Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan dibahas tentang pelaksanaan penelitian tindakan
kelas yang meliputi 4 tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan/observasi dan refleksi. Tahap perencanaan dimulai dengan
mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam proses penelitian seperti
kondisi kelas awal, keadaan siswa dan ruang belajar. Selanjutnya tahapan
pelaksanaan tindakan dan observasi yang kemudian langkah terakhir refleksi.
4.1.1. Pelaksanaan Penelitian
4.1.1.1. Pra Sikus
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan pra siklus, dan
pra siklus ini dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2015 selama 2 jam
pelajaran. Dalam pra siklus ini peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu
mengamati kondisi atau keadaan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan
selanjutnya peneliti juga mengamati guru kelas 6 dalam menyampaikan
pembelajaran apa saja metode yang digunakan selama pra siklus ini, hal ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi atau keadaan siswa saat
mengikuti pembelajaran dan selanjutnya bertujuan untuk mengetahui
bagaimana seorang guru kelas 6 dalam mengelola pembelajaran serta cara
dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa.
Dalam pra siklus ini yang dididapatkan bahwa siswa pada saat
mengikuti pembelajaran kurang memperhatikan guru dalam menyampaikan
pembelajaran, masih banyak yang bercerita sendiri dll, dan selanjutnya bahwa
saat pra siklus ini guru yang mengajar kelas 6 tidak pernah menggunakan
metode problem solving dalam menyampaikan pembelajaran. Pada saat pra
siklus ini guru pengampu kelas 6 lebih banyak menggunakan pembelajaran
secara konvesional saja yaitu dengan metode ceramah dan pemberian tugas.
40
41
Data hasil pengamatan menyatakan bahwa siswa yang tuntas
mencapai nilai KKM ≥70 adalah sebanyak 8 siswa atau 33,34% dan yang
belum tuntas sebanyak 16 siswa atau 66,66% dari jumlah siswa yang ada di
kelas 6 MI TARIS Raci dengan rata-rata kelasnya adalah 64,79.
4.1.1.1.1. Refleksi
Refleksi dalam pra siklus ini peneliti menggunakan dua hasil
penelitian yaitu pengamatan situasi kelas dan hasil test formatif.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran didapatkan data
sebagai berikut:
1. Siswa merasa bosan dan kurang antusias dan kurang tertarik dengan
pembelajaran karena guru dalam menyampaikan pelajaran hanya
dengan metode konvensional saja yaitu dengan ceramah dan
penugasan saja.
2. Siswa cenderung masih pasif dalam pembelajaran dan kurang
memperhatikan penjelasan dari guru.
3. Siswa kelihatan masih bingung dan kesulitan dalam mengerjakan soal
dan kurang percaya diri.
Adapun hasil berupa ketuntasan siswa dalam belajar IPA yang didapatkan
dari pra siklus yang dilakukan adalah seperti pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Frekuensi Hasil Belajar Siswa Prasiklus
No Interval Frekuensi Persentase
1 50 - 54 1 4,17%
2 55 - 59 7 29,17%
3 60 - 64 3 12.5%
4 65 - 69 5 20,83%
5 70 - 74 1 4,17%
6 75 - 79 5 20,83%
42
7 80 - 84 0 0
8 85 - 89 2 8,33%
9 90 - 94 0 0
Jumlah Siswa 24 100%
Nilai Rata-Rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
64,79
85
50
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan mata pelajaran
IPA dapat dikatakan hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran
IPA masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70), sebagian
besar siswa masih memperoleh nilai dibawah KKM 70. Sebanyak 16 siswa
dari total keseluruhan 24 siswa masih belum tuntas dalam mata pelajaran
IPA, hanya ada 8 siswa yang berhasil tuntas dengan perolehan nilai
melebihi KKM 70. Dari tabel tersebut diketahui perolehan nilai siswa pada
rentang nilai antara 50-54 sejumlah 1 siswa dengan persentase 41,17%
dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 55-59 sejumlah 7 siswa
dengan persentase 29,17% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 60-64
sejumlah 3 siswa dengan persentase 12,5% dari jumlah keseluruhan siswa,
rentang nilai antara 65-69 sejumlah 5 siswa dengan persentase 20,83%
dari jumlah keseluruhan siswa, dan rentang nilai 70-74 sejumlah 1 orang
siswa dengan persentase 4,17% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang
nilai 75-79 sejumlah 5 siswa dengan persentase 20,83% dari jumlah
keseluruhan siswa, rentang nilai 80-84 sejumlah 0 siswa, rentang nilai 85-89
sejumlaj 2 siswa dengan persentase 8,33% dari sejumlah siswa. Dari daftar
nilai pada kondisi awal (Prasiklus) nilai tertinggi yangdiperoleh siswa adalah
43
85 dan nilai terendah 50 (Untuk daftar nilai ulangan harian IPA semester
1 dapat dilihat pada lampiran).
Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam diagram 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1. Diagram Hasil Belajar Siswa Prasiklus
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil
perolehan nilai pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat disajikan dalam
bentuk tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data ketuntasan Siswa Pretest/Prasiklus
No Ketuntasan Frekuensi Persentase
1 Tuntas 8 33,33%
2 Belum Tuntas 16 66,67%
Rata-rata 64,79
Maksimum 85
Minimum 50
Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal/sebelum tindakan
dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria
0
1
2
3
4
5
6
7
50 -54
55 -59
60 -64
65 -69
70 -74
75 -79
80 -84
85 -89
90 -94
Frekuensi
Frekuensi
44
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) sejumlah 16 siswa atau 66,67% dari
total keseluruhan siswa, sedangkan yang sudah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal sebanyak 8 siswa dengan persentase 33,33% dari
total keseluruhan siswa. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
persentase jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal lebih
kecil dibandingkan dengan jumlah siswa yang belum berhasil. mencapai
kentutasanminimal. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat
pada diagram 4.2 berikut.
Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Siswa Prasiklus
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar diagram 4.2 dapat disimpulkan
bahwa siswa yang tuntas mencapai nilai KKM ≥ 70 adalah sebanyak 8 siswa
atau 33,34% dan yang belum tuntas sebanyak 16 siswa atau 66,66% dari
jumlah siswa yang ada di kelas 6 MI TARIS Raci dengan rata-rata kelasnya
adalah 64,79.Dalam tahap prasiklus ini nilai ketuntasan siswa masih jauh dari
yang diharapkan.Agar nilai siswa bisa mencapai KKM yang telah ditentukan
yaitu ≥70, maka perlu digunakan metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang digunakan
adalah problem solving yang akan diterapkan pada siklus 1.
