Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 5 SDN Jombor Kecamatan Tuntang.
Jumlah siswa kelas 5 di SDN Jombor Kecamatan Tuntang adalah 20 siswa yang
terdiri dari 8 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Kondisi Pra siklus
Kondisi pra siklus merupakan kondisi awal sebelum diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media
konkrit dalam pelajaran IPA materi sifat sifat cahaya. Pada kondisi pra siklus,
diketahui bahwa dari total 20 siswa, 11 siswa dinyatakan belum tuntas dari nilai
KKM (67) yang ditetapkan sekolah, sementara yang tuntas hanya 9 siswa.
Hasilnya disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Distribusi Hasil Belajar IPA Pra siklus
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA kelas 5 sebanyak 20 orang yang terdiri dari 8 siswa perempuan dan
12 siswa laki-laki menunjukkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa
(45%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 11 siswa (55%). Hasil perolehan
nilai tertinggi 85, nilai terendahnya 45 dan nilai rata-rata 65. Selanjutnya untuk
lebih jelas hasil perolehan ketuntasan belajar tersebut disajikan dalam diagram
batang 4.1 berikut ini:
Skor Kriteria Hasil
Belajar
Pra Siklus
Jumlah siswa Persentase (%)
67 Tidak Tuntas 11 55%
≥ 67 Tuntas 9 45%
Jumlah 20 100%
Nilai Tertinggi 85
Nilai Terendah 45
Nilai Rata-Rata 65
52
Gambar 4. 1 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Pra siklus
Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA kelas 5 menunjukkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak
9 siswa (45%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 11 siswa (55%). Hasil
perolehan Nilai terendah, Nilai Tertinggi, dan Nilai Rata-Rata dari tabel tersebut
disajikan dalam diagram batang 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Tertinggi, Terendah Dan Rata-Rata
Pra siklus
Berdasarkan gambar 4.2 diketahui bahwa nilai tertinggi pra siklus adalah
85, nilai terendah 45 dan nilai rata-rata 65. Dari data yang diperoleh, maka
diperlukan upaya untuk menindak lanjuti melalui penelitian tindakan kelas.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
TUNTAS BELUM TUNTAS
45%55%
Pra Siklus
Pra Siklus
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA
85
45
65
Pra Siklus
53
Penelitian tindakan kelas ini telah disetujui oleh guru kelas dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan
media konkrit yang dilaksanakan dalam dua siklus (tiap siklus dua pertemuan).
4.3 Siklus I
Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan
pengertian cahaya (pancaran sinar dilihat oleh mata), sumber cahaya (benda
menyala/benda terbakar), pengertian sifat-sifat cahaya (membuktikan cahaya
merambat lurus, ciri–ciri cahaya merambat lurus dan berkas cahaya dari proyektor
film yang dipancarkan). Dalam siklus I ini dilakukan melalui dua kali pertemuan
dengan rinciannya sebagai berikut:
A. Perencanaan
Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 18 dan 19
April 2016. Sebelum proses pembelajaran siklus 1 dilaksanakan, peneliti dengan
teman sejawat membahas hal-hal untuk menentukan model yang sesuai dengan
materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
kondusif. Peneliti membuat RPP kemudian bersama dengan guru kelas memeriksa
kembali RPP siklus 1 untuk mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya yang
telah disusun dan dicermati setiap butir yang dilaksanakan dalam pelaksanaan
tindakan. Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan
media konkrit, adapun langkah-langkah pembelajaran terlampir. Kemudian
peneliti menyiapkan alat peraga dan sarana lain yang dibutuhkan serta lembar
observasi kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang diamati oleh
observer untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan,
peneliti juga merancang alat evaluasi berupa soal tes tertulis yang akan menguji
siswa berkaitan dengan materi tersebut. Perencanaan yang dilakukan tersebut
diatas telah mampu menjadi pedoman yang sistematis dalam proses pembelajaran,
artinya susunan program tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan
yang mempermudah pembelajaran suatu materi, sehingga pelaksanaannya dapat
berjalan dengan lancar.
54
B. Tindakan
Pertemuan pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 18 April 2016 melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan awal
Sebelum pelajaran dimulai guru dan siswa berdoa terlebih dahulu,
kemudian mengabsen siswa. Untuk mengawali pembelajaran guru bertanya
kepada siswa ” Mengapa ikan dan benda-benda lain dapat terlihat jelas di dasar
kolam yang berair jernih? Apakah air dapat ditembus cahaya?”. Setelah kegiatan
itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian guru
membagi siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 orang dan setiap anggota
kelompok diberikan nomor.
