49
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini dilakukan dengan cara menyebarkan data melalui kuisioner online. Responden dalam penelitian ini harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh penliti sebelumnya. Syarat menjadi responden antara lain, usia 20-25 tahun, berdomisili dalam radius 160km dari Jakarta dan Yogyakarta, serta pernah atau masih menggunakan aplikasi Tinder. Pengumpulan data dari kuisiner ini dilakukan selama 2 bulan dari bulan Juli- September 2017. Sampai batas akhir pengumpulan data, terkumpul 174 responden yang memenuhi keriteria yang ada. Diantara 174 responden dalam penelitian ini, 55,75% (n= 97) adalah laki-laki dan 44,25% (n=77) adalah perempuan. Perihal usia, rata- rata usia responden adalah 22 tahun, kelas usia ini juga menjadi kelas yang mendominasi dalam hasil penelitian, sebesar 25,86% (n= 45). Sedangkan kelas usia lainnya, diurutkan dari persentase tertinggi – terendah, 21 tahun sebesar 20,69% (n=36), usia 20 tahun dan 23 tahun sebesar 18,39% (n=32), 24 tahun sebesar 8,62% (n=15), dan 25 tahun sebesar 8,05% (n=14). Data hasil sebaran survei ini menunjukkan 51% (n=89) responden sudah tidak aktif lagi memakai Tinder, sedangkan 49%(n=85) lainnya masih aktif. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Demografik Pengguna

Penelitian mengenai fenomena Tinder ini dilakukan dengan cara

menyebarkan data melalui kuisioner online. Responden dalam penelitian

ini harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh penliti

sebelumnya. Syarat menjadi responden antara lain, usia 20-25 tahun,

berdomisili dalam radius 160km dari Jakarta dan Yogyakarta, serta pernah

atau masih menggunakan aplikasi Tinder. Pengumpulan data dari kuisiner

ini dilakukan selama 2 bulan dari bulan Juli- September 2017. Sampai

batas akhir pengumpulan data, terkumpul 174 responden yang memenuhi

keriteria yang ada.

Diantara 174 responden dalam penelitian ini, 55,75% (n= 97)

adalah laki-laki dan 44,25% (n=77) adalah perempuan. Perihal usia, rata-

rata usia responden adalah 22 tahun, kelas usia ini juga menjadi kelas yang

mendominasi dalam hasil penelitian, sebesar 25,86% (n= 45). Sedangkan

kelas usia lainnya, diurutkan dari persentase tertinggi – terendah, 21 tahun

sebesar 20,69% (n=36), usia 20 tahun dan 23 tahun sebesar 18,39% (n=32),

24 tahun sebesar 8,62% (n=15), dan 25 tahun sebesar 8,05% (n=14). Data

hasil sebaran survei ini menunjukkan 51% (n=89) responden sudah tidak

aktif lagi memakai Tinder, sedangkan 49%(n=85) lainnya masih aktif.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 2: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Grafik 1 Grafik Perbandingan Jenis Kelamin Responden

(Sumber: data Frida Sibarani)

Grafik 2 Grafik Perbandingan Usia Responden

(Sumber: data Frida Sibarani)

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, salah satu syarat

responden adalah pengguna yang berdomisili di dalam wilayah radius

160km dari Jabodetabek dan Yogyakarta. Wilayah yang tercakup

diantaranya, Jabodetabek, Yogyakarta, Bandung, Semarang, Unagaran,

Pria 56%

Wanita 44%

Gender

20 15%

21 16%

22 16% 23

17%

24 18%

25 18%

0%

Usia

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 3: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Purwokerto, dan lainnya. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan,

responden yang berdomisili di Jabodetabek mendominasi dengan

persentase sebesar 62%, sedangkan kota Yogyakarta beada di posisi kedua

dengan besar persentase responden sebesar 27%. Responden yang

berdomisili di kota Semarang sebanyak 1%, kota Bandung sebanyak 7%,

dan kota-kota lain di sekitarnya (Unagran, Purwokerto, dan lainnya)

sebanyak 3%.

Grafik 3 Grafik Sebaran Domisili Responden

(Sumber; data Frida Sibarani)

Seperti yang dijabarkan diatas, range usia dalam penelitian ini

berada di angka 20-25 tahun. Usia ini merupakan kelas usia yang menjadi

mayoritas pengguan Tinder berdasarkan hasil survei pengguna Tinder

nasional. Dilansir melalui hasil survey yang disebarkan Jakpat per 2015,

kelas usia ini mendominasi dengan angka 51,5% dari total 511 responden.

Dari kelas usia ini, peniliti berusaha untuk melihat bagaimana sebaran

pengguna berdasarkan latar belakang pekerjaannya.

27%

62%

7%

1%

3% Domisili

Yogyakarta

Jabodetabek

Bandung

Semarang

Lainnya

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 4: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Grafik 4 Grafik Sebaran Pekerjaan Responden

(Sumber: data Frida Sibarani)

Dalam kelas usia ini, latar belakang sebagai mahasiswa

mendominasi dengan persentase sebesar 65% (n=114). Sedangkan, latar

belakang pekerjaan sebagai karyawan, baik swasta maupun negri,

menempati posisi kedua dengan persentase sebesar 18% (n= 31). Latar

belakang pekerjaan sebagai freelancer mengambil persentase sebesar 11%

(n= 19). Persentase antara latar belakang pekerjaan wisaswasta,

pengangguran, dan pekerjaan lainnya berbagi besaran yang sama, yakni 2%

(n=3).

Demografik pengguna Tinder yang berhasil dikumpulkan ini

terbagi antara responden yang pernah menggunakan (sudah tidak aktif)

dan masih menggunakan aplikasi Tinder. Diantara 174 responden yang

ada, 51% (n= 89) diantaranya pernah menjadi pengguna Tinder dan 49%

(n= 85) yang masih menggunakannya. Diantara responden baik yang

pernah ataupun masih menggunakan aplikasi ini, 31% (n= 55) diantaranya

pertama kali menggunakan di tahun 2016. Sedangkan, yang menggunakan

pertama kali di tahun 2017 sebanyak 29% (n= 51), disusul kemudian yang

pertama kali menggunakan di tahun 2015 dengan persentase sebesar 22%

65% 11%

18%

2% 2% 2%

Pekerjaan

Mahasiswa Freelancer Karyawan

Wiraswasta Pengangguran Lainnya

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 5: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

(n= 38). Sedangkan responden yang pertama kali menggunakan di tahun

2013 sebesar 9% (n= 15), dan tahun 2014 sebesar 7% (n= 12). Untuk

pengguna yang pertama kali menggunakan di tahun yang sama dengan

tahun peluncuran aplikasi ini (tahun 2012) diantara responden yang ada

sebanyak 2% (n= 3).

Grafik 5 Grafik Perbandingan Pengguna Aktif dan Tidak Responden

(Sumber: data Frida Sibarani)

Grafik 6 Grafik Sebaran Tahun Awal Penggunaan Responden

(Sumber: data Frida Sibarani)

Penelitian ini juga berusaha melihat sumber informasi tentang

aplikasi Tinder, dalam kuisioner peneliti memberikan pilihan teman,

Ya 49%

Tidak 51%

Aktif/ Tidak

2012 2%

2013 9%

2014 7%

2015 29% 2016

31%

2017 22%

Tahun

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 6: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

rekomendasi toko aplikasi, iklan, dan sosial media. Hasil dari pertanyaan

ini, 79% (n= 137) responden mengaku mengetahui perihal aplikasi Tinder

dari teman. Sedangkan, 21% lainnya mengaku mengetahui dari sumber

lainnya seperti iklan, sosial media dan rekomendasi toko aplikasi.

Persentase untuk tiga pilihan lainnya sebesar 13% (n= 22) untuk sosial

media, 5% (n= 9) untuk rekomendasi toko aplikasi dan 3% (n= 6) untuk

iklan.

Grafik 7 Grafik Sumber Informasi Responden

(Sumber: data Frida Sibarani)

2. Kecenderungan Perilaku

a. Frekuensi Penggunaan

Dalam kuisioner yang disebarkan, terdapat pula pertanyaan

seputar kecendrungan perilaku pengguna. Pertanyaan dalam kuisioner

ini diantaranya, frekuensi penggunaan, motivasi, menghapus-unduh

aplikasi dan akun, hubungan terjauh yang pernah dijalin, serta

kecenderungan untuk merekomendasikan aplikasi. Data ini akan

menjadi acuan dalam melihat bagaimana kemudian desain aplikasi

memengaruhi perilaku pengguna.

Iklan 3%

Sosial Media 13%

Rekomendasi App 5%

Teman 79%

Sumber Informasi

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 7: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Guna melihat frekuensi pemakaian aplikasi, peneliti membagi

dalam 5 skala, beberapa kali sehari, sekali sehari, beberapa kali

seminggu, sekali seminggu.

Grafik 8 Grafik Frekuensi Pemakaian Responden

(Sumber: data Frida Sibarani)

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan 53%

(n=92) pengguna yang menjadi responden memiliki kecenderungan

penggunaan tinder dengan frekuensi yang tidak teratur. Sedangkan

19% (n= 33) dari responden menggunakan tinder dengan frekuensi

beberapa kali dalam seminggu. Responden yang menggunakan Tinder

dengan frekuensi beberapakali dalam sehari berjumlah 16% (n=27),

tidak berbeda jauh, 11% (n= 19) dari responden mengaku

menggunakan Tinder dengan frekuensi sekali sehari. Persentase

pengguna dengan frekuensi pemakaian seminggu sekali mengambil

bagian terkecil, yakni 2% (n= 3).

