38
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM MORAL ISLAM A. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya 1. Guru PAI lebih terkonsentrasi persoalan teoritis keilmuan yang bersifat kognitif semata Pada pelaksanaan studi pendahuluan di beberapa sekolah di kecamatan Wonocolo Surabaya yang menjadi sampel penelitian ditemukan pokok permasalahan yang menjadi sumber utama problematika pendidikan agama Islam di sekolah selama ini. Dimana pembelajaran PAI hanya difokuskan untuk pencapaian aspek kognitif atau nilai dalam bentuk angka dan cenderung mengabaikan bagaimana peserta didik mencapai aspek afektif (sikap) sehingga belajar PAI sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini mengakibatkan pelajaran PAI menjadi pelajaran teoritis bukan pengamalan atau penghayatan terhadap nilai agama itu sendiri. Padahal menurut Adetayo, guru harus memperhatikan domain afektif peserta didik karena hal ini akan memungkinkan peserta didik tidak hanya memperoleh kompetensi akademis tetapi juga memperoleh keterampilan, sikap, nilai-nilai, praktis dan keterampilan psikososial yang akan memungkinkan mereka memperoleh manfaat dari pembelajaran. 1 Sementara itu, Allen dan Friedman, menjelaskan bahwa guru perlu mengajar domain afektif selain domain 1 Janet Oyebola Adetayo, “Assessing the Affective Behaviours in Learners”, Journal of Education and Practice, Vol. 5, No. 16 (Juli, 2014), 8.

BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

  • Upload
    lydung

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM MORAL ISLAM

A. Penyelenggaraan Kegiatan Pembelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan

Wonocolo Surabaya

1. Guru PAI lebih terkonsentrasi persoalan teoritis keilmuan yang bersifat kognitif

semata

Pada pelaksanaan studi pendahuluan di beberapa sekolah di kecamatan

Wonocolo Surabaya yang menjadi sampel penelitian ditemukan pokok

permasalahan yang menjadi sumber utama problematika pendidikan agama Islam

di sekolah selama ini. Dimana pembelajaran PAI hanya difokuskan untuk

pencapaian aspek kognitif atau nilai dalam bentuk angka dan cenderung

mengabaikan bagaimana peserta didik mencapai aspek afektif (sikap) sehingga

belajar PAI sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini mengakibatkan pelajaran

PAI menjadi pelajaran teoritis bukan pengamalan atau penghayatan terhadap nilai

agama itu sendiri.

Padahal menurut Adetayo, guru harus memperhatikan domain afektif

peserta didik karena hal ini akan memungkinkan peserta didik tidak hanya

memperoleh kompetensi akademis tetapi juga memperoleh keterampilan, sikap,

nilai-nilai, praktis dan keterampilan psikososial yang akan memungkinkan

mereka memperoleh manfaat dari pembelajaran.1 Sementara itu, Allen dan

Friedman, menjelaskan bahwa guru perlu mengajar domain afektif selain domain

1Janet Oyebola Adetayo, “Assessing the Affective Behaviours in Learners”, Journal of Education and Practice, Vol. 5, No. 16 (Juli, 2014), 8.

Page 2: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

97

kognitif, tujuannya ialah untuk membantu siswa dalam mengembangkan nilai-

nilai, etika, dan estetika dalam dirinya.2

Mengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang

diperoleh dari para informan di lapangan, Enik Rusmiyati menyatakan ia jarang

melakukan tanya jawab tentang materi PAI kaitannya dengan konteks sosial

peserta didik karena pada kegiatan apersepsi ia selalu membuka pelajaran dengan

menguji kemampuan siswa mengingat kembali materi pembelajaran yang telah ia

sampaikan pada pertemuan sebelumnya (pengujian hanya sebatas aspek

kognitif/pengetahuan siswa).3 Senada dengan Enik Rusmiyati, Imron Ghozali

jarang melakukan pengenalan konteks materi PAI kaitannya dengan pengalaman

nyata yang dialami siswa.4 Padahal menurut Smith, guru akan memperoleh

manfaat jika dalam pembelajaran mereka dapat mengarahkan dan

menghubungkan materi yang disampaikan dengan konteks sosial peserta didik. Di

antara manfaat-manfaat itu antara lain: 1) peserta didik lebih responsif ketika

menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi nyata, 2) peserta didik

akan lebih memahami apa itu nilai dalam berbagai konteks sosial yang

berbeda-beda dan apa itu nilai moral yang membimbing kesatuan sosial.5

2Karen Neuman Allen and Bruce D. Friedman, “Affective learning: A taxonomy for teaching social work values”, Journal of Social Work Values and Ethics, Vol. 7, No. 2 (Maret, 2010), 15. 3Enik Rusmiyati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Jemur Wonosari I/417 Surabaya, Wawancara, Surabaya, 1 Desember 2015. 4Imron Ghozali, Guru Pendidikan Agama Islam SD Al-Azhar Syifa Budi Surabaya, Wawancara, Surabaya, 6 April 2016. 5Bettye P. Smith, “Instructional Strategies in Family and Consumer Sciences: Implementing the Contextual Teaching and Learning Pedagogical Model”, Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 28, No. 1 (Januari, 2010), 25.

Page 3: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

98

Sedangkan Moh. Ridwan, menyatakan jarang mengupayakan

pembelajaran PAI sebagai proses obyektivasi, internalisasi dan eksternalisasi

nilai afektif.6 Lepper, menyatakan bahwa obyektivasi, internalisasi dan

eksternalisasi berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai moral terhadap diri peserta

didik, sehingga ia mampu berinter aksi dengan berbagai konteks sosial dan

bertahan terhadap segala tekanan atau konflik yang terjadi dalam lingkungan

sosial.7 Sementara itu, Kelman, menjelaskan bahwa obyektivasi, internalisasi dan

eksternalisasi mengacu pada proses menerima nilai-nilai dalam konteks sosial

budaya.8

2. Dalam melaksanakan penilaian, guru PAI hanya fokus mengukur aspek kognitif

siswa saja

Hasil wawancara menunjukkan bahwa kecenderungan guru PAI SD di

Kecamatan Wonocolo Surabaya dalam penilaian hanya terfokus pada aspek

koginif dikarenakan penilaian autentik dirasakan sangat susah untuk diterapkan.

Padahal penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta

didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang

sesungguhnya.9

6Moh. Ridwan, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Jemur Wonosari III/526, Wawancara, Surabaya, 7 April 2016. 7M. R. Lepper, Social-control processes and the internalization of social values, (New York: Cambridge University Press, 1983), 294. 8H. C. Kelman, “Compliance, identification, and internalization: Three processes of attitude change”, Journal of Conflict Resolution, Vol. 2, No. 1 (Maret, 1958), 51. 9Lampiran Permendikbud No. 104 Pasal 1 Butir 2 Tahun 2014.

Page 4: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

99

Penilaian autentik merupakan penilaian yang sangat bagus pada tataran

koseptual, akan tetapi pada tataran implementasi mengalami banyak hambatan

bagi mereka yang belum memahami model penilaian ini, dikarenakan model

penilaian seperti ini baru ditekankan implementasinya pada kurikulum 2013.

Hambatan dalam penerapan penilain autentik ini disampaikan oleh Suqanan Ash.