2. Kegiatan inti
Guru menjelaskan materi tentang sifat – sifat cahaya dengan menggunakan
alat peraga, menjelaskan pengertian cahaya, pancaran sinar dilihat oleh mata,
sumber cahaya, benda menyala/benda terbakar dan cahaya merambat lurus.
Setelah itu, Siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang
pengertian cahaya dapat merambat lurus. Guru bertanya kepada siswa tentang
cahaya dapat merambat lurus yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari – hari
untuk menggali pengetahuan siswa. Kemudian siswa bersama kelompoknya mulai
mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan membaca materi dan
berdiskusi untuk menjawab pertanyaan lembar kerja siswa (LKS) yang guru
berikan dimana pada LKS, siswa diminta untuk membuktikan cahaya dapat
merambat lurus menggunakan alat peraga yang telah disiapkan oleh guru. Guru
berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu
siswa yang memerlukan, guru memberi pengarahan kepada tiap kelompok untuk
menyampaikan hasil diskusi. Siswa yang ditunjuk nomornya mengangkat tangan
dan mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
Sementara itu, siswa dari kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil
dari kelompok yang presentasi, guru memberikan umpan balik dan penguatan
terhadap kerja siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih
55
berpartisipasi aktif lagi, dan kelompok lain memberi tanggapan dan guru
membimbing siswa untuk memperoleh jawaban yang tepat sesuai degan tujuan
yang ingin dicapai. Bertanya jawab tentang materi sifat sifat cahaya yang belum
dipahami.
3. Kegiatan akhir
Di kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang
Pengertian cahaya, sumber cahaya, sifat – sifat cahaya setelah itu guru bersama
siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan
dan memberikan pesan moral serta tindak lanjut
Pertemuan kedua
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 19 April 2016 melalui beberapa
kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan awal
Sebelum memulai pelajaran guru memberikan salam dan mengajak siswa
berdoa. Setelah itu, guru mengkondisikan kelas dan mengabsensi siswa. Sebagai
apersepsi guru bertanya kepada siswa tentang kegiatan/materi pelajaran
sebelumnya. Kemudian untuk membangun pandangan awal siswa tentang materi
sifat – sifat cahaya (cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat menembus benda
bening), “Guru bertanya kepada siswa” apakah yang terjadi jika cahaya
mengenai cermin? Jika kamu bercermin, bagaimana wujud bayangan kamu jika
dilihat pada cermin datar, cermin cekung dan/atau cermin cembung? Setelah itu
guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan guru membagi siswa dalam
kelompok masing-masing 4-5 orang. Guru memberikan nomor kepada setiap
anggota kelompok. Setelah itu guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
serta tujuannya.
2. Kegiatan inti
Guru menjelaskan secara singkat materi tentang sifat – sifat cahaya (cahaya
dapat dipantulkan dan cahaya dapat menembus benda bening) sambil
menunjukkan kepada siswa contoh cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat
menembus benda bening dengan dengan alat peraga didepan kelas. Setelah itu,
56
siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang pengertian cahaya
dapat dipantulkan dan cahaya dapat menembus benda bening. Guru bertanya
kepada siswa tentang cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat menembus
benda bening yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari – hari untuk menggali
pengetahuan siswa. Kemudian siswa bersama kelompoknya mulai mendiskusikan
apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan membaca materi dan berdiskusi
untuk menjawab pertanyaan lembar kerja siswa (LKS) yang guru berikan dimana
pada LKS, siswa diminta untuk membuktikan cahaya dapat dipantulkan dengan
cermin dan cahaya dapat menembus benda bening menggunakan cahaya senter
yang ditujukan pada plastik, air dan gelas bening. Sementara guru berkeliling
untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu siswa yang
memerlukan bantuan. Setelah selesai, guru memanggil salah satu nomor di dalam
kelompok secara secara acak, dan siswa yang ditunjuk nomornya mengangkat
tangan dan bersama kelompoknya maju mempresentasikan jawaban dan hasil
percobaan yang telah dilakukan di depan kelas. Sementara itu, siswa dari
kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok yang
presentasi. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja siswa.
