Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Gugus Gajah Mada, tepatnya di SD Negeri
Bringin 02 dan SD Negeri Popongan Bringin, Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Bringin
02 (sebagai kelompok eksperimen 1 yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan model TGT) berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-
laki dan 14 siswa perempuan. Sedangkan siswa kelas V SD Negeri Popongan
Bringin (sebagai kelompok eksperimen 2 yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan model STAD) berjumlah 27 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-
laki dan 9 siswa perempuan. Pembagian kelompok dilakukan secara random,
sehingga diperoleh data bahwa siswa kelas V SD Negeri Bringin 02 ditetapkan
sebagai kelompok eksperimen 1 sementara siswa kelas V SD Negeri Popongan
Bringin ditetapkan sebagai kelompok eksperimen 2. Daftar jumlah siswa pada
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dapat dilihat dalam tabel 35
sebagai berikut:
Tabel 35 Data Subjek Penelitian SD Negeri Bringin 02 dan SD Negeri Popongan Bringin
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang
Sekolah Kelompok Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Siswa Laki-laki perempuan
SD Negeri Bringin 02
Eksperimen 1
V 16 14 30
SD Negeri Popongan Bringin
Eksperimen 2
V 18 9 27
Jumlah Keseluruhan 57
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di Gugus Gajah Mada Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu siswa kelas V SD
Negeri Bringin 02 sebagai kelompok eksperimen 1 dan siswa kelas V SD Negeri
Popongan Bringin sebagai kelompok eksperimen 2. Kedua kelompok tersebut
sudah diuji kesamaan varians yang menunjukkan bahwa keadaan kedua kelompok
70
homogen, artinya data berdistribusi normal dan memiliki varians yang tidak
berbeda secara signifikan. Ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan
kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama. Oleh karena itu, pada
kelompok eksperimen 1 akan diberikan perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) dan pada
kelompok eksperimen 2 akan diberi perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).
Pelaksanaan penelitian di SD Negeri Bringin 02 dan SD Negeri Popongan
Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang semester genap tahun ajaran
2015/2016 dilakukan masing-masing 4 kali pertemuan. Berikut adalah jadwal
pelaksanaan penelitian pada tabel 36:
Tabel 36 Pelaksanaan Penelitian
No Tanggal Kegiatan
1 Selasa, 22 Maret 2016 Pretest kelompok eksperimen 1 Pretest kelompok eksperimen 2
2 Rabu, 23 Maret 2016 Melakukan proses pembelajaran 1 pada kelompok eksperimen 1 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pecahan dalam perbandingan.
3 Kamis, 24 Maret 2016 Melakukan proses pembelajaran 1 pada kelompok eksperimen 2 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada meteri pecahan dalam perbandingan.
4 Senin, 28 Maret 2016 Melakukan proses pembelajaran 2 pada kelompok eksperimen 1 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi perbandingan skala.
5 Selasa, 29 Maret 2016 Melakukan proses pembelajaran 2 pada kelompok eksperimen 2 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada meteri perbandingan skala.
6 Rabu, 30 Maret 2016 Posttest kelompok eksperimen 1 7 Kamis, 31 Maret 2016 Posttest kelompok eksperimen 2
4.3 Proses Pembelajaran
4.3.1 Kelas Eksperimen 1
Pretest diberikan kepada siswa sebelum mendapatkan perlakuan. Pretest
pada kelompok eksperimen 1 (siswa kelas V SD Negeri Bringin 02) dilaksanakan
pada pertemuan pertama yaitu pada hari Selasa, 22 Maret 2016 pukul 11.00 –
12.30 WIB.
Pembelajaran pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Maret
2016, pukul 07.00 – 08.15 WIB di ruang kelas V SD Negeri Bringin 02 dengan
71
dua tujuan pembelajaran yaitu menjelaskan arti perbandingan dalam pecahan dan
memecahkan masalah yang berhubungan dengan perbandingan. Model
pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Cooperative Learning
tipe Teams Games Tournaments (TGT). Kegiatan pembelajaran diawali dengan
senam otak, hal ini dilakukan untuk menyiapkan konsentrasi siswa sebelum
menerima pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai serta memberikan informasi kepada siswa
bahwa pembelajaran pada hari ini menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT. Sebelumnya siswa diberi penjelasan terlebih dahulu tentang proses
pembelajaran yang harus mereka lakukan.
Model kooperatif tipe TGT memiliki lima langkah dalam pembelajaran.
Pertama, presentasi kelas. Dalam presentasi kelas, guru memberikan presentasi
materi kepada siswa berupa penjelasan materi yang nantinya akan digunakan
untuk turnamen. Materi yang difokuskan adalah tentang perbandingan pecahan.
Setelah mendapatkan presentasi materi dari guru, kemudian siswa dibagi menjadi
enam kelompok masing-masing kelompok terdiri dari lima siswa yang
berpengetahuan tinggi, sedang, dan rendah. Ketika pembagian kelompok siswa
kurang antusias karena kelompok yang dibentuk sudah ditentukan oleh guru
sehingga mereka tidak bisa berada dalam satu kelompok dengan teman yang
akrab. Namun dengan motivasi yang diberikan oleh guru, akhirnya mereka
mengikuti arahan guru untuk bergabung dengan kelompok yang telah ditentukan.
