Upload
phungkhanh
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Partisipan Penelitian
Hasil penelitian dikelompokkan dalam karakteristik
responden berdasarkan golongan usia dan jenis kelamin.
Karakteristik ini tidak dipergunakan dalam analisis secara
langsung namun dimanfaatkan sebagai data pendukung.
Tabel 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia,
Bulan Maret 2016, n: 9
No Usia Frekuensi Presentase (%)
1 60-74 tahun (elderly) 5 55.56
2 75-90 tahun (old) 4 44.44
Total 9 100
Tabel 4.1.1 menunjukkan jumlah responden pada penelitian
yaitu sebanyak 9 orang dengan penggolongan usia
berdasarkan WHO. Responden pada penelitian ini paling
banyak merupakan golongan lanjut usia (elderly), yaitu berusia
60-74 tahun berjumlah 5 orang (55.56%), sedangkan yang
paling sedikit dalah pada golongan lanjut usia tua (old) dengan
usia 75-90 tahun berjumlah 4 orang (44.44%).
56
Tabel 4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin, Bulan Maret 2015, n: 9
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
1 Laki-laki 3 33.33
2 Perempuan 6 66.67
Total 9 100
Tabel 4.1.2 menunjukkan jumlah responden pada penelitian
yaitu sebanyak 9 orang dengan penggolongan berdasarkan
jenis kelamin. Responden pada penelitian yang paling banyak
merupakan perempuan berjumlah 6 orang (66.67%),
sedangkan yang paling sedikit adalah laki-laki yang berjumlah
3 orang (33.33%).
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Menara Kasih Salatiga,
pada tanggal 19 Februari – 21 Maret 2016. Pelaksanaan
penelitian, meliputi persiapan dan proses pelaksanaan.
4.2.1 Persiapan
Setelah memperoleh ijin dari pihak Yayasan Panti Sosial
Menara Kasih Salatiga pada tanggal 20 Februari 2016,
peneliti kemudian melakukan diskusi dengan para
57
pengasuh lansia di Panti Sosial Menara Kasih Salatiga,
untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
Disamping itu, peneliti bersama dengan pengasuh panti
juga menyepakati jadwal perlakuan latihan rentang gerak
sendi pasif yang akan dilakukan oleh responden di Panti
Sosial Menara Kasih Salatiga. Dari diskusi tersebut
disepakati jadwal latihan rentang gerak sendi pasif
dilaksanakan 5 kali dalam seminggu yaitu setiap hari
Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat pada pukul
08.00-12.00 WIB.
Pada tanggal 19 Maret 2015, peneliti mendata lansia di
Panti Sosial Menara Kasih Salatiga yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Peneliti
menemukan 9 pasien yang memenuhi kriteria-kriteria
tersebut. Kesembilan responden tersebut kemudian
diberikan penjelasan mengenai rangkaian latihan rentang
gerak sendi pasif yang akan diikuti selama proses
penelitian berlangsung dan kemudian menandatangani
lembar persetujuan responden yang telah disediakan
oleh peneliti.
58
4.2.2 Proses Pelaksanaan
Sebelum dimulai perlakuan, terlebih dahulu dilakukan pre
test pengukuran luas gerak sendi siku pada 9 responden
yang telah ditetapkan. Pre test dilakukan pada tanggal 21
Februari 2016 menggunakan Goniometer. Setelah
melakukan pengukuran luas gerak sendi siku (gerakan
fleksi, ekstensi, dan hiperekstensi), peneliti mulai
memberikan perlakuan kepada semua responden. Setiap
responden diberikan perlakuan yang sama. Latihan
rentang gerak sendi pasif dilakukan sesuai jadwal yang
telah disepakati sebelumnya, yaitu 5 kali dalam seminggu
(pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat)
pada pukul 08.00-12.00 WIB. Rata-rata waktu yang
digunakan selama pemberian latihan ROM pasif pada
tiap responden adalah 5 – 10 menit.