Beberapakali Sehari 15%

Sekali sehari 11%

Beberapakali Seminggu

19%

Seminggu Sekali 2%

Tidak Menentu 53%

Frekuensi Pemakaian

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 8: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

b. Pemakaian Terakhir

Pengguna yang menjadi responden dalam penelitian ini tidak

seluruhnya merupakan pengguna aktif. Oleh karena itu, penelitian ini

berusaha melihat pemakaian terakhir dari pengguna yang menjadi

responden selama maa pengumpulan data; Juli 2017 – September

2017. Skala dalam penelitian ini adalah kurang dari 6 jam lalu, 6-12

jam lalu, 12 -24 jam lalu, sekitar minggu ini, sekitar bulan ini, dan

lebih dari satu bulan lalu.

Grafik 9 Grafik Penggunaan Terakhir Responden

(Sumber: data Frida Sibarani)

Hasil penelitian menunjukkan 30% dari responden

menggunakan Tinder lebih dari sebulan lalu terhitung dari saat

responden menjawab kuisioner. Sedangkan 24% responden

menggunakan Tinder terakhir kali sekitar di bulan yang sama saat

menjawab kuisioner. Tidak berbeda jauh, 19% pengguna menyatakan

bahwa mereka terakhir kali menggunakan Tinder kurang dari 6 jam

lalu. Responden yang menggunakan Tinder sekitar minggu yang sama

saat menjawab kuisioner sebesar 11%. Responden yang menggunakan

>6 jam lalu 19% 6-12 jam lalu

7%

12-24 jam lalu 8%

Sekitar minggu ini

12%

Sekitar bulan ini

24%

Lebih dari sebulan lalu

30%

Penggunaan Terakhir

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 9: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Tinder dalam 6-12 jam terakhir dan 12-24 jam terakhir masing-masing

sebesar 7% dan 8%.

c. Hubungan Terjauh

Tinder sebagai online dating application hadir untuk

memfasilitasi penggunanya dalam menjalin hubungan. Oleh karena

tujuan terbentuknya Tinder itulah kemudian peneliti berusaha melihat

sejauh apa hubungan melalui aplikasi ini dapat dibangun.

Hasil dari penelitian yang dilakukan menujukkan persentase

tertinggi dari hubungan yang terjalin adalah hubungan pertemanan,

sebesar 33% (n= 57). Sedangkan untuk hubungan dalan tingkatan

kencan sebesar 26% (n= 46). Sedangkan hubungan sebagai sebatas

kenalan menempati posisi ketiga, tak berbeda jauh dengan hubungan

kencan, persentase hubungan ini sebesar 24% (n= 42). Sebanyak 6%

(n=10) responden mengakui bahwa hubungan terjauh yang pernah

terjalin adalah sebagai rekan bisnis. Sedangkan 3% (n= 5) responden

menyatakan huubngan terjauh yang pernah terjalin adalah sebagai

pasangan one night stand. Hubungan terjauh sebagai pacar dan

hubungan lainnya menempati posisi yang sama dengan besar

persentase 4% (n=7). Hubungan lainnya dalam hasil penelitian ini

adalah sebatas match (stranger), musuh, ataupun calon tunangan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 10: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Grafik 10 Grafik Hubungan Terjauh yang Pernah Dijalin Responden dalam Aplikasi Tinder.

(Sumber: data Frida Sibarani)

d. Install-Reinstall

Tindakan hapus-dan-unduh-ulang merupakan tindakan yang

cukup sering muncul dari awal peneliti melakukan observasi secara

langsung. Untuk itulah peneliti menanyakan perilaku responden, untuk

mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai pola perilaku ini.

Pertanyaa ini juga dapat melihat bagaimana kebebasan yang diberikan

oleh Tinder kepada pengggunanya.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan 54% (n= 94) responden

mengaku pernah mengahapus dan mengunduh ulang aplikasi Tinder.

Sedangkan 46% (n= 80) mengaku tidak pernah melakukan tindakan

hapus-unduh-ulang aplikasi. Tindakan ini didasari oleh berbagai

macam alasan diantaranya bosan, ketahuan pasangan, kapasitas

memori telepon genggam habis, ataupun alasan lainnya. Alasan yang

lebih lengkap mengenai tindakan ini akan dilampirkan.

Kenalan 24%

Teman 33%

Kencan 26%

One Night Stand

3%

Rekan Bisnis 6%

Pacaran 4%

Lainnya 4%

Hubungan Terjauh

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 11: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Grafik 11 Grafik Perilaku Hapus-Unduh Ulang Aplikasi Responden.

(Sumber: data Frida Sibarani)

e. Hapus Akun

Selain hapus-unduh-ulang aplikasi, hapus akun merupakan

tindakan yang juga cukup banyak ditemui selama masa observasi.

Itulah alasan mengapa pertanyaan ini diajukan pada kuisioner

penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan 60% (n= 104) pernah

melakukan tindakan hapus akun. Sedangkan 40% (n= 70) responden

mengaku tidak pernah melakukan tindakan hapus akun. Responden

yang pernah ataupun tidak pernah menghapus akun memiliki beragam

alasan. Bagi responden yang pernah menghapus akun, alasannya

diantara lain bosan, memiliki pasangan, ataupun merasa sudah tidak

membutuhkan aplikasi Tinder lagi. Sedangkan yang tidak pernah

menghapus akun menyatakan alasannya karena takut kehilangan

‘match’ yang sudah didapatkan ataupun history chat yang ada, malas

untuk membuat ulang, ataupun masih merasa membutuhkan aplikasi

Tinder. Alasan mengenai tindakan ini secara lengkap akan

dilampirkan.

Ya 54%

Tidak 46%

Hapus - Unduh App

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 12: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Grafik 12 Grafik Perilaku Menghapus Akun Responden

(Sumber: data Frida Sibarani)

f. Merekomendasikan Aplikasi

Sejalan dengan hasil penelitian sumber informasi mengenai

Tinder (dalam penelitian ini 79% berasal dari teman) juga observasi

yang dilakukan peneliti selama ini juga melihat perilaku pengguna

untuk merekomendasikan aplikasi ini. Hasil penelitian ini

menunjukkan 61% (n= 109) pernah merekomendasikan aplikasi ini

kepada orang lain. Sedangkan 39% (n= 68) responden mengaku tidak

pernah merekomenadasikan Tinder.

Ya 60%

Tidak 40%

Hapus Akun

Tidak 39%

Ya 61%

Rekomendasi

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 13: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Grafik 13 Grafik Perilaku Merekomendasikan Aplikasi Tinder oleh Responden (Sumber: data Frida Sibarani)

g. Penilaian Terhadap Aplikasi

Melalui penelitian ini, peneliti juga berusaha melihat penilaian

yang diberikan oleh pengguna. Ada empat poin yang menjadi penilaian

dalam kuisioner ini: (1) Tingkat kenyamanan pengguna; (2) Penilaian

terhadap tampilan aplikasi; (3) Kepercayaan pengguna terhadap aplikasi;

dan (4) Kepercayaan pengguna terhadap pengguna lain. Penilaian ini

menggunakan ukuran dari 1-5 (sangat ‘tidak’ sampai dengan sangat ‘ya’).

Nilai rata-rata penilaian yang diberikan oleh responden adalah:

Poin Penilaian Nilai Rata-rata

Tingkat kenyamanan 3.45

Tampilan Aplikasi 3.65

Kepercayaan kepada Aplikasi 3.07

Kepercayaan terhadap pengguna lain 2.61

Tabel 1 Tabel Nilai Rata-Rata Aplikasi Tinder oleh Responden (Sumber: data Frida Sibarani)

B. Pengaruh Desain Aplikasi Tinder

1. Pengaruh Desain Tampilan Muka terhadap Fenomena Tinder

Keberhasilan Tinder mencapai puncak aplikasi populer tidak

terlepas dari faktor desain tampilan mukanya. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bagaimana rancangan tampilan muka aplikasi menjadi salah

satu alasan dalam menggunakan Tinder. Responden dalam penelitian ini

mengaku merasa nyaman dengan tampilan muka aplikasi yang sederhana

sehingga membantu pengguna untuk lebih mudah dalam memahami cara

pengoperasian aplikasi. Tampilan muka yang sederhana bukan berarti

mengesampingkan informasi yang dapat diperoleh oleh pengguna,

sebaliknya informasi tersebut berhasil dipadatkan sehingga penggunapun

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 14: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

dapat lebih mudah untuk membaca informasi yang tesedia. Kesederhanaan

yang sukses ditampilkan dalam aplikasi ini akan dianalisis dengan

menggunakan The Law of Simplicity oleh Jhon Maeda. Secara umum,

aplikasi Tinder terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) Halaman

Utama/Main Page, (2) Halaman Pengaturan/Setting Page, dan (3) Halaman

Percakapan/Chat Page.

a. Main Page (Halaman Utama)

Gambar 1 Tampilan Halaman Utama (Main Page) Aplikasi Tinder.

(Sumber: dokumentasi Frida Sibarani)

Pada halaman utama, pengguna akan disuguhkan profil

pengguna lain yang berpotensi menjadi ‘match’ pengguna. Profil

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 15: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

ditampilkan dalam bentuk kartu berisikan foto profil pengguna, nama,

usia serta tempat bekerja atau sekolah. Bila pengguna menggunakan

akun facebook untuk membuat akun tinder, jumlah mutual friends juga

akan ditampilan dalam ‘kartu’ profil. Beberapa pengguna juga

menghubungkan akun tindernya dengan akun Instagram dan Spotify,

bila demikian jumlah foto dalam akun Instagram juga akan dimunculkan

dalam ‘kartu’ profil tersebut.