Setelah berada dalam kelompok, kemudian siswa diminta untuk memasang
identitas kelompok yang telah diberikan oleh guru. Langkah selanjutnya adalah
guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) kepada masing-masing
kelompok. LKS berisi tentang materi dan permasalahan yang harus dipahami dan
dipecahkan oleh setiap kelompok. Dalam hal ini, siswa yang berpengetahuan
tinggi memiliki kesempatan untuk mentransfer ilmunya kepada siswa yang
berpengetahuan rendah di kelompoknya. Selama diskusi berlangsung, ada
beberapa kelompok yang benar-benar serius dalam memahami serta
menyelesaikan masalah yang tercantum dalam LKS. Namun ada juga yang sibuk
sendiri dan tidak mau berdiskusi atau bekerja sama dengan kelompoknya,
72
kemudian guru mengatasinya dengan cara berkeliling dan menghampiri siswa
tersebut agar ikut bekerjasama. Guru juga memberikan bimbingan kepada siswa
apabila mereka kurang memahami permasalahan yang akan mereka pecahkan.
Setelah semua kelompok menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada LKS,
kemudian guru meminta masing-masing kelompok menuliskan jawabannya di
papan tulis untuk dibahas bersama-sama.
Turnamen dilaksanakan setelah mereka berdiskusi atau belajar tim. Guru
dan siswa menyiapkan meja turnamen, masing-masing meja turnamen terdiri dari
tiga box yaitu box nomor undian, box soal, dan box kunci jawaban. Guru terlebih
dahulu menjelaskan aturan permainan kepada siswa, setelah siswa paham dan
mengerti kemudian guru memanggil perwakilan kelompok untuk menuju ke meja
turnamen. Salah satu dari mereka sebagai pembaca soal, satu lagi sebagai
pembaca kunci jawaban dan lainnya sebagai penantang. Apabila mereka bisa
menjawab soal dengan tepat maka mereka berhak untuk menyimpan kartu soal ke
dalam saku. Setiap kartu soal yang berhasil dijawab memiliki poin 10. Selama
turnamen berlangsung guru bertugas untuk mengawasi jalannya turnamen. Setelah
turnamen selesai, kemudian siswa diminta untuk kembali ke dalam kelompoknya
masing-masing guna menghitung skor perolehan kelompok. Kelompok dengan
poin tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru berupa sertifikat super
teams, great teams dan sertifikat good teams. Dan yang berhasil mendapatkan
sertifikat super teams adalah kelompok Penguin karena mereka memperoleh poin
tertinggi, disusul dengan kelompok Burung Hantu pada urutan kedua dengan
predikat great team, dan kelompok Sapi pada urutan ketiga dengan predikat good
teams. Pembelajaran pada pertemuan kedua membuat siswa senang dan cukup
antusias.
Pembelajaran pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 28
Maret 2016 pukul 07.00 – 08.15 WIB di ruangan yang sama seperti pada
pertemuan sebelumnya yaitu di ruang kelas V SD Negeri Bringin 02 dengan dua
tujuan pembelajaran yaitu menghitung skala dengan menggunakan perbandingan
pecahan dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan perbandingan skala.
Model pembelajaran yang digunakan sama seperti pada pertemuan sebelumnya
73
yaitu model pembelajaran Cooperative Learning tipe Teams Games Tournaments
(TGT). Seperti pada pertemuan sebelumnya untuk mengawali pembelajaran guru
mengajak siswa untuk bernyanyi sambil menggunakan gerakan. Hal ini dilakukan
agar siswa tidak bosan dengan pembelajaran matematika dan untuk menambah
semangat serta antusias mereka ketika menerima pembelajaran. Setelah itu guru
juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai serta memberikan
informasi tentang model pembelajaran yang akan digunakan seperti pada
pertemuan sebelumnya. Pada pembelajaran yang kedua ini presentasi materi yang
disampaikan oleh guru adalah mengenai perbandingan skala. Di dalam
pembelajaran guru menunjukkan sebuah undangan ulang tahun milik Rio yang di
dalamnya terdapat denah lokasi, dalam denah lokasi tercantum skala dan jarak
pada peta. Hal yang harus dilakukan siswa adalah membantu Rio menemukan
jarak sebenarnya yang harus Rio tempuh untuk menuju ke rumah Shinta. Setelah
menerima materi perbandingan skala dari guru, kemudian siswa diminta untuk
bergabung dengan kelompok seperti pada pembelajaran sebelumnya. Siswa
diminta untuk memasang identitas kelompoknya lagi kemudian diminta untuk
memahami dan menyelesaikan permasalahan yang tercantum pada LKS. Setelah
selesai kemudian perwakilan kelompok diminta untuk menuliskan jawabannya di
papan tulis untuk dibahas bersama-sama.
Pelaksanaan turnamen pada pembelajaran kedua sama seperti pembelajaran
pertama dan kelompok yang memperoleh poin tertinggi akan mendapatkan
penghargaan seperti pada pertemuan sebelumnya, yaitu sertifikat berprestasi.
Untuk pembelajaran ke dua yang berhasil mendapatkan predikat super teams
adalah kelompok Sapi, disusul oleh kelompok Kucing dengan predikat great
teams dan kelompok Penguin turun ke posisi ketiga dengan predikat good teams.
Posttest dilaksanakan setelah siswa mendapatkan perlakuan berupa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Posttest diadakan pada
pertemuan ke empat tepatnya pada hari Rabu, 30 Maret 2016 pukul 07.00 – 08.15
WIB yang merupakan hari teakhir pembelajaran di dalam penelitian ini.