Sebelum latihan gerak sendi pasif dilakukan oleh
peneliti, peneliti terlebih dahulu melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital (tekanan darah dan denyut nadi)
responden penelitian dan memeriksa keadaan umum
responden. Latihan rentang gerak sendi pasif hanya
dilakukan apabila responden berada dalam kondisi
keadaan umum baik. Tujuan dilakukan pemeriksaan
59
tanda vital dan keadaan umum responden adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi pada responden. Latihan
rentang gerak sendi pasif kemudian dilakukan 5 – 10
menit pada tiap-tiap responden setiap pertemuan. Dalam
pelaksanaannya, peneliti memberikan latihan rentang
gerak pasif ekstensi, fleksi, dan hiperekstensi dengan
delapan kali pengulangan pada setiap gerakan, sekaligus
mengobservasi respon subjek penelitian saat diberikan
perlakuan. Peneliti memberi latihan gerak sendi pasif
selama 2 jam pertama yaitu pada Pukul 08.00-10.00 WIB
setelah itu 2 jam berikutnya yaitu pada pukul 10.00-12.00
WIB peneliti membantu lansia dalam pemenuhan
aktivitas sehari-hari, seperti berpindah dari kursi roda ke
tempat tidur dan sebaliknya, memotong kuku, memenuhi
kebutuhan nutrisi dan eliminasi lansia dengan bantuan
para pengasuh lansia di tempat penelitian.
Adapun dalam penelitian yang dilaksanakan, peneliti
kerapkali mengalami hambatan yakni responden yang
pada jam perlakuan tidak sedang berada di tempat
penelitian ataupun sedang dalam kondisi sakit pada saat
akan diberikan perlakuan, untuk menyiasati hal tersebut,
peneliti harus mengganti jadwal latihan di hari yang
60
berbeda, yaitu pada hari sabtu dan minggu, tanpa
mengurangi makna perlakuan.
Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian perlakuan
sesuai jadwal yang telah ditentukan, pada tanggal 21
Maret 2016 dilakukan post test luas gerak sendi siku
pada 9 responden yang telah diberi latihan gerak sendi
pasif. Prinsip pelaksanaan post test sama dengan saat
pre test. Rangkaian penelitian berakhir pada tanggal 21
Maret 2016.
61
4.3 Hasil Penelitian
Perhitungan dalam analisis data dilakukan dengan bantuan
SPPS (Statistical Product & Service Solution) seri 16 for
Windows. Bagian ini akan menampilkan hasil penelitian yaitu
analisis perbedaan luas gerak sendi siku lansia sebelum dan
sesudah latihan gerak sendi pasif (pretest & postest).
4.3.1 Luas Gerak Sendi Ekstensi
Tabel 4.3.1 Analisis perbedaan luas gerak sendi ekstensi pada
siku pre test dan post test
Variabel N S.D t hitung df p-value
Luas gerak sendi
ekstensi pada siku
9 7.071 -3.536 8 0.008*
*uji paired samples t-test
Uji statistik luas gerak sendi ekstensi pada siku menggunakan
uji paired samples t-test, karena hasil uji normalitas
menunjukkan data berdistribusi normal. Jumlah responden
adalah 9 lansia (n=9). Dalam penarikan kesimpulan untuk
tabel 4.3.1 dapat digunakan kriteria pengujian berdasarkan nilai
signifikansi dan t hitung. Pada kriteria pengujian: jika signifikansi
< 0,05, maka H0 ditolak, jika signifikansi > 0,05, maka H0
diterima (Sugiyono, 2011). Dari hasil pengujian t-test pada
62
penelitian ini, diketahui nilai t hitung adalah -3.536 dengan
signifikansi 0,008. Karena signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak.
Berdasarkan hasil pengujian t-test diketahui bahwa latihan
rentang gerak sendi pasif berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan luas gerak sendi siku ekstensi pada lansia dengan
hambatan mobilitas fisik di Panti Sosial Menara Kasih Salatiga.
4.3.2 Luas gerak sendi Fleksi
Tabel 4.3.2 Analisis perbedaan luas gerak sendi fleksi pada
siku pre test dan post test
*uji wilcoxon
a.Posttest<Pretest
b.Posttest>Pretest
c.Posttest= Pretest
Uji statistik perbedaan luas gerak sendi fleksi pada siku pada tabel
4.3.2 menggunakan uji wilcoxon, karena hasil uji normalitas
Variabel N Mean rank Nilai p
Luas gerak sendi
fleksi pada siku
Negative ranka
Positive rankb
Sama (Ties)c
Total
0
9
0
9
0,00
5.00
0,006*
63
menunjukkan data tidak berdistribusi normal. Penarikan kesimpulan
menggunakan kriteria pengujian berdasarkan nilai signifikansi.