Guru memberikan motivasi siswa agar lebih berpartisipasi aktif lagi.
3. Kegiatan akhir
Di kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang cahaya
dapat menembus benda bening kemudian cahaya dapat dipantulkan setelah itu
guru bersama siswa merefleksi proses pembelajaran. Tindak lanjut guru
melaksanakan evaluasi dengan membagi lembar tes formatif untuk dikerjakan
secara individu selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan salam penutup.
C. Observasi
Aktivitas guru atau proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas
yang menjadi fokus pengamatannya adalah bagaimana penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan
media konkrit dalam pembelajaran IPA, serta implikasi dari model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit
pada hasil belajar IPA. Selama mengajar, observer merekam jalannya
57
pembelajaran melalui lembar observasi yang telah disediakan. Pada siklus I
pertemuan pertama dan kedua yang diamati adalah keseluruhan selama proses
pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang menjadi pengamatan adalah aktivitas
guru, maka instrumen pengamatan yang digunakan adalah lembar observasi
dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) berbantuan media konkrit pada pembelajaran IPA materi sifat
sifat cahaya.
Dari pengamatan tersebut dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan
kelebihan selama pembelajaran berlangsung. Adapun hasil observasi dari siklus
I adalah pembelajaran berjalan dengan lancar tetapi masih ada sedikit hambatan
yaitu sebagai berikut:
a) Pada awal pertemuan, siswa masih belum memahami langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan benar.
b) Kelas masih ribut ketika siswa kerja kelompok.
c) Tidak semua kelompok memberikan komentar dan tanggapan terhadap
hasil presentasi temannya
d) Beberapa siswa juga sering menertawakan anggota kelompok lain saat
mempresentasikan hasil kerja kelompok nya didepan kelas, sehingga
suasana menjadi gaduh.
e) Guru belum memberikan reward/penguatan pada siswa yang menjawab
benar.
f) Saat kegiatan evaluasi masih terdapat beberapa siswa yang berusaha untuk
membuka catatan.
g) Waktu pembelajaran yang terbatas, menjadikan proses pembelajaran
belum dilaksanakan maksimal.
D. Refleksi
Berdasarkan observasi pada siklus I, hal-hal yang perlu dilakukan untuk
memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya antara lain dengan cara :
a. Guru lebih membimbing siswa selama langkah-langkah pembelajaran.
b. Guru berkeliling mengawasi siswa yang sedang mengerjakan tugas
kelompok.
58
c. Guru mengarahkan siswa untuk lebih memperhatikan siswa yang sedang
presentsi dan meminta untuk memberikan komentar terhadap hasil
presentasi tersebut.
d. Memberikan pengertian pada siswa bahwa saat teman berbicara atau
menjelaskan materi harus kita hargai.
e. Memberikan reward/penguatan kepada siswa yang menjawab benar, baik
secara individu maupun kelompok.
f. Saat kegiatan evaluasi tidak ada lagi siswa yang membuka catatan
g. Waktu yang terbatas sudah dapat di gunakan dengan maksimal.
4.3.1. Hasil Analisis Data
Dalam bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang hasil
belajar siswa
4.3.2 Analisis Hasil Belajar Siklus I
Dalam bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang
hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari temuan hasil penelitian
diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada
pembelajaran siklus I. Hasil tes siklus I mengalami peningkatan dari hasil tes pada
data awal pra siklus. Berdasarkan hasil tes siswa data awal pra siklus, diketahui
nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan sebesar 65 meningkat
menjadi 71 pada siklus I. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran
pada siklus I yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tebel 4.2 di
bawah ini:
Tabel 4. 2
Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus I
Skor Kriteria Hasil
Belajar
Siklus I
Jumlah siswa Persentase (%)
67 Tidak Tuntas 6 30%
≥ 67 Tuntas 14 70%
Jumlah 20 100%
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 55
Nilai rata-rata 71
59
Dari tabel 4:2 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan model
pembelajaran koopratif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media
konkrit, dari 20 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran terdapat 14 siswa
(70%) tuntas atau mampu mencapai KKM 67 dan 6 siswa (30%) tidak tuntas atau
masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dan
nilai terendah 55 dengan nilai rata-rata kelas adalah 71. Selanjutnya untuk lebih
jelas hasil perolehan ketuntasan belajar tersebut disajikan dalam diagram batang
4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa
setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) berbantuan media konkrit, menunjukkan siswa yang tuntas
sebanyak 14 siswa (70%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa (30%).
