32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Dalam bab ini akan dibahas tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang meliputi 4 tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi dan refleksi. Tahap perencanaan dimulai dengan mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam proses penelitian seperti kondisi kelas awal, keadaan siswa dan ruang belajar. Selanjutnya tahapan pelaksanaan tindakan dan observasi yang kemudian langkah terakhir refleksi. 4.1.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1.1. Pra Sikus Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan pra siklus, dan pra siklus ini dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2015 selama 2 jam pelajaran. Dalam pra siklus ini peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu mengamati kondisi atau keadaan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan selanjutnya peneliti juga mengamati guru kelas 6 dalam menyampaikan pembelajaran apa saja metode yang digunakan selama pra siklus ini, hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi atau keadaan siswa saat mengikuti pembelajaran dan selanjutnya bertujuan untuk mengetahui bagaimana seorang guru kelas 6 dalam mengelola pembelajaran serta cara dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Dalam pra siklus ini yang dididapatkan bahwa siswa pada saat mengikuti pembelajaran kurang memperhatikan guru dalam menyampaikan pembelajaran, masih banyak yang bercerita sendiri dll, dan selanjutnya bahwa saat pra siklus ini guru yang mengajar kelas 6 tidak pernah menggunakan metode problem solving dalam menyampaikan pembelajaran. Pada saat pra siklus ini guru pengampu kelas 6 lebih banyak menggunakan pembelajaran secara konvesional saja yaitu dengan metode ceramah dan pemberian tugas. 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ......40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Dalam bab ini akan dibahas tentang pelaksanaan penelitian tindakan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 40

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Penelitian

    Dalam bab ini akan dibahas tentang pelaksanaan penelitian tindakan

    kelas yang meliputi 4 tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan,

    pengamatan/observasi dan refleksi. Tahap perencanaan dimulai dengan

    mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam proses penelitian seperti

    kondisi kelas awal, keadaan siswa dan ruang belajar. Selanjutnya tahapan

    pelaksanaan tindakan dan observasi yang kemudian langkah terakhir refleksi.

    4.1.1. Pelaksanaan Penelitian

    4.1.1.1. Pra Sikus

    Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan pra siklus, dan

    pra siklus ini dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2015 selama 2 jam

    pelajaran. Dalam pra siklus ini peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu

    mengamati kondisi atau keadaan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan

    selanjutnya peneliti juga mengamati guru kelas 6 dalam menyampaikan

    pembelajaran apa saja metode yang digunakan selama pra siklus ini, hal ini

    bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi atau keadaan siswa saat

    mengikuti pembelajaran dan selanjutnya bertujuan untuk mengetahui

    bagaimana seorang guru kelas 6 dalam mengelola pembelajaran serta cara

    dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa.

    Dalam pra siklus ini yang dididapatkan bahwa siswa pada saat

    mengikuti pembelajaran kurang memperhatikan guru dalam menyampaikan

    pembelajaran, masih banyak yang bercerita sendiri dll, dan selanjutnya bahwa

    saat pra siklus ini guru yang mengajar kelas 6 tidak pernah menggunakan

    metode problem solving dalam menyampaikan pembelajaran. Pada saat pra

    siklus ini guru pengampu kelas 6 lebih banyak menggunakan pembelajaran

    secara konvesional saja yaitu dengan metode ceramah dan pemberian tugas.

    40

  • 41

    Data hasil pengamatan menyatakan bahwa siswa yang tuntas

    mencapai nilai KKM ≥70 adalah sebanyak 8 siswa atau 33,34% dan yang

    belum tuntas sebanyak 16 siswa atau 66,66% dari jumlah siswa yang ada di

    kelas 6 MI TARIS Raci dengan rata-rata kelasnya adalah 64,79.

    4.1.1.1.1. Refleksi

    Refleksi dalam pra siklus ini peneliti menggunakan dua hasil

    penelitian yaitu pengamatan situasi kelas dan hasil test formatif.

    Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran didapatkan data

    sebagai berikut:

    1. Siswa merasa bosan dan kurang antusias dan kurang tertarik dengan

    pembelajaran karena guru dalam menyampaikan pelajaran hanya

    dengan metode konvensional saja yaitu dengan ceramah dan

    penugasan saja.

    2. Siswa cenderung masih pasif dalam pembelajaran dan kurang

    memperhatikan penjelasan dari guru.

    3. Siswa kelihatan masih bingung dan kesulitan dalam mengerjakan soal

    dan kurang percaya diri.

    Adapun hasil berupa ketuntasan siswa dalam belajar IPA yang didapatkan

    dari pra siklus yang dilakukan adalah seperti pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1 Frekuensi Hasil Belajar Siswa Prasiklus

    No Interval Frekuensi Persentase

    1 50 - 54 1 4,17%

    2 55 - 59 7 29,17%

    3 60 - 64 3 12.5%

    4 65 - 69 5 20,83%

    5 70 - 74 1 4,17%

    6 75 - 79 5 20,83%

  • 42

    7 80 - 84 0 0

    8 85 - 89 2 8,33%

    9 90 - 94 0 0

    Jumlah Siswa 24 100%

    Nilai Rata-Rata

    Nilai Tertinggi

    Nilai Terendah

    64,79

    85

    50

    Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai ulangan mata pelajaran

    IPA dapat dikatakan hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran

    IPA masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang

    belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70), sebagian

    besar siswa masih memperoleh nilai dibawah KKM 70. Sebanyak 16 siswa

    dari total keseluruhan 24 siswa masih belum tuntas dalam mata pelajaran

    IPA, hanya ada 8 siswa yang berhasil tuntas dengan perolehan nilai

    melebihi KKM 70. Dari tabel tersebut diketahui perolehan nilai siswa pada

    rentang nilai antara 50-54 sejumlah 1 siswa dengan persentase 41,17%

    dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 55-59 sejumlah 7 siswa

    dengan persentase 29,17% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 60-64

    sejumlah 3 siswa dengan persentase 12,5% dari jumlah keseluruhan siswa,

    rentang nilai antara 65-69 sejumlah 5 siswa dengan persentase 20,83%

    dari jumlah keseluruhan siswa, dan rentang nilai 70-74 sejumlah 1 orang

    siswa dengan persentase 4,17% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang

    nilai 75-79 sejumlah 5 siswa dengan persentase 20,83% dari jumlah

    keseluruhan siswa, rentang nilai 80-84 sejumlah 0 siswa, rentang nilai 85-89

    sejumlaj 2 siswa dengan persentase 8,33% dari sejumlah siswa. Dari daftar

    nilai pada kondisi awal (Prasiklus) nilai tertinggi yangdiperoleh siswa adalah

  • 43

    85 dan nilai terendah 50 (Untuk daftar nilai ulangan harian IPA semester

    1 dapat dilihat pada lampiran).

    Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam diagram 4.1 sebagai berikut:

    Gambar 4.1. Diagram Hasil Belajar Siswa Prasiklus

    Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil

    perolehan nilai pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat disajikan dalam

    bentuk tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Data ketuntasan Siswa Pretest/Prasiklus

    No Ketuntasan Frekuensi Persentase

    1 Tuntas 8 33,33%

    2 Belum Tuntas 16 66,67%

    Rata-rata 64,79

    Maksimum 85

    Minimum 50

    Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal/sebelum tindakan

    dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    50 -54

    55 -59

    60 -64

    65 -69

    70 -74

    75 -79

    80 -84

    85 -89

    90 -94

    Frekuensi

    Frekuensi

  • 44

    Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) sejumlah 16 siswa atau 66,67% dari

    total keseluruhan siswa, sedangkan yang sudah mencapai Kriteria

    Ketuntasan Minimal sebanyak 8 siswa dengan persentase 33,33% dari

    total keseluruhan siswa. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa

    persentase jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal lebih

    kecil dibandingkan dengan jumlah siswa yang belum berhasil. mencapai

    kentutasanminimal. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat

    pada diagram 4.2 berikut.

    Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Siswa Prasiklus

    Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar diagram 4.2 dapat disimpulkan

    bahwa siswa yang tuntas mencapai nilai KKM ≥ 70 adalah sebanyak 8 siswa

    atau 33,34% dan yang belum tuntas sebanyak 16 siswa atau 66,66% dari

    jumlah siswa yang ada di kelas 6 MI TARIS Raci dengan rata-rata kelasnya

    adalah 64,79.Dalam tahap prasiklus ini nilai ketuntasan siswa masih jauh dari

    yang diharapkan.Agar nilai siswa bisa mencapai KKM yang telah ditentukan

    yaitu ≥70, maka perlu digunakan metode pembelajaran yang dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang digunakan

    adalah problem solving yang akan diterapkan pada siklus 1.

    0

    5

    10

    15

    20

    Tuntas Belum Tuntas

    Frekuensi

    Frekuensi

  • 45

    4.1.1.2.Pelaksanaan Siklus 1

    4.1.1.2.1. Perencanaan

    Tahap perencanaan pada siklus 1 dimulai dengan mempersiapkan

    semua rancangan pembelajaran yang akan diterapkan pada penelitian ini,

    persiapan tersebut meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

    menerapkan metode pembelajaran problem solving, media/alat dan bahan

    dalam pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi, catatan

    lapangan, dan instrumen tes soal pilihan ganda. Hasil pembelajaran

    diupayakan agar siswa memperoleh nilai di atas KKM yaitu ≥70 dengan

    indikator keberhasilan lebih dari 90% dari jumlah siswa. Instrumen pretest

    digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan awal siswa

    sebelum dilakukan pembelajaran sedangkan instrumen posttest digunakan

    untuk mengetahui hasil siswa setelah pembelajaran berlangsung.

    Pembagian kelompok yang dibagi menjadi empat kelompok dengan tiap-

    tiap kelompok terdiri dari enam orang. Pada siklus 1 dilakukan dua kali

    pertemuan dan berlangsung selama 2x35 menit untuk setiap pertemuan. Pada

    pertemuan pertama pembelajaran dilakukan dengan pemberian soal pretest

    dan dilanjutkan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran

    problem solving. Pada pertemuan kedua dilakukan pembelajaran dikelas

    dengan melaksanakan praktikum dan menjawab soal posttest. Indikator

    pembelajaran dari perubahan benda yang ditetapkan pada siklus pertama ini

    diantaranya: (1) Mengelompokkan benda-benda yang berubah karena

    pelapukan, perkaratan dan pembusukan (2).Menulis faktor-faktor penyebab

    perubahan benda karena pelapuka, perkaratan dan pembusukan.

    4.1.1.2.2. Tindakan

    Pada tahap ini, guru berusaha menerapkan kegiatan pembelajaran

    dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving sesuai dengan

    RPP. Uraian proses pembelajaran pada siklus 1 sebagai berikut:

  • 46

    Pertemuan Pertama (Selasa, 3 Nopember 2015).

    Pertemuan pertama diawali dengan membuka pelajaran dengan

    memberi salam dan mengucap basmallah (berdoa bersama), kemudian

    sebelum memulai proses belajar mengajar guru memperkenalkan diri terlebih

    dahulu, dan presensi kehadiran siswa untuk mengenal siswa satu persatu

    serta mengkondisikan siswa dikelas. Setelah selesai mengkondisikan kelas

    guru memberikan pretest kepada siswa sebelum masuk dalam proses

    pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan guru melakukan apersepsi

    berupa memberikan pertanyaan kepada siswa “ Mengapa bahan logam besi

    mudah berkarat?. Mengapa alat-alat rumah tanggayang terbuat dari logam dan

    kayu dilapisi cat atau nikel?”.Terbukti beberapa siswa merespon pertanyaan

    dengan memberikan jawaban mereka. Walau hanyabeberapa siswa saja yang

    menjawab. Siswa pun menjawabnya dengan beragam jawaban.Setelah itu

    diadakan penjelasan tentang materi.Materi sudah dijelaskan siswa dibagi

    kelompok menjadi empat kelompok dalam jumlah enam orang tiap

    kelompoknya dan siswapun membuat kelompok berdasarkan yang telah

    ditentukan , kemudian guru memberikan LKS kepada masing-masing

    kelompok dan menjelaskan prosedur kerja dengan menggunakan metode

    pembelajaran problem solving. Masing-masing kelompok bekerja sama untuk

    menyelesaikan soal yang ada di LKS sesuai fase problem solving.

    Fase pertama rumusan masalah yaitu siswa dihadapkan oleh

    permasalahan yang diberikan oleh guru. Fase kedua menelaah masalah yaitu

    peneliti membimbing siswa untuk merumuskan hipotesis (membuat

    hipotesis) berdasarkan rumusan masalah yang dibuat oleh guru. Fase

    ketiga merumuskan hipotesis yaitu peneliti membimbing siswa dalam

    melakukan eksperimen (percobaan). Fase keempat mengumpulkan dan

    mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis yaitu

    penelitimembimbing siswa dalam menganalisis data (menentukan

  • 47

    jawaban) berdasarkan pengumpulan data yang telah diperoleh dalam

    percobaan atau eksperimen. Fase kelima pembuktian hipotesis yaitu peneliti

    membimbing siswa untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam

    percobaan.Fase keenam menentukan pilihan penyelesaian yaitu guru meminta

    setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.Fase ketujuh merumuskan

    kesimpulan yaitu peneliti membimbing siswa dalam menyimpulkan data

    hasil percobaan yang telah didapatnya. Selama proses pembelajaran

    berlangsung guru berkeliling kepada setiapkelompok untuk memberikan

    bimbingan serta penilaian kepada masing-masing kelompok. Guru

    memberikan batas waktu untuk menyelesaikan LKS tersebut. Setelah batas

    waktu yang ditentukan telah habis, maka setiap kelompok mengumpulkan

    hasil kerjanya. Hasil LKS yang telah dikerjakan dan didiskusikan oleh

    kelompoknya yang sudah dikumpulkan maka diminta satu perwakilan setiap

    kelompok untuk maju mempersentasikan hasilnya, siswa yang lain pun

    memperhatikannya. Kemudian dilakukan penyimpulan materi bersama-

    sama.Terakhir dilakukan evaluasi berupa tanya jawab seputar materi yang

    diajarkan dan menugaskan siswa untuk mempelajari materi berikutnya.

