Upload
lydung
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB IV
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM MORAL ISLAM
A. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan
Wonocolo Surabaya
1. Guru PAI lebih terkonsentrasi persoalan teoritis keilmuan yang bersifat kognitif
semata
Pada pelaksanaan studi pendahuluan di beberapa sekolah di kecamatan
Wonocolo Surabaya yang menjadi sampel penelitian ditemukan pokok
permasalahan yang menjadi sumber utama problematika pendidikan agama Islam
di sekolah selama ini. Dimana pembelajaran PAI hanya difokuskan untuk
pencapaian aspek kognitif atau nilai dalam bentuk angka dan cenderung
mengabaikan bagaimana peserta didik mencapai aspek afektif (sikap) sehingga
belajar PAI sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini mengakibatkan pelajaran
PAI menjadi pelajaran teoritis bukan pengamalan atau penghayatan terhadap nilai
agama itu sendiri.
Padahal menurut Adetayo, guru harus memperhatikan domain afektif
peserta didik karena hal ini akan memungkinkan peserta didik tidak hanya
memperoleh kompetensi akademis tetapi juga memperoleh keterampilan, sikap,
nilai-nilai, praktis dan keterampilan psikososial yang akan memungkinkan
mereka memperoleh manfaat dari pembelajaran.1 Sementara itu, Allen dan
Friedman, menjelaskan bahwa guru perlu mengajar domain afektif selain domain
1Janet Oyebola Adetayo, “Assessing the Affective Behaviours in Learners”, Journal of Education and Practice, Vol. 5, No. 16 (Juli, 2014), 8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
97
kognitif, tujuannya ialah untuk membantu siswa dalam mengembangkan nilai-
nilai, etika, dan estetika dalam dirinya.2
Mengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang
diperoleh dari para informan di lapangan, Enik Rusmiyati menyatakan ia jarang
melakukan tanya jawab tentang materi PAI kaitannya dengan konteks sosial
peserta didik karena pada kegiatan apersepsi ia selalu membuka pelajaran dengan
menguji kemampuan siswa mengingat kembali materi pembelajaran yang telah ia
sampaikan pada pertemuan sebelumnya (pengujian hanya sebatas aspek
kognitif/pengetahuan siswa).3 Senada dengan Enik Rusmiyati, Imron Ghozali
jarang melakukan pengenalan konteks materi PAI kaitannya dengan pengalaman
nyata yang dialami siswa.4 Padahal menurut Smith, guru akan memperoleh
manfaat jika dalam pembelajaran mereka dapat mengarahkan dan
menghubungkan materi yang disampaikan dengan konteks sosial peserta didik. Di
antara manfaat-manfaat itu antara lain: 1) peserta didik lebih responsif ketika
menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi nyata, 2) peserta didik
akan lebih memahami apa itu nilai dalam berbagai konteks sosial yang
berbeda-beda dan apa itu nilai moral yang membimbing kesatuan sosial.5
2Karen Neuman Allen and Bruce D. Friedman, “Affective learning: A taxonomy for teaching social work values”, Journal of Social Work Values and Ethics, Vol. 7, No. 2 (Maret, 2010), 15. 3Enik Rusmiyati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Jemur Wonosari I/417 Surabaya, Wawancara, Surabaya, 1 Desember 2015. 4Imron Ghozali, Guru Pendidikan Agama Islam SD Al-Azhar Syifa Budi Surabaya, Wawancara, Surabaya, 6 April 2016. 5Bettye P. Smith, “Instructional Strategies in Family and Consumer Sciences: Implementing the Contextual Teaching and Learning Pedagogical Model”, Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 28, No. 1 (Januari, 2010), 25.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
98
Sedangkan Moh. Ridwan, menyatakan jarang mengupayakan
pembelajaran PAI sebagai proses obyektivasi, internalisasi dan eksternalisasi
nilai afektif.6 Lepper, menyatakan bahwa obyektivasi, internalisasi dan
eksternalisasi berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai moral terhadap diri peserta
didik, sehingga ia mampu berinter aksi dengan berbagai konteks sosial dan
bertahan terhadap segala tekanan atau konflik yang terjadi dalam lingkungan
sosial.7 Sementara itu, Kelman, menjelaskan bahwa obyektivasi, internalisasi dan
eksternalisasi mengacu pada proses menerima nilai-nilai dalam konteks sosial
budaya.8
2. Dalam melaksanakan penilaian, guru PAI hanya fokus mengukur aspek kognitif
siswa saja
Hasil wawancara menunjukkan bahwa kecenderungan guru PAI SD di
Kecamatan Wonocolo Surabaya dalam penilaian hanya terfokus pada aspek
koginif dikarenakan penilaian autentik dirasakan sangat susah untuk diterapkan.
Padahal penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta
didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang
sesungguhnya.9
6Moh. Ridwan, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Jemur Wonosari III/526, Wawancara, Surabaya, 7 April 2016. 7M. R. Lepper, Social-control processes and the internalization of social values, (New York: Cambridge University Press, 1983), 294. 8H. C. Kelman, “Compliance, identification, and internalization: Three processes of attitude change”, Journal of Conflict Resolution, Vol. 2, No. 1 (Maret, 1958), 51. 9Lampiran Permendikbud No. 104 Pasal 1 Butir 2 Tahun 2014.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
99
Penilaian autentik merupakan penilaian yang sangat bagus pada tataran
koseptual, akan tetapi pada tataran implementasi mengalami banyak hambatan
bagi mereka yang belum memahami model penilaian ini, dikarenakan model
penilaian seperti ini baru ditekankan implementasinya pada kurikulum 2013.
Hambatan dalam penerapan penilain autentik ini disampaikan oleh Suqanan Ash.
Shiddiq Guru Pendidikan Agama Islam di SD Kyai Ibrahim Surabaya bahwa
terlalu banyak rubrik penilaian dan tidak ada pendampingan baik dari pengawas
umum maupun pengawas agama.10 Di samping itu banyaknya format penilaian
yang disusun oleh guru, sebagian guru belum bisa merumuskan ukuran untuk
penilaian sikap itu seperti apa dan bagaimana deskripsi dari nilai itu sendiri seperti
yang disampaikan oleh Fatimatul Ulfah Guru Pendidikan Agama Islam di SD
Adinda Surabaya, beliau mengungkapkan bahwa yang menjadi problem
implementasi kurikulum 2013 adalah masih terkendala pada penilaian aspek
sikap.11
3. Guru PAI masih terjebak dalam dualisme penggunaan KTSP dan Kurikulum 2013
Dualisme kurikulum yang diterapkan oleh guru PAI yang berada di
bawah naungan dispendik dan kemenag terjadi di beberapa sekolah dasar di
kecamatan Wonocolo Surabaya yang menjadi sampel penelitian pengembangan
Model Pembelajaran Quantum Moral Islam. Hal ini terjadi menurut Nur Aini
dalam rangka menyikapi Peraturan Mendikbud Nomor 160 Tahun 2014 yang
menyatakan pemberlakuan Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan yang telah
10Sukanan Ash. Shiddiq, S.Ag, Guru Pendidikan Agama Islam SD Kyai Ibrahim Surabaya, Wawancara, Surabaya, 15 Maret 2016. 11Fatimatul Ulfah, Guru Pendidikan Agama Islam SD Adinda Surabaya, Wawancara, Surabaya, 12 April 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
100
melaksanakannya selama tiga semester. Sementara satuan pendidikan lain yang
baru menerapkannya satu semester atau sejak semester pertama 2014/2015
kembali ke Kurikulum KTSP mulai semester kedua 2014/2015.12
Menurut Bayyinah, dampak yang dirasakan guru PAI Sekolah Dasar di
kecamatan Wonocolo Surabaya dalam hal dualisme kurikulum KTSP dengan
kurikulum 2013 adalah sering terjadi kesalahpahaman dalam menyusun silabus,
sehingga dalam penyusunan silabus tersebut hanya asal jadi dan sebatas formalitas
saja walaupun penyusunan silabus yang dibuat itu tidak ideal dan tidak sesuai
dengan prosedur yang telah ditawarkan oleh unit lembaga terkait yang ada di
dispendik dan kemenag.13
Dari kegiatan observasi ditemukan persoalan yang berkaitan dengan
dualisme penerapan KTSP dengan kurikulum 2013 untuk mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yakni rendahnya kemampuan guru dalam menyusun
program pembelajaran, hal ini seperti yang disampaikan oleh Harmiyati guru
Pendidikan Agama Islam SDN Margorejo I/403 beliau mengatakan bahwa
perangkat yang sudah disusun baru RPP itupun baru tahap percobaan.14
Hal ini diperkuat dengan hasil pengamatan peneliti dimana dari seluruh
guru Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah yang menerapkan KTSP dan
kurikulum 2013 belum ada guru yang memiliki perangkat pembelajaran secara
lengkap dan dari hasil dokumentasi yang peneliti lakukan didapatkan hanya RPP
yang dimiliki oleh guru. Keadaan ini selain berdampak terhadap guru dan sekolah,
12Nur Aini, Kepala Sekolah SD Adinda Surabaya, Wawancara, Surabaya, 12 April 2016. 13Bayyinah, Guru Pendidikan Agama Islam SD Taquma Surabaya, Wawancara, Surabaya, 8 April 2016. 14Harmiyati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Margorejo I/403 Surabaya, Wawancara, Surabaya, 25 Nopember 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
101
juga berdampak terhadap peneliti ketika menentukan langkah desain Model
Pembelajaran pembelajaran Quantum Moral Islam pada Mata Pelajaran PAI
Sekolah Dasar di kecamatan Wonocolo Surabaya.
B. Pengembangan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam Pada Mata
Pelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya
1. Draft Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang dikembangkan melalui
penelitian dan pengembangan ini didasarkan kepada kerangka normatif al-Qur’an
dan kerangka teoretik. Kerangka normatif al-Qur’an karena Model Pembelajaran
Quantum Moral Islam ini merupakan artikulasi dari:
a. Potensi kecerdasan emosi yang ada dalam al-Qur’an surat A<li ‘Imra>n ayat 159.
ن فبما ة م ا غلين ولوم كنن ت لهمم لن الل رحم ونال المقلمب ظ ت فظ و لك نن منم حومف ف رم عنمهمم و اعم تغم ر لهمم وشاورمهمم ف اسم مم
ف الم ت فتوكم لع ا الله ذا عزمم الل ن ا يبو ممتوك ال ١٥٩ ين
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad. Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. A<li ‘Imra>n: 159).15
Artikulasi dari ayat 159 surat A<li ‘Imra>n mengerucut kepada potensi
kalbu yang sering dihubungkan dengan amarah atau emosi, cinta, dan
pengetahuan.16 Potensi kalbu memiliki peran paling penting dalam mengatur
15Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-suyutti, Tafsir Jalalain Berikut Asbab An-nujulnya, Jilid 1 (Bandung: Sinar Baru, 1990), 44. 16Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence) Membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab Profesional dan Berakhlak. (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 93.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
102
kehidupan manusia, dan sangat erat kaitannya dengan dimensi emosi. Hati
mengatur dan mengendalikan potensi akal pikiran dan panca indra.17
b. Potensi kecerdasan jasmani: pendengaran dan penglihatan (pendekatan
saintifik) & potensi hati (fu’a>d): hati (akal dan pikiran) yang terdapat dalam
al-Qur’an surat An-Nah}l ayat 78.
ع لمون ن شينئال وجعل لكم السمم نن بطون ن ا مهتكمم ل تعم رجكمن م والل ا خمبمصر و الم كرون فنئدة والن ٧٨ن لعلكمم تشم
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nah}l: 78).18
Artikulasi dari surat An-Nah}l ayat 78 bahwa manusia memiliki
beragam potensi di antaranya: pertama potensi jasmani (potensi fisik dan
potensi sosial), kedua potensi hati (potensi akal pikiran dan potensi emosi).19
Potensi jasmani yang terdiri dari potensi fisik dan potensi sosial
membuat manusia memiliki kapasitas menyesuaikan diri dan mempengaruhi
orang lain. Kemampuan menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain
didasari kemampuan belajarnya, baik dalam tataran pengetahuan maupun
keterampilan.20 Sedangkan potensi hati atau fu’a>d memberikan ruang untuk
akal, berpikir, bertafakur, memilih dan mengolah seluruh data yang masuk
17Eko Jalu Santoso, Heart Rovolution: Revolusi Hati Nurani, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007), 37. 18Jalaluddin As-suyutti, Tafsir Jalalain, 167. 19Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 89. 20Ibid., 89.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
103
dalam kalbu manusia, Sehingga, lahirlah ilmu pengetahuan yang bermuatan
moral.21
Potensi hati atau fu’a>d menangkap fenomena alam luar dan alam ini,
fu’a>d melihat berbagai alamat (tanda) yang kemudian menjadi ilmu untuk
mewujudkannya dalam bentuk amal. Pengawal fu’a>d adalah akal, pikir,
pendengaran, dan penglihatan (pendekatan saintifik), yang secara nyata
diuraikan secara sistematis di dalam al-Qur’an. Fungsi akal di dalam al-
Qur’an kata aql ditampilkan dalam bentuk kerja membantu fu’a>d untuk
menangkap seluruh fenomena yang bersifat lahir, wujud, dan nyata dengan
mendayagunakan fungsi indra penglihatan. Sedangkan, yang bersifat
perenungan, pemahaman mendalam terhadap hakikat yang bersifat gaib, tidak
nyata, dan tidak tampak dalam penglihatan diserahkan kepada potensi pikir
dengan mendayagunakan fungsi pendengaran.22
ن ا ٱلي وهو ع لكم ا ش ن بمصر و السمم كرون قلين ه فنئدة وال الم ٧٨ن لا ما تشم“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur” (QS. Al-Mu’minu>n: 78).23
Di dalam fu’a>d ada potensi melihat, menganalisis, merenung,
merangkum.24 Jadi, potensi hati atau fu’a>d mengerucut kepada pendekatan
saintifik dalam pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, maka proses
pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan harus dipandu dengan kaidah-
kaidah pendekatan saintifik. Karena pendekatan ini bercirikan penonjolan
21Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 97. 22Ibid., 97. 23Jalaluddin As-suyutti, Tafsir Jalalain, 217. 24Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 99.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
104
dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan dan penjelasan
tentang suatu kebenaran.
افلمم رض ا ف ون يسين قلون ي ب ن لهمم قلون فتكون الم وم ءاذان ا ن بها عم معون ي سم ف ها ن ب نها ام بمصر ل تعم م ولكنن الم ر ف الت المقلونب تعم دون ٤٦ الصو
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada” (QS. Al-H{ajj: 46).25
Kerangka teoretik Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang
terdiri dari:
a. Pembelajaran kuantum untuk melejitkan pembelajaran peserta didik dari
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki.26
b. Potensi kecerdasan emosi (qalb, dhawq, s}hadr, fu’a>d dan lubb) dalam
pembentukan moral dari Muhammad ‘Ali> Al-Haki>m at-Tirmidzi>.27
c. Potensi kecerdasan jasmani: melihat, menganalisis, merenung, merangkum
yang mengerucut pada pendekatan saintifik.28
d. Prinsip obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi dalam memperoleh
pengetahuan tentang nilai moral dan cara penerapannya dari Lev Vygotsky.29
25Jalaluddin As-suyutti, Tafsir Jalalain, 211. 26Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, terj. Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Kaifa, 2011), 16. 27Muhammad ‘Ali> Al-Haki>m at-Tirmidzi>, Biarkan Hatimu Bicara! Mencerdaskan Dada, Hati, Fuad, dan Lubb, Terj. Fauzi Faisal Bahreisy (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), 7. 28Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 99. 29Pemerolehan pengetahuan tentang nilai moral yang didapat siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai proses obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi dalam: L. Taylor, “Vygotskian Influence in Mathematics Education,with Particular Reference to Attitude Development”, Focus on Learning Problems in Mathematics, Vol. 15, No. 2 & 3 (Spring & Summer Edition), 4.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
105
e. Komponen karakter yang baik: moral knowing, moral feeling, dan moral
action dari Thomas Lickona.30
f. Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar
dan pendidikan menengah.
Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang terdiri dari tiga tahap
yaitu: pertama tahap kegiatan awal (pengenalan konteks), kedua tahap kegiatan
inti (obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi), dan ketiga tahap kegiatan
penutup.
Tahap pertama adalah tahap kegiatan awal (pengenalan konteks). Pada
tahap ini guru menggiring siswa pada kegiatan pengenalan konteks dengan
melaksanakan lima hal, yaitu: pertama guru membuka pelajaran dengan salam dan
do’a, kedua guru melakukan Tanya jawab tentang pengalaman nyata yang
dirasakan siswa, ketiga guru mengkaitkan pengalaman siswa dengan materi
pembelajaran, keempat guru menciptakan kondisi kelas yang
menyenangkan/santai dan diliputi nuansa demokratis agar terjadi proses
pembelajaran yang bermakna, dan kelima guru memberikan kebebasan kepada
siswa untuk menyampaikan gagasan dalam berpendapat dan mengkonstruksi
pengetahuan secara mandiri serta melibatkan siswa lainnya dalam menjawab
pertanyaan dari kawannya.
Tahap kedua, adalah tahap kegiatan inti dengan guru menggiring siswa
pada kegiatan obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi. Dalam tahap kedua ini
30Thomas Lickona, Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility, (New York: Bantam Books, 1991), 51.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
106
guru menciptakan aktivitas belajar siswa berupa: melihat, membaca, mendengar,
atau memperhatikan tayangan. Kegiatan pembelajaran pada tahap ini dilakukan
dengan pendekatan saintifik dengan upaya mengasah dhawq, s}hadr, fu’a>d dan
lubb melalui aktivitas belajar siswa.
Tahap ketiga adalah tahap akhir, pada tahap ketiga ini guru menekankan
kepada siswa untuk senantiasa menerapkan tiga komponen karakter yang baik
yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan
tentang moral), dan moral action (perbuatan/tindakan moral), yang diperlukan
agar mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai kebaikan. Serta
guru melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas dan
menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
Model Pembelajaran Quantum Moral Islam adalah sebuah strategi
pembelajaran untuk melejitkan proses internalisasi nilai-nilai moral peserta
didik melalui aktivitas belajar dengan cara mengaitkan materi pembelajaran
dengan pengalaman nyata yang dialami siswa, sehingga siswa senantiasa
menerapkan tiga komponen karakter yang baik yaitu moral knowing (pengetahuan
tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action
(perbuatan/tindakan moral), yang diperlukan agar mampu memahami, merasakan,
dan mengerjakan nilai-nilai kebaikan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
107
Tahapan pelaksanaan pembelajaran pada Model Pembelajaran Quantum
Moral Islam, yaitu sebagai berikut:
Gambar 4.1
Tahapan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
108
2. Penilaian tingkat kevalidan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
a. Uji validitas instrumen
Validitas menurut Sugiono, adalah suatu ukuran yang dapat
menunjukkan kevalidan atau kesahihan dari instrumen.31 Jadi dalam
pengujian validitas itu mengacu kepada sebuah instrumen dalam menjalankan
fungsinya. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang dapat diukur.
Instrumen dalam angket yang diujicobakan sebelumnya telah
melalui uji validitas instrumen. Uji validitas menggunakan jasa komputer
program spss 23.0 for windows. Pernyataan dikatakan valid jika nilai r hitung
lebih besar dari r tabel (rh>rt) maka butir instrumen angket tersebut valid, tetapi
sebaliknya bila r hitung lebih kecil dari r tabel (rh<rt) maka instrumen tersebut
tidak valid dan tidak dapat digunakan dalam penelitian.32
b. Uji validasi ahli
Produk Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang sudah
berhasil disusun oleh peneliti, terlebih dahulu peneliti bawa untuk divalidasi
oleh para ahli. Instrumen penilaian pada lembar validasi berikut, telah melalui
tahap uji validasi instrumen (lihat lampiran II Tabel Validasi Instrumen).
1) Data uji validasi Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
Mengenai data dari hasil uji validasi instrumen Model
Pembelajaran Quantum Moral Islam yang didapat dari penilaian validator
31Sugiyono, Metode Penelitian dan Pengembangan: Research and Development, untuk Bidang Pendidikan, Manajemen, Sosial Teknik, Cet. 1 (Bandung: Alfabeta, 2015), 176. 32Nidjo Sandjojo, Metode Analisis Jalur (Path Analysis) dan Aplikasinya, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2011), 152-153.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
109
ahli yaitu r hitung lebih besar dari r tabel (0,878), maka validitas instrumen
Model Pembelajaran Quantum Moral Islam dapat dikatakan memenuhi
syarat validasi (Lihat lampiran II: hasil uji validasi instrumen Model
Pembelajaran Quantum Moral Islam).
Jumlah aspek yang dinilai ada 2, yaitu a) teori pendukung dan b)
struktur Model Pembelajaran Quantum Moral Islam. Terhadap teori
pendukung: pembelajaran kuantum (Quantum Learning), Potensi
kecerdasan emosi (qalb, dhawq, s}hadr, fu’a>d dan lubb), tiga komponen
perilaku yang baik (moral knowing, moral feeling, dan moral action), tiga
dari lima orang validator memberikan skor nilai 4 (sangat baik).
Sedangkan, terhadap struktur Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
tiga dari lima orang validator memberikan skor nilai 4 (sangat baik),
dengan skor total dari 2 aspek tersebut yaitu 168, rata-rata 33,6.
Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai
bahwa Model Pembelajaran Quantum Moral Islam secara umum “Sangat
Baik” dengan interval penilaian 3,36.
2) Data uji validasi keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
(respon pengguna/guru)
Mengenai data dari hasil uji validasi instrumen keefektifan Model
Pembelajaran Quantum Moral Islam (respon pengguna/guru) yang didapat
dari penilaian 5 validator ahli yaitu pada taraf signifikasi 0,05%, maka rtabel
diperoleh 0,878. Pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung lebih dari r
tabel. Hasil uji di atas menunjukkan semua butir pertanyaan dapat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
110
digunakan karena r hitung lebih dari r tabel dan dapat dikatakan memenuhi
syarat validasi (Lihat lampiran II: hasil uji validasi instrumen keefektifan
Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon pengguna/guru).
Jumlah aspek yang dinilai ada 3, yaitu a) petunjuk, b) cakupan
dan c) bahasa. Terhadap ketiga aspek tersebut, tiga dari lima orang
validator memberikan nilai 4 (sangat baik), dengan skor total dari 3 aspek
tersebut yaitu 143, rata-rata 28,6.
Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai
bahwa angket keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
(respon pengguna/guru) secara umum “Baik” dengan interval penilaian
3,18.
3) Data uji validasi keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
(respon peserta didik)
Mengenai data dari hasil uji validasi instrumen keefektifan Model
Pembelajaran Quantum Moral Islam (respon peserta didik) yang didapat
dari penilaian 5 validator ahli yaitu pada taraf signifikasi 0,05%, maka rtabel
diperoleh 0,878. Pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung lebih dari r
tabel. Hasil uji di atas menunjukkan semua butir pertanyaan dapat
digunakan karena r hitung lebih dari r tabel dan dapat dikatakan memenuhi
syarat validasi (Lihat lampiran II: hasil uji validasi instrumen keefektifan
Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon peserta didik).
Jumlah aspek yang dinilai ada 3, yaitu a) petunjuk, b) cakupan
dan c) bahasa. Terhadap ketiga aspek tersebut, tiga dari lima orang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
111
validator memberikan nilai 4 (sangat baik), dengan skor total dari 3 aspek
tersebut yaitu 195, rata-rata 39.
Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai
bahwa angket keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
(respon peserta didik) secara umum “Baik” dengan interval penilaian 3,2.
4) Data uji validasi RPP Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
Mengenai data dari hasil uji validasi instrumen RPP Model
Pembelajaran Quantum Moral Islam yang didapat dari penilaian 5
validator ahli yaitu pada taraf signifikasi 0,05%, maka rtabel diperoleh
0,878. Pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung lebih dari r tabel.
Hasil uji di atas menunjukkan semua butir pertanyaan dapat digunakan
karena r hitung lebih dari r tabel dan dapat dikatakan memenuhi syarat
validasi (Lihat lampiran II: hasil uji validasi instrumen RPP Model
Pembelajaran Quantum Moral Islam).
Jumlah aspek yang dinilai ada 9, yaitu a) identitas mata pelajaran,
b) rumusan tujuan/indikator, c) materi, d) metode pembelajaran, e)
kegiatan pembelajaran, f) pemilihan media/ sumber belajar, g) penilaian
hasil belajar, h) kebahasaan dan i) penanaman nilai moral. Terhadap
kesembilan aspek tersebut, tiga dari lima orang validator memberikan nilai
4 (sangat baik), dengan skor total dari 9 aspek tersebut yaitu 457, rata-rata
91,4.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
112
Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai
bahwa RPP Model Pembelajaran Quantum Moral Islam secara umum
“Sangat Baik” dengan interval penilaian 3,4.
5) Data uji validasi angket evaluasi kuantum moral peserta didik
Mengenai data dari hasil uji validasi instrumen evaluasi kuantum
moral peserta didik yang didapat dari penilaian 5 validator ahli yaitu pada
taraf signifikasi 0,05%, maka rtabel diperoleh 0,878. Pertanyaan dikatakan
valid jika nilai r hitung lebih dari r tabel. Hasil uji di atas menunjukkan
semua butir pertanyaan dapat digunakan karena r hitung lebih dari r tabel
dan dapat dikatakan memenuhi syarat validasi (Lihat lampiran II: hasil uji
validasi instrumen evaluasi kuantum moral peserta didik).
Jumlah aspek yang dinilai ada 3, yaitu a) petunjuk, b) cakupan
dan c) bahasa. Terhadap ketiga aspek tersebut, tiga dari lima orang
validator memberikan nilai 4 (sangat baik), dengan skor total dari 3 aspek
tersebut yaitu 147, rata-rata 29,4.
Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai
bahwa angket evaluasi kuantum moral peserta didik secara umum “Baik”
dengan interval penilaian 3,2.
6) Data uji validasi buku guru PAI dan Budi Pekerti kelas 5
Mengenai data dari hasil uji validasi buku guru PAI dan Budi
Pekerti kelas 5 yang didapat dari penilaian 5 validator ahli yaitu pada taraf
signifikasi 0,05%, maka rtabel diperoleh 0,878. Pertanyaan dikatakan valid
jika nilai r hitung lebih dari r tabel. Hasil uji di atas menunjukkan semua
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
113
butir pertanyaan dapat digunakan karena r hitung lebih dari r tabel dan
dapat dikatakan memenuhi syarat validasi (Lihat lampiran II: hasil uji
validasi instrumen buku guru PAI dan Budi Pekerti kelas 5).
Jumlah aspek yang dinilai ada 3, yaitu a) format buku, b) bahasa
dan c) isi buku. Terhadap ketiga aspek tersebut, tiga dari lima orang
validator memberikan nilai 4 (sangat baik), dengan skor total dari 3 aspek
tersebut yaitu 210, rata-rata 42.
Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai
bahwa buku guru PAI dan Budi Pekerti kelas 5 secara umum “Baik”
dengan interval penilaian 3,2.
7) Data uji validasi buku siswa PAI dan Budi Pekerti kelas 5
Mengenai data dari hasil uji validasi buku siswa PAI dan Budi
Pekerti kelas 5 yang didapat dari penilaian 5 validator ahli yaitu pada taraf
signifikasi 0,05%, maka rtabel diperoleh 0,878. Pertanyaan dikatakan valid
jika nilai r hitung lebih dari r tabel. Hasil uji di atas menunjukkan semua
butir pertanyaan dapat digunakan karena r hitung lebih dari r tabel dan
dapat dikatakan memenuhi syarat validasi (Lihat lampiran II: hasil uji
validasi instrumen buku siswa PAI dan Budi Pekerti kelas 5).
Jumlah aspek yang dinilai ada 3, yaitu a) format buku, b) bahasa
dan c) isi buku. Terhadap ketiga aspek tersebut, tiga dari lima orang
validator memberikan nilai 4 (sangat baik), dengan skor total dari 3 aspek
tersebut yaitu 210, rata-rata 42.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
114
Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai
bahwa buku siswa PAI dan Budi Pekerti kelas 5 secara umum “Baik”
dengan interval penilaian 3,2.
C. Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam Pada Mata Pelajaran
PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya
1. Uji coba terbatas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
a. Hasil uji coba terbatas
Uji coba terbatas dilaksanakan dengan melibatkan dua orang guru
yaitu Dra. Harmiyati, guru PAI di SDN 1/403 Margorejo Surabaya dan Dra.
Enik Rusmiati, guru PAI di SDN Jemur Wonosari I/417. Uji coba terbatas
dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Selama kegiatan uji coba terbatas
berlangsung dilakukan pengamatan langsung. Dalam proses uji coba terbatas
ini revisi serta penyempurnaan dilakukan berdasarkan pada catatan hasil
observasi dan evaluasi yang diberikan oleh guru sukarelawan dan pakar.
Setelah mendapatkan bentuk yang optimal maka model kemudian diuji coba
luas.
Setelah diujicobakan secara terbatas peneliti menerima berbagai
saran konstruktif dari:
1) Evaluasi guru
a) Langkah-langkah pembelajaran harus dikomunikasikan dengan jelas,
dan
b) Angket yang digunakan untuk mengevaluasi kuantum moral siswa
bahasanya terlalu panjang dan sulit dipahami oleh peserta didik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
115
2) Evaluasi pakar
a) Lilik Huriyah33 meminta supaya di landasan teori, landasan
moral/akhlak harus ditampilkan.
b) Kusaeri34 mengkritisi alat evaluasi kuantum moral peserta didik,
kalimat/pernyataan terlalu panjang dan sulit dipahami anak SD.
c) Sihabudin35 memberikan saran dalam pengembangan model perlu juga
dikembangkan perangkat model secara lengkap.
d) Evi Fatimatur Rusdiyah36 memberi masukan untuk langkah-langkah
(sintaks) Model Pembelajaran Quantum Moral Islam bagusnya
dilakukan pemberian nama di setiap tahapnya.
e) Arif Mansyuri37 mengkritisi, dalam pembuatan soal posttest untuk
mengukur nilai belajar peserta didik harus memperhatikan
penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar (sesuai
EYD).
b. Revisi produk awal prototipe I
Setelah dilakukan uji coba awal, tahap berikutnya adalah perbaikan
produk sesuai dengan data yang diperoleh dari uji coba awal. Saran dari pakar
digunakan untuk menyempurnakan produk.
33Dr. Lilik Huriyah, M.Pd.I pakar Pendidikan Agama Islam/Sekretaris Jurusan PAI Program Doktor UIN Sunan Ampel Surabaya. 34Dr. Kusaeri, M.Pd. pakar evaluasi pembelajaran/Ketua Jurusan Matematika FTK UIN Sunan Ampel Surabaya. 35Dr. Sihabudin, M.Pd.I, M.Pd. pakar teknologi pembelajaran/Dosen FTK UIN Sunan Ampel Surabaya. 36Dr. Hj. Evi Fatimatur Rusdiyah, M.Ag pakar teknologi pembelajaran/Dosen Teknologi Pembelajaran FTK UIN Sunan Ampel Surabaya. 37Dr. Arif Mansyuri, M.Pd. pakar manajemen pendidikan/Dosen FTK UIN Sunan Ampel Surabaya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
116
Berdasarkan saran dan komentar dari guru sebagai praktisi/user
dalam penggunaan model pembelajaran, juga pakar bidang pembelajaran,
peneliti melakukan perbaikan sebagai berikut:
1) Langkah-langkah pembelajaran harus dikomunikasikan dengan jelas.
Idealnya, setiap langkah-langkah pembelajaran terdiri dari tiga
tahap kegiatan: awal, inti, dan penutup. Tetapi masih ditemukan beberapa
instruksi dan penamaan langkah pembelajaran yang kurang tepat sehingga
sulit bagi guru sebagai pengguna atau user untuk memahaminya, akhirnya
dilakukan penyempurnaan, sebagai berikut.
Tabel 4.1
Sintaks Model Pembelajaran Quantum Moral Islam sesudah direvisi
Tahap Prosedur Pembelajaran Kegiatan Awal Pengenalan
Konteks
Guru membuka pelajaran dengan salam dan Do’a
Tanya jawab tentang pengalaman nyata Mengkaitkan pengalaman siswa dengan materi
pembelajaran Guru menciptakan kondisi kelas yang
menyenangkan/santai dan diliputi nuansa demokratis
Kegiatan Inti Obyektivasi Internalisasi Eksternalisasi
Kegiatan pembelajaran pada tahap ini dilakukan dengan pendekatan saintifik dengan upaya mengasah dhawq, s}hadr, fu’a>d dan lubb melalui aktivitas belajar siswa
Kegiatan Penutup Guru menginspirasi siswa untuk senantiasa menerapkan tiga kompenen perilaku yang baik yaitu: moral knowing, moral feeling, dan moral action
Guru melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas
Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
117
2) Angket evaluasi kuantum moral siswa bahasanya terlalu panjang dan sulit
dipahami oleh peserta didik.
Keterbatasan kemampuan peneliti dalam membuat instrumen
angket evaluasi kuantum moral peserta didik menggunakan bahasa yang
sederhana, singkat dan mudah dipahami menjadi bahan kritikan ketika
peneliti hendak membagikan angket kepada peserta didik, sehingga perlu
dilakukan perbaikan sebagai berikut.
Tabel 4.2
Angket evaluasi kuantum moral peserta didik sesudah direvisi
No Pernyataan
1 Saya senang dan gembira mengikuti pembelajaran 2 Saya termotivasi dan bergairah selama pembelajaran 3 Saya sangat antusias mengikuti proses pembelajaran 4 Saya tidak takut menyampaikan gagasan dalam pembelajaran 5 Guru selalu menjalin kedekatan yang harmonis dengan siswa 6 Saya menangkap makna melalui proses menghafal materi
pembelajaran 7 Saya mencatat hasil sharing analisis gambar tentang materi
pembelajaran 8 Saya memberikan komentar tentang materi pembelajaran 9 Saya menjawab setiap pertanyaan guru tentang materi
pembelajaran 10 Di akhir pembelajaran guru memberikan tugas dan
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
c. Produk akhir Model Pembelajaran Quantum Moral Islam (prototipe II)
Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang dikembangkan
melalui penelitian dan pengembangan ini didasarkan pada:
1) Kerangka normatif al-Qur’an yang dikembangkan melalui:
a) Potensi kecerdasan emosi yang terdapat dalam al-Qur’an surat A<li
‘Imra>n ayat 159.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
118
b) Potensi kecerdasan jasmani: pendengaran dan penglihatan
(pendekatan saintifik) & Potensi Hati (fu’a>d): hati (akal dan pikiran)
yang terdapat dalam al-Qur’an surat An-Nah}l ayat 78.
2) Kerangka teoretik yang terdiri dari:
a) Pembelajaran kuantum untuk melejitkan pembelajaran peserta didik
dari Bobbi De Porter dan Mike Hernacki.38
b) Potensi kecerdasan emosi (qalb, dhawq, s}hadr, fu’a>d dan lubb) dalam
pembentukan moral dari Muhammad ‘Ali> Al-Haki>m at-Tirmidzi>.39
c) Potensi kecerdasan jasmani: melihat, menganalisis, merenung,
merangkum yang mengerucut pada pendekatan saintifik.40
d) Prinsip obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi dalam
memperoleh pengetahuan tentang nilai moral dan cara penerapannya
dari Lev Vygotsky.41
e) Komponen karakter yang baik: moral knowing, moral feeling, dan
moral action dari Thomas Lickona.42
f) Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
38Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, terj. Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Kaifa, 2011), 16. 39Muhammad ‘Ali> Al-Haki>m at-Tirmidzi>, Biarkan Hatimu Bicara! Mencerdaskan Dada, Hati, Fu’a>d, dan Lubb, Terj. Fauzi Faisal Bahreisy (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), 7. 40Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 99. 41Pemerolehan pengetahuan tentang nilai moral yang didapat siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai proses obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi dalam: L. Taylor, “Vygotskian Influence in Mathematics Education,with Particular Reference to Attitude Development”, Focus on Learning Problems in Mathematics, Vol. 15, No. 2 & 3 (Spring & Summer Edition, 1992), 4. 42Thomas Lickona, Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility, (New York: Bantam Books, 1991), 51.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
119
d. Konstribusi penelitian dan pengembangan dalam melahirkan teori baru
Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang dikembangkan
melalui penelitian dan pengembangan ini menghasilkan teori baru pendidikan
karakter tentang pembelajaran quantum moral: yang terdiri dari tiga
komponen yaitu: moral knowledge (ilmu pengetahuan yang bermuatan
moral), moral emotions (emosi-emosi yang bermuatan moral), dan moral
behaviour (perilaku yang bermuatan moral).
Teori pendidikan karakter tentang pembelajaran quantum moral
dapat didefinisikan sebagai kegiatan pembelajaran untuk melejitkan proses
obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi komponen karakter yang baik,
yaitu: moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan
tentang moral), dan moral action (perbuatan/tindakan moral), melalui
aktivitas belajar siswa dengan cara mengaitkan materi pembelajaran dengan
pengalaman nyata yang dialami siswa, sehingga siswa senantiasa memahami
ilmu pengetahuan yang bermuatan moral (moral knowledge), merasakan
emosi-emosi yang bermuatan moral (moral emotions), dan berperilaku
berlandaskan nilai-nilai yang bermuatan moral (moral behaviour).
Berikut ini konstruk bangunan atau peta konsep bagaimana elaborasi
berbagai teori sehingga menjadi satu kesatuan yang melahirkan teori baru
pendidikan karakter tentang pembelajaran quantum moral dijelaskan pada
gambar berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
120
Gambar 4.2
Teori pendidikan karakter tentang quantum moral
Penjelasan dari gambar tersebut dapat diuraikan dalam: 1)
konstribusi penelitian pada konfigurasi teori yang ada, dan 2) alasan teori
dimodifikasi jadi teori baru, sebagai berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
121
1) Konstribusi penelitian pada konfigurasi teori yang ada, yaitu:
a) Teori pembelajaran kuantum mendukung terjadinya kegiatan
obyektivasi yaitu interaksi sosial siswa di dalam kelas yang
ditindaklanjuti dengan kegiatan interpersonal sehingga siswa
memperoleh pengetahuan tentang moral (moral knowing) yang
dipandang baik dan benar.
b) Potensi kecerdasan emosi (qalb, dhawq, s}hadr, fu’a>d, dan lubb)
mendukung terjadinya kegiatan internalisasi yaitu pendidikan nilai
yang sasarannya adalah sampai pada pemilikan nilai yang menyatu
dalam kepribadian dan karakter siswa yang berlandaskan emosi
(moral feeling).
c) Potensi kecerdasan jasmani (melihat, menganalisis, dan merangkum)
mendukung terjadinya kegiatan eksternalisasi yaitu dimana dari
aktivitas belajar, siswa diharapkan mampu mentransformasi nilai-nilai
moral dalam bentuk tindakan/perbuatan (moral action).
2) Alasan teori dimodifikasi jadi teori baru, yaitu:
a) Untuk mendukung terjadinya interaksi sosial siswa dalam dunia
intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses
institusionalisasi di dalam kelas (obyektivasi) dibutuhkan adanya
dimensi ilmu pengetahuan yang bermuatan moral (moral knowledge)
dalam kegiatan pembelajaran kuantum.
b) Peserta didik atau siswa belajar bagaimana mengolah segala perasaan
(feeling) dan emosi (emotion) yang membentuk kepribadiannya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
122
(internalisasi). Untuk mencapai keberhasilan dalam proses
pembentukan kepribadian peserta didik, dibutuhkan potensi
kecerdasan emosi melalui dimensi moral feeling dan moral emotions.
c) Peserta didik dalam melakukan usaha pencurahan atau ekspresi diri ke
dalam tindakan atau perbuatan moral (moral action) mencerminkan
bentuk perilaku yang bermuatan moral (moral behaviour).
2. Uji coba luas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
Selanjutnya, Prototipe II diujicobakan secara luas. Uji coba lebih
luas/lapangan dilakukan terhadap 4 guru dan 40 siswa yang tersebar di 4 sekolah
dasar, 2 sekolah dasar negeri yakni SDN Margorejo I/403 dan SDN Jemur
Wonosari I/417, dan 2 sekolah dasar Islam swasta yakni SD Kyai Ibrahim
Surabaya dan SD Al-Azhar Syifa Budi Surabaya.
3. Penilaian tingkat keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
a. Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon pengguna/guru
Untuk mengetahui keefektifan produk, peneliti menyebarkan angket
kepada kelompok pertama, terdiri dari 4 pengamat dari pengguna/guru yang
melakukan pengamatan dan pengimplementasian Model Pembelajaran
Quantum Moral Islam terhadap pembelajaran PAI kelas 5 SD, hasilnya
dipaparkan pada tabel berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
123
Tabel 4.3
Keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon pengguna/guru
No Aspek Model
Pembelajaran Quantum
Moral Islam
Penilaian
P143
P244
P345
P446
Juml
ah
Rata-
rata
I Kejelasan petunjuk penggunaan RPP
1. Rumusan tujuan dan indikator pembelajaran dinyatakan dengan jelas
4 4 3 4 15 3,75
2. Langkah-langkah dalam RPP dinyatakan dengan jelas
4 4 3 4 15 3,75
3. Alokasi waktu dinyatakan dengan jelas
4 4 4 4 16 4
II Ketercapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran
4. Penggunaan model ini dapat membangun ikatan emosional antara guru dengan siswa
3 4 4 3 14 3,5
5. Penggunaan model ini dapat mendorong munculnya rasa motivasi, rasa bergairah dan siap untuk menerima pembelajaran pada diri siswa
3 3 4 4 14 3,5
6. Penggunaan model ini dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, santai dan demokratis
4 4 3 4 15 3,75
7. Penggunaan model ini dapat menciptakan suasana tidak tegang dalam pembelajaran
4 4 4 3 15 3,75
8. Penggunaan model ini dapat menciptakan interaksi yang positif antara siswa dengan guru
4 4 4 4 16 4
43Dra. Harmiyati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Margorejo 1/403 44Dra. Enik Rusmiati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Jemur Wonosari I/417 45Drs. Imron Ghozali, Guru Pendidikan Agama Islam SD Al Azhar Syifa Budi Surabaya 46Sukanan Ash. Shiddiq, S.Ag, Guru Pendidikan Agama Islam SD Kyai Ibrahim Surabaya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
124
dan antara siswa dengan siswa
III Respon siswa
9. Peserta didik memperlihatkan motivasi tinggi selama proses pembelajaran
3 4 4 4 15 3,75
10. Peserta didik terlihat bergairah mengikuti proses pembelajaran
3 4 4 3 14 3,5
11. Peserta didik terlihat senang selama proses pembelajaran menggunakan model ini
4 4 3 4 15 3,75
IV Tingkat kesulitan dalam mengimplementasikan
12. Tahapan-tahapan dalam penerapan model mudah dilaksanakan
3 4 3 4 14 3,5
13. Semua perangkat pembelajaran mudah digunakan
3 4 4 3 14 3,5
14. Perangkat evaluasi hasil belajar mudah digunakan
3 4 4 4 15 3,75
V Ketercukupan waktu
15. Waktu yang digunakan untuk mengimplementasikan model pembelajaran ini cukup
4 4 4 4 16 4
16. Waktu yang dialokasikan cukup untuk mencapai tujuan pembelajaran
4 4 4 4 16 4
Jumlah 54 58 55 56 239 59,75 Rata-rata 3,4 3,6 3,4 3,5 14,9 3,7
Interval Penilaian:
1,0-1,75 = Tidak efektif
1,7-2,5 = Kurang efektif
2,6-3,25 = Efektif
3,26-4,0 = Sangat efektif
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
125
Melihat hasil uji efektivitas dari lembar angket di atas, keempat
pengamat menilai bahwa Model Pembelajaran Quantum Moral Islam “Sangat
Efektif”.
b. Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon peserta didik
Untuk mengetahui keefektifan produk, peneliti menyebarkan angket
kepada kelompok pertama, terdiri dari 40 peserta didik yang menerima
pembelajaran dengan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam. Instrumen
dalam angket tersebut terlebih dahulu telah melalui uji validasi instrumen.
Diperoleh data-data sebagaimana dalam tabel berikut:
Tabel 4.4
Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon peserta didik
No Pernyataan F
n=40
SS S TS STS Jumlah %
1. Saya senang dan gembira mengikuti pelajaran
15 20 5 - 130 81,2
2. Saya termotivasi dan bergairah selama pembelajaran
24 13 3 - 141 88,1
3. Saya sangat antusias mengikuti proses pembelajaran
19 20 1 - 138 86,2
4. Saya tidak takut menyampaikan gagasan dalam pembelajaran
22 15 3 - 139 86,8
5. Guru selalu menjalin kedekatan yang harmonis dengan siswa
27 10 3 - 144 90
6. Saya menangkap makna melalui proses menghafal materi pembelajaran
32 5 3 - 149 93,1
7. Saya mencatat hasil sharing analisis gambar
11 27 2 - 129 80,6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
126
tentang perilaku jujur di kertas
8. Saya memberikan komentar tentang perilaku kontradiktif yang berkaitan dengan sikap hormat dan patuh kepada orang tua dan guru
21 15 4 - 137 85,6
9. Saya menjawab setiap pertanyaan guru tentang perilaku menghargai pendapat orang lain
26 11 3 - 143 89,3
10. Di akhir pembelajaran guru memberikan tugas dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
21 14 5 - 136 85
Interval Penilaian:
SS = Sangat setuju
S = Setuju
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
Hasil evaluasi angket keefektifan menunjukkan 40 responden sangat
menyetujui bahwa Model Pembelajaran Quantum Moral Islam sangat
menyenangkan, menambah gairah belajar, memotivasi, serta menambah
antusias dalam proses pembelajaran.
c. Evaluasi kuantum moral peserta didik
Hasil evaluasi angket kuantum moral peserta didik, sebagian besar
responden menyatakan “Sangat Sesuai” dengan komponen perilaku yang
baik: a) moral knowing, b) moral feeling, dan c) moral action. Instrumen
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
127
dalam angket tersebut terlebih dahulu telah melalui uji validasi instrumen.
Diperoleh data-data sebagaimana dalam tabel berikut:
Tabel 4.5 Hasil evaluasi kuantum moral peserta didik
No Pernyataan F
n=40
SS S TS STS Jumlah %
1. Saya mengerjakan segala tugas-tugas yang diberikan oleh bapak/ibu guru
17 15 8 - 126 78,7
2. Saya tidak pernah mencontek tugas teman
20 12 8 - 132 82,5
3. Saya mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan seharusnya
22 16 2 - 140 87,5
4. Saya melaksanakan piket pada waktunya
22 15 3 - 139 86,8
5. Saya mengikuti peraturan-peraturan sekolah dengan baik
20 16 4 - 136 85
6. Saya memberitakan hal yang benar kepada orang tua
30 5 5 - 145 90,6
7. Saya tidak menutup-nutupi suatu masalah pada orang tua
9 27 4 - 125 78,1
8. Mengucapkan salam kepada orang tua atau mencium tangannya
18 14 8 - 130 81,2
9. Saya bertutur kata yang sopan dan halus kepada orang tua
16 11 13 - 123 76,8
10. Saya tidak pernah berbuat durhaka kepada orang tua
18 11 11 - 127 79,3
11. Saya selalu memuliakan dan tidak menghina kepada guru
17 11 12 - 125 78,1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
128
12. Saya mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat
18 12 10 - 128 80
13. Saya sangat memperhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran
20 14 6 - 134 83,7
14. Saya bertanya kepada guru apabila ada sesuatu yang belum dimengerti dengan sikap sopan
17 15 8 - 129 80,6
15. Saya menggunakan bahasa yang baik pada saat berbicara dengan guru
22 9 9 - 133 83,1
16. Saya berpakaian rapi dan sopan ketika belajar
16 14 10 - 126 78,7
17. Saya mendengarkan baik-baik dan pehatikan baik-baik terhadap teman yang memberikan pendapatnya
24 7 9 - 135 84,3
18. Saya peduli dengan perasaan teman jika saya berbicara
8 23 9 - 119 74,3
19. Apabila berdiskusi dengan teman, saya segera minta maaf bila ia tersinggung
19 11 10 - 129 80,6
20. Ketika berdebat, saya tidak pernah membuat teman diskusi terpojok
20 13 7 - 133 83,1
Interval Penilaian:
SS = Sangat sesuai
S = Sesuai
TS = Tidak sesuai
STS = Sangat tidak sesuai
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
129
4. Uji coba kelas perlakuan dan kelas kontrol
Pada tahap akhir ini, produk yang dikembangkan akan diuji kepada suatu
kelas yang disebut kelas perlakuan. Kelas perlakuan nantinya akan dibandingkan
dengan kelas kontrol untuk mendapatkan hasil beda, yang membuktikan bahwa
produk ini lebih efektif dan lebih efisien. Tabel uji perbandingan nilai posttest
kelas perlakuan dan kelas kontrol bisa dilihat pada tabel di bawah berikut:
Tabel 4.6 Nilai hasil posttest kelas perlakuan dan kelas kontrol
No. Responden Nilai Posttest
Kelas Perlakuan (X1) Kelas Kontrol (X2) 1 70 60 2 60 40 3 80 80 4 80 70 5 90 60 6 100 50 7 60 70 8 60 40 9 70 50 10 80 70 11 90 60 12 100 70 13 90 60 14 70 40 15 90 70 16 100 80 17 80 70 18 60 60 19 90 50 20 80 80 21 90 70 22 60 50 23 100 70 24 80 40 25 60 60 26 100 60
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
130
27 70 70 28 70 40 29 80 50 30 60 70 31 70 50 32 80 80 33 70 60 34 90 70 35 80 50 36 70 50 37 60 70 38 70 60 39 80 70 40 100 50
Mean x1 = 78.50 x2 = 60.50 Std. Deviation ˢ1 = 13.502 ˢ2 = 12.184 Minimum Min = 60 Min = 40 Maximum Max = 100 Max = 80
Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa nilai rata-rata (mean)
kelas perlakuan dengan kelas kontrol memiliki perbedaan nilai rata-rata. Nilai
rata-rata kelas perlakuan sebesar x1 = 78,50 dan kelas kontrol sebesar x2 = 60,50
setelah melihat rata-rata pada dua kelas di atas maka peneliti akan menguji secara
statistik menggunakan uji t dimana uji ini untuk munguji signifikansi perbedaan
2 buah mean yang berasal dari dua buah data distribusi. Sebelum dilakukan uji t
peneliti melakukan uji normalitas dimana uji normalitas digunakan untuk menguji
apakah suatu variabel normal apa tidak, sehingga jika data berdistribusi normal
maka uji t dapat dilakukan. Uji normalitas yang digunakan ialah uji normalitas chi
kuadrat dengan bantuan program spss 23.0 for windows didapatkan hasil sebagai
berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
131
Tabel 4.7
Uji normalitas data nilai kelas perlakuan dan kelas kontrol
Nilai Posttest kelas Perlakuan
Nilai Posttest Kelas Kontrol
Chi square 1.250 6.500 Asymp.Sig 0.870 0.165
Berdasarkan tabel di atas setelah diuji normalitas dengan chi kuadrat
bahwa nilai Asymp Sig. Nilai Posttes Kelas Eksperimen 0.870 > 0.05 dan Kelas
Kontrol 0.165 > 0.05, maka data nilai posttes perlakuan dan nilai posttest kontrol
yang diperoleh berdistribusi normal. Sehingga syarat untuk menguji statistik
dengan uji t memenuhi syarat. Kemudian dilakukan uji homogenitas untuk
mengetahui data yang diuji dalam sebuah penelitian merupakan data yang
homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas dilakukan dengan program spss 23.0
for windows maka hasil dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Uji homogenitas nilai kelas perlakuan dan nilai kelas kontrol
Levene Statistic df 1 df 2 Sig.
.925 4 35 0.460
Berdasarkan tabel uji homogenitas di atas taraf signifikannya adalah
0.460 > 0,05 maka varian dinyatakan kelompok kelas perlakuan dan kelas kontrol
mempunyai varian yang sama atau homogen, sehingga syarat uji t terpenuhi. Uji
statistik t dimana untuk munguji signifikansi perbedaan 2 buah mean yang berasal
dari dua buah data distribusi. hasil perhitungan uji t dengan program spss 23.0 for
windows dapat dilihat pada tabel berikut ini:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
132
Tabel 4.9 Hasil nilai post tes uji t antara kelas perlakukan dan kelas kontrol
t-test for equality of means
95% confidence interval of the difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Eror Difference
lower upper
Nilai 0,543 0,463 6,260 78 0,000 18,00 2,876 12,275 23,725
Berdasarkan uji statistik uji t didapatkan bahwa hasil signifikansinya
0.000 < 0.05 maka dinyatakan, terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
signifikan antara kelas perlakuan yang menggunakan Model Pembelajaran
Quantum Moral Islam dengan kelas kontrol yang menggunakan model
konvesional.
Dengan demikian, postulat dari penelitian ini yaitu proses internalisasi
nilai moral/akhlak yang diupayakan melalui pengembangan Model Pembelajaran
Quantum Moral Islam terbukti dapat dilakukan sesuai prosedur yang telah
ditetapkan dan hasil pengembangan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
pada Mata Pelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya
terbukti dapat membantu proses penanaman moral peserta didik.
D. Keunggulan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
pada Mata Pelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya
1. Keunggulan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
Pada saat penerapan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam di
lapangan terhadap 4 orang guru sebagai pengguna yang telah dipilih menjadi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
133
sampel penelitian di 4 SD Kelompok Eksperimen (SD-KE): yakni SDN
Margorejo I/403, SDN Jemur Wonosari I/417, SD Kyai Ibrahim Surabaya dan SD
Al-Azhar Syifa Budi Surabaya, diperoleh keunggulan Model Kuantum Moral
Islam sebagai berikut:
a. Membangun ikatan emosional antara guru dengan siswa
b. Memberikan motivasi kepada siswa, sehingga siswa merasa senang dan
bergairah untuk menerima pembelajaran
c. Menanamkan nilai moral kepada siswa
2. Keterbatasan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
Selain memiliki keunggulan, Model Pembelajaran Quantum Moral Islam
juga mempunyai keterbatasan sebagai berikut:
a. Sulit melakukan kontrol karena banyak faktor yang mempengaruhi
perkembangan sikap siswa
b. Keberhasilan penanaman moral tidak bisa dievaluasi segera.