Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
46
BAB IV
PAPARAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Madrasah
Pada awal tahun 19541 KH. Sajuti Hadi Kusna mendirikan Madrasah
Diniyah yang masuk malam hari yang diasuh oleh KH. Sajuti Hadi Kusna,
Bapak Suraji, Bapak Abdur Rahman. Pada waktu itu pelajaran umum
berhitung, sejarah sudah diberikan kepada anak didik disamping pelajaran
wajib yaitu pelajaran keagamaan seperti: membaca Al- Qur’an, Fiqih,
Tajwid, Aqoidul Islam, Bahasa Arab. Adapun sistem pendidikan yang
digunakan pada saat itu adalah sistem pendidikan klasikal. Tetapi pada
periode ini belum ada kenaikan kelas.
Selama kurang lebih 9 tahun madrasah diniyah berjalan, atas inisiatif
Bapak H. Djamil selaku kepala madrasah pada waktu itu, mendaftarkan
madrasah diniyah di kementerian agama. Akhirnya pada tahun 1963
berdirilah Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah 10 Yanggong dibawah
naungan Kementerian Agama Kabupaten Ponorogo. Jumlah murid pada
awal berdiri sebanyak 2 kelas yaitu kelas I dan II yang sudah menempati
gedung sendiri. Gedung tersebut sekarang digunakan untuk Gedung
Bustanul Athfal ‘Aisyiyah Yanggong. Sedangkan MI Muhammadiyah 10
Yanggong sendiri saat ini memiliki gedung 2 lantai yang kokoh.
1Tim Pengembang Madrasah, Kurikulum KTSP 2018, (Ponorogo: Kurikulum tidak
diterbitkan, 2018), hlm. 35
47
2. Profil Madrasah
a. Nama Lembaga : MI Muhammadiyah 10 Yanggong
b. Alamat : Yanggong RT 04 / RW 01 Desa Jimbe,
Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo
c. Nama Yayasan : Muhammadiyah
d. Status Sekolah : Terakreditasi B
e. Status Lembaga MI : Swasta
f. No SK Kelembagaan : L.m/3/200/A.19/1978
g. NSM/NPSN : 111235020026/ 60714276
h. Tahun Berdiri : 1963
i. Status Kepemilikan : Milik Yayasan
j. Luas Lokasi : 1400 m
k. Nama Kepala Sekolah : Husna Ummi Mursidah S.Pd.I
l. SK Kepala Sekolah : 852/KEP/III.0/D/2018
m. Masa Kerja Kepala Sekolah : 4 Tahun
n. No dan SK akreditasi : 1334/BAN-SM/SK/2019
3. Letak Geografis
MI Muhammadiyah 10 Yanggong beralamatkan di Dukuh Yanggong
Desa Jimbe, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. Terletak di tengah
pemukiman pedesaan menjadikan suasana pembelajaran terasa tenang dan
nyaman. Karena terhindar dari keramaian dari kendaraan bermotor maupun
transportasi umum yang melintasi jalan raya.
Adapun lokasi MI Muhammadiyah 10 Yanggong berada satu komplek
dengan BA Aisyiyah Yanggong, MTs Muhammadiyah 3 Yanggong, MA
Muhammadiyah 2 Yanggong, serta pondok Tahfidz Qur’an Darul A’dham.
Yang kesemua lembaga tersebut dikelola oleh Pimpinan Ranting
Muhammadiyah Yanggong
48
4. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah
a. Visi
“Terciptanya madrasah yang unggul, berkualitas, berwawasan iptek dan
imtaq”
b. Misi
1. Pengembangan kehidupan berkarakater Islami di lingkungan sekolah
maupun, masyarakat di kehidupan sehari-hari.
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara intensif untuk
memajukan hasil akademik siswa ke predikat yang lebih tinggi.
3. Mengembangkan potensi seluruh warga madrasah untuk mencapai
keunggulan.
4. Membiasakan dan meningkatan kedisiplinan seluruh warga madrasah
5. Memotivasi, membantu dan mendampingi setiap peserta didik untuk
mengenali potensi dan bakatnya sehingga berkembang secara optimal
c. Tujuan Madrasah
Adapun tujuan umum madrasah adalah:
1. Secara aktif mampu melaksanakan ibadah Yaumiyah dengan benar
2. Meningkatkan prestasi secara akademik maupun non akademik.
3. Berbudi pekerti luhur, santun, berkepribadian, berpola hidup sehat,
serta peduli lingkungan
4. Peserta didik mampu menghafal hafal 3 jus yaitu juz 30, 29 dan 28.
5. Menciptakan sekolah yang nyaman, menyenangkan dan ramah anak.
49
5. Keadaan Guru
Menyadari akan sangat pentingnya peran guru dalam proses
pembelajaran dan keberhasilan siswa, maka madrasah ini sangat
memperhatikan kualitas para gurunya. Dibuktikan dengan latar belakang
seluruh gurunya adalah sarjana pendidikan. Jumlah guru keseluruhan adalah
10 orang, yang terdiri dari 1 guru Pegawai Negeri Sipil dan 9 Guru tetap
Yayasan, Tenaga Kependidikan sejumlah 1 orang, beserta 2 orang Guru
Ekstrakurikuler.
Adapun daftar nama guru di MI Muhammadiyah 10 Yanggong tahun
2020/2021 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Nama Guru Pendidikan
Terakhir Jabatan
Status
Kepegawaian
Husna Ummi Mursidah, S.Pd.I S1 Kepala madrasah GTY
Rinasihin S.Ag. M.Pd.I S2 Guru PNS
Anazih Rosyidi, S.Pd.I S1 Guru GTY
Halimatu Husna, S.Pd. S1 Guru GTY
Harianto A. Ma D2 Guru GTY
Nasrullah Ridlo I, S.HI,S.Pd. S1 Guru GTY
Muh. Basuki, S.Pd S1 Guru GTY
Fina Nasru Shofiatin, S.Pd.I S1 Guru GTY
Dian Fatma Nurarini, S.Pd.I S1 Guru GTY
Sri Atin, S.Pd S1 Guru GTY
Irfan Mudzakir SMA Karyawan PTP
50
6. Keadaan Siswa
Jumlah siswa secara keseluruhan di MI Muhammadiyah 10 Yanggong
pada tahun pelajaran 2020/2021 adalah 89 siswa, yang terdiri dari 45 laki-
laki dan 44 perempuan. Dengan rincian jumlah siswa per kelas pada tabel
4.2 berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Siswa MI Muhammadiyah 10 Yanggong
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
I 9 4 13
II 4 8 12
III 8 11 19
IV 6 7 13
V 9 7 16
VI 9 7 16
Jumlah 45 44 89
B. Paparan Data
Hasil penelitian tentang upaya peningkatan keterampilan berbicara
Bahasa Jawa ragam krama menggunakan media Fun Learning Mat peneliti
paparkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa
Ragam Krama Di MI Muhammadiyah 10 Yanggong
Bahasa Jawa diajarkan di Madrasah ini sebagai muatan lokal
disamping bahasa Inggris. Alokasi waktu kegiatan pembelajarannya adalah
2 jam pelajaran (2 x 35 menit) per minggu, mulai dari kelas I hingga kelas 6.
51
Disamping itu, sebagai upaya madrasah untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa, madrasah melakukan beberapa program yang
dapat peneliti paparkan sebagai berikut:
a. Pembiasaan dalam keseharian di madrasah yaitu menggunakan bahasa
krama ketika berbicara dengan Bapak/Ibu guru.
b. Pengembangan diri melalui pidato bahasa Jawa dilaksanakan pada hari
Sabtu, 2 minggu sekali.
c. Melaksanakan ujian praktek tes lisan pada penilaian akhir semester 1
dan 2
Data informasi mengenai ketiga program madrasah tersebut diatas,
peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan kepala madrasah Ibu Husna
Ummi Mursidah, S.Pd.I., guru bahasa Jawa Bapak Anazih Rosyidi, S.Pd.I.
dan siswa kelas V.