Pada halaman utama ini, pengguna akan disuguhkan lima

pilihan yang diwakilkan oleh ikon berbentuk tombol yang terletak di

bawah ‘kartu’ profil. Lima pilihan tersebut adalah; (a) undo, (b) nope,

(c) super like, (d) like, dan (e) boost. Sedangkan pada bagian atas kartu

terdapat ikon yang mewakili dua bagian utama lain dalam tinder; setting

(ikon manusia) dan chat (ikon balon percakapan).

Gambar 2 Sketsa Tampilan Halaman Utama (Main Page) Aplikasi Tinder (kiri) dan Tampilan

Profil Pengguna (kanan). (Sumber: Frida Sibarani)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 16: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Untuk menentukan pilihan pengguna dapat menggunakan

ikon-ikon yang telah disediakan ataupun dengan gestur tertentu. Bila

pengguna menyukai profil yang ditampilkan, pengguna bisa menekan

ikon hati atau menggeser ke kanan. Bila pengguna tidak menyukai profil

yang ditampilkan, pengguna bisa menekan tombol silang (x) atau

dengan menggeser ‘kartu profil’ ke kiri. Sedangkan tanda bintang atau

super like digunakan untuk memilih profil yang sangat disukai, untuk

menggunakannya bisa dengan menekan ikon bintang tersebut atau

menggeser ‘kartu profil’ ke atas. Pilihan undo dan boost tidak memiliki

gestur spesifik (hanya bisa dipilih dengan menekan ikon), kedua pilihan

ini pun hanya bisa digunakan oleh pengguna yang mengaktifkan akun

premium yang disediakan tinder (Tinder Gold dan Tinder Plus).

Tampilan muka aplikasi Tinder ini sangat sederhana, namun

padat informasi. Hal ini sejalan dengan prinsip desain user interface,

Jhonson (2008:41) menyatakan “deliver information not just data”.

Prinsip inilah yang dilakukan Tinder, bagaimana aplikasi ini dirancang

untuk menyuguhkan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Pada

halaman utama informasi yang ditampilkan berupa foto profil, nama,

usia, pekerjaan/ sekolah, serta jumlah mutual friends atau jumah foto

dalam profil Instagram. Pada kartu profil di halaman utama, data berupa

biodata ataupun jarak dan akun lain (Instagram dan Spotify) tidak turut

ditampilkan. Dengan ditampilkannya informasi dasar ini, pengguna akan

fokus pada tujuannya menggunakan Tinder tanpa distraksi dari

informasi-informasi lain. Hal ini membantu pengguna untuk mengambil

keputusan lebih cepat dan berdampak positif terhadap kenyamanan

pengguna.

Tampilan muka yang sederhana menyimpan kompleksitasnya

sendiri. Kesederhanaan yang berhasil ditunjukkan oleh Tinder dapat

dianalisis menggunakan The Laws of Simplicity oleh Jhon Maeda.

Langkah awal untuk memperoleh kesederhanaan adalah dengan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 17: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

mereduksi dengan pertimbangan yang matang. Metode untuk mereduksi

yang diperkenalkan oleh Maeda adalah metode SHE (Shrink, Hide,

Embody).

Pada halaman utama, dapat dilihat bagaimana metode ini juga

diterapkan dalam rancangan tampilan muka aplikasi Tinder. Penerapan

ukuran yang berbeda pada ‘tombol-tombol’ pilihan merupakan wujud

penerapan metode Shrink (mengecilkan). Tombol-tombol pilihan ini

dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, pilihan utama (nope dan like)

dan pilihan premium (undo, super like, dan boost). Ukuran tombol

pilhan utama berukuran lebih besar dari tombol pilihan premium. Hal ini

mengindikasikan tombol like dan nope merupakan tombol yang dapat

digunakan secara bebas dibandingkan dengan tombol undo, super like,

dan boost yang bersifat terbatas (memiliki syarat). Selain pada bagaian

tombol, shrink juga diterapkan dalam komposisi kartu profil. Foto profil

ditampilkan seukuran dengan kartu profil yang mengindikasikan bahwa

foto profil merupakan bagian terpenting. Ukuran foto profil yang besar

membantu pengguna untuk menentukan pilihannya apakah tertarik atau

tidak terhadap profil yang ditawarkan. Bila pengguna tertarik pada

penampilan profil pengguna yang ditawarkan, pengguna memiliki

pilihan untuk langsung memilih atau melihat profil lebih lengkap.

Halaman utama pada aplikasi Tinder tidak memuat semua

infomasi dari profil pengguna. Hal ini merupakan penerapan metode

hide (menyembunyikan). Informasi yang ditampilkan merupakan

informasi yang diprioritaskan dalam profil seperti foto profil, nama, usia

dan pekerjaan. Untuk melihat informasi yang lebih lengkap, Tinder

menggunakan metode click-to-reveal, yang mana akan membawa

pengguna kepada profil lengkap yang berisikan jarak antar pengguna,

biodata, common interest dan cuplikan akun media sosial lain yang

terhubung dengan akun Tinder pengguna tersebut.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 18: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Informasi yang tersedia pada halaman utama ini disusun

sedemikian rupa sehingga tampak lebih sederhana. Penyusunan ini

berdasarkan prioritas informasi mana yang ingin mendapatkan perhatian

lebih dari pengguna. Dalam kasus Tinder, informasi yang diutamakan

adalah foto profil, nama, dan usia. Ketiga informasi ini merupakan

informasi utama. Penyusunan tampilan muka aplikasi Tinder yang

sederhana membangun persepsi aplikasi ini mudah untuk digunakan.

Aplikasi yang mudah untuk digunakan akan membuat pengguna

membutuhkan waktu yang lebih singkat utuk memahaminya. Semakin

singkat waktu yang dibutuhkan, makan akan semakin besar kepuasan

pengguna.

Secara komposisi, halaman utama dalam aplikasi ini

didominasi oleh ‘kartu profil’. Kartu profil sendiri fokus menampilkan

foto profil pengguna yang direkomendasikan. Foto profil ini merupakan

daya tarik utama bagi pengguna. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

profil pengguna yang ditampilkan merupakan salah satu faktor yang

mendorong pengguna untuk menggunakan Tinder. Pengguna merasa

profil yang ditampilkan sesuai dengan preferensi pengguna. Tampilan

yang foto profil yang mendominasi ini sengaja dirancang demikian

karena foto profil merupakan prioritas bagi pengguna untuk mengambil

keputusan. Hal ini juga merupakan usaha Tinder untuk membedakan

informasi-informasi yang ingin ditonjolkan (menjadi pusat perhatian).

Foto profil dapat dilihat sebagai teks yang dapat dibaca oleh

pengguna. Pemilihan foto memengaruhi bagaimana penguna

menampilkan identitasnya. Secara umum, ada tiga jenis foto profil

pengguna, yaitu formal (menggunakan pas foto dengan kemeja atau

seragam pekerjaan), non-formal (foto bebas yang menunjukkan

ketertarikan pemilik profil), dan gabungan keduanya (menggunakan

seragam atau identitas pekerjaan saat melakukan aktifitas). Penggunaan

foto profil bagi pengguna sebagai usaha untuk meningkatkan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 19: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

kemungkinan match atau dengan kata lain untuk menarik perhatian.

Foto profil yang ditampilkan ini juga untuk mengindikasikan tujuan

pengguna dalam menggunakan aplikasi Tinder.

Perilaku pengguna yang memerhatikan cara untuk

menyampaikan profilnya dapat dillihat sebagai usaha untuk

meningkatkan posisi tawar pengguna. Dalam Behaviour Dynamics in

Media Sharing Social Network (Zhao, 2011:50), interaksi seperti ini

dikategorikan sebagai Bargaining Game (Permainan Penawaran),

dimana satu pihak memiliki kesempatan untuk bernegosiasi dengan

pihak lain dalam usaha mencapai kesepakatan dalam kesamaan

ketertarikan. Hal ini senada dengan pernyataan Heino (2010) tentang

situs online dating,

“…is a place where people go to ‘shop’ for romantic partners and to ‘sell’ themselves in hopes of creating a romantic relationship.”

Diterjemahkan oleh penulis menjadi “…adalah tempat seseorang untuk

‘berbelanja’ pasangan romantik dan untuk ‘menjual’ diri mereka dengan

harapan dapat membangun/menjalin hubungan romantik.”

b. Setting Page (Halaman Pengaturan)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 20: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Gambar 3 Tampilan Awal Halaman Pengaturan (Setting Page) Aplikasi Tinder. (Sumber:

dokumentasi Frida Sibarani)

Pada halaman pengaturan (setting page) pengguna akan

disuguhkan dengan dua pilihan, pengaturan prefrensi (settings) dan

pengaturan profil (edit info) serta tambahan berupa tawaran Tinder Plus.

Pengaturan prefrensi secara singkat merupakan pengaturan yang akan

memengaruhi profil-profil yang akan disarankan kepada pengguna

(pemilik akun). Sedangkan pengaturan profil merupakan pengaturan

mengenai informasi yang akan ditampilkan oleh pengguna (pemilik

akun) kepada pengguna lain.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 21: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Gambar 4 Tampilan Bagian Edit Info pada Halaman Pengaturan Aplikasi Tinder.