74
4.3.2 Kelas Eksperimen 2
Pretest diberikan kepada siswa sebelum mendapatkan perlakuan. Pretest
pada kelompok eksperimen 2 (siswa kelas V SD Negeri Popongan Bringin)
dilaksanakan pada pertemuan pertama yaitu pada hari Selasa, 22 Maret 2016
pukul 07.00 – 08.15 WIB.
Pembelajaran pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 24
Maret 2016 pukul 07.00 – 08.15 WIB di ruang kelas V SD Negeri Popongan
Bringin, dengan dua tujuan pembelajaran yaitu menjelaskan arti perbandingan
dalam pecahan dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan
perbandingan. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD).
Kegiatan pembelajaran diawali dengan senam otak sama seperti pada kelas
eksperimen 1, hal ini dilakukan untuk menyiapkan konsentrasi siswa sebelum
menerima pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai serta memberikan informasi kepada siswa
bahwa pembelajaran pada hari ini menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Sebelumnya siswa diberi penjelasan terlebih dahulu tentang proses
pembelajaran yang harus mereka lakukan.
Model kooperatif tipe STAD memiliki lima langkah dalam pembelajaran.
Pertama, presentasi kelas. Dalam presentasi kelas, guru memberikan presentasi
materi kepada siswa berupa penjelasan materi yang nantinya akan digunakan
untuk kuis individu. Materi yang difokuskan adalah tentang perbandingan
pecahan. Setelah mendapatkan presentasi materi dari guru, kemudian siswa dibagi
menjadi enam kelompok masing-masing kelompok terdiri dari empat sampai lima
siswa yang berpengetahuan tinggi, sedang, dan rendah. Ketika pembagian
kelompok siswa kurang antusias karena kelompok yang dibentuk sudah
ditentukan oleh guru sehingga mereka tidak bisa berada dalam satu kelompok
dengan teman yang akrab. Namun dengan motivasi yang diberikan oleh guru,
akhirnya mereka mengikuti arahan guru untuk bergabung dengan kelompok yang
telah ditentukan. Setelah berada dalam kelompok, kemudian siswa diminta untuk
memasang identitas kelompok yang telah diberikan oleh guru. Langkah
75
selanjutnya adalah guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) kepada
masing-masing kelompok. LKS berisi tentang materi dan permasalahan yang
harus dipahami dan dipecahkan oleh setiap kelompok. Dalam hal ini, siswa yang
berpengetahuan tinggi memiliki kesempatan untuk mentransfer ilmunya kepada
siswa yang berpengetahuan rendah di kelompoknya. Selama diskusi berlangsung,
ada beberapa kelompok yang benar-benar serius dalam memahami serta
menyelesaikan masalah yang tercantum dalam LKS. Namun ada juga yang sibuk
sendiri dan tidak mau berdiskusi atau bekerja sama dengan kelompoknya,
kemudian guru mengatasinya dengan cara berkeliling dan menghampiri siswa
tersebut agar ikut bekerjasama. Guru juga memberikan bimbingan kepada siswa
apabila mereka kurang memahami permasalahan yang akan mereka pecahkan.
Setelah semua kelompok menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada LKS,
kemudian guru meminta masing-masing kelompok menuliskan jawabannya di
papan tulis untuk dibahas bersama-sama.
Pada akhir pembelajaran, guru memberikan kuis kepada siswa. Sebelumnya
siswa diberi skor awal terlebih dahulu, skor awal diambil dari nilai matematika
semester gasal. Siswa cukup antusias dalam mengerjakan kuis, meskipun masih
ada beberapa anak yang kurang tertarik untuk mengerjakan. Setelah selesai guru
bersama siswa menghitung skor kemajuan individual serta skor kelompok.
Kelompok dengan poin tertinggi akan mendapatkan sertifikat berprestasi dari
guru.
Pembelajaran pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa, 29
Maret 2016 di ruangan yang sama seperti pada pertemuan sebelumnya yaitu di
ruang kelas V SD Negeri Popongan Bringin dengan dua tujuan pembelajaran yaitu
menghitung skala dengan menggunakan perbandingan pecahan dan memecahkan
masalah yang berhubungan dengan perbandingan skala. Model pembelajaran yang
digunakan sama seperti pada pertemuan sebelumnya yaitu model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Seperti
pada pertemuan sebelumnya untuk mengawali pembelajaran guru mengajak siswa
untuk bernyanyi sambil menggunakan gerakan. Hal ini dilakukan agar siswa tidak
bosan dengan pembelajaran matematika dan untuk menambah semangat serta
76
antusias mereka ketika menerima pembelajaran. Setelah itu guru juga
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai serta memberikan
informasi tentang model pembelajaran yang akan digunakan seperti pada
pertemuan sebelumnya. Pada pembelajaran yang kedua ini presentasi materi yang
disampaikan oleh guru adalah mengenai perbandingan skala. Di dalam
pembelajaran guru menunjukkan sebuah undangan ulang tahun milik Rio yang di
dalamnya terdapat denah lokasi, dalam denah lokasi tercantum skala dan jarak
pada peta. Hal yang harus dilakukan siswa adalah membantu Rio menemukan
jarak sebenarnya yang harus Rio tempuh untuk menuju ke rumah Shinta. Setelah
menerima materi perbandingan skala dari guru, kemudian siswa diminta untuk
bergabung dengan kelompok seperti pada pembelajaran sebelumnya. Siswa
diminta untuk memasang identitas kelompoknya lagi kemudian diminta untuk
memahami dan menyelesaikan permasalahan yang tercantum pada LKS. Setelah
selesai kemudian perwakilan kelompok diminta untuk menuliskan jawabannya di
papan tulis untuk dibahas bersama-sama.
