Upload
trinhque
View
353
Download
20
Embed Size (px)
Citation preview
70
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Analisis Strategi Perusahaan
Analisis strategi merupakan titik awal yang penting untuk penilaian bisnis
dengan menggunakan laporan keuangan. Analisis strategi memungkinkan peneliti untuk
menyelidiki keadaan ekonomi suatu perusahaan pada tingkat kualitatif. Analisis strategi
menyangkut analisis industry dari perusahaan Gajah Tunggal dan strateginya untuk
menciptakan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan. Analisis strategi yang
digunakan penulis untuk penilaian bisnis dibatasi dengan menggunakan analisis SWOT
dan analisis persaingan industri ( analisis pesaing Porter).
IV.1.1 Analisis SWOT
Analisis SWOT dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai
situasi strategi perusahaan. Analisis ini dilakukan dengan melihat pengaruh sisi internal
yang berupa kekuatan dan kelemahan, serta pengaruh eksternal yang berupa peluang dan
ancaman. Kesesuaian antara pengaruh internal dan eksternal akan memaksimalkan
kekutan dan peluang dan mengurangi kelemahan dan ancaman. Dari hasil analisis
SWOT pada perusahaan Gajah Tunggal Tbk akan memberikan gambaran efektif dan
efisiensi strategi perusahaan PT Gajah Tunggal dari faktor internal dan eksternal.
Faktor Internal
Kekuatan Perusahaan :
71
1. Merupakan pemimpin pasar pada produk ban sepeda motor saat ini. Hal ini
dibuktikan dengan mendapatkan empat penghargaan dalam empat tahun berturut
– turut. ( Top of market Share )
2. Mempunyai divisi atau anak perusahaan yang mendukung untuk memproduksi
ban yang berguna untuk mengurangi biaya produksi perusahaan.
3. Memiliki produk – produk yang unik dan berbeda dari pesaingnya yaitu
Champiro ECO ( Ban ramah lingkungan ), ban salju ( musim dingin ) dan ban
drifting multi warna
4. Memiliki sumber daya manusia professional, terpercaya, kompeten dan tekun
yang sebagian besar karyawannya telah bergabung dengan perusahaan sejak
lama sebagai kunci bagi perusahaan mencapai visinya.
5. Berkomitmen untuk program tanggung jawab social perusahaan ( CSR ) dengan
program mengembangkan empat pilar (kesehatan, pendidikan, pengembangan
masyarakat dan lingkungan ) yang telah menerima berbagai penghargaan untuk
lebih mendekatkan diri kepada masyarakat.
6. Mendapatkan banyak penghargaan dari Museum Rekor Indonesia dan
penghargaan merek asli dari Indonesia yang diakui oleh dunia.
7. Memiliki perputaran barang atau inventory yang cukup cepat.
8. Memiliki rasio likuiditas yang cukup baik dibandingkan dengan pesaingnya.
Kelemahan Perusahaan :
1. Sewaktu – waktu dapat mengalami kerugian karena hutang dalam denominasi
US Dollar Amerika. ( bergantung pada apresiasi nilai Rupiah )
72
2. Harga bahan baku ( karet alam ) yang cenderung meningkat menjadi suatu beban
perusahaan.
3. Skor Altman yang berada pada gray area menunjukkan potensi perusahaan
untuk dapat mengalami masalah kebangkrutan dapat terjadi dan dapat terlepas
dari masalah kebangkrutan.
4. Perputaran piutang yang menurun dan semakin lambat untuk di konversi menjadi
kas
5. Struktur permodalan Perusahaan yang kurang sehat.
Faktor Eksternal
Peluang Perusahaan :
1. Perusahaan merupakan perusahaan yang sudah dikenal di Indonesia dan di luar
Indonesia sejak lama.
2. Akses situs internet www.gt-tires.com untuk memudahkan akses informasi dan
publikasi perusahaan untuk para pemegang saham dan masyarakat umum yang
ingin berinvestasi.
3. Acara – acara rutin yang sering diselenggarakan oleh PT Gajah Tunggal Tbk
berupa acara – acara otomotif yang ikut serta mendukung didalam sektor
penjualan perusahaan dan brand awareness.
4. Meningkatnya penjualan kendaraan bermotor tahun demi tahun yang
mempengaruhi kegiatan produksi Perusahaan dan pasar OE ( Original
Equipment ).
Hambatan :
73
1. Persaingan bisnis di industry yang sejenis dengan perusahaan lain cukup ketat
2. Meningkatnya harga bahan baku karet alam yang memberatkan perusahaan
dalam kegiatan produksinya.
3. Kurs mata uang rupiah terhadap dolar yang tidak menentu.
4. Produk pesaing yang memiliki harga bersaing
5. Ban motor yang diimpor secara illegal merupakan ancaman bagi perusahaan
karena harga ban import illegal tersebut lebih murah.
6. Konsumen yang lebih memilih produk ban import ( dari Jepang, Amerika dan
Eropa ) dari pada memakai produk dalam negeri sendiri.
IV.1.2 Analisis Persaingan Industri
Pada analisis persaingan industri, penulis menggunakan metode dengan
menggunakan analisis persaingan porter. Analisis Porter menunjukkan keadaan
persaingan dalam industry yang bergantung pada lima kekuatan persaingan pokok.
Yaitu, Persaingan industry, Masuknya pesaing baru, ancaman produk pengganti,
kekuatan tawar menawar pemasok dan kekuatan tawar menawar pembeli.
Persaingan Industri
PT Gajah Tunggal Tbk merupakan perusahaan dalam negeri yang begerak dalam
industry karet, lebih spesifiknya ialah dalam memproduksi ban untuk kendaraan
roda dua, roda empat maupun truk dan bus. Perusahaan sendiri mempunyai
perusahaan pesaing yang bergerak di industri yang sejenis untuk memproduksi
ban kendaraan yang digunakan oleh masyarakat umum. Berikut ini ialah
74
beberapa perusahaan pesaing yang mempunyai segmen produk yang sejenis
dengan PT Gajah Tunggal :
• PT Goodyear Indonesia Tbk
• PT Multisrada Arah Sarana Tbk
• PT Bridgestone Indonesia
Perusahaan diatas tersebut mempunyai produk bersaing yang dimiliki oleh PT
Gajah Tunggal Tbk khususnya produk ban yang dipakai oleh masyarakat umum
( mobil dan motor pribadi ). Contoh produk yang bersaing dalam persaingan
perusahaan ini seperti pada PT Gajah Tunggal mempunyai produk unggulan
untuk kendaraan roda empat yaitu GT Radial Champiro HPY dan Champiro
HPX dalam berbagai ukuran yang digunakan masyarakat umum. Pada PT
Multistrada Arah Sarana produk yang fokus dipasarkan ialah Achilles ATR
Sport dan Achilles Platinum, PT Goodyear Indonesia mempunyai produk
unggulan yaitu ban Goodyear Duraplus dan Goodyear NCT 5 untuk kendaran
penumpang . Sedangkan untuk PT Bridgestone Indonesia mempunyai produk
Bridgestone Potenza dan Turanza yang merupakan produk yang mempunyai
harga yang tertinggi dibandingkan dengan produk – produk dari ketiga
perusahaan tersebut. Produk dari ketiga perusahaan yang disebut diatas tersebut
mempunyai segmen pasar yang sama yaitu masyarakat umum pengguna mobil
pribadi. Untuk ban kendaraan beroda dua, PT Multistrada Arah Sarana Tbk
mempunyai produk ban motornya yaitu Corsa yang terdiri dari beberapa varian
dan ukuran. Sedangkan untuk PT Gajah Tunggal Tbk mempunyai produk IRC
75
yang terdiri dari beberapa macam produk ban sepeda motor yang termasuk
pemimpin pasar dalam produk sepeda motor pada masa sekarang ini.
