Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
36
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain
penelitian post test design. Penelitian ini menguji aktivitas mukolitik fraksinasi
etanol pada ekstrak daun Lantana camara yang dilakukan secara in vitro
terhadap mukus sapi. Mukus sapi yang awal mulanya disimpan di dalam
freezer, kemudian dicampur dengan fraksi ekstrak etanol daun Lantana
camara. Metode penelitian menggunakan fraksinasi bertingkat untuk
mengetahui senyawa apa saja pada Lantana camara yang akan tertarik pada
pelarut polar organik etanol setelah difraksinasi sebelumnya dengan pelarut
non-polar dan semipolar. Kemudian dihitung jumlah viskositasnya lalu
dibandingkan dengan viskositas asetilsistein. Selanjutnya untuk mengevaluasi
aktivitas mukolitik dari fraksi ekstrak daun Lantana camara terhadap mukus
menggunakan metode uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan
untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda menggunakan analisis post
test. Namun jika pada uji ANOVA tidak terpenuhi maka menggunakan uji
Kruskal Wallis dan Mann Whytney Non parametrik.
4.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sintesis dan
Laboratorium Kimia Terpadu Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.
4.3 Variabel Penelitian
4.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah konsentrasi
ekstrak etanol daun Lantana camara sebesar 0,1%; 0,5%; dan 1%. Perbedaan
37
konsentrasi tersebut untuk mengetahui seberapa besar aktivitas mukolitik yang
dimiliki oleh daun tembelekan.
4.3.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah viskositas mukus sapi.
4.3.2.1 Definisi Operasional Penelitian
1. Ekstrak daun tembelekan adalah ekstrak yang didapatkan dari daun
tanaman Lantana camara yang dikeringkan dan dibuat serbuk, kemudian
ekstraksi dengan cara maserasi bertingkat secara berturut-turut
menggunakan n-heksan, etil asetat, dan etanol 96%. Setelah itu masing-
masing ekstrak dipekatkan dengan rotary evaporator menjadi ekstrak
kental.
2. Viskositas adalah gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan satu bidang
permukaan melampaui kondisi tertentu yang berada dibawahnya apabila
ruang yang berada di antaranya diisi oleh cairan yang ingin di ukur
viskositasnya (kekentalan). Dalam penelitian ini viskositas dilakukan untuk
mengetahui kekentalan bahan uji sebagai aktivitas mukolitik dengan
ditandai adanya penurunan viskositas.
4.4 Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan mukosa usus sapi yang di ambil dibagian
dalam usus yang telah dibersihkan dan disimpan di dalam freezer dengan suhu
dibawah 4 0C.
4.5 Alat dan Bahan
4.5.1 Alat
1. Oven
2. Blender (maspion)
3. Buchner
4. Vacuum
5. Gelas ukur 500 ml
6. Neraca analitik
7. pH meter
8. Magnetic stirrer
9. Hot plate
10. Waterbath
11. Viscometer Ostwald
12. Termometer
38
13. Stopwatch
14. Inkubator
15. Rottavory Evaporator
16. Statif
17. Klem
18. Bola Hisap
4.5.2 Bahan
1. Daun (Lantana camara)
2. Asetilsistein 500 mg
3. Tween 80
4. Dapar posphat pH 7
5. NaH2PO4 pt.
6. Na2HpO4
7. Aquadest pt.
8. Etil asetat pt
9. N-heksan
10. Etanol Teknis
11. HCl pekat
12. Metanol
13. Kertas Saring
14. Anisaldehid
15. Asam Asetat Glasial
16. Asam Sulfat 10%.
17. NaCl 10% pa.
18. FeCl3pa.
19. KOH
20. BiNO3
21. Asam Nitrat
22. Kiesel Gel 254
4.6 Prosedur Penelitian
4.6.1 Tahap persiapan bahan
Daun Lantana camara dijemur di bawah sinar matahari selama 10
menit, dan kemudian dilakukan pengeringan mennggunakan oven dengan suhu
(35-40)0C. Setelah daun kering kemudian dihaluskan menggunakan blender
sehingga diperoleh ekstrak halus (Murrukmihadi, 2011).
4.6.2 Pembuatan ekstrak daun Lantana camara
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode fraksinasi bertingkat,
yaitu proses pemisahan dengan menggunakan berbagai pelarut dengan
kepolaran yang berbeda-beda, sehingga masing-masing pelarut akan
mengandung senyawa dengan kepolaran yang berbeda pula. Fraksinasi yang
dilakukan oleh peneliti yakni menggunakan pelarut organik etanol. Sebelum
melakukan fraksinasi dengan pelarut etanol, daun Lantana camara akan
39
diekstraksi dahulu menggunakan pelarut yang polaritasnya lebih rendah dari
etanol yakni n-heksan dan etil asetat.
Serbuk simplisia daun Lantana camara yang telah di ekstraksi
sebelumnya dengan n-heksan dan etil asetat dilakukan ekstraksi dengan pelarut
polar yaitu etanol 96% sebanyak 5 L, selama 24 jam dengan sesekali botol
maserasi digoyang-goyangkan, maserasi terlindung dari sinar matahari
langsung. Hasil maserasi disaring dengan kertas saring sehingga diperoleh
filtrat dan residu. Residu di maserasi kembali dengan pelarut etanol sebanyak
2,5 L, dengan perlakuan yang sama, maserasi dilakukan berulang kali hingga
semua senyawa tertarik oleh pelarut, dan diuapkan dengan rotary evaporator
sehingga didapatkan ekstrak kental dengan kandungan pelarut yang lebih
sedikit. Pelarut dikeringkan dan diuapkan pada suhu 40 0C di oven hingga
diperoleh ekstrak kental daun Lantana camara bebas pelarut (Dirjen POM,
2000). Selanjutnya ekstrak yang diperoleh dari hasil fraksinasi bertingkat
dilakukan uji aktivitas mukolitik.
4.7 Uji Mukolitik
4.7.1 Persiapan mukus usus sapi
Usus sapi dibersihkan dari isinya (residu makanan) dengan cara di
gosok secara lembut. Selanjutnya usus di potong dan didalamnya di kerok
perlahan untuk mengumpulkan mukus (lendir). Mukus di aduk perlahan hingga
homogen. Kemudian mukus disimpan dalam lemari es (freezer) dengan suhu
dibawah 4 0C sampai siap dilakukan uji tes (Murrukmihadi, 2011).
4.7.2 Pembuatan dapar posphat pH 7
Larutan dapar posphat pH 7 diperoleh dengan cara mencampurkan 29,0
mL larutan NaH2PO4 0,2 M dan 15,0 mL NaOH 0,2 N dalam aquades bebas
CO2 sampai 100 mL. Dapar yang telah dibuat kemudian dicek pH
menggunakan pH meter (Murrukmihadi, 2011).
40
4.7.3 Pembuatan larutan mukus 20% b/b dapar posphat pH 7
Larutan mukus 20% b/b dalam dapar posphat diperoleh dengan cara
mencampurkan mukus sebanyak 0,2 bagian dari total berat (10 g) dengan dapar
posphat pH 7 sebanyak 0,8 bagian dari total berat (40 g). Kemudian tambahkan
larutan 0,5% tween 80 dari total berat (0,25 g), kemudian diaduk selama 40
detik agar homogen (Murrukmihadi, 2011).
4.7.4 Pembuatan larutan asetilsistein 0,1%
Larutan asetilsistein 0,1% diperoleh dengan menimbang 10 kapsul
asetilsistein dengan kandungan 200 mg dan dihitung rata-rata dari isi kapsul.
Ambil 0,1508 g asetilsistein kemudian tambahkan 0,5% tween 80 (0,05 g), dan
dilarutkan dalam mukus dapar posphat 20% sampai 10 ml.
4.7.5 Pembuatan larutan uji
Larutan uji 0,1% dibuat dengan cara mencampurkan 0,005 g ekstrak
kental daun Lantana camara dengan 0,025 g tween 80 (0,5%), kemudian
dilarutkan dalam mukus dapar posphat 20% sampai diperoleh berat 5 g.
campuran tersebut di aduk hingga homogen.
Larutan uji 0,5% dibuat dengan cara mencampurkan 0,025 g ekstrak
kental daun Lantana camara dengan 0,025 g tween 80 (0,5%), kemudian
dilarutkan dalam mukus dapar posphat 20% sampai diperoleh berat 5 g.
campuran tersebut di aduk hingga homogen.
Larutan uji 1% dibuat dengan cara mencampurkan 0,05 g ekstrak kental
daun Lantana camara dengan 0,025 g tween 80 (0,5%), kemudian dilarutkan
dalam mukus dapar posphat 20% sampai diperoleh berat 5 g. campuran tersebut
di aduk hingga homogen.
4.7.6 Uji aktivitas mukolitik
Sebelum menentukan viskositas, larutan uji diinkubasi di incubator pada
suhu dibawah 37 0C selama 30 menit kemudian larutan diukur
viskositasnya.Sebanyak 3 ml larutan uji dimasukkan dalam Viskometer
Ostwald. Atur pompa, kemudian larutan uji dipompa sampai lolos ke tepi atas
Ostwald, penutup ujung pipa dan mulai saat timer siap. Larutan asetilsistein
0,1% dalam larutan mukus dapar posphat 20% sebagai kontrol positif,
sedangkan larutan mukus 20% digunakan sebagai kontrol negatif. Uji viskositas
41
setiap kontrol menggunakan metode yang sama. Pengukuran dilakukan
sebanyak 3 kali dengan menggunakan sampel baru untuk setiap replikasi
(murrukmihadi, et al.2011). Hitung nilai viskositas dengan rumus:
𝜗 =0,12
K.t 𝑣 = 𝐾(𝑡 − 𝜗)
4.8 Skrining Fitokimia
Sebelum melakukan langkah skrining fitokimia maka perlu dilakukan
optimasi eluent. Optimasi dimulai dengan memilih kombinasi pelarut yang
sesuai dengan fraksi ekstrak etanol daun Lantana camara. Perbandingan
pelarut yang digunakan dalam penelitian ini yakni Etil asetat : N- Hexan (5:5)
dalam 10 ml.
4.8.1 Preparasi Plat KLT
1. Ekstrak sebanyak 50 mg dilarutkan ke dalam pelarut etanol sejumlah
1ml.
2. Larutan ekstrak diaduk hingga homogen. Jika larutan ekstrak tidak
kunjung homogen bisa dimasukkan ke dalam ultrasonik selama 5 menit.
3. Siapkan eluent dengan perbandingan 10 ml Etil Asetat : N-Hexan (5:5)
ke dalam bejana KLT. Sembari menunggu eluent jenuh, siapkan plat
KLT 2x10 cm. Kemudian totolkan larutan ekstrak dengan pipa 5 mm di
atas plat KLT. Bila eluent dalam bejana sudah jenuh, maka masukkan
plat KLT tersebut.
4. Fase diam = Kiesel Gel GF 254
Fase gerak = N-Heksan : Etil Asetat ( 5 : 5 )
4.8.2 Uji Alkaloid
A. Pembuatan Penampak Noda
1. Siapkan BiNO3 (40%) 0,8 g, Asam Nitrat 1,2 ml, Kalium Iodida (54,4%
b/v) 2,72 g , dan Aquades ad 10 ml
2. Buatlah larutan dragendorf sesuai yang dibutuhkan (10 ml) dengan
mencampurkan semua bahan tersebut.
42
B. Identifikasi Senyawa Alkaloid
Uji Kromatografi Lapis Tipis
1. Siapkan Plat KLT yang sudah dilakukan eluasi
2. Oleskan plat KLT tersebut dengan pereaksi dragendorf
3. Amati apakah ada noda berwarna jingga pada tampilan visual biasa, Sinar UV
254 nm dan 365 nm
4. Fase diam = Kiesel Gel GF 254
Fase gerak = N-Heksan : Etil Asetat ( 5 : 5 )
Penampak Noda = Dragendorf
4.8.3 Uji Flavonoid
A. Pembuatan Penampak Noda
1. Siapkan Asam sulfat 10% dalam 10mL yakni 1,0 ml.
2. Masukkan pereaksi ke dalam sebuah bejana
B. Identifikasi Senyawa Flavonoid
Uji Kromatografi Lapis Tipis
1. Siapkan Plat KLT yang sudah dilakukan eluasi
2. Olesi plat KLT dengan pereaksi asam sulfat, Amati apakah ada noda
berwarna kuning intensif pada tampilan visual biasa, Sinar UV 254 nm dan
365 nm
3. Fase diam = Kiesel Gel GF 254
Fase gerak = N-Heksan : Etil Asetat ( 5 : 5 )
Penampak Noda = Asam Sulfat
4.8.4 Uji Tanin
Uji Kromatografi Lapis Tipis
1. Plat KLT yang sudah dieluasi diolesi dengan larutan FeCl3, kemudian
diamati terjadinya perubahan warna.
2. Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.
3. Fase diam = Kiesel Gel GF 254
Fase gerak = N-Heksan : Etil Asetat ( 5 : 5 )
Penampak Noda = FeCl3
4.8.5 Uji Saponin
A. Identifikasi Senyawa Saponin
43
Uji Reaksi Buih
1. Ekstrak sebanyak 0,3 gram dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian
ditambah air suling 10 mL, dikocok kuat selama 30 detik.
2. Tes buih positif mengandung saponin bila terjadi buih stabil selama 10-
30 menit sebanyak 1 cm.
4.8.6 Uji Steroid / Terpenoid
A. Pembuatan Penampak Noda
1. Siapkan 1,0 mL Anisaldehid, 2,0 mL Asam asetat Glasial, 17 mL Metanol
dan 5 mL Asam sulfat
2. Campur semua bahan tersebut dan masukkan penampak noda anisaldehid
yang telah jadi ke dalam suatu wajah.
B. Identifikasi Senyawa Steroid / Terpenoid
Uji Kromatografi Lapis Tipis
1. Siapkan Plat KLT yang telah dieluasi
2. Oleskan plat KLT tersebut dengan pereaksi Anisaldehid
3. Kemudian panaskan plat KLT dengan cara digosok perlahan
4. Amati apakah ada noda berwarna hijau kehitaman pada tampilan visual biasa,
Sinar UV 254 nm dan 365 nm
5. Fase diam = Kiesel Gel GF 254
Fase gerak = N-Heksan : Etil Asetat ( 5 : 5 )
Penampak Noda = Anisaldehid
4.9 Analisis Data
4.9.1 Analisis data aktivitas mukolitik
Perubahan viskositas mukus setelah diberi beberapa konsentrasi ekstrak
dengan menggunaan Viskometer Ostwald dapat di hitung menggunakan
rumus:
𝜗 =0,12
K.t 𝑣 = 𝐾(𝑡 − 𝜗)
Keterangan:
T = waktu yang dibutuhkan sampel untuk mengalir (detik)
K = Konstanta
44
Rumus perhitungan efek viskositas sampel pada mucus adalah sebagai
berikut:
% 𝑒𝑓𝑒𝑘 𝑚𝑢𝑘𝑜𝑙𝑖𝑡𝑖𝑘 = 100 −viskositas sampel
viskositas kontrol negatifx 100%
Dalam penelitian inimenggunakan uji viskositas. Setelah itu, data
kekentalan (viskositas) dianalisis menggunakan uji statistik dengan
menggunakan uji oneway ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan
untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda menggunakan analisis post
test.
4.9.2 Analisis Skrining Fitokimia
Analisis fitokimia merupakan analisis kualitatif yang di lakukan untuk
mengetahui komponen bioaktif yang terkandung dalam tiap pelarut dari ekstrak
daun Lantana camara. Analisis fitokimia yang dilakukan meliputi uji
kandungan saponin, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid.
Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air. Busa yang stabil akan
terus terlihat selama 5 menit, dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2
N.
Flavonoid dapat dideteksi dengan pereaksi warna, sampel ditambahkan 0,5
mL HCl pekat kemudian dipanaskan pada penangas air maka akan terjadi
perubahan warna merah tua sampai ungu menunjukkan hasil yang positif, dan
sampel ditambahkan 0,5 mL HCl dan logam Mg, adanya warna merah sampai
jingga, warna merah tua, warna hijau sampai biru menunjukkan hasil yang
positif.
Uji alkaloid dilakukan dengan KLT meggunakan fasa diam silika gel G F254
dan fasa geraknya eluen yang sesuai. Bercak yang terelusi disemprot dengan
pereaksi Dragendorff. Hasil positif akan memberikan bercak berwarna jingga
pada plat KLT.
Terpenoid dilakukan dengan KLT meggunakan fasa diam silika gel GF254
dan fasa geraknya eluen yang sesuai. Bercak yang terelusi dideteksi
menggunakan uap I2. Adanya terpenoid ditunjukkan oleh terbentuknya bercak
berwarna coklat oleh uap I2.
45
4.10. Kerangka Operasional
Uji Aktivitas
Mukolitik
Pembuatan dapar posphat pH 7
Preparasi mukus usus sapi
Preparasi sampel
Pembuatan kontrol negatif
Pembuatan kontrol positif
Pembuatan larutan uji
Viskometer ostwald Uji aktivitas
mukolitik
Pengujian
Analisis senyawa
Analisis data aktivitas
mukolitik
Analisis data
Identifikasi senyawa
dengan reaksi warna
Pembuatan ekstrak bahan uji
Gambar 4.1 Skema Kerangka Operasional
46
4.11 Bagan Alur Penelitian
4.11.1 Pembuatan Ekstrak Bahan Uji
camara
Simplisia yang telah dilakukan perendaman dan penyaringan dengan
n-heksan dan etil asetat kemudian direndam lagi dengan etanol
sebanyak 5 liter
Direndam selama 24 jam untuk proses meserasi sambil sesekali
bejana meserasi di goyang-goyangkan, disaring dengan corong
Buchner dan tampung filtratnya
Simplisia daun Lantana camara dimeserasi kembali dengan etanol sebanyak
2,5 liter, direndam selama 24 jam sambil sesekali bejana meserasi di
goyangkan, disaring dengan corong Buchner dan tampung filtratnya
Proses meserasi dilakukan dengan metode yang sama secara berulang
sampai filtrat tidak lagi menunjukkan ada komponen yang tertarik
dengan pelarut etanol
Dapat ditandai dengan tidak ada noda yang terbentuk pada plat KLT
Seluruh hasil filtrat dihomogenkan dalam satu wadah
Dilakukan pemekatan menggunakan rotary evaporator vacum hingga
didapatkan ekstrak yang kental
Pindahkan ke cawan porselen dan keringkan di oven pada suhu 40o C
Serbuk simplisia kering daun Lantana camara ditimbang
sebanyak 500 gram
Gambar 4.2 Bagan Alir Pembuatan Ektrak Kering Daun Lantana
