket IPA, buku perpustakaan, dari
pengalaman, pengetahuan yang didapat dari menonton televisi berita.
Fase keempat adalah setelah kelompok mendapatkan informasi yang
lengkap, informasi tersebut dikembangkan sendiri dan disajikan dalam
bentuk laporan, guru membimbing siswa dalam membuat laporan
49
tersebut. Dan fase kelima adalah setelah sudah menjadi sebuah hasil
laporan, siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasilnya
didepan kelas, dan kelompok lain bertanya dan menanggapi hasil laporan
yang sudah dipresentasikan. Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang hasil kerjanya paling baik.
Kegiatan pada penutup adalah guru melipatkan siswa dalam
menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Bersama siswa guru
bertanya jawab meluruskan kesalahpahaman materi dan memberikan
penguatan. Setelah itu guru memberikan tes evaluasi pada setiap siswa
untuk dikerjakan. Setelah selesai mengerjakan tes evaluasi, guru bersama
siswa mengoreksi tes evaluasi yang sudah dikerjakan, dengan begitu
siswa tau nilai mereka sudah memasuki kriteria tuntas atau tidak. Setelah
itu guru bersama siswa melakukan refleksi pembelajaran yang telah
dilakukan apakah menyenangkan atau tidak, apakah siswa sudah
memahami materi yang sudah dipelajari.
Pada saat pembelajaran siklus II peneliti meminta bantuan guru
kelas V sebagai observer untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang
berlangsung dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan
peneliti. Pernyataan pada lembar observasi berdasarkan langkah-langkah
penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL).
3) Hasil Tindakan dan Hasil Pengamatan/Observasi
Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada pertemuan siklus II
kelas V dengan materi penyebab dan pencegahan bencana banjir dan
tanah longsor, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3
Siklus II
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Kutowinangun 10 Salatiga
NO KETUNTASAN FREKUENSI PRESENTASE
1 Tuntas 15 100%
2 Tidak tuntas - -
Jumlah 15 100%
Nilai Maksimum 96
Nilai Minimum 78
Nilai rata-rata 87,27
50
Dengan melihat data diatas, diperoleh hasil belajar IPA kelas V
yang dilakukan pada siklus II mengalami peningkatan dengan rata-rata
nilai 87,27, sebelumnya pada siklus I rata-rata nilai 77,8. Pada siklus II
mengalami peningkatan hasil belajar sebanyak 15 siswa tuntas, dengan
nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 78. Dengan begitu perolehan hasil
belajar IPA kelas V SD Kutowinangun 10 Salatiga dengan menggunakan
model problem based learning (PBL) mengalami peningkatan jumlah
siswa yang mencapai nilai KKM ≥70. Perolehan hasil belajar IPA pada
pertemuan siklus II dapat disajikan dengan diagram lingkaran sebagai
berikut.
Gambar 4.3 Diagram Lingkaran Hasil belajar IPA Kelas V Siklus II
Pada pertemuan siklus II kegiatan pembelajaran guru juga diamati
oleh observer. Disini observer mengamati guru dengan melakukan
penilaian menggunakan lembar observasi kegiatan guru selama
pembelajaran menggunakan model problem based learning (PBL) dalam
pembelajaran IPA.
Pada pertemuan siklus II dengan materi pelajaran penyebab dan
pencegahan banjir dan tanah longsor yang terjadi di Indonesia jumlah
skor yang diperoleh adalah 61 dengan presentase 80,29%. Maka untuk
pertemuan pada siklus II kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru sudah membaik dibandingkan dengan siklus I. Guru sudah baik
dalam menggunakan model problem based learning (PBL), tidak hanya
guru tetapi siswa juga sudah baik dalam menerapkannya.
Observer bersama peneliti juga mengamati siswa dalam proses
pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran problem based
learning (PBL), dan didapatkan hasil dengan jumlah skor 57 dengan nilai
100% Tuntas
51
presentase 83,84%. Selain itu guru menilai hasil dari proses belajar siswa
dalam kelompok yaitu berupa laporan. Pada siklus II penyusunan laporan
secara klasikal mencapai rata-rata 91,66.
4) Hasil Refleksi
Kegiatan pembelajaran pada siklus II cukup memuaskan,
walaupun ada sedikit kekurangan tetapi tidak mengganggu misalnya saja
masih ada siswa yang ramai sendiri di kelas tetapi mereka tetap
membuktikan bahwa hasil belajar IPA dari proses pembelajaran,
menghasilkan sebuah laporan, dan tes penilaian hasil belajar mencapai
nilai KKM, hasil belajar IPA pada siklus II sangat baik dan memenuhi
bobot nilai yang sudah ditentukan dan siswa juga dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan guru. Pembelajaraan pada siklus II difokuskan
pada pemahaman materi siswa, dan ada peningkatan hasil belajar IPA
dari pembelajaran siklus I ke siklus II .
4.2 Analisis data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dalam penelitian kelas V
SD Kutowinangun 10 Salatiga pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
dengan penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL), yaitu
meliputi hasil kegiatan pembelajaran siklus I dan hasil kegiatan
pembelajaran siklus II.
4.2.1 Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Kutowinangun 10 Salatiga
Hasil belajar IPA kelas V SD Kutowinangun 10 Salatiga mengalami
peningkatan ketuntasan, data yang diperoleh sebagai berikut.
Tabel 4.4
Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Kutowinangun 10 Salatiga
Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
1 Tuntas 7 46,67% 11 73,33% 15 100%
2 Tidak Tuntas 8 53,33% 4 26,67% -
Jumlah 15 100% 15 100% 15 100%
Nilai Maksimum 82 90 96
Nilai Minimum 55 60 78
Rata-rata 70,6 77,8 87,27
52
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar IPA siswa kelas V dari pra siklus sampai dengan siklus II. Siswa
yang mencapai KKM ≥70 pada pra siklus ada 7 siswa dengan mencapai
rata-rata 70,6 dengan nilai tertinggi 82 dan nilai terendah 55. Kemudian
hasil belajar IPA meningkat pada siklus I sebanyak 11 siswa dengan rata-
rata 77,8, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60. Hasil belajar IPA
meningkat lagi pada siklus II sebanyak 15 siswa dengan rata-rata 87,27,
nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 78. Data tersebut dapat disajikan dalam
bentuk diagram batang sebagai berikut.
Gambar 4.4 Diagram Batang Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas V SD Kutowinangun 10 Salatiga Pra Siklus, Siklus I,
Siklus II
Diagram batang diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar IPA pada
kelas V mengalami peningkatan dari pra siklus sampai dengan siklus II. Hal
ini dapat dilihat dari diagram pra siklus siswa yang tuntas sebanyak 7 siswa
dan yang tidak tuntas sebanyak 8 siswa. Pada diagram siklus I menunjukkan
hasil belajar IPA meningkat siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa dan yang
tidak tuntas 4 siswa. Diagram pada siklus II menunjukkan terjadi
peningkatan lagi sebanyak 15 siswa yang tuntas.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Pra SiklusSiklus I
Siklus II
Tuntas
Tidak Tuntas
53
4.3 Pembahasan
Berdasarkan analisis data yang dapat diketahui bahwa ada
peningkatan yang signifikan pada hasil belajar IPA siswa kelas V SDN
Negeri Kutowinangun 10 Salatiga dari pra siklus, siklus I, dan siklus II,
setelah guru menerapkan model problem based learning (PBL) pada mata
pelajaran IPA. Dengan presentase ketuntasan hasil belajar IPA pada pra
siklus 46,67%, kemudian meningkat pada siklus I dengan presentase
73,33%, dan meningkat lagi pada siklus II dengan presentase 100%.
Peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 10
Salatiga menunjukkan bahwa penerapan model problem based learning
(PBL) sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar IPA. Dan melatih siswa untuk memiliki
keterampilan ilmiah dalam menyelesaikan masalah. Hal ini ditunjukkan
dengan antusias siswa terhadap masalah yang diberikan oleh guru.
Melalui penerapan model problem based learning (PBL) dalam
pembelajaran IPA yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri
Kutowinangun 10 Salatiga ada hambatan yang terjadi karena siswa belum
terbiasa dengan model problem based learning (PBL). Beberapa siswa
belum terampil secara ilmiah dalam menyelesaikan masalah yang diberikan
guru. Akan tetapi hal tersebut dapat diatasi ketika guru membimbing dan
mendorong siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut secara ilmiah.
Setelah itu perkembangan aktivitas siswa mengalami peningkatan dari
setiap siklus. Pada siklus I aktivitas siswa dalam kerja kelompok masih
kacau dengan karakteristik siswa yang masih ramai saat membentuk
kelompok dan menentukan topik permasalahan, siswa masih malas dalam
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber ada yang diam saja tanpa
bertindak ada yang hanya menunggu jawaban dari teman, ketika menyajikan
data informasinya menjadi sebuah laporan siswa hanya menuliskan jawaban
yang di dapat tanpa dikembangkan, siswa masih bercanda ketika
mempresentasikan hasil laporannya di depan kelas, melihat kondisi seperti
54
itu guru harus memiliki cara agar pada siklus II siswa dapat menerapkan
model problem based learning dengan baik. Dengan cara sebelum
pelaksanaan siklus II guru meminta siswa untuk menonton berita televisi,
membaca koran, mencari informasi dari berbagai sumber tentang materi
yang akan dipelajari pada siklus II, kemudian guru juga memberikan
penghargaan bagi kelompok yang hasil laporan dan presentasinya baik.
Dengan begitu pada siklus II ketika siswa diberi permasalahan oleh guru
siswa akan terampil dalam melakukan penyelidikan mencari informasi
tentang materi dan tidak hanya mengambil jawaban dari buku yang sudah
ada, dan siswa juga akan termotivasi dalam mempresentasikan hasil
laporannya dengan baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eny
Wulandari (2012) yang berjudul Penerapan Model PBL (Problem Based
Learning) Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD Negeri Mudal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model PBL pada saat
pembelajaran semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari skor yang
diperoleh yaitu dari 18 pada siklus I, 22 pada siklus II, dan 27 pada siklus
III. Secara keseluruhan sudah baik, namun perlu peningkatan dalam
membimbing siswa saat melakukan penelitian, membimbing siswa dalam
menarik kesimpulan, dan membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis.
Hasil belajar IPA, setiap siklusnya mengalami peningkatan, sehingga pada
akhir siklus III siswa yang nilainya sudah tuntas mencapai 73,02 %. Proses
pembelajaran pada siklus I, siklus II, dan siklus III sudah berlangsung
dengan baik. Penggunaan model PBL dalam pembelajaran tersebut sudah
sesuai dengan langkah – langkah PBL, yaitu guru memberikan suatu
masalah kepada siswa, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok,
membantu investigasi mandiri dan kelompok dengan melakukan observasi
dan penelitian, menarik kesimpulan dan merumuskan hipotesis dari
penelitian yang dilakukan, meng-interpretasikan data hasil penelitian serta
mengembangkan dan mempresentasikan hasil, menganalisis dan
mengevaluasi proses mengatasi masalah.
55
Berdasarkan dari data penelitian tindakan kelas mulai dari pra siklus,
siklus I, dan siklus II dengan bahasan peristiwa alam beserta dampaknya
bahwa model problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil
belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 10 Salatiga
semester II tahun ajaran 2013/2014.