Kemungkinan Masuknya Pesaing Baru
Kemungkinan hadirnya para kompetitor baru dalam pasar yang berkembang
pesat seperti Indonesia bukanlah hal yang mengejutkan bagi perusahaan Gajah
Tunggal Tbk. Perusahaan Gajah Tunggal sudah berkompetisi dan bersaing
selama lebih dari dua puluh tahun di pasar Indonesia maupun di luar Indonesia.
PT Gajah Tunggal Tbk terus menghadapi persaingan dengan pesaing lama dan
baru dengan cara focus untuk berinovasi dan memproduksi produk berkualitas
untuk meningkatkan brand equity merek GT Radial, sebagai merek global
Indonesia yang terbesar sampai saat ini. Untuk tiga tahun terakhir ini pesaing
baru yang dihadapi perusahaan bukanlah perusahaan baru yang muncul,
melainkan produk – produk baru yang bermunculan dengan harga yang lebih
bersaing dengan produk PT Gajah Tunggal khususnya GT – radial. Seperti pada
PT Multistrada arah sarana Tbk yang mengeluarkan ban radial dengan merek
Achilles atr sport untuk masyarakat umum dengan harga yang bersaing
dikelasnya. Begitu pula Bridgestone yang mengeluarkan produk Potenza GIII
dengan teknologi kecepatan tinggi . Pada PT Goodyear Indonesia meluncurkan
produk ban terbarunya yaitu Assurance Fuel Max . Seperti Produk Gajah
Tunggal yang bernama Champiro ECO, ban dari produk goodyear ini diklaim
ramah lingkungan dan hemat dalam pemakaian bahan bakar. Namun dengan
munculnya produk – produk baru yang telah dikeluarkan oleh pesaing
perusahaan, tidak terlalu berpengaruh besar terhadap kegiatan penjualan yang
76
dijalankan oleh PT Gajah Tunggal Tbk. Hal ini dibuktikan perusahaan dengan
meningkatnya penjualan setiap tahunnya . Pada tahun 2008 penjualan mengalami
peningkatan pada penjualan sebesar 20%. Dan pada tahun 2010 penjualan
meningkat sebesar 24.16% dari 7,936,432 menjadi 9,853,904. PT Gajah Tunggal
Tbk juga berinovasi untuk memproduksi produk –produk yang berbeda dengan
lainnya. Seperti tiga produk yang diakui Museum Rekor Indonesia sebagai ban
pertama yang ada di Indonesia. Penghargaan tersebut ialah Ban ramah
lingkungan pertama yang diproduksi oleh Indonesia ( Champiro ECO ), Ban
dengan bubuhan salju yang pertama di Indonesia dan Ban asap dengan multi
warna yang pertama dibuat di Indonesia. Begitu pula dengan produk ban sepeda
motor yang diberi penghargaan Top Brand pada tahun 2007, 2008 , 2009 dan
2010. Penghargaan ini mengakui posisi merek yang unggul yang dimiliki ban
sepeda motor di pasar Indonesia.
Produk Pengganti
Produk pengganti merupakan produk –produk yang dapat menjalankan fungsi
yang sama seperti produk dalam industry. Pada persaingan industri karet
khususnya ban, ancaman produk pengganti cukup kuat pada bisnis ini. Karena
setiap perusahaan dan Perusahaan pesaing masing – masing mengeluarkan
produk yang sejenis dan hampir sama fungsinya bagi para konsumen. Produsen
ban yang bersaing pun berusaha untuk mereduksi biaya produksinya agar harga
yang ditawarkan kepada konsumen dapat mengalami penurunan dan bersaing
dengan produsen ban lain. Namun dalam kasus ini konsumen ( pemakai ban )
cenderung setia untuk menggunakan produk ban yang sudah dipakai sebelumnya
dibandingkan untuk mengganti produk yang biasa sudah dipakai.
77
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
PT Gajah Tunggal memiliki keunggulan dalam hal produksi karena mempunyai
kedekatan dalam bahan baku yang dibutuhkan dalam memproduksi ban. Bahan
baku yang digunakan ialah karet alam, karet sintetis, kainban, karbonhitam dan
kawat baja. Untuk kain ban dan karet sintetis diproduksi oleh Perusahaan sendiri
untuk memastikan ketersediaan dan memperkuat pengendalian biaya. Pada tahun
2010 sebesar 61% produksi dari karet sintetis dan 56% produksi kain ban adalah
untuk penggunaan internal perusahaan. Sisanya dijual kepada pihak ketiga.
Selain itu Perusahaan juga berupaya untuk mempertahankan keseimbangan
antara pengaturan pasokan bahan baku jangka panjang seperti karet alam dan
bahan kimia lainnya.
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Untuk pasar domestik kekuatan pembeli ada pada pesar OEM ( Original
Equipment Manufacturer ) dimana produksi kendaraan bermotor berpengaruh
terhadap pembelian ban sebagai bahan baku produksi kendaraan bermotor.
Selain itu PT Gajah Tunggal Tbk juga memberikan dukungan teknis dan
pemasaran bagi para distributor dan perluasan keberadaan Perusahaan secara
langsung hadir melalui konsep ritel, yaitu Tire Zone , yang akan memperkuat
citra merek GT Radial. Perusahaan berfokus pada saluran distribusi milik
Perusahaan sendiri. Konsep Tire Zone menggambarkan salah satu inovasi yang
mencerminkan tekad Perusahaan untuk mengambil porsi yang lebih besar dari
pasar retail Indonesia. Tire Zone merupakan sebuah gerai ritel dengan beragam
merek yang didirikan melalui kerjasama dengan Michellin, menawarkan
berbagai merek seperti GT Radial dan Michellin secara bersamaan menyediakan
78
layanan yang terkait dengan ban guna memenuhi kebutuhan ban konsumen.
Pendirian konsep toko ritel tire zone bersama – sama dengan Michellin
memungkinkan perusahaan untuk mendistribusikan ban radial Perusahaan ke
pasar ritel yang lebih luas dan memberi kemudahan kepada pembeli. Pada tahun
2007 ini, Perusahaan juga mulai mendistribusikan ban radial dan ban sepeda
motor Perusahaan didalam negeri melalui Carrefour, peritel besar di Indonesia.
Dengan menambah jumlah outlet ritel masyarakat dapat lebih mudah untuk
membeli ban – ban produksi Perusahaan.
Sedangkan untuk kegiatan eksport, Perusahaan mempunyai kontrak
kerjasama untuk mengesport hasil produksinya kepada Michellin salah satu
produsen ban yang sudah besar untuk memproduksi ban yang dieksport ke
Michellin. PT Gajah Tunggal Tbk juga memproduksi ban salju untuk musim
dingin kepada Nokian tyres dan ban drifting multiwarna yang ditujukan kepada
pasar di Negara – Negara Eropa. Untuk kekuatan tawar menawar pembeli pada
kegiatan eksport pada saat ini lebih besar dibandingkan dengan kekuatan tawar
menawar pembeli di pasar Domestik.
Pada lima kekuatan pokok persaingan industry yang ada di atas, resiko terbesar
yang dapat dihadapi Perusahaan Gajah Tunggal Tbk ialah ancaman dari produk
pengganti. Pada hal ini perusahaan – perusahaan pesaing yang bergerak pada industri
yang sama dengan Perusahaan Gajah Tunggal Tbk memproduksi barangnya seefisien
dan seefektif mungkin untuk menghasilkan harga yang bersaing pada Industri ini.