2. Penggunaan Media Fun Learning Mat Pada Keterampilan Berbicara
Bahasa Jawa Ragam Krama
a. Kegiatan Pra Tindakan
Sebelum memulai penelitian, peneliti menemui Kepala Madrasah
yaitu Ibu Husna Ummi Mursidah, S.Pd.I. tepatnya pada hari Sabtu
tanggal 20 Maret 2021 meminta izin untuk melakukan penelitian di MI
Muhammadiyah 10 Yanggong. Penelitian ini dilakukan guna
menyelesaikan tugas akhir perkuliahan program Sarjana di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. Peneliti disambut baik oleh Ibu Kepala
Madrasah. Beliau sangat senang serta mengizinkan untuk dilakukannya
52
penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 10 Yanggong.
Kemudian, Beliau menyarankan untuk langsung menemui Bapak Anazih
Rosyidi, S.Pd.I. selaku Guru pengampu bahasa Jawa guna merumuskan
langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam penelitian.
Pada hari Selasa tanggal 23 Maret 2021 peneliti menemui Bapak
Anazih Rosyidi, S.Pd.I. untuk menyampaikan bahwa Ibu Kepala
Madrasah telah mengizinkan dilakukannya penelitian tindakan kelas pada
mata pelajaran bahasa Jawa. Dalam pertemuan tersebut, peneliti dan guru
bahasa Jawa memutuskan meneliti siswa kelas V. Dengan pertimbangan
mengambil kelas atas serta kondisi siswanya. Siswa kelas V berjumlah
16 siswa yaitu 9 siswa laki – laki, 7 siswa perempuan. Dalam pertemuan
tersebut, peneliti melakukan wawancara pra tindakan mengenai kondisi
siswa dari sisi nilai akademik maupun pada proses pembelajarannya.
Wawancara ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal siswa
sebelum dilaksanakannya tindakan kelas.
Dari hasil wawancara pra tindakan tersebut, diperoleh informasi
bahwa dalam penguasaan keterampilan berbicara pada bahasa Jawa
ragam krama masih rendah. Menurut penuturan beliau, hal ini disebabkan
karena siswa jarang menggunakannya dalam kehidupan sehari – hari dan
minimnya kosakata bahasa krama yang dimiliki siswa. Selain itu Guru
pengampu belum pernah menggunakan media Fun Learning Mat.
Sesuai kesepakatan pengamatan dilakukan pada tanggal 29-30 Maret
2021 dengan cara melakukan pengamatan langsung proses belajar
53
mengajar di kelas. Hal ini dilakukan guna memahami karakter setiap
peserta didik dan mengamati proses pembelajaran guru bahasa Jawa.
Selain itu peneliti juga menghimpun data berupa nilai ujian praktek lisan
yang diperoleh melalui guru pengampu untuk mengetahui penguasaan
siswa sebelum dilakukannya tindakan kelas. Pendekatan penilaiannya
menggunakan prinsip ketuntasan belajar dengan menentukan nilai acuan
patokan terlebih dahulu.2
Hasil capaian siswa pada ujian praktik lisan yang peneliti peroleh
dari guru pengampu, dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini. Pada tabel
4.3 tersebut ditunjukkan bahwa nilai rata – rata kelas adalah 72.18
dengan tingkat ketuntasan 56.25 %, sebanyak 7 siswa belum mencapai
nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh madrasah pada mata pelajaran
bahasa Jawa kelas atas adalah 75.
Dari tabel 4.3 tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian siswa
belum menguasai materi pelajaran. Didasari hal tersebut, peneliti
melakukan perencanaan penelitian tindakan sebagai acuan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa
Jawa khususnya materi ragam krama.
2Elis Ratnawulan, dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2017), hlm. 243
54
Nilai hasil capaian tes lisan siswa dari guru pengampu bahasa Jawa,
peneliti sajikan pada tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3
Data Nilai Ujian Praktik Dari Guru Pengampu
No. Nama L/P Nilai
Praktik Keterangan
1. Saskia Nauli Putri Ramadani P 75 Tuntas
2. Anwar Maulana Dwi Saputra L 65 Tidak Tuntas
3. Azizah Kholidia M. P 80 Tuntas
4. Cinta Widya Septa P 80 Tuntas
5. Dinar Sabrana Ghoniyul M. L 75 Tuntas
6. Erviano Wahyu Dwi F. L 70 Tidak Tuntas
7. Hafiza Yuna Shafira P 80 Tuntas
8. Hendi Kurniawan Saputra L 60 Tidak Tuntas
9. Muh. Nafiur Rofiif L 85 Tuntas
10. Muhammad Ilyas L 75 Tuntas
11. Neli Agustina Mahardika P 80 Tuntas
12. Rehan Alvin Nugraha L 55 Tidak Tuntas
13. Silvia Aisyatur Rosyidah P 75 Tuntas
14. Yunita Ameliya Putri P 65 Tidak Tuntas
15. Yusril Reza Zasky L 70 Tidak Tuntas
16. Zidane Indra Bachthiar L 65 Tidak Tuntas
Total 1155
Nilai Rata- Rata Kelas 72.18
Jumlah Siswa Kelas V 16
Jumlah Siswa Tuntas 9
Jumlah Siswa Tidak Tuntas 7
Prosentase Ketuntasan Siswa 56.25%
Prosentase Siswa tidak tuntas 43.75%
55
Adapun pertemuan peneliti dengan guru pengampu bahasa Jawa,
Bapak Anazih Rosyidi, dirumuskan jadwal pelaksanaan penelitian pada
tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
Jadwal Penelitian Di MI Muhammadiyah 10 Yanggong
No. Hari/Tanggal Waktu
(WIB) Siklus Tema
1. Sabtu,
20 Maret 2021 08.30-10.00 - Ijin Penelitian ke madrasah
2. Selasa,
23 Maret 2021 08.00-10.00 - Menemui Guru Pengampu
3. Senin-Selasa,
29-30 Maret 2021 07.00-10.00 - Observasi Kelas
4. Jum’at,
02 April 2021 07.00-09.00 I
Kegiatan Sehari-hari/
Pengalaman pribadi
5. Jum’at,
09 April 2021 07.00-09.00 II Kegiatan di Sekolah
6. Jum’at,
26 Mei 2021 07.00-09.00 III Kegiatan di masyarakat
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan (4 x 35 menit) dari
yang seharusnya 2 kali pertemuan (2 x 35 menit). Hal ini dikarenakan
waktu yang diberikan oleh madrasah sangat terbatas, akan tetapi
jumlah jam pelajaran sama dengan alokasi waktu 2 kali pertemuan.
56
Tahapan pada siklus 1 terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada
masing- masing tahapan peneliti jabarkan sebagai berikut:
a) Perencanaan (Planning) Siklus I
Pada tahap ini kegiatan yang peneliti lakukan meliputi:
1) Peneliti berkoordinasi dengan guru pengampu bahasa Jawa.
2) Peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3) Menyusun materi tentang unggah -ungguh basa dengan tema
kegiatan sehari- hari.
4) Menyiapkan media Fun Learning Mat.
5) Menyiapkan lembar observasi untuk aktivitas peneliti dan
peserta didik serta catatan lapangan
b) Pelaksanaan Tindakan (Acting) Siklus I
Pada tahap ini kegiatan yang peneliti lakukan sebagai berikut:
1) Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
dilanjutkan berdo’a dan mengecek kehadiran siswa.
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran, serta memotivasi siswa
untuk berpartispasi aktif ketika proses pembelajaran.
3) Melakukan ice breaking untuk menyiapkan kondisi siswa.
4) Melakukan apersepsi terkait unggah – ungguh basa.
5) Peneliti menjelaskan materi tentang unggah -ungguh basa mulai
dari pengertian, macam serta cara penggunaannya melalui tanya
jawab dan diskusi.
57
6) Peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk maju kedepan
secara beragantian, menuliskan di papan tulis kosakata unggah –
ungguh basa yang diketahui oleh siswa. Contoh kata yang
termasuk ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu dan krama alus
7) Peneliti memberitahukan bahwa hari ini akan belajar sambil
bermain dengan media Fun Learning Mat dan menjelaskan tata
cara permainannya.
8) Peneliti membagi siswa menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
siswa putra dan putri. Kelompok yang maju terlebih dahulu,
diwakili salah satu anggota kelompoknya mengambil kartu
flashcard dan membacakan pertanyaan di dalamnya.
9) Kelompok tersebut menjawab pertanyaan dan melangkah maju
sejumlah poin yang didapat pada kartu, sambil melakukan
gerakan tertentu atau menirukan suara tertentu, sesuai perintah
yang ada pada papan Fun Learning Mat.