(Sumber: dokumentasi Frida Sibarani)

Bagian pengaturan profil (edit info) dapat dibagi menjadi

empat bagian, pengaturan foto profil, pengaturan informasi (teks),

pengaturan penghubung akun sosial media (Instagram dan Spotify), dan

kontrol profil (gender dan fitur tambahan untuk Tinder Plus). Pada

bagian foto profil, pengguna diberikan kesempatan untuk memuat

hingga enam foto yang ingin ditampilkan dalam profil. Selain itu, ada

juga fitur tambahan dalam pengaturan foto bernama ‘Smart Photos’

yang berfungsi untuk mengurutkan foto yang kemungkinan paling

diminati. Sedangkan di bagian pengaturan informasi, pengguna dapat

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 22: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

mencantumkan biodata singkat yang akan ditampilkan pada profil

sampai dengan 500 karakter. Selain itu, pengguna juga bisa

menambahkan nama pekerjaan atau tempat pekerjaan dan sekolah. Pada

bagian pengaturan penghubung akun sosial media, pengguna dapat

memilih untuk menghubungkan akun tinder dengan akun sosial media

lain berupa Instagram dan Spotify (My Anthem dan My Top Spotify

Artist). Sedangkan pada bagian kontrol profil, pengguna dapat mengatur

gender (untuk semua pengguna) dan tambahan untuk menyembunyikan

usia dan jarak pengguna bila mengaktifkan akun Tinder Plus.

Bila memerhatikan tampilan awal pengaturan profil (edit

profile), bagian untuk mengatur foto profil mendominasi sebagian besar

layar. Komposisi ini sejalan dengan sistem yang digunakan pada

halaman utama (main page) dimana foto profil merupakan aspek yang

ingin ditonjolkan. Oleh karena itu, di bagian edit profile ini juga dibuat

mendominasi wilayah layar agar mendapatkan perhatian lebih oleh

penggunanya. Dalam mengatur foto profil ini, pengguna diberian

kesempatan untuk menampilkan 6 foto profilnya. Bagian yang memuat

foto pertama pada pengaturan ini dibuat berukuran lebih besar

dibandingkan foto lainnya karena foto yang terpasang pada bagian

tersebut akan menjadi foto pertama (utama) yang ditampilkan pada kartu

profil. Ukuran yang lebih besar akan mendorong pengguna untuk lebih

memerhatikan foto atau tampilan profil sepeti apa yang dikehendaki.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 23: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Gambar 5 Tampilan Bagian Settings pada Halaman Pengaturan (Setting Page) Aplikasi Tinder.

(Sumber: dokumentasi Frida Sibarani)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 24: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Bagian pengaturan prefrensi (settings) dapat dibagi menjadi

tujuh bagian, pilihan penawaran premium, pengaturan pencarian

(discovery settings), profil situs (web profile), notifikasi, kontak,

komunitas, dan legal.

Pada bagian penawaran premium ada empat penawaran yang

diberikan oleh Tinder yaitu, Tinder Gold, Tinder Plus, Get Boost, dan

Get Super Likes. Masing-masing penawaran premium memiliki

kelebihannya masing-masing. Tinder Gold merupakan penawaran yang

paling lengkap dimana pengguna dapat melihat siapa saja yang

menyukai profil pengguna pemilik akun, berpindah lokasi, mengatur

usia dan jarak yang tampak pada profil, membatasi agar pengguna

pemilik akun hanya dapat dilihat oleh pengguna yang disukai, pilihan

untuk ‘undo’ yang tak terbatas, satu kali penggunaan boost dalam satu

bulan, kesempatan untuk menyukai profil tanpa batas, lima super likes

dalam satu hari, dan bebas iklan. Sedangkan pada Tinder Plus, pengguna

mendapatkan penawaran yang hampir serupa dengan Tinder Gold

kecuali keuntungan untuk dapat melihat siapa saja yang menyukai

pengguna (pemilik akun). Boost berfungsi untuk menjadikan profil

pengguna (pemilik akun) menjadi prioritas rekomendasi selama 30

menit. Sedangkan Super Like adalah tawaran untuk menambah jumlah

penggunaan pilihan Super Like dengan jumlah 5, 25 atau 60 yang

dibandingkan dengan akun gratis yang hanya mendapatkan 1 kali

penggunaan Super Like dalam satu hari.

Pada bagian pengaturan pencarian (discovery settings),

pengguna diberikan kesempatan untuk mengatur pencarian profil yang

diinginkan. Bagian ini berisikan informasi lokasi pengguna saat ini,

jarak maksimal pencarian (hingga radius 160km), gender yang ingin

dicari, batasan usia profil yang dicari, dan pilihan untuk

menyembunyikan profil pengguna (pemilik akun). Bagian ini akan

memengaruhi profil-profil yang akan direkomendasikan kepada

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 25: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

pengguna, dengan kata lain menjadi filter untuk profil yang disarankan

kepada pengguna.

Web Profile merupakan bagian yang memungkinkan

pengguna untuk membuat sendiri usernamenya (nama yang akan

ditampilkan). Bagi pengguna yang tidak menggunakan fitur pengaturan

ini, nama yang muncul akan secara otomatis menggunakan nama depan

dalam akun Facebook.

Bagian notifikasi mengatur notifikasi apa saja yang akan

muncul pada gawai pengguna ketika pengguna sedang tidak

mengaktifkan aplikasi Tinder. Notifikasi yang bisa diatur diantaranya,

ketika mendapatkan match baru, mendapatkan pesan baru, mendapatkan

‘like’ pada pesan yang dikirimkan, mendapat super like, tanda getar atau

suara saat masuk aplikasi. Pada bagian ini juga terdapat pilihan untuk

mengembalikan pembelian (restore purchase) bagi pengguna yang

membayar fitur-fitur tambahan yang ditawarkan oleh Tinder. Selain itu,

ada pula pilihan untuk memberikan masukan (feedback) kepada Tinder

dan membagikan rekomendasi untuk menggunakan Tinder.

Bagian Contact Us berfungsi sebagai pusat pengaduan (help

& support). Help & Support akan membawa pengguna menuju laman

resmi pengaduan aplikasi Tinder. Laman ini berisikan panduan

penggunaan Tinder, aduan masalah, serta bagian keamanan dan legal.

Community merupakan bagian untuk membantu pengguna

dalam menggunakan aplikasi Tinder. Pada bagian ini terdapat

Community Guidelines (Panduan Komunitas) dan Safety Tips (Saran

Keamanan). Bagian Community Guidelines ini akan merujuk pengguna

pada laman resmi Tinder yang berisikan panduan mengenai hal-hal yang

tidak diizinkan oleh Tinder yang dapat berujung pada pemblokiran akun

pengguna. Sedangkan bagian Safety Tips berisikan panduan pemakaian

Tinder baik secara online maupun offline guna menjaga keamanan

pengguna. Pada laman bagian Safety Tips juga disertakan beberapa

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 26: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

hotline yang dapat dihubungi bila terjadi tindak kekerasan ataupun

pelecehan.

Pada bagian Legal terbagi menjadi Privacy Policy, Terms of

Service, dan Licenses. Ketiga bagian ini akan merujuk pengguna kepada

laman resmi Tinder. Bagian Legal menjelaskan bagaimana kebijakan

perusahaan terhadap privasi pengguna, ketentuan jasa, dan lisensi yang

terafiliasi dengan Tinder

Pada bagian akhir halaman Settings terdapat pilihan logout

(keluar) dan hapus akun (delete account). Pilihan logout ini dapat

digunakan oleh pengguna bila pengguna ingin keluar (berhenti

sementara) dari akun Tinder tanpa menghapus akun Tinder. Sedangkan

delete account merupakan pilihan untuk menghapus akun Tinder

pengguna.

Halaman Setting (Setting Page) memuat berbagai macam fitur

pengaturan yang ditawarkan, namun pengguna dapat dengan mudah

mengoperasikannya. Kompleksitas dalam halaman ini mampu

ditampilkan dalam bentuk yang sederhana. Fitur yang beraneka ragam

disembunyikan (hide) ke dalam dua bagian besar dengan tujuan yang

berbeda. Pembagian ini merupakan praktik dari hukum Organize

(penyusunan). Organize merupakan hukum kedua dari The Laws of

Simplicity yang bertujuan untuk membuat sitem agar pilihan yang

banyak tampil lebih sedikit. Metode dalam menggunakan hukum ini

oleh Maeda dibagi menjadi empat tahapan; (1) Sort / Menyortir, (2)

Label, (3) Integrate / Mengintegrasikan, dan (4) Prioritize / Prioritasi.

Penyederhanaan yang dilakukan dalam halaman pengaturan ini

berdampak pada semakin singkatnya waktu yang dibutuhkan pengguna,

karena pengguna dapat terfokus pada tujuan yang ingin dicapai. Selain

itu, waktu yang diperlukan pengguna untuk memahami sistem yang ada

pun dapat diminimalisir.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 27: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Penggunaan bahasa dalam pengkategorian di halaman

pengaturan ini juga menggunakan bahasa yang umum digunakan. Hal

ini merupakan salah satu prinsip dalam merancang user interface.

Jhonson, 2008: 26) menjelaskan dalam prinsip “Conform the Users’

View of Task”, pemilihan bahasa yang familiar dengan pengguna akan

memudahkan pengguna untuk memahami fungsi dari aplikasi. Hal ini

secara tidak langsung akan memfasilitasi pengguna untuk mempelajari

aplikasi dan merasa nyaman dalam menggunakan aplikasi.

c. Chat Page (Halaman Percakapan)

Gambar 6 Sketsa Tampilan Halaman Percakapan (Chatting Page) Aplikasi Tinder.

(Sumber: data Frida Sibarani)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 28: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Halaman percakapan (chatting page) merupakan bagian dari

Tinder yang berfungsi sebagai ‘ruang obrolan’. Pengguna yang dapat

bertukar pesan adalah pengguna yang telah ‘match’, saling menyukai

profil satu sama lain. Tampilan pada halaman ini seperti tampilan

aplikasi atau situs pengirim pesan instan (instant messaging).