Perusahaan harus tetap berinovasi dalam memproduksi dan mengembangkan produk –
produknya agar dapat bersaing dengan perusahaan pesaingnya karena produk yang
79
dihasilkan dalam industri karet atau ban kendaraan bermotor ini mempunyai fungsi yang
sama namun mempunyai kualitas dan harga yang berbeda – beda pula.
IV.1.3 Implementasi Strategi Perusahaan
Perusahaan menjalankan dan mengembangkan strategi yang dijalankan untuk
mengoptimalkan kekuatan dan peluang perusahaan dan menghadapi kelemahan dan
ancaman perusahaan. Berikut perkembangan strategi yang dijalankan perusahaan Gajah
Tunggal Tbk dalam menjalankan bisnisnya :
Strategi Penetrasi dan Pengembangan Pasar
Pada strategi penetrasi pasar, untuk menghadapi persaingan dari produk – produk
pesaingnya, perusahaan melakukan pemasaran dengan mengadakan berbagai macam
acara untuk mempromosikan produknya agar lebih dikenal dengan masyarakat atau
konsumen. . Disamping dengan menggunakan media iklan konvensional, seperti papan
iklan, surat kabar, radio dan televisi, PT Gajah Tunggal Tbk aktif menjadi
mengorganisir beberapa acara otomotif di Indonsia. Acara tersebut ialah
• Berkendara aman dengan menggunakan GT Radial. Pada acara ini, perwakilan
dari Perusahaan memberikan pemeriksaan ban secara gratis dan konsultasi
mengenai ban – ban yang digunakan oleh konsumen serta mendengarkan saran –
saran dari konsumen mengenai ban dari GT Radial.
• Pada ban sepeda motor, Perusahaan mempromosikan ban dengan
mempromosikan cara berkendara yang aman pada siswa – siswi SMA dengan
nama program IRC Goes to School untuk mendorong siswa menunjukkan
80
tanggung jawab dalam berkendara dan meningkatkan kesadaran terhadap produk
IRC.
• Selain itu PT Gajah Tunggal Tbk juga aktif mengorganisir aktivitas – aktivitas
balap motor dan mobil dari tahun ke tahun. Acara ini meliputi kejuaraan GT
Radial Car Championship, GT Radial Jakdrift, BMW Touring Championship,
Mercedes Benz Touring Championship dan Motorprix. Pada acara itu semua
peserta harus menggunakan ban bermerek yang di produksi Gajah Tunggal yaitu
GT Radial.
Promosi dengan program seperti ini dilakukan agar memberikan kesadaran yang
kuat terhadap suatu merek terutama GT Radial sebagai ban mobil dan IRC sebagai ban
Motor untuk mendorong pada sektor Penjualan.
Selanjutnya untuk pengembangan pasar , Perusahaan memastikan distribusi
produknya dengan mengadakan hubungan jangka panjang dengan distributor.
Disamping itu perusahaan memiliki saluran distribusi milik Perusahaan sendiri. Yaitu
TireZone. Pendirian TireZone dilakukan melalui kerja sama dengan Michellin.
Pendirian ini memungkinkan Perusahaan untuk mendistribusikan ban radial Perusahaan
ke pasar ritel lebih luas. Perusahaan juga mendistribusikan produknya melalui Carrefour
dan ACE hardware.
Strategi Pengembangan Produk
PT Gajah Tunggal Tbk terus berinovasi untuk mengembangkan produk yang
sudah diproduksinya agar dapat terus bersaing di masa penuh persaingan ini. Produk
pertama yang dikembangkan dari PT Gajah Tunggal Tbk dari ban radialnya ialah
81
CHAMPIRO ECO. Champiro Eco ialah ban ramah lingkungan yang di produksi oleh PT
Gajah Tunggal Tbk yang diklaim dapat mengurangi penggunaan bahan bakar karena
proses produksinya sangat ramah lingkungan. Produk kedua yang dikembangkan ialah
ban salju ( ban musim dingin). Ban salju ini diproduksi bukan untuk pasar Indonesia,
melainkan untuk di ekspor diluar Indonesia khusunya Negara – Negara Eropa.
Selanjutnya PT Gajah Tunggal mengembangkan produk bannya untuk kendaraan Off
Road yaitu GT Radial Savero Komodo. Produk terakhir yang dikembangkan oleh PT
Gajah Tunggal ialah Ban Multiwarna yang diproduksi untuk olah raga drifting. Ban
Multiwarna ialah ban yang dapat mengeluarkan asap yang dihasilkan saat ban dipakai
memutar. Asap tersebut akan memunculkan beberapa warna.
Strategi Pengembangan Industri
Perusahaan terus berusaha mengurangi biaya produksi dan menjamin kelancaran
pasokan bahan baku untuk produksinya melalui strategi integrasi vertikal yang
dilakukan dengan cara mengakuisisi asset – asset yang memproduksi bahan baku utama
yang dibutuhkan Perusahaan dalam proses produksinya. Pada tahun 1991, Perusahaan
mengakuisisi GT Petrochem Industries, perusahaan yang memproduksi kain ban dan
benang nilon yang medukung supply bahan baku dan membantu mengurangi biaya
dalam kegiatan produksi Perusahaan Gajah Tunggal . Selain akuisisi, kerjasama strategis
juga dilakukan perusahaan. Ditunjukkan dengan melakukan kerjasama dengan Michellin
untuk meproduksi ban dan dieksport hasil produksinya dengan rencana lima juta ban
pertahun hingga sekarang. Kerjasama juga dilakukan dengan Nokian tyres, sebuah
perusahaan manufaktur ban terkemuka di Finlandia untuk memproduksi beberapa jenis
ban mobil penumpang, termasuk ban untuk musin dingin. Strategi pengembangan
82
industry juga dilakukan perusahaan dengan melaksanakan ekspansi. Ekspansi dilakukan
perusahaan untuk meningkatkan kapasitas terpasang baik ban radial dan ban motor.
Dengan program ekspansi tersebut, kapasitas produksi ban radial akan naik menjadi
45.000 ban perhari, sebagian untuk memenuhi rencana kenaikan perjanjian dari
Michellin. Kapasitas ban sepeda motor akan meningkat menjadi 105.000 ban per hari
untuk mengakomodasi pertumbuhan yang signifikan dari pasar ban sepeda motor
Indonesia. Perluasan yang telah direncanakan untuk kapasitas produksi ban radial dan
ban sepeda motor Perusahaan telah didanai sepenuhnya dari penerbitan hutang obligasi.
IV.1.4 Matriks SWOT
Matriks SWOT dapat membantu para manajer mengembangkan empat tipe
strategi yaitu SO ( Kekuatan – Peluang ), WO ( Kelemahan – Peluang ), ST ( Kekuatan
– Ancaman ) dan WT ( Kelemahan – Ancaman ).
Kekuatan dan Peluang
Perusahaan dapat menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang dengan
strategi :
1) Mengembangkan kegiatan eksport perusahaan untuk produk ban motor ( IRC
) yang merupakan pemimpin pasar di Indonesia.
2) Mengadakan dan menambahkan acara – acara rutin sebagai promosi dari
produk – produk PT Gajah Tunggal Tbk sebagai jalur komunikasi antara
perusahaan dan konsumen.