Berdasarkan uji tersebut diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,006.
Karena nilai signifikansi < α (0,05), maka H0 ditolak. Berdasarkan
hasil pengujian wilcoxon diketahui bahwa latihan rentang gerak
sendi pasif memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan luas
gerak sendi siku ekstensi pada lansia dengan hambatan mobilitas
fisik di Panti Sosial Menara Kasih Salatiga.
4.3.3 Luas gerak sendi Hiperekstensi
Tabel 4.3.3 Analisis perbedaan luas gerak sendi hiperekstensi
pada siku pre test dan post test
Variabel N S.D t hitung df p-value
Luas gerak sendi
hiperekstensi pada siku
9 3.536 -5.657 8 0.000*
*uji paired samples t-test
Uji statistik luas gerak sendi hiperekstensi pada siku lansia,
menggunakan uji Paired samples t-test, karena hasil uji
normalitas menunjukkan data berdistribusi normal. Jumlah
responden adalah 9 lansia (n=9). Dalam penarikan kesimpulan
untuk tabel 4.3.3 dapat digunakan kriteria pengujian
berdasarkan nilai signifikansi dan t hitung. Pada kriteria
pengujian: jika signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak, jika
signifikansi > 0,05, maka H0 diterima (Sugiyono, 2011). Dari
64
hasil pengujian t-test pada penelitian ini, diketahui nilai t hitung
adalah -5.657 dengan signifikansi adalah 0,000. Karena
signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil
pengujian t-test diketahui bahwa latihan rentang gerak sendi
pasif memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan luas
gerak sendi siku hiperekstensi pada lansia dengan hambatan
mobilitas fisik di Panti Sosial Menara Kasih Salatiga.
65
4.4 Pembahasan
Berdasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi subjek
penelitian, pada awalnya subjek penelitian yang akan diberi
perlakuan adalah 11 subjek, namun sebelum penelitian dimulai
2 subjek penelitian telah meninggal dunia. Subjek penelitian
yang tersisa menjadi 9 orang dan ditentukan menjadi
responden penelitian. Responden penelitian berjumlah 9
orang, dengan distribusi frekuensi berdasarkan usia menurut
WHO yaitu 60-74 tahun (elderly) sebanyak 5 responden
(55.56%), sedangkan yang berusia 75-90 tahun (old) sebanyak
4 responden (44.44%). Padila (2013) mengatakan dengan
alasan yang tidak diketahui, sendi cenderung mengalami
kemunduran fungsi yang progresif seiring dengan pertambahan
usia. Distribusi berdasarkan jenis kelamin, yaitu laki-laki
sebanyak 3 responden (33.33%) dan perempuan sebanyak 6
responden (66.67%).
Latihan yang dilakukan peneliti 1 kali sehari, 5 kali dalam
seminggu selama 4 minggu mempunyai efek positif terhadap
peningkatan rentang gerak sendi siku lansia. Lansia merasa
mengalami perubahan pada rentang gerak sendi siku. Para
lansia mengaku merasakan kaku sendi (kontraktur) berkurang
dan merasa lebih mudah dalam menggerakan sendi siku baik
66
secara aktif maupun pasif. Dalam penelitian ini peneliti tidak
hanya memberikan latihan rentang gerak sendi pasif pada
sendi siku, namun pada seluruh sendi ekstremitas atas (sendi
bahu, pergelangan tangan, dan jari) sehingga dapat dilihat
beberapa perubahan signifikan lain seperti meningkatnya
kekuatan otot saat menggengam.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Astrid, Nuracmah,
dan Budiarto (2011) tentang “Pengaruh Latihan Range Of
Motion (ROM) terhadap kekuatan otot, luas gerak sendi dan
kemampuan fungsional pasien stroke di RS Sint Corolus
Jakarta” yang menunjukkan adanya pengaruh latihan ROM
pada luas gerak sendi, kekuatan otot dan kemampuan
fungsional pasien stroke. Otot-otot volunter dan rentang gerak
sendi akan mengalami penurunan apabila tidak digunakan
secara aktif. Latihan ROM yang dilakukan secara intensif dapat
mempertahankan tonus dan fungsi otot serta mencegah
disabilitas sendi (Hickey, 2003).