Adapun KKM IPA adalah 67. Selanjutnya hasil perolehan nilai tertinggi, nilai
terendahnya, dan nilai rata-rata hasil belajar siswa disajikan dalam diagram batang
4.4 berikut ini:
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
TUNTAS BELUM TUNTAS
70%
30%
Siklus I
60
Gambar 4.4 Diagram Batang Nilai Tertinggi, Terendah dan Rata-Rata Siklus I
Berdasarkan Gambar 4.4 diketahui bahwa nilai tertinggi yang dicapai siswa
adalah 90 dan nilai terendah 55 dengan nilai rata-rata kelas adalah 71.
4.3.3 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra siklus dan Siklus I
Membandingkan ketuntasan belajar pra siklus dengan setelah tindakan
pada siklus I dimaksudkan untuk melihat apakah penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit,
memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata
pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Berikut ini disajikan dalam Tabel 4.3
perbandingan ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah tindakan pada siklus
Tabel 4.3
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra siklus dan Siklus I
Ketuntasan Pra Siklus Siklus I
Jumlah siswa % Jumlah siswa %
Belum Tuntas 11 55 6 30
Tuntas 9 45 14 70
Total 20 100 20 100
Rata-rata 65 71
Nilai tertinggi 85 90
Nilai terendah 45 55
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun
persentase ketuntasan belajar siswa. Jika pra siklus, siswa yang tuntas belajar
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA
90
55
71
Siklus I
61
adalah 9 siswa (45%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah
diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 14 siswa
(70%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi
peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 9 siswa (45%). Jumlah siswa
yang belum tuntas pra siklus adalah 11 siswa (55%) dan berkurang setelah
diberikan tindakan pada siklus I menjadi 6 siswa (30%). Hasil ini memberikan
gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 5 siswa
(25%). Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.5 perbandingan jumlah ketuntasan
belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus I.
Gambar 4. 5 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.5 diketahui bahwa terjadi peningkatan
jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika pra siklus , siswa yang
tuntas belajar adalah 9 siswa (45%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan
setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 14
siswa (70%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa
terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 5 siswa (25%). Jumlah
siswa yang belum tuntas pra siklus adalah 11 siswa (55%) dan berkurang setelah
diberikan tindakan pada siklus I menjadi 6 siswa (30%). Hasil ini memberikan
gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 5 siswa
(25%). Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.4 perbandingan Nilai Tertinggi,
Terendah dan Rata-Rata hasil belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan
tindakan pada siklus I.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
TUNTAS BELUM TUNTAS
45%
55%
70%
30%
Pra Siklus Siklus I
62
Gambar 4. 6 Perbandingan Diagram Batang Nilai Tertinggi, Terendah dan Rata-
Rata Pra Siklus dan Siklus I
Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan
tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan belajar ini belum memberikan
hasil yang diharapkan yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau
tuntas KKM yang ditetapkan sekolah = 67. Dengan kata lain, dengan hasil ini
diperlukan lagi tindakan yang harus dilaksanakan pada siklus II.
4.4 Siklus II
Praktek pembelajaran dilaksanakan dengan pokok bahasan sifat-sifat cahaya
dengan indikator ”menunjukkan bahwa cahaya dapat dibiaskan, menunjukkan
bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna melalui cakram warna dan
membuat periskop sederhana. Siklus II ini dilakukan melalui dua pertemuan
dengan rincian sebagai berikut :
A. Perencanaan
Siklus II terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 29 dan 30
April 2016. Sebelum proses pembelajaran siklus 1 dilaksanakan, peneliti dengan
teman sejawat membahas hal-hal untuk menentukan model yang sesuai dengan
materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
kondusif. Peneliti membuat RPP kemudian bersama dengan guru kelas memeriksa
kembali RPP siklus II untuk mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya yang
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA
85
45
65
90
55
71
pra siklus siklus 1
63
telah disusun dan dicermati setiap butir yang dilaksanakan dalam pelaksanaan
tindakan. Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
berbantuan media konkrit, adapun langkah-langkah pembelajaran terlampir.