Pemberian kuis dilaksanakan setelah pembelajaran selesai, sama seperti
pada pertemuan sebelumnya siswa terlebih dahulu diberi skor awal. Skor awal
yang mereka dapatkan hari ini adalah nilai pekerjaan rumah (PR) yang diberikan
oleh guru. Kuis dikerjakan secara individu, setelah selesai kemudian guru bersama
siswa menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok. Kelompok
dengan poin tertinggi akan medapatkan sertifikat berprestasi dari guru.
Posttest dilaksanakan setelah siswa mendapatkan perlakuan berupa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Posttest diadakan pada
pertemuan ke empat tepatnya pada hari Kamis, 29 Maret 2016 pukul 07.00 - 08.15
WIB yang merupakan hari terakhir pembelajaran di dalam penelitian ini.
4.4 Hasil Analisis Data
Menurut Sugiyono (Susanti, 2012: 43) analisis data merupakan kegiatan
setelah data dari seluruh responden atau sumber lain terkumpul. Oleh karena itu
dapat dilakukan analisis data kuantitatif yaitu uji normalitas, homogenitas,
dilanjutkan dengan uji beda rata-rata hasil belajar siswa (kelompok eksperimen 1
77
dan kelompok eksperimen2). Berikut adalah penjelasan perhitungannya secara
rinci.
4.4.1 Analisis Kemampuan Awal
4.4.1.1 Statistik Deskriptif Pretest
Kemampuan awal kedua kelompok diukur melalui pemberian pretest setelah
itu dihitung mean atau rata-ratanya dan standart deviasi dari setiap variabel dalam
penelitian. Data hasil pengolahan tersebut dapat dilihat dalam tabel 37 di bawah
ini:
Tabel 37 Statistik Deskriptif Pretest Kemampuan Awal Siswa
Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
Descriptives Nilai
Kelompok N Mean Std.
Deviation Std. Error Minimum Maximum
Eksperimen 1 (TGT)
30 60.50 20.525 3.747 25 90
Eksperimen 2 (STAD)
27 62.41 19.581 3.768 20 90
Total 57 61.40 19.927 2.639 20 90
Berdasarkan tabel 37 menunjukkan bahwa jumlah sampel pada kelompok
eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT di
kelas V SD Negeri Bringin 02 adalah 30 siswa, sedangkan jumlah sampel pada
kelompok eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD di kelas V SD Negeri Popongan Bringin adalah 27 siswa. Nilai minimum
yang diperoleh kelompok eksperimen 1 adalah 25, sedangkan nilai minimum yang
diperoleh kelompok eksperimen 2 adalah 20. Nilai maximum yang dicapai
kelompok eksperimen 1 adalah 90, kelompok eksperimen 2 memiliki nilai
maximum yang sama yaitu 90. Rata-rata kelompok eksperimen 2 adalah 62,41
sedikit lebih tinggi dari kelompok eksperimen 1 yang hanya 60,50. Tetapi standar
deviasinya tidak jauh berbeda, kelompok eksperimen 1 adalah 20,525 dan
kelompok eksperimen 2 standar deviasinya adalah 19,581.
78
4.4.1.2 Uji Normalitas Pretest
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui data dari masing-masing
kelompok STAD dan kelompok TGT berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau tidak. Hasil uji normalitas untuk pretest dari kedua kelompok dapat
dilihat pada tabel 38 berikut ini.
Tabel 38 Hasil Uji Normalitas Pretest
Tests of Normality
Kelompok Shapiro-Wilk Statistic Df Sig.
Nilai Eksperimen 1 (TGT) .931 30 .051 Eksperimen 2 (STAD) .952 27 .245
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Bersadarkan tabel 38 tentang hasil uji normalitas pretest menunjukkan
bahwa nilai signifikansi kelompok eksperimen 1 yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas V SD Negeri Bringin 02 adalah 0,051
dan nilai signifikansi kelompok eksperimen 2 yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V SD Negeri Popongan Bringin
adalah 0,245. Nilai signifikansi kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2 masing-masing lebih dari 0,05 yang bearti H0 diterima dan H1
ditolak, dengan kata lain masing-masing kelompok berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Untuk melihat sebaran data uji normalitas pretest di atas,
berikut ditampilkan grafik hasil belajar pretest kelompok eksperimen 1 dan
kelompok eksperimen 2.
Kelompok Eksperimen 1
Kelompok Eksperimen 2
Gambar 4 Grafik Normalitas Data Pretest Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
79
4.4.1.3 Uji Homogenitas Pretest
Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah varians
kedua kelompok homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas untuk pretest dari
kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 39 berikut ini:
Tabel 39 Hasil Uji Homogenitas Pretest
Test of Homogeneity of Variances
Nilai Levene Statistic df1 df2 Sig.