Daftar pengguna yang telah ‘match’ akan ditampilkan pada

bagian “New Matches”. Daftar ini menampilkan nama dan foto profil

pengguna yang disusun secara horizontal (mendatar). Pada bagian atas

terdapat kolom pencarian yang dapat digunakan untuk mencari nama

pengguna dari daftar ‘match’. Kolom pencarian juga menampilkan

jumlah pengguna yang telah ‘match’ dengan pemilik akun. Sedangkan

pada bagian “Messages” merupakan bagian yang memuat percakapan

yang telah terjadi. Pada bagian ini, profil pengguna yang ditampilkan

hanya berupa foto profil dan nama pengguna. Selain itu, ditampilkan

pula cuplikan pesan yang diterima ataupun dikirim oleh pengguna.

Fungsi halaman percakapan yang spesifik, hanya untuk

bertukar pesan, tampak pada desain interfacenya. Tampilan muka pada

bagian ini minim akan distraksi, hal ini membantu pengguna agar

terfokus pada tujuannya dalam menggunakan fungsi Tinder sebagai

salah satu sarana bertukar pesan singkat (instant messaging). Dalam

halaman percakapan ini, tidak banyak informasi yang ditampilkan.

Daftar ‘match’ pengguna yang ditampilkan hanya foto profil dan nama

yang disusun secara horizontal. Sedangkan, pada bagian “Messages”,

pesan disusun secara vertikal dan hanya memuat potongan pesan saja.

Hal ini merupakan penerapan salah satu prinsip perancangan user

interface, tidak mendistraksi pengguna dari tujuan utamanya serta fokus

kepada fungsi bukan hanya tampilannya saja.

Rancangan halaman ini juga tidak terlepas dari hukum

kesederhanaan atau The Laws of Simplicity. Pada bagian “New

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 29: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Matches”, penyusunan dibuat secara mendatar untuk memaksimalkan

tampilan karena salah satu tantangan dalam perancangan aplikasi mobile

adalah keterbatasan layar gawai. Selain itu, fungsi utama halaman ini

sebagai ‘ruang obrolan’, sehingga layar yang terbatas dimaksimalkan

untuk mendukung fungsi ini. Bila daftar ‘match’ dibuat secara vertikal,

maka akan memakan cukup banyak wilayah pada layar dan mebuat

tampilan menjadi terlalu padat. Hal ini akan berdampak negatif untuk

kenyamanan pengguna, selain itu akan bertentangan dengan salah satu

prinsip perancangan user interface yang menekankan untuk

menampilkan informasi yang dibutuhkan bukan data.

Gambar 7 Sketsa Perbandingan Tata Letak Halaman Percakapan (Chatting Page) Aplikasi

Tinder. (Sumber: data Frida Sibarani)

Ilustrasi di atas menunjukkan bila daftar dibuat secara

vertikal, maka akan membuat ruang yang ada kurang efisien. Selain itu,

bila daftar bertambah, maka akan memakan lebih banyak bagian layar.

Sedangkan, daftar ‘match’ tidak mungkin dikurangi, maka daftar

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 30: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

‘disembunyikan’ dan disusun ulang. Penyusunan daftar sedemikian rupa

kemudian membuat bagian untuk pesan menjadi lebih luang dan dapat

dimanafaatkan untuk menampilkan cuplikan pesan yang lebih penting

untuk memaksimalkan fungsi halaman ini.

Wendel dan Frandsen, dalam penelitiannya yang berjudul

“Analysis of the Online Industry and How Startups Can Compete”

(2015: 39), mengkategorikan Tinder sebagai aplikasi Mainstream-

Unique. Mainstream menunjukkan fokus pasar sedangkan Unique

merujuk pada perbedaan konsep yang diusung. Fokus pasar Tinder

dikategorikan dalam kategori mainstream karena aplikasi ini memiliki

fokus pasar yang luas. Sedangkan pada perbedaan konsep, Tinder

dikategorikan dalam kategori Unique karena Tinder menawarkan

konsep yang berbeda dengan konsep yang umum diusung dalam industri

online dating. Wendel dan Frandsen (2015: 39) menyatakan, “They

were the first sucessful mobile-only dating app and found a new way to

reach a previously untapped segment of the market.” Pernyataan ini

merupakan indikasi keberhasilan Tinder dalam industri online dating.

Kenyamanan pengguna merupakan salah satu kunci

keberhasilan sebuah aplikasi. Aplikasi yang nyaman bagi penggunanya

akan berdampak positif bagi tingkat kepuasan pengguna. Hal inilah

yang diterapkan oleh Tinder pada tampilan muka aplikasinya.

Keberhasilan Tinder dalam merancang tampilan muka aplikasinya

terlihat pada statistik pengunduhan Tinder yang terus meningkat dan

penilaian pengguna terhadap aplikasi. Statistik peningkatan unduhan

dan penialian aplikasi Tinder dapat dilihat melalui grafik berikut:

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 31: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Grafik 14 Grafik Peringkat Aplikasi Tinder (2013-2017) di Indonesia pada Sistem Operasi iOS. (Sumber: AnnieApp.com)

Grafik 15 Grafik Peringkat Aplikasi Tinder (2013-2017) di Indonesia pada Sistem Operasi

Android. (Sumber: AnnieApp.com)

Grafik 16 Grafik Penilaian Pengguna Terhadap Aplikasi Tinder pada sistem operasi Android.

(Sumber: AnnieApp.com)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 32: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Grafik 17 Grafik Penilaian Pengguna Terhadap Aplikasi Tinder pada sistem operasi Android.

(Sumber: AnnieApp.com)

Hasil Statistik yang dilansir melalui situs appleannie.com

diatas menunjukkan peningkatan jumlah unduhan aplikasi Tinder di

Indonesia, baik yang menggunakan Android ataupun iOS. Pada akhir

penelitian ini dilakukan (akhir tahun 2017), Tinder menempati posisi ke-

3 (iOS) dan posisi ke-9 (Android). Selain itu, hasil penilaian dari

pengguna pun menunjukkan nilai yang cukup tinggi, yakni 4.2/5 untuk

pengguna iOS dan 3.2/5 untuk pengguna Android. Sedangkan, data

statistik jumlah pengguna Tinder sendiri sampai dengan akhir masa

penelitian belum tersedia, nemum diperkirakan jumlah pengguna Tinder

berjumlah 50 miliar pengguna yang tersebar di 196 negara.

Hasil statistik ini sejalan dengan hasil kuisioner yang diajukan

oleh peneliti. Nilai rata-rata untuk tingkat kenyamanan aplikasi Tinder

sebesar 3.4 dari skala 5. Sedangkan untuk nilai tampilan muka aplikasi

responden memberikan nilai rata-rata 3.6 dari skala 5. Hasil penilaian

yang cukup tinggi ini sejalan dengan kecenderungan pengguna untuk

merekomendasikan aplikasi Tinder.

Kekuatan word of mouth inilah yang dimanfaatkan Tinder

untuk memasarkan aplikasinya. Keunikan yang ditawarkan oleh Tinder

membuat Tinder berhasil menjadi perbincangan. Keberhasilan ini pun

mendorong pembahasan mengenai Tinder dari berbagai bidang

keilmuan. Perihal tampilan muka, secara khusus, Tinder berhasil

membawa perubahan pada industri online dating. Setelah keberhasilan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 33: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Tinder, beberapa aplikasi bahkan situs yang kemudian ikut merambah

ke dunia aplikasi membuat tampilan yang mirip dengan Tinder. Bukan

hanya munculnya aplikasi baru yang serupa, bahkan aplikasi yang sudah

ada sebelum Tinder pun melakukan perubahan dengan pendekatan

tampilan seperti Tinder.

2. Pengaruh Desain Aplikasi Terhadap Kecenderungan Perilaku

Pengguna

Keberhasilan desain sebuah aplikasi tidak hanya karena faktor

user interface-nya saja, tetapi juga karena faktor user experience. Seperti

yang sudah dijelaskan dalan teori User Experience menurut Jesse James

Garret, user interface merupakan bagian dari user experience. Hubungan

keduanya saling memengaruhi, rancangan user interface akan

memengaruhi pengalaman penggunanya. Karena pada dasarnya, semua

produk akan menghasilkan pengalaman tertentu kepada penggunanya.

Pengalaman pengguna yang dipengaruhi oleh kebutuhan

pengguna dan tujuan dari perusahaan akan membawa pengaruh kepada

perilaku penggunanya. Dalam teori User Experience menurut Jesse James

Garret, dinamakan tahap Startegy, tahap pertama dalam perancangan user

experience. Pada kasus aplikasi Tinder ini, tujuan dari perusahaan adalah

menjadi aplikasi yang akan digunakan oleh mereka yang ingin bertemu

atau menemukan kenalan baru. Tujuan ini sudah mengalami

perkembangan, sebelumnya, pada awal dibuatnya Tinder, aplikasi ini

ditujukan untuk mencari jodoh. Namun, seiring perkembagannya,

pengguna Tinder tidak hanya menggunakan Tinder sebagai aplikasi pencari

jodoh tetapi juga untuk memperluas jaringan.

Hasil penelitian ini pun menunjukkan hal yang serupa. Pengguna

yang menjadi responden dalam penelitan ini. 32%-nya mengaku hubungan

terjauh yang pernah terjalin adalah pertemanan. Sedangkan, responden

yang pernah sampai berkencan menempati urutan kedua, dengan jumlah

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 34: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

responden sebesar 26%. Hal ini menjadi indikasi awal bagaimana desain

aplikasi Tinder dapat memengaruhi perilaku penggunanya. Tampilan

Tinder merupakan hasil interpretasi sistem yang ada, Tinder sebagai

aplikasi kencan online menggunakan kecocokan atau kesamaan dalam

‘menjodohkan’ penggunanya. Kesamaan atau kecocokan yang mendasari

perjodohan di Tinder membuat seolah Tinder memahami selera dari

pengguna melalui pilihan profil yang ditawarkan. Pengguna pun pada

akhirnya secara sadar maupun tidak memercayai rekomendasi dari aplikasi

ini, bahkan dari responden dari penelitian ini mengakui memercayai profil

yang ada di Tinder merupakan profil asli; bukan bot atau profil palsu.