Latihan rentang gerak sendi pasif yang dilakukan peneliti
dengan pengulangan pada tiap-tiap gerakan selama 8 kali
mampu meningkatkan luas gerak sendi siku ekstensi, fleksi dan
hiperekstensi pada lansia dengan hambatan mobilitas fisik.
Terjadi peningkatan mulai dari 5°-15° menuju arah normal pada
67
setiap gerakan (ekstensi, fleksi, hiperekstensi). Hasil penelitian
ini sejalan dengan studi yang dilakukan Feland, dkk (2001),
yang menyatakan bahwa 60 detik peregangan yang diulang
sebanyak 4 kali, sekali per hari dan 5 kali setiap minggu
selama 6 minggu, dapat meningkatkan perbaikan dalam luas
gerak sendi lansia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Potter & Perry
(2012) yang mengatakan bahwa latihan Range of Motion
(ROM) baik latihan ROM aktif maupun pasif dapat dilakukan
untuk meningkatkan, mempertahankan atau memperbaiki
tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian
secara normal dan lengkap. Latihan ROM pasif yang dilakukan
1-2 kali sehari setiap harinya secara rutin pada individu dengan
imobilisasi dapat membantu meningkatkan kekuatan otot dan
luas gerak sendi (Potter & Perry, 2009).
Menurut Jenkins (2005), jika terjadi penurunan gerak atau
mobilitas maka aliran darah berkurang, yang mengakibatkan
sendi menjadi kaku, hal ini mengakibatkan penurunan aktivitas
dan pada akhirnya pergerakan rentang gerak akan semakin
mengalami penurunan dan keterbatasan gerak. Apabila sendi
tubuh diberikan latihan rentang gerak secara rutin, hal tersebut
akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke
68
dalam kapsula sendi dan memberikan nutrisi yang
memungkinkan tulang untuk bergerak dengan lancar tanpa ada
rasa sakit atau ketidaknyamanan dan luas gerak sendi
meningkat.
Menurut Bloom dan Fawcett (2002), pada lansia terjadi
perubahan pada jaringan ikat sekitar tendon, ligamen dan fasia.
Ligamen, kartilago, dan jaringan partikular mengalami
penurunan daya elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan
klasifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan
fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi.
Jika pada sendi diberikan latihan ROM pasif secara rutin akan
merangsang cairan sinovial keluar. Pada cairan ini terdapat
hialuronat dan sebuah glikoprotein, lubrisin yang merupakan
molekul dengan sifat pelumas. Secara fisiologis kondisi
tersebut dapat membantu meningkatkan mobilitas sendi yang
mengakibatkan terjadi peningkatan luas gerak pada sendi yang
diberikan latihan gerak.
Selain mendapatkan efek terapeutik pada sendi tubuh yang
dilatih, latihan ROM pasif yang dilakukan peneliti juga
berdampak pada kondisi psikis dan sosial lansia. Lansia di
Panti Sosial Menara Kasih Salatiga mengaku merasa lebih
diperhatikan, merasa memiliki teman untuk berbagi cerita dan
69
pengalaman masa lalu, lansia merasa bahagia karena setiap
hari memiliki waktu untuk berinteraksi dengan peneliti. Sebelum
penelitian berakhir, setiap saat memberikan latihan peneliti juga
selalu mengingatkan serta melatih setiap lansia di Panti Sosial
Menara Kasih Salatiga untuk tetap melakukan latihan aktif
sebagai yang merupakan salah satu tugas perkembangan
lansia. Peneliti beranggapan bahwa latihan gerak pasif tanpa
adanya upaya aktif dari lansia tersebut tidak akan memberikan
pengaruh yang signifikan pada fungsi sistem tubuh khususnya
sistem rangka dan otot lansia.