10) Setelah permainan selesai, peneliti mengajak siswa bersama-
sama mengingat kembali apa yang telah dipelajari, dan
menuliskannya di buku masing - masing. Selama proses
tersebut, peneliti mengecek hasil rangkuman siswa satu persatu.
11) Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi
yang telah diberikan, peneliti melakukan penilaian individu
dengan memberikan pertanyaan secara lisan.
12) Sebelum kegiatan pembelajaran ditutup, peneliti memberikan
58
kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum
dimengerti.
13) peneliti menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama
dan mengucap salam.
Adapun lebih rincinya, berikut peneliti sajikan kutipan kegiatan
pembelajaran menggunakan media fun learning mat:
Guru
:
“Ayo mas Dinar, kelompok è giliran maju dhisik,
salah siji mewakili maju.”
Dinar : “Nggih, Bu.” (Diwakili oleh Rofiif)
Guru
:
“Saiki mas Rofiif, njupuk kartu flashcard iki siji wae.”
“Coba diwaca mas pitakon è sing ana ing kartu.”
Rofiif
:
“Nggih, Bu.” “Coba ceritakno kagiyatan mu saben
dina, awit saka tangi turu nganti mulih sekolah!”
Guru
:
“Nggih, maturnuwun mas Rofiif”. Sak iki kelompok e
mas Rofiif diskusi bareng njawab pitakonan kui mau.”
Kemudian Dinar bersama kelompoknya menjawab secara
bergantian dengan menggunakan bahasa krama. Sebagai berikut:
Rofiif
:
“Kagiyatan kulo saben dinten, tangi enjing jam
sekawan, lajeng sholat subuh jamaah.”,
Dinar : “Bibar sholat Subuh, kulo ngaji.”,
Ilyas : “Bibar ngaji, kulo ngresiki kamar.”,
Zidan : “Adus Bu.”
Aril : “Maem Bu”,
59
Begitu seterusnya hingga semua anggota kelompoknya mendapat
giliran menjawab, dan giliran kelompok lainnya yang maju
Guru
:
“Nggih, Alhamdulillah, kelompok è mas Dinar kabeh
njawab kanthi bener. Saiki diwakili salah siji, maju 4
langkah ana ing papan Fun Learning Mat iki. Karo
maju, dipraktekne tulisan sing ana sakjerone kotak.”
Dinar : “nggih Bu. Maju karo niru gerakan è manuk iber.”
Siswa melakukan gerakan yang diminta, sambil melangkah di
papan. Begitu seterusnya, dilakukan secara bergantian antara
kelompok 1 dan 2, hingga mencapai angka yang teratas pada papan
Penilaian lisan secara individu pada keterampilan berbicara
ragam krama, peneliti lakukan meliputi aspek pengucapan,
kelancaran, ketepatan tata bahasa, dan intonasi. Berikut peneliti
sajikan pada tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5
Data Nilai Siswa Hasil Ujian Praktik Siklus I
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
1. Saskia Nauli Putri Ramadani 80 Tuntas
2. Anwar Maulana Dwi Saputra 75 Tuntas
3. Azizah Kholidia M. 80 Tuntas
4. Cinta Widya Septa 80 Tuntas
5. Dinar Sabrana Ghoniyul M. 75 Tuntas
6. Erviano Wahyu Dwi F. 70 Tidak Tuntas
7. Hafiza Yuna Shafira 80 Tuntas
8. Hendi Kurniawan Saputra 65 Tidak Tuntas
9. Muh. Nafiur Rofiif 85 Tuntas
10. Muhammad Ilyas 75 Tuntas
60
11. Neli Agustina Mahardika 80 Tuntas
12. Rehan Alvin Nugraha 60 Tidak Tuntas
13. Silvia Aisyatur Rosyidah 75 Tuntas
14. Yunita Ameliya Putri 70 Tidak Tuntas
15. Yusril Reza Zasky 70 Tidak Tuntas
16. Zidane Indra Bachthiar 65 Tidak Tuntas
Nilai Rata – Rata Kelas 74.06
Dari tabel di atas, nilai rata – rata kelas pada penilaian lisan
materi berbicara ragam krama dihitung dengan cara sebagai berikut:
NR =
NR = 74.06
Nilai rata – rata kelas hasil penilaian lisan pada siklus I adalah 74.06.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai yang dicapai oleh siswa belum
memenuhi nilai minimal KKM. Dari tabel diatas, peneliti menemukan
sejumlah 6 siswa yang belum tuntas dan 10 siswa yang tuntas. Berikut
adalah prosentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas:
a) Prosentase siswa yang tuntas
=
= 62.50 %
Nilai Rata – Rata Kelas = Jumlah Total Skor
Jumlah Siswa
1185
16
P = Jumlah siswa yang tuntas
X 100 Seluruh siswa kelas V
10 X 100%
16
61
b) Prosentase siswa yang tidak tuntas
=
= 37.50 %
c) Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan ini, peneliti dibantu oleh guru pengampu
sebagai observer. Beliau membantu mengamati aktivitas guru dan
siswa secara menyeluruh kemudian mencatatnya pada lembar
pengamatan. Jika ada hal – hal yang terjadi, tetapi tidak ditemukan
pada lembar pengamatan, maka akan dicatat pada catatan lapangan
sebagai bahan pertimbangan tindakan selanjutnya.
Hasil observasi pada siklus 1 terhadap aktivitas Guru dan Siswa
dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6
Hasil Observasi kegiatan Peneliti Pada Siklus I
No Aspek Yang Diamati Skor
1. Kemampuan membuka pelajaran 5
2. Kemampuan menyampaikan tujuan pembelajaran 4
3. Kemampuan menggunakan media dengan tepat sesuai
tujuan 4
4. Mengkondisikan dan memotivasi siswa 4
5. Kemampuan penguasaan materi 5
6. Kemampuan menanggapi serta merespon pertanyaan siswa 4
7. Membagi kelompok dengan baik 4
8. Menjelaskan cara penggunaan media fun learning mat 4
9. Mendampingi ketika mengerjakan secara berkelompok 5
P = Jumlah Siswa tidak tuntas
X 100 Seluruh Siswa kelas V
6 X 100%
16
62
10. Membimbing dan mengarahkan siswa selama proses
pembelajaran 4
11. Melakukan refleksi dalam proses pembelajaran 4
12. Kemampuan menggunakan waktu secara efisien 4
13. Melaksanakan Penilaian secara lisan 4
14. Memberikan penguatan dan memotivasi siswa 4
15. Menutup pembelajaran 5
Jumlah Skor 64
Berdasarkan tabel di atas jumlah skor yang diperoleh adalah 64
dengan nilai maksimal 75. Prosentase Nilai Rata-Rata yang diperoleh
peneliti adalah sebagai berikut:
Prosentase Nilai Rata-Rata =
Nilai Rata- Rata yang diperoleh =
= 85.33%
Jumlah Nilai Rata-Rata yang diperoleh adalah 85.33%. Dengan
demikian tingkat keberhasilan tindakan yang dilakukan peneliti pada
kategori baik, dapat dilihat pada tabel 4.7 dan 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.7
Kriteria Tingkat Keberhasilan Tindakan
Prosentase (%) Nilai Huruf Bobot Predikat
86 - 100 A 4 Sangat Baik
76-85 B 3 Baik
60-75 C 2 Cukup
55-59 D 1 Kurang
≤ 54 E 0 Kurang Sekali
Jumlah Skor X 100%
Skor Maksimal
64 X 100%
75
63
Tabel 4.8
Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I
No.
Indikator Skor
1. Siswa memperhatikan guru dan bersikap tenang
selama pembelajaran 4
2. Siswa memahami penjelasan materi 4
3. Siswa memahami petunjuk yang disampaikan guru 3
4. Siswa antusias dan aktif dalam pembelajaran 4
5. Siswa berperan serta aktif dalam kelompok 3
6. Siswa memahami tugas yang diberikan guru 4
7. Siswa menggunakan media pembelajaran dengan baik 4
8. Siswa percaya diri dalam menjawab pertanyaan dari
guru 3
9. Siswa bekerjasama dalam kelompok 5
10. Siswa menemui kesulitan dalam berbicara krama 4
Jumlah Skor 38
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa kegiatan siswa seperti yang
diharapkan, yaitu jumlah skor yang diperoleh adalah 38 dari jumlah
skor maksimal 50.