Tahap kedua dalam perancangan user experience adalah tahap

scope. Pada tahap ini terdapat dua poin yang diutamakan, yaitu spesifikasi

fungsi (functional specifications) dan ketentuan konten (content

requirements). Tahap ini tidak terlepas dari tahap sebelumnya, tahap

Strategy. Pada tahap ini pengembang atau perusahaan akan menentukan

fungsi produk secara spesifik. Pada kasus Tinder, fungsi spesifik dari

aplikasi ini sebagai aplikasi pencarian jodoh, yang pada perkembangannya

menjadi aplikasi untuk memperluas jaringan perkenalan. Spesifikasi fungsi

akan memengaruhi konten apa saja yang akan disuguhkan dalam tampilan

aplikasi nantinya. Dalam aplikasi Tinder, karena tujuan utamanya adalah

untuk menyarankan seseorang kepada orang lain dengan kemungkinan

ketertarikan, maka konten utama yang ditawarkan adalah profil pengguna.

Penawaran pengguna kepada pengguna lain dilakukan dengan

mengolah data dari akun sosial media lain yang terhubung dengan akun

Tinder pengguna. Pengolahan data pada Tinder menggunakan Elo’s Rating

Algorithm. Algoritma ini merupakan algoritma yang dikembangkan oleh

pecatur bernama Arpard Elo. Dengan menggunakan algoritma ini,

pengguna (pemilik akun) akan dinilai oleh sistem berdasarkan akun-akun

yang menyukai profil pemilik akun. Setelah itu, pengguna akan

direkomendasikan pengguna lain yang memiliki range nilai yang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 35: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

mendekati nilai pengguna. Pengguna baru akan mendapatkan ‘boost’ untuk

memperluas kemungkinan mendapat ‘match’. Boost ini berfungsi untuk

menentukan nilai pemilik akun agar rekomendasi profil selanjutnya

menjadi lebih ‘akurat’. Adapun yang menjadi faktor penilaian dalam

aplikasi ini adalah jumlah like yang didapatkan, jumlah penolakan dan

mutual match pengguna. Dengan adanya boost ini, akan membangun

persepsi kepercayaan kepada penggunanya. Terbangunnya persepsi akan

rasa percaya juga akan memengaruhi kenyamanan bagi penggunanya

karena merasa aman dan dapat memercayai sistem yang ada. Hal ini tentu

akan meninggalkan impresi baik bagi pengguna mengenai aplikasi Tinder.

Algoritma yang digunakan oleh Tinder akan berpengaruh pada

interaksi yang akan terbangun dan dirasakan oleh penggunanya. Hal ini

termasuk ke dalam tahap ketiga dalam perancangan user experience,

Structure, yang terfokus pada interaction design dan information

architecture. Tahapan ini akan memengaruhi bagaimana pengguna akan

bertindak dalam menggunakan aplikasi dan bagaimana pengguna

memahami informasi yang ditampilkan dalam aplikasi.

Tujuan dan konsep yang dirancang pada tiga tahap pertama

dalam perancangan user experience akan diimplementasikan pada tahap

keempat, Skeleton. Pada tahap ini, ada tiga poin yang menjadi fokusnya,

yaitu tampilan muka (user interface), desain navigasi, dan desain

informasi. Hasil dari perancangan di tahap inilah yang nantinya akan

berhubungan langsung dengan pengguna. Pengalaman sensorik yang

terbentuk pada tahap ini kemudian menjadi tahap terakhir dari rancangan

user experience, Surface.

Pada bagian sekeleton ini, fitur utama yang paling menarik

perhatian pengguna adalah fitur swipe (desain navigasi/navigation design)

dan tampilan profil berupa tumpukan kartu/stack of cards (information

design). Fitur ini adalah fitur yang membedakan Tinder dengan aplikasi

serupa. Berdasarkan hasil kuisioner dan observasi lapangan, peneliti

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 36: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

menemui bahwa fitur ini berhasil menarik pengguna baru dan membuat

pengguna merasakan kemudahan dalam pengoperasian aplikasi ini. Fitur

swipe sendiri merupakan hasil pengembangan yang dilakukan oleh co-

founder Tinder, Jhon Badeen, setelah aplikasi diluncurkan. Tampilan

informasi yang berupa tumpukan kartu merupakan tampilan yang sedari

awal sudah dibuat oleh Tinder, hal itu pula yang membuat Jhon kemudian

berpikir untuk mengembangkan bagian navigasi agar lebih interaktif. Ide

gestur swipe ini muncul karena Jhon memerhatikan bahwa para

penggunanya memiliki ketertarikan untuk menggeser foto. Hal ini

merupakan pengaruh dari kemunculan iPhone 3G yang diperkenalkan pada

tahun 2008. Perubahan kebutuhan pengguna (prefrensi pengguna) akan

memengaruhi perubahan dan pengembangan aplikasi sebagaimana yang

telah dijelaskan pada teori user experience, bahwa kelima tahap tidak

berdiri sediri tapi saling berhubungan. Keberhasilan pengembangan fitur

swipe di awal 2014 ini dapat dilihat dari pesatnya pertumbuhan di tahun

2014.

Grafik 18 Grafik Peringkat Aplikasi Tinder (2013-2017) di Indonesia pada Sistem Operasi Android. (Sumber: AnnieApp.com)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 37: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Grafik 19 Grafik Peringkat Aplikasi Tinder (2013-2017) di Indonesia pada Sistem Operasi iOS. (Sumber: AnnieApp.com)

Penyesuaian desain aplikasi terhadap kebutuhan pengguna

merupakan usaha untuk membuat pengguna merasa nyaman sekaligus

untuk meningkatkan pengguna baru. Rancangan yang mudah digunakan

oleh pengguna juga cenderung membuat pengguna menjadi loyal. Dalam

penelitian ini, penliti mengajukan beberapa pertanyaan yang menjadi tolak

ukur loyalitas pengguna. Pertanyaan yang diajukan antara lain, (1) Apakah

pengguna menggunakan aplikasi lain yang serupa?, (2) Apakah pengguna

pernah menghapus-mengunduh ulang aplikasi?. dan (3) Apakah pengguna

pernah menghapus akun?

Hasil kuisioner penelitian ini menunjukkan, 61% pengguna tidak

menggunakan aplikasi lain selain Tinder. Sedangkan 31% responden yang

pernah menggunakan aplikasi serupa Tinder mengakui keunggulan Tinder

karena tampilannya yang sederhana dan mudah digunakan, fitur swipe yang

menarik, matching sistem dengan rekomendasi profil pengguna yang lebih

menarik, dan sistem signup (pendaftaran) yang menghubungkan dengan

facebook atau nomor telepon genggam yang memudahkan serta membuat

pengguna lebih memercayai profil yang ditampilkan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 38: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Sebanyak 54% responden mengaku pernah menghapus dan

mengunduh ulang aplikasi. Alasan yang melatarbelakangi perilaku ini

diantaranya, karena sudah jarang menggunakan dan merasa jenuh,

memiliki pasangan, malu karena diketahui orang terdekat, takut

adiksi/kecanduan dan kendala teknis gawai yang kehabisan memori.

Walaupun sudah menghapus aplikasi, pengguna mengunduh ulang kembali

aplikasi karena merasa masih membutuhkan aplikasi Tinder dengan alasan

untuk membunuh waktu ataupun sekedar iseng. Persentase pengguna yang

pernah menghapus akun, berdasarkan hasil kuisioner, lebih tinggi

dibandingkan dengan pengguna yang menghapus-mengunduh ulang

aplikasi yakni sebesar 59%. Alasan yang melatarbelakanginya pun kurang

lebih sama dengan alasan pengguna yang pernah menghapus-mengunduh

ulang aplikasi.

Kecenderungan perilaku pengguna ini merupakan pengaruh dari

desain aplikasi Tinder itu sendiri. Desain aplikasi Tinder dibuat dengan

menggunakan pendekatan game / permainan. Dari tampilan muka aplikasi

ini, informasi yang disuguhkan pada halaman utama (main page) sendiri

terlihat mengadopsi bentuk kartu yang identik dengan permainan. Rad,

CEO Tinder, mengaku sengaja merancang aplikasi ini agar terasa seperti

permainan agar pengguna dapat mengeliminasi perasaan cemas untuk

membangun hubungan dengan orang asing. Kendala kecemasan untuk

memulai percakapan dengan orang asing ini merupakan kendala yang

dialami Rad pribadi dan memutuskan untuk membuat aplikasi yang bisa

membantunya dan orang-orang dengan kendala yang sama. Bahkan, setelah

kehadiran Tinder muncul istilah sepeti ‘Gamification of Dating’ dan

‘Tinderization of Feelings’. Istilah ‘Gamification of Dating’ merupakan

istilah yang digunakan oleh Zachary Siegel dalam artikelnya untuk

thedailybeast.com yang berjudul “Love in the Time of Tech: Your Brain on

Dating Apps”. Dalam artikel tersebut, Siegel menjelaskan bagaimana reaksi

otak manusia ketika menggunakan aplikasi online dating yang dapat

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 39: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

menyebabkan kecanduan pada penggunanya. Hal yang mendasari istilah ini

adalah Addiction by Design (Natasha Dow Schüll ) yang membahas

bagaimana desain dapat membuat seseorang kecanduan dan jurnal Eyler

dan Peyser dalam menggunakan Tinder yang di dalam tulisannya membuat

istilah “Tinderization”. Istilah ‘Tinderization’ sendiri lahir dari pengamatan

Eyler dan Peyser atas pengalaman pribadi dan pengguna Tinder di

sekelilingnya yang terpengaruh sistem biner yang dianut oleh Tinder,

semua pertanyaan hanya memiliki dua kemungkinan yakni ‘ya’ atau

‘tidak’. Martin Wendell dalam tesisnya pun menyatakan hal serupa,

“some of the reasons for this are that Tinder feels like a game

instead of a dating app and therefore have little stigma, non-cumbersome,

and actually fun to use if not outright addictive.”