    Pembelajaran ditutup dengan mengucap hamdallah dan diiringi dengan

    salam penutup.

    Pertemuan Kedua (Selasa, 3 Nopember 2015).

    Pada pertemuan kedua sama halnya pada pertemuan pertama

    diawali dengan membuka pelajaran dengan memberi salam dan mengucap

    basmallah (berdoa bersama), dan presensi kehadiran siswa satu persatu

    serta mengkondisikan siswa dikelas. Setelah selesai mengkondisikan kelas

    guru mereview kembali materi sebelumnya. Pembelajaran diawali dengan

    apersepsimemberikan pertanyaan “Dari bahan apa tempe dibuat? Mengapa

    nasi yang sudah seharian dapat membusuk?”siswa pun menjawabnya

    dengan beragam jawaban. Setelah itu peneliti pun menjelaskan materi.

    Materi sudah dijelaskan peneliti memerintahkan siswa berkumpul dengan

  • 48

    kelompoknya sesuai kelompok pada pertemuan pertama, kemudian

    dijelaskan prosedur kerja dengan menggunakan metode pembelajaran problem

    solving lalu memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Masing-masing

    kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan soal yang ada di LKS sesuai

    fase problem solving.

    Fase pertama rumusan masalah yaitu siswa dihadapkan oleh

    permasalahan yang diberikan oleh guru. Fase kedua menelaah masalah yaitu

    peneliti membimbing siswa untuk merumuskan hipotesis (membuat

    hipotesis) berdasarkan rumusan masalah yang dibuat oleh guru. Fase

    ketiga merumuskan hipotesis yaitu peneliti membimbing siswadalam

    melakukan eksperimen percobaan). Fase keempat mengumpulkan dan

    mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis yaitu

    membimbing siswa dalam menganalisis data (menentukan jawaban)

    berdasarkan pengumpulan data yang telah diperoleh dalam percobaan

    atau eksperimen. Fase kelima pembuktian hipotesis yaitu membimbing siswa

    untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam percobaan.Fase keenam

    menentukan pilihan penyelesaian yaitu guru meminta setiap kelompok

    mempresentasikan hasil kerjanya.Fase ketujuh merumuskan kesimpulan

    yaitu membimbing siswa dalam menyimpulkan data hasil percobaan yang

    telah didapatnya. Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti atau guru

    berkeliling kepada setiap kelompok untuk memberikan bimbingan serta

    penilaian kepada masing-masing kelompok. Diberikan batas waktu untuk

    menyelesaikan LKS tersebut. Setelah batas waktu yang ditentukan telah

    habis, maka setiap kelompok mengumpulkan hasil kerjanya. Hasil LKS

    yang telah dikerjakan dan didiskusikan oleh kelompoknya yang sudah

    dikumpulkan maka peneliti meminta satu perwakilan setiap kelompok untuk

    maju mempersentasikan hasilnya, siswa yang lain pun memperhatikannya.

    Kemudian dilakukan penyimpulan materi bersama-sama. Terakhir dilakukan

  • 49

    evaluasi berupa tanya jawab seputar materi yang diajarkan dan siswa

    diberikan tugas untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran

    ditutup dengan mengucap hamdallah dan diiringi dengan salam penutup.

    4.1.1.2.3. Pengamatan

    Berdasarkan hasil tes (pretest dan posttest) yang diperoleh pada siklus

    1, mengenai subbab Penyebab Perubahan Bendadengan jumlah siswa

    sebanyak 24 orang dalam satu kelas dengan menggunakan metode problem

    solving.Data nilai pretest diperoleh dari hasil tes sebelum siswa

    mempelajari materi tersebut dan belum diterapkannya metode

    pembelajaran problem solving, serta nilai posttest diperoleh dari hasil

    belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran problem solving.

    Hasil LKS siswa selama pembelajara sudah terlaksana dengan baik.

    Hasil observasi yang dilihat dari lembar aktivitas guru dan siswa.

    Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sudah baik, artinya apa

    yang ada dalam tahapan aktivitas guru sudah terpenuhi. Pada siklus 1 siswa

    dibagi menjadiempatkelompokmasing-masing kelompok terdiri dari enam

    orang. Hasil observasi yang dilakukan pada siklus 1 ini pada

    pertemuanpertama dan kedua sudah baik.Tetapi masih ada kendala yang harus

    diperbaiki antara lain kurangnya kekompakan dan keseriuan siswa dalam

    kelompoknya dan guru dalam pembelajaran masih kurang sesuai dengan

    RPPnya.

    4.1.1.2.4. Hasil LKS Siklus 1

    Berdasarkan LKS yang telah dikerjakan oleh siswa pada setiap

    pertemuannya, maka dapat dilihat data nilai LKS pada Tabel 4.3 di bawah ini.

  • 50

    Tabel 4.3. Data Nilai LKS Siklus 1

    Kelompok 1 2 3 4 Rata-rata

    %

    Pertemuan I II I II I II I II

    Nilai 70 73 70 75 70 75 75 75

    72,88 Rata-rata % 71,5 72,5 72,5 75

    Kategori Baik Baik Baik Baik Baik

    Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai LKS pada pada

    pertemuan pertama sudah baik yaitu kelompok satu mendapat nilai

    sebesar 70 kelompok dua mendapat nilai sebesar 70 kelompok tiga mendapat

    nilai sebesar 70 dan kelompok empat mendapat nilai sebesar 75. Sedangkan

    nilai LKS pada pertemuan kedua beberapa kelompok mengalami peningkatan

    yaitu pada kelompok satu mendapat nilai sebesar 73 kelompok dua mendapat

    nilai sebesar 75 kelompok tiga mendapat nilai sebesar 75, dan kelompok

    empat mendapat nilai sebesar 75. Rata-rata pada masing-masing kelompok

    berkategori baik tetapi masih ada kelompok yang belum bisa bekerja sama

    dengan baik. Mereka masih belum bisa menempatkan diri mereka pada

    posisinya masing-masing sehingga kekompakannya belum terlihat.Dan pada

    saat presentasi siswa masih terlihat takut dan tidak percaya diri.

    4.1.1.2.5. Hasil Belajar IPA Siklus 1

    Hasil ketuntasanbelajar IPAsiklus 1 yang diperoleh siswa dapat

    dilihat pada Tabel 4.4di bawah ini.

    Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 1

    No Interval Frekuensi Persentase

    1 50 - 54 1 4,17%

  • 51

    2 55 - 59 1 4,17%

    3 60 - 64 6 25%

    4 65 - 69 4 16,66%

    5 70 - 74 4 16,66%

    6 75 - 79 7 29,17%

    7 80 - 84 1 4,17%

    Jumlah Siswa 24 100%

    Nilai Rata-Rata

    Nilai Tertinggi

    Nilai Terendah

    67,08

    80

    50

    Berdasarkan tabel 4.4 maka dapat diketahui bahwa siswa yang

    mendapat nilai 50-54 sebanyak 1 siswa dengan persentase 4,17%. Siswa

    yang mendapat nilai 55-59 sebanyak 1 siswa dengan persentase 4,17%.

    Siswa yang mendapat nilai 60-64 sebanyak 6 siswa dengan persentase

    25%, Siswa yang mendapat nilai 65-69 sebanyak 4 siswa dengan

    persentase 16,66%.Siswa yang mendapat nilai 70-74 sebanyak 4 siswa

    dengan presentase 16,66%. Siswa yang mendapat nilai 75-79 sebanyak 7

    siswa dengan persentase 29,17%. Siswa yang mendapat nilai 80-85 sebanyak

    1 siswa dengan persentase 4,17 %. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data

    hasil belajar siklus 1 adalah 67,08 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai

    terendah 50. Untuk lebih memperjelas data mengenai hasil belajar siswa

    siklus 1 pada tabel 4.3 maka dapat dibuat diagram batang seperti pada

    gambar 4.3, dan untuk mengetahuilebih jelas mengenai nilai hasil belajar

    siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada lampiran.

  • 52

    Gambar 4.3. Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 1

    Dari data mengenai hasil belajar siswa siklus 1 kemudian peneliti

    melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus 1 yang

    tertera pada tabel berikut ini:

    Tabel 4.5. Data Ketuntasan Siklus 1

    No Ketuntasan Frekuensi Persentase

    1 Tuntas 12 50%

    2 Belum Tuntas 12 50%

    Rata-rata 67,08

    Maksimum 80

    Minimum 50

    Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

    kelas VIMI Taris Raci Batangan Pati sudah mencapai KKM, yakni 12 dari

    24 siswa sudah mencapai KKM atau dengan persentase 50%. Sedangkan ada

    12 siswa yang belum mencapai KKM atau dengan persentase 50%. Rata-

    rata hasil belajar IPA siswa pada siklus 1 adalah 67,08, nilai tertinggi

    80, dan nilai terendah 50. Berdasarkanketuntasan hasil belajar IPA siswa

    kelas VIMI Taris Raci Batangan Pati siklus 1 pada tabel 4.4 dapat

    digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

    0

    2

    4

    6

    8

    50 - 5455 - 5960 - 6465 - 6970 - 7475 - 7980 - 84

    Frekuesi

    Frekuesi

  • 53

    Gambar4.4. Diagram Ketuntasan Siklus 1

    Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar diagram 4.4 menunjukkan bahwa

    ketuntasan siswa pada siklus 1 dipertemuan 1 dan 2 nilai terendah sebesar

    50 dan nilai tertinggi pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 80. Nilai rata-rata

    sebesar 67,08. Pada data 4.3 dan diagram 4.4 tersebut menunujukkan bahwa

    proses pembelajaran siklus 1 tidak mengalami peningkatan yang

    signifikan, hal ini dikarenakan penjelasan yang diberikan oleh guru

    kurang dipahami oleh siswa dan siswa masih ada yang bermain dan ramai.

    Ketuntasan belajar siswa mencapai 50% dan siswa yang belum tuntas 50%.

    Untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa yang masih jajuh dari target

    ketuntasan perlu diadakan perbaikan lagi, yaitu pembelajaran siklus 2 dengan

    menggunakan metode pembelajaran problem solving. Tetapi pada siklus 2 ini

    akan dilakukan lebih tertib kreatif lagi dengan memusatkan kegiatan pada

    siswa.

    4.1.1.2.6. Hasil Observasi Siklus 1

    Hasil observasi siswa dan guru pada siklus 1 dapat dilihat pada

    lampiran. rata-rata indikator dengan kategori baik yaitu pada semua

    indikator. Rata-rata persentase siklus 1 berkategori baik.Tetapi pada saat

    pembelajaran guru masih belum bisa memfokuskan diri dan dalam

    pembelajarannya masih belum sesuai dengan RPP.

    0%

    50%

    100%

    Tuntas Belum Tuntas

    1 2

    Frekuensi

    Frekuensi

  • 54

    Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus 1

    No Hasil Penelitian Rata-rata (%)

    1 Tingkat ketuntasan hasil belajar 50

    2 LKS 72,88

    3 Latihan soal evaluasi 67,08

    4 Aktivitas siswa Cukup Baik

    5 Aktivitas guru Cukup Baik

    4.1.1.2.7. Refleksi Siklus 1

    Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran diperoleh

    temuan pada siklus 1 yaitu hasil belajar siswa belum mencapai kriteria

    ketuntasan yang telah ditetapkan oleh peneliti sebesar 50%. Siswa yang

    mencapai KKM ≥ 70 sebesar 50% (12 orang). Berdasarkan lembar

    observasi aktivitas siswa pada siklus 1, rata-rata kelompok pada siklus

    1sudah baik dan sudah ada kerja sama walaupun masih belum ada keseriusan

    dan kekompakan antar anggota kelompok. Pada lembar observasi aktivitas

    guru dan siswadinilai sudah cukup baik, namun masih ada yang harus

    diperbaiki.Hasil catatan lapangan pada proses pembelajaran sudah baik.

    Pada tahap orientasi, guru sudah mengaitkan pelajaran yang akan

    dipelajari dengan pelajaran sebelumnya namun masih perlu dimaksimalkan,

    guru juga belum maksimal menyampaikan tujuan pembelajaran yang

    akan dipelajari dan masih belum ada kesesuaian pembelajaran dengan

    RPPnya. Sedangkan siswa pada tahap orientasi masih ada yang lupa pada

    pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya ketika ditanya guru, selain itu

    pada tahap pembentukan kelompok guru masih belum bisa

    mengkondisikan siswa dengan baik sehingga kelas gaduh. Dalam tahap

    merumuskan hipotesis guru sudah baik dalam membimbing siswa, karena

    banyak siswa yang tidak paham cara membuat hipotesis, beberapa siswa

  • 55

    juga tidak mengerti tugas dan peranannya dalam kelompok, di samping itu

    siswa masih bersifat mengandalkan teman dan kurang bekerjasama dalam

    mengerjakan LKS.

    4.1.1.2.8. Hasil Refleksi Siklus 1

    Tabel 4.7.Tindakan Siklus 1 yang akan Diperbaharui

    No Kekurangan pada

    Siklus 1

    Perbaiakan untuk Siklus 2

    1 Sebagian siswa tidak

    ingat dengan pelajaran

    yang sudah dipelajari

    sebelumnya sehingga

    siswa kurang aktif

    dalam menjawab

    pertanyaan guru

    Guru lebih interaktif dengan siswa,

    menanyakan dan mengulang

    pembelajaran yang sudah dipelajari

    dan mengaitkan pembelajaran yang

    akan dipelajari dengan pelajaran

    sebelumnya.

    2 Siswa tidak

    memperhatikan

    penjelasan guru.

    Guru harus menyampaikan materi

    dengan semenarik mungkin, agar

    siswa fokus memperhatikan materi

    yang dijelaskan guru.

    3 Siswa merasa

    kesulitan dalam

    membentuk kelompok

    sehingga kelas gaduh

    Guru harus lebih bisa mengatur

    siswa ke dalam kelompok belajar

    serta mengkondisikan siswa

    sehingga tidak terjadi kegaduhan.

    4 Siswa masih pasif

    dalam bertanya dan

    mengajukanpendapat.

    Lebih interaktif dengan siswa, banyak

    melakukan tanya jawab, serta pemberian

    reward ;(penghargaan) agar siswa berani

    bertanya dan mengungkapkan

    pendapatnya pada proses pembelajaran.

  • 56

    5 Hasil tes belajar siswa

    masih rendah

    Lebih disesuaikan lagi cara

    penyampaian materi agar siswa

    bisa memahami materi tersebut.

    Keputusan hasil refleksi pada siklus 1 dapat disimpulkan bahwa

    hasil belajar siswa pada Perubahan Bendasub pokok bahasa Penyebab

    Perubahan Benda belum memenuhi indikator yang peneliti harapkan.

    Indikator yang ditetapkan oleh peneliti siswa harus memiliki nilai diatas

    kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar ≥70 sebanyak 90%, tetapi pada

    siklus 1 ini mencapai ketuntasan sebesar 50%, sehingga perlu

    dilakukantindak lanjut proses pembelajaran untuk perbaikan hasil belajar

    siswa. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian

    tindakan kelas ini ke siklus 2.

    4.1.1.3. Siklus 2

    4.1.1.3.1. Perencanaan

    Tahapperencanaanpadasiklus2inimerupakan tahap perbaikan dari

    pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus1.Pada

    pelaksanaan di siklus 2, perbaikan dimulai dengan RPP yang

    menerapkanmetode pembelajaran yang lebih mengoptimalkan peran guru

    dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk

    meningkatkan aktivitas siswa sehingga dapat berdampak pada peningkatan

    hasil belajar siswa. Selanjutnya peneliti menyiapkan media/alat dan bahan

    dalam pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi, catatan

    lapangan, dan instrumen tes.

  • 57

    Instrumen tes yang digunakan pada siklus 2 ini sama halnya dengan

    yang ada pada siklus 1 yaitu soal pilihan ganda yang masing-masing 20 soal

    posttsest. Pembagian kelompok berdasarkan kelompok pada siklus 1. Pada

    siklus 2ini sama seperti siklus 1terdiri dari 2 kali pertemuan dan berlangsung

    selama 2 x 35 menit untuk setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama

    pembelajaran dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran

    problemsolving dan pertemuan kedua pembelajaran dilakukan posttest

    diakhir pembelajaran. Indikator pembelajaran dari Perubahan Benda pada

    sub bahasan. Sifat dan Kegunaan Benda yang ditetapkan pada siklus kedua

    ini diantaranya: (1) Menyelidiki Sifat-sifat benda. (2) Menyebutkan contoh

    benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. (3) Mengidentifikasi

    kegunaan benda berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki benda tersebut.

    4.1.1.3.2. Tindakan

    Pada tahap ini, guru berusaha menerapkan kegiatan pembelajaran

    dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving sesuai dengan

    RPP. Uraian proses pembelajaran pada siklus 2 sebagai berikut:

    Pertemuan Ketiga (Selasa, 10 Nopember 2015)

    Pertemuan ketiga diawali dengan membuka pelajaran dengan

    memberi salam dan mengucap basmallah, (berdoa bersama) kemudian

    sebelum memulai proses belajar mengajar guru memperkenalkan diri terlebih

    dahulu, dan presensi kehadiran siswa untuk mengenal siswa satu persatu

    serta mengkondisikan siswa dikelas. Setelah selesai mengkondisikan kelas

    guru memberikan apersepsi kepada siswa sebelum masuk dalam proses

    pembelajaran. Apersepsi yang diberikan berupa memberikan pertanyaan

    kepada siswa “Mengapa benda yang terbuat dari karet mudah penyok jika

    terkena api?. Mengapa alat-alat untuk memasak terbuat dari

    alumunium?.Peristiwa apakah yang akan terjadi jika alat memasak terbuat dari

    plastik atau karet? pada awal pembelajaran serta menyampaikan tujuan

  • 58

    pembelajaran kepada siswa. Beberapa siswa merespon pertanyaan dengan

    memberikan jawaban mereka. Walau hanya beberapa siswa saja yang

    menjawab. Siswa pun menjawabnya dengan beragam jawaban. Setelah itu

    peneliti pun menjelaskan materi.Setelah materi sudah dijelaskan peneliti

    membagi kelompok menjadi empat kelompok dan siswa pun membuat

    kelompok berdasarkan yang telah ditentukan oleh peneliti, kemudian guru

    memberikan LKS kepada masing-masing kelompok dan menjelaskan

    prosedur kerja dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving.

    Masing-masing kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan soal yang ada

    di LKS sesuai fase problem solving.

    Fase pertama rumusan masalah yaitu siswa dihadapkan oleh

    permasalahan yang diberikan oleh guru. Fase kedua menelaah masalah yaitu

    dengan bimbingan peneliti siswa mengumpulkan informasi terkait

    permasalahan yang dihadapi.Fase ketigamerumuskan hipotesis yaitu

    membimbing siswa membuat hipotesis/ kemungkinan jawaban dari suatu

    masalah.Fase keempat mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai

    bahan pembuktian hipotesisyaitu membimbing siswa melakukan percobaan

    sesuai dengan langkah-langkah percobaan dalam pembelajaran.Fase kelima

    pembuktian hipotesis yaitu siswa berdiskusi dalam menganalisa hasil

    pengamatan yang telah dilakukan dengan bimbingan peneliti. Fase keenam

    menentukan pilihan penyelesaian yaitu siswa mempresentasikan hasil temuan

    yang dipeoleh dengan baik.Fase ketujuh merumuskan kesimpulan yaitu

    peneliti bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran bersama

    guru.Selama proses berlangsung guru berkeliling kepada setiap kelompok

    untuk memberikan bimbingan, dorongan dan menilai kemampuan berpikir

    dan diskusi. Diberikan batas waktu kepada siswa untuk menyelesaikan

    LKS tersebut. Setelah batas waktu yang ditentukan telah habis, maka setiap

    kelompok untuk mengumpulkannya. Hasil LKS yang telah dikerjakan dan

  • 59

    di diskusikan oleh kelompoknya yang sudah dikumpulkan maka diminta satu

    perwakilan setiap kelompok untuk maju mempersentasikan hasilnya. Dan

    siswa yang lain pun memperhatikannya. Kemudian dilakukan penyimpulan

    materi bersama-sama.Terakhir dilakukan evaluasi seputar materi yang

    diajarkan dan ditugaskan kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya.