0
5
10
15
20
Tuntas Belum Tuntas
Frekuensi
Frekuensi
45
4.1.1.2.Pelaksanaan Siklus 1
4.1.1.2.1. Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus 1 dimulai dengan mempersiapkan
semua rancangan pembelajaran yang akan diterapkan pada penelitian ini,
persiapan tersebut meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
menerapkan metode pembelajaran problem solving, media/alat dan bahan
dalam pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi, catatan
lapangan, dan instrumen tes soal pilihan ganda. Hasil pembelajaran
diupayakan agar siswa memperoleh nilai di atas KKM yaitu ≥70 dengan
indikator keberhasilan lebih dari 90% dari jumlah siswa. Instrumen pretest
digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan awal siswa
sebelum dilakukan pembelajaran sedangkan instrumen posttest digunakan
untuk mengetahui hasil siswa setelah pembelajaran berlangsung.
Pembagian kelompok yang dibagi menjadi empat kelompok dengan tiap-
tiap kelompok terdiri dari enam orang. Pada siklus 1 dilakukan dua kali
pertemuan dan berlangsung selama 2x35 menit untuk setiap pertemuan. Pada
pertemuan pertama pembelajaran dilakukan dengan pemberian soal pretest
dan dilanjutkan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran
problem solving. Pada pertemuan kedua dilakukan pembelajaran dikelas
dengan melaksanakan praktikum dan menjawab soal posttest. Indikator
pembelajaran dari perubahan benda yang ditetapkan pada siklus pertama ini
diantaranya: (1) Mengelompokkan benda-benda yang berubah karena
pelapukan, perkaratan dan pembusukan (2).Menulis faktor-faktor penyebab
perubahan benda karena pelapuka, perkaratan dan pembusukan.
4.1.1.2.2. Tindakan
Pada tahap ini, guru berusaha menerapkan kegiatan pembelajaran
dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving sesuai dengan
RPP. Uraian proses pembelajaran pada siklus 1 sebagai berikut:
46
Pertemuan Pertama (Selasa, 3 Nopember 2015).
Pertemuan pertama diawali dengan membuka pelajaran dengan
memberi salam dan mengucap basmallah (berdoa bersama), kemudian
sebelum memulai proses belajar mengajar guru memperkenalkan diri terlebih
dahulu, dan presensi kehadiran siswa untuk mengenal siswa satu persatu
serta mengkondisikan siswa dikelas. Setelah selesai mengkondisikan kelas
guru memberikan pretest kepada siswa sebelum masuk dalam proses
pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan guru melakukan apersepsi
berupa memberikan pertanyaan kepada siswa “ Mengapa bahan logam besi
mudah berkarat?. Mengapa alat-alat rumah tanggayang terbuat dari logam dan
kayu dilapisi cat atau nikel?”.Terbukti beberapa siswa merespon pertanyaan
dengan memberikan jawaban mereka. Walau hanyabeberapa siswa saja yang
menjawab. Siswa pun menjawabnya dengan beragam jawaban.Setelah itu
diadakan penjelasan tentang materi.Materi sudah dijelaskan siswa dibagi
kelompok menjadi empat kelompok dalam jumlah enam orang tiap
kelompoknya dan siswapun membuat kelompok berdasarkan yang telah
ditentukan , kemudian guru memberikan LKS kepada masing-masing
kelompok dan menjelaskan prosedur kerja dengan menggunakan metode
pembelajaran problem solving. Masing-masing kelompok bekerja sama untuk
menyelesaikan soal yang ada di LKS sesuai fase problem solving.
Fase pertama rumusan masalah yaitu siswa dihadapkan oleh
permasalahan yang diberikan oleh guru. Fase kedua menelaah masalah yaitu
peneliti membimbing siswa untuk merumuskan hipotesis (membuat
hipotesis) berdasarkan rumusan masalah yang dibuat oleh guru. Fase
ketiga merumuskan hipotesis yaitu peneliti membimbing siswa dalam
melakukan eksperimen (percobaan). Fase keempat mengumpulkan dan
mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis yaitu
penelitimembimbing siswa dalam menganalisis data (menentukan
47
jawaban) berdasarkan pengumpulan data yang telah diperoleh dalam
percobaan atau eksperimen. Fase kelima pembuktian hipotesis yaitu peneliti
membimbing siswa untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam
percobaan.Fase keenam menentukan pilihan penyelesaian yaitu guru meminta
setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.Fase ketujuh merumuskan
kesimpulan yaitu peneliti membimbing siswa dalam menyimpulkan data
hasil percobaan yang telah didapatnya. Selama proses pembelajaran
berlangsung guru berkeliling kepada setiapkelompok untuk memberikan
bimbingan serta penilaian kepada masing-masing kelompok. Guru
memberikan batas waktu untuk menyelesaikan LKS tersebut. Setelah batas
waktu yang ditentukan telah habis, maka setiap kelompok mengumpulkan
hasil kerjanya. Hasil LKS yang telah dikerjakan dan didiskusikan oleh
kelompoknya yang sudah dikumpulkan maka diminta satu perwakilan setiap
kelompok untuk maju mempersentasikan hasilnya, siswa yang lain pun
memperhatikannya. Kemudian dilakukan penyimpulan materi bersama-
sama.Terakhir dilakukan evaluasi berupa tanya jawab seputar materi yang
diajarkan dan menugaskan siswa untuk mempelajari materi berikutnya.
Pembelajaran ditutup dengan mengucap hamdallah dan diiringi dengan
salam penutup.
Pertemuan Kedua (Selasa, 3 Nopember 2015).
Pada pertemuan kedua sama halnya pada pertemuan pertama
diawali dengan membuka pelajaran dengan memberi salam dan mengucap
basmallah (berdoa bersama), dan presensi kehadiran siswa satu persatu
serta mengkondisikan siswa dikelas. Setelah selesai mengkondisikan kelas
guru mereview kembali materi sebelumnya. Pembelajaran diawali dengan
apersepsimemberikan pertanyaan “Dari bahan apa tempe dibuat? Mengapa
nasi yang sudah seharian dapat membusuk?”siswa pun menjawabnya
dengan beragam jawaban. Setelah itu peneliti pun menjelaskan materi.
