Upload
agus-taruna
View
128
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
Perencanaan Ducting Terpadu di BKT
4-1
Draft Laporan Akhir
4 KONSEP PERANCANGAN
SISTEM JARINGAN UTILITAS BAWAH TANAH KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR
4.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN JALUR UTILITAS BAWAH TANAH
Berdasarkan kajian terhadap Struktur Ruang dan Pola Ruang kawasan jalur koridor BKT
dilihat dari berbagai tingkatan perencanaan mulai dari RTRW Propinsi maupun RDTR
Kecamatan di kawasan tersebut, dapat disusun konsep jalur pengembangan rencana
kebutuhan utilitas yang akan direncanakan sepanjang jalur BKT tersebut.
Adapun Konsepsi struktur dasar pengembangan jalur Utilitas kawasan sepanjang BKT
meliputi wilayah administratif sebagai berikut :
a. Kelurahan-Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit dan Kecamatan Jatinegara untuk
permukiman sederhana hingga apartemen mewah di beberapa bagian.
b. Kelurahan Cakung Timur dan Kelurahan Ujung Menteng untuk perumahan golongan
menengah ke atas, serta kawasan pariwisata dan rekreasi.
c. Kelurahan Pulogebang dikembangkan untuk kawasan perdagangan dan komersil.
d. Kelurahan Rorotan untuk pengembangan perumahan sedang/sederhana/rumah
susun, dan sentral bisinis.
e. Kelurahan Marunda untuk pengembangan pelabuhan dan Ruang Terbuka Hijau.
Dari konsepsi tersebut terlihat bahwa kawasan kiri kanan sepanjang jalur BKT adalah
peruntukan dan pusat-pusat kegiatan yang harus terlayani seluruh utilitas perkotaan
dari mulai tingkat regional sampai kawasan.
Bahkan untuk tingkat regional pada jalur tersebut melalui dua pengembangan Pusat
Primer DKI Jakarta yaitu Sentra Primer Timur dan Kawasan Ekonomi Khusus Marunda.
Perencanaan Ducting Terpadu di BKT
4-2
Draft Laporan Akhir
Gambar 4.1 Struktur Ruang Banjir Kanal Timur (BKT)
Sedangkan bila dilihat dari kebutuhan utilitas yang harus disediakan pada jaringan
koridor tersebut dapat dikategorikan sebagai Utilitas tingkat Regional sebagaimana
terlihat pada tabel 4.1 berikut ini.
Sentra Primer Timur
Kawasan Ekonomi Khusus
Marunda Koridor BKT
9
1
0
Perencanaan Ducting Terpadu di BKT
4-3
Draft Laporan Akhir
Dalam ketentuan RDDB bahwa Jaringan Utilitas tingkat kawasan dapat memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. diprioritaskan berada di bawah ruang publik;
b. diprioritaskan berada pada RDDB dalam dan/atau berada pada kedalaman yang
berbeda dengan jaringan lainnya untuk menghindari perpotongan lintasan;
c. memperhatikan struktur dalam bumi milik bangunan di permukaan bumi;
d. utilitas ditempatkan secara terpadu dalam konstruksi terowongan;
e. terowongan dilengkapi akses untuk kebutuhan pemeliharaan dan pengawasan
utilitas;
f. terowongan dilengkapi dengan ruang pompa;
g. dinding terowongan dilapisi bahan kedap air untuk mencegah kebocoran.
4.2 KARAKTERISTIK JALUR BKT
A. Fungsi Trase Kering Jalur BKT
Jalur Banjir Kanal Timur memiliki trase kering sepanjang 23,5 kilometer, dimana
pada jalur kering disebut kiri kanan akan dan telah dibangun jalur sepeda dan kalau
sudah terwujud sampai titik akhir akan merupakan jalur sepeda yang terpanjang di
Jakarta. Jalur sepeda BKT ini memiliki lebar 4 meter. Di sepanjang jalur sepeda dari
Jalan Kolonel Soekanto sampai Jalan Basuki Rahmat sepanjang 6,7 kilometer
terdapat 125 buah rambu, marka putus sepanjang 886,16 meter persegi, marka
sambung 1612,08 meter persegi, green carpet (lintasan hijau), dan tempat parkir
sepeda sebanyak 12 unit.
Saat ini jalur yang sekarang digunakan belum seluruhnya dioperasikan, rencananya
pada tahun 2013 seluruh jalur BKT sepanjang 23,5 Km akan dirampungkan.
Selanjutnya seluruh trase kering BKT di sisi utara dan selatan dari Cipinang sampai
Marunda akan menjadi jalur khusus sepeda. Berikut Gambar 4.1 Kondisi saat ini.
Jalur Banjur Kanal Timur.
Perencanaan Ducting Terpadu di BKT
4-4
Draft Laporan Akhir
Gambar 4.2 Gambaran Banjir Kanal Timur (BKT) Eksisiting
B. Kondisi Topografi, Ketinggian, Elevasi Kawasan BKT
Kondisi morfologi Jakarta dapat dibagi menjadi 4 satuan morfologi antara lain
dataran pantai, yang dicirikan oleh permukaannya yang nisbi datar dengan
ketinggian antara 0-15 m di atas permukaan laut; lebarnya antara 7-40 km,
meliputi tanggul pematang pantai, daerah rawa dan dataran delta. Dataran ini
dikenal sebagai Dataran Rendah Jakarta (Bemmelen, 1949).
Provinsi DKI Jakarta yang terletak di dataran rendah dengan ketinggian rata-rata
berkisar 8 m dpl, bahkan lebih kurang 40% dari wilayah Provinsi DKI Jakarta
memiliki ketinggian dibawah permukaan laut. Hal ini ditambah dengan 13 sungai
yang mengaliri Jakarta menyebabkan kecenderungan untuk semakin rentannya
wilayah Jakarta untuk tergenang air dan banjir pada musim hujan. Kemiringan
lereng wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah sekitar 0-3% sehingga wilayah ini
memiliki kecenderungan datar. Pada gambar dapat dilihat bahwa jalur lokasi
terletak pada ketinggian elevasi 13 m, dimana elevasi gain/loss 9,99m, -6,1 m,
maksimum slop 77,0%, -3,3 %, sehingga rata-rata slope 1,1% s,d 1,4% .
Perencanaan Ducting Terpadu di BKT
4-5
Draft Laporan Akhir
Gambar 4.3 Letak Tinggi dan Elevasi Jalur BKT.
4.3 TRASE PERENCANAAN DUCTING TERPADU PADA JALUR BKT
Pada jalur BKT telah memiliki jalur ducting khusus untuk penerangan lampu jalan
inspeksi atau taman sepanjang jalur hijau sisi dalam BKT. Dengan demikian Rencana
Jalur Ducting Terpadu yang direncanakan untuk utilitas regional/kawasan ini akan
diletakkan pada sebelah luar jalur inpesksi yang sekarang digunakan sebagai jalur
sepeda.
Lokasi Rencana Jalur Ducting Terpadu pada Jalur BKT ini dapat dilihat pada Gambar
4.4. Peletakan Jalur Ducting pada BKT.
Perencanaan Ducting Terpadu di BKT
4-6
Draft Laporan Akhir
Gambar 4.4. Peletakan Jalur Ducting pada BKT.