    Pertemuan Keempat (Selasa 10 Nopember 2015)

    Pada pertemuan keempat sama halnya pada pertemuan

    sebelumnya diawali dengan membuka pelajaran dengan memberi salam

    dan mengucap basmallah (berdoa bersama), dan presensi kehadiran siswa

    satu persatu serta mengkondisikan siswa dikelas. Setelah selesai

    mengkondisikan kelas guru mereview kembali materi sebelumnya.

    Pembelajaran diawali dengan apersepsimemberikan pertanyaan “mengapa

    kitamembungkus sesuatu sering menggunakan bahan dari plastik?. Mengapa

    kita membuat meja dan kursi dari bahan kayu?siswa pun menjawabnya

    dengan beragam jawaban. Setelah itu peneliti pun menjelaskan materi.Setelah

    materi sudah dijelaskan siswa diminta berkumpul dengan kelompoknya

    sesuai kelompok pada pertemuan sebelumnya, kemudian dijelaskan prosedur

    kerja dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving.

    Terstruktur lalu memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Masing-masing

    kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan soal yang ada di LKS sesuai

    fase problem solving.

    Fase pertama rumusan masalah yaitu siswa dihadapkan oleh

    permasalahan yang diberikan oleh guru. Fase kedua menelaah masalah yaitu

    dengan bimbingan peneliti siswa mengumpulkan informasi terkait

    permasalahan yang dihadapi.Fase ketigamerumuskan hipotesis yaitu

    membimbing siswa membuat hipotesis/ kemungkinan jawaban dari suatu

    masalah.Fase keempat mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai

  • 60

    bahan pembuktian hipotesisyaitu membimbing siswa melakukan percobaan

    sesuai dengan langkah-langkah percobaan dalam pembelajaran.Fase

    kelimapembuktian hipotesis yaitu siswa berdiskusi dalam menganalisa hasil

    pengamatan yang telah dilakukan dengan bimbingan peneliti. Fase keenam

    menentukan pilihan penyelesaian yaitu siswa mempresentasikan hasil temuan

    yang dipeoleh dengan baik.Fase ketujuh merumuskan kesimpulan yaitu

    bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran bersama guru.Selama

    proses berlangsung peneliti dan guru berkeliling kepada setiap kelompok

    untuk memberikan bimbingan, dorongan dan menilai kemampuan berpikir

    dan diskusi. Diberikanbatas waktukepada siswa untuk menyelesaikan LKS

    tersebut. Setelah batas waktu yang ditentukan telah habis, maka setiap

    kelompok untuk mengumpulkannya. Hasil LKS yang telah dikerjakan dan

    di diskusikan oleh kelompoknya yang sudah dikumpulkan maka dimintasatu

    perwakilan setiap kelompok untuk maju mempersentasikan hasilnya. Dan

    siswa yang lain pun memperhatikannya. Kemudian dilakukan penyimpulan

    materi.Terakhir dilakukanevaluasi seputar materi yang diajarkan dan siswa

    ditugaskan untuk mempelajari materi berikutnya.

    Sebelum pembelajaran ditutup diberikan soal posttest kepada siswa,

    dimana soal posttest digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa

    setelah diterapkannya metode pembelajaran problem solving. Pembelajaran

    ditutup dengan mengucap hamdallah dan diiringi dengan salam penutup.

    4.1.1.3.3. Pengamatan

    Berdasarkan hasil tes (pretest dan posttest) yang diperoleh pada siklus

    2, mengenai sub bab sifat-sifat dan kegunaan benda dapat mempengaruhi

    bentuk suatu benda dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang dalam satu

    kelas dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving. Data

    nilai pretest diperoleh dari hasil tes sebelum siswa mempelajari materi

  • 61

    tersebut dan belum diterapkannya metode pembelajaran problem solving,

    serta nilai posttest diperoleh dari hasil belajar siswa setelah

    diterapkannya metode pembelajaran problem solving.Hasil LKS dan evaluasi

    latihan soal untuk siswa mengalami peningkatan yang baik.

    4.1.1.3.4. Hasil LKS Siklus 2

    Berdasarkan LKS yang telah dikerjakan oleh siswa pada setiap

    pertemuannya, maka dapat dilihat data nilai LKS pada Tabel 4.8.

    Tabel 4.8. Data Nilai LKS Siklus 2

    Kelompok 1 2 3 4 Rata-rata %

    Pertemuan III IV III IV III IV III IV

    Nilai 85 90 90 100 85 85 85 80

    87,50 Rata-rata

    %

    87,50 95,00 85,00 82,50

    Kategori Sangat

    Bik

    Sangat

    Baik

    Sangat

    Baik

    Sangat

    Baik

    Sangat Baik

    Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai LKS pada pertemuan

    ketiga sudah sangat baik yaitu kelompok satu mendapat nilai sebesar 85,

    kelompok dua mendapat nilai sebesar 90, kelompok tiga mendapat nilai

    sebesar 85 dan kelompok empat mendapat nilai sebesar 85. Sedangkan

    nilai LKS pada pertemuan keempat beberapa kelompok mengalami

    peningkatan yaitu pada kelompok satu mendapat nilai sebesar 90, kelompok

    dua mendapat nilai sebesar 100, kelompok tiga mendapat nilai sebesar 85,

    dan kelompok empat mendapat nilai sebesar 80. Rata-rata pada

  • 62

    semuakelompok berkategori sangat baik . Rata-rata hasil LKS pada siklus

    2 yaitu mencapai 87,50% dengan kategori sangat baik.

    4.1.1.3.5. Hasil Belajar IPA Siklus 2

    Data statistik pretest dan posttest dapat dilihat pada Tabel 4.9 di

    bawah ini:

    Tabel 4.9. Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 2

    No Interval Frekuensi Persentase

    1 65 - 69 1 4,17%

    2 70 - 74 2 29,17%

    3 75 - 79 1 4,17%

    4 80 – 84 9 37,5%

    5 85 - 89 2 8,33%

    6 90 - 94 7 29,17%

    7 90 - 99 1 4,17%

    8 100 1 4,17%

    Jumlah Siswa 24 100%

    Nilai Rata-Rata

    Nilai Tertinggi

    Nilai Terendah

    83,13

    100

    65

    Berdasarkan tabel 4.9 maka dapat diketahui bahwa masihada

    siswa yang mendapat nilai 65-69. Siswa yang mendapat nilai 70-74 sebanyak

    2 siswa dengan persentase 29,17%. Siswa yang mendapat nilai 75-79

    sebanyak 1 siswa dengan persentase 4,17%, dan siswa yang mendapat nilai

    80-84 sebanyak 9 siswa dengan persentase 37,5%. Siswa yang mendapatkan

    nilai 85-89 sebanyak 2 siswa dengan persentase 8,33%. Siswa yang

    mendapatkan nilai 90-94 sebanyak 7 siswa dengan persentase 29,17 siswa.

  • 63

    Siswa yang mendapatkan nilai 90-99 sebanyak 1 siswa dengan persentase

    4,17%. Dan Siswa yang mendapatkan nilai 100 sebanyak 1 siswa dengan

    persentase 4,17 siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data hasil

    belajar siklus 2 adalah 83,13 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 65.

    Untuk mengetahui lebih jelas mengenai hasil nilai pada siklus 2 dapat dilihat

    pada lampiran.

    Data mengenai hasil belajar siswa siklus 2 pada tabel 4.7, dapat

    digambarkan memalui diagram batang seperti pada gambar 4.5.

    Gambar 4.5. Diagaram Hasil Belajar Siswa Siklus 2

    Data mengenai hasil belajar siswa siklus 2 kemudian peneliti

    melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus 2 yang

    tertera pada tabe 4.10 berikut ini.

    Tabel 4.10. Data Ketuntasan Siklus 2

    No Ketuntasan Frekuensi Persentase

    1 Tuntas 23 95,83%

    2 Belum Tuntas 1 4,17%

    Rata-rata 83,13

    Maksimum 100

    Minimum 65

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    1 2 3 4 5 6 7 8 9

    Interval

    Frekuensi

  • 64

    Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar IPA

    siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA siklus 2 yang telah mencapi KKM

    sebanyak 23 siswa dengan persentase 95,83% dan ada 1 siswa yang nilainya

    di bawah KKM. Hal ini dikarenakan bahwa siswa tersebut mengalami

    kesulitan dalam belajar dan dapat dikategorikan sebagai siswa yang

    berkebutuhan khusus.Ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas VIMI Taris

    Raci Batangan Pati siklus 2 dapat digambarkan dengan diagram seperti yang

    tertera pada gambar 4.6.

    Gambar 4.6.Diagram Ketuntasan Siklus 2

    Berdasarkan tabel 4.10 dan gambar diagram 4.6 menunjukkan bahwa

    pada siklus 2 dipertemuan ketiga dan keempat nilai terendah sebesar 65,

    nilai tertinggi pada pertemuan ketiga dan keempat sebesar 100 dan rata-

    rata hasil belajar IPA siswa kelas 6 adalah 83,13. Ketuntasan siswa mencapai

    95,83% yaitu 23 siswa dan yang belum tuntas 4,17% yaitu 1 siswa. Pada

    siklus 2 ini peningkatan hasil belajar siswa sangat signifikan dan

    memuaskan.Siswa yang belum tuntas hanya satu orang.Ini karena siswa

    tersebut adalah termasuk dalam kategori anak berkebutuhan khusus, sehingga

    anak tersebut tidak bisa mencapai ketuntasan.

    0

    10

    20

    30

    Tuntas Belum Tuntas

    Frekuensi

    Frekuensi

  • 65

    4.1.1.3.6. Hasil Observasi Siklus 2

    Hasil observasi dapat dilihat dari lembar observasi aktivitas siswa

    dan guru. Pada lembar observasi siswa yang terdapat dalam lampiran

    menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada pertemuan ketiga dan keempat

    sudah meningkat dengan kategori sangat baik dan rata-rata persentase setiap

    indikator sudah meningkat dengan kategori sangat baik. Dengan demikian

    dapat disimpulkan bahwa hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 2 ini

    baik sekali. Pada lembar observasi guru yang terdapat dalam lampiran

    menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam proses belajar mengajar sudah

    sesuai, hal ini terlihat pada persentase siklus 2 yang berkategori sangat

    baik.

    4.1.1.3.7. Refleksi Siklus 2

    Tahapan refleksi pada siklus 2 ini bahwa kegiatan pembelajaran

    dengan metode pembelajaranproblem solving dapat membantu siswa dalam

    meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang

    mencapai KKM ≥ 70 sebanyak 23 orang (95,83%) sudah memenuhi

    kriteria ketuntasan yang ditetapkan peneliti. Hasil observasi tiap

    kelompokpada pertemuan ketiga dan keempat mengalami peningkatan,

    rata-rata tiap kelompok dengan indikator sangat baik, begitu pun dengan

    aktivitas guru dengan kategori sangat baik. Berdasarkan catatan lapangan

    pada siklus 2 ini secara umum dapat dikatakan sudah sangat baik. Pada

    tahap inti, siswa sudah tidak lagi gaduh dalam pembentukan kelompok

    karena pembetukan kelompok sama seperti kelompok pada siklus 1

    sehingga berjalan dengan tertib, dan mengerjakan tugas yang harus dikerjakan

    bersama kelompok. Siswa juga sudah aktif bertanya dan berpendapat dalam

    pembelajaran dan diskusi kelompok sehingga siswa yang sebelumnya

    mengandalkan temannya mengerjakan LKS pada siklus 2 ini siswa membagi

  • 66

    tugas kelompok secara bergantian untuk menyelesaikan LKS bersama, maka

    penelitian ini dapat dihentikan pada siklus 2.

    4.1.1.3.8. Keputusan Siklus 2

    Berdasarkan hasil refleksi siklus 2 diperoleh dari hasil belajar

    dan aktivitas belajar siswa, juga respon siswa yang positif tentang

    metode pembelajaran problem solving, hal ini menunjukkan bahwa

    pemahaman siswa dalam bab Perubahan Benda sudah mencapai Kriteria

    Ketuntasan Minimum (KKM) yang diharapkan. Dari hasil observasi

    aktivitas siswa sudah ada peningkatan dan aktivitas guru sudah sangat baik.

    Oleh karena itu tidak perlu dilanjutkan lagi ke tindakan pembelajaran siklus 3.

    4.2.Hasil Analisi Data

    Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis data prasiklus,

    siklus 1 dan siklus 2 mengenai hasil belajar IPA siswa.

    4.2.1. Hasil Belajar IPA

    Pada kondisi awal atau prasiklus, hasil belajar IPA siswa kelas VIMI

    Taris Raci Batangan Pati, masih banyak siswa yang memperoleh nilai

    dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥70). Hanya ada 8 siswa yang

    memperoleh nilai di atas KKM atau dengan persentase 33.33% dan 16 siswa

    dengan persentase 66,67% belum mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar

    yang diperoleh pada prasiklus adalah 64,79 dengan nilai tertinggi 85 dan

    nilai terendah 50. Setelah diterapkannya metode pembelajaran problem

    solving pada mata pelajaran IPA, hasil belajar IPA mengalami

    peningkatan, pada siklus 1 ada 12 siswa dengan persentase 50% yang

    mencapai KKM dan 12 siswa dengan persentase 50% belum mencapai

    KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus 1 meningkat

    menjadi 67,08% dengan nilai tertinggi 80 dan nilaiterendah 50. Pada siklus

  • 67

    2hasil belajar mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang mencapai KKM

    ada 23 siswa dengan persentase 95,83% dan siswa yang tidak mencapai

    KKM ada 1 siswa. Ini karena anak tersebut berkategori anak berkebutuhan

    khusus, sehingga anak tersebut tidak bisa mencapai KKM. Rata-rata hasil

    belajar yang diperoleh pada siklus 2 adalah 83,13 dengan nilai tertinggi

    100 dan nilai terendah 65. Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada

    kondisi awal atau prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.11

    Tabel 4.11. Data Statistik Ketuntasan Siswa pada

    Prasiklus, Sikllus 1 dan Siklius 2

    Data Statistik Pretest Siklus 1 Siklus 2

    Nilai Minimum 50 50 65

    Nilai Maximum 85 80 100

    Rata-rata 64,79 67,08 83,13

    Tuntas 33,33% 50% 95,83%

    Tidak Tuntas 66,67% 50% 4,17%

    Berdasarkan tabel 4.11 mengenai perbandingan ketuntasan hasil

    belajar IPA prasiklus, siklus 1, dan siklus 2, jumlah siswa yang

    mencapai KKM mengalami peningkatan. Sebelum dikenai tindakan hanya

    ada 8 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 33,33%. Setelah

    dikenai tindakan pada siklus 1, jumlah siswa yang mencapai KKM

    mengalami peningkatan menjadi 12 siswa dengan persentase 50%, dan

    pada siklus 2 jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 23 siswa

    dengan persentase 95,83%.

  • 68

    Gambar 4.7. Diagram Persentase Ketuntasan

    Prasiklus,Siklus1, Siklus 2

    Gambar 4.8.Diagram Peningkatan Hasil Belajar IPA

    Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

    Perolehan hasil belajar tiap siklus juga mengalami peningkatan. Pada

    prasiklus, perolehan rata-rata hasil belajar adalah 64,79, nilai maksimum 85,

    nilai minimumnya 50 setelah dilaksanakan siklus 1 rata-rata hasil belajar

    meningkat menjadi 67,08. Nilai maksimum mencapai 80 dan nilai minimunya

    50. Dan setelah dilaksanakan siklus 2 rata-rata hasil belajar meningkat lagi

    menjadi 83,13, dengan nilai maksimum 100 dan nilai minimum 65.

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    Data StatistikPrasiklusSiklus 1Siklus 2

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Data Statistik Nilai Minimum NilaiMaximum

    Rata-rata

  • 69

    4.3.Pembahasan

    Data yang telah dipaparkan oleh peneliti mulai dari data pra siklus

    atau data kondisi awal sebelum diterapkannya suatu metode pembelajaran

    problem solving sampai setelah diterapkannya metode pembelajaran problem

    solving pada siklus 1 dan Siklus 2 dapat diambil kesimpulan bahwa

    dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving dapat

    meningkatkan hasil belajar IPA. Pada kondisi awal sebelum

    diterapkannya metode pembelajaran problem solving perolehan hasil belajar

    sebelum tindakan, siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM≥70) hanya ada 8 siswa atau dengan persentase 33,33%. Rata-rata

    yang diperoleh dari hasil belajar sebelum tindakan adalah 64,79. Kemudian

    setelah dilakukan pembelajaran siklus 1, jumlah siswa yang mencapai

    KKM meningkat menjadi 12 siswa dengan persentase 50%. Rata-rata yang

    diperoleh dari hasil belajar siklus 1 adalah sebesar 67,08.

    Pada pembelajaran siklus 2, jumlah siswa yang mencapai KKM adalah

    sebesar 23 siswa dengan persentase 95,83%. Rata- rata yang diperoleh dari

    hasil belajar pada siklus 2 adalah sebesar 83,13. Penelitian yang dilakukan

    pada siklus 2 seluruhnya sudah mencapai indikator kinerja. Indikator

    kinerja dari hasil belajar, peneliti menetapkan bahwa penerapan dengan

    metode pembelajaran problem solving dikatakan berhasil jika minimal 100%

    siswa mencapai KKM. Hasil belajar pada siklus 1masih belum mencapai

    indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti, yakni minimal 50%

    siswa barumencapai KKM, sedangkan pada siklus 2 hasil belajar siswa

    sudah sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh peneliti yakni minimal

    95,83% siswa sudah mencapai KKM.

    Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

    Arends (2008 : 45)pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu

    pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang

    otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri dengan

  • 70

    cara diskusi kelompok. Dengan suasana kelas yang dibangun sedemikian

    rupa, maka siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain

    sehingga terbentuk hubungan yang positif dan menambah semangat siswa

    dalam belajar. Suasana seperti ini akan memperlancar pembentukan

    pengetahuan secara aktif sehingga hasil belajar akan meningkat. Metode

    pembelajaran problem solving merupakan salah satu tipe dari pembelajaran

    kooperatif. Denganmetode pembelajaran problem solving, siswa lebih aktif

    untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Disamping itu, problem

    solving juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis

    dalam memecahkan masalah serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan

    aktif dalam kelas. Keunggulan metode pembelajaran problem solving adalah

    melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak

    kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi

    dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil

    pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk

    menyelesaikan masalahyang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat

    pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.

    Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

    olehpenelitian oleh Warsiti mahasiswa fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2013 dengan judul

    “Peningkatan Kreativatas Belajar IPA melalui Metode Problem Solving pada

    Siswa kelas IV sd negeri 01 Lempong Kabupaten Karang Anyar Tahun

    Pelajaran 2012/2013”.Hasil penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar

    siswa pembelajaran IPA siswa melalui penerapan metode Problem Solving

    pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Lempong siklus I mencapai 69,4%

    dan meningkat serta mencapai hasil optimal pada siklus II 88,6%.

    Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur

    Aulia jurusan ilmu pendidikan guru sekolah dasar universitas Lampung

  • 71

    Bandar Lampung berjudul PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI

    MODEL PEMBELAJARAN AIR DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

    (2015).Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model

    pembelajaran AIR dengan metode problem solving pada siswa kelas V

    A SD Negeri 03 Sulusuban, Lampung Tengah tahun pelajaran 2014/2015

    dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran AIR dengan metode

    problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran

    IPA. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan

    kategori baik dengan nilai 66,00 dan mengalami peningkatan sebesar 10,22

    sehingga pada siklus II mencapai 76,22 dengan kategori baik. Persentase

    ketuntasan klasikal pada siklus I berada pada kategori sangat rendah

    (50,00%) meningkat 31,82% sehingga pada siklus II mencapai kategori tinggi

    (81,8)