Prosentase Nilai Rata- Rata =
Prosentase yang diperoleh =
= 76 %
Jumlah prosentase nilai rata-rata yang diperoleh adalah 76 %.
Dengan demikian tingkat keberhasilan kegiatan siswa pada kategori
baik. Adapun hal- hal yang tidak ditemukan dalam lembar observasi,
Jumlah Skor X 100%
Skor Maksimal
38 X 100%
50
64
oleh pengamat dicatat pada catatan lapangan sebagai berikut:
a) Sebagian siswa masih bersikap pasif dalam kelompoknya.
b) Sebagian siswa kurang fokus selama proses pembelajaran.
c) Beberapa siswa kesulitan menemukan kosakata bahasa krama.
d) Pada waktu akan mewakili kelompok, siswa masih belum percaya
diri untuk maju, masih saling tunjuk antar temannya.
e) Sebagian siswa antusias dengan penggunaan media fun learning
mat pada proses pembelajaran.
d) Refleksi (Reflecting) Siklus I
Berdasarkan hasil observasi, catatan lapangan, dan hasil penilaian
lisan pada kegiatan tindakan, maka setiap akhir siklus dilakukan
refleksi. Yang tujuannya adalah untuk melakukan perbaikan pada
tindakan selanjutnya. Proses pembelajaran pada siklus I masih ditemui
adanya kekurangan baik pada aktivitas guru maupun siswa. Siswa
masih banyak yang belum menggunakan bahsa krama. Sebagai contoh
siswa mengungkapkan; Bu, engko pulangè jam piro? “(Bu, nanti
pulangnya jam berapa?)”, Penghapus è ilang lho Bu Guru
“(penghapusnya hilang Bu Guru.)”, yang di papan tulis ditulis Bu?
“(Yang dipapan tulis ditulis Bu?)”. Untuk nilai rata – rata hasil belajar
siswa masih dibawah nilai KKM yaitu 74.68, meskipun ada
peningkatan jika dibandingkan dengan nilai sebelumnya.
Beberapa kendala yang ditemui sebagaimana dicatat pada
lembar observasi, catatan lapangan, serta hasil penilaian lisan diatas,
65
peneliti dan observer melakukan beberapa perbaikan dengan
melakukan pendekatan lebih mendalam dan menanamkan rasa
tanggungjawab, sehingga tidak mengganggu temannya ketika
presentasi kelompok, peneliti menjelaskan kembali kosakata yang
belum dipahami agar supaya siswa lebih percaya diri ketika berbicara
krama dengan dan meminta siswa mempraktekkannya di rumah.
2) Siklus II
Tahapan pada siklus II ini, sama halnya pada siklus I. Terdiri dari 4
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Untuk
alokasi waktu pada siklus II dilaksanakan dalam 1 x pertemuan (4 x 35
menit) dari yang seharusnya 2 x pertemuan (2 x 35 menit).
a. Perencanaan (Planning) Siklus II
Adapun kegiatan yang peneliti lakukan adalah:
1) Menyusun RPP dengan beberapa perbaikan, menyesuaikan
permasalahan yang dihadapi pada siklus I
2) Menyiapkan materi tentang unggah – ungguh basa tema kagiyatan
ing sekolah
3) Menyiapkan lembar observasi kegiatan siswa dan guru, serta
catatan lapangan
4) Menyiapkan media fun learning mat beserta kartu- kartu yang
disesuaikan pertanyaannya dengan tema.
5) Menyiapkan soal untuk tes lisan siklus II
66
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Siklus II
Berdasarkan pengamatan pada siklus I, sebagian siswa masih
kesulitan mengetahui dan mengingat kosakata serta belum terbiasa
menggunakan bahasa krama. Terlihat juga pada waktu pembelajaran
menggunakan media fun learning mat, sebagian siswa masih pasif.
Peneliti juga mengoreksi hasil tes pada siklus I. untuk mengetahui
sejauh mana siswa memahami materi bahasa krama.
Lebih rinci, berikut peneliti paparkan kegiatan pada siklus II:
a) Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
dilanjutkan berdo’a dengan menggunakan bahasa Jawa
b) Mengecek kehadiran siswa.
c) Menyampaikan tujuan pembelajaran, serta memotivasi siswa untuk
berpartispasi aktif ketika proses pembelajaran.
d) Melakukan ice breaking untuk menyiapkan kondisi siswa.
e) Peneliti melakukan apersepsi dengan mereview materi sebelumnya
f) Peneliti menjelaskan kembali materi tentang unggah -ungguh basa
g) Pada kesempatan kali ini, peneliti menyiapkan potongan kertas
yang berisi tentang kosakata krama dan ngoko lugu. Hal ini
dimaksudkan untuk menambah kosakata krama siswa.
h) Selain itu peneliti juga membahas kembali soal pada siklus I pada
materi yang belum dimengerti supaya siswa lebih memahami dan
tidak lupa akan kosakata yang telah dipelajari sebelumnya.
i) Peneliti menyampaikan bahwa hari ini akan belajar menggunakan
67
media Fun Learning Mat namun dengan tema yang berbeda.
j) Peneliti membagi siswa menjai 2 kelompok, yaitu kelompok siswa
putra dan putri.
k) Pada siklus II ini kelompok yang maju terlebih dahulu adalah
kelompok 2 yaitu anak putri. Salah satu anggota kelompoknya
maju, mengambil kartu flashcard dan membacakan pertanyaan di
dalamnya.
l) kelompok tersebut menjawab pertanyaan dan melangkah maju
sejumlah poin yang didapat pada kartu. Ketika anak maju pada
papan, sambil melakukan gerakan tertentu atau menirukan suara
tertentu, sesuai perintah yang ada pada papan Fun Learning Mat.
m) Setelah permainan selesai, peneliti mengajak siswa bersama- sama
mengingat kembali apa yang baru saja dipelajari.
n) Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang
telah diberikan, peneliti melakukan penilaian individu dengan
memberikan tes lisan, kemudian mempresentasikannya secara
individu di depan kelas.
o) Sebelum kegiatan pembelajaran ditutup, peneliti memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum
dimengerti.
p) peneliti menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama
dan mengucap salam.
68
Adapun kutipan kegiatan menggunakan media fun learning mat
adalah sebagai berikut:
Guru : “Alhamdulillah, kita sedoyo taksih diparingi nikmat
sehat. Anak – anak, Sakderenge kita awiti permainan,
bu guru badhe nyuwun pirso, sinten ingkang taksih
kemutan Unggah – ungguh basa niku nopo?”
Siswa : “taksih Bu”
Guru : “coba sebutna”
Siswa : “wonten sekawan Bu, Ngoko lugu, ngoko alus, krama
lugu, krama alus!”
Guru : “Nggih anak- anak ku, leres”. Setunggal malih nggih,
coba sebutna kosakata ingkang kalebu krama alus”
Siswa : “Sare (Ilyas), tindak (Erviano), Dhahar (Hafiza).
Kemudian beberapa siswa menjawab secara spontanitas dengan
menggunakan bahasa krama. Setelah itu permainan menggunakan
media fun learning mat dimulai:
Guru : “Nggih, leres anak – anak ku, di emut -emut terus
nggih, lan kedah dipun praktekne teng dalem, teng
pundi kemawon, supados mboten supe. saget nggih
anak- anak”,
Siswa : “Nggih, Bu”
Guru : “Sakniki monggo kita awiti. Anak – anak ku, caranipun
taksih sami bedanipun wonten ing tema nggih, dinten
69
niki temanipun kagiyatan wonten ing sekolah.
Siswa : “Nggih, Bu.”
Guru : “Amargi minggu kepengker lare jaler sampun ngawiti
permainan, niki mangke gantos lare setri nggih,
setuju?”,
Siswa setuju, Kelompok 2 pada siklus II ini maju terlebih dahulu
Guru : “Monggo, dipunwakili salah setunggal maju mriki”
Neli : “Nggih, Bu. (Diwakili oleh Neli)
Guru : “Monggo mbak Neli, mendhet kartu setunggal, lajeng
dipun waca soal ipun.”
Neli : “Coba praktekno karo anggota kelompokmu, carane
matur menyang bapak Ibu guru yen awakmu arep
njupuk alat kerja bakti sing keri neng omah.”
