6
Perencanaan Ducting Terpadu di BKT 4-1 Draft Laporan Akhir 4 KONSEP PERANCANGAN SISTEM JARINGAN UTILITAS BAWAH TANAH KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR 4.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN JALUR UTILITAS BAWAH TANAH Berdasarkan kajian terhadap Struktur Ruang dan Pola Ruang kawasan jalur koridor BKT dilihat dari berbagai tingkatan perencanaan mulai dari RTRW Propinsi maupun RDTR Kecamatan di kawasan tersebut, dapat disusun konsep jalur pengembangan rencana kebutuhan utilitas yang akan direncanakan sepanjang jalur BKT tersebut. Adapun Konsepsi struktur dasar pengembangan jalur Utilitas kawasan sepanjang BKT meliputi wilayah administratif sebagai berikut : a. Kelurahan-Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit dan Kecamatan Jatinegara untuk permukiman sederhana hingga apartemen mewah di beberapa bagian. b. Kelurahan Cakung Timur dan Kelurahan Ujung Menteng untuk perumahan golongan menengah ke atas, serta kawasan pariwisata dan rekreasi. c. Kelurahan Pulogebang dikembangkan untuk kawasan perdagangan dan komersil. d. Kelurahan Rorotan untuk pengembangan perumahan sedang/sederhana/rumah susun, dan sentral bisinis. e. Kelurahan Marunda untuk pengembangan pelabuhan dan Ruang Terbuka Hijau. Dari konsepsi tersebut terlihat bahwa kawasan kiri kanan sepanjang jalur BKT adalah peruntukan dan pusat-pusat kegiatan yang harus terlayani seluruh utilitas perkotaan dari mulai tingkat regional sampai kawasan. Bahkan untuk tingkat regional pada jalur tersebut melalui dua pengembangan Pusat Primer DKI Jakarta yaitu Sentra Primer Timur dan Kawasan Ekonomi Khusus Marunda.

Bab IV Konsep Perancangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab IV Konsep Perancangan

Perencanaan Ducting Terpadu di BKT

4-1

Draft Laporan Akhir

4 KONSEP PERANCANGAN

SISTEM JARINGAN UTILITAS BAWAH TANAH KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

4.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN JALUR UTILITAS BAWAH TANAH

Berdasarkan kajian terhadap Struktur Ruang dan Pola Ruang kawasan jalur koridor BKT

dilihat dari berbagai tingkatan perencanaan mulai dari RTRW Propinsi maupun RDTR

Kecamatan di kawasan tersebut, dapat disusun konsep jalur pengembangan rencana

kebutuhan utilitas yang akan direncanakan sepanjang jalur BKT tersebut.

Adapun Konsepsi struktur dasar pengembangan jalur Utilitas kawasan sepanjang BKT

meliputi wilayah administratif sebagai berikut :

a. Kelurahan-Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit dan Kecamatan Jatinegara untuk

permukiman sederhana hingga apartemen mewah di beberapa bagian.

b. Kelurahan Cakung Timur dan Kelurahan Ujung Menteng untuk perumahan golongan

menengah ke atas, serta kawasan pariwisata dan rekreasi.

c. Kelurahan Pulogebang dikembangkan untuk kawasan perdagangan dan komersil.

d. Kelurahan Rorotan untuk pengembangan perumahan sedang/sederhana/rumah

susun, dan sentral bisinis.

e. Kelurahan Marunda untuk pengembangan pelabuhan dan Ruang Terbuka Hijau.

Dari konsepsi tersebut terlihat bahwa kawasan kiri kanan sepanjang jalur BKT adalah

peruntukan dan pusat-pusat kegiatan yang harus terlayani seluruh utilitas perkotaan

dari mulai tingkat regional sampai kawasan.

Bahkan untuk tingkat regional pada jalur tersebut melalui dua pengembangan Pusat

Primer DKI Jakarta yaitu Sentra Primer Timur dan Kawasan Ekonomi Khusus Marunda.

Page 2: Bab IV Konsep Perancangan

Perencanaan Ducting Terpadu di BKT

4-2

Draft Laporan Akhir

Gambar 4.1 Struktur Ruang Banjir Kanal Timur (BKT)

Sedangkan bila dilihat dari kebutuhan utilitas yang harus disediakan pada jaringan

koridor tersebut dapat dikategorikan sebagai Utilitas tingkat Regional sebagaimana

terlihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Sentra Primer Timur

Kawasan Ekonomi Khusus

Marunda Koridor BKT

9

1

0

Page 3: Bab IV Konsep Perancangan

Perencanaan Ducting Terpadu di BKT

4-3

Draft Laporan Akhir

Dalam ketentuan RDDB bahwa Jaringan Utilitas tingkat kawasan dapat memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a. diprioritaskan berada di bawah ruang publik;

b. diprioritaskan berada pada RDDB dalam dan/atau berada pada kedalaman yang

berbeda dengan jaringan lainnya untuk menghindari perpotongan lintasan;

c. memperhatikan struktur dalam bumi milik bangunan di permukaan bumi;

d. utilitas ditempatkan secara terpadu dalam konstruksi terowongan;

e. terowongan dilengkapi akses untuk kebutuhan pemeliharaan dan pengawasan

utilitas;

f. terowongan dilengkapi dengan ruang pompa;

g. dinding terowongan dilapisi bahan kedap air untuk mencegah kebocoran.