camara Dengan Pelarut Etanol
47
4.11.2 Pembuatan Larutan Mukus
Timbang 29,0 ml
larutan NH2PO40,2 M
Ditambahkan dengan
15,0 ml NaOH 0,2 N
Usus dibersihkan dengan
air mengalir
Usus dipotong membujur
dan bagian dalam
dikeruk perlahan
Aduk mukus hingga
homogen
Simpan pada suhu < 4 0C
Tambahkan air ad 100
ml
Larutan Dapar Posfat
pH 7
mukus 0,2 bagian dari
berat total (10 g)+
dapar posfat pH 7 0,8
bagian dari berat total
(40 g)
Tambahkan 5% tween
80 (0,25 g)
Larutan mukus 20%
dapar posfat pH7
Gambar 4.3 Alur Pembuatan Larutan Mukus
48
4.11.3 Pembuatan dapar fosfat pH 7
4.11.4 Pembuatan Kontrol Positif Asetilsistein 0,1%
4.11.5 Pembuatan Larutan Uji
Timbang 10 kapsul acetylsistein dan dihitung rata-ratanya
Ambil 0,1508 g asetilsistein, kemudian tambahkan tween 80
0,5% (0,05 g), dan dilarutkan dalam dapar mucus dapar
posphat 20% sampai 10 ml
Larutan Uji dibuat dalam 3 konsentrasi yaitu 0,1%%, 0,5%, dan
1,0%
Timbang 0,005 gram (uji 0,1%), 0,025 gram (uji 0,5%), dan 0,05
gram (uji 1,0%) ekstrak kering daun Lantana camara.
Ditambahkan dengan 0,025 gram tween 80 pada setiap larutan uji
Larutkan dalam mukus dapar posphat hingga diperoleh berat 5 gram.
Aduk ad homogen
29,0 ml larutan NH2PO4 0,2 M dan 15,0 ml NaOH 0,2 N
dilarutkan dalam aquades bebas CO2 sampai 100 ml.
Cek pH menggunakan pH meter
Gambar 4.4 Pembuatan dapar fosfat pH 7
Gambar 4.5 Alur Pembuatan Kontrol Positif Asetilsistein
Gambar 4.6 Alur Pembuatan Larutan Uji
49
4.11.6 Uji Aktivitas Mukolitik dengan Viskometer Ostwald
4.11.7 Skrining Fitokimia
4.11.7.1 Preparasi Plat KLT
Sebelum menentukan viskositas, larutan uji diinkubasi
dalam 37 0C selama 30 menit pada inkubator
3 ml larutan uji dimasukkan dalam viskometer Ostwald
Larutan uji di pompa hingga batas atas Viskometer
Ostwald, tutup ujung viskometer dan dibuka saat timer
siap
Ekstrak sebanyak 50 mg dilarutkan ke dalam pelarut
etanol sejumlah 1ml.
Larutan ekstrak diaduk hingga homogen. Jika larutan
ekstrak tidak kunjung homogen bisa dimasukkan ke
dalam ultrasonik selama 5 menit.
Siapkan eluent dengan perbandingan 10 ml Etil Asetat : N-
Hexan (5:5) ke dalam bejana KLT. Sembari menunggu eluent
jenuh, siapkan plat KLT 2x10 cm. Kemudian totolkan larutan
ekstrak dengan pipa 5 mm di atas plat KLT.
Fase diam = Kiesel Gel GF 254
Fase gerak = N-Heksan : Etil Asetat ( 5 : 5 )
Bila eluent dalam bejana sudah jenuh, maka
masukkan plat KLT tersebut.
1. Fase diam = Kiesel Gel GF 254
Fase gerak = N-Heksan : Etil
Asetat ( 5 : 5 )
Gambar 4.7 Alur Uji Aktivitas Mukolitik dengan Viskometer Ostwald
Gambar 4.8 Alur Preparasi Plat KLT
50
4.11.7.2 Uji Alkaloid
A. Preparasi Penampak Noda
B. Identifikasi Alkaloid dengan KLT
Siapkan BiNO3 (40%) 0,8 g, Asam Nitrat 1,2 ml, Kalium
Iodida (54,4% b/v) 2,72 g , dan Aquades ad 10 ml
Buatlah larutan dragendorf sesuai yang dibutuhkan (10 ml)
dengan mencampurkan semua bahan tersebut.