Materi sudah dijelaskan peneliti memerintahkan siswa berkumpul dengan
48
kelompoknya sesuai kelompok pada pertemuan pertama, kemudian
dijelaskan prosedur kerja dengan menggunakan metode pembelajaran problem
solving lalu memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Masing-masing
kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan soal yang ada di LKS sesuai
fase problem solving.
Fase pertama rumusan masalah yaitu siswa dihadapkan oleh
permasalahan yang diberikan oleh guru. Fase kedua menelaah masalah yaitu
peneliti membimbing siswa untuk merumuskan hipotesis (membuat
hipotesis) berdasarkan rumusan masalah yang dibuat oleh guru. Fase
ketiga merumuskan hipotesis yaitu peneliti membimbing siswadalam
melakukan eksperimen percobaan). Fase keempat mengumpulkan dan
mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis yaitu
membimbing siswa dalam menganalisis data (menentukan jawaban)
berdasarkan pengumpulan data yang telah diperoleh dalam percobaan
atau eksperimen. Fase kelima pembuktian hipotesis yaitu membimbing siswa
untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam percobaan.Fase keenam
menentukan pilihan penyelesaian yaitu guru meminta setiap kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.Fase ketujuh merumuskan kesimpulan
yaitu membimbing siswa dalam menyimpulkan data hasil percobaan yang
telah didapatnya. Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti atau guru
berkeliling kepada setiap kelompok untuk memberikan bimbingan serta
penilaian kepada masing-masing kelompok. Diberikan batas waktu untuk
menyelesaikan LKS tersebut. Setelah batas waktu yang ditentukan telah
habis, maka setiap kelompok mengumpulkan hasil kerjanya. Hasil LKS
yang telah dikerjakan dan didiskusikan oleh kelompoknya yang sudah
dikumpulkan maka peneliti meminta satu perwakilan setiap kelompok untuk
maju mempersentasikan hasilnya, siswa yang lain pun memperhatikannya.
Kemudian dilakukan penyimpulan materi bersama-sama. Terakhir dilakukan
49
evaluasi berupa tanya jawab seputar materi yang diajarkan dan siswa
diberikan tugas untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran
ditutup dengan mengucap hamdallah dan diiringi dengan salam penutup.
4.1.1.2.3. Pengamatan
Berdasarkan hasil tes (pretest dan posttest) yang diperoleh pada siklus
1, mengenai subbab Penyebab Perubahan Bendadengan jumlah siswa
sebanyak 24 orang dalam satu kelas dengan menggunakan metode problem
solving.Data nilai pretest diperoleh dari hasil tes sebelum siswa
mempelajari materi tersebut dan belum diterapkannya metode
pembelajaran problem solving, serta nilai posttest diperoleh dari hasil
belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran problem solving.
Hasil LKS siswa selama pembelajara sudah terlaksana dengan baik.
Hasil observasi yang dilihat dari lembar aktivitas guru dan siswa.
Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sudah baik, artinya apa
yang ada dalam tahapan aktivitas guru sudah terpenuhi. Pada siklus 1 siswa
dibagi menjadiempatkelompokmasing-masing kelompok terdiri dari enam
orang. Hasil observasi yang dilakukan pada siklus 1 ini pada
pertemuanpertama dan kedua sudah baik.Tetapi masih ada kendala yang harus
diperbaiki antara lain kurangnya kekompakan dan keseriuan siswa dalam
kelompoknya dan guru dalam pembelajaran masih kurang sesuai dengan
RPPnya.
4.1.1.2.4. Hasil LKS Siklus 1
Berdasarkan LKS yang telah dikerjakan oleh siswa pada setiap
pertemuannya, maka dapat dilihat data nilai LKS pada Tabel 4.3 di bawah ini.
50
Tabel 4.3. Data Nilai LKS Siklus 1
Kelompok 1 2 3 4 Rata-rata
%
Pertemuan I II I II I II I II
Nilai 70 73 70 75 70 75 75 75
72,88 Rata-rata % 71,5 72,5 72,5 75
Kategori Baik Baik Baik Baik Baik
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai LKS pada pada
pertemuan pertama sudah baik yaitu kelompok satu mendapat nilai
sebesar 70 kelompok dua mendapat nilai sebesar 70 kelompok tiga mendapat
nilai sebesar 70 dan kelompok empat mendapat nilai sebesar 75. Sedangkan
nilai LKS pada pertemuan kedua beberapa kelompok mengalami peningkatan
yaitu pada kelompok satu mendapat nilai sebesar 73 kelompok dua mendapat
nilai sebesar 75 kelompok tiga mendapat nilai sebesar 75, dan kelompok
empat mendapat nilai sebesar 75. Rata-rata pada masing-masing kelompok
berkategori baik tetapi masih ada kelompok yang belum bisa bekerja sama
dengan baik. Mereka masih belum bisa menempatkan diri mereka pada
posisinya masing-masing sehingga kekompakannya belum terlihat.Dan pada
saat presentasi siswa masih terlihat takut dan tidak percaya diri.
4.1.1.2.5. Hasil Belajar IPA Siklus 1
Hasil ketuntasanbelajar IPAsiklus 1 yang diperoleh siswa dapat
dilihat pada Tabel 4.4di bawah ini.
Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 1
No Interval Frekuensi Persentase
1 50 - 54 1 4,17%
51
2 55 - 59 1 4,17%
3 60 - 64 6 25%
4 65 - 69 4 16,66%
5 70 - 74 4 16,66%
6 75 - 79 7 29,17%
7 80 - 84 1 4,17%
Jumlah Siswa 24 100%
Nilai Rata-Rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
67,08
80
50
Berdasarkan tabel 4.4 maka dapat diketahui bahwa siswa yang
mendapat nilai 50-54 sebanyak 1 siswa dengan persentase 4,17%. Siswa
yang mendapat nilai 55-59 sebanyak 1 siswa dengan persentase 4,17%.
