Upload
lengoc
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang merupakan jawaban dari
tujuan pembelajaran yang telah dijelaskan pada Bab I, yaitu untuk mengetahui
peningkatan kemampuan pemahaman matematis dalam pembelajaran matematika
antara peserta didik yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan
generatif dan peserta didik yang mendapat pembelajaran matematika dengan
pembelajaran konvensional ekspositori. Terdapat dua jenis data yang diolah, yaitu
data kuantitatif yang terdiri dari hasil pretes dan postes kemampuan pemahaman
matematis kelas eksperimen dan kontrol, dan data kualitatif yang diperoleh dari
hasil observasi aktivitas peserta didik, observasi kinerja guru, dan angket.
A. Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan berisi serangkaian uji statistik yakni uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji perbedaan dua rata-rata pretes dan postes. Pretes digunakan
untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik terhadap pemahaman mengenai
bangun ruang. Soal pretes dibagikan di kelas eksperimen yang berjumlah 31
orang, dan di kelas kontrol yang berjumlah 33 orang. Soal pretes merupakan soal
yang telah diujicobakan terlebih dahulu sebelumnya. Pretes dilakukan di awal
sebelum pemberian perlakuan pada masing-masing kelas. Pemberian perlakuan di
kelas eksperimen ialah pembelajaran dengan pendekatan generatif, sedangkan
pemberian perlakuan di kelas kontrol ialah pembelajaran dengan pendekatan
konvensional ekspositori. Setelah diberi perlakuan yang berbeda pada masing-
masing kelas, pada akhir pertemuan pembelajaran diberikan postes. Postes
digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematis peserta didik
setelah adanya pembelajaran. Soal Postes adalah soal yang sama dengan soal
pretes. Kedua data pretes dan postes tersebut akan diolah dan dianalisis.
1. Analisis Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pada pretes kelas kontrol, nilai minimum yang didapatkan ialah 6 sedangkan
nilai maksimum yang didapatkan ialah 46. Rentang untuk kelas kontrol ialah 40.
Sedangkan pada kelas eksperimen, nilai maksimum yang didapatkan ialah 40
64
sedangkan nilai minimumnya ialah 5. Rentang nilai kelas eksperimen ialah 35.
sedangkan simpangan baku kelas eksperimen lebih kecil yakni sebesar 8,3.
Adapun nilai rata-rata (mean) pretes kelas eksperimen sebesar 23,26 atau
dibulatkan menjadi 23, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 16,88 atau
dibulatkan menjadi 17 Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
pemahaman matematis peserta didik terhadap materi bangun ruang masih rendah.
Untuk lebih jelasnya, rata-rata pretes kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat
pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
Rekapitulasi Data Hasil Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis
Kelas Nilai Ideal Nilai Minimum Nilai Maksimum Rata-rata Simpangan
Baku
Kontrol 100 6 46 17 10,1
Eksperimen 100 5 40 23 8,3
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa nilai rata-rata pretes kelas eksperimen
dan kontrol berbeda. Hal itu berarti kemampuan awal peserta didik di kedua kelas
juga berbeda. Kelas eksperimen memiliki rata-rata pretes lebih tinggi dibanding
kelas kontrol. Namun, perbedaan kemampuan awal tersebut belum cukup untuk
menggambarkan signifikansi perbandingan kemampuan pemahaman matematis
peserta didik di kedua kelas. Oleh karena itu, dilakukan uji perbedaan dua rata-
rata. Namun sebelum itu, dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih
dahulu. Berikut pemaparan pengolahan pengujiannya.
a. Uji Normalitas Data Nilai Pretes Antara Kelas Eksperimen dan Kontrol
Uji normalitas data pretes dilakukan dengan menggunakan rumus uji
normalitas melalui uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov) dengan SPSS versi 16.0 for
windows. Adapun hipotesis pengujian normalitas data pretes ialah sebagai berikut.
Ho = Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Kriteria untuk menolak atau menerima H0 berdasarkan P-value yaitu dengan
α = 0,05. Jika nilai signifikansi ≥ α, maka H1 diterima, sedangkan jika nilai
signifikansi < , maka H0 ditolak. Data hasil perhitungan uji normalitas data
dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada Tabel 4.2 di
halaman selanjutnya.
65
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Data Pretes
Kemampuan Pemahaman Matematis pada Kedua Kelompok
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa hasil uji normalitas data pretes kelas
eksperimen memiliki P-value (Sig.) senilai 0,200 menggunakan uji normalitas
Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov). Dengan demikian, untuk uji normalitas kelas
eksperimen lebih besar nilainya dari α = 0,05, sehingga H1 diterima. Jadi data
pretes untuk kelas eksperimen berdistribusi normal.
Masih berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas data
pretes kelas kontrol memiliki P-value (Sig.) senilai 0,059 atau dibulatkan menjadi
0,06. Dengan demikian, untuk uji normalitas kelas kontrol lebih besar nilainya
dari α = 0,05, sehingga H1 diterima. Jadi data pretes untuk kelas kontrol
berdistribusi normal. Berikut ini adalah histogram data pretes untuk kelas
eksperimen dan kontrol.
Diagram 4.1
Histogram Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Matematis
Peserta Didik Kelas Eksperimen
Kelas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Pretest Eksperimen .093 31 .200*
Kontrol .149 33 .059
a. Lilliefors Significance Correction
66
Diagram 4.2
Histogram Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Matematis
Peserta Didik Kelas Kontrol
Berdasarkan histogram hasil uji normalitas kemampuan pemahaman
matematis kelas eksperimen pada Diagram 4.1 di atas menunjukkan bahwa
penyebaran data nilai di kelas eksperimen ialah normal. Pada kelas eksperimen,
peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 23 sebanyak 16 orang dan
peserta didik yang memperoleh nilai lebih dari sama dengan 23 sebanyak 15
orang. Jumlah peserta didik yang memeroleh nilai tertinggi dan terendah tersebar
secara merata.
Adapun penyebaran data hasil pretes kelas kontrol pada Diagram 4.2 juga
tersebar secara merata. Peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 17
sebanyak 20 orang dan peserta didik yang memperoleh nilai lebih dari sama
dengan 17 sebanyak 13 orang.
b. Uji Homogenitas Data Nilai Pretes
Data hasil uji normalitas menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdistribusi normal, oleh karenanya dilakukan uji homogenitas. Untuk
menganalisis homogenitas suatu data, digunakan uji Levene’s test dengan
bantuan SPSS 16,0 for windows dengan hipotesis sebagai berikut.
Ho = Data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang homogen.
67
H1 = Data data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama
atau tidak homogen
Kriteria untuk menolak atau menerima H0 berdasarkan P-value yaitu dengan
α = 0,05 jika nilai signifikansi ≥ α, maka H1 diterima, sedangkan jika nilai
signifikansi < , maka H0 ditolak. Data hasil perhitungan uji normalitas data
dengan menggunakan Uji Levene’s test dipaparkan pada Tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Homogenitas Data Pretes
Kemampuan Pemahaman Matematis pada Kedua Kelompok
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa hasil uji homogenitas data pretes
kedua kelas memiliki P-value (Sig.) senilai 0,389. Dengan demikian, untuk uji
homogenitas Lavene’s test kedua kelas lebih besar nilainya dari α = 0,05,
sehingga H1 diterima. Jadi data diambil dari populasi yang mempunyai varians
yang homogen.
2. Analisis Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Postes dilakukan guna mengetahui kemampuan akhir pemahaman matematis
peserta didik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Postes dilaksanakan
pada tanggal 25 April 2015 di kelas kontrol dan pada tanggal 13 Mei 2015 di
kelas eksperimen.
Pada postes kelas kontrol, nilai minimum yang didapatkan ialah 29
sedangkan nilai maksimum yang didapatkan ialah 97. Rentang untuk kelas kontrol
ialah 68. Sedangkan pada kelas eksperimen, nilai minimum yang didapatkan ialah
46 sedangkan nilai maksimumnya ialah 90. Rentang nilai kelas eksperimen ialah
44.
Simpangan baku kelas kontrol mencapai 13,4, sedangkan simpangan baku
kelas eksperimen sebesar 10,2. Adapun nilai rata-rata (mean) postes kelas
eksperimen sebesar 74, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 52. Untuk
lebih jelasnya, rata-rata kelas postes kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat
pada Tabel 4.4 pada halaman selanjutnya.
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.753 1 62 .389
68
Tabel 4.4
Rekapitulasi Data Hasil Postes Kemampuan Pemahaman Matematis
Kelas Nilai
Ideal Nilai Minimum Nilai Maksimum Rata-rata
Simpangan
Baku
Kontrol 100 29 97 52 10,1
Eksperimen 100 46 90 74 8,3
Berdasarkan Tabel 4.4, terlihat bahwa nilai rata-rata postes kelas eksperimen
dan kontrol berbeda. Hal tersebut menujukkan kemampuan akhir peserta didik
setelah diberikan perlakuan di kedua kelas juga berbeda. Kelas eksperimen
memiliki rata-rata postes yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Namun,
hal itu belum cukup untuk menggambarkan signifikansi perbandingan
kemampuan pemahaman matematis peserta didik. Oleh karena itu, dilakukan uji
perbedaan dua rata-rata. Namun sebelumnya, dilakukan uji normalitas dan
homogenitas terlebih dahulu. Berikut pemaparan pengolahan pengujiannya.
a. Uji Normalitas Data Nilai Postes Antara Kelas Eksperimen dan Kontrol
Uji normalitas data postes dilakukan dengan menggunakan rumus uji
normalitas melalui uji Liliefors (Kolmogorov-Smirnov) dengan SPSS versi 16.0
for windows. Adapun hipotesis pengujian normalitas data pretes sebagai berikut.
Ho = Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Kriteria untuk menolak atau menerima hipotesis berdasarkan P-value yaitu
dengan α = 0,05 jika nilai signifikansi ≥ α, maka H1 diterima, sedangkan jika nilai
signifikansi < , maka H0 ditolak. Data hasil uji normalitas data dengan Uji
Kolmogorov-Smirnov dipaparkan pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Data Postes
Kemampuan Pemahaman Matematis pada Kedua Kelompok
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Postes Eksperimen .158 31 .048
Kontrol .100 33 .200*
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
69
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa hasil uji normalitas data postes kelas
eksperimen memiliki P-value (Sig.) senilai 0,048. Dengan demikian, untuk uji
normalitas kelas eksperimen lebih kecil nilainya dari α = 0,05 sehingga H0
ditolak. Jadi data postes untuk kelas eksperimen berdistribusi tidak normal.
Adapun untuk data postes kelas kontrol, memiliki P-value (Sig.) senilai
0,200. Dengan demikian, untuk uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov)
kelas kontrol > dari α = 0,05, sehingga H1 diterima. Jadi data postes untuk kelas
kontrol berdistribusi normal. Berikut adalah histogram data postes kelas
eksperimen dan kontrol.
Diagram 4.3
Histogram Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Pemahaman Matematis
Peserta Didik Kelas Eksperimen
Diagram 4.4
Histogram Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Pemahaman
Matematis Peserta Didik Kelas Kontrol
70
Berdasarkan histogram hasil uji normalitas kemampuan pemahaman
matematis kelas eksperimen pada Diagram 4.3 di atas menunjukkan bahwa
penyebaran data nilai postes di kelas eksperimen ialah tidak normal. Grafik kurva
lebih condong ke arah kiri. Pada kelas eksperimen, peserta didik yang
memperoleh nilai kurang dari 74 sebanyak 11 orang dan peserta didik yang
memperoleh nilai lebih dari sama dengan 74 sebanyak 22 orang. Jumlah peserta
didik yang memeroleh nilai tertinggi dan terendah tidak tersebar secara merata,
karena lebih banyak peserta didik yang memiliki nilai yang lebih dari sama
dengan 74.