83
3) Menjalin kerjasama dengan produsen kendaraan bermotor di Indonesia
seiring bertumbuhnya industri otomotif di Indonesia dengan menawarkan
harga yang bersaing dengan perusahaan lainyya.
Kelemahan dan Peluang
Perusahaan dapat menanggulangi kelemahan dengan menggunakan peluang.
1) Mengurangi dan mengontrol hutang perusahaan untuk memperbaiki struktur
modal perusahaan yang dapat dilihat oleh pengguna situs internet
perusahaan.
2) Memberikan diskon bagi pembelian secara tunai pada pasar domestik yang
sedang meningkat untuk mengatasi perputaran piutang yang melemah.
Kekuatan dan Hambatan
Perusahaan dapat menggunakan kekuatan untuk menanggulangi hambatan
dengan strategi :
1) Mengadakan program – program intensif penjualan seperti pemasaran
untuk memberikan kesadaran akan merek GT Radial dan IRC secara
efektif dan efisien.
2) Mengontrol biaya produksi perusahaan agar dapat memberikan harga
yang bersahabat pada konsumen.
3) Tetap berinovasi dalam menghasilkan produk – produk unggulan untuk
dapat bersaing dengan industry sejenis.
Kelemahan dan Hambatan
Perusahaan sebaiknya memperkecil kelemahan dan menghindari hambatan.
1) Mengontrol biaya – biaya dalam produksi dan operasional perusahaan
agar dapat memaksimalkan profit atau laba perusahaan.
84
2) Mengontrol harga produksi penjualan untuk memberikan harga bersaing
kepada perusahaan lain.
3) Memberikan kesadaran kepada target pasar untuk memakai produk dari
dalam negeri dengan mengadakan promosi produk dari PT Gajah
Tunggal Tbk.
IV.2 Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan salah satu tahap lanjutan dari penilaian
bisnis dengan menggunakan laporan keuangan yang dilakukan oleh penulis untuk dapat
menilai dan mengetahui kinerja perusahaan. Laporan Keuangan yang akan di analisis
oleh penulis meliputi laporan neraca dan laporan laba rugi periode 2008, 2009 dan 2010
dengan menggunakan metode analisis horizontal, analisis vertikal dan analisis rasio
laporan keuangan.
IV.2.1 Analisis Horizontal dan Analisis Vertikal
IV.2.1.1 Analisis Horizontal
Analisis horizontal dilakukan penulis dengan cara membandingkan akun – akun
yang berada pada laporan keuangan pada periode tersebut dengan periode – periode
sebelumnya. Dengan mengadakan perbandingan ini akan dapat diketahui perkembangan
dari suatu perusahaan. Analisis horizontal pada PT Gajah Tunggal Tbk dapat dilihat
pada tabel analisis horizontal pada lampiran halaman L1.
Hasil analisis horizontal pada laporan Laba Rugi PT Gajah Tunggal Tbk ialah
sebagai berikut :
85
• Penjualan
Untuk penjualan perusahaan sedikit sekali mengalami penurunan di tahun 2009.
Penurunan penjualan hanya sebesar 0.34%. Namun penurunan penjualan ini
diimbangi dengan penurunan beban pokok penjualan pada tahun tersebut. Pada
tahun 2010, perusahaan mengalami peningkatan dalam penjualan bersih.
Peningkatan tersebut sampai pada angka 24.16% dari 7,936,432 menjadi
9,853,904. Hal ini dikarenakan pasar domestik mengalami pertumbuhan yang
kuat dan pasar ekspor kembali normal kembali. Peningkatan pada penjualan ini
menunjukkan kinerja perusahaan dalam menjual hasil produksinya semakin
membaik.
• Beban Pokok Penjualan
Beban pokok perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2009. Penurunan
beban pokok penjualan sebesar 10.45 %. Hal ini disebabkan karena turunnya
harga bahan baku untuk kegiatan produksi pada tahun 2009. Namun pada tahun
2010 beban pokok penjualan kembali mengalami peningkatan. Peningkatan ini
dipengaruhi oleh kecenderungan peningkatan harga bahan baku yang digunakan
untuk memproduksi ban, khususnya karet alam.
• Laba Kotor
Berdasarkan analisis horizontal PT Gajah Tunggal Tbk pada akun laba kotor,
perusahaan mengalami peningkatan laba kotor pada setiap tahunnya.
Peningkatan yang dialami pada tahun 2009 melebihi 50% yaitu 60.48%.
Peningkatan dengan jumlah yang cukup tinggi ini dipengaruhi oleh penurunan
beban pokok penjualan pada tahun 2009. Pada tahun 2010 perusahaan juga
86
mengalami peningkatan pada laba kotor sebesar 6.43 % walaupun mengalami
peningkatan pada beban pokok penjualan ditahun tersebut. Hal ini dapat terjadi
karena diimbangi dengan meningkatnya penjualan pada perusahaan di tahun
2010.
• Beban Usaha
Beban usaha PT Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2009 meningkat sebesar
22.19%. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya beban penjualan
dalam akun beban usaha yaitu mencapai 53% yang isinya berupa biaya
pengangkutan, iklan serta promosi. Alasan utama meningkatnya beban penjualan
ini karena melakukan program intensif penjualan yang diperlukan untuk
mendukung penjualan karena melemahnya permintaan. Akan tetapi pada tahun
2010 perusahaan berhasil menurunkan beban usaha mereka sebesar 3.74%
melalui pengurangan beban penjualannya dengan mengurangi beberapa program
insentif penjualan yang dilakukan selama tahun 2010.
• Laba Usaha
Laba Usaha pada perusahaan Gajah Tunggal Tbk mengalami peningkatan
hampir 100% pada tahun 2009 yaitu sebesar 97% dari 581,353 menjadi
1,144,990. Peningkatan pada laba usaha ini dipengaruhi juga oleh peningkatan
pada laba kotor yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan beban usaha
perusahaan. Pada tahun 2010 perusahaan kembali mengalami peningkatan pada
laba usaha sebesar 12.44%. Peningkatan ini disebabkan oleh penurunan beban
usaha khususnya pada beban penjualan pada tahun 2010.
87
• Beban lain – lain
Pada tahun 2008, perusahaan memiliki beban lain – lain sebesar 1,355,552. Hal
ini membuat perusahaan mengalami kerugian karena dipengaruhi oleh kerugian
kurs mata uang asing pada tahun 2008. Namun pada tahun 2009, beban lain –
lain berkurang dan berubah menjadi penghasilan lain – lain dengan mendapatkan
penghasilan sebesar 128,623. Berbeda pada tahun sebelumnya, pada tahun ini
perusahaan mendapatkan keuntungan dari kurs mata uang asing. Hal ini
berpengaruh terhadap Laba bersih perusahaan dimana perusahaan mendapatkan
laba pada tahun tersebut.
• Pada tahun 2008 PT Gajah Tunggal Tbk mengalami kerugian sebesar 624,788.
Hal ini diakibatkkan karena kerugian kurs yang timbul yang dibebankan dalam
laporan laba rugi pada masa krisis ekonomi global pada tahun 2008. Laba bersih
pada tahun 2009 meningkat secara signifikan sebesar 244% dari kerugian
sebesar 624,788 menjadi laba sebesar 905,330 . Tidak seperti pada tahun 2008,
pada tahun 2009 perusahaan mengalami keuntungan dari kurs mata uang asing
dimana pada tahun ini nilai Rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika semakin
menguat. Hal ini menjadi salah satu faktor perusahaan mengalami peningkatan
laba bersih dengan persentasi yang tinggi karena hutang perusahaan adalah
dalam mata uang Dollar AS. Pada tahun 2010 perusahaan mengalami sedikit
penurunan pada laba bersih sebesar 8.25% yang diakibatkan karena menurunnya
keuntungan dari selisih kurs mata uang asing perusahaan.
Hasil analisis horizontal pada laporan neraca pada PT Gajah Tunggal Tbk pada
tahun 2008-2010 mengalami peningkatan total asset pada setiap tahunnya. Pada tahun
88
2009 mengalami peningkatan sebesar 1.88%, sedangkan pada tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 16.83% .
Pada asset lancar, perusahaan juga mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.
Pada tahun 2009 aset lancar perusahaan meningkat 10.41% .Dan pada tahun 2010,
aktiva lancar perusahaan meningkat sebesar 33%. Berikut rincian dari akun aset lancar :
• Kas dan setara kas mengalami peningkatan dengan nilai yang tinggi pada tahun
2009. Yaitu sebesar 380.75% atau sebesar 645,838. Hal ini terjadi karena
Perusahaan berhasil menyelesaikan penawaran penukaran obligasi yang beredar.
Begitu juga pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 6.21%. Manajemen
menjaga modal kerja Perusahaan untuk memastikan tidak terjadi kekurangan
kas.
• Pada akun piutang , PT Gajah Tunggal Tbk mengalami peningkatan pada tahun
2009 sebesar 9.15%, Pada tahun 2010 perusahaan mengalami peningkatan pada
akun piutang dengan nilai yang tinggi yaitu 112.01% dari 730,582 menjadi
1,549,461. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan penjualan pada
perusahaan di tahun 2010.
• Persediaan perusahaan mengalami penurunan sebesar 38.39% pada tahun 2009
karena harga bahan baku mengalami penurunan dan perusahaan mengelola
secara ketat tingkat persediaan pada tahun ini. Namun pada tahun 2010
persediaan pada perusahaan meningkat sebesar 26.34%. Peningkatan persediaan
ini merupakan peningkatan persediaan perusahaan secara efisien, karena
peningkatan persediaan ini diiringi dengan peningkatan penjualan pada tahun
2010.
89
• Pajak dibayar dimuka pada perusahaan mengalami penurunan pada setiap
tahunnya. Pada tahun 2009, perusahaan mengalami penurunan sebesar 24.15%
dari tahun 2008. Dan pada tahun 2010 perusahaan mengalami penurunan sebesar
69.90%.
Berdasarkan analisis secara horizontal , berbeda dengan aktiva lancar, aktiva
tidak lancar perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2009. Penurunan aktiva tidak
lancar sebesar 2.73% pada tahun 2009. Namun pada tahun 2010 perusahaan mengalami
peningkatan aktiva tidak lancar kembali sebesar 6.92% yang dikarenakan adanya
peningkatan pada aktiva tetap perusahaan pada tahun tersebut.
• Aktiva tidak lancar pada tahun 2009 stabil dibandingkan dengan aktiva tidak
lancar pada tahun 2008. Hal ini dikarenakan PT Gajah Tunggal Tbk memutuskan
untuk menunda ekspansi pada tahun 2009 . Aktiva tetap perusahaan mengalami
peningkatan pada tahun 2010. Pada tahun 2010 aktiva tetap perusahaan
menunjukkan peningkatan sebesar 12.93% peningkatan ini menggambarkan
upaya – upaya pengembangan yang dilakukan perusahaan dalam
mengimplementasikan program ekspansi perusahaan setelah penundaan dalam
penambahan belanja modal ditahun tersebut.
Pada kewajiban dapat dilihat terjadi penurunan total kewajiban pada tahun 2009
sebesar 10%. Akan tetapi kewajiban perusahaan kembali meningkat pada tahun 2010
sebesar 10%.
Pada kewajiban lancar perusahaan mengalami peningkatan cukup signifikan
pada tahun 2010 yaitu sebesar 40%. Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan
90
pada hutang usaha dan jaminan kepada dealer. Berikut rincian dari analisis horizontal
untung kewajiban lancar
• Hutang Usaha
Berdasarkan analisis yang dijalankan secara horizontal, hutang usaha perusahaan
menurun pada tahun 2009 sebesar 43.94%. hal ini dipengaruhi karena harga
bahan baku yang turun dan kebutuhan modal kerja berkurang . Akan tetapi
hutang usaha perusahaan meningkat kembali pada tahun 2010 sebesar 48.04%
yaitu dari 717,543 menjadi 1,062,268. Hal ini disebabkan karena hutang usaha
pada pihak ke tiga meningkat menjadi 917 milyar seiring meningkatnya
penjualan bersamaan dengan harga bahan baku untuk ban.
• Beban yang masih harus dibayar
Beban – beban ini terdiri dari Bunga, Gas, Listrik, air dan telepon, royalty, biaya
ekspor, Jasa professional, Gaji dan tunjangan,dan lain-lain. Beban yang masih
harus dibayar perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2009 yaitu sebesar
58.73%. Sedangkan untuk tahun 2010 beban yang masih harus dibayar
perusahaan mengalami peningkatan sebesar 60.3%.
Pada kewajiban tidak lancar, perusahaan mengalami penurunan pada setiap
tahunnya. Pada tahun 2009 kewajiban tidak lancar turun menjadi 10.31%, sedangkan
untuk tahun 2010 kewajiban tidak lancar perusahaan turun juga sebesar 2.12%. berikut
rincian dari akun –akun kewajiban tidak lancar:
• Hutang obligasi perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar
11.72%. Hal ini dipengaruhi juga oleh apresiasi nilai Rupiah terhadap hutang
91
obligasi Perusahaan dalam mata uang Dollar AS. Begitu pula pada tahun 2010
hutang obligasi perusahaan juga mengalami penurunan sebesar 4.15%.
Penurunan hutang obligasi atau jangka panjang merupakan penurunan yang baik
karena membantu perusahaan untuk mampu melunasi hutang jangka panjangnya
sedikit demi sedikit.
Dari analisis horizontal yang dilakukan dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
ekuitas pada tahun 2008, 2009 dan 2010. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar
61.91%. hal ini terjadi karena peningkatan pada saldo laba yang tidak ditentukan
penggunannya dan pembukuan laba bersih yang secara signifikan memperbaiki rasio
hutang terhadap ekuitas. Seperti pada tahun 2009, Ekuitas pada tahun 2010 mengalami
peningkatan juga sebesar 32 %. Hal ini juga diperngaruhi peningkatan pada saldo laba
yang belum ditentukan penggunaannya sebesar 86.59%. Sedangkan untuk tambahan
modal disetor tidak berubah besarnya pada tahun 2008, 2009 dan 2010 yaitu sebesar
51,500.
IV.2.1.2 Analisis Vertikal
Analisis vertikal dapat digunakan dengan membandingkan masing – masing pos
pada laporan periode berjalan dengan jumlah total pada laporan yang sama. Dengan
membandingkan pos tersebut dapat diketahui hubungan yang ada dalam laporan
keuangan tersebut. Analisis vertikal pada PT Gajah Tunggal Tbk dapat dilihat pada tabel
Analisis Vertikal pada lampiran halaman L5.
Hasil analisis vertikal pada laporan Neraca PT Gajah Tunggal Tbk pada tahun
2008, 2009 dan 2010 ialah sebagai berikut:
92
• Aset lancar
Aset lancar pada tahun 2008 ialah sebesar 35.08% dari total aset. Pada tahun
2009 persentase aset lancar terhadap total aset mengalami peningkatan menjadi
38.02%. Pada tahun 2010, persentase aset lancar terhadap total aktiva meningkat
menjadi 43.28%. Kenaikan ini disebabkan karena adanya peningkatan pada akun
– akun yang ada di dalam laporan neraca. Peningkatan yang signifikan ialah kas
dan setara kas pada tahun 2009. Kas dan setara kas perusahaan meningkat
persentasenya menjadi 9.19% dari 1.95% atas total assetnya pada tahun 2009.
• Aset tidak lancar
Berbeda dengan aset lancar yang mengalami peningkatan persentase setiap tahun
terhadap total asetnya, aset tidak lancar perusahaan mengalami penurunan
persentase setiap tahunnya. Pada tahun 2008 persentasi aset tidak lancar terhadap
total asset memiliki persentas sebesar 64.92%. Pada tahun 2009 persentase aset
tidak lancar terhadap total aset menurun menjadi 61.98%. Begitu pula juga pada
tahun 2010 dimana persentase asset tidak lancar terhadap total aset menurun
menjadi 56.72%. Hal ini dipengaruhi juga oleh akun – akun yang mengalami
penurunan persentase terhadap total aset pada setiap tahunnya. Seperti pada akun
asset tetap. Menurut analisis vertikal yang telah dilakukan asset tetap perusahaan
mengalami penurunan persestase pada tahun 2009 dan 2010 terhadap total
assetnya. Pada tahun 2008 persentase asset tetap terhadap total asetnya sebesar
41.53%. Pada tahun 2009 persentase aset tetap terhadap total asetnya menjadi
40.66%. Pada tahun 2010 persentase aset tetap terhadap total asetnya menurun
lagi menjadi 39.30%.
93
• Pada analisis vertikal yang dijalankan dapat dilihat persentase kewajiban lancar
terhadap total kewajiban dan ekuitas mengalami penurunan pada tahun 2009
menjadi 20.48%. hal ini dipengaruhi karena berkurangnya hutang usaha
perusahaan pada tahun 2009. Persentase hutang usaha pada tahun 2009 ialah
8.08% terhadap total kewajiban dan ekuitas. Sedangkan pada tahun 2008
persentase hutang usaha sebesar 14.69% terhadap total kewajiban dan ekuitas.
Pada tahun 2010 persentase hutang lancar terhadap total kewajiban dan ekuitas
kembali meningkat. Persentase hutang lancar pada tahun 2010 sebesar 25.58%
terhadap total kewajiban dan ekuitas. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya
hutang usaha yang kembali meningkat dan jaminan penyalur.
• Pada kewajiban tidak lancar dapat dilihat terdapat penurunan persentase atas
total kewajiban dan ekuitas di setiap tahunnya. Besarnya persentase tersebut
pada tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah 56.16%, 49.44% dan 41.42% atas total
kewajiban dan ekuitas. Hal ini terjadi karena berkurangnya hutang obligasi yang
disebabkan karena apresiasi rupiah terhadap hutang obligasi dalam denominasi
dollar Amerika Serikat milik perusahaan.
• Pada analisis vertikal yang dilakukan dapat dilihat persentase ekuitas terhadap
total kewajiban dan ekuitas meningkat pada setiap tahunnya. Persentasi Ekuitas
pada tahun 2008,2009 dan 2010 sebesar 18.93%, 30.08% dan 34% atas jumlah
kewajiban dan ekuitas. Walaupun mengalami peningkatan pada setiap tahunnya,
namun dari analisis ini terlihat bahwa komposisi ekuitas perusahaan lebih kecil
dibandingkan dengan komposisi kewajiban perusahaan. Hal ini dapat
94
memberikan dampak negatif kepada perusahaan karena posisi perusahaan belum
termasuk dalam posisi yang aman.
Hasil analisis vertikal pada Laporan Laba Rugi PT Gajah Tunggal Tbk ialah
sebagai berikut :
• Pada laba kotor , peningkatan persentase laba kotor terhadap penjualan
meningkat secara signifikan pada tahun 2009 dari 14.25% di tahun 2008 menjadi
22.95%. Hal ini terjadi karena berkurangnya beban pokok penjualan yang
disebabkan berkurangnya harga bahan baku untuk produksi perusahaan. Namun
pada tahun 2010, Persentase laba kotor terhadap penjualan kembali turun pada
angka 19.67%.
• Beban Usaha
Berdasarkan analisis vertikal dari tahun 2008, 2009 dan 2010, persentase beban
usaha terhadap total penjualan meningkat pada tahun 2009 dan turun secara
signifikan pada tahun 2010. Pada tahun 2009 persentase nya sebesar 8.53% hal
ini diakibatkan karena meningkatnya beban usaha tepatnya pada beban
penjualan. Yaitu dari 308,409 menjadi 472,738. Namun pada tahun 2010
persentase beban usaha terhadap penjualan kembali menurun menjadi 6.61%.
Penurunan ini diakibatkan karena perusahaan mereduksi beban penjualan yang
meningkat pada tahun 2009.
• Laba Usaha
Persentase Laba usaha terhadap penjualan mengalami peningkatan pada tahun
2009 dari 7.30% menjadi 14.43 %. Hal ini dipengaruhi juga karena ada
peningkatan pada laba kotor pada tahun 2009. Namun persentasi laba usaha
95
terhadap penjualan mengalami penurunan pada tahun 2010, seperti penurunan
persentasi laba kotor terhadap penjualan pada tahun 2010.
• Laba Bersih
Pada analisis vertikal perusahaan tahun 2008, 2009 dan 2010, dapat dilihat
persentase laba bersih terhadap penjualan mengalami peningkatan drastis pada
tahun 2009. Pada tahun 2008 perusahaan mengalami kerugian yang diakibatkan
kerugian kurs mata uang asing, persentasi pendapatan bersih mendapatkan hasil
minus atau rugi yaitu sebesar -7.85% dari hasil penjualan. Pada tahun 2009
persentasi laba bersih terhadap penjualan meningkat drastis menjadi 11.41%. Hal
ini juga dipengaruhi karena perusahaan dapat mereduksi beban pokok penjualan
dan beban lain – lain serta mendapatkan laba dari kurs mata uang asing karena
menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Aollar AS. Pada tahun 2010 pendapatan
bersihnya dibandingkan dengan penjualan kembali mengalami penurunan
menjadi 8.43%.
IV.2.2 Analisis Rasio Laporan Keuangan
Analisis Rasio merupakan salah satu cara untuk menilai suatu kinerja perusahaan
dengan menggunakan laporan keuangan. Analisis rasio merupakan gabungan dari unsur
– unsur yang ada di neraca dan laporan laba rugi yang digunakan untuk mengetahui
posisi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Untuk menilai kinerja laporan
keuangan melalui rasio laporan keuangan digunakan rasio pembanding dari perusahaan
pembanding untuk menentukan apakah perusahaan yang dinilai mempunyai rasio yang
baik atau tidak.
96
Penulis menggunakan dua perusahaan pembanding untuk memperbandingkan
rasio dari PT Gajah Tunggal Tbk. Perusahaan yang digunakan oleh penulis ialah PT
Goodyear Indonesia Tbk dan PT Multistrada Arah Sarana Tbk . Kedua perusahaan
tersebut merupakan perusahaan yang bergerak di industri yang sama serta mempunyai
segmen pasar yang sejenis.
IV.2.2.1 Analisis Rasio Likuiditas
Berikut perhitungan rasio likuiditas dari perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk pada
tahun 2008 – 2010.
Tabel IV.1 Perhitungan Rasio Likuiditas
Keterangan 2010 2009 2008
Rasio lancar 4,489,184 = 1.76 X 3,375,286 = 1.86 X 3,057,108 =1.41 X 2,549,406 1,817,666 2,170,859
Rasio Cepat 4,489,184 - 1,089,211 = 1.33 X 3,375,286 - 862,152 = 1.38 X 3,057,108 - 1,399,407 = 0.76 X 2,549,406 1,817,666 2,170,859
• Rasio Lancar
Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan perusahaan untuk mengetahui
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan
tersebut.
Rasio lancar pada PT Gajah Tunggal Tbk mengalami peningkatan pada tahun
2009 dan menurun pada tahun 2010. Rasio lancar pada tahun 2008 adalah sebesar 1.41
kali, yang dapat diartikan bahwa aset lancar ada 1.41 kali dari hutang lancar atau pada
tahun 2008 aset menutup kewajiban 1.41 kali. Pada tahun 2009 rasio ini mengalami
97
peningkatan menjadi 1.86 kali. Peningkatan pada rasio ini diakibatkan karena terjadi
penurunan dari kewajiban lancar pada tahun 2009. Pada kewajiban lancar, perusahaan
dapat mengurangi hutang usaha perusahaan karena harga bahan baku yang turun
sehingga kebutuhan modal kerja berkurang. Akan tetapi terjadi penurunan rasio pada
tahun 2010 menjadi 1.76 kali dikarenakan peningkatan kewajiban lancar yang lebih
tinggi dibandingkan aktiva lancar pada tahun ini. Pada tahun 2010 hutang usaha
perusahaan kembali meningkat dikarenakan hutang kepada pihak ketiga seiring
meningkatnya kembali harga bahan baku untuk produksi.
Tabel IV.2 Rasio Lancar Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
1.76 X 1.86 X 1.41 X 0.86 X 0.77 X 1.11 X 0.67 X 0.86 X 0.89 X
Jika dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya yaitu PT Goodyear Indonesia
mengalami penurunan pada tahun 2009 dan peningkatan pada tahun 2010 dalam kinerja
rasio lancarnya. Besar rasio dari dari tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah 1.11 kali, 0.77
kali dan 0.86 kali. Berbeda dengan PT Multistrada arah sarana Tbk yang mengalami
penurunan rasio disetiap tahunnya. Besar Rasio yang dimiliki oleh PT Multistrada arah
sarana Tbk pada tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah 0.89 kali, 0.86 kali dan 0.67 kali.
Dari perbandingan rasio yang tertera diatas dapat dilihat bahwa perusahaan Gajah
Tunggal memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dari pada PT Goodyear Indonesia
Tbk dan PT Multistrada arah sarana Tbk.
• Rasio Cepat
98
Pada rasio cepat, Rasio ini memiliki ukuran test solvensi yang lebih kuat dari
pada rasio lancar, karena rasio ini menghilangkan persediaan dari pembilang.
Pada perusahaan PT Gajah Tunggal, Rasio mengalami peningkatan yang
signifikan pada tahun 2008 dan 2009 dari 0.76 kali menjadi 1.38 kali. Seperti pada rasio
lancar, salah satu faktor meningkatnya rasio ini ialah menurunnya kewajiban lancar pada
tahun 2009 tepatnya pada hutang usaha perusahaan dan pengurangan persediaan pada
tahun 2009. Dengan meningkatnya rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin meningkat. Namun pada tahun
2010, rasio mengalami sedikit penurunan menjadi 1.33 kali dimana pada tahun ini
kewajiban lancar meningkat karena hutang usaha kembali meningkat dan penambahan
persediaan perusahaan sebesar 26% ( analisa horizontal ) .
Tabel IV.3 Rasio Cepat Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
1.33X 1.38 X 0.76 X 0.51 X 0.42 X 0.74 X 0.27 X 0.35 X 0.38 X
Jika dibandingkan dengan perusahaan PT Goodyear Indonesia Tbk ,sebagai
perusahaan pembanding, perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2009 dan sedikit
peningkatan ditahun 2010 pada rasio cepat ini. Rasio perusahaan pada tahun 2008, 2009
dan 2010 ialah 0.74 kali, 0.42 kali dan 0.51 kali. Berbeda dengan perusahaan PT
Multistrada arah sarana Tbk yang mengalami sedikit penurunan pada setiap tahunnya.
Yaitu, 0.38 kali, 0.35 kali dan 0.27 kali. Hal ini menunjukkan bahwa rasio cepat pada PT
Gajah Tunggal Tbk lebih baik dari perusahaan pembandingnya yaitu PT Goodyear
99
Indonesia dan PT Multistrada arah sarana Tbk karena PT Gajah Tunggal memiliki
tingkat rasio yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan pembandingnya.
IV.2.2.2 Analisis Rasio Aktivitas
Tabel IV.4 Perhitungan Rasio Aktivitas
Keterangan 2010 2009 2008
Rata-Rata Bagi Tagihan 1,297,944 x 360 = 47 hari 644,650 x 360 = 29 hari 541,560 x 360 = 24 hari 9,853,904 7,936,432 7,963,473 Perputaran Piutang 9,853,904 = 7.59 X 7,936,432 = 12.31 X 7,963,473 = 14.70 X 1,297,944 644,650 541,560 Perputaran Barang 7,915,174 = 7.26 X 6,114,847 = 7.09 X 6,828,388 = 4.87 X 1,089,211 862,152 1,399,407 Perputaran Aktiva Tetap 9,853,904 = 2.42 X 7,936,432 = 2.20 X 7,963,473 = 2.20 X 4,075,764 3,609,236 3,618,630 Perputaran Total Aktiva 9,853,904 = 0.95 X 7,936,432 = 0.89 X 7,963,473 = 0.91 X 10,371,567 8,877,146 8,713,559
• Rata – Rata Bagi Tagihan
Rasio ini digunakan untuk menghitung jumlah hari rata – rata yang diperlukan
perusahaan untuk mengubah piutang menjadi kas.
Pada table yang ada diatas dapat dilihat bahwa PT Gajah Tunggal mengalami
peningkatan pada rasio rata – rata bagi tagihan. Besarnya rasio pada tahun 2008 ialah 24
hari. Ini menjelaskan bahwa PT Gajah Tunggal Tbk menagih piutang secara rata – rata
selama 24 hari. Pada tahun 2009 dan 2010 besarnya rasio ini adalah 29 hari dan 47 hari.
Peningkatan rasio ini diakibatkan karena peningkatan piutang usaha perusahaan lebih
besar dari peningkatan penjualan pada tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2009 penjualan
tidak mengalami perubahan signifikan sedangkan piutang usaha meningkat sebesar
100
19%. Begitu juga pula dengan tahun 2010 dimana penjualan perusahaan meningkat
sebesar 24% namun peningkatan piutang usaha meningkat lebih tinggi sebesar 101 %.
Peningkatan pada rasio rata- rata bagi tagihan ini bukanlah hal yang positif karena waktu
yang diperlukan perusahaan untuk mengkonversi piutang menjadi kas menjadi semakin
lama.