Siswa yang mendapat nilai 60-64 sebanyak 6 siswa dengan persentase
25%, Siswa yang mendapat nilai 65-69 sebanyak 4 siswa dengan
persentase 16,66%.Siswa yang mendapat nilai 70-74 sebanyak 4 siswa
dengan presentase 16,66%. Siswa yang mendapat nilai 75-79 sebanyak 7
siswa dengan persentase 29,17%. Siswa yang mendapat nilai 80-85 sebanyak
1 siswa dengan persentase 4,17 %. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data
hasil belajar siklus 1 adalah 67,08 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai
terendah 50. Untuk lebih memperjelas data mengenai hasil belajar siswa
siklus 1 pada tabel 4.3 maka dapat dibuat diagram batang seperti pada
gambar 4.3, dan untuk mengetahuilebih jelas mengenai nilai hasil belajar
siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada lampiran.
52
Gambar 4.3. Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 1
Dari data mengenai hasil belajar siswa siklus 1 kemudian peneliti
melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus 1 yang
tertera pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5. Data Ketuntasan Siklus 1
No Ketuntasan Frekuensi Persentase
1 Tuntas 12 50%
2 Belum Tuntas 12 50%
Rata-rata 67,08
Maksimum 80
Minimum 50
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
kelas VIMI Taris Raci Batangan Pati sudah mencapai KKM, yakni 12 dari
24 siswa sudah mencapai KKM atau dengan persentase 50%. Sedangkan ada
12 siswa yang belum mencapai KKM atau dengan persentase 50%. Rata-
rata hasil belajar IPA siswa pada siklus 1 adalah 67,08, nilai tertinggi
80, dan nilai terendah 50. Berdasarkanketuntasan hasil belajar IPA siswa
kelas VIMI Taris Raci Batangan Pati siklus 1 pada tabel 4.4 dapat
digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
0
2
4
6
8
50 - 5455 - 5960 - 6465 - 6970 - 7475 - 7980 - 84
Frekuesi
Frekuesi
53
Gambar4.4. Diagram Ketuntasan Siklus 1
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar diagram 4.4 menunjukkan bahwa
ketuntasan siswa pada siklus 1 dipertemuan 1 dan 2 nilai terendah sebesar
50 dan nilai tertinggi pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 80. Nilai rata-rata
sebesar 67,08. Pada data 4.3 dan diagram 4.4 tersebut menunujukkan bahwa
proses pembelajaran siklus 1 tidak mengalami peningkatan yang
signifikan, hal ini dikarenakan penjelasan yang diberikan oleh guru
kurang dipahami oleh siswa dan siswa masih ada yang bermain dan ramai.
Ketuntasan belajar siswa mencapai 50% dan siswa yang belum tuntas 50%.
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa yang masih jajuh dari target
ketuntasan perlu diadakan perbaikan lagi, yaitu pembelajaran siklus 2 dengan
menggunakan metode pembelajaran problem solving. Tetapi pada siklus 2 ini
akan dilakukan lebih tertib kreatif lagi dengan memusatkan kegiatan pada
siswa.
4.1.1.2.6. Hasil Observasi Siklus 1
Hasil observasi siswa dan guru pada siklus 1 dapat dilihat pada
lampiran. rata-rata indikator dengan kategori baik yaitu pada semua
indikator. Rata-rata persentase siklus 1 berkategori baik.Tetapi pada saat
pembelajaran guru masih belum bisa memfokuskan diri dan dalam
pembelajarannya masih belum sesuai dengan RPP.
0%
50%
100%
Tuntas Belum Tuntas
1 2
Frekuensi
Frekuensi
54
Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus 1
No Hasil Penelitian Rata-rata (%)
1 Tingkat ketuntasan hasil belajar 50
2 LKS 72,88
3 Latihan soal evaluasi 67,08
4 Aktivitas siswa Cukup Baik
5 Aktivitas guru Cukup Baik
4.1.1.2.7. Refleksi Siklus 1
Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran diperoleh
temuan pada siklus 1 yaitu hasil belajar siswa belum mencapai kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan oleh peneliti sebesar 50%. Siswa yang
mencapai KKM ≥ 70 sebesar 50% (12 orang). Berdasarkan lembar
observasi aktivitas siswa pada siklus 1, rata-rata kelompok pada siklus
1sudah baik dan sudah ada kerja sama walaupun masih belum ada keseriusan
dan kekompakan antar anggota kelompok. Pada lembar observasi aktivitas
guru dan siswadinilai sudah cukup baik, namun masih ada yang harus
diperbaiki.Hasil catatan lapangan pada proses pembelajaran sudah baik.
Pada tahap orientasi, guru sudah mengaitkan pelajaran yang akan
dipelajari dengan pelajaran sebelumnya namun masih perlu dimaksimalkan,
guru juga belum maksimal menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dipelajari dan masih belum ada kesesuaian pembelajaran dengan
RPPnya. Sedangkan siswa pada tahap orientasi masih ada yang lupa pada
pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya ketika ditanya guru, selain itu
pada tahap pembentukan kelompok guru masih belum bisa
mengkondisikan siswa dengan baik sehingga kelas gaduh. Dalam tahap
merumuskan hipotesis guru sudah baik dalam membimbing siswa, karena
banyak siswa yang tidak paham cara membuat hipotesis, beberapa siswa
55
juga tidak mengerti tugas dan peranannya dalam kelompok, di samping itu
siswa masih bersifat mengandalkan teman dan kurang bekerjasama dalam
mengerjakan LKS.
4.1.1.2.8. Hasil Refleksi Siklus 1
Tabel 4.7.Tindakan Siklus 1 yang akan Diperbaharui
No Kekurangan pada
Siklus 1
Perbaiakan untuk Siklus 2
1 Sebagian siswa tidak
ingat dengan pelajaran
yang sudah dipelajari
sebelumnya sehingga
siswa kurang aktif
dalam menjawab
pertanyaan guru
Guru lebih interaktif dengan siswa,
menanyakan dan mengulang
pembelajaran yang sudah dipelajari
dan mengaitkan pembelajaran yang
akan dipelajari dengan pelajaran
sebelumnya.
2 Siswa tidak
memperhatikan
penjelasan guru.
Guru harus menyampaikan materi
dengan semenarik mungkin, agar
siswa fokus memperhatikan materi
yang dijelaskan guru.