.027 1 55 .869
Berdasarkan tabel 39 tentang hasil uji homogenitas pretest menunjukkan
bahwa nilai signifikan sebesar 0,869 yang lebih besar dari 0,05 bearti H0 diterima
dan H1 ditolak, dengan kata lain kedua kelompok berasal dari populasi yang
memiliki variansi yang sama atau homogen.
4.4.1.4 Uji Beda Rata-rata Pretest
Uji beda rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
jika suatu karakteristik diberi perlakuan yang berbeda atau mendapat pengaruh
tertentu. Hasil pengolahan uji beda rata-rata pretest dari kedua kelompok dapat
dilihat pada tabel 40 berikut ini:
Tabel 40 Uji Beda Rata-rata Pretest Kemampuan Awal Siswa Kelompok Eksperimen 1 dan
Kelompok Eksperimen 2 Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan STAD
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Nilai
Equal variances assumed
.027 .869 -.358 55 .722 -1.907 5.328 -12.585 8.770
Equal variances
not assumed
-.359 54.801 .721 -1.907 5.314 -12.559 8.744
80
Berdasarkan uji homogenitas kedua kelompok, maka yang digunakan untuk
analisis uji beda rerata adalah baris pada Equal variances assumed. Dari tabel 40
tentang uji beda rata-rata pretest kemampuan awal siswa kelompok eksperimen 1
dan kelompok eksperimen 2 sebelum menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dan STAD, terlihat bahwa nilai signifikansi 0,722 > 0,05
yang bearti H0 diterima dan H1 ditolak, dengan kata lain tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kemampuan awal siswa pada kelompok eksperimen 1 di
kelas V SD Negeri Bringin 02 dengan kemampuan awal siswa pada kelompok
eksperimen 2 di SD Negeri Popongan Bringin sebelum diberi perlakuan.
4.4.1.5 Deskripsi Hasil Pretest
Penggambaran distribusi skor pretest kemampuan awal siswa kelompok
eksperimen 1 (siswa kelas V SD Negeri Bringin 02) dan kelompok eksperimen 2
(siswa kelas V SD Negeri Popongan Bringin) diklasifikasikan berdasarkan
perolehan nilai pretest. Interval dalam distribusi skor pretes siswa kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 menggunakan rumus interval menurut
Sudijono (Wibowo, 2015: 56), sebagai berikut:
Batas 1 = mean + 0,5 . SD => Batas atas
Batas 2 = mean – 0,5 .SD => Batas bawah
Setelah menentukan batas atas dan batas bawah maka didapat tiga kelas
interval yang dikategorikan menjadi tiga macam yaitu kategori rendah, kategori
sedang, dan kategori tinggi. Interval skor pretest kemampuan awal siswa
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah sebagai berikut:
Batas 1 = mean + 0,5 . SD
= 61,40 + (0,5 . 19,927)
= 71 (pembulatan)
Batas 2 = mean – 0,5 .SD
= 61,40 – (0,5 . 19,927)
= 51 (pembulatan)
Maka interval kategori skor pretest kemampuan awal siswa pada kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah sebagai berikut:
Tinggi = nilai > 71
Sedang = 51 ≤ nilai ≤ 71
Rendah = nilai < 51
Hasil pengukuran dan kemampuan awal siswa terhadap subjek penelitian
dapat dilihat pada tabe
Kategori Pretest Kemampuan Awal Siswa Kelas V SD Bringin 02 dan Siswa Kelas V SD Negeri Popongan Bringin
Kategori
Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Gambar 5 Diagram Hasil
Berdasarkan 41
kelompok eksperimen 1 sebanyak 8 siswa dengan presentase 27% dan pada
kelompok eksperimen 2 sebanyak 9 siswa dengan presentase 33%. Kategori
sedang pada kelompok eksperimen 1 terdapat 12 siswa dengan presentase 40%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 3 5
Nil
ai
Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
= nilai > 71
≤ nilai ≤ 71
= nilai < 51
Hasil pengukuran dan kemampuan awal siswa terhadap subjek penelitian
dapat dilihat pada tabel 41 berikut ini:
Tabel 41 Kategori Pretest Kemampuan Awal Siswa Kelas V
SD Bringin 02 dan Siswa Kelas V SD Negeri Popongan Bringin
Kelompok Eksperimen 1 (Siswa Kelas V SD Negeri Bringin 02)
Kelompok Eksperimen 2 (Siswa Kelas V SD Negeri
Popongan Bringin)F % F 8 27 9
12 40 8 10 33 10 30 100 27
Diagram Hasil Pretest Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperi
41 menunjukkan kemampuan awal siswa ketegori tinggi pada
kelompok eksperimen 1 sebanyak 8 siswa dengan presentase 27% dan pada
kelompok eksperimen 2 sebanyak 9 siswa dengan presentase 33%. Kategori
sedang pada kelompok eksperimen 1 terdapat 12 siswa dengan presentase 40%
7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Jumlah Siswa
Diagram Hasil Pretes Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
Eksperimen 1 (TGT)
Eksperimen 2 (STAD)
81
Hasil pengukuran dan kemampuan awal siswa terhadap subjek penelitian
SD Bringin 02 dan Siswa Kelas V SD Negeri Popongan Bringin
Kelompok Eksperimen 2 (Siswa Kelas V SD Negeri
Popongan Bringin) % 33 30 37
100
sperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
awal siswa ketegori tinggi pada
kelompok eksperimen 1 sebanyak 8 siswa dengan presentase 27% dan pada
kelompok eksperimen 2 sebanyak 9 siswa dengan presentase 33%. Kategori
sedang pada kelompok eksperimen 1 terdapat 12 siswa dengan presentase 40%
Eksperimen 1 (TGT)
Eksperimen 2 (STAD)
82
dan pada kelompok eksperimen 2 terdapat 8 siswa dengan presentase 30%.