4.2 KARAKTERISTIK JALUR BKT

A. Fungsi Trase Kering Jalur BKT

Jalur Banjir Kanal Timur memiliki trase kering sepanjang 23,5 kilometer, dimana

pada jalur kering disebut kiri kanan akan dan telah dibangun jalur sepeda dan kalau

sudah terwujud sampai titik akhir akan merupakan jalur sepeda yang terpanjang di

Jakarta. Jalur sepeda BKT ini memiliki lebar 4 meter. Di sepanjang jalur sepeda dari

Jalan Kolonel Soekanto sampai Jalan Basuki Rahmat sepanjang 6,7 kilometer

terdapat 125 buah rambu, marka putus sepanjang 886,16 meter persegi, marka

sambung 1612,08 meter persegi, green carpet (lintasan hijau), dan tempat parkir

sepeda sebanyak 12 unit.

Saat ini jalur yang sekarang digunakan belum seluruhnya dioperasikan, rencananya

pada tahun 2013 seluruh jalur BKT sepanjang 23,5 Km akan dirampungkan.

Selanjutnya seluruh trase kering BKT di sisi utara dan selatan dari Cipinang sampai

Marunda akan menjadi jalur khusus sepeda. Berikut Gambar 4.1 Kondisi saat ini.

Jalur Banjur Kanal Timur.

Page 4: Bab IV Konsep Perancangan

Perencanaan Ducting Terpadu di BKT

4-4

Draft Laporan Akhir

Gambar 4.2 Gambaran Banjir Kanal Timur (BKT) Eksisiting

B. Kondisi Topografi, Ketinggian, Elevasi Kawasan BKT

Kondisi morfologi Jakarta dapat dibagi menjadi 4 satuan morfologi antara lain

dataran pantai, yang dicirikan oleh permukaannya yang nisbi datar dengan

ketinggian antara 0-15 m di atas permukaan laut; lebarnya antara 7-40 km,

meliputi tanggul pematang pantai, daerah rawa dan dataran delta. Dataran ini

dikenal sebagai Dataran Rendah Jakarta (Bemmelen, 1949).

Provinsi DKI Jakarta yang terletak di dataran rendah dengan ketinggian rata-rata

berkisar 8 m dpl, bahkan lebih kurang 40% dari wilayah Provinsi DKI Jakarta

memiliki ketinggian dibawah permukaan laut. Hal ini ditambah dengan 13 sungai

yang mengaliri Jakarta menyebabkan kecenderungan untuk semakin rentannya

wilayah Jakarta untuk tergenang air dan banjir pada musim hujan. Kemiringan

lereng wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah sekitar 0-3% sehingga wilayah ini

memiliki kecenderungan datar. Pada gambar dapat dilihat bahwa jalur lokasi

terletak pada ketinggian elevasi 13 m, dimana elevasi gain/loss 9,99m, -6,1 m,

maksimum slop 77,0%, -3,3 %, sehingga rata-rata slope 1,1% s,d 1,4% .

Page 5: Bab IV Konsep Perancangan

Perencanaan Ducting Terpadu di BKT

4-5

Draft Laporan Akhir

Gambar 4.3 Letak Tinggi dan Elevasi Jalur BKT.

4.3 TRASE PERENCANAAN DUCTING TERPADU PADA JALUR BKT

Pada jalur BKT telah memiliki jalur ducting khusus untuk penerangan lampu jalan

inspeksi atau taman sepanjang jalur hijau sisi dalam BKT. Dengan demikian Rencana

Jalur Ducting Terpadu yang direncanakan untuk utilitas regional/kawasan ini akan

diletakkan pada sebelah luar jalur inpesksi yang sekarang digunakan sebagai jalur

sepeda.

Lokasi Rencana Jalur Ducting Terpadu pada Jalur BKT ini dapat dilihat pada Gambar

4.4. Peletakan Jalur Ducting pada BKT.

Page 6: Bab IV Konsep Perancangan

Perencanaan Ducting Terpadu di BKT

4-6

Draft Laporan Akhir

Gambar 4.4. Peletakan Jalur Ducting pada BKT.