3 Siswa merasa
kesulitan dalam
membentuk kelompok
sehingga kelas gaduh
Guru harus lebih bisa mengatur
siswa ke dalam kelompok belajar
serta mengkondisikan siswa
sehingga tidak terjadi kegaduhan.
4 Siswa masih pasif
dalam bertanya dan
mengajukanpendapat.
Lebih interaktif dengan siswa, banyak
melakukan tanya jawab, serta pemberian
reward ;(penghargaan) agar siswa berani
bertanya dan mengungkapkan
pendapatnya pada proses pembelajaran.
56
5 Hasil tes belajar siswa
masih rendah
Lebih disesuaikan lagi cara
penyampaian materi agar siswa
bisa memahami materi tersebut.
Keputusan hasil refleksi pada siklus 1 dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar siswa pada Perubahan Bendasub pokok bahasa Penyebab
Perubahan Benda belum memenuhi indikator yang peneliti harapkan.
Indikator yang ditetapkan oleh peneliti siswa harus memiliki nilai diatas
kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar ≥70 sebanyak 90%, tetapi pada
siklus 1 ini mencapai ketuntasan sebesar 50%, sehingga perlu
dilakukantindak lanjut proses pembelajaran untuk perbaikan hasil belajar
siswa. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian
tindakan kelas ini ke siklus 2.
4.1.1.3. Siklus 2
4.1.1.3.1. Perencanaan
Tahapperencanaanpadasiklus2inimerupakan tahap perbaikan dari
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus1.Pada
pelaksanaan di siklus 2, perbaikan dimulai dengan RPP yang
menerapkanmetode pembelajaran yang lebih mengoptimalkan peran guru
dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan aktivitas siswa sehingga dapat berdampak pada peningkatan
hasil belajar siswa. Selanjutnya peneliti menyiapkan media/alat dan bahan
dalam pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi, catatan
lapangan, dan instrumen tes.
57
Instrumen tes yang digunakan pada siklus 2 ini sama halnya dengan
yang ada pada siklus 1 yaitu soal pilihan ganda yang masing-masing 20 soal
posttsest. Pembagian kelompok berdasarkan kelompok pada siklus 1. Pada
siklus 2ini sama seperti siklus 1terdiri dari 2 kali pertemuan dan berlangsung
selama 2 x 35 menit untuk setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama
pembelajaran dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran
problemsolving dan pertemuan kedua pembelajaran dilakukan posttest
diakhir pembelajaran. Indikator pembelajaran dari Perubahan Benda pada
sub bahasan. Sifat dan Kegunaan Benda yang ditetapkan pada siklus kedua
ini diantaranya: (1) Menyelidiki Sifat-sifat benda. (2) Menyebutkan contoh
benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. (3) Mengidentifikasi
kegunaan benda berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki benda tersebut.
4.1.1.3.2. Tindakan
Pada tahap ini, guru berusaha menerapkan kegiatan pembelajaran
dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving sesuai dengan
RPP. Uraian proses pembelajaran pada siklus 2 sebagai berikut:
Pertemuan Ketiga (Selasa, 10 Nopember 2015)
Pertemuan ketiga diawali dengan membuka pelajaran dengan
memberi salam dan mengucap basmallah, (berdoa bersama) kemudian
sebelum memulai proses belajar mengajar guru memperkenalkan diri terlebih
dahulu, dan presensi kehadiran siswa untuk mengenal siswa satu persatu
serta mengkondisikan siswa dikelas. Setelah selesai mengkondisikan kelas
guru memberikan apersepsi kepada siswa sebelum masuk dalam proses
pembelajaran. Apersepsi yang diberikan berupa memberikan pertanyaan
kepada siswa “Mengapa benda yang terbuat dari karet mudah penyok jika
terkena api?. Mengapa alat-alat untuk memasak terbuat dari
alumunium?.Peristiwa apakah yang akan terjadi jika alat memasak terbuat dari
plastik atau karet? pada awal pembelajaran serta menyampaikan tujuan
58
pembelajaran kepada siswa. Beberapa siswa merespon pertanyaan dengan
memberikan jawaban mereka. Walau hanya beberapa siswa saja yang
menjawab. Siswa pun menjawabnya dengan beragam jawaban. Setelah itu
peneliti pun menjelaskan materi.Setelah materi sudah dijelaskan peneliti
membagi kelompok menjadi empat kelompok dan siswa pun membuat
kelompok berdasarkan yang telah ditentukan oleh peneliti, kemudian guru
memberikan LKS kepada masing-masing kelompok dan menjelaskan
prosedur kerja dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving.
Masing-masing kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan soal yang ada
di LKS sesuai fase problem solving.
Fase pertama rumusan masalah yaitu siswa dihadapkan oleh
permasalahan yang diberikan oleh guru. Fase kedua menelaah masalah yaitu
dengan bimbingan peneliti siswa mengumpulkan informasi terkait
permasalahan yang dihadapi.Fase ketigamerumuskan hipotesis yaitu
membimbing siswa membuat hipotesis/ kemungkinan jawaban dari suatu
masalah.Fase keempat mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai
bahan pembuktian hipotesisyaitu membimbing siswa melakukan percobaan
sesuai dengan langkah-langkah percobaan dalam pembelajaran.Fase kelima
pembuktian hipotesis yaitu siswa berdiskusi dalam menganalisa hasil
pengamatan yang telah dilakukan dengan bimbingan peneliti. Fase keenam
menentukan pilihan penyelesaian yaitu siswa mempresentasikan hasil temuan
yang dipeoleh dengan baik.Fase ketujuh merumuskan kesimpulan yaitu
peneliti bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran bersama
guru.Selama proses berlangsung guru berkeliling kepada setiap kelompok
untuk memberikan bimbingan, dorongan dan menilai kemampuan berpikir
dan diskusi. Diberikan batas waktu kepada siswa untuk menyelesaikan
LKS tersebut. Setelah batas waktu yang ditentukan telah habis, maka setiap
kelompok untuk mengumpulkannya. Hasil LKS yang telah dikerjakan dan
59
di diskusikan oleh kelompoknya yang sudah dikumpulkan maka diminta satu
perwakilan setiap kelompok untuk maju mempersentasikan hasilnya. Dan
siswa yang lain pun memperhatikannya. Kemudian dilakukan penyimpulan
materi bersama-sama.Terakhir dilakukan evaluasi seputar materi yang
diajarkan dan ditugaskan kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya.