Amati apakah ada noda berwarna jingga pada tampilan visual
biasa, Sinar UV 254 nm dan 365 nm
Fase diam = Kiesel Gel GF 254
Fase gerak = N-Heksan : Etil Asetat ( 5 : 5 )
Penampak Noda = Dragendorf
Siapkan Plat KLT yang sudah dilakukan
eluasi . Oleskan plat KLT tersebut dengan
pereaksi dragendorf
2. Fase diam = Kiesel Gel GF
254
Fase gerak = N-Heksan :
Etil Asetat ( 5 : 5 )
Gambar 4.11 Alur Skrining Fitokimia Alkaloid
51
4.11.7.3 Uji Flavonoid
A. Preparasi Penampak Noda
B. Identifikasi Flavonoid dengan KLT
Siapkan Asam sulfat 10% dalam 10ml yakni 1,0 ml.
Masukkan pereaksi ke dalam sebuah bejana
Olesi plat KLT dengan pereaksi asam sulfat,
Amati apakah ada noda berwarna kuning intensif
pada tampilan visual biasa, Sinar UV 254 nm dan
365 nm
Fase diam = Kiesel Gel GF 254
Fase gerak = N-Heksan : Etil
Asetat ( 5 : 5 )
Penampak Noda = Asam Sulfat
Siapkan Plat KLT yang sudah dilakukan eluasi . Oleskan
plat KLT tersebut dengan penampak noda
3. Fase diam = Kiesel Gel GF 254
Fase gerak = N-Heksan : Etil Asetat ( 5 :
5 )
Gambar 4.11 Alur Skrining Fitokimia Flavonoid
52
4.11.7.3 Uji Tanin
4.11.7.4 Uji Saponin
Reaksi Buih
Plat KLT yang sudah dieluasi diolesi dengan larutan FeCl3,
kemudian diamati terjadinya perubahan warna.
Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan adanya
tanin.
Fase diam = Kiesel Gel GF 254
Fase gerak = N-Heksan : Etil Asetat ( 5 : 5 )
Penampak Noda = Fecl3
Tes buih positif mengandung saponin bila terjadi buih stabil
selama 10-30 menit sebanyak 1 cm.
Ekstrak sebanyak 0,3 gram dimasukkan dalam tabung
reaksi kemudian ditambah air suling 10 ml, dikocok
kuat selama 30 detik.
Gambar 4.11 Alur Skrining Fitokimia Tanin
Gambar 4.12 Alur Skrining Fitokima Saponin
53
4.11.7.5 Uji Steroid / Terpenoid
A. Preparasi Penampak Noda
B. Identifikasi Steroid / Terpenoid dengan KLT
Siapkan 1,0 ml Anisaldehid, 2,0 ml Asam asetat Glasial, 17
ml Metanol dan 5 ml Asam sulfat
Campur semua bahan tersebut dan masukkan penampak
noda anisaldehid yang telah jadi ke dalam suatu wadah.
Kemudian panaskan plat KLT dengan cara digosok
perlahan. Amati apakah ada noda berwarna hijau kehitaman
pada tampilan visual biasa, Sinar UV 254 nm dan 365 nm
Fase diam = Kiesel Gel GF 254
Fase gerak = N-Heksan : Etil Asetat
( 5 : 5 )
Penampak Noda = Anisaldehid
Siapkan Plat KLT yang sudah dilakukan eluasi . Oleskan
plat KLT tersebut dengan penampak noda Anisaldehid
4. Fase diam = Kiesel Gel GF 254
Fase gerak = N-Heksan : Etil Asetat ( 5 :
5 )
Gambar 4.12 Alur Skrining Fitokima Steroid / Terpenoid