Shiddiq Guru Pendidikan Agama Islam di SD Kyai Ibrahim Surabaya bahwa

terlalu banyak rubrik penilaian dan tidak ada pendampingan baik dari pengawas

umum maupun pengawas agama.10 Di samping itu banyaknya format penilaian

yang disusun oleh guru, sebagian guru belum bisa merumuskan ukuran untuk

penilaian sikap itu seperti apa dan bagaimana deskripsi dari nilai itu sendiri seperti

yang disampaikan oleh Fatimatul Ulfah Guru Pendidikan Agama Islam di SD

Adinda Surabaya, beliau mengungkapkan bahwa yang menjadi problem

implementasi kurikulum 2013 adalah masih terkendala pada penilaian aspek

sikap.11

3. Guru PAI masih terjebak dalam dualisme penggunaan KTSP dan Kurikulum 2013

Dualisme kurikulum yang diterapkan oleh guru PAI yang berada di

bawah naungan dispendik dan kemenag terjadi di beberapa sekolah dasar di

kecamatan Wonocolo Surabaya yang menjadi sampel penelitian pengembangan

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam. Hal ini terjadi menurut Nur Aini

dalam rangka menyikapi Peraturan Mendikbud Nomor 160 Tahun 2014 yang

menyatakan pemberlakuan Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan yang telah

10Sukanan Ash. Shiddiq, S.Ag, Guru Pendidikan Agama Islam SD Kyai Ibrahim Surabaya, Wawancara, Surabaya, 15 Maret 2016. 11Fatimatul Ulfah, Guru Pendidikan Agama Islam SD Adinda Surabaya, Wawancara, Surabaya, 12 April 2016.

Page 5: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

100

melaksanakannya selama tiga semester. Sementara satuan pendidikan lain yang

baru menerapkannya satu semester atau sejak semester pertama 2014/2015

kembali ke Kurikulum KTSP mulai semester kedua 2014/2015.12

Menurut Bayyinah, dampak yang dirasakan guru PAI Sekolah Dasar di

kecamatan Wonocolo Surabaya dalam hal dualisme kurikulum KTSP dengan

kurikulum 2013 adalah sering terjadi kesalahpahaman dalam menyusun silabus,

sehingga dalam penyusunan silabus tersebut hanya asal jadi dan sebatas formalitas

saja walaupun penyusunan silabus yang dibuat itu tidak ideal dan tidak sesuai

dengan prosedur yang telah ditawarkan oleh unit lembaga terkait yang ada di

dispendik dan kemenag.13

Dari kegiatan observasi ditemukan persoalan yang berkaitan dengan

dualisme penerapan KTSP dengan kurikulum 2013 untuk mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam yakni rendahnya kemampuan guru dalam menyusun

program pembelajaran, hal ini seperti yang disampaikan oleh Harmiyati guru

Pendidikan Agama Islam SDN Margorejo I/403 beliau mengatakan bahwa

perangkat yang sudah disusun baru RPP itupun baru tahap percobaan.14

Hal ini diperkuat dengan hasil pengamatan peneliti dimana dari seluruh

guru Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah yang menerapkan KTSP dan

kurikulum 2013 belum ada guru yang memiliki perangkat pembelajaran secara

lengkap dan dari hasil dokumentasi yang peneliti lakukan didapatkan hanya RPP

yang dimiliki oleh guru. Keadaan ini selain berdampak terhadap guru dan sekolah,

12Nur Aini, Kepala Sekolah SD Adinda Surabaya, Wawancara, Surabaya, 12 April 2016. 13Bayyinah, Guru Pendidikan Agama Islam SD Taquma Surabaya, Wawancara, Surabaya, 8 April 2016. 14Harmiyati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Margorejo I/403 Surabaya, Wawancara, Surabaya, 25 Nopember 2016.

Page 6: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

101

juga berdampak terhadap peneliti ketika menentukan langkah desain Model

Pembelajaran pembelajaran Quantum Moral Islam pada Mata Pelajaran PAI

Sekolah Dasar di kecamatan Wonocolo Surabaya.

B. Pengembangan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam Pada Mata

Pelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya

1. Draft Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang dikembangkan melalui

penelitian dan pengembangan ini didasarkan kepada kerangka normatif al-Qur’an

dan kerangka teoretik. Kerangka normatif al-Qur’an karena Model Pembelajaran

Quantum Moral Islam ini merupakan artikulasi dari:

a. Potensi kecerdasan emosi yang ada dalam al-Qur’an surat A<li ‘Imra>n ayat 159.

ن فبما ة م ا غلين ولوم كنن ت لهمم لن الل رحم ونال المقلمب ظ ت فظ و لك نن منم حومف ف رم عنمهمم و اعم تغم ر لهمم وشاورمهمم ف اسم مم

ف الم ت فتوكم لع ا الله ذا عزمم الل ن ا يبو ممتوك ال ١٥٩ ين

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad. Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. A<li ‘Imra>n: 159).15

Artikulasi dari ayat 159 surat A<li ‘Imra>n mengerucut kepada potensi

kalbu yang sering dihubungkan dengan amarah atau emosi, cinta, dan

pengetahuan.16 Potensi kalbu memiliki peran paling penting dalam mengatur

15Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-suyutti, Tafsir Jalalain Berikut Asbab An-nujulnya, Jilid 1 (Bandung: Sinar Baru, 1990), 44. 16Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence) Membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab Profesional dan Berakhlak. (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 93.

Page 7: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

102

kehidupan manusia, dan sangat erat kaitannya dengan dimensi emosi. Hati

mengatur dan mengendalikan potensi akal pikiran dan panca indra.17

b. Potensi kecerdasan jasmani: pendengaran dan penglihatan (pendekatan

saintifik) & potensi hati (fu’a>d): hati (akal dan pikiran) yang terdapat dalam

al-Qur’an surat An-Nah}l ayat 78.

ع لمون ن شينئال وجعل لكم السمم نن بطون ن ا مهتكمم ل تعم رجكمن م والل ا خمبمصر و الم كرون فنئدة والن ٧٨ن لعلكمم تشم

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nah}l: 78).18

Artikulasi dari surat An-Nah}l ayat 78 bahwa manusia memiliki

beragam potensi di antaranya: pertama potensi jasmani (potensi fisik dan

potensi sosial), kedua potensi hati (potensi akal pikiran dan potensi emosi).19

Potensi jasmani yang terdiri dari potensi fisik dan potensi sosial

membuat manusia memiliki kapasitas menyesuaikan diri dan mempengaruhi

orang lain. Kemampuan menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain

didasari kemampuan belajarnya, baik dalam tataran pengetahuan maupun

keterampilan.20 Sedangkan potensi hati atau fu’a>d memberikan ruang untuk

akal, berpikir, bertafakur, memilih dan mengolah seluruh data yang masuk

17Eko Jalu Santoso, Heart Rovolution: Revolusi Hati Nurani, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007), 37. 18Jalaluddin As-suyutti, Tafsir Jalalain, 167. 19Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 89. 20Ibid., 89.