Data penelitian yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini

pun mengindikasikan hal yang sama. Pengguna secara sadar ataupun tidak

menganggap Tinder sebagai salah satu bentuk permainan. Hal ini

diindikasikan oleh alasan pengguna yang merasa Tinder memberikan

keseruan tersendiri, pengguna merasa tertantang untuk mendapatkan

banyak match ataupun mencari pasangan, dan sebagai sarana mengisi

waktu luang. Alasan ini dapat diartikan sebagai motivasi pengguna dalam

menggunakan Tinder. McQuail (1983) membagi motivasi menjadi empat

kategori; (1) Entertainment/Hiburan, (2) Social Interaction/Interaksi

Sosial, (3) Information/Informasi, dan (4) Indentity Exploration/Eksplorasi

Identitas. Motivasi merupakan salah satu faktor pembentuk kebiasaan

(behavior). Fogg (dalam Eyal, 2016: 56) menyatakan kebiasaan dapat

dibentuk melalui motivasi, kemampuan, dan pemicu; B = M.A.T (Behavior

= Motivation x Ability x Triggers).

Untuk mendapatkan motivasi, seseorang akan dipengaruhi oleh

faktor-faktor dari dalam atupun dari luar dirinya, atau bisa disebut dengan

faktor pemicu. Faktor ini merupakan tahap pertama dalam model Kait

(Hooked) yang diperkenalkan oleh Nir Eyal. Model ini berusaha untuk

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 40: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

menjelaskan bagaimana agar dapat membuat sebuah aplikasi yang

membentuk perilaku pengguna. Pada tahap ini, pemicu terbagi menjadi dua

jenis berdasarkan sumbernya, eksternal dan internal. Pemicu eksternal

dapat merupakan pemicu yang datang dari luar diri pengguna dan

dirangsang melalui hal-hal di sekitar pengguna. Sedangkan pemicu internal

datang dari dalam diri pengguna sendiri.

Pemicu eksternal terbagi menjadi empat jenis, yaitu pemicu

berbayar, pemicu yang didapatkan, pemicu hubungan antar manusia, dan

pemicu terpasang. Pemicu berbayar merupakan pemicu yang dibuat dan

disebarkan melalui saluran berbayar. Pemicu jenis ini kurang bisa

diandalkan untuk jangka waktu yang lama, selain itu, pemicu ini kurang

efektif untuk mempertahankan pengguna. Walaupun begitu, pemicu

berbayar dapat menarik pengguna baru. Pada kasus aplikasi Tinder,

perusahaan juga melakukan hal yang serupa, namun pemasangan pemicu

berbayar ini tidak langsung dilakukan pada awal pembuatan Tinder.

Selain itu, ada pula pemicu yang didapatkan, pemicu yang

digunakan untuk mendapatkan perhatian pengguna dan

mempertahankannya untuk terus mendapatkan perhatian pengguna. Pemicu

ini dapat menggunakan pemberitaan melalui media yang tersedia. Tinder

berhasil mencuri perhatian pengguna di awal kemunculannya melalui

pengembangan fitur swipe, namun, bila Tinder berhenti untuk berkembang

maka bisa dapat dipastikan secara perlahan pengguna akan meninggalkan

dan melupakan aplikasi ini. Oleh karena itu, Tinder berusaha untuk

menambah, mengurangi, dan mengembangkan fitur dan layanan yang

ditawarkan. Sepanjang 2012-2017, Tinder sempat mengalami perubahan

kategori pada toko aplikasi maya baik untuk iOS (AppStore) dan Android

(GooglePlay). Pada awal kemunculannya, Tinder dikategorikan sebagai

online dating application, yang kemudian berubah menjadi media sosial

dan instant messaging, yang kemudian hingga saat ini berada di kategori

lifestyle (gaya hidup). Perubahan kategori ini sejalan dengan perkembangan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 41: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

fitur dan layanan aplikasi. Pada awal kemunculannya Tinder dikategorikan

sebagai online dating application dikarenakan fungsi utamanya sebagai

aplikasi pencari jodoh. Setelah itu Tinder mengembangkan fitur untuk

berbagi momen, grup, dan fitur berbagi file foto pada bagian chatting.

Kemunculan fitur-fitur ini kemudian membuat kategori Tinder berubah

menjadi kategori instant messaging dan media sosial. Kemudian Tinder

menghilangkan fitur-fitur yang tersebut dan menambahkan fitur seperti

superlike, boost, dan undo serta layanan premium. Hal ini kemudian

membuat Tinder dikategorikan sebagai aplikasi lifestyle (gaya hidup).

Perubahan yang terus dilakukan Tinder merupakan salah satu usaha agar

Tinder terus menjadi pusat perhatian masyarakat. Hal ini berhasil diraih

Tinder, bahkan Tinder sudah menjadi sebuah kata yang sering digunakan

dalam percakapan.

Jenis pemicu lainnya adalah pemicu dari hubungan antar

manusia (relationship triggers). Pemicu ini merupakan pemicu yang

diberikan seseorang kepada orang lain yang dapat beruap undangan, like

dan pemberitaan baik melalui media sosial ataupun word of mouth. Jenis

pemicu ini merupakan jenis pemicu yang paling efektif. Tinder pun

memasang pemicu ini pada aplikasinya. Pada awal kehadirannya, Tinder

memasarkan aplikasinya dengan mengandalkan undangan menggunakan

Tinder kepada orang-orang terdekat, selain itu penemu Tinder juga

melakukan usaha lain dengan terus menerus membicarakan Tinder di

tempat umum dan kepada orang lain – orang asing. Sedari awal, Rad sadar

akan kekuatan word of mouth, oleh karena itu ia memasang pemicu ini

sejak awal kemunculan Tinder. Hasilnya terlihat, bagaimana Tinder

berhasil menempati posisi puncak aplikasi yang paling banyak diunduh

dalam waktu singkat.

Jenis pemicu eksternal terakhir adalah pemicu terpasang (owned

trigger). Pemicu ini merupakan pemicu yang terus menerus yang dapat

berupa ikon aplikasi, e-mail langganan atau notifikasi (pemberitahuan).

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 42: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Pemicu terpasang ini akan mengulang keterlibatan pengguna sampai

akhirnya perilaku atau kebiasaan pengguna terbentuk. Pemicu terpasang

pada aplikasi Tinder adalah ikon aplikasi dan notifikasi atau

pemberitahuan.

Pemberitahuan pada aplikasi Tinder ada beberapa macam, ketika

mendapatkan match baru ataupun superlike, ketika kehabisan jatah untuk

menyukai profil, mendapatkan pesan baru, serta pemberitahuan bila sudah

terlalu banyak dan lama chat tidak dibalas.

Gambar 8 Tampilan Pop Up Notification Ketika Mendapatkan Match Pada Aplikasi Tinder. (Sumber: dokumentasi Frida Sibarani)

Pemberitahuan yang dikirimkan oleh Tinder memicu pengguna untuk

melakukan tindakan selanjutnya. Ketika pengguna saling menyukai profil

satu sama lain maka akan muncul tampilan pemberitahuan dengan dua

pilihan, yaitu untuk mengirimkan pesan (send message) ataupun

melanjutkan mencari profil lain (keep swiping). Pilihan ini secara sadar

ataupun tidak akan menggiring pengguna untuk terus menggunakan Tinder.

Selain itu, pemberitahuan yang muncul akan memberikan kesan pengguna

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 43: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

berhasil menemukan pasangan yang tepat (reward bagi pengguna).

Sedangkan ketika ada pengguna tidak sedang mengaktifkan aplikasi namun

ada pengguna lain yang menyukai profil pengguna maka pemilik akun akan

mendapatkan pemberitahuan melalui ‘pop up notification’. Pesan yang

diterima ketika mendapatkan match dengan pesan ketika pengguna

mendapatkan super like akan berbeda. Ketika mendapatkan super like,

pengguna akan mendapatkan pesan yang mendorong pengguna untuk

‘mencari’ pengirim super like diantara tumpukan ‘kartu profil’. Pesan ini

akan mendorong pengguna untuk menggunakan aplikasi Tinder. Pesan

dengan nada serupa akan dikirimkan bagi pemilk akun bila ada beberapa

pesan yang sudah diterima namun tidak dibalas dalam kurun waktu

tertentu.

Selain pemicu eksternal ada pula pemicu internal yang

merupakan pemicu yang berasal dari dalam diri pengguna. Pemicu internal

yang paling kuat adalah emosi, terutama emosi negatif. Emosi dapat

memengaruhi keseharian pengguna dan bila pengguna merasakan emosi

negatif, pengguna cenderung akan mencari cara untuk menghilangkan

emosi negatif tersebut dan terkadang emosi negatif ini akan mendorong

pengguna untuk mengambil tindakan secara spontan. Emosi negatif ini

diantaranya adalah rasa sepi, bosan, frustasi, bingung, dan ragu. Aplikasi

yang mampu meredam emosi negatif yang dirasakan oleh penggunanya

dengan mengklaim perasaan tertentu akan mendorong pengguna menjadi

bergantung pada aplikasi tersebut.