Kemudian peneliti menyiapkan alat peraga dan sarana lain yang dibutuhkan serta
lembar observasi kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang diamati oleh
observer untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan,
peneliti juga merancang alat evaluasi berupa soal tes tertulis yang akan menguji
siswa berkaitan dengan materi tersebut. Perencanaan yang dilakukan tersebut
diatas telah mampu menjadi pedoman yang sistematis dalam proses pembelajaran,
artinya susunan program tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan
yang mempermudah pembelajaran suatu materi, sehingga pelaksanaannya dapat
berjalan dengan lancar.
B. Tindakan
Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 29 April 2016 melalui beberapa kegiatan
sebagai berikut:
a. Kegiatan awal
Sebelum pelajaran dimulai guru dan siswa berdoa terlebih dahulu, kemudian
mengabsen siswa. Untuk mengawali pembelajaran guru bertanya kepada siswa ”
Sehabis hujan apa yang kamu lihat? Jaman dahulu orang mengatakan bahwa
pelangi adalah tangga bidadari turun ke bumi untuk mandi?”. Setelah kegiatan
itu, guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian guru
membagi siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 orang dan setiap anggota
kelompok diberikan nomor.
b. Kegiatan inti
Guru menjelaskan secara singkat materi tentang Sifat Sifat Cahaya (cahaya
dapat dibiaskan) menggunakan LCD. Kemudian masing- masing kelompok
diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan cahaya dapat dibiaskan. Setelah itu,
Siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi tentang pengertian cahaya
dapat dibiaskan. Guru bertanya kepada siswa tentang cahaya dapat dibiaskan yang
64
diketahui siswa dalam kehidupan sehari – hari untuk menggali pengetahuan siswa.
Siswa bersama kelompoknya mulai mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh
dari kegiatan membaca materi dan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan lembar
kerja siswa (LKS) yang guru berikan, dimana pada LKS, siswa diminta untuk
dengan memasukan pensil kedalam gelas yang berisi air untuk membuktikan
cahaya dapat dibiaskan, guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan
memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan bantuan. Setelah itu, guru
memanggil salah satu nomor di dalam kelompok secara secara acak, dan siswa
yang ditunjuk nomornya mengangkat tangan dan bersama kelompoknya
mempresentasikan jawaban dan hasil pembuktian dari percobaan yang telah
mereka lakukan di depan kelas. Sementara itu, siswa dari kelompok lain
menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok yang presentasi. Guru
memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja siswa. Guru memberikan
penghargaan kepada kelompok dan memotivasi siswa agar lebih berpartisipasi
aktif lagi.
c. Kegiatan akhir
Di kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang
Pengertian cahaya dapat dibiaskan, setelah itu guru bersama siswa menarik
kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru
mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan
pesan moral serta tindak lanjut
Pertemuan kedua
Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2016 melalui beberapa kegiatan
sebagai berikut :
a. Kegiatan awal
Untuk mengawali pelajaran, guru dan siswa berdoa terlebih dahulu,
kemudian mengabsen siswa. Setelah itu, guru bertanya kepada siswa tentang
kegiatan/materi yang telah di pelajari siswa pada pertemuan sebelumnya. Setelah
itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian guru
membagi siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 orang dan setiap anggota
kelompok diberikan nomor.
65
b. Kegiatan inti
Guru menjelaskan secara singkat materi tentang Sifat Sifat Cahaya (cahaya
dapat diuraikan dan contoh pemanfaatan sifat –sifat cahaya dengan pembuatan
periskop sederhana) menggunakan LCD. Kemudian masing- masing kelompok
diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan cahaya dapat diuraikan dan
pembuatan periskop sederhana. Setelah itu, Siswa diberikan kesempatan untuk
membaca materi tentang pengertian cahaya dapat diuraikan dan pembuatan
periskop sederhana. Guru bertanya kepada siswa tentang cahaya dapat diuraikan
dan pembuatan periskop sederhana yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari
– hari untuk menggali pengetahuan siswa. Siswa bersama kelompoknya mulai
mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan membaca materi dan
berdiskusi untuk menjawab pertanyaan lembar kerja siswa (LKS), dengan
membuat cakram warna untuk membuktikan cahaya putih terdiri dari beberapa
warna serta membuat periskop untuk membuktikan pemanfaatan dari sifat-sifat
cahaya, guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta
membantu siswa yang memerlukan bantuan. Setelah itu, guru memanggil salah
satu nomor di dalam kelompok secara secara acak, dan siswa yang ditunjuk
nomornya mengangkat tangan dan bersama kelompoknya mempresentasikan
jawaban dan menunjukan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Sementara itu,
siswa dari kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok
yang presentasi. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja
siswa. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dan memotivasi siswa
agar lebih berpartisipasi aktif lagi.