Adapun penyebaran data hasil pretes kelas kontrol pada Diagram 4.4 tersebar
secara merata. Peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 52 sebanyak 18
orang dan peserta didik yang memperoleh nilai lebih dari sama dengan 52
sebanyak 13 orang.
b. Uji Homogenitas Data Nilai Postes
Berdasarkan data hasil normalitas postes kelas eksperimen dan kelas kontrol
menunjukkan adanya data yang tidak normal. Karena ada data yang tidak
berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas melainkan uji
statistik perbedaan dua rata-rata non parametrik dengan uji Mann-Whitney.
3. Analisis Perbedaan Kemampuan Awal Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Analisis perbedaan kemampuan awal peserta didik dengan data pretes kelas
kontrol dan eksperimen menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Uji perbedaan
rata-rata yang dilakukan didasarkan kepada hasil pretes yang ada pada uraian di
halaman 62-63 mengenai uji normalitas dan homogenitas kelas pretes.
Hasil pretes kelas kontrol dan eksperimen sama-sama berdistribusi normal
dan homogen. Oleh karena itu, uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan adalah
uji independent sample t-test. Menguji perbedaan dua rata-rata masing-masing
kelas menggunakan SPSS 16.0 for windows dengan hipotesis sebagai berikut.
Ho = Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal peserta didik kelas eksperimen
dan peserta didik kelas kontrol.
71
H1 = Terdapat perbedaan kemampuan awal peserta didik kelas eksperimen dan
peserta didik kelas kontrol.
Kriteria untuk menolak atau menerima hipotesis berdasarkan P-value yaitu
dengan α = 0,05 jika nilai signifikansi ≥ α, maka H1 diterima, sedangkan jika nilai
signifikansi < , maka H0 ditolak. Data hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-
rata data dengan menggunakan Uji-t ialah sebagai berikut.
Tabel 4.6
Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretes
Kemampuan Pemahaman Matematis pada Kedua Kelompok
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh hasil uji perbedaan dua rata-rata pretes
kedua kelas memiliki P-value (Sig.) senilai 0,008 yang berarti nilainya < α = 0,05,
sehingga H0 ditolak. Jadi terdapat perbedaan kemampuan awal peserta didik kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kemampuan pemahaman matematis dalam
penelitian ini ialah pemahaman komputasional dan pemahaman fungsional.
Adapun penjabaran jenis pemahaman matematis tersebut ialah sebagai berikut.
Tabel 4.7
Hasil Pretes Tiap Indikator Kedua Kelompok
Jenis Indikator No.
Soal
Persentase Pretes Kedua
Kelas
Rata-rata Persentase Total
Rata-rata
Persentase Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Pemah
aman
Komp
utasio
nal
Menganalisis
objek untuk
sifat-sifat
tertentu.
1 60% 58%
45%
28%
36% 2 40% 30%
3 40% 20%
7 40% 10%
Mengklasifika
si objek
berdasarkan
sifat-sifat
tertentu
4 39% 33%
25%
24%
14%
8 20% 20%
14 20% 21%
15 21% 14%
Pemah
aman
Fungsi
onal
Menghubungk
an satu konsep
dengan
konsep
lainnya.
5 30% 3%
12%
7%
10%
6 0% 0%
9 10% 17%
10 30% 20%
11 10% 2%
12 4% 3%
13 1% 2%
Levene's Test for Equality of Variances
F Sig. T Df Sig. (2-tailed)
Pretest Equal variances assumed
.753 .389 2.747 62 .008
Equal variances not assumed
2.764 60.915 .008
72
Berdasarkan Tabel 4.7, jenis pemahaman komputasional dengan indikator
menganalisis objek-objek untuk sifat-sifat tertentu memiliki persentase tertinggi
di kelas eksperimen dan kontrol. Adapun persentasenya sebesar 36% sedangkan
persentase jenis kemampuan pemahaman matematis yang paling rendah ialah
pemahaman fungsional sebesar 10%.
4. Analisis Perbedaan Kemampuan Akhir Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Analisis perbedaan kemampuan akhir peserta didik dengan data postes kelas
kontrol dan eksperimen menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Uji perbedaan
rata-rata yang dilakukan didasarkan kepada hasil postes yang ada pada uraian di
halaman 66mengenai uji normalitas kelas postes.
Hasil postes kelas kontrol ialah berdistribusi normal, sedangkan kelas
eksperimen tidak berdistribusi normal. Oleh karenanya, uji perbedaan dua rata-
ratanya menggunakan Uji-U atau Uji Mann-Whitney.
Mann Whitney atau disebut juga Uji-U digunakan untuk mencari perbedaan
dua rata-rata dengan salahsatu data yang tidak normal. Hipotesis yang digunakan
dalam uji-U adalah sebagai berikut.
Ho = Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal peserta didik kelas eksperimen
dan peserta didik kelas kontrol.
H1 = Terdapat perbedaan kemampuan awal peserta didik kelas eksperimen dan
peserta didik kelas kontrol.
Ho ditolak jika nilai sig (2-tailed) < α (taraf signifikansi). H1 diterima jika nilai
sig (2-tailed) ≥ α (taraf signifikansi). Data hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-
rata dengan menggunakan Uji Mann-Whitney dipaparkan sebagai berikut.
Tabel 4.8
Hasil Uji Mann-Whitney Data Postes
Kemampuan Pemahaman Matematis pada Kedua Kelompok
Postes
Mann-Whitney U 100.500
Wilcoxon W 661.500
Z -5.526
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Kelas
73
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa hasil uji-U didapatkan nilai P-
value (Sig.2-tailed) = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak karena P-
value (Sig.2-tailed) kurang dari 0,05. Dengan demikian, rata-rata postes kelompok
eksperimen tidak sama dengan rata-rata postes kelompok kontrol. Dapat dikatakan
pula terdapat perbedaan kemampuan akhir berpikir pemahaman matematis peserta
didik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel pemaparan hasil
postes tiap jenis pemahaman yang digunakan dalam penelitian ialah sebagai
berikut.
Tabel 4.9
Hasil Postes Tiap Jenis Pemahaman Kedua Kelompok
Jenis Indikator No.
Soal
Persentase Postes Kedua
Kelas
Rata-rata Persentase Total
Rata-rata
Persentase Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Pemah
aman
Komp
utasio
nal
Menganalisis
objek-objek
untuk sifat-
sifat tertentu.
1 100% 81%
95%
70%
82% 2 96% 70%
3 94% 70%
7 90% 60%
Mengklasifika
si objek-objek
berdasarkan
sifat-sifat
tertentu
4 89% 80%
79%
65%
72% 8 82% 82%
14 84% 64%
15 61% 34%
Pemah
aman
Fungsi
onal
Menghubungk
an satu konsep
dengan
konsep
lainnya.
5 100% 70%
65%
38%
52%
6 80% 10%
9 49% 40%
10 86% 60%
11 84% 51%
12 28% 16%
13 29% 22%
Berdasarkan Tabel 4.9 terdapat peningkatan persentase di seluruh jenis
pemahaman baik di kelas eksperimen dan kontrol. Pada jenis pemahaman
komputasional dengan indikator menganalisis objek-objek untuk sifat-sifat
mencapai persentase sebesar 82%, Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan
rata-rata sebesar 46% dari saat pengerjaan pretes.
Masih dari jenis pemahaman komputasional, dengan indikator
mengklasifikasi objek-objek berdasarkan sifat-sifat tertentu mencapai persentase
sebesar 72%, artinya terjadi peningkatan sebesar 49% dari saat pretes.
Adapun dari pemahaman fungsional dengan indikator menghubungkan satu
konsep dengan konsep lainnya mencapai persentase sebesar 51% di kelas
eksperimen dan kontrol, artinya terjadi peningkatan sebesar 42%. Dengan
74
demikian yang dominan peningkatannya ialah jenis pemahaman komputasional
dengan indikator mengklasifikasi objek-objek berdasarkan sifat-sifat tertentu.
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan data
kuantitatif. Uji hipotesis bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang ada
pada Bab I. Adapun uji hipotesisnya adalah sebagai berikut.
a. Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1
Rumusan masalah 1 yaitu mengenai adanya pengaruh pendekatan
konvensional ekspositori terhadap kemampuan pemahaman matematis di kelas
kontrol. Adapun rumusan hipotesis 1 ialah sebagai berikut.
H0 : Tidak terdapat perbedaan pendekatan konvensional ekspositori terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman matematis peserta didik secara
signifikan.
H1 : Terdapat perbedaan pendekatan konvensional ekspositori terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman matematis peserta didik secara
signifikan.
Kriteria pengujian hipotesisnya ialah H1 diterima jika nilai signifikasi nilai
signifikasi 0,05, sedangkan H0 ditolak jika nilai signifikasi 0,05. Untuk
menguji hipotesis, data nilai yang akan dibandingkan ialah nilai pretes dan postes
pada kelas kontrol yang dilakukan untuk mengetahui ada peningkatan atau tidak.
Berdasarkan uji normalitas di kelas kontrol, didapatkan data pretes dan postes
berdistribusi normal, yang dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Tabel 4.11. Oleh
karena itu dilakukan uji-t sampel terikat atau uji paired samples test. Adapun
analisis hasil uji t-tak bebas hipotesis 1 dilakukan dengan bantuan Software SPSS
16,0 for windows yang dapat dilihat di bawah ini
Tabel 4.10
Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1
Paired Samples Test
T df Sig. (2-tailed)
Pair 1 Kontrol - Pretes_Postes 12.826 65 .000
75
Dari Tabel 4.10 didapatkan bahwa P-value (Sig.2-tailed) sebesar 0,000.
Namun, dalam uji hipotesis ini hanya satu arah, karena terdapat kecenderungan
bahwa pendekatan konvesional ekspositori dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman matematis peserta didik, sehingga P-value (Sig.) 0,000 nya dibagi
dua menjadi 0,000. Oleh karena itu, P-value (Sig.1-tailed) < 0,05 yang artinya H0
ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh pendekatan konvensional
ekspositori terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis secara
signifikan.
Adapun peningkatannya terlihat dari rata-rata nilai pretes sebesar 17 dan rata-
rata nilai postes sebesar 52, sehingga diperoleh selisih 35. Dengan demikian,
hipotesis 1 diterima karena pendekatan konvensional ekspositori dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman matematis secara signifikan.
b. Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2
Rumusan masalah 2 mengenai adanya pengaruh pendekatan generatif
terhadap kemampuan pemahaman matematis di kelas eksperimen. Adapun
hipotesis rumusan masalah 2 ialah sebagai berikut.
H0 : Tidak terdapat pengaruh pendekatan generatif terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman matematis peserta didik secara signifikan.
H1 : Terdapat pengaruh pendekatan generatif terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman matematis peserta didik secara signifikan.
Kriteria pengujian hipotesis 2 ialah H1 diterima jika nilai signifikasi 0,05,
sedangkan H0 ditolak jika nilai signifikasi 0,05. Data yang digunakan untuk
menguji hipotesis 2 ialah data nilai pretes dan postes pada kelas eksperimen guna
mengetahui ada peningkatan atau tidak.
Berdasarkan uji normalitas di kelas eksperimen, didapatkan data pretes
berdistribusi normal yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 sedangkan data postes tidak
berdistribusi normal yang dapat dilihat pada Tabel 4.6, karena terdapat data yang
tidak berdistribusi normal dan data diperoleh dari sampel yang terikat, untuk itu
dilakukan uji hipotesis non-parametrik Wilcoxon. Perhitungan hipotesis 2
dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 16,0 for windows. Adapun hasil uji
hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya.
76
Tabel 4.11
Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2
Test Statisticsb
Pretes_Postes – Eksperimen
Z -6.847a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari Tabel 4.11 didapatkan bahwa P-value (Sig.2-tailed) sebesar 0,000.