Pada penelitian ini, beberapa responden mengaku menggunakan

aplikasi tinder untuk mengatasi rasa bosan, kesepian (mencari teman dan

pasangan), serta kebingungan mengisi waktu luang ataupun kebingungan

untuk membangun hubungan baru. Tinder melihat kebutuhan untuk

mengatasi emosi negatif ini dan berusaha menjawabnya dengan membuat

aplikasi dengan pendekatan permaianan yang dapat membantu pengguna

meredam emosi negatif dengan menawarkan ‘keseruan’ baru. Keseruan ini

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 44: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

berupa pencarian pasangan yang tepat diantara pilihan yang ada, memulai

bertukar pesan dengan mudah karena Tinder memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh pengguna serta keseruan dalam mengantisipasi temuan

baru.

Pemicu yang ada ini kemudian akan menjadi dasar motivasi bagi

pengguna untuk masuk ke dalam tahap selanjutnya, mengambil tindakan.

Pengguna memiliki pilihan dalam menentukan tindakan yang akan

dilakukan selanjutnya. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya,

perilaku pengguna dipengaruhi oleh motivasi, kemampuan, dan pemicu.

Bila pemicu dan motivasi pengguna telah terpenuhi, maka yang perlu

diperhatikan selanjutnya agar pengguna melakukan tindakan seperti yang

dikehendaki adalah dengan memastikan pengguna mampu untuk

melakukan tindakan tersebut.

Kemampuan merupakan kapasitas untuk melakukan tindakan

tertentu. Untuk meningkatkan kemampuan pengguna, maka proses untuk

mencapai tujuan dibuat sesederhana mungkin. Semakin sederhana proses

yang dibutuhkan akan membantu dan memperbesar kemungkinan

pengguna melakukan tindakan yang dihendaki. Pengguna sendiri

cenderung mengabaikan arahan dalam bentuk tulisan. Pada aplikasi Tinder

sendiri, arahan dalam bentuk tulisan sangat minim. Arahan dalam bentuk

tulisan hanya muncul di awal penggunaan aplikasi (setelah sign up ataupun

sign in). Kemudahan dalam pemakaian aplikasi Tinder sebenarnya bisa

dirasakan mulai dari tahap awal pembuatan akun.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 45: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Gambar 9 Tampilan Awal Memulai (Log In) Aplikasi Tinder.

(Sumber: dokumentasi Frida Sibarani)

Untuk membuat akun Tinder, pengguna tidak perlu mengisi

identitas ataupun menjawab pertanyaan seperti beberapa aplikasi online

dating lain (Setipe, OkCupid, dan Wavoo). Kemudahaan ini menarik

perhatian pengguna karena pengguna merasa tanpa perlu repot untuk

mengisi data dan menjawab pertanyaan, mereka bisa segera mencapai

tujuannya; baik untuk memperluas jaringan, menacari pasangan ataupun

tujuan lainnya. Singkatnya proses yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

membawa pengaruh juga kepada tampilan muka aplikasi yang dibuat

sesederhana mungkin.

Setelah pengguna berhasil melakukan tindakan, untuk membuat

pengguna masuk ke dalam model kait, maka dibuatlah imbalan bervariasi.

Fungsi imbalan bervariasi akan memunculkan sensasi ketagihan dan

muncul rasa mengidam (craving) pada pengguna. Imbalan bervariasi ini

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 46: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

terbagi menjadi tiga jenis, yaitu (1) Imbalan Suku (Tribe), (2) Perburuan

(Hunt), dan (3) Diri Sendiri (Self).

Imbalan suku (Tribe) dikenal juga sebagai imbalan sosial berupa

validasi diri yang akan membuat pengguna merasa diterima, menarik,

penting, dan menjadi bagian dari suatu kelompok. Tinder pun

menggunakan imbalan ini untuk mendorong penggunanya terus memakai

aplikasi Tinder. Ketika seseorang menggunakan Tinder dan mendapatkan

match, pengguna akan disuguhi pop up page pemberitahuan bahwa

pengguna saling menyukai satu sama lain. Munculnya pop up page ini

sepeti pop up page ucapan selamat ketika bermain game. Sensasi yang

diberikan oleh Tinder akan membuat pengguna merasa dirinya menarik

karena ada orang lain yang menyukai dirinya. Selain itu, hasil observasi

peneliti di lapangan juga menunjukkan, pengguna memakai Tinder untuk

mengumpulkan match sebanyak mungkin. Jumlah match yang banyak

dianggap sebagai indikator kualitas diri atau bila dalam teori McQuail

dianggap sebagai motivasi identity exploration. Sensasi dalam menanti

imbalan akan terasa lebih menegangkan dibandingkan ketika mendapatkan

imbalan. Kesadaran inilah yang membuat Tinder merancang sistem

perjodohannya seperti permainan agar pengguna ketagihan dan mengidam

akan sensasi menanti imbalan tersebut.

Sedangkan imbalan perburuan (hunt) adalah imbalan yang dipicu

oleh keinginan yang tidak terpuaskan oleh otak manusia. Pada dasarnya,

manusia tidak pernah lepas dari praktik perburuan. Ketika jaman dahulu

manusia berburu untuk mendapatkan makanan, sekarang manusia berburu

untuk mendapatkan uang. Tinder memanfaatkan hasarat dasar manusia

untuk berburu ini. Hasil penelitian ini pun menunjukkan hal yang sama,

responden mengaku lebih senang untuk mencari sendiri. Hal ini sejalan

dengan imbalan diri sendiri (self), imbalan ini menunjukkan pencarian yang

melelahkan dapat menjdi perjuangan yang menyenangkan bagi seseorang.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 47: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

Sensasi berburu dan berjuang mendapatkan keinginan ini akan

membuat pengguna merasa kompeten. Ketika keinginan ini terpenuhi,

keinginannya cenderung akan meningkat. Bila seseorang sudah sampai

pada tahap ini, besar kemungkinan bagi pengguna untuk mengulangi

tindakannya. Namun, kebebasan memilih oleh pengguna harus tetap

diperhatikan. Pada aplikasi Tinder, pengguna diberikan pilihan yang dapat

disesuaikan oleh keinginan pengguna pribadi. Tawaran kebebasan ini

membuat pengguna seolah-olah memiliki kontrol penuh. Pengguna bebas

untuk memilih profil pengguna seperti apa yang ingin ia sukai, namun,

tanpa sadar pilihan yang diberikan sebenarnya merupakan pilihan yang

telah diseleksi oleh sistem.

Investasi yang dilakukan oleh pengguna dalam pemakian produk

dapat terlihat melalui usaha dan waktu yang dilakukan. Tingkat investasi

akan berbanding lurus dengan nilai yang ditaruh oleh pengguna pada

produk yang digunakan. Nilai yang ditentukan oleh pengguna ini yang

akan memengaruhi kemungkinan pengguna untuk menggunakan produk

tersebut di masa depan. Pada tahap ini, ada baiknya bila diletakkan pula

pemicu agar pengguna dapat masuk ke dalam model kait yang dibuat.

Responden dalam penelitian ini memberikan jawaban yang

mengindikasikan tingginya investasi yang dilakukan oleh pengguna dan

dampaknya pada loyalitas pengguna. Usaha dan waktu yang digunakan

untuk mendapatkan chat dan berkenalan melalui fitur chatting dalam

Tinder membuat pengguna enggan untuk meninggalkan aplikasi ini.

Responden mengaku ‘sayang’ bilang harus kehilangan match yang sudah

dikumpulkan. Hal ini yang membuat Tinder kemudian menempatkan

pemicu pada tahap ini, bagaimana notifikasi untuk membalas pesan dan

ajakan untuk membuka aplikasi Tinder.

Sistem dan tampilan yang dirancang sedemikian rupa membuat

pengguna tidak menyadari bahwa perilakunya telah terpengaruh aplikasi

yang digunakan. Tinder, yang merupakan aplikasi online dating dengan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 48: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

tampilan dan sistem yang dibuat menyerupai game memengaruhi

penggunanya untuk memperlakukan aplikasi Tinder sebagai sebuah

permainan.

Martin Wendell dalam tesisnya yang berjudul An Analysis of the

Online Dating Industry and How Startsups Can Compete menyatakan:

“ indeed, it seems like everyone in social is moving to cards in some form as it has shown itself to be a simple and intuitive interface to use — but by combining it with swipes, it is interactive and engaging for the users.”

Diterjemahkan oleh penulis menjadi sebagaimana masyarakat melihat

peralihan ke dalam bentuk kartu sebagai bentuk yang sederhana/mudah dan

tampilan yang intuitif – tetapi, dengan menggabungkannya dengan gestur

geser menjadi interaktif dan memikat bagi penggunanya. Hal ini menjadi

gambaran mengapa Tinder menggunakan pendekatan permainan yang

interaktif serta berhasil memikat target penggunanya dan mengapa

pendekatan ini mendapatkan respon positif dari penggunanya.

Aplikasi Tinder bukan hanya memengaruhi penggunanya,

rancangan aplikasi ini juga merupakan pengaruh dari target penggunanya.

Sejak awal diluncurkan, aplikasi ini mengincar mahasiswa sebagai target

utama penggunanya, yang mana mahasiswa ini termasuk ke dalam generasi

milenial. Generasi milenial ini identik dengan karakteristik yang

individualis, melek teknologi, gemar mencari kesenangan, senang untuk

bersosialisasi serta cenderung ingin mencoba hal-hal baru dan mudah.

Karakteristik target utama pengguna inilah yang kemudian membentuk

tampilan dan sistem Tinder yang berbeda dengan generasi aplikasi online

dating sebelumnya. Kesederhanaan tampilan dan kemudahan

pengoperasian aplikasi yang dikemas dengan unik inilah menjadi nilai jual

utama yang ditawarkan Tinder.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 49: BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A ...digilib.isi.ac.id/3824/4/Bab 4.pdfA. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Demografik Pengguna Penelitian mengenai fenomena Tinder ini

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta