24
51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 5 SDN Jombor Kecamatan Tuntang. Jumlah siswa kelas 5 di SDN Jombor Kecamatan Tuntang adalah 20 siswa yang terdiri dari 8 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki. 4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Kondisi Pra siklus Kondisi pra siklus merupakan kondisi awal sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit dalam pelajaran IPA materi sifat sifat cahaya. Pada kondisi pra siklus, diketahui bahwa dari total 20 siswa, 11 siswa dinyatakan belum tuntas dari nilai KKM (67) yang ditetapkan sekolah, sementara yang tuntas hanya 9 siswa. Hasilnya disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1 Distribusi Hasil Belajar IPA Pra siklus Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 sebanyak 20 orang yang terdiri dari 8 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki menunjukkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa (45%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 11 siswa (55%). Hasil perolehan nilai tertinggi 85, nilai terendahnya 45 dan nilai rata-rata 65. Selanjutnya untuk lebih jelas hasil perolehan ketuntasan belajar tersebut disajikan dalam diagram batang 4.1 berikut ini: Skor Kriteria Hasil Belajar Pra Siklus Jumlah siswa Persentase (%) 67 Tidak Tuntas 11 55% ≥ 67 Tuntas 9 45% Jumlah 20 100% Nilai Tertinggi 85 Nilai Terendah 45 Nilai Rata-Rata 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. 4.2.1

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas 5 SDN Jombor Kecamatan Tuntang.

Jumlah siswa kelas 5 di SDN Jombor Kecamatan Tuntang adalah 20 siswa yang

terdiri dari 8 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Kondisi Pra siklus

Kondisi pra siklus merupakan kondisi awal sebelum diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media

konkrit dalam pelajaran IPA materi sifat sifat cahaya. Pada kondisi pra siklus,

diketahui bahwa dari total 20 siswa, 11 siswa dinyatakan belum tuntas dari nilai

KKM (67) yang ditetapkan sekolah, sementara yang tuntas hanya 9 siswa.

Hasilnya disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Distribusi Hasil Belajar IPA Pra siklus

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA kelas 5 sebanyak 20 orang yang terdiri dari 8 siswa perempuan dan

12 siswa laki-laki menunjukkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa

(45%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 11 siswa (55%). Hasil perolehan

nilai tertinggi 85, nilai terendahnya 45 dan nilai rata-rata 65. Selanjutnya untuk

lebih jelas hasil perolehan ketuntasan belajar tersebut disajikan dalam diagram

batang 4.1 berikut ini:

Skor Kriteria Hasil

Belajar

Pra Siklus

Jumlah siswa Persentase (%)

67 Tidak Tuntas 11 55%

≥ 67 Tuntas 9 45%

Jumlah 20 100%

Nilai Tertinggi 85

Nilai Terendah 45

Nilai Rata-Rata 65

52

Gambar 4. 1 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Pra siklus

Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPA kelas 5 menunjukkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak

9 siswa (45%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 11 siswa (55%). Hasil

perolehan Nilai terendah, Nilai Tertinggi, dan Nilai Rata-Rata dari tabel tersebut

disajikan dalam diagram batang 4.2 berikut ini:

Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Tertinggi, Terendah Dan Rata-Rata

Pra siklus

Berdasarkan gambar 4.2 diketahui bahwa nilai tertinggi pra siklus adalah

85, nilai terendah 45 dan nilai rata-rata 65. Dari data yang diperoleh, maka

diperlukan upaya untuk menindak lanjuti melalui penelitian tindakan kelas.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

TUNTAS BELUM TUNTAS

45%55%

Pra Siklus

Pra Siklus

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA

85

45

65

Pra Siklus

53

Penelitian tindakan kelas ini telah disetujui oleh guru kelas dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan

media konkrit yang dilaksanakan dalam dua siklus (tiap siklus dua pertemuan).

4.3 Siklus I

Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan

pengertian cahaya (pancaran sinar dilihat oleh mata), sumber cahaya (benda

menyala/benda terbakar), pengertian sifat-sifat cahaya (membuktikan cahaya

merambat lurus, ciri–ciri cahaya merambat lurus dan berkas cahaya dari proyektor

film yang dipancarkan). Dalam siklus I ini dilakukan melalui dua kali pertemuan

dengan rinciannya sebagai berikut:

A. Perencanaan

Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 18 dan 19

April 2016. Sebelum proses pembelajaran siklus 1 dilaksanakan, peneliti dengan

teman sejawat membahas hal-hal untuk menentukan model yang sesuai dengan

materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan

kondusif. Peneliti membuat RPP kemudian bersama dengan guru kelas memeriksa

kembali RPP siklus 1 untuk mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya yang

telah disusun dan dicermati setiap butir yang dilaksanakan dalam pelaksanaan

tindakan. Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan

media konkrit, adapun langkah-langkah pembelajaran terlampir. Kemudian

peneliti menyiapkan alat peraga dan sarana lain yang dibutuhkan serta lembar

observasi kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang diamati oleh

observer untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan,

peneliti juga merancang alat evaluasi berupa soal tes tertulis yang akan menguji

siswa berkaitan dengan materi tersebut. Perencanaan yang dilakukan tersebut

diatas telah mampu menjadi pedoman yang sistematis dalam proses pembelajaran,

artinya susunan program tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan

yang mempermudah pembelajaran suatu materi, sehingga pelaksanaannya dapat

berjalan dengan lancar.

54

B. Tindakan

Pertemuan pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 18 April 2016 melalui beberapa

kegiatan sebagai berikut :

1. Kegiatan awal

Sebelum pelajaran dimulai guru dan siswa berdoa terlebih dahulu,

kemudian mengabsen siswa. Untuk mengawali pembelajaran guru bertanya

kepada siswa ” Mengapa ikan dan benda-benda lain dapat terlihat jelas di dasar

kolam yang berair jernih? Apakah air dapat ditembus cahaya?”. Setelah kegiatan

itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian guru

membagi siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 orang dan setiap anggota

kelompok diberikan nomor.

2. Kegiatan inti

Guru menjelaskan materi tentang sifat – sifat cahaya dengan menggunakan

alat peraga, menjelaskan pengertian cahaya, pancaran sinar dilihat oleh mata,

sumber cahaya, benda menyala/benda terbakar dan cahaya merambat lurus.

Setelah itu, Siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang

pengertian cahaya dapat merambat lurus. Guru bertanya kepada siswa tentang

cahaya dapat merambat lurus yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari – hari

untuk menggali pengetahuan siswa. Kemudian siswa bersama kelompoknya mulai

mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan membaca materi dan

berdiskusi untuk menjawab pertanyaan lembar kerja siswa (LKS) yang guru

berikan dimana pada LKS, siswa diminta untuk membuktikan cahaya dapat

merambat lurus menggunakan alat peraga yang telah disiapkan oleh guru. Guru

berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu

siswa yang memerlukan, guru memberi pengarahan kepada tiap kelompok untuk

menyampaikan hasil diskusi. Siswa yang ditunjuk nomornya mengangkat tangan

dan mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.

Sementara itu, siswa dari kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil

dari kelompok yang presentasi, guru memberikan umpan balik dan penguatan

terhadap kerja siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih

55

berpartisipasi aktif lagi, dan kelompok lain memberi tanggapan dan guru

membimbing siswa untuk memperoleh jawaban yang tepat sesuai degan tujuan

yang ingin dicapai. Bertanya jawab tentang materi sifat sifat cahaya yang belum

dipahami.

3. Kegiatan akhir

Di kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang

Pengertian cahaya, sumber cahaya, sifat – sifat cahaya setelah itu guru bersama

siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan

dan memberikan pesan moral serta tindak lanjut

Pertemuan kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 19 April 2016 melalui beberapa

kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan awal

Sebelum memulai pelajaran guru memberikan salam dan mengajak siswa

berdoa. Setelah itu, guru mengkondisikan kelas dan mengabsensi siswa. Sebagai

apersepsi guru bertanya kepada siswa tentang kegiatan/materi pelajaran

sebelumnya. Kemudian untuk membangun pandangan awal siswa tentang materi

sifat – sifat cahaya (cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat menembus benda

bening), “Guru bertanya kepada siswa” apakah yang terjadi jika cahaya

mengenai cermin? Jika kamu bercermin, bagaimana wujud bayangan kamu jika

dilihat pada cermin datar, cermin cekung dan/atau cermin cembung? Setelah itu

guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan guru membagi siswa dalam

kelompok masing-masing 4-5 orang. Guru memberikan nomor kepada setiap

anggota kelompok. Setelah itu guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan

serta tujuannya.

2. Kegiatan inti

Guru menjelaskan secara singkat materi tentang sifat – sifat cahaya (cahaya

dapat dipantulkan dan cahaya dapat menembus benda bening) sambil

menunjukkan kepada siswa contoh cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat

menembus benda bening dengan dengan alat peraga didepan kelas. Setelah itu,

56

siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang pengertian cahaya

dapat dipantulkan dan cahaya dapat menembus benda bening. Guru bertanya

kepada siswa tentang cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat menembus

benda bening yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari – hari untuk menggali

pengetahuan siswa. Kemudian siswa bersama kelompoknya mulai mendiskusikan

apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan membaca materi dan berdiskusi

untuk menjawab pertanyaan lembar kerja siswa (LKS) yang guru berikan dimana

pada LKS, siswa diminta untuk membuktikan cahaya dapat dipantulkan dengan

cermin dan cahaya dapat menembus benda bening menggunakan cahaya senter

yang ditujukan pada plastik, air dan gelas bening. Sementara guru berkeliling

untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu siswa yang

memerlukan bantuan. Setelah selesai, guru memanggil salah satu nomor di dalam

kelompok secara secara acak, dan siswa yang ditunjuk nomornya mengangkat

tangan dan bersama kelompoknya maju mempresentasikan jawaban dan hasil

percobaan yang telah dilakukan di depan kelas. Sementara itu, siswa dari

kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok yang

presentasi. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja siswa.

Guru memberikan motivasi siswa agar lebih berpartisipasi aktif lagi.

3. Kegiatan akhir

Di kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang cahaya

dapat menembus benda bening kemudian cahaya dapat dipantulkan setelah itu

guru bersama siswa merefleksi proses pembelajaran. Tindak lanjut guru

melaksanakan evaluasi dengan membagi lembar tes formatif untuk dikerjakan

secara individu selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan salam penutup.

C. Observasi

Aktivitas guru atau proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas

yang menjadi fokus pengamatannya adalah bagaimana penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan

media konkrit dalam pembelajaran IPA, serta implikasi dari model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit

pada hasil belajar IPA. Selama mengajar, observer merekam jalannya

57

pembelajaran melalui lembar observasi yang telah disediakan. Pada siklus I

pertemuan pertama dan kedua yang diamati adalah keseluruhan selama proses

pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang menjadi pengamatan adalah aktivitas

guru, maka instrumen pengamatan yang digunakan adalah lembar observasi

dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) berbantuan media konkrit pada pembelajaran IPA materi sifat

sifat cahaya.

Dari pengamatan tersebut dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan

kelebihan selama pembelajaran berlangsung. Adapun hasil observasi dari siklus

I adalah pembelajaran berjalan dengan lancar tetapi masih ada sedikit hambatan

yaitu sebagai berikut:

a) Pada awal pertemuan, siswa masih belum memahami langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan benar.

b) Kelas masih ribut ketika siswa kerja kelompok.

c) Tidak semua kelompok memberikan komentar dan tanggapan terhadap

hasil presentasi temannya

d) Beberapa siswa juga sering menertawakan anggota kelompok lain saat

mempresentasikan hasil kerja kelompok nya didepan kelas, sehingga

suasana menjadi gaduh.

e) Guru belum memberikan reward/penguatan pada siswa yang menjawab

benar.

f) Saat kegiatan evaluasi masih terdapat beberapa siswa yang berusaha untuk

membuka catatan.

g) Waktu pembelajaran yang terbatas, menjadikan proses pembelajaran

belum dilaksanakan maksimal.

D. Refleksi

Berdasarkan observasi pada siklus I, hal-hal yang perlu dilakukan untuk

memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya antara lain dengan cara :

a. Guru lebih membimbing siswa selama langkah-langkah pembelajaran.

b. Guru berkeliling mengawasi siswa yang sedang mengerjakan tugas

kelompok.

58

c. Guru mengarahkan siswa untuk lebih memperhatikan siswa yang sedang

presentsi dan meminta untuk memberikan komentar terhadap hasil

presentasi tersebut.

d. Memberikan pengertian pada siswa bahwa saat teman berbicara atau

menjelaskan materi harus kita hargai.

e. Memberikan reward/penguatan kepada siswa yang menjawab benar, baik

secara individu maupun kelompok.

f. Saat kegiatan evaluasi tidak ada lagi siswa yang membuka catatan

g. Waktu yang terbatas sudah dapat di gunakan dengan maksimal.

4.3.1. Hasil Analisis Data

Dalam bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang hasil

belajar siswa

4.3.2 Analisis Hasil Belajar Siklus I

Dalam bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang

hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari temuan hasil penelitian

diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada

pembelajaran siklus I. Hasil tes siklus I mengalami peningkatan dari hasil tes pada

data awal pra siklus. Berdasarkan hasil tes siswa data awal pra siklus, diketahui

nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan sebesar 65 meningkat

menjadi 71 pada siklus I. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran

pada siklus I yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tebel 4.2 di

bawah ini:

Tabel 4. 2

Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus I

Skor Kriteria Hasil

Belajar

Siklus I

Jumlah siswa Persentase (%)

67 Tidak Tuntas 6 30%

≥ 67 Tuntas 14 70%

Jumlah 20 100%

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 55

Nilai rata-rata 71

59

Dari tabel 4:2 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan model

pembelajaran koopratif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media

konkrit, dari 20 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran terdapat 14 siswa

(70%) tuntas atau mampu mencapai KKM 67 dan 6 siswa (30%) tidak tuntas atau

masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dan

nilai terendah 55 dengan nilai rata-rata kelas adalah 71. Selanjutnya untuk lebih

jelas hasil perolehan ketuntasan belajar tersebut disajikan dalam diagram batang

4.3 berikut ini:

Gambar 4.3 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siklus I

Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa

setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) berbantuan media konkrit, menunjukkan siswa yang tuntas

sebanyak 14 siswa (70%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa (30%).

Adapun KKM IPA adalah 67. Selanjutnya hasil perolehan nilai tertinggi, nilai

terendahnya, dan nilai rata-rata hasil belajar siswa disajikan dalam diagram batang

4.4 berikut ini:

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

TUNTAS BELUM TUNTAS

70%

30%

Siklus I

60

Gambar 4.4 Diagram Batang Nilai Tertinggi, Terendah dan Rata-Rata Siklus I

Berdasarkan Gambar 4.4 diketahui bahwa nilai tertinggi yang dicapai siswa

adalah 90 dan nilai terendah 55 dengan nilai rata-rata kelas adalah 71.

4.3.3 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra siklus dan Siklus I

Membandingkan ketuntasan belajar pra siklus dengan setelah tindakan

pada siklus I dimaksudkan untuk melihat apakah penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit,

memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata

pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Berikut ini disajikan dalam Tabel 4.3

perbandingan ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah tindakan pada siklus

Tabel 4.3

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra siklus dan Siklus I

Ketuntasan Pra Siklus Siklus I

Jumlah siswa % Jumlah siswa %

Belum Tuntas 11 55 6 30

Tuntas 9 45 14 70

Total 20 100 20 100

Rata-rata 65 71

Nilai tertinggi 85 90

Nilai terendah 45 55

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun

persentase ketuntasan belajar siswa. Jika pra siklus, siswa yang tuntas belajar

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA

90

55

71

Siklus I

61

adalah 9 siswa (45%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah

diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 14 siswa

(70%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi

peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 9 siswa (45%). Jumlah siswa

yang belum tuntas pra siklus adalah 11 siswa (55%) dan berkurang setelah

diberikan tindakan pada siklus I menjadi 6 siswa (30%). Hasil ini memberikan

gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 5 siswa

(25%). Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.5 perbandingan jumlah ketuntasan

belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus I.

Gambar 4. 5 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I

Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.5 diketahui bahwa terjadi peningkatan

jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika pra siklus , siswa yang

tuntas belajar adalah 9 siswa (45%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan

setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 14

siswa (70%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa

terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 5 siswa (25%). Jumlah

siswa yang belum tuntas pra siklus adalah 11 siswa (55%) dan berkurang setelah

diberikan tindakan pada siklus I menjadi 6 siswa (30%). Hasil ini memberikan

gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 5 siswa

(25%). Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.4 perbandingan Nilai Tertinggi,

Terendah dan Rata-Rata hasil belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan

tindakan pada siklus I.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

TUNTAS BELUM TUNTAS

45%

55%

70%

30%

Pra Siklus Siklus I

62

Gambar 4. 6 Perbandingan Diagram Batang Nilai Tertinggi, Terendah dan Rata-

Rata Pra Siklus dan Siklus I

Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan

tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan belajar ini belum memberikan

hasil yang diharapkan yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau

tuntas KKM yang ditetapkan sekolah = 67. Dengan kata lain, dengan hasil ini

diperlukan lagi tindakan yang harus dilaksanakan pada siklus II.

4.4 Siklus II

Praktek pembelajaran dilaksanakan dengan pokok bahasan sifat-sifat cahaya

dengan indikator ”menunjukkan bahwa cahaya dapat dibiaskan, menunjukkan

bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna melalui cakram warna dan

membuat periskop sederhana. Siklus II ini dilakukan melalui dua pertemuan

dengan rincian sebagai berikut :

A. Perencanaan

Siklus II terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 29 dan 30

April 2016. Sebelum proses pembelajaran siklus 1 dilaksanakan, peneliti dengan

teman sejawat membahas hal-hal untuk menentukan model yang sesuai dengan

materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan

kondusif. Peneliti membuat RPP kemudian bersama dengan guru kelas memeriksa

kembali RPP siklus II untuk mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya yang

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA

85

45

65

90

55

71

pra siklus siklus 1

63

telah disusun dan dicermati setiap butir yang dilaksanakan dalam pelaksanaan

tindakan. Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

berbantuan media konkrit, adapun langkah-langkah pembelajaran terlampir.

Kemudian peneliti menyiapkan alat peraga dan sarana lain yang dibutuhkan serta

lembar observasi kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang diamati oleh

observer untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan,

peneliti juga merancang alat evaluasi berupa soal tes tertulis yang akan menguji

siswa berkaitan dengan materi tersebut. Perencanaan yang dilakukan tersebut

diatas telah mampu menjadi pedoman yang sistematis dalam proses pembelajaran,

artinya susunan program tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan

yang mempermudah pembelajaran suatu materi, sehingga pelaksanaannya dapat

berjalan dengan lancar.

B. Tindakan

Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 29 April 2016 melalui beberapa kegiatan

sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

Sebelum pelajaran dimulai guru dan siswa berdoa terlebih dahulu, kemudian

mengabsen siswa. Untuk mengawali pembelajaran guru bertanya kepada siswa ”

Sehabis hujan apa yang kamu lihat? Jaman dahulu orang mengatakan bahwa

pelangi adalah tangga bidadari turun ke bumi untuk mandi?”. Setelah kegiatan

itu, guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian guru

membagi siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 orang dan setiap anggota

kelompok diberikan nomor.

b. Kegiatan inti

Guru menjelaskan secara singkat materi tentang Sifat Sifat Cahaya (cahaya

dapat dibiaskan) menggunakan LCD. Kemudian masing- masing kelompok

diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan cahaya dapat dibiaskan. Setelah itu,

Siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang pengertian cahaya

dapat dibiaskan. Guru bertanya kepada siswa tentang cahaya dapat dibiaskan yang

64

diketahui siswa dalam kehidupan sehari – hari untuk menggali pengetahuan siswa.

Siswa bersama kelompoknya mulai mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh

dari kegiatan membaca materi dan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan lembar

kerja siswa (LKS) yang guru berikan, dimana pada LKS, siswa diminta untuk

dengan memasukan pensil kedalam gelas yang berisi air untuk membuktikan

cahaya dapat dibiaskan, guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan

memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan bantuan. Setelah itu, guru

memanggil salah satu nomor di dalam kelompok secara secara acak, dan siswa

yang ditunjuk nomornya mengangkat tangan dan bersama kelompoknya

mempresentasikan jawaban dan hasil pembuktian dari percobaan yang telah

mereka lakukan di depan kelas. Sementara itu, siswa dari kelompok lain

menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok yang presentasi. Guru

memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja siswa. Guru memberikan

penghargaan kepada kelompok dan memotivasi siswa agar lebih berpartisipasi

aktif lagi.

c. Kegiatan akhir

Di kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang

Pengertian cahaya dapat dibiaskan, setelah itu guru bersama siswa menarik

kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru

mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan

pesan moral serta tindak lanjut

Pertemuan kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2016 melalui beberapa kegiatan

sebagai berikut :

a. Kegiatan awal

Untuk mengawali pelajaran, guru dan siswa berdoa terlebih dahulu,

kemudian mengabsen siswa. Setelah itu, guru bertanya kepada siswa tentang

kegiatan/materi yang telah di pelajari siswa pada pertemuan sebelumnya. Setelah

itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian guru

membagi siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 orang dan setiap anggota

kelompok diberikan nomor.

65

b. Kegiatan inti

Guru menjelaskan secara singkat materi tentang Sifat Sifat Cahaya (cahaya

dapat diuraikan dan contoh pemanfaatan sifat –sifat cahaya dengan pembuatan

periskop sederhana) menggunakan LCD. Kemudian masing- masing kelompok

diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan cahaya dapat diuraikan dan

pembuatan periskop sederhana. Setelah itu, Siswa diberikan kesempatan untuk

membaca materi tentang pengertian cahaya dapat diuraikan dan pembuatan

periskop sederhana. Guru bertanya kepada siswa tentang cahaya dapat diuraikan

dan pembuatan periskop sederhana yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari

– hari untuk menggali pengetahuan siswa. Siswa bersama kelompoknya mulai

mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan membaca materi dan

berdiskusi untuk menjawab pertanyaan lembar kerja siswa (LKS), dengan

membuat cakram warna untuk membuktikan cahaya putih terdiri dari beberapa

warna serta membuat periskop untuk membuktikan pemanfaatan dari sifat-sifat

cahaya, guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta

membantu siswa yang memerlukan bantuan. Setelah itu, guru memanggil salah

satu nomor di dalam kelompok secara secara acak, dan siswa yang ditunjuk

nomornya mengangkat tangan dan bersama kelompoknya mempresentasikan

jawaban dan menunjukan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Sementara itu,

siswa dari kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok

yang presentasi. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja

siswa. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dan memotivasi siswa

agar lebih berpartisipasi aktif lagi.

c. Kegiatan akhir

Di kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang cahaya

dapat diuraikan dan contoh pemanfaatan sifat –sifat cahaya dengan pembuatan

periskop sederhana. Setelah itu guru bersama siswa merefleksi proses

pembelajaran. Tindak lanjut guru melaksanakan evaluasi dengan membagi lembar

tes formatif untuk dikerjakan secara individu selanjutnya guru menutup

pembelajaran dengan Salam penutup.

66

C. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan proses

berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Pada siklus II pertemuan pertama dan

kedua yang diamati adalah keseluruhan aktivitas guru atau proses pembelajaran

yang berlangsung di dalam kelas. Fokus pengamatannya adalah bagaimana

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) berbantuan media konkrit dalam pembelajaran IPA, serta implikasi dari

model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)) berbantuan media konkrit

pada hasil belajar IPA. Berkenaan dengan penelitian ini, maka hal-hal yang

menjadi pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu mengamati

aktivitas guru, maka instrumen pengamatan yang digunakan adalah lembar

observasi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit pada pembelajaran IPA materi

sifat-sifat cahaya. Dalam penelitian ini guru kelas 5 bertindak sebagai observer

jalannya kegiatan pembelajaran. Adapun hasil dari observasi guru kelas selama

siklus II berlangsung adalah sebagai berikut:

a. Siswa sudah memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) dengan benar.

b. siswa sudah serius dalam bekerja kelompok.

c. semua kelompok memberikan komentar dan tanggapan terhadap hasil

presentasi temannya

d. pada saat kelompok lain presentasi anggota kelompok yang lain sudah

memperhatikan.

e. Guru sudah memberikan reward/penguatan pada siswa yang menjawab

benar.

f. semua siswa sudah mengerjakan evaluasi dengan baik

g. guru sudah dapat menggunakan waktu dengan maksimal.

Berdasarkan observasi siklus II dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit,

maka dilakukan refleksi yaitu berdiskusi dengan guru kelas, observer, atas segala

kegiatan dalam proses pembelajaran hasil refleksi diambil dari lembar observasi

67

dan tes. Setelah tindakan pada siklus II dilaksanakan, perlu dilakukan refleksi

tentang keseluruhan proses belajar mengajar. Refleksi didasarkan atas temuan

baik temuan observer maupun temuan guru selama proses pembelajaran

dilaksanakan. Hasil refleksi setelah proses perbaikan pembelajaran siklus II

adalah sebagai berikut :

Hasil refleksi tersebut adalah pembelajaran dalam menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siklus II

pertemuan pertama sudah baik sekali, untuk pertemuan berikutnya guru harus

mengoptimalkan seluruh kegiatan yang direncanakan agar hasilnya lebih baik

lagi. Pada pertemuan pertama siklus 2 siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) sehingga pembelajaran dilakukan dengan aktif dan kondusif.

Pada pertemuan kedua yang dilakukan guru sudah dapat dikatakan berhasil,

yang dapat ditunjukan dari meningktanya hasil ketuntasan belajar siswa yaitu 17

siswa atau 85% siswa tuntas. Dapat disimpulkan pembelajaran yang dilakukan

dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) pada siklus 2.

Dari uraian diatas peneliti dan guru kelas 5 SDN Jombor menyimpulkan hasil

refleksi pada siklus 2, bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media

konkrit pada siklus 2 sudah terlaksana secara optimal. Penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media

konkrit dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Berdasarkan hasil dari refleksi siklus 2 ini, maka peneliti dan guru yang

bersangkutan membuat kesepatan untuk menghentikan tindakan pada siklus 2.

4.4.1 Analisis Hasil Belajar Siklus II

Dari temuan hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang

telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus II. Hasil tes siklus II mengalami

peningkatan dari hasil tes pada data awal pra siklus. Berdasarkan hasil tes siswa

data awal pra siklus, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara

keseluruhan sebesar 65 meningkat menjadi 76 pada siklus II. Hasil analisis

68

pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang telah dilakukan

diperoleh hasil yang tersaji pada tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4. 4

Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus II

Kriteria Hasil Belajar Siklus II

Jumlah Siswa (%)

Tidak Tuntas 3 15%

Tuntas 17 85%

Jumlah 20 100%

Rata-rata 76

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 60

KKM 67

Dari tabel 4:4 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan

media konkrit, dari 20 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran terdapat 17

siswa (85%) tuntas atau mampu mencapai KKM 67 dan 3 siswa (15%) tidak

tuntas atau masih berada dibawah KKM. Berikut ini adalah hasil perolehan

ketuntasan hasil belajar IPA siklus II dapat dilihat pada gambar 4:7.

Gambar 4. 7 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siklus II

Berdasarkan Gambar 4:7 diketahui bahwa setelah penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media

konkrit, dari 20 siswa kelas 5 terdapat 85% siswa yang tuntas belajar dan 15%

Tuntas Belum Tuntas

85%

15%

Siklus II

69

siswa tidak tuntas belajar. Adapun KKM IPA adalah 67. Berikut ini disajikan

dalam Gambar 4.8 Nilai Tertinggi, Terendah dan Rata-Rata hasil belajar siswa setelah

diberikan tindakan pada siklus II.

Gambar 4.8 Diagram Batang Nilai Tertinggi, Terendah Dan Rata-Rata Siklus II

Dari gambar 4.4 diketahui nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dan

nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata kelas adalah 76.

4.5. Pembahasan

4.5.1. Analisis Deskriptif Komparatif Hasil Penelitian

Membandingkan ketuntasan belajar pra siklus dengan setelah tindakan

pada siklus II dimaksudkan untuk melihat apakah penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media

konkrit, memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa

pada mata pelajaran matematika materi pecahan. Berikut disajikan dalam Tabel

4.5 perbandingan ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah tindakan pada

siklus II

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA

90

60

76

Siklus II

70

Tabel 4. 1

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA

Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Ketuntasan Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

Tuntas 9 45 14 70 17 85

Belum Tuntas 11 55 6 30 3 15

Jumlah 20 100 20 100 20 100

Nilai Tertinggi 85 90 90

Nilai Terendah 45 55 60

Rata-Rata 65 71 76

Dari Tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari

pra siklus sampai ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang

tuntas belajar adalah 9 siswa (45%), pada siklus I menjadi 14 siswa (70%) dan

pada siklus II menjadi 17 siswa (85%). Sedangkan siswa yang belum tuntas

jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 11 siswa (55%) belum tuntas,

pada siklus I masih 6 siswa (30%) yang belum tuntas dan pada siklus II masih 3

siswa (15%). Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra siklus 85, siklus I

nilai tertinggi yaitu 90 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu 90. Nilai terendah

pra siklus 45, siklus I terendah 55 dan siklus II nilai terendah 60. Rata-rata siswa

dari pra siklus ke siklus II juga mengalami peningkatan dari pra siklus 65 menjadi

71 ke siklus I atau naik sebesar 6 dan pada siklus II menjadi 76 atau naik sebesar

5. Selanjutnya untuk memperjelas perbandingan hasil belajar dan ketuntasan

belajar siswa dari pra siklus sampai dengan Siklus II. Berikut ini disajikan dalam

Gambar 4.9 perbandingan nilai tertinggi, nilai terendah dan nilai rata rata belajar

siswa pra siklus, siklus I dan setelah diberikan tindakan pada siklus II

71

Gambar 4. 9 Perbandingan Nilai Tertinggi,Terendah dan Nilai Rata Rata

Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II

Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.10 perbandingan jumlah ketuntasan

belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus II.

Gambar 4.10 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus

1 dan Siklus II

Berdasarkan Tabel 4.5 dan gambar 4.10 diketahui bahwa terjadi

peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. dapat dilihat

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA

85

45

65

90

55

71

90

60

76

pra siklus siklus 1 siklus 2

0

10

20

30

40

50

60

70

80

TUNTAS TIDAK TUNTAS NILAI RATA RATA

9 11

60

14

6

71

17

3

76

Pra Siklus Siklus I Siklus II

72

adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran IPA terbukti

untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 9 siswa

atau 45% Jika siklus I, siswa yang tuntas belajar adalah 14 siswa (70%) dari total

jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus II,

dimana siswa yang tuntas menjadi 17 siswa (85%) dari total jumlah siswa. Hasil

ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar

siswa yaitu 3 siswa (15%). Jumlah siswa yang belum tuntas siklus I adalah 6

siswa (30%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus II menjadi 3

siswa (15%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah

siswa yang belum tuntas yaitu 3 siswa (15%).

Peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus

II, diketahui bahwa ketuntasan belajar sudah memberikan hasil yang diharapkan

yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang

ditetapkan sekolah = 67.

Penelitian tindakan ini difokuskan pada upaya untuk meningkatkan hasil

belajar IPA siswa kelas 5 SDN Jombor dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan

media konkrit. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk mengembangkan kerja

tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara

mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk

mempelajari semua materi sendirian sehingga mengajak siswa untuk bekerja

sama dalam kelompok dan mengembangkan sikap rasa percaya diri siswa untuk

menjawab pertanyaan. Sehingga Tugas guru dalam pembelajaran ini bukan

sebagai pentransfer pengetahuan tetapi hanya sebagai fasilitator. Dalam

pembelajaran pembelajaran ini siswa belajar secara berkelompok sehingga akan

dapat mengoptimalkan kerjasama siswa dalam kelompok kecil. Setelah itu,

siswa juga diminta untuk mempresentasikan hasil penyelesaiannya di depan

kelas dan kelompok lain memberikan komentar atau tanggapan. Dominasi guru

dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menjadi

kurang sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru selalu berusaha

73

mengoptimalkan interaksi. Pada akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi

untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa siswa yang tuntas pra siklus

adalah 9 siswa (45%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi

peningkatan jumlah ketuntasan siswa menjadi 14 siswa (70%). Setelah

diberikan tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan

menjadi 17 siswa (85%). Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan

adalah 11 siswa (55%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, berkurang

menjadi 6 siswa (30%). Setelah dilaksanakan lagi tindakan pada siklus II,

menjadi 3 siswa (15%) yang belum tuntas.

Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan ketika

pembelajaran maka dapat diketahui bahwa tiga siswa tersebut dalam

pembelajaran sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam

memahami dan menguasai materi pembelajaran dibandingkan dengan teman-

temannya. Terhadap 3 siswa yang nilai ulangannya belum mencapai kriteria

ketuntasan minimal disebabkan karena anak tersebut kemampuan dalam

menyelesaikan soal-soal maupun tugas yang diberikan oleh guru rendah sekali,

Siswa tersebut diminta untuk mengerjakan soal yang sama dengan soal tes

untuk dikerjakan dirumah dengan bimbingan orang tua, teman, ataupun orang

yang dianggap dapat memberikan bimbingan. Nilai hasil soal yang dikerjakan

di rumah tersebut digunakan untuk memperbaiki Nilai tes formatif setara

dengan standar Nilai kriteria ketuntasan minimal.

Dengan kata lain, bahwa upaya peningkatan hasil belajar IPA melalui

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

berbantuan media konkrit, materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SDN

Jombor, berhasil dilakukan. Selain meningkatkan ketuntasan belajar,

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) berbantuan media konkrit dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat

cahaya, juga meningkatkan kinerja guru dan aktivitas siswa. Pada siklus I,

kinerja guru masuk dalam kategori cukup baik. Setelah dilaksanakan perbaikan

pada siklus II, kinerja guru meningkat menjadi baik sekali. Setelah dilaksanakan

74

perbaikan tindakan pada siklus II, aktivitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) berbantuan media konkrit, masuk dalam kategori baik sekali.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Alustina Isyuniarsih dalam sikripsinya yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Afektif Pada Mata Pelajaran IPA

Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten

Blora Tahun pelajaran 2011/2012.”. Selain itu, penelitian tindakan yang

dilakukan oleh Yuni Winarti dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan

Metode NHT (Numbered Heads Together) Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Banyumundul 02, Kabupaten

Wonosobo, Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.”

Selain mendukung dua hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini

juga mendukung pernyataan teoritis tentang model pembelajaran menurut

Miftahul Huda (2014: 130) pada dasarnya Numbered Heads Together (NHT)

merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya hampir sama

dengan diskusi kelompok. Pertama-tama guru meminta siswa untuk duduk

berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai

guru memanggil nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak

memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu

seterusnya hingga semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan

memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi, sedangkan media

konkrit adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan rangsangan yang

amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang

menyangkut pengembangan keterampilan tertentu. dengan demikian terbukti

bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) ini dapat

meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, materi

sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SDN Jombor Kecamatan Tuntang, Semester

II Tahun Pelajaran 2015/2016.