Sedangkan kategori rendah pada kelompok eksperimen 1 sebanding dengan
kelompok eksperimen 2 yaitu sebanyak 10 siswa dengan presentase kelompok
eksperimen 1 adalah 33% dan kelompok eksperimen 2 adalah 37%.
4.4.2 Analisis Kemampuan Akhir
4.4.2.1 Statistik Deskriptif Posttest
Kemampuan akhir atau hasil belajar matematika siswa dari kedua kelompok
diukur melalui pemberian posttest setelah itu dihitung mean atau rata-ratanya dan
standart deviasi dari setiap variabel dalam penelitian. Data hasil pengolahan
tersebut dapat dilihat dalam tabel 42 di bawah ini:
Tabel 42 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Posttest
Descriptives
Nilai Kelompok N Mean Std.
Deviation Std. Error Minimum Maximum
Eksperimen 1 (TGT)
30 67.67 12.438 2.271 45 90
Eksperimen 2 (STAD)
27 75.74 12.838 2.471 40 95
Total 57 71.49 13.160 1.743 40 95
Berdasarkan tabel 42 menunjukkan bahwa jumlah sampel pada kelompok
eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT di
kelas V SD Negeri Bringin 02 adalah 30 siswa, sedangkan jumlah sampel pada
kelompok eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD di kelas V SD Negeri Popongan Bringin adalah 27 siswa. Nilai minimum
hasil belajar matematika yang diperoleh kelompok eksperimen 1 adalah 45,
sedangkan nilai minimum hasil belajar matematika yang diperoleh kelompok
eksperimen 2 adalah 40. Nilai maximum hasil belajar matematika yang dicapai
kelompok eksperimen 1 adalah 90, sedangkan nilai maximum hasil belajar
matematika yang dicapai kelompok eksperimen 2 adalah 95. Rata-rata kelompok
eksperimen 2 adalah 75,74 jauh lebih tinggi dari kelompok eksperimen 1 yang
hanya 67,67. Tetapi standar deviasinya tidak jauh berbeda, kelompok eksperimen
1 adalah 12,438 dan kelompok eksperimen 2 standar deviasinya adalah 12,838.
83
4.4.2.2 Uji Normalitas Hasil Posttest
Hasil uji normalitas untuk posttest dari kedua kelompok dapat dilihat pada
tabel 43 berikut ini: Tabel 43
Hasil Uji Normalitas Data Posttest
Tests of Normality Kelompok Shapiro-Wilk Statistic Df Sig.
Nilai Eksperimen 1 (TGT) .960 30 .308 Eksperimen 2 (STAD) .934 27 .084
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel 43 tentang hasil uji normalitas data posttest
menunjukkan bahwa nilai signifikansi kelompok eksperimen 1 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas V SD Negeri
Bringin 02 adalah 0,308 dan nilai signifikansi kelompok eksperimen 2 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V SD Negeri
Popongan Bringin adalah 0,084. Nilai signifikansi kelompok eksperimen 1 dan
kelompok eksperimen 2 masing-masing lebih dari 0,05 yang bearti H0 diterima
dan H1 ditolak, dengan kata lain masing-masing kelompok berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Untuk melihat sebaran data uji normalitas posttest di
atas, berikut ini ditampilkan grafik hasil belajar posttest kelompok eksperimen 1
dan kelompok eksperimen 2.
Kelompok Eksperimen 1
Kelompok Eksperimen 2
Gambar 6 Grafik Normalitas Data Posttest Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
84
4.4.2.3 Uji Homogenitas Hasil Posttest
Hasil uji homogenitas untuk posttest dari kedua kelompok dapat dilihat pada
tabel 44 berikut ini: Tabel 44
Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
Test of Homogeneity of Variances Nilai
Levene Statistic
df1 df2 Sig.
.009 1 55 .926
Berdasarkan tabel 44 tentang hasil uji homogenitas data posttest
menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,926 yang lebih besar dari 0,05
bearti H0 diterima dan H1 ditolak, dengan kata lain kedua kelompok berasal dari
populasi yang memiliki variansi yang sama atau homogen.
4.4.2.4 Uji Beda Rata-rata Posttest
Hasil pengolahan uji beda rata-rata posttest dapat dilihat pada tabel 45
berikut ini: Tabel 45
Uji Beda Rata-rata Posttest Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2 Setelah Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan STAD
Independent Samples Test Levene's Test
for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed)
Mean Differen
ce
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Nilai
Equal variances assumed
.009 .926 -2.410 55 .019 -8.074 3.350 -14.788 -1.360
Equal variances not assumed
-2.406 53.960 .020 -8.074 3.356 -14.802 -1.346
Berdasarkan uji homogenitas kedua kelompok, maka yang digunakan untuk
analisis uji beda rerata adalah baris pada Equal variances assumed. Dari tabel 45
tentang uji beda rata-rata posttest hasil belajar matematika siswa kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 setelah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan STAD, terlihat bahwa nilai signifikansi
0,019 < 0,05 yang bearti H0 ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain terdapat
85
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa pada kelompok
eksperimen 1 di kelas V SD Negeri Bringin 02 dengan hasil belajar metematika
siswa pada kelompok eksperimen 2 di SD Negeri Popongan Bringin setelah diberi
perlakuan.