Guru : “Nggih mbak Neli, kertas potongan kosakata sampun
disiapne bu guru, damel njawab, saget dipun pendhet
kaliyan kelompok e, sak cekapipun, niki mbak,
monggo”
Kelompok 2 bersama-sama mengambil potongan kosakata yang
telah disiapkan peneliti, secukupnya untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Masing- masing siswa membaca satu kosakata yang
dipegang, dibaca secara bergantian hingga menjadi kalimat yang utuh.
Setelah selesai, dibaca lagi oleh masing- masing siswa secara utuh satu
kalimat.
70
Kelompok : “Bu Guru, kulo/ badhe izin wangsul/ mendhet/ kertas
koran/ damel lap kaca/ kalawau supe/dereng kulo
beto.”
Guru : “Pripun anak - anak, jawabanipun leres nopo dereng”
Siswa : “Nggih Bu, leres”
Peneliti mengajak kelompok 1 untuk mengoreksi jawaban
kelompok 2. Hal ini dimaksudkan agar siswa tetap fokus dan
meningkatkan rasa percaya diri. Setelah menjawab dengan benar,
kemudian melangkah maju sejumlah poin pada kartu sambil
mempraktikkan gerakan atau suara tertentu. Begitu seterusnya,
dilakukan secara bergantian hingga permainan berakhir.
Pada siklus II ini, keakraban dan keluwesan ketika pembelajaran
semakin terasa. Hal ini karena peneliti ikut menggunakan bahasa
krama. Meskipun usia siswa lebih muda dari peneliti, hal ini dilakukan
untuk memotivasi siswa supaya tidak lagi malu berbicara krama. Selain
itu dengan menyiapkan potongan kertas kosakata tentang materi yang
dipelajari, membuat anak semakin percaya diri. Siswa menjadi lebih
kreatif dalam menyusun bahasa krama, sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan.
Disamping itu peneliti juga mengajak kelompok lain untuk
mengoreksi jawabannya apakah sudah benar atau belum. Siswa juga
diberi kesempatan untuk mengucapkan ulang jawaban yang
71
disampaikan oleh kelompok lain. Cara ini dapat meminimalisir siswa
yang ramai ataupun mengganggu temannya. Sehingga memotivasi
siswa untuk aktif dan memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung.
Pada siklus II ini, peneliti melakukan tes lisan dengan jenis soal
tertulis dan kemudian menyampaikannya di depan kelas. Sebagai
contoh, mengubah kalimat ngoko menjadi krama alus, dan atau
sebaliknya. Penilaian individu yang dilakukan meliputi aspek
pengucapan, kelancaran, ketepatan pemilihan kata, dan intonasi.
Berikut peneliti sajikan pada tabel 4.9 di bawah ini:
Tabel 4.9
Data Nilai Siswa Pada Ujian Praktik Siklus II
No. Kode Nama Siswa Nilai Keterangan
1. Saskia Nauli Putri Ramadani 80 Tuntas
2. Anwar Maulana Dwi Saputra 75 Tuntas
3. Azizah Kholidia M. 85 Tuntas
4. Cinta Widya Septa 85 Tuntas
5. Dinar Sabrana Ghoniyul M. 75 Tuntas
6. Erviano Wahyu Dwi F. 70 Tidak Tuntas
7. Hafiza Yuna Shafira 85 Tuntas
8. Hendi Kurniawan Saputra 70 Tidak Tuntas
9. Muh. Nafiur Rofiif 85 Tuntas
10. Muhammad Ilyas 75 Tuntas
11. Neli Agustina Mahardika 80 Tuntas
12. Rehan Alvin Nugraha 70 Tidak Tuntas
13. Silvia Aisyatur Rosyidah 80 Tuntas
14. Yunita Ameliya Putri 80 Tuntas
15. Yusril Reza Zasky 75 Tuntas
16. Zidane Indra Bachthiar 80 Tuntas
Nilai Rata – Rata Kelas 78.12
72
Dari tabel diatas, nilai rata – rata kelas pada penilaian lisan materi
berbicara ragam krama dihitung dengan cara sebagai berikut:
NR =
Nilai Rata-Rata = 78.12
Nilai rata – rata kelas hasil penilaian lisan pada siklus II adalah
78.12. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata – rata kelas telah
memenuhi nilai minimal KKM. Dari tabel diatas, peneliti menemukan
sejumlah 3 siswa yang belum tuntas dan 13 siswa yang tuntas. Berikut
adalah prosentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas:
a) Prosentase siswa yang tuntas
=
= 81.25 %
b) Prosentase siswa yang tidak tuntas
=
= 18.75 %
Nilai Rata – Rata = Jumlah Total Nilai
Jumlah Siswa
1250
16
P = Jumlah siswa yang tuntas
X 100 Seluruh siswa kelas V
13 X 100%
16
P = Jumlah Siswa tidak tuntas
X 100 Seluruh Siswa kelas V
3 X 100%
16
73
c. Pengamatan (Observing) Siklus II
Sama halnya pada siklus I, dalam tahap pengamatan peneliti
dibantu oleh guru pengampu sebagai observer. Beliau mencatatnya
pada lembar pengamatan dan bila ada hal – hal yang tidak ada dalam
lembar pengamatan dicatat pada catatan lapangan.
Hasil observasi pada siklus 1 terhadap aktivitas Guru dan Siswa
dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini:
Tabel 4.10
Hasil Observasi kegiatan Peneliti Pada Siklus II
No Aspek Yang Diamati Skor
1. Kemampuan membuka pelajaran 5
2. Kemampuan menyampaikan tujuan pembelajaran 4
3. Kemampuan menggunakan media dengan tepat sesuai
tujuan 4
4. Mengkondisikan dan memotivasi siswa 5
5. Kemampuan penguasaan materi 5
6. Kemampuan menanggapi serta merespon pertanyaan siswa 4
7. Membagi kelompok dengan baik 4
8. Menjelaskan cara penggunaan media fun learning mat 4
9. Mendampingi ketika mengerjakan secara berkelompok 5
10. Membimbing dan mengarahkan siswa selama proses
pembelajaran 5
11. Melakukan refleksi dalam proses pembelajaran 4
12. Kemampuan menggunakan waktu secara efisien 4
13. Melaksanakan Penilaian secara lisan 5
14. Memberikan penguatan dan memotivasi siswa 5
15. Menutup pembelajaran 5
Jumlah Skor 68
74
Berdasarkan tabel 4.10 diatas Jumlah skor yang diperoleh
adalah 68 dengan nilai maksimal 75. Prosentase yang diperoleh
peneliti adalah sebagai berikut:
Prosentase Nilai Rata-Rata=
Nilai Rata- Rata yang diperoleh=
Nilai Rata-Rata yang diperoleh adalah 90.66%.
Dengan demikian tingkat keberhasilan tindakan yang dilakukan
peneliti pada kategori sangat baik, dapat dilihat pada tabel 4.11 dan
4.12 berikut ini:
Tabel 4.11
Kriteria Tingkat Keberhasilan Tindakan
Prosentase (%) Nilai Huruf Bobot Predikat
86 - 100 A 4 Sangat Baik
76-85 B 3 Baik
60-75 C 2 Cukup
55-59 D 1 Kurang
≤ 54 E 0 Kurang Sekali
Tabel 4.12
Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus II
No.
Indikator Skor
1. Siswa memperhatikan guru dan bersikap tenang selama
pembelajaran 5
2. Siswa memahami penjelasan materi 4
3. Siswa memahami petunjuk yang disampaikan guru 4
4. Siswa antusias dan aktif dalam pembelajaran 4
Jumlah Skor X 100%
Skor Maksimal
68 X 100% = 90.66 %
75
75
5. Siswa berperan serta aktif dalam kelompok 4
6. Siswa memahami tugas yang diberikan guru 4
7. Siswa menggunakan media pembelajaran dengan baik 4
8. Siswa percaya diri dalam menjawab pertanyaan dari guru 4
9. Siswa bekerjasama dalam kelompok 5
10. Siswa menemui kesulitan dalam berbicara krama 4
Jumlah Skor 42
Tabel di atas menunjukkan bahwa kegiatan siswa seperti yang
diharapkan, yaitu jumlah skor yang diperoleh adalah 42 dari jumlah
skor maksimal 50.
Prosentase Nilai Rata- Rata =
Prosentase yang diperoleh =
Jumlah prosentase nilai rata-rata yang diperoleh adalah 84 %.
Dengan demikian tingkat keberhasilan kegiatan siswa pada kategori
baik. Adapun hal- hal yang tidak ditemukan dalam lembar observasi,
oleh pengamat dicatat pada catatan lapangan.
Beberapa hal yang dicatat pada catatan lapangan adalah sebagai
berikut:
a) Siswa terlihat sudah aktif dalam kegiatan kelompok menggunakan
media fun learning mat.
b) Siswa antusias ketika diberikan kesempatan untuk menjawab
Jumlah Skor X 100%
Skor Maksimal
42 X 100% = 84 %
50
76
pertanyaan secara bergantian
c) Dengan disediakannya kartu potongan kosakata sangat membantu
siswa dalam memahami kosakata baru bahasa krama
d) Siswa sudah fokus ketika pembelajaran dan tidak mengganggu
teman lainnya ataupun tidak memperhatikan.
e) Siswa terlihat senang belajar bahasa krama dengan menggunakan
media fun learning mat.
d. Refleksi (Reflecting) Siklus II
Kegiatan yang peneliti lakukan pada tahap refleksi ini adalah
mereview hasil penilaian siswa, observasi dan catatan lapangan. Nilai
rata – rata siswa telah menunjukkan ada peningkatan dan telah
memenuhi nilai KKM. Jika dilihat dari aktivitas siswa dan guru juga
menunjukkan adanya peningkatan. Namun peningkatan yang dicapai
oleh siswa masih belum memuaskan meskipun telah mencapai batas
nilai minimum yaitu 78.12. sehingga peneliti dan guru mata pelajaran
bahasa Jawa memutuskan untuk melanjutkan pada siklus III dengan
maksud supaya hasil yang dicapai lebih maksimal.
3) Siklus III
Tahapan pada siklus III ini, sama halnya pada siklus I dan II.
Terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Siklus III dilaksanakan dalam 1 x pertemuan (4 x 35 menit) dari
yang seharusnya 2 x pertemuan (2 x 35 menit), sama halnya seperti pada
siklus I dan II.
77
a. Perencanaan (Planning) Siklus III
Adapun kegiatan yang peneliti lakukan adalah:
1) Menyusun RPP dengan beberapa perbaikan, menyesuaikan
kekurangan yang ditemui pada siklus II
2) Menyiapkan materi tentang unggah – ungguh basa tema “srawung
ing masyarakat” (berinteraksi dengan masyarakat)
3) Menyiapkan lembar observasi kegiatan siswa dan guru, serta
catatan lapangan
4) Menyiapkan media fun learning mat beserta kartu- kartu yang
disesuaikan pertanyaannya denngan tema.
5) Menyiapkan soal untuk tes lisan siklus III
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Siklus III
Berdasarkan pengamatan pada siklus sebelumnya, sebagian siswa
sudah mulai percaya diri dalam menggunakan bahasa krama. Jika ada
masih kosakata yang belum diketahui siswa sudah mulai aktif
menanyakan pada peneliti. Pada waktu pembelajaran menggunakan
media fun learning mat, sebagian siswa juga sudah berperan aktif di
kelompoknya. Peneliti juga mengoreksi hasil tes pada siklus
sebelumnya untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi
bahasa krama.
Lebih rinci, berikut peneliti paparkan kegiatan pada siklus III:
1) Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
dilanjutkan berdo’a dengan menggunakan bahasa Jawa
78
2) Mengecek kehadiran siswa.
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran, serta memotivasi siswa untuk
berpartispasi aktif ketika proses pembelajaran.
4) Melakukan ice breaking untuk menyiapkan kondisi siswa.
5) Peneliti melakukan apersepsi dengan mereview materi sebelumnya
tentang kosakata kegiatan di rumah maupun di sekolah.
6) Peneliti menjelaskan materi tentang unggah -ungguh basa yang
biasa digunakan dalam hidup bermasyarakat.
7) Pada kesempatan kali ini, peneliti menyiapkan pertanyaan tentang
berdialog dengan orang tua dalam hidup bermasyarakat.
8) Selain itu peneliti juga membahas kembali soal pada siklus II pada
materi yang belum dimengerti supaya siswa lebih memahami dan
tidak lupa akan kosakata yang telah dipelajari sebelumnya.
9) Peneliti menyampaikan sekali lagi bahwa mereka akan belajar
dengan menggunakan media Fun Learning Mat seperti pada siklus
I dan II namun dengan tema yang berbeda.
10) Kali ini peneliti membagi siswa menjadi 2 kelompok heterogen,
yaitu setiap kelompok terdiri dari siswa laki – laki dan perempuan.
Pembagian kelompok dibuat oleh peneliti berdasarkan kemampuan
dan keaktifan siswa pada siklus sebelumnya.
11) Pada siklus III ini kelompok yang maju terlebih dahulu dilakukan
secara acak. Salah satu anggota kelompoknya maju, mengambil
kartu flashcard dan membacakan pertanyaan di dalamnya.
79
12) Kelompok tersebut menjawab pertanyaan dan melangkah maju
sejumlah poin yang didapat pada kartu. Ketika anak melangkah
maju sambil melakukan gerakan atau menirukan suara tertentu,
sesuai perintah yang ada pada papan Fun Learning Mat.
13) Setelah permainan selesai, peneliti mengajak siswa bersama- sama
mengingat kembali apa yang baru saja dipelajari.
14) Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang
telah diberikan, peneliti melakukan penilaian individu dengan
memberikan soal tertulis terkait unggah- ungguh basa.
15) Sebelum kegiatan pembelajaran ditutup, peneliti memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum
dimengerti.
16) Peneliti menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama
dan mengucap salam.
Adapun kutipan kegiatan menggunakan media fun learning mat
adalah sebagai berikut:
Guru : “Alhamdulillah, kita sedoyo dipatringi kesempatan
panggih malih. Anak – anak, kados pertemuan
engkang sampun, dinten niki kita sinau malih unggah-
ungguh basa ndamel media fun learning ma. Anak –
anak taksih semangat nggih?”
Siswa : “Nggih Bu”
Guru : “Tema nipun dinten niki inggih punika, srawung ing
80
masyarakat. Sinten ingkang sampun ngertos artinipun
srawung? ”
Siswa : “Dereng ngertos Bu!”
Guru : “Nggih anak- anak ku, mboten nopo-nopo”. Srawung
nggih punika, bergaul kaliyan tiyang sanes ing
masyarakat. Menawi panggih simbah, budhe, nopo
tanggi kedah ndamel basa krama. Cobi bu guru
pengen ngertos, sinten ingkang sampun praktek
nggunakake basa krama ing masyarakat?”
Siswa : “Kadang -kadang, Bu” (Anwar), “dereng, Bu”
(Amel), “Sekedik- sekedik Bu, lha isin lo Bu” (Silvi)
Guru : “Nggih, anak-anak ku. Mboten nopo-nopo. Mangke
sak bibare sinau kaliyan bu guru, di awiti nggih,
menawi matur kaliyan tiyang sepah ing masyarakat,
dipraktekne ndamel basa krama. Kinten- kinten saget
nggih anak anak?”
Siswa : “Nggih Bu, insyaallah”
Kemudian beberapa siswa menjawab secara spontanitas dengan
menggunakan bahasa krama. Setelah itu permainan menggunakan
media fun learning mat dimulai:
Guru : “Sakniki monggo kita awiti. Anak – anak ku,
caranipun taksih sami, bedanipun wonten ing tema
nggih, dinten niki temanipun srawung ing masyarakat.
81
Siswa : “Nggih, Bu.”
Guru : “Minggu niki kelompok e gantos nggih, bu guru
sampun nyiapaken daftar anggota kelompok ipun.
pripun anak-anak, setuju?” Kelompok 1 anggotanipun:
Dinar, Rofiif, Anwar, Erviano, Cinta, Silvi, Amel,
Saskia. Kelompok 2 anggotanipun: Ilyas, Zidan, Aril,
Hendi, Neli, Lidia, Alvin, Hafiza
Siswa menyetujuinya, Kelompok 2 maju terlebih dahulu.
Guru : “Monggo mas, mbak, dipunwakili salah setunggal
maju mriki”
Siswa : “Nggih, Bu. (Diwakili oleh Lidia)
Guru : “Monggo mbak Lidia, mendhet kartu setunggal, lajeng
dipun waca soal ipun.”
(Lidia) : “Coba susunen ukara – ukara sing wes disiapake bu
guru, dadi pacelathon sing bener”
Guru : “Nggih mbak Lidia, monggo sakniki anggota
kelompok ipun mendhet kertas tulisan ing meja niki”
Kelompok 2 bersama-sama mengambil kertas berisi kalimat
yang harus disusun menjadi percakapan yang benar. Ketika sudah
selssai menyusunnya dipraktekkan bersama kelompoknya.
Kelompok : “Mbah, badhe tindak pundi?” “arep nyang pasar le”
“Tindak peken kaliyan sinten mbah?” “Dewe le”
“Monggo mbah, kulo dherekaken, timbang mlampah
82
piyambakan” “Oh, iya le, ayo, maturnuwun”
“nggih mbah, dumawah sami -sami”
Guru : “Pripun anak - anak, jawabanipun leres nopo dereng”
Siswa : “Nggih Bu, leres”
Peneliti mengajak kelompok 1 untuk mengoreksi jawaban
kelompok 2. Hal ini dimaksudkan untuk membuat siswa tetap fokus
dan menanamkan rasa percaya diri pada mereka. Karena menjawab
dengan benar, kelompok 2 melangkah maju sejumlah poin yang
didapat sambil mempraktikkan gerakan atau suara tertentu. Begitu
seterusnya, dilakukan secara bergantian antara kelompok 1 dan 2
hingga selesai.
Pada siklus III ini, keakraban dan keluwesan ketika
pembelajaran terasa lebih baik lagi. Hal ini karena para siswa sudah
terbiasa dengan pembelajaran menggunakan media ini, dan peneliti
tetap mengguanakan bahasa jawa krama kepada para siswa. Siswa
sudah lebih percaya diri ketika menggunakan bahasa krama. Kosakata
bahasa krama bertambah, yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.
Contohnya bahasa kramanya numpak adalah nitih, bahasa kramanya
omong adalah ngendikan, dan sebagainya. Selain itu dengan
menyiapkan potongan kertas kosakata tentang materi yang dipelajari,
membuat anak semakin percaya diri. Siswa menjadi lebih kreatif dalam
menyusun bahasa krama, sesuai dengan pertanyaan yang diberikan.
Pada siklus III ini, peneliti melakukan tes lisan dengan jenis soal
83
tertulis. Setelah selesai, siswa akan mempraktekkannya didepan kelas,
yaitu melakukan percakapan dengan orang yang lebih tua
Penilaian individu pada keterampilan berbicara ragam krama yang
peneliti lakukan meliputi aspek pengucapan, kelancaran, ketepatan
pemilihan kata, dan intonasi. Berikut peneliti sajikan pada tabel 4.13 di
bawah ini:
Tabel 4.13
Data Nilai Siswa Pada Ujian Praktik Lisan Siklus III
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
1. Saskia Nauli Putri Ramadani 80 Tuntas
2. Anwar Maulana Dwi Saputra 75 Tuntas
3. Azizah Kholidia M. 90 Tuntas
4. Cinta Widya Septa 90 Tuntas
5. Dinar Sabrana Ghoniyul M. 75 Tuntas
6. Erviano Wahyu Dwi F. 75 Tuntas
7. Hafiza Yuna Shafira 90 Tuntas
8. Hendi Kurniawan Saputra 70 Tidak Tuntas
9. Muh. Nafiur Rofiif 85 Tuntas
10. Muhammad Ilyas 80 Tuntas
11. Neli Agustina Mahardika 85 Tuntas
12. Rehan Alvin Nugraha 70 Tidak Tuntas
13. Silvia Aisyatur Rosyidah 80 Tuntas
14. Yunita Ameliya Putri 80 Tuntas
15. Yusril Reza Zasky 80 Tuntas
16. Zidane Indra Bachthiar 80 Tuntas
Nilai Rata – Rata Kelas 80.31
84
Dari tabel 4.13 di atas, nilai rata – rata kelas pada penilaian lisan
materi berbicara ragam krama dihitung dengan cara sebagai berikut:
NR =
NR = 80.31
Nilai rata – rata kelas hasil penilaian lisan pada siklus III adalah 80.31.
Dari tabel diatas, peneliti menemukan sejumlah 2 siswa yang belum
tuntas dan 14 siswa yang tuntas. Ada peningkatan lagi jika
dibandingkan siklus ke II. Berikut adalah prosentase siswa yang tuntas
dan tidak tuntas:
a) Prosentase siswa yang tuntas
=
= 87.50 %
b) Prosentase siswa yang tidak tuntas
=
= 12.50 %
Nilai Rata – Rata Kelas = Jumlah Total Nilai
Jumlah Siswa
1285
16
P = Jumlah siswa yang tuntas
X 100 Seluruh siswa kelas V
14 X 100%
16
P = Jumlah Siswa tidak tuntas
X 100 Seluruh Siswa kelas V
2 X 100%
16
85
c. Pengamatan (Observing) Siklus II
Sama halnya pada siklus II pengamatan terhadap aktivitas guru
dan siswa dilakukan secara menyeluruh kemudian mencatatnya pada
lembar pengamatan dan juga catatan lapangan. Hasil observasi pada
siklus II terhadap aktivitas Guru dan Siswa dapat dilihat pada tabel
4.14 di bawah ini:
Tabel 4.14
Hasil Observasi kegiatan Peneliti Pada Siklus III
No Aspek Yang Diamati Skor
1. Kemampuan membuka pelajaran 5
2. Kemampuan menyampaikan tujuan pembelajaran 5
3. Kemampuan menggunakan media dengan tepat sesuai tujuan 4
4. Mengkondisikan dan memotivasi siswa 5
5. Kemampuan penguasaan materi 5
6. Kemampuan menanggapi serta merespon pertanyaan siswa 4
7. Membagi kelompok dengan baik 4
8. Menjelaskan cara penggunaan media fun learning mat 4
9. Mendampingi ketika mengerjakan secara berkelompok 5
10. Membimbing dan mengarahkan siswa selama proses
pembelajaran 5
11. Melakukan refleksi dalam proses pembelajaran 4
12. Kemampuan menggunakan waktu secara efisien 4
13. Melaksanakan Penilaian secara lisan 5
14. Memberikan penguatan dan memotivasi siswa 5
15. Menutup pembelajaran 5
Jumlah Skor 69
86
Berdasarkan tabel di atas jumlah skor yang diperoleh adalah 69
dengan nilai maksimal 75. Prosentase nilai rata-rata yang diperoleh
peneliti adalah sebagai berikut:
Prosentase Nilai Rata-Rata =
Nilai Rata- Rata =
Jumlah Nilai Rata-Rata yang diperoleh adalah 92 %. Dengan
demikian tingkat keberhasilan tindakan pada kategori sangat baik.
Dapat dilihat pada tabel 4.15 dan 4.16 berikut:
Tabel 4.15
Kriteria Tingkat Keberhasilan Tindakan
Prosentase (%) Nilai Huruf Bobot Predikat
86 - 100 A 4 Sangat Baik
76 - 85 B 3 Baik
60 - 75 C 2 Cukup
55 - 59 D 1 Kurang
≤ 54 E 0 Kurang Sekali
Tabel 4.16
Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus III
No.
Indikator Skor
1. Siswa memperhatikan guru dan bersikap tenang selama
pembelajaran 5
2. Siswa memahami penjelasan materi 4
3. Siswa memahami petunjuk yang disampaikan guru 4
4. Siswa antusias dan aktif dalam pembelajaran 5
Jumlah Skor X 100% Skor Maksimal
69 X 100% = 92 %
75
87
5. Siswa berperan serta aktif dalam kelompok 5
6. Siswa memahami tugas yang diberikan guru 4
7. Siswa menggunakan media pembelajaran dengan baik 4
8. Siswa percaya diri dalam menjawab pertanyaan dari guru 4
9. Siswa bekerjasama dalam kelompok 5
10. Siswa menemui kesulitan dalam berbicara krama 4
Jumlah Skor 44
Tabel di atas menunjukkan bahwa kegiatan siswa seperti yang
diharapkan, skor yang diperoleh adalah 44 dari skor maksimal 50.
Prosentase Nilai Rata- Rata =
Prosentase yang diperoleh =
Jumlah prosentase nilai rata-rata yang diperoleh adalah 88 %.
Dengan demikian tingkat keberhasilan kegiatan siswa pada kategori
sangat baik. Adapun hal- hal yang tidak ditemukan dalam lembar
observasi, oleh pengamat dicatat pada catatan lapangan.