Namun, dalam uji hipotesis ini hanya satu arah, karena terdapat kecenderungan
bahwa pendekatan generatif dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
matematis peserta didik, sehingga P-value (Sig.) 0,000 nya dibagi dua menjadi
0,000. Oleh karena itu, P-value (Sig.1-tailed) < 0,05 yang artinya H0 ditolak. Hal
ini berarti terdapat perbedaan pengaruh pendekatan generatif terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman matematis secara signifikan
Adapun peningkatannya terlihat dari rata-rata nilai pretes sebesar 23 dan rata-
rata nilai postes sebesar 73, sehingga diperoleh selisih 50. Dengan demikian,
hipotesis 2 diterima karena pendekatan generatif dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman matematis secara signifikan.
c. Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3
Uji hipotesis rumusan masalah 3 dilakukan untuk mengetahui di antara
pendekatan generatif dan pendekatan konvensional yang lebih dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman matematis, karena berdasarkan uji
hipotesis 1 dan 2 diketahui bahwa kedua pendekatan tersebut dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis peserta didik. Adapun rumusan hipotesisnya
ialah sebagai berikut.
H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis
antara peserta didik yang menggunakan pendekatan generatif dan
konvensional ekspositori secara signifikan.
H1 : Peningkatan kemampuan pemahaman matematis peserta didik yang
menggunakan pendekatan generatif lebih baik secara signifikan daripada
konvensional ekspositori.
77
Kriteria pengujian hipotesisnya ialah H1 diterima jika nilai signifikasi 0,05,
sedangkan H0 ditolak jika nilai signifikasi 0,05. Untuk menguji hipotesis, akan
dibandingkan nilai gain pada kelas eksperimen dan kontrol guna mengetahui
adanya perbedaan peningkatan atau tidak.
Berdasarkan hasil uji normalitas pretes di kelas eksperimen dan kontrol,
diketahui bahwa data pretes kedua kelas menunjukkan adanya perbedaan
kemampuan awal. Oleh karena itu, data yang digunakan untuk menguji hipotesis
rumusan masalah 3 ialah hasil perhitungan gain di kelas kontrol maupun kelas
eksperimen. Adapun data perhitungan gain di kelas kontrol maupun kelas
eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13 sebagai berikut.
Tabel 4.12
Hasil Perhitungan Gain di Kelas Eksperimen
Nama Skor Pretes Skor Postes Gain Interpretasi
Siswa 1 18 59 0,7 Tinggi
Siswa 2 5 49 0,6 Sedang
Siswa 3 13 54 0,7 Tinggi
Siswa 4 22 54 0,6 Sedang
Siswa 5 11 34 0,4 Sedang
Siswa 6 14 52 0,6 Sedang
Siswa 7 22 59 0,7 Tinggi
Siswa 8 16 62 0,8 Tinggi
Siswa 9 17 46 0,5 Sedang
Siswa 10 26 50 0,5 Sedang
Siswa 11 21 47 0,5 Sedang
Siswa 12 18 55 0,7 Tinggi
Siswa 13 12 60 0,7 Tinggi
Siswa 14 20 44 0,4 Sedang
Siswa 15 12 54 0,7 Tinggi
Siswa 16 29 63 0,7 Tinggi
Siswa 17 13 51 0,6 Sedang
Siswa 18 15 38 0,4 Sedang
Siswa 19 16 59 0,7 Tinggi
Siswa 20 9 47 0,6 Sedang
Siswa 21 4 56 0,7 Tinggi
Siswa 22 25 61 0,7 Tinggi
Siswa 23 15 60 0,7 Tinggi
Siswa 24 16 66 0,8 Tinggi
Siswa 25 21 44 0,4 Sedang
Siswa 26 23 58 0,5 Sedang
Siswa 27 17 59 0,8 Tinggi
Siswa 28 24 5 0,6 Sedang
Siswa 29 15 57 0,7 Tinggi
Siswa 30 25 59 0,7 Tinggi
Siswa 31 12 60 0,8 Tinggi
Jumlah 526 1622 19,5
Rata-rata 17 52 0,6
78
Tabel 4.13
Hasil Perhitungan Gain di Kelas Kontrol
Nama Skor Pretes Skor Postes Gain Interpretasi
Siswa 1 16 35 0,3 Rendah
Siswa 2 27 43 0,3 Rendah
Siswa 3 15 30 0,2 Rendah
Siswa 4 14 41 0,4 Sedang
Siswa 5 11 31 0,3 Rendah
Siswa 6 21 37 0,3 Rendah
Siswa 7 11 35 0,4 Sedang
Siswa 8 13 28 0,2 Rendah
Siswa 9 8 36 0,4 Sedang
Siswa 10 6 55 0,7 Tinggi
Siswa 11 9 44 0,5 Sedang
Siswa 12 2 40 0,5 Sedang
Siswa 13 17 44 0,5 Sedang
Siswa 14 17 34 0,3 Rendah
Siswa 15 5 35 0,4 Sedang
Siswa 16 18 42 0,4 Sedang
Siswa 17 28 33 0,1 Rendah
Siswa 18 6 27 0,3 Rendah
Siswa 19 11 33 0,4 Sedang
Siswa 20 11 22 0,2 Rendah
Siswa 21 8 13 0,2 Rendah
Siswa 22 10 37 0,4 Sedang
Siswa 23 6 43 0,5 Sedang
Siswa 24 2 46 0,7 Tinggi
Siswa 25 5 30 0,4 Sedang
Siswa 26 9 47 0,6 Sedang
Siswa 27 34 71 0,9 Tinggi
Siswa 28 12 51 0,6 Sedang
Siswa 29 15 47 0,5 Sedang
Siswa 30 7 41 0,5 Sedang
Siswa 31 19 40 0,4 Sedang
Siswa 32 5 35 0,4 Sedang
Siswa 33 10 31 0,3 Rendah
Jumlah 408 1257 13,6
Rata-rata 12 38 0,41
Sebelum dilakukan uji perbedaan rata-rata untuk menguji hipotesis rumusan
masalah 3 perlu dilakukan analisis pendahuluan dengan melakukan uji normalitas
dan homogenitas nilai gain.
1) Uji Normalitas Nilai Gain
Uji normalitas nilai gain dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov pada SPSS 16.0 for windows. Hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai
berikut ini.
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = Data tidak berdistribusi normal
79
Kriteria uji yang digunakan adalah H1 diterima apabila P-value (sig.) ≥ α dan
H0 ditolak apabila P-value (sig.) ˂ α. Nilai α atau taraf signifikansi yang
digunakan adalah 0,05. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada SPSS 16.0 for
windows dapat dilihat pada Tabel 4.14 di bawah ini.
Tabel 4.14
Hasil Uji Normalitas Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tests of Normality
Eksperimen_Kontrol
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Gain Eksperimen .264 31 .000 .873 31 .002
Kontrol .188 33 .004 .936 33 .051
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa hasil uji normalitas data gain kelas
eksperimen dan kontrol memiliki P-value (Sig.) senilai 0,000 dan 0,004
menggunakan uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov). Dengan demikian,
untuk uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) kelas eksperimen lebih
kecil nilainya dari α = 0,05. Begitupun dengan data uji normalitas untuk kelas
kontrol memiliki nilai lebih kecil juga dari α = 0,05. Kedua data normalitas kelas
eksperimen dan kontrol menunjukkan H0 ditolak, sehingga kedua data gain di
kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak berdistribusi normal. Adapun histogram
untuk data gain kelas eksperimen dan kontrol akan disajikan pada Diagram 4.5
dan Diagram 4.6 di ba wah ini.
Diagram 4.5
Histogram Uji Normalitas Gain Kelas Eksperimen
80
Diagram 4.6
Histogram Uji Normalitas Gain Kelas Kontrol
Selanjutnya, setelah melakukan pengujian didapatkan hasil gain eksperimen
dan gain kontrol tidak berdistribusi normal. Jika kondisinya demikian, maka
dilakukan perbedaan dua rata-rata non parametrik atau Uji Mann-Whitney untuk
menguji hipotesis yang ada pada halaman 37.
2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Gain
Uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan ialah uji non parametrik Mann-
Whitney karena data nilai gain kelas kontrol dan eksperimen tidak berdistribusi
normal. Adapun hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut ini.
H0 = Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis
peserta didik dengan menggunakan pendekatan generatif dibandingkan
dengan pendekatan konvensional ekspositori.
H1 = Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis
peserta didik dengan menggunakan pendekatan generatif dibandingkan
dengan pendekatan konvensional ekspositori.
Kriteria uji hipotesis yang digunakan adalah H1 diterima apabila P-value (sig.
1-tailed) α dan H0 ditolak apabila P-value (sig. 1-tailed) α. Dengan nilai α
(taraf signifikansi) adalah 0,05. Hasil Uji Mann-Whitney dapat dilihat pada
Tabel 4.15 di halaman selanjutnya.
81
Tabel 4.15
Hasil Uji Hipotesis 3 Mann-Whitney
Test Statisticsa
Gain
Mann-Whitney U 150.000
Wilcoxon W 711.000
Z -4.933
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable:
Eksperimen_Kontrol
Dari Tabel 4.15 didapatkan bahwa nilai Sig. (dua arah) sebesar 0,000. Data
tersebut menunjukan nilai Sig lebih kecil dari 0,05. Namun, dalam uji hipotesis ini
hanya satu arah, karena terdapat kecenderungan bahwa peningkatan pemahaman
matematis peserta didik dengan pendekatan generatif lebih baik dibandingkan
dengan pendekatan konvensional eskpositori, sehingga P-value (Sig.) nya dibagi
dua menjadi 0,000. Oleh karena itu, P-value (Sig.1-tailed) kurang dari 0,05 yang
artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan peningkatan
kemampuan pemahaman matematis peserta didik pada kelas eksperimen dan
kontrol. Dengan demikian hipotesis 3 diterima.
Perbedaan peningkatan tersebut dapat diketahui dengan rata-rata gain kelas
eksperimen adalah 0,6 dan rata-rata gain di kelas kontrol adalah 0,4. Keduanya
tergolong ke dalam kategori sedang karena nilainya berada di antara 0,3 ≤ g < 0,7,
namun nilai rata-rata gain di kelas eksperimen lebih besar daripada nilai rata-rata
gain di kelas kontrol. Hal tersebut menunjukkan peningkatan pemahaman
matematis peserta didik di kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
2. Analisis Kualitatif
Analisis data kualitatif dilakukan untuk menjawab rumusan masalah nomor 4
yang berbunyi, “Bagaimana respon peseta didik dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan generatif?”. Instrumen yang dianalisis untuk menjawab
rumusan masalah nomor 4 ialah angket.
Angket disebarkan pada tanggal 26 Mei 2015 dengan berisi 28 pertanyaan
yang masing-masing pertanyaan berisi empat buah respon. Setiap respon memiliki
skor. Adapun keempat respon tersebut ialah.
82
Tabel 4.16
Pedoman Penskoran Angket
Pernyataan Bobot
SS S TS STS
Positif 5 4 2 1
Negatif 1 2 4 5
Berikut akan dipaparkan angket yang telah diberikan di kelas eksperimen
berdasarkan indikatornya.
Tabel 4.17
Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 1
Indikator: Menunjukkan keberanian dalam bertanya, mengemukakan jawaban
atau pendapat
No. Pernyataan Jenis Respon
SS S TS STS
1. Jika ada materi yang belum dipahami, saya
akan bertanya kepada guru atau teman
sampai saya dapat memahami materi
tersebut.
+ 12 16 1 2
39% 52% 3% 6%
2. Saya berani tampil di depan teman-teman
untuk menjelaskan pendapat saya.
+ 11 17 3 0
35% 55% 10% 0%
3. Saya tidak percaya diri tampail di depan
teman-teman untuk menjelaskan pendapat
saya.
- 1 5 20 5
3% 16% 64% 16%
4. Saya memilih untuk diam saja ketika saya
tidak memahami konsep materi yang
diberikan.
- 0 4 22 5
0% 13% 71% 16%
Berdasarkan Tabel 4.17 di atas dapat diketahui bahwa pada pernyataan nomor
1, peserta didik yang memilih jawaban SS sebanyak 39%, memilih jawaban S
sebanyak 52%, memilih jawaban TS sebanyak 3%, dan yang memilih jawaban
STS sebanyak 6%. Pilihan S yang berarti setuju merupakan yang paling banyak
dipilih, artinya sebagian besar peserta didik di kelas eksperimen tidak malu untuk
bertanya apabila merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas.