Pertemuan Keempat (Selasa 10 Nopember 2015)
Pada pertemuan keempat sama halnya pada pertemuan
sebelumnya diawali dengan membuka pelajaran dengan memberi salam
dan mengucap basmallah (berdoa bersama), dan presensi kehadiran siswa
satu persatu serta mengkondisikan siswa dikelas. Setelah selesai
mengkondisikan kelas guru mereview kembali materi sebelumnya.
Pembelajaran diawali dengan apersepsimemberikan pertanyaan “mengapa
kitamembungkus sesuatu sering menggunakan bahan dari plastik?. Mengapa
kita membuat meja dan kursi dari bahan kayu?siswa pun menjawabnya
dengan beragam jawaban. Setelah itu peneliti pun menjelaskan materi.Setelah
materi sudah dijelaskan siswa diminta berkumpul dengan kelompoknya
sesuai kelompok pada pertemuan sebelumnya, kemudian dijelaskan prosedur
kerja dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving.
Terstruktur lalu memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Masing-masing
kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan soal yang ada di LKS sesuai
fase problem solving.
Fase pertama rumusan masalah yaitu siswa dihadapkan oleh
permasalahan yang diberikan oleh guru. Fase kedua menelaah masalah yaitu
dengan bimbingan peneliti siswa mengumpulkan informasi terkait
permasalahan yang dihadapi.Fase ketigamerumuskan hipotesis yaitu
membimbing siswa membuat hipotesis/ kemungkinan jawaban dari suatu
masalah.Fase keempat mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai
60
bahan pembuktian hipotesisyaitu membimbing siswa melakukan percobaan
sesuai dengan langkah-langkah percobaan dalam pembelajaran.Fase
kelimapembuktian hipotesis yaitu siswa berdiskusi dalam menganalisa hasil
pengamatan yang telah dilakukan dengan bimbingan peneliti. Fase keenam
menentukan pilihan penyelesaian yaitu siswa mempresentasikan hasil temuan
yang dipeoleh dengan baik.Fase ketujuh merumuskan kesimpulan yaitu
bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran bersama guru.Selama
proses berlangsung peneliti dan guru berkeliling kepada setiap kelompok
untuk memberikan bimbingan, dorongan dan menilai kemampuan berpikir
dan diskusi. Diberikanbatas waktukepada siswa untuk menyelesaikan LKS
tersebut. Setelah batas waktu yang ditentukan telah habis, maka setiap
kelompok untuk mengumpulkannya. Hasil LKS yang telah dikerjakan dan
di diskusikan oleh kelompoknya yang sudah dikumpulkan maka dimintasatu
perwakilan setiap kelompok untuk maju mempersentasikan hasilnya. Dan
siswa yang lain pun memperhatikannya. Kemudian dilakukan penyimpulan
materi.Terakhir dilakukanevaluasi seputar materi yang diajarkan dan siswa
ditugaskan untuk mempelajari materi berikutnya.
Sebelum pembelajaran ditutup diberikan soal posttest kepada siswa,
dimana soal posttest digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa
setelah diterapkannya metode pembelajaran problem solving. Pembelajaran
ditutup dengan mengucap hamdallah dan diiringi dengan salam penutup.
4.1.1.3.3. Pengamatan
Berdasarkan hasil tes (pretest dan posttest) yang diperoleh pada siklus
2, mengenai sub bab sifat-sifat dan kegunaan benda dapat mempengaruhi
bentuk suatu benda dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang dalam satu
kelas dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving. Data
nilai pretest diperoleh dari hasil tes sebelum siswa mempelajari materi
61
tersebut dan belum diterapkannya metode pembelajaran problem solving,
serta nilai posttest diperoleh dari hasil belajar siswa setelah
diterapkannya metode pembelajaran problem solving.Hasil LKS dan evaluasi
latihan soal untuk siswa mengalami peningkatan yang baik.
4.1.1.3.4. Hasil LKS Siklus 2
Berdasarkan LKS yang telah dikerjakan oleh siswa pada setiap
pertemuannya, maka dapat dilihat data nilai LKS pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Data Nilai LKS Siklus 2
Kelompok 1 2 3 4 Rata-rata %
Pertemuan III IV III IV III IV III IV
Nilai 85 90 90 100 85 85 85 80
87,50 Rata-rata
%
87,50 95,00 85,00 82,50
Kategori Sangat
Bik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat Baik
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai LKS pada pertemuan
ketiga sudah sangat baik yaitu kelompok satu mendapat nilai sebesar 85,
kelompok dua mendapat nilai sebesar 90, kelompok tiga mendapat nilai
sebesar 85 dan kelompok empat mendapat nilai sebesar 85. Sedangkan
nilai LKS pada pertemuan keempat beberapa kelompok mengalami
peningkatan yaitu pada kelompok satu mendapat nilai sebesar 90, kelompok
dua mendapat nilai sebesar 100, kelompok tiga mendapat nilai sebesar 85,
dan kelompok empat mendapat nilai sebesar 80. Rata-rata pada
62
semuakelompok berkategori sangat baik . Rata-rata hasil LKS pada siklus
2 yaitu mencapai 87,50% dengan kategori sangat baik.
4.1.1.3.5. Hasil Belajar IPA Siklus 2
Data statistik pretest dan posttest dapat dilihat pada Tabel 4.9 di
bawah ini:
Tabel 4.9. Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 2
No Interval Frekuensi Persentase
1 65 - 69 1 4,17%
2 70 - 74 2 29,17%
3 75 - 79 1 4,17%
4 80 – 84 9 37,5%
5 85 - 89 2 8,33%
6 90 - 94 7 29,17%
7 90 - 99 1 4,17%
8 100 1 4,17%
Jumlah Siswa 24 100%
Nilai Rata-Rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
83,13
100
65
Berdasarkan tabel 4.9 maka dapat diketahui bahwa masihada
siswa yang mendapat nilai 65-69. Siswa yang mendapat nilai 70-74 sebanyak
2 siswa dengan persentase 29,17%. Siswa yang mendapat nilai 75-79
sebanyak 1 siswa dengan persentase 4,17%, dan siswa yang mendapat nilai
80-84 sebanyak 9 siswa dengan persentase 37,5%. Siswa yang mendapatkan
nilai 85-89 sebanyak 2 siswa dengan persentase 8,33%. Siswa yang
mendapatkan nilai 90-94 sebanyak 7 siswa dengan persentase 29,17 siswa.