4.4.2.5 Deskripsi Hasil Posttest
Penggambaran distribusi skor posttest hasil belajar matematika siswa
kelompok eksperimen 1 (siswa kelas V SD Negeri Bringin 02) dan kelompok
eksperimen 2 (siswa kelas V SD Negeri Popongan Bringin) diklasifikasikan
berdasarkan perolehan nilai posttest. Interval dalam distribusi skor posttest siswa
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 menggunakan rumus
interval menurut Sudijono (Wibowo, 2015: 56), sebagai berikut:
Batas 1 = mean + 0,5 . SD => Batas atas
Batas 2 = mean – 0,5 .SD => Batas bawah
Setelah menentukan batas atas dan batas bawah maka didapat tiga kelas
interval yang dikategorikan menjadi tiga macam yaitu kategori rendah, kategori
sedang, dan kategori tinggi. Interval skor posttest hasil belajar matematika siswa
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah sebagai berikut:
Batas 1 = mean + 0,5 . SD
= 71.49 + (0,5 . 13.160)
= 78 (pembulatan)
Batas 2 = mean – 0,5 .SD
= 71.49 - (0,5 . 13.160)
= 65 (pembulatan)
Maka interval kategori skor posttest hasil belajar matematika siswa pada
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 adalah sebagai berikut:
Tinggi = nilai > 78
Sedang = 65 ≤ nilai ≤ 78
Rendah = nilai < 65
Pengukuran hasil belajar matematika siswa terhadap subjek penelitian dapat
dilihat pada tabel 46 berikut ini:
Kategori Posttest dan Siswa Kelas V SD Negeri Popongan Bringin
Kategori
Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Gambar 7 Diagram Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
Berdasarkan tabel 4
diberi perlakuan untuk ketegori tinggi pada kelompok eksperimen 1 sebanyak 8
siswa dengan presentase 27% dan pada kelompok eksperimen 2 sebanyak 14
siswa dengan presentase 52%. Kategori sedang pada kelompok eksperime
terdapat 12 siswa dengan presentase 40% dan pada kelompok eksperimen 2
terdapat 10 siswa dengan presentase 37%. Sedangkan kategori rendah pada
kelompok eksperimen 1 terdapat 10 anak dengan 33% dan kelompok eksperimen
2 terdapat 3 anak dengan perolehan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 3 5
Nil
ai
Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
Tabel 46 Posttest Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Bringin 02
dan Siswa Kelas V SD Negeri Popongan Bringin
Kelas Eksperimen 1 (Siswa Kelas V SD Bringin 02)
Kelas Eksperimen 2(Siswa Kelas V SD Negeri
Popongan Bringin)F % F 8 27 14
12 40 10 10 33 3 30 100 27
Diagram Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2 Setelah diberi Perlakuan
tabel 46 menunjukkan hasil belajar matematika siswa setelah
diberi perlakuan untuk ketegori tinggi pada kelompok eksperimen 1 sebanyak 8
siswa dengan presentase 27% dan pada kelompok eksperimen 2 sebanyak 14
siswa dengan presentase 52%. Kategori sedang pada kelompok eksperime
terdapat 12 siswa dengan presentase 40% dan pada kelompok eksperimen 2
terdapat 10 siswa dengan presentase 37%. Sedangkan kategori rendah pada
kelompok eksperimen 1 terdapat 10 anak dengan 33% dan kelompok eksperimen
dengan perolehan presentase 11%.
5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Jumlah Siswa
Diagram Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
86
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Bringin 02
Kelas Eksperimen 2 (Siswa Kelas V SD Negeri
Popongan Bringin) % 52 37 11
100
Diagram Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok Eksperimen 1 dan
hasil belajar matematika siswa setelah
diberi perlakuan untuk ketegori tinggi pada kelompok eksperimen 1 sebanyak 8
siswa dengan presentase 27% dan pada kelompok eksperimen 2 sebanyak 14
siswa dengan presentase 52%. Kategori sedang pada kelompok eksperimen 1
terdapat 12 siswa dengan presentase 40% dan pada kelompok eksperimen 2
terdapat 10 siswa dengan presentase 37%. Sedangkan kategori rendah pada
kelompok eksperimen 1 terdapat 10 anak dengan 33% dan kelompok eksperimen
Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
Eksperimen 1 (TGT)
Eksperimen 2 (STAD)
87
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan pada
kelompok eksperimen 1 yaitu di SD Negeri Bringin 02 dengan menggunakan
model pembelajaran Cooperative Learning tipe TGT dan pada kelompok
eksperimen 2 yaitu di SD Negeri Popongan Bringin dengan menggunakan model
pembelajaran tipe STAD diperoleh hasil bahwa sebelum diberikan perlakuan
kemampuan awal dari kedua kelompok hampir sama. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel 37 yang menunjukkan bahwa nilai minimum yang diperoleh kelompok
eksperimen 1 adalah 25, sedangkan nilai minimum yang diperoleh kelompok
eksperimen 2 adalah 20. Nilai maximum yang dicapai kelompok eksperimen 1
adalah 90, kelompok eksperimen 2 memiliki nilai maximum yang sama yaitu 90.
Rata-rata kelompok eksperimen 2 adalah 62,41 sedikit lebih tinggi dari kelompok
eksperimen 1 yang hanya 60,50. Tetapi standar deviasinya tidak jauh berbeda,
kelompok eksperimen 1 adalah 20,525 dan kelompok eksperimen 2 standar
deviasinya adalah 19,581.
Hasil pengolahan nilai posttest terlihat dalam tabel 42 yang menunjukkan
bahwa nilai minimum hasil belajar matematika yang diperoleh kelompok
eksperimen 1 adalah 45, sedangkan nilai minimum hasil belajar matematika yang
diperoleh kelompok eksperimen 2 adalah 40. Nilai maximum hasil belajar
matematika yang dicapai kelompok eksperimen 1 adalah 90, sedangkan nilai
maximum hasil belajar matematika yang dicapai kelompok eksperimen 2 adalah
95. Rata-rata kelompok eksperimen 2 adalah 75,74 jauh lebih tinggi dari
kelompok eksperimen 1 yang hanya 67,67. Dengan standar deviasi dari masing-
masing kelompok adalah 12,438 untuk kelompok eksperimen 1 dan 12,838 untuk
kelompok eksperimen 2.
Perhitungan uji beda rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji-t pada
hasil posttest kelompok eksperimen 1 dan posttest kelompok eksperimen 2,
diperoleh hasil t adalah -2.410 dengan signifikansi 0,019 < 0,05 maka H0 ditolak
dan H1 diterima, hal ini berarti terdapat perbedaan antara hasil belajar matematika
siswa pada kelompok eksperimen 1 di kelas V SD Negeri Bringin 02 dengan hasil
belajar metematika siswa pada kelompok eksperimen 2 di SD Negeri Popongan
Bringin setelah diberi perlakuan. Dengan melihat rata-rata kedua kelompok
88
dimana kelompok eksperimen 2 rata-ratanya adalah 75,74 jauh lebih tinggi dari
kelompok eksperimen 1 yang hanya memiliki nilai rata-rata sebesar 67,67, dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan
antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe STAD dengan yang menggunakan model pembelajaran tipe TGT
pada materi Pecahan dan Perbandingan siswa kelas V SD Gugus Gajah Mada
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Isjoni
(Susanti, 2012: 18) bahwa STAD (Student Teams Achievement Division)
merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil yang
maksimal. Sedangkan menurut Yuliatmoko (Rakhmawati, 2012: 7) STAD adalah
salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan
kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman
serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana. Yuliatmoko juga
menambahkan bahwa keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah, dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan
mengenai suatu masalah, dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan
mengajarkan keterampilan berdiskusi, dapat memungkinkan guru untuk lebih
memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya, serta dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai,
menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Ari
Susanti (2012) yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Terhadap Hasil
Belajar Matematika Kelas IV SD Negeri Salatiga 06 Semester II Tahun Pelajaran
2011/2012”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan
efektivitas model pembelajaran yang signifikan untuk pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
89
Achievement Division). Terbukti dengan perolehan rata-rata nilai posttest sebesar
82,46 pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dan pada kelompok
kontrol 75,42 dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada
pembelajaran matematika.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan STAD terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa walaupun memiliki perbedaan
hasil yang signifikan. Hal tersebut bisa dilihat dari perolehan nilai rata-rata
kelompok eksperimen 2 lebih tinggi dari pada kelompok eksperimen 1. Secara
umum terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa
kelompok eksperimen 1 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dan kelompok eksperimen 2 yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini disebabkan
karena siswa pada kelompok eksperimen 1 kurang memperhatikan pembelajaran,
sehingga ketika mengerjakan tes akhir ada beberapa siswa yang memperoleh nilai
kurang baik, keterbatasan waktu dalam penelitian ini mungkin juga menjadi
penyebab terjadinya perbedaan hasil belajar matematika siswa yang signifikan.
Selain itu, hal yang menjadi penyebab terjadinya perbedaan hasil belajar yang
signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan STAD adalah
karakteristik siswa pada kelompok eksperimen 1 yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa pada kelompok tersebut kurang bisa
menerima kekurangan dari anggota kelompoknya sehingga siswa yang berprestasi
tinggi semakin unggul dan siswa yang berprestasi rendah tidak bisa meningkatkan
kemampuan akademiknya.
Manfaat praktis yang didapat setelah pelaksanaan penelitian eksperimen
yaitu sekolah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik dengan
mengemas suatu pembelajaran yang menyenangkan dan dapat mengaktifkan
siswa melalui berbagai model pembelajaran kooperatif. Manfaat yang didapat
bagi guru adalah dapat memberikan wawasan untuk mencoba berbagai macam
model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
sehingga siswa aktif dan antusias di dalam mengikuti proses pembelajaran.
Manfaat yang didapat siswa adalah sikap aktif dan antusias siswa dalam mengikiti
90
proses pembelajaran serta sikap positif siswa yang dapat menerima kekurangan
dan kelebihan masing-masing anggota kelompoknya. Selain itu, manfaat yang
didapat oleh peneliti selanjutnya adalah dapat memperoleh gambaran tentang
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan STAD di jenjang
Sekolah Dasar serta memberikan rambu-rambu yang harus diperhatikan tentang
kelebihan dan kelemahan dari masing-masing model apabila akan meneliti dengan
menggunakan model yang sama.