c. Kegiatan akhir
Di kegiatan akhir guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang cahaya
dapat diuraikan dan contoh pemanfaatan sifat –sifat cahaya dengan pembuatan
periskop sederhana. Setelah itu guru bersama siswa merefleksi proses
pembelajaran. Tindak lanjut guru melaksanakan evaluasi dengan membagi lembar
tes formatif untuk dikerjakan secara individu selanjutnya guru menutup
pembelajaran dengan Salam penutup.
66
C. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan proses
berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Pada siklus II pertemuan pertama dan
kedua yang diamati adalah keseluruhan aktivitas guru atau proses pembelajaran
yang berlangsung di dalam kelas. Fokus pengamatannya adalah bagaimana
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) berbantuan media konkrit dalam pembelajaran IPA, serta implikasi dari
model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)) berbantuan media konkrit
pada hasil belajar IPA. Berkenaan dengan penelitian ini, maka hal-hal yang
menjadi pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu mengamati
aktivitas guru, maka instrumen pengamatan yang digunakan adalah lembar
observasi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit pada pembelajaran IPA materi
sifat-sifat cahaya. Dalam penelitian ini guru kelas 5 bertindak sebagai observer
jalannya kegiatan pembelajaran. Adapun hasil dari observasi guru kelas selama
siklus II berlangsung adalah sebagai berikut:
a. Siswa sudah memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dengan benar.
b. siswa sudah serius dalam bekerja kelompok.
c. semua kelompok memberikan komentar dan tanggapan terhadap hasil
presentasi temannya
d. pada saat kelompok lain presentasi anggota kelompok yang lain sudah
memperhatikan.
e. Guru sudah memberikan reward/penguatan pada siswa yang menjawab
benar.
f. semua siswa sudah mengerjakan evaluasi dengan baik
g. guru sudah dapat menggunakan waktu dengan maksimal.
Berdasarkan observasi siklus II dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit,
maka dilakukan refleksi yaitu berdiskusi dengan guru kelas, observer, atas segala
kegiatan dalam proses pembelajaran hasil refleksi diambil dari lembar observasi
67
dan tes. Setelah tindakan pada siklus II dilaksanakan, perlu dilakukan refleksi
tentang keseluruhan proses belajar mengajar. Refleksi didasarkan atas temuan
baik temuan observer maupun temuan guru selama proses pembelajaran
dilaksanakan. Hasil refleksi setelah proses perbaikan pembelajaran siklus II
adalah sebagai berikut :
Hasil refleksi tersebut adalah pembelajaran dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siklus II
pertemuan pertama sudah baik sekali, untuk pertemuan berikutnya guru harus
mengoptimalkan seluruh kegiatan yang direncanakan agar hasilnya lebih baik
lagi. Pada pertemuan pertama siklus 2 siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) sehingga pembelajaran dilakukan dengan aktif dan kondusif.
Pada pertemuan kedua yang dilakukan guru sudah dapat dikatakan berhasil,
yang dapat ditunjukan dari meningktanya hasil ketuntasan belajar siswa yaitu 17
siswa atau 85% siswa tuntas. Dapat disimpulkan pembelajaran yang dilakukan
dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) pada siklus 2.
Dari uraian diatas peneliti dan guru kelas 5 SDN Jombor menyimpulkan hasil
refleksi pada siklus 2, bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media
konkrit pada siklus 2 sudah terlaksana secara optimal. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media
konkrit dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Berdasarkan hasil dari refleksi siklus 2 ini, maka peneliti dan guru yang
bersangkutan membuat kesepatan untuk menghentikan tindakan pada siklus 2.