Pada pernyataan nomor 2, peserta didik yang memilih jawaban SS sebanyak
35%, memilih jawaban S sebanyak 55%, memilih jawaban TS sebanyak 10%, dan
memilih jawaban STS sebanyak 0%. Hasil tersebut menunjukkan adanya respon
positif terhadap pembelajaran matematika yang diberikan guru
Pada pernyataan nomor 3 didapatkan persentase jawaban yakni SS sebesar
3%, S sebesar 16%, TS sebesar 64%, dan STS sebesar 16%. Artinya memang
83
pada saat pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan
generatif dapat membuat peserta didik untuk lebih berani dalam mengungkapkan
ide baik ide jawaban maupun ide untuk bertanya.
Pada pernyataan nomor 4 jawaban didominasi oleh pilihan TS sebesar 71%,
disusul jawaban STS sebesar 16%, artinya ketika peserta didik merasakan
kesulitan untuk memahami materi, mereka tidak akan malu atau takut untuk
bertanya baik itu pada guru maupun pada teman satu kelompoknya.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum, di kelas eksperimen
peserta didik memiliki respon positif dan minat yang tinggi terhadap pelajaran
matematika. Kondisi tersebut menunjang peningkatan kemampuan pemahaman
matematis.
Selanjutnya, indikator ketiga memiliki jumlah pernyataan sebanyak empat
buah, yang terdiri dari dua pernyataan positif dan dua pernyataan negatif.
Pemaparan indikator angket kedua ialah sebagai berikut.
Tabel 4.18
Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 2
Indikator: Menunjukkan kesukaan terhadap tantangan soal yang diberikan
No Pernyataan Jenis Respon
SS S TS STS
5. Saya merasa tertantang untuk
menemukan sendiri konsep materi
yang sedang dipelajari.
+ 7 14 7 3
22% 45% 23% 10%
6. Saya senang mencari cara lain dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan.
+ 10 19 1 1
32% 61% 3% 3%
7. Saya merasa jenuh dengan soal-soal
matematika yang diberikan.
- 0 3 18 10
0% 10% 58% 32%
8. Saya tidak tertarik dengan soal-soal
matematika yang diberikan.
- 1 1 18 11
3% 3% 58% 35%
Berdasarkan Tabel 4.18 di atas mengenai indikator menunjukkan kesukaan
terhadap tantangan soal yang diberikan, terlihat pernyataan nomor 5 yang memilih
jawaban SS sebanyak 22%, jawaban S sebanyak 45%, jawaban TS sebanyak 23%,
dan jawaban STS sebanyak 10%. Pilihan jawaban terbanyak untuk pernyataan
nomor 5 ialah jawaban setuju, yang artinya sebagian besar peserta didik di kelas
eksperimen merasa tertantang dengan adanya tantangan soal matematika yang
diberikan kepada mereka.
84
Pada pernyataan nomor 6, yang memilih jawaban SS sebanyak 32%, jawaban
S sebanyak 61%, jawaban TS sebanyak 3%, dan jawaban STS juga sebanyak 3%.
Pilihan jawaban terbanyak untuk penyataan nomor 6 ialah jawaban setuju, yang
artinya sebagian besar peserta didik merasa penasaran untuk mencari cara lain
dalam menemukan jawaban dari soal yang guru berikan. Respon peserta didik
positif terhadap tantangan soal yang diberikan oleh guru.
Pada pernyataan nomor 7, yang memilih jawaban SS sebanyak 0%, jawaban
S sebanyak 10%, jawaban TS sebanyak 58%, dan jawaban STS sebanyak 32%.
Pilihan jawaban terbanyak untuk pernyataan negatif nomor 7 ialah jawaban tidak
setuju, yang artinya pada saat pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan generatif, peserta didik tidak merasakan adanya kebosanan, dan
respon jawaban kedua ialah jawaban sangat tidak setuju, yang mendukung pula
keterangan bahwa memang peserta didik tidak merasa bosan pada saat
pembelajaran.
Pada pernyataan nomor 8, yang memilih jawaban SS sebanyak 3%, jawaban
S sebanyak 3%, jawaban TS sebanyak 58%, dan jawaban STS sebanyak 35%.
Pilihan respon terbanyak untuk pernyataan negatif nomor 8 ialah jawaban tidak
setuju, yang artinya sebagian besar peserta didik tidak setuju dengan pernyataan
ketidak tertarikan terhadap soal-soal matematika yang diberikan. Pilihan jawaban
terbanyak kedua pun ada pada pilihan sangat tidak setuju, sedangkan hanya 35%
dari masing-masing jawaban setuju dan sangat setuju bahwa peserta didik tidak
merasa tertarik terhadap soal-soal yang berikan.
Dengan demikian respon pernyataan untuk indikator menunjukkan kesukaan
terhadap tantangan soal yang diberikan menunjukkan respon yang positif, sebab
sebagian besar peserta didik merasa antusias untuk mencari cara lain dalam
menyelesaikan soal yang diberikan, itu berarti peserta didik merasa tertarik
terhadap soal-soal matematika. Selain itu, sebagaian peserta didik juga tidak
merasa bosan pada saat pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan generatif.
Selanjutnya, indikator ketiga memiliki jumlah pernyataan sebanyak empat
buah, yang terdiri dari dua pernyataan positif dan dua pernyataan negatif.
85
Pemaparan hasil rekapitulasi angket indikator ketiga dipaparkan pada Tabel 4.19
di bawah ini.
Tabel 4.19
Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 3
Indikator: Menunjukkan kesukaan terhadap aktivitas diskusi pada pendekatan
generatif
No Pernyataan Jenis Respon
SS S TS STS
9. Saya menjadi bersemangat ketika
berdiskusi dengan teman-teman satu
kelompok menyelesaikan tantangan dari
guru.
+ 23 5 3 0
74% 16% 10% 0%
10. Saya senang mendengar pendapat dan
jawaban yang diajukan teman saya.
+ 9 16 5 1
29% 52% 16% 3%
11. Bagi saya, pembelajaran matematika tetap
memusingkan meskipun dilakukan secara
berkelompok.
- 4 2 15 10
13% 6% 48% 32%
12. Saya lebih suka secara mandiri daripada
berkelompok.
- 3 9 17 2
10% 29% 55% 6%
Pada pernyataan nomor 9 yang merupakan pernyataan respon positif,
didapatkan hasil persentase untuk jawaban SS sebanyak 74%, jawaban S
sebanyak 16%, jawaban TS sebanyak 10%, dan jawaban STS sebanyak 0%. Hal
tersebut menunjukkan sebagian besar peserta didik menjadi lebih bersemangat
ketika pada saat pembelajaran diterapkan sistem kelompok untuk berdiskusi
mencari jawaban, karena dengan berdiskusi soal-soal yang mereka belum pahami
dapat ditanyakan dengan teman, dan adanya interaksi antar teman itulah yang
menjadikan pembelajaran tidak membosankan.
Pada pernyataan nomor 10 yang merupakan pernyataan respon positif,
didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebanyak 29%, jawaban S sebanyak
52%, jawaban TS sebanyak 16%, dan jawaban STS sebanyak 3%. Hal itu
menunjukkan respon karena sebagian besar peserta didik memilih setuju untuk
penyataan bahwa mereka senang mendengar pendapat yang dikemukakan oleh
teman, artinya mereka mau mendengarkan dan mengerti bahwa dalam diskusi itu
perlu menghargai pendapat dari anggota diskusi lainnya.
Pada pernyataan nomor 11 yang merupakan penyataan respon negatif,
didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebesar 13%, jawaban S sebesar 6%,
86
jawaban TS sebesar 48%, dan jawaban STS sebesar 32%. Artinya sebagian besar
peserta didik menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa pembelajaran
matematika tetap memusingkan meskipun dilakukan secara berkelompok. Dengan
belajar berkelompok, mereka menjadi saling membantu untuk dapat memahami
soal yang diberikan karena di akhir pengerjaan LKS, guru menugaskan mereka
untuk maju mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Pada pernyataan nomor 12 yang merupakan pernyataan respon negatif
didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebesar 10%, jawaban S sebesar 29%,
jawaban TS sebesar 55%, dan jawaban STS sebesar 6%. Sebagian besar peserta
didik menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa lebih menyukai belajar
secara mandiri daripada berkelompok.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa respon pernyataan
untuk indikator ketiga yakni menunjukkan kesukaan terhadap aktivitas diskusi
pada pendekatan generatif memiliki respon yang positif, sebab sebagian besar
peserta didik merasa senang dan lebih memahami materi ajar dengan cara
berdiskusi. Selain itu, ketika berdiskusi, mereka saling memberikan dorongan bagi
sesama anggota kelompoknya untuk memberikan jawaban atau aktif bertanya
terbukti dengan respon pernyataan nomor 10 yang menyatakan bahwa peserta
didik merasa senang saat mendengar teman menyatakan pendapatnya. Mereka
juga lebih menyatakan lebih menyukai belajar berkelompok daripada mandiri,
meskipun masih ada juga sebesar 10% yang menyatakan lebih menyukai belajar
mandiri daripada berkelompok. Namun, untuk pernyataan nomor 11 yakni “Bagi
saya, pembelajaran matematika tetap memusingkan meskipun dilakukan secara
berkelompok” tidak memiliki respon yang positif, karena peserta didik masih
merasakan bahwa matematika itu pelajaran yang memusingkan. Hal itu
dikarenakan memang pada saat pembelajaran, peserta didik banyak diberikan
tantangan soal yang bervariasi mengenai bangun ruang, dan meskipun mereka
berkelompok, mereka juga masih membutuhkan bimbingan guru untuk
menyelesaikan soal LKS.
Indikator selanjutnya ialah indikator pernyataan yang terdiri dari tiga
pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif. Pemaparan hasil rekapitulasinya
dapat dilihat pada Tabel 4.20 pada halaman selanjutnya.
87
Tabel 4.20
Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 4
Indikator: Menunjukkan sikap kooperatif terhadap teman
No Pernyataan Jenis Respon
SS S TS STS
13.
Saya senang membantu teman sekelompok
untuk berani menjelaskan di depan teman-
teman lainnya.
+ 16 14 1 0
52% 45% 3% 0%
14. Saya senang jika saya atau teman
sekelompok saya menjelaskan hasil diskusi
di depan teman-teman lainnya.
+ 14 15 2 0
45% 48% 6% 0%
15. Saya dan teman sekelompok saya
menyelesaikan tantangan dari guru tepat
waktu.
+ 16 9 6 0
52% 29% 19% 0%
16. Saya bosan ketika berdiskusi dengan
teman sekelompok.
- 2 1 19 9
6% 3% 61% 29%
18. Saya tidak suka pusing memikirkan
jawaban, ketika ada teman kelompok saya
yang bisa mengerjakannya.
- 4 7 12 7
13% 22% 39% 22%
19. Hanya saya yang boleh menjelaskan
jawaban di depan teman-teman lainnya.
- 3 3 23 2
10% 10% 74% 6%
Pada pernyataan nomor 13 yang merupakan pernyataan respon positif,
didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebanyak 52%, jawaban S sebanyak
45%, jawaban TS sebanyak 3%, dan jawaban STS sebanyak 0%. Hal tersebut
menunjukkan sebagian besar peserta didik sudah mampu bersikap kooperatif yang
ditunjukkan respon mereka yang sebagian besar sangat setuju untuk membantu
teman sekelompok maju menjelaskan jawaban di depan teman lainnya, sedangkan
hanya 3,7% yang memilih tidak setuju yang berarti hanya beberapa peserta didik
yang sulit bekerjasama dalam kelompok.
Pada pernyataan nomor 14 yang merupakan pernyataan respon positif,
didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebanyak 45%, jawaban S sebanyak
48%, jawaban TS sebanyak 6%, dan jawaban STS sebesar 0%. Sama halnya
dengan pernyataan nomor 13, peserta didik sudah mampu bersikap kooperatif,
meskipun pada awal pertemuan cukup sulit untuk membentuk kelompok belajar di
kelas.
Pada pernyataan nomor 15 yang merupakan pernyataan respon positif,
didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebanyak 52%, jawaban S sebanyak
29%, jawaban TS sebesar 19%, dan jawaban STS sebesar 0%. Pilihan terbanyak
88
jatuh pada penyataan sangat setuju. Hal itu dikarenakan meskipun pembelajaran
dilakukan berkelompok dan peserta didik diberi kesempatan untuk berdiskusi
namun karena cukup banyak soal yang bervariasi mengakibatkan mereka sulit
untuk tepat waktu menyelesaikan tugas.
Pada pernyataan nomor 16 yang merupakan respon negatif, didapatkan hasil
yang memilih jawaban SS sebesar 6%, jawaban S sebesar 3%, jawaban TS
sebesar 61%, dan jawaban gt2STS sebesar 29%. Pilihan terbanyak jatuh kepada
pilihan tidak setuju. Pernyataan tidak setuju tersebut menunjukkan bahwa
sebagian peserta didik tidak merasa bosan ketika sedang berdiskusi, mereka justru
senang belajar dalam kelompok-kelompok kecil.
Pada pernyataan nomor 18 yang merupakan respon negatif, didapatkan hasil
yang memilih jawaban SS sebesar 13%, jawaban S sebesar 22%, jawaban TS
39%, dan jawaban STS sebesar 22%. Hal tersebut menunjukkan sebagian besar
peserta didik memilih tidak setuju untuk pernyataan nomor 18. Artinya pada saat
berdiskusi, semua anggota kelompok memang turut andil dalam penyelesaian soal
dari guru, keikutsertaan peserta didik dalam berpikir menyelesaikan pertanyaan
juga dinilai oleh guru pada lembar observasi peserta didik.
Pada pernyataan nomor 19 yang merupakan respon negatif, didapatkan hasil
yang memilih jawaban SS sebesar 10%, jawaban S sebesar 10% , jawaban TS
sebesar 74%, dan jawaban STS sebesar 6%. Banyaknya pilihan tidak setuju
dikarenakan dalam pembelajaran, guru mengharuskan setiap peserta didik untuk
maju menjelaskan hasil diskusi mereka, paling tidak membantu bila ada anggota
kelompoknya yang kesulitan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa respon pernyataan
untuk indikator keempat yakni menunjukkan sikap kooperatif terhadap teman
sekelompok memiliki respon yang positif, sebab sebagian besar peserta didik
telah menunjukkan sikap kooperatif selama melakukan diskusi di kelas dalam
pembelajaran matematika. Beberapa aktivitas kooperatif tersebut di antaranya
senang membantu teman satu kelompoknya yang belum paham mengenai konsep
materi yang sedang diajarkan, semua peserta didik ikut berpikir dalam
penyelesaian soal dari guru, dan sebagainya. Aktivitas berdiskusi mereka juga
telah diobservasi dalam lembar aktivitas peserta didik.
89
Indikator selanjutnya ialah indikator dengan jumlah pernyataan sebanyak
empat buah, yang terdiri dari dua pernyataan positif dan dua pernyataan negatif.
Pemaparan hasil rekapitulasinya dapat dilihat pada Tabel 4.21 di bawah ini.
Tabel 4.21
Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 5
Indikator: Menunjukkan semangat mengungkapkan ide saat guru sedang
melakukan pengaitan materi
No Pernyataan Jenis Respon
SS S TS STS
17. Saya semangat menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan guru.
+ 18 9 4 0
58% 29% 13% 0%
20. Saya malas menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan guru.
- 1 2 14 14
3% 6% 45% 45%
21. Saya lebih suka materi dijelaskan
langsung oleh guru.
- 12 13 6 0
39% 42% 19% 0%
27. Saya senang ketika harus menemukan
sendiri konsep materi yang sedang
dipelajari.
+ 12 18 1 0
39% 58% 3% 0%
Pada pernyataan nomor 17 yang merupakan pernyataan respon positif,
didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebanyak 58%, jawaban S sebanyak
29%, jawaban TS sebanyak 13%, dan jawaban STS sebanyak 0%. Pilihan respon
sangat setuju yang paling banyak dipilih. Hal tersebut menunjukkan pada saat
pembelajaran, sebagian besar peserta didik semangat dalam mengungkapkan ide
mereka saat guru bertanya dan pilihan kedua yang paling banyak dipilih juga ialah
jawaban setuju yang berarti pada saat pembelajaran peserta didik memang
semangat untuk aktif merespon.
Pada pernyataan nomor 20 yang merupakan respon negatif, diperoleh hasil
bahwa yang memilih jawaban SS sebesar 3%, jawaban S sebesar 6%, jawaban TS
dan jawaban STS sama nilainya yaitu sebesar 45%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar dari mereka senang untuk aktif merespon pertanyaan-pertanyaan
dari guru, sebab pada waktu guru memberikan pertanyaan, guru juga memberikan
sebuah media kepada masing-masing peserta didik untuk menganalisisnya.
Pada pernyataan nomor 21 yang merupakan respon negatif didapatkan hasil
bahwa yang memilih jawaban SS sebesar 39%, jawaban S sebesar 42%, jawaban
TS sebesar 19%, dan jawaban STS sebesar 0%. Ternyata meskipun respon-respon
peserta didik terhadap pembelajaran generatif pada indikator sebelumnya adalah
positif, namun peserta didik masih lebih setuju jika materi pelajaran diberikan
90
langsung oleh guru, hal itu dapat dilihat dengan pernyataan nomor 11 yang ada
pada Tabel 4.16 mengenai kesukaan terhadap aktivitas diskusi. Pada pernyataan
nomor 11 tersebut, peserta didik lebih banyak memilih setuju bahwa pembelajaran
matematika masih memusingkan meskipun dilakukan secara berkelompok.
Pada pernyataan nomor 27 yang merupakan respon positif didapatkan hasil
bahwa yang memilih jawaban SS sebesar 39%, jawaban S sebesar 58%, jawaban
TS sebesar 3%, dan jawaban STS sebesar 0%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
peserta didik ternyata senang ketika mereka dapat menemukan sendiri konsep
materi yang sedang dipelajari.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa respon pernyataan
untuk indikator kelima memiliki respon yang positif, sebab dari hasil pengisian
angket pada indikator kelima menunjukkan sebagian besar peserta didik merasa
semangat ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan guru dan merasa senang ketika
mereka dapat menemukan konsep materi yang akan dipelajari bersama dengan
teman sekelompoknya. Walaupun pada pengisian angket nomor 21 yang berisi
pernyataan “Saya lebih suka materi dijelaskan langsung oleh guru” mempunyai
jawaban respon setuju yang dominan. Indikator selanjutnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.22
Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 6
Indikator: Menunjukkan pemahaman terhadap materi pembelajaran
No Pernyataan Jenis Respon
SS S TS STS
23. Pemberian tantangan soal dan
diskusi kelompok dalam
pembelajaran membuat saya lebih
memahami materi pelajaran.
+ 14 14 2 1
45% 45% 6% 3%
24. Saya sangat paham mengenai
hubungan antara materi yang
terdahulu dengan materi yang
sedang dipelajari.
+ 20 8 3 0
64% 26% 10% 0%
25. Saya tidak dapat menyelesaikan
soal-soal tantangan yang diberikan
guru.
- 1 0 17 13
3% 0% 56% 41%
26. Pembelajaran hari ini membuat
saya pusing
- 1 6 15 9
3% 19% 48% 29%
91
Pernyataan nomor 23, didominasi oleh jawaban SS dan S yang artinya
peserta didik sangat setuju jika adnaya tantangan soal dan pembagian diskusi
kelompok ini dapat lebih membantu mereka memahami konsep materi yang
sedang dipelajari, sedangkan pilihan TS dan STS hanya 6% dan 3%.
Pernyataan nomor 24 memiliki hasil persentase yaitu jawaban SS sebesar
64%, jawaban S sebesar 26%, jawaban TS sebesar 10%, dan jawaban STS sebesar
0%. Persentase tersebut mengartikan bahwa setelah diberikan perlakuan, peserta
didik menjadi sangat memahami hubungan antara konsep materi yang terdahulu
dengan konsep materi yang sedang atau akan mereka dipelajari, oleh karena itu
respon peserta didik pada pernyataan nomor 24 ini didominasi oleh jawaban
sangat setuju.
Pernyataan nomor 25 memiliki hasil persentase yaitu jawaban SS sebesar 3%,
jawaban S sebesar 0%, jawaban TS sebesar 56%, dan jawaban STS sebesar 41%.
Jawaban pernyataan nomor 25 didominasi oleh jawaban peserta didik yang tidak
setuju dengan pernyataan “Saya tidak dapat menyelesaikan soal-soal tantangan
yang diberikan guru”.
Pernyataan nomor 27 memiliki hasil persentase yaitu jawaban SS sebesar 3%,
jawaban S sebesar 19%, jawaban TS sebesar 48%, dan jawaban STS sebesar 29%.
Persentase tersebut menunjukkan bahwa jawaban untuk pernyataan angket nomor
27 lebih dominan pada pilihan jawaban tidak setuju. Artinya, meskipun dalam
pembelajaran peserta didik belum terbiasa dengan pendekatan pembelajaran yang
mengharuskan mereka mengkonstruksi pengetahuan sendiri namun respon peserta
didik pada soal nomor 27 lebih dominan pada jawaban tidak setuju dengan
pernyataan “Pembelajaran hari ini membuat saya pusing”.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa respon pernyataan
untuk indikator keenam yakni menunjukkan pemahaman terhadap materi
pembelajaran memiliki respon yang positif, sebab dengan pembelajaran yang
menekankan kepada student centered, peserta didik dapat lebih memahami konsep
materi yang sedang dipelajari.
Indikator selanjutnya ialah indikator dengan jumlah pernyataan sebanyak dua
buah, yang terdiri dari satu pernyataan positif dan satu pernyataan negatif.
Pemaparan hasil rekapitulasinya dapat dilihat pada halaman selanjutnya.
92
Tabel 4.23
Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 7
Indikator: Menunjukkan kesukaan terhadap suasana pembelajaran di kelas
No Pernyataan Jeni
s
Respon
SS S TS STS
22. Pembelajaran hari ini membuat
saya pusing.
+ 3 4 19 5
10% 13% 61% 16%
28. Pembelajaran hari ini sangat
menyenangkan.
- 17 10 4 0
55% 32% 13% 0%
Pada pernyataan nomor 22, didapatkan hasil bahwa jawaban SS sebesar 10%,
jawaban S sebesar 13%, jawaban TS sebesar 61%, dan jawaban STS sebesar 16%.
Jawaban untuk pernyataan ini lebih dominan pada jawaban tidak setuju, artinya
mereka cukup senang dengan pembelajaran matematika walaupun terdapat
banyak tantangan soal. Hal ini sejalan dengan pernyataan nomor 28 dengan
persentase jawaban SS sebesar 55%, jawaban S sebesar 32%, jawaban TS sebesar
13%, dan jawaban STS sebesar 0%, yang artinya peserta didik memilih sangat
setuju bahwa pembelajaran pada saat dilakukan penelitian sangat menyenangkan.
Berdasarkan pemaparan hasil angket di atas dari indikator 1-7 kemudian
didapatkan hasil rata-rata persentase sebesar 59% yang memiliki respon positif
terhadap pembelajaran dengan pendekatan generatif.
C. Pembahasan
1. Kemampuan Pemahaman Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang dilakukan secara kuantitatif,
didapatkan hasil bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan generatif
pada materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis peserta didik. Peningkatan tersebut diperoleh
dari hasil pengolahan pretes dan postes kelas eksperimen yang dilakukan melalui
uji non-parametrik Wilcoxon dengan bantuan SPSS 16,0 for windows.
Hasil uji non-parametrik Wilcoxon yang dilakukan didapatkan P-value (Sig.1-
tailed) < 0,05 yang artinya H0 ditolak, sehingga terdapat pengaruh pendekatan
generatif terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis secara
93
signifikan. Adapun peningkatannya terlihat dari rata-rata nilai pretes sebesar 23
dan rata-rata nilai postes sebesar 73, sehingga diperoleh selisih 50.
Pendekatan generatif ialah salahsatu pendekatan yang berpusat kepada
peserta didik yang mementingkan adanya kebermaknaan belajar dengan cara
pengkonstruksian materi pelajaran secara mandiri oleh peserta didik. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Ausubel (dalam Suwangsih & Tiurlina, 2010) yang
mengemukakan pentingnya belajar menemukan daripada belajar menerima.
Belajar menemukan akan membuat pembelajaran menjadi bermakna karena
konsep materi yang dipelajari ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh peserta
didik. Begitu pula dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan generatif,
peserta didik dibimbing untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang akan
dipelajari dengan mengaitkan konsep antar materi. Respon peserta didik terhadap
pengkonstruksian materi pembelajaran secara mandiri pun sangat bagus, yaitu
mencapai 38% untuk jawaban sangat setuju dan 58% untuk jawaban setuju.
Adanya pengkonstruksian materi pelajaran dalam pendekatan generatif
merupakan salahsatu kelebihan yang dimiliki dalam pendekatan ini karena dengan
pengkonstruksian tersebut menjadikannya pembelajaran yang efektif. Hal ini
sejalan dengan pendapat Eugen dan Kauchak (dalam Yulianus, 2013) bahwa
pembelajaran akan efektif jika peserta didik secara aktif dilibatkan dalam
pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan). Sejalan dengan itu,
menurut Bruner (dalam Amelia, 2010, hlm. 36) „Dalam teori konstruksi cara
berpikir terbaik bagi seorang anak untuk belajar konsep dan prinsip adalah dengan
mengkonstruksikan konsep dan prinsip itu‟.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan generatif dalam penelitian
ini disesuaikan dengan Teori Van Hiele. Hal tersebut karena materi pembelajaran
yang diajarkan ialah geometri bangun ruang, dan Teori Van Hiele ialah teori
belajar yang menguraikan tahapan perkembangan mental peserta didik dalam
mempelajari geometri.
Adapun menurut Van Hiele (dalam Pitajeng, 2006), terdapat lima tahapan
belajar peserta didik dalam mempelajari geometri, yaitu tahap pengenalan, tahap
analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi, dan tahap akurasi. Tahapan-tahapan
tersebut digunakan dalam pembelajaran. Namun, tahap akurasi tidak ada dalam
94
pembelajaran karena cukup sulit bagi peserta didik untuk mempelajari pentingnya
ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian.
Deskripsi tahap-tahap belajar teori Van Hiele yang ada dalam langkah-
langkah pembelajaran generatif penelitian dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 2.24
Langkah Pendekatan Generatif yang Mengacu pada Teori Van Hiele
Tahapan
Van Hiele
Deskripsi Pembelajaran Tahapan
Generatif
Deskripsi Pembelajaran
Tahap
Pengenalan
Tahap ini ketika peserta didik
mengenal bentuk-bentuk
bangun ruang
Tahap
Orientasi
Peserta didik diingatkan kembali
mengenai bentuk bangun ruang,
kemudian guru menunjukkan
bentuk bangun kubus dan balok.
Tahap
Analisis
Tahap ini ketika peserta didik
menganalisis sifat-sifat yang
ada dalam bangun kubus dan
balok melalui sebuah media
Tahap
Pengungka
pan Ide
Melalui media berbentuk kubus
dan balok, peserta didik
menganalisis sifat-sifat bangun
ruang dengan mengaitkannya
dengan konsep bangun datar
sebagai bangun pembentuk
bangun ruang.
Tahap
Tantangan
dan
Restrukturi
sasi
Pada tahap ini, peserta didik
masih ditugaskan untuk
menganalisis sifat-sifat bangun
ruang untuk menyelesaikan
tantangan.
Tahap
Pengurutan
Pada tahap ini peserta didik
telah dapat mengklasifikasi
dan penggeneralisasian
melalui sifat-sifat, sudah
mengenal bentuk-bentuk
geometri, memahami sifat-
sifatnya, dan juga sudah
mampu untuk mengurutkan
bentuk-bentuk geometri yang
satu sama lain saling
berhubungan.
Tahap
Penerapan
Peserta didik diberikan LKS yang
berisi beragam soal yang dapat
melatih tahap pengurutan.
Tahap
Deduksi
Dalam tahap ini peserta didik
sudah dapat menarik
kesimpulan secara deduktif. Ia
telah mengerti unsur tak
terdefinisi memiliki peranan
yang penting di samping unsur
yang terdefinisikan
Tahap
Generalisa
si
Pada akhir pembelajaran, peserta
didik dibimbing untuk
menyimpulkan bahwa bangun
ruang terbentuk dari bangun datar
dan memiliki sifat-sifat yang
terdiri dari rusuk berupa garis, sisi
berupa bidang datar, dan titik
sudut.
Adanya media pembelajaran dalam penelitian ini digunakan karena
pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental peserta
didik. Tingkat perkembangan mental peserta didik menurut Teori Belajar Jean
Piaget masuk ke dalam tahap operasional konkret dan menurut Teori Belajar
Bruner, peserta didik masuk ke dalam tahap enaktif. Kedua teori ini berpendapat
95
bahwa usia peserta didik dalam pembelajaran masih memerlukan benda-benda
konkret untuk menunjuang pencapaian pemahaman matematis. Merujuk dari
kedua pendapat di atas, Maulana (2011, hlm. 73) mengatakan “Selama tahap ini
(tahap operasional konkret) anak mengembangkan konsep dengan menggunakan
benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan dan model-model ide abstrak”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai pentingnya benda konkret untuk
peserta didik usia SD, melandasi pembelajaran dalam pendekatan ini dengan
menggunakan media konkret yakni bentukan kubus dan balok satuan yang terbuat
dari kertas karton. Media tersebut diberikan kepada masing-masing peserta didik
yang digunakan untuk pembelajaran menganalisis sifat-sifat yang ada pada kubus
dan balok. Meskipun pembelajaran dilakukan dengan berkelompok, namun pada
waktu menganalisis sifat-sifat kubus dan balok dilakukan secara mandiri dengan
bimbingan guru.
Pembelajaran konvensional ekspositori juga dapat meningkatkan pemahaman
peserta didik secara signifikan. Peningkatan pemahaman tersebut diketahui
berdasarkan hasil pengolahan data pretes dan postes kelas kontrol yang dilakukan
melalui uji t-tak bebas atau uji paired samples correlations dengan bantuan
Software SPSS 16,0 for windows dan didapatkan hasil bahwa P-value (Sig.) 1-
tailed kurang dari 0,05 yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti
terdapat pengaruh pendekatan konvensional ekspositori terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman matematis secara signifikan. Peningkatannya terlihat
dari rata-rata nilai pretes sebesar 17 dan rata-rata nilai postes sebesar 52, sehingga
diperoleh selisih 35.
Peningkatan pemahaman peserta didik terjadi karena pembelajaran yang
dilakukan di kelas kontrol dilakukan dengan maksimal sehingga peserta didik
dapat mencapai kemampuan pemahaman matematis yang diharapkan pada materi
bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya. Pemberian perlakuan yang
maksimal di kelas kontrol dapat terlihat dari pemberian latihan-latihan soal yang
beragam yang mengajak peserta didik melatih kemampuan pemahaman
matematis. Pemberian media pada kelas eksperimen juga diberikan di kelas
kontrol.
96
Kedua pembelajaran matematika yang diterapkan di kelas kontrol dan
eksperimen sesuai dengan karakteristik pembelajaran matematika menurut
Suwangsih dan Tiurlina (2006) yakni, menggunakan metode spiral, secara
bertahap, menggunakan metode induktif, menganut kebenaran konsistensi, dan
bermakna. Materi geometri bangun ruang yang diajarkan di kedua kelas dikaitkan
dengan geometri bidang datar serta dibantu dengan media pembelajaran, hal ini
sejalan dengan karakteristik pembelajaran dengan metode spiral dan dilakukan
secara bertahap. Pada saat pembelajaran, guru bertanya jawab mengenai sifat-sifat
kubus dan balok, barulah menunjukkan benda-benda yang berbentuk kubus dan
balok sehingga peserta didik dapat mengelompokkan bangun kubus dan balok, hal
tersebut sejalan dengan karakteristik pembelajaran matematika secara induktif.
Adanya pengaitan antara konsep geometri bangun ruang dengan bangun datar
dalam pembelajaran menjadikannya pembelajaran bermakna
Hasil yang diperoleh di kedua kelas menunjukkan bahwa baik pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan generatif maupun pendekatan konvensional
ekspositori dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis peserta didik
pada materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya. Hal ini dapat dilihat
dari nilai rata-rata N-gain pada kedua kelompok. Rata-rata nilai N-gain untuk
kelompok eksperimen adalah 0,6, sedangkan rata-rata nilai N-gain untuk
kelompok kontrol sebesar 0,4. Keduanya masuk kategori sedang. Setelah nilai N-
gain didapat kemudian dianalisis dengan uji statistik, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol.
Pada penelitian ini, kemampuan awal peserta didik sudah berbeda. Namun
keduanya masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata pretes kelas
eksperimen dan kontrol sebesar 23 dan 17. Rendahnya rata-rata yang diperoleh
dari masing-masing kelas tersebut terjadi karena soal pretes yang diberikan
kepada mereka memerlukan pemahaman lebih untuk dapat menyelesaikannya.
Materi yang ada dalam soal pretes ialah bangun ruang sederhana dan jaring-
jaringnya. Materi bangun ruang sebelumnya sudah ada di kelas 1 dan kemudian
diulang sampai kelas 3, sebenarnya pemahaman mereka akan sifat-sifat bangun
ruang telah sebelumnya didapatkan, namun karena selama ini pembelajaran yang
97
mereka dapat kurang melatih kemampuan pemahaman matematis, mereka
menjadi lupa dan tidak dapat menjawab soal-soal pretes. Selain itu pula, soal
pretes yang diberikan mengukur kemampuan pemahaman matematis yang
merupakan salahsatu kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Berdasarkan analisis data pretes, jenis kemampuan pemahaman matematis
yang dominan yaitu jenis pemahaman komputasional dengan indikator
menganalisis objek-objek untuk sifat-sifat tertentu yang mencapai rata-rata
persentase sebesar 36% dengan persentase kelas eksperimen mencapai 45% dan
kelas kontrol mencapai 28%.
Jenis pemahaman komputasional dengan indikator mengklasifikasi objek-
objek berdasarkan sifat-sifat tertentu mencapai rata-rata persentase 14% dengan
persentase kelas eksperimen mencapai 25% dan kelas kontrol mencapai 24%,
sedangkan untuk jenis pemahaman fungsional baru mencapai 10% dengan
persentase kelas eksperimen mencapai 12% dan kelas kontrol mencapai 7%.
Setelah data hasil pretes diolah, untuk meningkatkan kedua jenis pemahaman
tersebut, maka dilakukan penelitian dengan tiga kali pertemuan pembelajaran
pada masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen
dilakukan pembelajaran dengan pendekatan generatif, sedangkan di kelas kontrol
dilakukan pembelajaran dengan pendekatan konvensional ekspositori.
Selanjutnya, setelah dilakukan penelitian kedua kelas diberikan lembar postes
pada pembelajaran terakhir untuk mengetahui peningkatan kemampuan
pemahaman matematisnya.
Berdasarkan analisis data hasil postes, pada jenis pemahaman komputasional
dengan indikator menganalisis objek-objek untuk sifat-sifat mencapai rata-rata
persentase sebesar 82%, artinya terjadi peningkatan rata-rata di kedua kelas
sebesar 46% dari saat pretes. Adapun rata-rata persentase di kelas eksperimen dan
kontrolnya sebesar 95% dan 70%.
Indikator mengklasifikasi objek-objek berdasarkan sifat-sifat tertentu
mencapai rata-rata persentase sebesar 72%, artinya terjadi peningkatan sebesar
58% dari saat pretes. Adapun rata-rata persentase di kelas eksperimen dan
kontrolnya sebesar 79% dan 65%.
98
Adapun dari pemahaman fungsional dengan indikator menghubungkan satu
konsep dengan konsep lainnya mencapai rata-rata persentase sebesar 51% di kelas
eksperimen dan kontrol, artinya terjadi peningkatan rata-rata persentase sebesar
41% dari saat pretes dengan rata-rata persentase di kelas eksperimen dan
kontrolnya ialah 65% dan 38%.
Peningkatan pemahaman matematis peserta didik pada kelas eksperimen dan
kontrol mengalami perbedaan disebabkan adanya perlakuan yang berbeda. Di
dalam perlakuan yang dilakukan oleh guru terdapat faktor-faktor yang
memperngaruhi hasil peningkatan pemahaman matematis peserta didik. Faktor-
faktor yang mempengaruhi di antaranya ialah pemberian perlakuan yang berbeda
dan bimbingan yang diberikan saat pembelajaran.
2. Respon Peserta Didik terhadap Pembelajaran yang menggunakan
Pendekatan Generatif
Selain berdasarkan pengolahan dan analisis data secara kuantitatif, dilihat
juga hasil dari pengolahan data secara kualitatif yang berkaitan dengan respon
peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan tahapan pendekatan
generatif yang didapatkan dari pengisian angket. Secara keseluruhan respon
peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan generatif
adalah positif dengan hasil rata-rata persentase sebesar 59%. Peserta didik merasa
senang karena proses pembelajaran yang dilakukan dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif.
Suasana yang menyenangkan tersebut terjadi karena adanya pengelompokkan
pada saat pengerjaan LKS. Selain itu, adanya media yang diberikan kepada setiap
orangnya menjadikan peserta didik dapat mencapai kemampuan pemahaman
matematis pada bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya. Respon positif
tersebut menunjukkan adanya aktivitas positif peserta didik yang memiliki andil
dalam peningkatan pemahaman terhadap materi bangun ruang sederhana dan
jaring-jaringnya.
Berdasarkan hasil analisis angket, diperoleh hasil persentase yang paling
tinggi untuk pernyataan Sangat Setuju (SS) dan Setuju (S) ialah penyataan nomor
9 pada indikator 3. Pernyataannya yakni “Saya menjadi bersemangat ketika
berdiskusi dengan teman-teman satu kelompok menyelesaikan tantangan dari
99
guru”. Adapun persentase SS untuk pernyataan ini ialah 74% dan S untuk
penyataan ini ialah 16%. Besarnya hasil persentase pada pernyataan nomor 9,
membuktikan bahwa pendapat menurut Slavin (Yulianus, 2013) yakni dalam
proses pembelajaran peserta didik akan lebih mudah dalam memahami konsep-
konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikannya bersama dengan
teman-temannya. Ketika peserta didik dalam kelompoknya dapat saling
membantu untuk mencapai pemahaman, maka dapat menimbulkan perasaan
semangat selama proses diskusi berlangsung.
Selain itu, perolehan persentase terbesar lainnya ialah pada penyataan nomor
6 yakni “Saya senang mencari cara lain dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan”. Adapun persentase SS untuk pernyataan ini ialah 32% dan persentase
S nya sebesar 61%. Semangat untuk mencari cara lain dalam menyelesaikan tugas
merupakan salahsatu semangat peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan.
Hasil yang sama besarnya juga ada dalam respon penyataan nomor 16 pada Tabel
4.18 yakni untuk pernyataan “Saya semangat menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan guru”, persentase yang diperoleh sebesar 58% untuk respon “SS”.
Respon positif selajutnya ialah pada penyataan nomor 27 yang berbunyi “Saya
senang ketika harus menemukan sendiri konsep materi yang sedang dipelajari”
dengan peroleh persentase sebesar 58% untuk respon “S”. Perolehan Respon-
respon positif tersebut sejalan dengan pendapat Imam (dalam Dika, 2013)
mengenai kelebihan pembelajaran generatif antara lain (1) memberikan peluang
kepada peserta didik untuk belajar secara kooperatif, (2) merangsang rasa ingin
tahu peserta didik, (3) meningkatkan keterampilan proses, (4) meningkatkan
aktivitas belajar peserta didik, di antaranya dengan bertukar pikiran dengan
peserta didik lainnya, menjawab pertanyaan dari guru melalui tahap
pengungkapan ide, berani tampil untuk mempresentasikan hasil pengerjaannya
bersama dengan teman sekelompok.
Ciri khas dari pendekatan generatif yaitu adanya tahap pengungkapan ide dan
tahap tantangan dan restrukturisasi juga mendapatkan respon positif dari peserta
didik. Hal itu diperoleh dari respon angket pada pernyataan nomor 23 dan 24
yaitu “Saya sangat paham mengenai hubungan antara materi yang terdahulu
dengan materi yang sedang dipelajari” dan “Pemberian tantangan soal dan diskusi
100
kelompok dalam pembelajaran membuat saya lebih memahami materi pelajaran”.
Masing-masing mendapatkan persentase jawaban “SS” sebesar 45% dan 64%.
Sikap kooperatif yang ditunjukkan oleh peserta didik juga tercermin dari
respon yang didapatkan pada angket dengan pernyataan nomor 13 yakni “Saya
senang membantu teman sekelompok untuk berani menjelaskan di depan teman-
teman lainnya” dengan persentase jawaban “SS” sebesar 52%.
Dari penjabaran di atas mengenai hasil angket diketahui bahwa pendekatan
generatif dan pembelajaran matematika memiliki sebagian besar respon positif.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pendekatan generatif yang digunakan dalam
pembelajaran matematika dapat diterima oleh peserta didik. Jadi, pendekatan
generatif dapat dijadikan salahsatu alternatif pendekatan yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran matematika.
3. Deskripsi Pembelajaran di Kelas Kontrol dan di Kelas Eksperimen
Keberhasilan suatu pembelajaran salahsatunya ditentukan melalui kinerja
guru dalam hal perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi. Kinerja guru
dalam penelitian ini dinilai melalui format observasi yang dilakukan pada saat
pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen maupun kontrol. Setelah
melakukan penelitian di kelas eksperimen dan kontrol didapatkan hasil persentase
di bawah ini.
Tabel 4.25
Persentase Hasil Observasi Kinerja Guru
Kelompok Presentase pertemuan ke-
Rata-rata Interpretasi 1 2 3
Eksperimen 83% 88% 90% 87% Baik Sekali
Kontrol 88% 88% 90% 89% Baik Sekali
Tabel 4.28 menunjukkan bahwa rata-rata persentase kinerja guru kelas
eksperimen lebih kecil daripada kinerja guru kelas kontrol. Hal ini terjadi karena
karakteristik peserta didik kelas eksperimen yang lebih sulit terkontrol daripada
kelas kontrol. Selain itu, dalam keseharian biasanya guru di sekolah kelas
eksperimen selalu menggunakan pendekatan konvensional alhasil pada saat
mengajar penelitian dengan menggunakan pendekatan student centered, guru
sedikit kewalahan dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan. Faktor
lingkungan juga mempengaruhi, karena kelas eksperimen yang guru gunakan
101
merupakan kelas IV yang masuk pada siang hari, dan antara satu kelas dengan
kelas lainnya sangat dekat, maka keributan kelas di sebelah pun akan sangat
terdengar di kelas eksperimen yang guru ajar. Namun pada dasarnya baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol, sama-sama antusias dengan pembelajaran. Hal
itu terlihat pada saat guru melakukan tahap orientasi di kelas eksperimen dan
tahap penyajian materi di kelas kontrol, peserta didik di kedua kelas antusias
untuk mengungkapan ide mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan guru seputar
pembelajaran.
Pada kedua kelas tersebut, terjadi peningkatan kemampuan pemahaman
matematis peserta didik. Kondisi tersebut terjadi karena persentase kinerja guru
pada kedua kelas sudah menunjukkan kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan
bahwa kinerja guru dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan peserta
didiknya dalam belajar.
Setelah, kinerja guru dihitung dan diolah. Aktivitas peserta didik selama
pembelajaran berlangsung juga diamati oleh observer. Observasi aktivitas peserta
didik digunakan untuk mengetahui respon yang muncul secara spontan pada saat
pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol. Adapun aspek yang diamati pada
format observasi peserta didik ialah aspek motivasi, partisipasi dan kerjasama.
Rekapitulasi hasil observasi aktivitas peserta didik selama pembelajaran
berlangsung dari pembelajaran pertama hingga pembelajaran ketiga ialah sebagai
berikut.
Tabel 4.26
Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik
Kelompok Persentase pertemuan ke-
Rata-rata Interpretasi 1 2 3
Eksperimen 57% 76% 87% 73% Tinggi
Kontrol 62% 75% 80% 72% Tinggi
Berdasarkan Tabel 4.13, aktivitas peserta didik di kelas eksperimen dan
kontrol pada pertemuan pertama dinilai sudah cukup baik. Pada pertemuan kedua
dan ketiga semakin meningkat baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Adanya peningkatan terjadi karena beberapa faktor, di antaranya pada pertemuan
pertama peserta didik masih belum dekat dengan guru, peserta didik berada pada
tahap pengenalan akan langkah-langkah pembelajaran yang tidak seperti biasanya,
102
masih tidak terbiasa juga untuk belajar berkelompok. Pada saat pembagian
kelompok pun baik di kelas kontrol maupun eksperimen, peserta didik masih ada
yang bekerja sendiri dan bahkan tidak mau duduk berkelompok. Namun, pada
pertemuan-pertemuan selanjutnya, baik di kelas eksperimen maupun kontrol
mulai terbiasa untuk melakukan kerjasama dalam kelompok. Bahkan pada kelas
eksperimen, ketika guru meminta peserta didik untuk duduk berkelompok, mereka
langsung membentuk kelompok yang sudah dibagi pada pembelajaran
sebelumnya. Peserta didik juga sudah mulai terbiasa dengan langkah
pembelajaran yang berbeda. Pada hari ketiga, peningkatan aktivitas peserta didik
semakin meningkat di kedua kelas.
a. Deskripsi Pembelajaran di Kelas Kontrol
Sama seperti pembelajaran di kelas eksperimen, pembelajaran di kelas
kontrol dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pembelajaran pertama
dilaksanakan pada tanggal 23 April 2015 mengenai sifat-sifat bangun kubus dan
balok. Namun sebelum pembelajaran hari pertama, guru terlebih dahulu sudah
menugaskan peserta didik untuk membawa kardus yang mereka punya di rumah.
Kardus tersebut akan digunakan sebagai media untuk pembelajaran balok.
Pada pertemuan pertama, kegiatan diawali dengan guru mengondisikan
peserta didik untuk siap belajar, mengadakan apersepsi dengan melakukan tanya
jawab mengenai perbedaan bangun datar dengan bangun ruang. Setelah itu, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan inti dimulai dengan guru membagikan masing-masing peserta didik
sebuah kubus satuan, kemudian guru menjelaskan sifat-sifat kubus dan balok yang
akan dipelajari yaitu sisi, rusuk, dan titik sudut. Selanjutnya, bersama-sama
dengan peserta didik menghitung jumlah sisi, rusuk, dan titik sudut.
Guru menggambarkan bentuk kubus dan balok di papan tulis dan menuliskan
secara detail materi yang sedang dipelajari, kemudian peserta didik ditugaskan
untuk mengisi latihan soal. Guru membolehkan peserta didik bekerjasama dengan
teman sebangku mereka.