63
Siswa yang mendapatkan nilai 90-99 sebanyak 1 siswa dengan persentase
4,17%. Dan Siswa yang mendapatkan nilai 100 sebanyak 1 siswa dengan
persentase 4,17 siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data hasil
belajar siklus 2 adalah 83,13 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 65.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai hasil nilai pada siklus 2 dapat dilihat
pada lampiran.
Data mengenai hasil belajar siswa siklus 2 pada tabel 4.7, dapat
digambarkan memalui diagram batang seperti pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Diagaram Hasil Belajar Siswa Siklus 2
Data mengenai hasil belajar siswa siklus 2 kemudian peneliti
melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus 2 yang
tertera pada tabe 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10. Data Ketuntasan Siklus 2
No Ketuntasan Frekuensi Persentase
1 Tuntas 23 95,83%
2 Belum Tuntas 1 4,17%
Rata-rata 83,13
Maksimum 100
Minimum 65
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Interval
Frekuensi
64
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar IPA
siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA siklus 2 yang telah mencapi KKM
sebanyak 23 siswa dengan persentase 95,83% dan ada 1 siswa yang nilainya
di bawah KKM. Hal ini dikarenakan bahwa siswa tersebut mengalami
kesulitan dalam belajar dan dapat dikategorikan sebagai siswa yang
berkebutuhan khusus.Ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas VIMI Taris
Raci Batangan Pati siklus 2 dapat digambarkan dengan diagram seperti yang
tertera pada gambar 4.6.
Gambar 4.6.Diagram Ketuntasan Siklus 2
Berdasarkan tabel 4.10 dan gambar diagram 4.6 menunjukkan bahwa
pada siklus 2 dipertemuan ketiga dan keempat nilai terendah sebesar 65,
nilai tertinggi pada pertemuan ketiga dan keempat sebesar 100 dan rata-
rata hasil belajar IPA siswa kelas 6 adalah 83,13. Ketuntasan siswa mencapai
95,83% yaitu 23 siswa dan yang belum tuntas 4,17% yaitu 1 siswa. Pada
siklus 2 ini peningkatan hasil belajar siswa sangat signifikan dan
memuaskan.Siswa yang belum tuntas hanya satu orang.Ini karena siswa
tersebut adalah termasuk dalam kategori anak berkebutuhan khusus, sehingga
anak tersebut tidak bisa mencapai ketuntasan.
0
10
20
30
Tuntas Belum Tuntas
Frekuensi
Frekuensi
65
4.1.1.3.6. Hasil Observasi Siklus 2
Hasil observasi dapat dilihat dari lembar observasi aktivitas siswa
dan guru. Pada lembar observasi siswa yang terdapat dalam lampiran
menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada pertemuan ketiga dan keempat
sudah meningkat dengan kategori sangat baik dan rata-rata persentase setiap
indikator sudah meningkat dengan kategori sangat baik. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 2 ini
baik sekali. Pada lembar observasi guru yang terdapat dalam lampiran
menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam proses belajar mengajar sudah
sesuai, hal ini terlihat pada persentase siklus 2 yang berkategori sangat
baik.
4.1.1.3.7. Refleksi Siklus 2
Tahapan refleksi pada siklus 2 ini bahwa kegiatan pembelajaran
dengan metode pembelajaranproblem solving dapat membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang
mencapai KKM ≥ 70 sebanyak 23 orang (95,83%) sudah memenuhi
kriteria ketuntasan yang ditetapkan peneliti. Hasil observasi tiap
kelompokpada pertemuan ketiga dan keempat mengalami peningkatan,
rata-rata tiap kelompok dengan indikator sangat baik, begitu pun dengan
aktivitas guru dengan kategori sangat baik. Berdasarkan catatan lapangan
pada siklus 2 ini secara umum dapat dikatakan sudah sangat baik. Pada
tahap inti, siswa sudah tidak lagi gaduh dalam pembentukan kelompok
karena pembetukan kelompok sama seperti kelompok pada siklus 1
sehingga berjalan dengan tertib, dan mengerjakan tugas yang harus dikerjakan
bersama kelompok. Siswa juga sudah aktif bertanya dan berpendapat dalam
pembelajaran dan diskusi kelompok sehingga siswa yang sebelumnya
mengandalkan temannya mengerjakan LKS pada siklus 2 ini siswa membagi
66
tugas kelompok secara bergantian untuk menyelesaikan LKS bersama, maka
penelitian ini dapat dihentikan pada siklus 2.
4.1.1.3.8. Keputusan Siklus 2
Berdasarkan hasil refleksi siklus 2 diperoleh dari hasil belajar
dan aktivitas belajar siswa, juga respon siswa yang positif tentang
metode pembelajaran problem solving, hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman siswa dalam bab Perubahan Benda sudah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yang diharapkan. Dari hasil observasi
aktivitas siswa sudah ada peningkatan dan aktivitas guru sudah sangat baik.
Oleh karena itu tidak perlu dilanjutkan lagi ke tindakan pembelajaran siklus 3.
4.2.Hasil Analisi Data
Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis data prasiklus,
siklus 1 dan siklus 2 mengenai hasil belajar IPA siswa.