4.4.1 Analisis Hasil Belajar Siklus II
Dari temuan hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang
telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus II. Hasil tes siklus II mengalami
peningkatan dari hasil tes pada data awal pra siklus. Berdasarkan hasil tes siswa
data awal pra siklus, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara
keseluruhan sebesar 65 meningkat menjadi 76 pada siklus II. Hasil analisis
68
pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang telah dilakukan
diperoleh hasil yang tersaji pada tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4. 4
Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus II
Kriteria Hasil Belajar Siklus II
Jumlah Siswa (%)
Tidak Tuntas 3 15%
Tuntas 17 85%
Jumlah 20 100%
Rata-rata 76
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 60
KKM 67
Dari tabel 4:4 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan
media konkrit, dari 20 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran terdapat 17
siswa (85%) tuntas atau mampu mencapai KKM 67 dan 3 siswa (15%) tidak
tuntas atau masih berada dibawah KKM. Berikut ini adalah hasil perolehan
ketuntasan hasil belajar IPA siklus II dapat dilihat pada gambar 4:7.
Gambar 4. 7 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan Gambar 4:7 diketahui bahwa setelah penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media
konkrit, dari 20 siswa kelas 5 terdapat 85% siswa yang tuntas belajar dan 15%
Tuntas Belum Tuntas
85%
15%
Siklus II
69
siswa tidak tuntas belajar. Adapun KKM IPA adalah 67. Berikut ini disajikan
dalam Gambar 4.8 Nilai Tertinggi, Terendah dan Rata-Rata hasil belajar siswa setelah
diberikan tindakan pada siklus II.
Gambar 4.8 Diagram Batang Nilai Tertinggi, Terendah Dan Rata-Rata Siklus II
Dari gambar 4.4 diketahui nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dan
nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata kelas adalah 76.
4.5. Pembahasan
4.5.1. Analisis Deskriptif Komparatif Hasil Penelitian
Membandingkan ketuntasan belajar pra siklus dengan setelah tindakan
pada siklus II dimaksudkan untuk melihat apakah penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media
konkrit, memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa
pada mata pelajaran matematika materi pecahan. Berikut disajikan dalam Tabel
4.5 perbandingan ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah tindakan pada
siklus II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA
90
60
76
Siklus II
70
Tabel 4. 1
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Ketuntasan Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
Tuntas 9 45 14 70 17 85
Belum Tuntas 11 55 6 30 3 15
Jumlah 20 100 20 100 20 100
Nilai Tertinggi 85 90 90
Nilai Terendah 45 55 60
Rata-Rata 65 71 76
Dari Tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari
pra siklus sampai ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang
tuntas belajar adalah 9 siswa (45%), pada siklus I menjadi 14 siswa (70%) dan
pada siklus II menjadi 17 siswa (85%). Sedangkan siswa yang belum tuntas
jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 11 siswa (55%) belum tuntas,
pada siklus I masih 6 siswa (30%) yang belum tuntas dan pada siklus II masih 3
siswa (15%). Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra siklus 85, siklus I
nilai tertinggi yaitu 90 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu 90. Nilai terendah
pra siklus 45, siklus I terendah 55 dan siklus II nilai terendah 60. Rata-rata siswa
dari pra siklus ke siklus II juga mengalami peningkatan dari pra siklus 65 menjadi
71 ke siklus I atau naik sebesar 6 dan pada siklus II menjadi 76 atau naik sebesar
5. Selanjutnya untuk memperjelas perbandingan hasil belajar dan ketuntasan
belajar siswa dari pra siklus sampai dengan Siklus II. Berikut ini disajikan dalam
Gambar 4.9 perbandingan nilai tertinggi, nilai terendah dan nilai rata rata belajar
siswa pra siklus, siklus I dan setelah diberikan tindakan pada siklus II
71
Gambar 4. 9 Perbandingan Nilai Tertinggi,Terendah dan Nilai Rata Rata
Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II
Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.10 perbandingan jumlah ketuntasan
belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus II.
Gambar 4.10 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus
1 dan Siklus II
Berdasarkan Tabel 4.5 dan gambar 4.10 diketahui bahwa terjadi
peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. dapat dilihat
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA
85
45
65
90
55
71
90
60
76
pra siklus siklus 1 siklus 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
TUNTAS TIDAK TUNTAS NILAI RATA RATA
9 11
60
14
6
71
17
3
76
Pra Siklus Siklus I Siklus II
72
adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran IPA terbukti
untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 9 siswa
atau 45% Jika siklus I, siswa yang tuntas belajar adalah 14 siswa (70%) dari total
jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus II,
dimana siswa yang tuntas menjadi 17 siswa (85%) dari total jumlah siswa. Hasil
ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar
siswa yaitu 3 siswa (15%). Jumlah siswa yang belum tuntas siklus I adalah 6
siswa (30%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus II menjadi 3
siswa (15%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah
siswa yang belum tuntas yaitu 3 siswa (15%).
Peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus
II, diketahui bahwa ketuntasan belajar sudah memberikan hasil yang diharapkan
yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang
ditetapkan sekolah = 67.
Penelitian tindakan ini difokuskan pada upaya untuk meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas 5 SDN Jombor dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan
media konkrit. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk mengembangkan kerja
tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara
mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk
mempelajari semua materi sendirian sehingga mengajak siswa untuk bekerja
sama dalam kelompok dan mengembangkan sikap rasa percaya diri siswa untuk
menjawab pertanyaan. Sehingga Tugas guru dalam pembelajaran ini bukan
sebagai pentransfer pengetahuan tetapi hanya sebagai fasilitator. Dalam
pembelajaran pembelajaran ini siswa belajar secara berkelompok sehingga akan
dapat mengoptimalkan kerjasama siswa dalam kelompok kecil. Setelah itu,
siswa juga diminta untuk mempresentasikan hasil penyelesaiannya di depan
kelas dan kelompok lain memberikan komentar atau tanggapan. Dominasi guru
dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menjadi
kurang sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru selalu berusaha
73
mengoptimalkan interaksi. Pada akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa siswa yang tuntas pra siklus
adalah 9 siswa (45%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi
peningkatan jumlah ketuntasan siswa menjadi 14 siswa (70%). Setelah
diberikan tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan
menjadi 17 siswa (85%). Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan
adalah 11 siswa (55%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, berkurang
menjadi 6 siswa (30%). Setelah dilaksanakan lagi tindakan pada siklus II,
menjadi 3 siswa (15%) yang belum tuntas.
Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan ketika
pembelajaran maka dapat diketahui bahwa tiga siswa tersebut dalam
pembelajaran sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam
memahami dan menguasai materi pembelajaran dibandingkan dengan teman-
temannya. Terhadap 3 siswa yang nilai ulangannya belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal disebabkan karena anak tersebut kemampuan dalam
menyelesaikan soal-soal maupun tugas yang diberikan oleh guru rendah sekali,
Siswa tersebut diminta untuk mengerjakan soal yang sama dengan soal tes
untuk dikerjakan dirumah dengan bimbingan orang tua, teman, ataupun orang
yang dianggap dapat memberikan bimbingan. Nilai hasil soal yang dikerjakan
di rumah tersebut digunakan untuk memperbaiki Nilai tes formatif setara
dengan standar Nilai kriteria ketuntasan minimal.
Dengan kata lain, bahwa upaya peningkatan hasil belajar IPA melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
berbantuan media konkrit, materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SDN
Jombor, berhasil dilakukan. Selain meningkatkan ketuntasan belajar,
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) berbantuan media konkrit dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat
cahaya, juga meningkatkan kinerja guru dan aktivitas siswa. Pada siklus I,
kinerja guru masuk dalam kategori cukup baik. Setelah dilaksanakan perbaikan
pada siklus II, kinerja guru meningkat menjadi baik sekali. Setelah dilaksanakan
74
perbaikan tindakan pada siklus II, aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) berbantuan media konkrit, masuk dalam kategori baik sekali.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Alustina Isyuniarsih dalam sikripsinya yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Afektif Pada Mata Pelajaran IPA
Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten
Blora Tahun pelajaran 2011/2012.”. Selain itu, penelitian tindakan yang
dilakukan oleh Yuni Winarti dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan
Metode NHT (Numbered Heads Together) Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Banyumundul 02, Kabupaten
Wonosobo, Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.”
Selain mendukung dua hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini
juga mendukung pernyataan teoritis tentang model pembelajaran menurut
Miftahul Huda (2014: 130) pada dasarnya Numbered Heads Together (NHT)
merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya hampir sama
dengan diskusi kelompok. Pertama-tama guru meminta siswa untuk duduk
berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai
guru memanggil nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak
memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu
seterusnya hingga semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan
memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi, sedangkan media
konkrit adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan rangsangan yang
amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang
menyangkut pengembangan keterampilan tertentu. dengan demikian terbukti
bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) ini dapat
meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, materi
sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SDN Jombor Kecamatan Tuntang, Semester
II Tahun Pelajaran 2015/2016.