Selama pengerjaan LKS, guru berkeliling untuk memantau dan membimbing
apabila ada peserta didik yang mengalami kesulitan. Pengerjaan LKS tidak begitu
berjalan lancar, karena ada peserta didik yang tidak mau bekerjasama, ada pula
103
yang ternyata tidak memiliki teman yang mau satu kelompok dengannya, ada
yang malas-malasan, namun ada pula yang patuh mengerjakan.
Selanjutnya, guru membahas latihan soal tersebut. Meskipun jawaban-
jawaban peserta didik tidak ada yang seluruhnya benar, namun mereka sudah
mengetahui letak rusuk, sisi, dan titik sudut beserta jumlahnya yang terdapat pada
kubus dan balok. Pada kegiatan akhir, guru membimbing peserta didik untuk
menyimpulkan pembelajaran dan meminta peserta didik untuk membawa kembali
media kubus satuan yang akan dipakai pada pembelajaran kedua.
Pada tanggal 24 April 2015, dilakukan pembelajaran kedua di kelas kontrol
mengenai jaring-jaring kubus. Pertemuan pertama, kegiatan dimulai dengan guru
mengondisikan peserta didik untuk siap belajar, mengadakan apersepsi dengan
melakukan tanya jawab kembali mengenai sifat-sifat bangun kubus dan bertanya
bangun datar pembentuk kubus. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Pada kegiatan inti, peserta didik diminta untuk mengeluarkan media kubus
satuan yang pertemuan sebelumnya sudah guru berikan. Guru membimbing
peserta didik untuk memberikan nama pada masing-masing titik sudut pada media
kubus. Setelahnya, guru memfokuskan peserta didik untuk memperhatikan guru
yang akan mendemonstrasikan cara memotong kubus. Pemberian nama pada titik-
titik sudut di kubus beserta dengan memotong kubus menjadi jaring-jaring,
bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam pengisian latihan soal yang
akan diberikan oleh guru.
Guru memastikan seluruh peserta didik mengerti dengan penjelasan materi.
Setelahnya, masing-masing peserta didik dibagikan latihan soal. Peserta didik
dapat bekerjasama dengan teman sebangku mereka.
Selama pengerjaan latihan soal, guru memantau dengan cara berkeliling. Ada
peserta didik yang tetap tidak mau membantu temannya yang tidak bisa. Ada pula
peserta didik yang dapat langsung mengerti maksud soal yang ada di latihan yang
tergolong sulit, tapi tak sedikit pula yang tidak mengerti maksud dari salahsatu
soal yang ada di lembar latihan.
Setelah waktu pengerjaan soal selesai, maka guru membahas jawaban latihan
soal tersebut. Pada kegiatan akhir, guru membimbing peserta didik untuk
104
menyimpulkan pembelajaran dan meminta peserta didik untuk membawa kardus
balok yang pada saat pembelajaran pertama dibawa untuk dibawa kembali pada
pembelajaran ketiga.
Pada tanggal 25 April 2015, dilaksanakan pembelajaran ketiga di kelas
kontrol dengan materi jaring-jaring balok. Sama dengan pembelajaran
sebelumnya, kegiatan dimulai dengan guru mengondisikan peserta didik untuk
siap belajar, mengadakan apersepsi dengan melakukan tanya jawab kembali
mengenai sifat-sifat bangun balok dan bertanya bangun datar pembentuk balok.
Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti, peserta didik diminta untuk mengeluarkan media balok
satuan yang pertemuan sebelumnya sudah guru tugaskan. Sama hal nya dengan
pertemuan sebelumnya, guru membimbing peserta didik untuk memberikan nama
pada masing-masing titik sudut pada media balok. Setelahnya, guru memfokuskan
peserta didik untuk memperhatikan guru yang akan mendemonstrasikan cara
memotong balok. Pada pembelajaran ketiga ini, peserta didik sudah banyak yang
tidak kebingungan dalam penamaan dan pemotongan balok.
Guru memastikan seluruh peserta didik mengerti dengan penjelasan materi.
Setelahnya, masing-masing peserta didik dibagikan latihan soal. Peserta didik
dapat bekerjasama dengan teman sebangku mereka. Selama pengerjaan latihan
soal, guru berkeliling untuk membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan.
Peserta didik yang tadinya tidak mau pun, pada pembelajaran ketiga sudah mau
bekerjasama karena pada materi balok, materinya cukup sulit. Setelah waktu
pengerjaan soal selesai, maka guru membahas jawaban latihan soal tersebut. Pada
kegiatan akhir, guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan
pembelajaran.
b. Deskripsi Pembelajaran di Kelas Eksperimen
Pembelajaran di kelas eksperimen dilaksanakan pertama kali pada tanggal 11
Mei 2015. Pada pertemuan pertama, materi yang diajarkan yaitu sifat-sifat bangun
kubus dan balok. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengkondisikan
peserta didik agar siap belajar. Selanjutnya guru melakukan apersepsi melalui
tanya jawab mengenai perbedaan kardus mie dengan lantai keramik. Barulah
kemudian, guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
105
Pada kegiatan inti, peserta didik diperlihatkan slide powerpoint untuk
memasuki tahap pengungkapan ide. Fungsi dari slide powerpoint ialah untuk
menampilkan benda yang berbentuk persegi dan benda yang memiliki sebuah
ruangan. Gambar-gambar tersebut digunakan guru untuk merangsang peserta
didik agar mereka dapat berpikir perbedaan antara bangun datar dengan bangun
ruang, kemudian guru membagikan kubus dan balok satuan kepada masing-
masing peserta didik, lalu setelahnya guru dan peserta didik melakukan tanya
jawab mengenai sifat-sifat bangun kubus dan balok dengan mengaitkan konsep
materi bangun ruang dengan sifat-sifat bangun datar penyusunnya. Hal tersebut,
bertujuan agar peserta didik lah yang mengkonstruksi pengetahuannya mengenai
sifat-sifat bangun ruang melalui penayangan slide powerpoint dan media kubus
serta balok yang telah diberikan.
Pada saat menjelaskan mengenai sisi, guru mengatakan bahwa sisi merupakan
batas suatu bangun, sehingga begitu guru bertanya letak sisi suatu persegi, mereka
menunjuk sisi dari persegi itu ialah garis yang membentuk persegi. Begitu pula
saat guru bertanya letak sisi bangun kubus, mereka tetap menjawab bahwa sisi
kubus ialah garis yang membentuk kubus. Namun ada tiga peserta didik yang
sampai maju untuk menunjuk bahwa sisi atau batas yang membentuk bangun
kubus ialah bangun datar pembentuknya dan bukanlah garis.
Selanjutnya, guru membagi peserta didik dalam 6 kelompok dengan masing-
masing anggota kelompok berjumlah 5 orang. Masing-masing kelompok
dibagikan LKS yang di dalamnya berisi sebuah tantangan. Selama peserta didik
mengerjakan LKS, guru berkeliling memantau peserta didik dengan sesekali
memberikan pertanyaan pancingan.
Selama diskusi berlangsung, tidak semua peserta didik mau bekerjasama
dengan kelompoknya. Jawaban-jawaban peserta didik bervariasi, ketika diberikan
pertanyaan mengenai panjang rusuk yang sama di balok, ada peserta didik yang
mengukur satu persatu rusuk tersebut dan menuliskan jawaban mereka lengkap
beserta ukurannya. Ada pula yang langsung dapat menebak panjang rusuk yang
sama. Begitu pengerjaan LKS selesai, tiap kelompok maju untuk menyajikan
jawaban LKS mereka.
106
Guru juga mengomentari jawaban-jawaban peserta didik yang telah
dikemukakan sehingga peserta didik dapat mengetahui letak kekeliruan mereka.
Pada kegiatan akhir, peserta didik dibimbing untuk menyimpulkan materi dan
hasil diskusi yang telah dilaksanakan.
Pada tanggal 12 Mei 2015, dilaksanakan pembelajaran kedua di kelas
eksperimen mengenai jaring-jaring kubus. Kegiatan awal pada pembelajaran
kedua ini hampir sama dengan pembelajaran pertama yaitu mengkondisikan
peserta didik, memberikan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Apersepsi yang dilakukan guru ialah melakukan tanya jawab kembali dengan
peserta didik mengenai sifat-sifat kubus yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya. Hal ini agar peserta didik tidak lupa. Selain itu, peserta didik juga
diberikan pertanyaan “bagaimanakah susunan persegi yang membentuk kubus jika
sisi-sisi bangun kubus dibuka?”. Baru setelahnya, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Kegiatan inti dimulai dengan meminta peserta didik berkumpul lagi bersama
dengan kelompoknya yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Guru
juga meminta peserta didik untuk mengeluarkan media kubus yang sudah
diberikan juga pada mereka di pertemuan sebelumnya. Tiap kelompok dibagikan
LKS yang berisi tantangan.
Tantangan yang diberikan pada pembelajaran kedua ialah masing-masing
kelompok harus mendapatkan 4 bentuk jaring-jaring kubus yang berbeda. Akan
tetapi, sebelum peserta didik ditugaskan untuk membuka kubus satuan tersebut,
terlebih dahulu mereka diminta untuk memperkirakan susunan persegi yang akan
terbentuk ketika kubus dibuka. Barulah setelahnya, guru mendemonstrasikan cara
memotong kubus untuk mendapatkan jaring-jaringnya.
Temuan yang menarik pada pembelajaran kedua ialah pada saat tiap anggota
kelompok ada yang memotong dengan cara yang sama dan mendapatkan jaring-
jaring kubus dengan susunan persegi yang sama, mereka akan langsung
mengatakan bahwa mereka tidak dapat menemukan 4 bentuk jaring-jaring
berbeda. Menanggapi hal tersebut, guru memberikan pertanyaan pancingan.
Ketika sudah selesai mengerjakan LKS, masing-masing kelompok maju
untuk menyajikan jawaban LKS mereka. Pada akhir pembelajaran, guru
107
membimbing peserta didik untuk menyimpulkan pembelajaran dan memberikan
pekerjaan rumah (PR) untuk mereka.
Tanggal 13 Mei 2015, dilakukan pembelajaran ketiga di kelas eksperimen
mengenai jaring-jaring balok. Kegiatan awal pada pembelajaran ketiga ini hampir
sama dengan pembelajaran kedua yaitu mengkondisikan peserta didik,
memberikan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Namun sebelum
pelaksanaan apersepsi, terlebih dahulu membahas PR yang sudah diberikan pada
pertemuan sebelumnya. Barulah setelahnya, guru melakukan apersepsi dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan inti dimulai dengan meminta peserta didik berkumpul lagi bersama
dengan kelompoknya yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Guru
juga meminta peserta didik untuk mengeluarkan media balok yang sudah mereka
bawa di pertemuan sebelumnya. Tiap kelompok dibagikan LKS yang berisi
tantangan.
Sama halnya dengan pertemuan kedua, tantangan yang diberikan pada
pembelajaran ketiga ialah masing-masing kelompok harus mendapatkan 4 bentuk
jaring-jaring balok yang berbeda. Akan tetapi, sebelum peserta didik ditugaskan
untuk membuka balok satuan tersebut, terlebih dahulu mereka diminta untuk
memperkirakan susunan persegipanjang dan atau persegi yang akan terbentuk
ketika balok dibuka.
Pada pembelajaran ketiga ini, peserta didik sudah mengerti cara
memperkirakan bentuk jaring-jaring balok. Mereka juga sudah mengetahui untuk
mendapatkan bentuk jaring-jaring balok lainnya bisa dengan memutar potongan
jaring-jaring balok. Jadi mereka tidak begitu banyak bertanya. Ketika sudah
selesai mengerjakan LKS, masing-masing kelompok maju untuk menyajikan
jawaban LKS mereka. Pada akhir pembelajaran, guru membimbing peserta didik
untuk menyimpulkan pembelajaran.