4.2.1. Hasil Belajar IPA
Pada kondisi awal atau prasiklus, hasil belajar IPA siswa kelas VIMI
Taris Raci Batangan Pati, masih banyak siswa yang memperoleh nilai
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥70). Hanya ada 8 siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM atau dengan persentase 33.33% dan 16 siswa
dengan persentase 66,67% belum mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar
yang diperoleh pada prasiklus adalah 64,79 dengan nilai tertinggi 85 dan
nilai terendah 50. Setelah diterapkannya metode pembelajaran problem
solving pada mata pelajaran IPA, hasil belajar IPA mengalami
peningkatan, pada siklus 1 ada 12 siswa dengan persentase 50% yang
mencapai KKM dan 12 siswa dengan persentase 50% belum mencapai
KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus 1 meningkat
menjadi 67,08% dengan nilai tertinggi 80 dan nilaiterendah 50. Pada siklus
67
2hasil belajar mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang mencapai KKM
ada 23 siswa dengan persentase 95,83% dan siswa yang tidak mencapai
KKM ada 1 siswa. Ini karena anak tersebut berkategori anak berkebutuhan
khusus, sehingga anak tersebut tidak bisa mencapai KKM. Rata-rata hasil
belajar yang diperoleh pada siklus 2 adalah 83,13 dengan nilai tertinggi
100 dan nilai terendah 65. Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada
kondisi awal atau prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11. Data Statistik Ketuntasan Siswa pada
Prasiklus, Sikllus 1 dan Siklius 2
Data Statistik Pretest Siklus 1 Siklus 2
Nilai Minimum 50 50 65
Nilai Maximum 85 80 100
Rata-rata 64,79 67,08 83,13
Tuntas 33,33% 50% 95,83%
Tidak Tuntas 66,67% 50% 4,17%
Berdasarkan tabel 4.11 mengenai perbandingan ketuntasan hasil
belajar IPA prasiklus, siklus 1, dan siklus 2, jumlah siswa yang
mencapai KKM mengalami peningkatan. Sebelum dikenai tindakan hanya
ada 8 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 33,33%. Setelah
dikenai tindakan pada siklus 1, jumlah siswa yang mencapai KKM
mengalami peningkatan menjadi 12 siswa dengan persentase 50%, dan
pada siklus 2 jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 23 siswa
dengan persentase 95,83%.
68
Gambar 4.7. Diagram Persentase Ketuntasan
Prasiklus,Siklus1, Siklus 2
Gambar 4.8.Diagram Peningkatan Hasil Belajar IPA
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Perolehan hasil belajar tiap siklus juga mengalami peningkatan. Pada
prasiklus, perolehan rata-rata hasil belajar adalah 64,79, nilai maksimum 85,
nilai minimumnya 50 setelah dilaksanakan siklus 1 rata-rata hasil belajar
meningkat menjadi 67,08. Nilai maksimum mencapai 80 dan nilai minimunya
50. Dan setelah dilaksanakan siklus 2 rata-rata hasil belajar meningkat lagi
menjadi 83,13, dengan nilai maksimum 100 dan nilai minimum 65.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Data StatistikPrasiklusSiklus 1Siklus 2
0
20
40
60
80
100
Data Statistik Nilai Minimum NilaiMaximum
Rata-rata
69
4.3.Pembahasan
Data yang telah dipaparkan oleh peneliti mulai dari data pra siklus
atau data kondisi awal sebelum diterapkannya suatu metode pembelajaran
problem solving sampai setelah diterapkannya metode pembelajaran problem
solving pada siklus 1 dan Siklus 2 dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving dapat
meningkatkan hasil belajar IPA. Pada kondisi awal sebelum
diterapkannya metode pembelajaran problem solving perolehan hasil belajar
sebelum tindakan, siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM≥70) hanya ada 8 siswa atau dengan persentase 33,33%. Rata-rata
yang diperoleh dari hasil belajar sebelum tindakan adalah 64,79. Kemudian
setelah dilakukan pembelajaran siklus 1, jumlah siswa yang mencapai
KKM meningkat menjadi 12 siswa dengan persentase 50%. Rata-rata yang
diperoleh dari hasil belajar siklus 1 adalah sebesar 67,08.
Pada pembelajaran siklus 2, jumlah siswa yang mencapai KKM adalah
sebesar 23 siswa dengan persentase 95,83%. Rata- rata yang diperoleh dari
hasil belajar pada siklus 2 adalah sebesar 83,13. Penelitian yang dilakukan
pada siklus 2 seluruhnya sudah mencapai indikator kinerja. Indikator
kinerja dari hasil belajar, peneliti menetapkan bahwa penerapan dengan
metode pembelajaran problem solving dikatakan berhasil jika minimal 100%
siswa mencapai KKM. Hasil belajar pada siklus 1masih belum mencapai
indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti, yakni minimal 50%
siswa barumencapai KKM, sedangkan pada siklus 2 hasil belajar siswa
sudah sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh peneliti yakni minimal
95,83% siswa sudah mencapai KKM.
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Arends (2008 : 45)pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang
otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri dengan
70
cara diskusi kelompok. Dengan suasana kelas yang dibangun sedemikian
rupa, maka siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain
sehingga terbentuk hubungan yang positif dan menambah semangat siswa
dalam belajar. Suasana seperti ini akan memperlancar pembentukan
pengetahuan secara aktif sehingga hasil belajar akan meningkat. Metode
pembelajaran problem solving merupakan salah satu tipe dari pembelajaran
kooperatif. Denganmetode pembelajaran problem solving, siswa lebih aktif
untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Disamping itu, problem
solving juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis
dalam memecahkan masalah serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan
aktif dalam kelas. Keunggulan metode pembelajaran problem solving adalah
melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak
kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi
dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil
pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk
menyelesaikan masalahyang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat
pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
olehpenelitian oleh Warsiti mahasiswa fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2013 dengan judul
“Peningkatan Kreativatas Belajar IPA melalui Metode Problem Solving pada
Siswa kelas IV sd negeri 01 Lempong Kabupaten Karang Anyar Tahun
Pelajaran 2012/2013”.Hasil penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar
siswa pembelajaran IPA siswa melalui penerapan metode Problem Solving
pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Lempong siklus I mencapai 69,4%
dan meningkat serta mencapai hasil optimal pada siklus II 88,6%.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur
Aulia jurusan ilmu pendidikan guru sekolah dasar universitas Lampung
71
Bandar Lampung berjudul PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN AIR DENGAN METODE PROBLEM SOLVING
(2015).Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model
pembelajaran AIR dengan metode problem solving pada siswa kelas V
A SD Negeri 03 Sulusuban, Lampung Tengah tahun pelajaran 2014/2015
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran AIR dengan metode
problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPA. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan
kategori baik dengan nilai 66,00 dan mengalami peningkatan sebesar 10,22
sehingga pada siklus II mencapai 76,22 dengan kategori baik. Persentase
ketuntasan klasikal pada siklus I berada pada kategori sangat rendah
(50,00%) meningkat 31,82% sehingga pada siklus II mencapai kategori tinggi
(81,8)