Beberapa hal yang dicatat pada catatan lapangan adalah sebagai
berikut:
1) Siswa terlihat sudah aktif dalam kegiatan kelompok menggunakan
media fun learning mat.
2) Siswa antusias ketika diberikan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan secara bergantian
Jumlah Skor X 100%
Skor Maksimal
44 X 100% = 88 %
50
88
3) Dengan disediakannya kartu kosakata sangat membantu siswa
dalam memahami kosakata baru bahasa krama
4) Siswa sudah fokus ketika pembelajaran dan tidak mengganggu
teman lainnya ataupun tidak memperhatikan.
d. Refleksi (Reflecting) Siklus III
Kegiatan pada tahap refleksi ini adalah mereview hasil penilaian
siswa, observasi dan catatan lapangan. Nilai yang dicapai siswa pada
siklus III adalah 80,18 dengan kategori sangat baik. Jika dilihat dari
aktivitas siswa dan guru juga menunjukkan adanya peningkatan.
Berdasarkan hasil nilai pada siklus III, maka tidak ada
pengulangan pada siklus berikutnya. Karena kegiatan penelitian yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana, dan hasil penilaian siswa
memenuhi kriteria dan menunjukkan adanya peningkatan.
C. Temuan Penelitian
Berdasarkan penelitian tindakan yang telah dilakukan, ada beberapa
temuan pada siklus I, II dan III yang dapat peneliti paparkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara Ragam Krama Di
MI Muhammadiyah 10 Yanggong
Dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa
siswa, seperti yang dituturkan oleh Ibu Kepala Madrasah dilaksanakan
melalui beberapa kegiatan diantaranya; (1) pembiasaan berbicara ragam
krama dalam keseharian di madrasah ketika berkomunikasi dengan
Bapak/Ibu guru, (2) program pengembangan diri yaitu berpidato bahasa
89
Jawa, (3) melaksanakan ujian praktek ketika Penilaian Akhir Semester
(PAS). Berdasarkan hasil pengamatan langsung dilapangan, peneliti
temukan bahwa:
a) Program tersebut diatas telah dilaksanakan, namun belum tertulis pada
dokumen kurikulum madrasah.
b) Siswa lebih sering menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi
dengan Bapak/Ibu guru.
c) Pengembangan diri pidato bahasa Jawa diperuntukkan bagi siswa kelas 4
hingga kelas 6, dilaksanakan pada hari sabtu, 2 minggu sekali.
d) Ujian praktek lisan dilaksanakan pada Penilaian Tengah Semester
maupun Akhir Semester. Hal ini juga dilaksanakan pada mata pelajaran
yang lain yaitu SBDP, Penjas, Fiqih, Bahasa Arab, dan Bahasa Inggris.
2. Penggunaan Media Fun Learning Mat Dalam Upaya Peningkatan
Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Ragam Krama
Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, peneliti
menemukan beberapa kelebihan dan kekurangan diantaranya:
a. Kelebihan
1) Memberikan pengalaman baru yang menyenangkan sehingga siswa
lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
2) Meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam berbahasa krama.
3) Kosakata krama siswa bertambah
90
b. Kekurangan
1) Ukuran papan yang kurang besar untuk anak seusia kelas V,
sehingga siswa kurang leluasa ketika melangkah pada papan.
2) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang optimal.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
bahasa Jawa ragam krama, penggunaan media fun learning mat dalam upaya
untuk meningkatkan keterampilan berbicara ragam krama di MI
Muhammadiyah 10 Yanggong
Adapun hasil penelitian ini, peneliti bahas secara rinci sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara Ragam Krama Di
MI Muhammadiyah 10 Yanggong
Pembelajaran bahasa Jawa dalam upaya menciptakan warga
madrasah yang sopan santun dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan
tujuan madrasah. Maka madrasah melaksanakan beberapa program
kegiatan diantaranya:
a. Program Pembiasaan Berbicara Krama Ketika Berbicara Dengan
Bapak/ Ibu Guru.
Siswa di MI Muhammdiyah 10 Yanggong pada kelas atas, sudah
menggunakan bahasa krama meskipun belum secara keseluruhan.
Sebagian siswa masih cenderung menggunakan bahasa Indonesia ketika
berkomunikasi dengan Bapak/Ibu Guru. Intensitas penggunaan bahasa
krama yang masih rendah, menjadikan kosakata krama siswa sedikit,
91
sehingga kurang termotivasi untuk mempraktekkannya. Meskipun
begitu Bapak/ Ibu guru juga selalu mengingatkan jika ada siswa yang
belum menggunakan bahasa krama dengan benar
b. Program pengembangan diri pidato bahasa Jawa
Kegiatan pengembangan diri latihan berpidato berbahasa Jawa
ini, dilaksanakan setiap hari sabtu, dua minggu sekali. Kegiatan ini
diperuntukkan bagi siswa kelas 4-6. Sementara pada kelas bawah diberi
kegiatan yang berbeda, yaitu hafalan hadis yang dikelola oleh guru
kelas. Kegiatan pembiasaan latihan berpidato bahasa Jawa dapat
menambah kosakata krama, meskipun bahasa yang digunakan bukan
seluruhnya bahasa keseharian.
c. Ujian praktik pada Penilaian Akhir Semester
Ujian praktik dilaksanakan tidak hanya pada mata pelajaran
bahasa Jawa, namun juga mata pelajaran yang lain. Ujian praktek ini
dilaksanakan pada PTS maupun PAS. Hal ini dimaksudkan untuk
membekali siswa dengan pengetahuan praksis, yaitu yang bisa
dipraktekkan dalam kehidupan sehari – hari. Sehingga tidak hanya
pengetahuan kognitif saja yang didapatkan di madrasah.
2. Penggunaan Media Fun Learning Mat Dalam Upaya Peningkatan
Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Ragam Krama
Salah satu upaya untuk mendukung program madrasah tersebut di atas
adalah dengan diizinkannya peneliti melakukan penelitian menggunakan
media fun learning mat pada materi berbicara ragam krama. Dengan
92
menggunakan media ini keterampilan berbicara bahasa Jawa ragam krama
siswa mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus III.
Adapun hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan, berikut peneliti
sajikan dalam bentuk diagram dan tabel 4.17 di bawah ini:
Tabel 4.17
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Kriteria Nilai dari
Guru
Siklus
I II III
Siswa Tuntas Belajar 9 10 13 14
Siswa Tidak Tuntas Belajar 7 6 3 2
Nilai Rata - Rata 72.18 74.06 78.12 80.31
Prosentase Ketuntasan Siswa 56.25 % 62.50 % 81.25 % 87.50 %
Prosentase Siswa Tidak Tuntas 43.75 % 37.50 % 18.75 % 12.50 %
Hasil Observasi Aktivitas Siswa - 76 % 84 % 88%
Hasil Observasi Aktivitas Guru - 85.33 % 90.66 % 92 %
Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat disimpulkan bahwa pada
pelaksanaan penelitian telah menunjukkan beberapa perubahan positif
yaitu:
1. Keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dibuktikan dengan sikap siswa
yang awalnya pasif menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa
bertanya tentang kosakata yang belum diketahui, seperti pada contoh
kata berikut; numpak, omong, dikongkon, wêdi, adoh, tak èwangi, liwat,
adem, panas. Sehingga kosakata krama siswa bertambah. Hal ini juga
memotivasi siswa menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan
bahasa krama.
93
2. Siswa menjadi lebih fokus serta bertanggungjawab. Siswa diajak
berperan aktif mengoreksi jawaban kelompok lainnya ketika mereka
menjawab. Apakah jawaban kelompok lain sudah benar atau belum.
3. Nilai rata – rata siswa meningkat dari 74.06 menjadi 80.31 pada siklus
III dengan prosentase peningkatan sebesar 6.25%. Begitu pula pada
ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 31.25%.
Penelitian berakhir pada siklus III karena telah memenuhi nilai kriteria
ketuntasan minimum dengan prosentase sebesar 87.50%, dari yang
ditetapkan oleh madrasah ≥ 75.
Adapun mengenai nilai ketuntasan dan rata -rata siswa peneliti
sajikan dalam bentuk diagram pada gambar 4.18 di bawah ini:
Gambar 4.18
Diagram Nilai Rata-Rata dan Prosentase Ketuntasan Siswa