Page 8: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

103

dalam kalbu manusia, Sehingga, lahirlah ilmu pengetahuan yang bermuatan

moral.21

Potensi hati atau fu’a>d menangkap fenomena alam luar dan alam ini,

fu’a>d melihat berbagai alamat (tanda) yang kemudian menjadi ilmu untuk

mewujudkannya dalam bentuk amal. Pengawal fu’a>d adalah akal, pikir,

pendengaran, dan penglihatan (pendekatan saintifik), yang secara nyata

diuraikan secara sistematis di dalam al-Qur’an. Fungsi akal di dalam al-

Qur’an kata aql ditampilkan dalam bentuk kerja membantu fu’a>d untuk

menangkap seluruh fenomena yang bersifat lahir, wujud, dan nyata dengan

mendayagunakan fungsi indra penglihatan. Sedangkan, yang bersifat

perenungan, pemahaman mendalam terhadap hakikat yang bersifat gaib, tidak

nyata, dan tidak tampak dalam penglihatan diserahkan kepada potensi pikir

dengan mendayagunakan fungsi pendengaran.22

ن ا ٱلي وهو ع لكم ا ش ن بمصر و السمم كرون قلين ه فنئدة وال الم ٧٨ن لا ما تشم“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur” (QS. Al-Mu’minu>n: 78).23

Di dalam fu’a>d ada potensi melihat, menganalisis, merenung,

merangkum.24 Jadi, potensi hati atau fu’a>d mengerucut kepada pendekatan

saintifik dalam pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, maka proses

pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan harus dipandu dengan kaidah-

kaidah pendekatan saintifik. Karena pendekatan ini bercirikan penonjolan

21Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 97. 22Ibid., 97. 23Jalaluddin As-suyutti, Tafsir Jalalain, 217. 24Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 99.

Page 9: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

104

dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan dan penjelasan

tentang suatu kebenaran.

افلمم رض ا ف ون يسين قلون ي ب ن لهمم قلون فتكون الم وم ءاذان ا ن بها عم معون ي سم ف ها ن ب نها ام بمصر ل تعم م ولكنن الم ر ف الت المقلونب تعم دون ٤٦ الصو

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada” (QS. Al-H{ajj: 46).25

Kerangka teoretik Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang

terdiri dari:

a. Pembelajaran kuantum untuk melejitkan pembelajaran peserta didik dari

Bobbi De Porter dan Mike Hernacki.26

b. Potensi kecerdasan emosi (qalb, dhawq, s}hadr, fu’a>d dan lubb) dalam

pembentukan moral dari Muhammad ‘Ali> Al-Haki>m at-Tirmidzi>.27

c. Potensi kecerdasan jasmani: melihat, menganalisis, merenung, merangkum

yang mengerucut pada pendekatan saintifik.28

d. Prinsip obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi dalam memperoleh

pengetahuan tentang nilai moral dan cara penerapannya dari Lev Vygotsky.29

25Jalaluddin As-suyutti, Tafsir Jalalain, 211. 26Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, terj. Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Kaifa, 2011), 16. 27Muhammad ‘Ali> Al-Haki>m at-Tirmidzi>, Biarkan Hatimu Bicara! Mencerdaskan Dada, Hati, Fuad, dan Lubb, Terj. Fauzi Faisal Bahreisy (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), 7. 28Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 99. 29Pemerolehan pengetahuan tentang nilai moral yang didapat siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai proses obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi dalam: L. Taylor, “Vygotskian Influence in Mathematics Education,with Particular Reference to Attitude Development”, Focus on Learning Problems in Mathematics, Vol. 15, No. 2 & 3 (Spring & Summer Edition), 4.

Page 10: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

105

e. Komponen karakter yang baik: moral knowing, moral feeling, dan moral

action dari Thomas Lickona.30

f. Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar

dan pendidikan menengah.

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang terdiri dari tiga tahap

yaitu: pertama tahap kegiatan awal (pengenalan konteks), kedua tahap kegiatan

inti (obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi), dan ketiga tahap kegiatan

penutup.

Tahap pertama adalah tahap kegiatan awal (pengenalan konteks). Pada

tahap ini guru menggiring siswa pada kegiatan pengenalan konteks dengan

melaksanakan lima hal, yaitu: pertama guru membuka pelajaran dengan salam dan

do’a, kedua guru melakukan Tanya jawab tentang pengalaman nyata yang

dirasakan siswa, ketiga guru mengkaitkan pengalaman siswa dengan materi

pembelajaran, keempat guru menciptakan kondisi kelas yang

menyenangkan/santai dan diliputi nuansa demokratis agar terjadi proses

pembelajaran yang bermakna, dan kelima guru memberikan kebebasan kepada

siswa untuk menyampaikan gagasan dalam berpendapat dan mengkonstruksi

pengetahuan secara mandiri serta melibatkan siswa lainnya dalam menjawab

pertanyaan dari kawannya.

Tahap kedua, adalah tahap kegiatan inti dengan guru menggiring siswa

pada kegiatan obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi. Dalam tahap kedua ini

30Thomas Lickona, Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility, (New York: Bantam Books, 1991), 51.

Page 11: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

106

guru menciptakan aktivitas belajar siswa berupa: melihat, membaca, mendengar,

atau memperhatikan tayangan. Kegiatan pembelajaran pada tahap ini dilakukan

dengan pendekatan saintifik dengan upaya mengasah dhawq, s}hadr, fu’a>d dan

lubb melalui aktivitas belajar siswa.

Tahap ketiga adalah tahap akhir, pada tahap ketiga ini guru menekankan

kepada siswa untuk senantiasa menerapkan tiga komponen karakter yang baik

yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan

tentang moral), dan moral action (perbuatan/tindakan moral), yang diperlukan

agar mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai kebaikan. Serta

guru melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas dan

menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam adalah sebuah strategi

pembelajaran untuk melejitkan proses internalisasi nilai-nilai moral peserta

didik melalui aktivitas belajar dengan cara mengaitkan materi pembelajaran

dengan pengalaman nyata yang dialami siswa, sehingga siswa senantiasa

menerapkan tiga komponen karakter yang baik yaitu moral knowing (pengetahuan

tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action

(perbuatan/tindakan moral), yang diperlukan agar mampu memahami, merasakan,

dan mengerjakan nilai-nilai kebaikan.

Page 12: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

107

Tahapan pelaksanaan pembelajaran pada Model Pembelajaran Quantum

Moral Islam, yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.1

Tahapan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Page 13: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

108

2. Penilaian tingkat kevalidan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

a. Uji validitas instrumen

Validitas menurut Sugiono, adalah suatu ukuran yang dapat

menunjukkan kevalidan atau kesahihan dari instrumen.31 Jadi dalam

pengujian validitas itu mengacu kepada sebuah instrumen dalam menjalankan

fungsinya. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang dapat diukur.

Instrumen dalam angket yang diujicobakan sebelumnya telah

melalui uji validitas instrumen. Uji validitas menggunakan jasa komputer

program spss 23.0 for windows. Pernyataan dikatakan valid jika nilai r hitung

lebih besar dari r tabel (rh>rt) maka butir instrumen angket tersebut valid, tetapi

sebaliknya bila r hitung lebih kecil dari r tabel (rh<rt) maka instrumen tersebut

tidak valid dan tidak dapat digunakan dalam penelitian.32

b. Uji validasi ahli

Produk Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang sudah

berhasil disusun oleh peneliti, terlebih dahulu peneliti bawa untuk divalidasi

oleh para ahli. Instrumen penilaian pada lembar validasi berikut, telah melalui

tahap uji validasi instrumen (lihat lampiran II Tabel Validasi Instrumen).

1) Data uji validasi Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Mengenai data dari hasil uji validasi instrumen Model

Pembelajaran Quantum Moral Islam yang didapat dari penilaian validator

31Sugiyono, Metode Penelitian dan Pengembangan: Research and Development, untuk Bidang Pendidikan, Manajemen, Sosial Teknik, Cet. 1 (Bandung: Alfabeta, 2015), 176. 32Nidjo Sandjojo, Metode Analisis Jalur (Path Analysis) dan Aplikasinya, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2011), 152-153.

Page 14: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

109

ahli yaitu r hitung lebih besar dari r tabel (0,878), maka validitas instrumen

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam dapat dikatakan memenuhi

syarat validasi (Lihat lampiran II: hasil uji validasi instrumen Model

Pembelajaran Quantum Moral Islam).

Jumlah aspek yang dinilai ada 2, yaitu a) teori pendukung dan b)

struktur Model Pembelajaran Quantum Moral Islam. Terhadap teori

pendukung: pembelajaran kuantum (Quantum Learning), Potensi

kecerdasan emosi (qalb, dhawq, s}hadr, fu’a>d dan lubb), tiga komponen

perilaku yang baik (moral knowing, moral feeling, dan moral action), tiga

dari lima orang validator memberikan skor nilai 4 (sangat baik).

Sedangkan, terhadap struktur Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

tiga dari lima orang validator memberikan skor nilai 4 (sangat baik),

dengan skor total dari 2 aspek tersebut yaitu 168, rata-rata 33,6.

Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai

bahwa Model Pembelajaran Quantum Moral Islam secara umum “Sangat

Baik” dengan interval penilaian 3,36.

2) Data uji validasi keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

(respon pengguna/guru)

Mengenai data dari hasil uji validasi instrumen keefektifan Model

Pembelajaran Quantum Moral Islam (respon pengguna/guru) yang didapat

dari penilaian 5 validator ahli yaitu pada taraf signifikasi 0,05%, maka rtabel

diperoleh 0,878. Pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung lebih dari r

tabel. Hasil uji di atas menunjukkan semua butir pertanyaan dapat

Page 15: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

110

digunakan karena r hitung lebih dari r tabel dan dapat dikatakan memenuhi

syarat validasi (Lihat lampiran II: hasil uji validasi instrumen keefektifan

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon pengguna/guru).

Jumlah aspek yang dinilai ada 3, yaitu a) petunjuk, b) cakupan

dan c) bahasa. Terhadap ketiga aspek tersebut, tiga dari lima orang

validator memberikan nilai 4 (sangat baik), dengan skor total dari 3 aspek

tersebut yaitu 143, rata-rata 28,6.

Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai

bahwa angket keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

(respon pengguna/guru) secara umum “Baik” dengan interval penilaian

3,18.

3) Data uji validasi keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

(respon peserta didik)

Mengenai data dari hasil uji validasi instrumen keefektifan Model

Pembelajaran Quantum Moral Islam (respon peserta didik) yang didapat

dari penilaian 5 validator ahli yaitu pada taraf signifikasi 0,05%, maka rtabel

diperoleh 0,878. Pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung lebih dari r

tabel. Hasil uji di atas menunjukkan semua butir pertanyaan dapat

digunakan karena r hitung lebih dari r tabel dan dapat dikatakan memenuhi

syarat validasi (Lihat lampiran II: hasil uji validasi instrumen keefektifan

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon peserta didik).

Jumlah aspek yang dinilai ada 3, yaitu a) petunjuk, b) cakupan

dan c) bahasa. Terhadap ketiga aspek tersebut, tiga dari lima orang

Page 16: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

111

validator memberikan nilai 4 (sangat baik), dengan skor total dari 3 aspek

tersebut yaitu 195, rata-rata 39.

Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai

bahwa angket keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

(respon peserta didik) secara umum “Baik” dengan interval penilaian 3,2.

4) Data uji validasi RPP Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Mengenai data dari hasil uji validasi instrumen RPP Model

Pembelajaran Quantum Moral Islam yang didapat dari penilaian 5

validator ahli yaitu pada taraf signifikasi 0,05%, maka rtabel diperoleh

0,878. Pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung lebih dari r tabel.

Hasil uji di atas menunjukkan semua butir pertanyaan dapat digunakan

karena r hitung lebih dari r tabel dan dapat dikatakan memenuhi syarat

validasi (Lihat lampiran II: hasil uji validasi instrumen RPP Model

Pembelajaran Quantum Moral Islam).

Jumlah aspek yang dinilai ada 9, yaitu a) identitas mata pelajaran,

b) rumusan tujuan/indikator, c) materi, d) metode pembelajaran, e)

kegiatan pembelajaran, f) pemilihan media/ sumber belajar, g) penilaian

hasil belajar, h) kebahasaan dan i) penanaman nilai moral. Terhadap

kesembilan aspek tersebut, tiga dari lima orang validator memberikan nilai

4 (sangat baik), dengan skor total dari 9 aspek tersebut yaitu 457, rata-rata

91,4.

Page 17: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

112

Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai

bahwa RPP Model Pembelajaran Quantum Moral Islam secara umum

“Sangat Baik” dengan interval penilaian 3,4.

5) Data uji validasi angket evaluasi kuantum moral peserta didik

Mengenai data dari hasil uji validasi instrumen evaluasi kuantum

moral peserta didik yang didapat dari penilaian 5 validator ahli yaitu pada

taraf signifikasi 0,05%, maka rtabel diperoleh 0,878. Pertanyaan dikatakan

valid jika nilai r hitung lebih dari r tabel. Hasil uji di atas menunjukkan

semua butir pertanyaan dapat digunakan karena r hitung lebih dari r tabel

dan dapat dikatakan memenuhi syarat validasi (Lihat lampiran II: hasil uji

validasi instrumen evaluasi kuantum moral peserta didik).

Jumlah aspek yang dinilai ada 3, yaitu a) petunjuk, b) cakupan

dan c) bahasa. Terhadap ketiga aspek tersebut, tiga dari lima orang

validator memberikan nilai 4 (sangat baik), dengan skor total dari 3 aspek

tersebut yaitu 147, rata-rata 29,4.

Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai

bahwa angket evaluasi kuantum moral peserta didik secara umum “Baik”

dengan interval penilaian 3,2.

6) Data uji validasi buku guru PAI dan Budi Pekerti kelas 5

Mengenai data dari hasil uji validasi buku guru PAI dan Budi

Pekerti kelas 5 yang didapat dari penilaian 5 validator ahli yaitu pada taraf

signifikasi 0,05%, maka rtabel diperoleh 0,878. Pertanyaan dikatakan valid

jika nilai r hitung lebih dari r tabel. Hasil uji di atas menunjukkan semua

Page 18: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

113

butir pertanyaan dapat digunakan karena r hitung lebih dari r tabel dan

dapat dikatakan memenuhi syarat validasi (Lihat lampiran II: hasil uji

validasi instrumen buku guru PAI dan Budi Pekerti kelas 5).

Jumlah aspek yang dinilai ada 3, yaitu a) format buku, b) bahasa

dan c) isi buku. Terhadap ketiga aspek tersebut, tiga dari lima orang

validator memberikan nilai 4 (sangat baik), dengan skor total dari 3 aspek

tersebut yaitu 210, rata-rata 42.

Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai

bahwa buku guru PAI dan Budi Pekerti kelas 5 secara umum “Baik”

dengan interval penilaian 3,2.

7) Data uji validasi buku siswa PAI dan Budi Pekerti kelas 5

Mengenai data dari hasil uji validasi buku siswa PAI dan Budi

Pekerti kelas 5 yang didapat dari penilaian 5 validator ahli yaitu pada taraf

signifikasi 0,05%, maka rtabel diperoleh 0,878. Pertanyaan dikatakan valid

jika nilai r hitung lebih dari r tabel. Hasil uji di atas menunjukkan semua

butir pertanyaan dapat digunakan karena r hitung lebih dari r tabel dan

dapat dikatakan memenuhi syarat validasi (Lihat lampiran II: hasil uji

validasi instrumen buku siswa PAI dan Budi Pekerti kelas 5).

Jumlah aspek yang dinilai ada 3, yaitu a) format buku, b) bahasa

dan c) isi buku. Terhadap ketiga aspek tersebut, tiga dari lima orang

validator memberikan nilai 4 (sangat baik), dengan skor total dari 3 aspek

tersebut yaitu 210, rata-rata 42.

Page 19: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

114

Jadi, melihat hasil uji validasi di atas, ketiga validator menilai

bahwa buku siswa PAI dan Budi Pekerti kelas 5 secara umum “Baik”

dengan interval penilaian 3,2.

C. Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam Pada Mata Pelajaran

PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya

1. Uji coba terbatas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

a. Hasil uji coba terbatas

Uji coba terbatas dilaksanakan dengan melibatkan dua orang guru

yaitu Dra. Harmiyati, guru PAI di SDN 1/403 Margorejo Surabaya dan Dra.

Enik Rusmiati, guru PAI di SDN Jemur Wonosari I/417. Uji coba terbatas

dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Selama kegiatan uji coba terbatas

berlangsung dilakukan pengamatan langsung. Dalam proses uji coba terbatas

ini revisi serta penyempurnaan dilakukan berdasarkan pada catatan hasil

observasi dan evaluasi yang diberikan oleh guru sukarelawan dan pakar.

Setelah mendapatkan bentuk yang optimal maka model kemudian diuji coba

luas.

Setelah diujicobakan secara terbatas peneliti menerima berbagai

saran konstruktif dari:

1) Evaluasi guru

a) Langkah-langkah pembelajaran harus dikomunikasikan dengan jelas,

dan

b) Angket yang digunakan untuk mengevaluasi kuantum moral siswa

bahasanya terlalu panjang dan sulit dipahami oleh peserta didik.

Page 20: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

115

2) Evaluasi pakar

a) Lilik Huriyah33 meminta supaya di landasan teori, landasan

moral/akhlak harus ditampilkan.

b) Kusaeri34 mengkritisi alat evaluasi kuantum moral peserta didik,

kalimat/pernyataan terlalu panjang dan sulit dipahami anak SD.

c) Sihabudin35 memberikan saran dalam pengembangan model perlu juga

dikembangkan perangkat model secara lengkap.

d) Evi Fatimatur Rusdiyah36 memberi masukan untuk langkah-langkah

(sintaks) Model Pembelajaran Quantum Moral Islam bagusnya

dilakukan pemberian nama di setiap tahapnya.

e) Arif Mansyuri37 mengkritisi, dalam pembuatan soal posttest untuk

mengukur nilai belajar peserta didik harus memperhatikan

penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar (sesuai

EYD).

b. Revisi produk awal prototipe I

Setelah dilakukan uji coba awal, tahap berikutnya adalah perbaikan

produk sesuai dengan data yang diperoleh dari uji coba awal. Saran dari pakar

digunakan untuk menyempurnakan produk.

33Dr. Lilik Huriyah, M.Pd.I pakar Pendidikan Agama Islam/Sekretaris Jurusan PAI Program Doktor UIN Sunan Ampel Surabaya. 34Dr. Kusaeri, M.Pd. pakar evaluasi pembelajaran/Ketua Jurusan Matematika FTK UIN Sunan Ampel Surabaya. 35Dr. Sihabudin, M.Pd.I, M.Pd. pakar teknologi pembelajaran/Dosen FTK UIN Sunan Ampel Surabaya. 36Dr. Hj. Evi Fatimatur Rusdiyah, M.Ag pakar teknologi pembelajaran/Dosen Teknologi Pembelajaran FTK UIN Sunan Ampel Surabaya. 37Dr. Arif Mansyuri, M.Pd. pakar manajemen pendidikan/Dosen FTK UIN Sunan Ampel Surabaya.

Page 21: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

116

Berdasarkan saran dan komentar dari guru sebagai praktisi/user

dalam penggunaan model pembelajaran, juga pakar bidang pembelajaran,

peneliti melakukan perbaikan sebagai berikut:

1) Langkah-langkah pembelajaran harus dikomunikasikan dengan jelas.

Idealnya, setiap langkah-langkah pembelajaran terdiri dari tiga

tahap kegiatan: awal, inti, dan penutup. Tetapi masih ditemukan beberapa

instruksi dan penamaan langkah pembelajaran yang kurang tepat sehingga

sulit bagi guru sebagai pengguna atau user untuk memahaminya, akhirnya

dilakukan penyempurnaan, sebagai berikut.

Tabel 4.1

Sintaks Model Pembelajaran Quantum Moral Islam sesudah direvisi

Tahap Prosedur Pembelajaran Kegiatan Awal Pengenalan

Konteks

Guru membuka pelajaran dengan salam dan Do’a

Tanya jawab tentang pengalaman nyata Mengkaitkan pengalaman siswa dengan materi

pembelajaran Guru menciptakan kondisi kelas yang

menyenangkan/santai dan diliputi nuansa demokratis

Kegiatan Inti Obyektivasi Internalisasi Eksternalisasi

Kegiatan pembelajaran pada tahap ini dilakukan dengan pendekatan saintifik dengan upaya mengasah dhawq, s}hadr, fu’a>d dan lubb melalui aktivitas belajar siswa

Kegiatan Penutup Guru menginspirasi siswa untuk senantiasa menerapkan tiga kompenen perilaku yang baik yaitu: moral knowing, moral feeling, dan moral action

Guru melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas

Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya

Page 22: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

117

2) Angket evaluasi kuantum moral siswa bahasanya terlalu panjang dan sulit

dipahami oleh peserta didik.

Keterbatasan kemampuan peneliti dalam membuat instrumen

angket evaluasi kuantum moral peserta didik menggunakan bahasa yang

sederhana, singkat dan mudah dipahami menjadi bahan kritikan ketika

peneliti hendak membagikan angket kepada peserta didik, sehingga perlu

dilakukan perbaikan sebagai berikut.

Tabel 4.2

Angket evaluasi kuantum moral peserta didik sesudah direvisi

No Pernyataan

1 Saya senang dan gembira mengikuti pembelajaran 2 Saya termotivasi dan bergairah selama pembelajaran 3 Saya sangat antusias mengikuti proses pembelajaran 4 Saya tidak takut menyampaikan gagasan dalam pembelajaran 5 Guru selalu menjalin kedekatan yang harmonis dengan siswa 6 Saya menangkap makna melalui proses menghafal materi

pembelajaran 7 Saya mencatat hasil sharing analisis gambar tentang materi

pembelajaran 8 Saya memberikan komentar tentang materi pembelajaran 9 Saya menjawab setiap pertanyaan guru tentang materi

pembelajaran 10 Di akhir pembelajaran guru memberikan tugas dan

menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

c. Produk akhir Model Pembelajaran Quantum Moral Islam (prototipe II)

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang dikembangkan

melalui penelitian dan pengembangan ini didasarkan pada:

1) Kerangka normatif al-Qur’an yang dikembangkan melalui:

a) Potensi kecerdasan emosi yang terdapat dalam al-Qur’an surat A<li

‘Imra>n ayat 159.

Page 23: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

118

b) Potensi kecerdasan jasmani: pendengaran dan penglihatan

(pendekatan saintifik) & Potensi Hati (fu’a>d): hati (akal dan pikiran)

yang terdapat dalam al-Qur’an surat An-Nah}l ayat 78.

2) Kerangka teoretik yang terdiri dari:

a) Pembelajaran kuantum untuk melejitkan pembelajaran peserta didik

dari Bobbi De Porter dan Mike Hernacki.38

b) Potensi kecerdasan emosi (qalb, dhawq, s}hadr, fu’a>d dan lubb) dalam

pembentukan moral dari Muhammad ‘Ali> Al-Haki>m at-Tirmidzi>.39

c) Potensi kecerdasan jasmani: melihat, menganalisis, merenung,

merangkum yang mengerucut pada pendekatan saintifik.40

d) Prinsip obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi dalam

memperoleh pengetahuan tentang nilai moral dan cara penerapannya

dari Lev Vygotsky.41

e) Komponen karakter yang baik: moral knowing, moral feeling, dan

moral action dari Thomas Lickona.42

f) Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses

pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

38Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, terj. Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Kaifa, 2011), 16. 39Muhammad ‘Ali> Al-Haki>m at-Tirmidzi>, Biarkan Hatimu Bicara! Mencerdaskan Dada, Hati, Fu’a>d, dan Lubb, Terj. Fauzi Faisal Bahreisy (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), 7. 40Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 99. 41Pemerolehan pengetahuan tentang nilai moral yang didapat siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai proses obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi dalam: L. Taylor, “Vygotskian Influence in Mathematics Education,with Particular Reference to Attitude Development”, Focus on Learning Problems in Mathematics, Vol. 15, No. 2 & 3 (Spring & Summer Edition, 1992), 4. 42Thomas Lickona, Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility, (New York: Bantam Books, 1991), 51.

Page 24: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

119

d. Konstribusi penelitian dan pengembangan dalam melahirkan teori baru

Model Pembelajaran Quantum Moral Islam yang dikembangkan

melalui penelitian dan pengembangan ini menghasilkan teori baru pendidikan

karakter tentang pembelajaran quantum moral: yang terdiri dari tiga

komponen yaitu: moral knowledge (ilmu pengetahuan yang bermuatan

moral), moral emotions (emosi-emosi yang bermuatan moral), dan moral

behaviour (perilaku yang bermuatan moral).

Teori pendidikan karakter tentang pembelajaran quantum moral

dapat didefinisikan sebagai kegiatan pembelajaran untuk melejitkan proses

obyektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi komponen karakter yang baik,

yaitu: moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan

tentang moral), dan moral action (perbuatan/tindakan moral), melalui

aktivitas belajar siswa dengan cara mengaitkan materi pembelajaran dengan

pengalaman nyata yang dialami siswa, sehingga siswa senantiasa memahami

ilmu pengetahuan yang bermuatan moral (moral knowledge), merasakan

emosi-emosi yang bermuatan moral (moral emotions), dan berperilaku

berlandaskan nilai-nilai yang bermuatan moral (moral behaviour).

Berikut ini konstruk bangunan atau peta konsep bagaimana elaborasi

berbagai teori sehingga menjadi satu kesatuan yang melahirkan teori baru

pendidikan karakter tentang pembelajaran quantum moral dijelaskan pada

gambar berikut:

Page 25: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

120

Gambar 4.2

Teori pendidikan karakter tentang quantum moral

Penjelasan dari gambar tersebut dapat diuraikan dalam: 1)

konstribusi penelitian pada konfigurasi teori yang ada, dan 2) alasan teori

dimodifikasi jadi teori baru, sebagai berikut:

Page 26: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

121

1) Konstribusi penelitian pada konfigurasi teori yang ada, yaitu:

a) Teori pembelajaran kuantum mendukung terjadinya kegiatan

obyektivasi yaitu interaksi sosial siswa di dalam kelas yang

ditindaklanjuti dengan kegiatan interpersonal sehingga siswa

memperoleh pengetahuan tentang moral (moral knowing) yang

dipandang baik dan benar.

b) Potensi kecerdasan emosi (qalb, dhawq, s}hadr, fu’a>d, dan lubb)

mendukung terjadinya kegiatan internalisasi yaitu pendidikan nilai

yang sasarannya adalah sampai pada pemilikan nilai yang menyatu

dalam kepribadian dan karakter siswa yang berlandaskan emosi

(moral feeling).

c) Potensi kecerdasan jasmani (melihat, menganalisis, dan merangkum)

mendukung terjadinya kegiatan eksternalisasi yaitu dimana dari

aktivitas belajar, siswa diharapkan mampu mentransformasi nilai-nilai

moral dalam bentuk tindakan/perbuatan (moral action).

2) Alasan teori dimodifikasi jadi teori baru, yaitu:

a) Untuk mendukung terjadinya interaksi sosial siswa dalam dunia

intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses

institusionalisasi di dalam kelas (obyektivasi) dibutuhkan adanya

dimensi ilmu pengetahuan yang bermuatan moral (moral knowledge)

dalam kegiatan pembelajaran kuantum.

b) Peserta didik atau siswa belajar bagaimana mengolah segala perasaan

(feeling) dan emosi (emotion) yang membentuk kepribadiannya

Page 27: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

122

(internalisasi). Untuk mencapai keberhasilan dalam proses

pembentukan kepribadian peserta didik, dibutuhkan potensi

kecerdasan emosi melalui dimensi moral feeling dan moral emotions.

c) Peserta didik dalam melakukan usaha pencurahan atau ekspresi diri ke

dalam tindakan atau perbuatan moral (moral action) mencerminkan

bentuk perilaku yang bermuatan moral (moral behaviour).

2. Uji coba luas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Selanjutnya, Prototipe II diujicobakan secara luas. Uji coba lebih

luas/lapangan dilakukan terhadap 4 guru dan 40 siswa yang tersebar di 4 sekolah

dasar, 2 sekolah dasar negeri yakni SDN Margorejo I/403 dan SDN Jemur

Wonosari I/417, dan 2 sekolah dasar Islam swasta yakni SD Kyai Ibrahim

Surabaya dan SD Al-Azhar Syifa Budi Surabaya.

3. Penilaian tingkat keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

a. Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon pengguna/guru

Untuk mengetahui keefektifan produk, peneliti menyebarkan angket

kepada kelompok pertama, terdiri dari 4 pengamat dari pengguna/guru yang

melakukan pengamatan dan pengimplementasian Model Pembelajaran

Quantum Moral Islam terhadap pembelajaran PAI kelas 5 SD, hasilnya

dipaparkan pada tabel berikut:

Page 28: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

123

Tabel 4.3

Keefektifan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon pengguna/guru

No Aspek Model

Pembelajaran Quantum

Moral Islam

Penilaian

P143

P244

P345

P446

Juml

ah

Rata-

rata

I Kejelasan petunjuk penggunaan RPP

1. Rumusan tujuan dan indikator pembelajaran dinyatakan dengan jelas

4 4 3 4 15 3,75

2. Langkah-langkah dalam RPP dinyatakan dengan jelas

4 4 3 4 15 3,75

3. Alokasi waktu dinyatakan dengan jelas

4 4 4 4 16 4

II Ketercapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran

4. Penggunaan model ini dapat membangun ikatan emosional antara guru dengan siswa

3 4 4 3 14 3,5

5. Penggunaan model ini dapat mendorong munculnya rasa motivasi, rasa bergairah dan siap untuk menerima pembelajaran pada diri siswa

3 3 4 4 14 3,5

6. Penggunaan model ini dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, santai dan demokratis

4 4 3 4 15 3,75

7. Penggunaan model ini dapat menciptakan suasana tidak tegang dalam pembelajaran

4 4 4 3 15 3,75

8. Penggunaan model ini dapat menciptakan interaksi yang positif antara siswa dengan guru

4 4 4 4 16 4

43Dra. Harmiyati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Margorejo 1/403 44Dra. Enik Rusmiati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Jemur Wonosari I/417 45Drs. Imron Ghozali, Guru Pendidikan Agama Islam SD Al Azhar Syifa Budi Surabaya 46Sukanan Ash. Shiddiq, S.Ag, Guru Pendidikan Agama Islam SD Kyai Ibrahim Surabaya

Page 29: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

124

dan antara siswa dengan siswa

III Respon siswa

9. Peserta didik memperlihatkan motivasi tinggi selama proses pembelajaran

3 4 4 4 15 3,75

10. Peserta didik terlihat bergairah mengikuti proses pembelajaran

3 4 4 3 14 3,5

11. Peserta didik terlihat senang selama proses pembelajaran menggunakan model ini

4 4 3 4 15 3,75

IV Tingkat kesulitan dalam mengimplementasikan

12. Tahapan-tahapan dalam penerapan model mudah dilaksanakan

3 4 3 4 14 3,5

13. Semua perangkat pembelajaran mudah digunakan

3 4 4 3 14 3,5

14. Perangkat evaluasi hasil belajar mudah digunakan

3 4 4 4 15 3,75

V Ketercukupan waktu

15. Waktu yang digunakan untuk mengimplementasikan model pembelajaran ini cukup

4 4 4 4 16 4

16. Waktu yang dialokasikan cukup untuk mencapai tujuan pembelajaran

4 4 4 4 16 4

Jumlah 54 58 55 56 239 59,75 Rata-rata 3,4 3,6 3,4 3,5 14,9 3,7

Interval Penilaian:

1,0-1,75 = Tidak efektif

1,7-2,5 = Kurang efektif

2,6-3,25 = Efektif

3,26-4,0 = Sangat efektif

Page 30: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

125

Melihat hasil uji efektivitas dari lembar angket di atas, keempat

pengamat menilai bahwa Model Pembelajaran Quantum Moral Islam “Sangat

Efektif”.

b. Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon peserta didik

Untuk mengetahui keefektifan produk, peneliti menyebarkan angket

kepada kelompok pertama, terdiri dari 40 peserta didik yang menerima

pembelajaran dengan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam. Instrumen

dalam angket tersebut terlebih dahulu telah melalui uji validasi instrumen.

Diperoleh data-data sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 4.4

Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Moral Islam respon peserta didik

No Pernyataan F

n=40

SS S TS STS Jumlah %

1. Saya senang dan gembira mengikuti pelajaran

15 20 5 - 130 81,2

2. Saya termotivasi dan bergairah selama pembelajaran

24 13 3 - 141 88,1

3. Saya sangat antusias mengikuti proses pembelajaran

19 20 1 - 138 86,2

4. Saya tidak takut menyampaikan gagasan dalam pembelajaran

22 15 3 - 139 86,8

5. Guru selalu menjalin kedekatan yang harmonis dengan siswa

27 10 3 - 144 90

6. Saya menangkap makna melalui proses menghafal materi pembelajaran

32 5 3 - 149 93,1

7. Saya mencatat hasil sharing analisis gambar

11 27 2 - 129 80,6

Page 31: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

126

tentang perilaku jujur di kertas

8. Saya memberikan komentar tentang perilaku kontradiktif yang berkaitan dengan sikap hormat dan patuh kepada orang tua dan guru

21 15 4 - 137 85,6

9. Saya menjawab setiap pertanyaan guru tentang perilaku menghargai pendapat orang lain

26 11 3 - 143 89,3

10. Di akhir pembelajaran guru memberikan tugas dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

21 14 5 - 136 85

Interval Penilaian:

SS = Sangat setuju

S = Setuju

TS = Tidak setuju

STS = Sangat tidak setuju

Hasil evaluasi angket keefektifan menunjukkan 40 responden sangat

menyetujui bahwa Model Pembelajaran Quantum Moral Islam sangat

menyenangkan, menambah gairah belajar, memotivasi, serta menambah

antusias dalam proses pembelajaran.

c. Evaluasi kuantum moral peserta didik

Hasil evaluasi angket kuantum moral peserta didik, sebagian besar

responden menyatakan “Sangat Sesuai” dengan komponen perilaku yang

baik: a) moral knowing, b) moral feeling, dan c) moral action. Instrumen

Page 32: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

127

dalam angket tersebut terlebih dahulu telah melalui uji validasi instrumen.

Diperoleh data-data sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 4.5 Hasil evaluasi kuantum moral peserta didik

No Pernyataan F

n=40

SS S TS STS Jumlah %

1. Saya mengerjakan segala tugas-tugas yang diberikan oleh bapak/ibu guru

17 15 8 - 126 78,7

2. Saya tidak pernah mencontek tugas teman

20 12 8 - 132 82,5

3. Saya mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan seharusnya

22 16 2 - 140 87,5

4. Saya melaksanakan piket pada waktunya

22 15 3 - 139 86,8

5. Saya mengikuti peraturan-peraturan sekolah dengan baik

20 16 4 - 136 85

6. Saya memberitakan hal yang benar kepada orang tua

30 5 5 - 145 90,6

7. Saya tidak menutup-nutupi suatu masalah pada orang tua

9 27 4 - 125 78,1

8. Mengucapkan salam kepada orang tua atau mencium tangannya

18 14 8 - 130 81,2

9. Saya bertutur kata yang sopan dan halus kepada orang tua

16 11 13 - 123 76,8

10. Saya tidak pernah berbuat durhaka kepada orang tua

18 11 11 - 127 79,3

11. Saya selalu memuliakan dan tidak menghina kepada guru

17 11 12 - 125 78,1

Page 33: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

128

12. Saya mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat

18 12 10 - 128 80

13. Saya sangat memperhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran

20 14 6 - 134 83,7

14. Saya bertanya kepada guru apabila ada sesuatu yang belum dimengerti dengan sikap sopan

17 15 8 - 129 80,6

15. Saya menggunakan bahasa yang baik pada saat berbicara dengan guru

22 9 9 - 133 83,1

16. Saya berpakaian rapi dan sopan ketika belajar

16 14 10 - 126 78,7

17. Saya mendengarkan baik-baik dan pehatikan baik-baik terhadap teman yang memberikan pendapatnya

24 7 9 - 135 84,3

18. Saya peduli dengan perasaan teman jika saya berbicara

8 23 9 - 119 74,3

19. Apabila berdiskusi dengan teman, saya segera minta maaf bila ia tersinggung

19 11 10 - 129 80,6

20. Ketika berdebat, saya tidak pernah membuat teman diskusi terpojok

20 13 7 - 133 83,1

Interval Penilaian:

SS = Sangat sesuai

S = Sesuai

TS = Tidak sesuai

STS = Sangat tidak sesuai

Page 34: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

129

4. Uji coba kelas perlakuan dan kelas kontrol

Pada tahap akhir ini, produk yang dikembangkan akan diuji kepada suatu

kelas yang disebut kelas perlakuan. Kelas perlakuan nantinya akan dibandingkan

dengan kelas kontrol untuk mendapatkan hasil beda, yang membuktikan bahwa

produk ini lebih efektif dan lebih efisien. Tabel uji perbandingan nilai posttest

kelas perlakuan dan kelas kontrol bisa dilihat pada tabel di bawah berikut:

Tabel 4.6 Nilai hasil posttest kelas perlakuan dan kelas kontrol

No. Responden Nilai Posttest

Kelas Perlakuan (X1) Kelas Kontrol (X2) 1 70 60 2 60 40 3 80 80 4 80 70 5 90 60 6 100 50 7 60 70 8 60 40 9 70 50 10 80 70 11 90 60 12 100 70 13 90 60 14 70 40 15 90 70 16 100 80 17 80 70 18 60 60 19 90 50 20 80 80 21 90 70 22 60 50 23 100 70 24 80 40 25 60 60 26 100 60

Page 35: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

130

27 70 70 28 70 40 29 80 50 30 60 70 31 70 50 32 80 80 33 70 60 34 90 70 35 80 50 36 70 50 37 60 70 38 70 60 39 80 70 40 100 50

Mean x1 = 78.50 x2 = 60.50 Std. Deviation ˢ1 = 13.502 ˢ2 = 12.184 Minimum Min = 60 Min = 40 Maximum Max = 100 Max = 80

Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa nilai rata-rata (mean)

kelas perlakuan dengan kelas kontrol memiliki perbedaan nilai rata-rata. Nilai

rata-rata kelas perlakuan sebesar x1 = 78,50 dan kelas kontrol sebesar x2 = 60,50

setelah melihat rata-rata pada dua kelas di atas maka peneliti akan menguji secara

statistik menggunakan uji t dimana uji ini untuk munguji signifikansi perbedaan

2 buah mean yang berasal dari dua buah data distribusi. Sebelum dilakukan uji t

peneliti melakukan uji normalitas dimana uji normalitas digunakan untuk menguji

apakah suatu variabel normal apa tidak, sehingga jika data berdistribusi normal

maka uji t dapat dilakukan. Uji normalitas yang digunakan ialah uji normalitas chi

kuadrat dengan bantuan program spss 23.0 for windows didapatkan hasil sebagai

berikut:

Page 36: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

131

Tabel 4.7

Uji normalitas data nilai kelas perlakuan dan kelas kontrol

Nilai Posttest kelas Perlakuan

Nilai Posttest Kelas Kontrol

Chi square 1.250 6.500 Asymp.Sig 0.870 0.165

Berdasarkan tabel di atas setelah diuji normalitas dengan chi kuadrat

bahwa nilai Asymp Sig. Nilai Posttes Kelas Eksperimen 0.870 > 0.05 dan Kelas

Kontrol 0.165 > 0.05, maka data nilai posttes perlakuan dan nilai posttest kontrol

yang diperoleh berdistribusi normal. Sehingga syarat untuk menguji statistik

dengan uji t memenuhi syarat. Kemudian dilakukan uji homogenitas untuk

mengetahui data yang diuji dalam sebuah penelitian merupakan data yang

homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas dilakukan dengan program spss 23.0

for windows maka hasil dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Uji homogenitas nilai kelas perlakuan dan nilai kelas kontrol

Levene Statistic df 1 df 2 Sig.

.925 4 35 0.460

Berdasarkan tabel uji homogenitas di atas taraf signifikannya adalah

0.460 > 0,05 maka varian dinyatakan kelompok kelas perlakuan dan kelas kontrol

mempunyai varian yang sama atau homogen, sehingga syarat uji t terpenuhi. Uji

statistik t dimana untuk munguji signifikansi perbedaan 2 buah mean yang berasal

dari dua buah data distribusi. hasil perhitungan uji t dengan program spss 23.0 for

windows dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 37: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

132

Tabel 4.9 Hasil nilai post tes uji t antara kelas perlakukan dan kelas kontrol

t-test for equality of means

95% confidence interval of the difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Eror Difference

lower upper

Nilai 0,543 0,463 6,260 78 0,000 18,00 2,876 12,275 23,725

Berdasarkan uji statistik uji t didapatkan bahwa hasil signifikansinya

0.000 < 0.05 maka dinyatakan, terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang

signifikan antara kelas perlakuan yang menggunakan Model Pembelajaran

Quantum Moral Islam dengan kelas kontrol yang menggunakan model

konvesional.

Dengan demikian, postulat dari penelitian ini yaitu proses internalisasi

nilai moral/akhlak yang diupayakan melalui pengembangan Model Pembelajaran

Quantum Moral Islam terbukti dapat dilakukan sesuai prosedur yang telah

ditetapkan dan hasil pengembangan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

pada Mata Pelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya

terbukti dapat membantu proses penanaman moral peserta didik.

D. Keunggulan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

pada Mata Pelajaran PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Wonocolo Surabaya

1. Keunggulan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Pada saat penerapan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam di

lapangan terhadap 4 orang guru sebagai pengguna yang telah dipilih menjadi

Page 38: BAB IV IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM …digilib.uinsby.ac.id/14659/101/Bab 4.pdfMengenai pernyataan terkait aspek afektif hasil wawancara yang diperoleh dari para informan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

133

sampel penelitian di 4 SD Kelompok Eksperimen (SD-KE): yakni SDN

Margorejo I/403, SDN Jemur Wonosari I/417, SD Kyai Ibrahim Surabaya dan SD

Al-Azhar Syifa Budi Surabaya, diperoleh keunggulan Model Kuantum Moral

Islam sebagai berikut:

a. Membangun ikatan emosional antara guru dengan siswa

b. Memberikan motivasi kepada siswa, sehingga siswa merasa senang dan

bergairah untuk menerima pembelajaran

c. Menanamkan nilai moral kepada siswa

2. Keterbatasan Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

Selain memiliki keunggulan, Model Pembelajaran Quantum Moral Islam

juga mempunyai keterbatasan sebagai berikut:

a. Sulit melakukan kontrol karena banyak faktor yang mempengaruhi

perkembangan sikap siswa

b. Keberhasilan penanaman moral tidak bisa dievaluasi segera.