Tabel IV.5 Rasio Rata – Rata Bagi Tagihan Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
47 hari 29 hari 24 hari 32 hari 30 hari 28 hari 19 hari 25 hari 26 hari
Sama dengan perusahaan Gajah Tunggal, pada perusahaan Goodyear Indonesia
sebagai perusahaan pembanding juga mengalami peningkatan pada rasio ini ditahun
2009 dan 2010. Rasionya dari tahun 2008 sampai 2010 yaitu 28 hari, 30 hari , dan 32
hari. Sedangkan untuk perusahaan Multistrada arah sarana mengalami penurunan rasio
dari tahun 2008 sampai 2010. Yaitu sebesar 26 hari, 25 hari, dan 19 hari. Dari data-data
didapat dapat dilihat bahwa PT Multistrada arah sarana Tbk memiliki rata-rata bagi
tagihan yang lebih baik dibandingkan dengan PT Gajah Tunggal Tbk dan PT Goodyear
Indonesia Tbk. Hal ini dapat dilihat bahwa PT Multistrada arah sarana Tbk memiliki
angka rasio yang lebih kecil yang menunjukkan piutang perusahaan lebih cepat untuk
dirubah menjadi kas.
• Perputaran Piutang
Rasio perputaran piutang ini menunjukkan berapa kali dana atau piutang tersebut
dapat ditagih dalam waktu satu tahun. Pada tahun 2008 rasio perputaran piutang pada
101
PT Gajah Tunggal Tbk ialah 14 kali. Hal ini medeskripsikan bahwa dalam satu tahun
piutang dapat ditagih perusahaan sebanyak 14 kali. Pada tahun 2009 dan 2010 rasio
semakin menurun menjadi 12 kali dan 8 kali. Terlihat dari penurunan rasio ini bahwa
penagihan piutang perusahaan semakin menurun pada tahun 2009 dan 2010. Penurunan
piutang ini disebabkan karena peningkatan pada piutang usaha lebih tinggi dibandingkan
dengan peningkatan penjualan pada perusahaan. Pada tahun 2010 piutang usaha
perusahaan meningat hingga 101% sedangkan penjualan perusahaan meningkat hanya
24%. Hal ini kurang baik untuk perusahaan dimana dengan penurunan perputaran
piutang ini diikuti dengan peningkatan rata – rata bagi tagihan yang berarti semakin
lama dan semakin sulit perusahaan untuk menagih piutangnya.
Tabel IV.6 Rasio Perputaran Piutang Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
7.59 X 12.3 X 14.7 X 11.3X 11.9 X 12.9 X 18.8 X 14.1 X 13.6 X
Pada PT Goodyear Indonesia Tbk mengalami penurunan pada rasio perputaran
piutang tahun 2009 dan 2010. Rasio perputaran piutang PT Goodyear Indonesia dari
tahun 2008 sampai 2010 yaitu 13kali, 12 kali dan 11 kali. Sedangkan pada PT
Multistrada Arah Sarana Tbk mengalami peningkatan rasio perputaran piutang dari
tahun 2008 hingga tahun 2010 yaitu sebesar 13 kali, 14 kali dan 19 kali. Seperti dengan
hal rasio rata – rata bagi tagihan, PT Multistrada arah sarana Tbk mempunyai rasio
perputaran piutang lebih baik dari PT Gajah Tunggal Tbk dan PT Goodyear Indonesia
Tbk. Perputaran piutang perusahaan PT Mulitstrada arah sarana Tbk memiliki angka
yang lebih baik dari pada kedua perusahaan tersebut.
102
• Perputaran Persediaan
Rasio perputaran persediaan pada PT Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2008 ialah
sebesar 4,87 kali. Hal ini menjelaskan bahwa persediaan barang dagangan perusahaan
yang berputar ( diganti atau terjual ) dalam satu tahun ialah sebanyak 4,87 kali. Pada
tahun 2009 rasio perusahaan meningkat menjadi 7.09 kali.Hal ini disebabkan karena
berkurangnya persediaan pada tahun ini dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 38% .
Penurunan ini lebih besar dari penurunan beban pokok penjualan pada tahun yang sama.
Pada tahun 2010 rasio perusahaan meningkat kembali menjadi 7.26 kali. Peningkatan
pada rasio perputaran barang ini menunjukkan bahwa barang persediaan yang ada
diperusahaan semakin cepat berputar dan bergerak yang dapat mengurangi biaya
penyimpanan dan barang yang menumpuk pada perusahaan.
Tabel IV.7 Rasio Perputaran Persediaan Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
7.27 X 7.09 X 4.88 X 7.37 X 6.10 X 7.62 X 3.99 X 3.05 X 2.93 X
Pada Perusahaan Goodyear Indonesia , sebagai perusahaan pembanding,
mengalami penurunan pada tahun 2009 dari 7.62 kali menjadi 6.1 kali. Namun pada
tahun 2010 terjadi peningkatan pada rasio ini. Yaitu dari 6.1 kali menjadi 7.37 kali.
Sedangkan untuk PT Multistrada arah sarana Tbk mengalami peningkatan kembali pada
tahun 2008 , 2009 dan 2010 sebesar 2.93 kali, 3.05 kali dan 3.99 kali. Dari hasil rasio
yang didapat, dapat dilihat bahwa rasio PT Gajah Tunggal Tbk masih lebih baik
103
dibandingkan dengan PT Multistrada Arah Sarana Tbk namun masih lebih rendah
dibandingkan dengan PT Goodyear Indonesia.
• Perputaran aktiva tetap
Perputaran aktiva tetap merupakan rasio untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode atau berapa rupiah
penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva
tetap. Dengan meningkatnya rasio ini maka semakin kecil investasi yang dibutuhkan
untuk menghasilkan penjualan dan akan semakin menguntungkan untuk perusahaan.
Perputaran aktiva tetap pada PT Gajah Tunggal Tbk di tahun 2008 dan 2009 ialah
sebesar 2.20 kali. Yang artinya pada tahun 2008 dan 2009 perusahaan stabil dalam
mengelola aktiva tetapnya. Pada tahun 2009 aktiva tetap tidak mengalami perubahan
yang signifikan dipengaruhi Perusahaan menunda program rencana ekspansinya
pada tahun tersebut. Pada tahun 2010 perputaran aktiva tetap meningkat menjadi
2.42 kali. Hal ini menggambarkan perusahaan semakin efektif dalam mengelola
aktiva tetapnya dan kebutuhan untuk melakukan investasi pada aktiva tetap semakin
berkurang.
Tabel IV.8 Rasio Perputaran Aktiva Tetap Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
2.42 X 2.20 X 2.20 X 2.97 X 1.86 X 2.27 X 0.94 X 1.00 X 0.82 X
Rasio perputaran aktiva tetap pada PT Goodyear Indonesia mengalami
penurunan pada tahun 2009 dari 2.27 kali menjadi 1.86 kali dan mengalami peningkatan
104
pada tahun 2010 yaitu dari 1.86 kali menjadi 2.97 kali. Sedangkan untuk PT Multistrada
arah sarana Tbk mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu dari angka 0.82 kali
menjadi 1 kali. Dan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2010 menjadi 0.94 kali.
Jika dilihat dari rasionya, rasio perusahaan PT Goodyear Indonesia lebih baik dari PT
Gajah Tunggal Tbk dan PT Multistrada arah sarana Tbk karena PT Goodyear Indonesia
Tbk memiliki rasio yang lebih stabil dan lebih besar serta lebih efektif menggunakan
aktiva tetapnya dibandingkan dengan kedua perusahaan pembandingnya.
• Perputaran Total Aktiva
Rasio perputaran total aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari tiap Rupiah aktiva. PT Gajah Tunggal Tbk mengalami
sedikit penurunan dari tahun 2008 menuju tahun 2009 dari 0.91 kali menjadi 0.89 kali.
Hal ini diakibatkan karena pada tahun 2009, penjualan perusahaan mengalami sedikit
penurunan sedangkan total aktiva perusahaan meningkat sebesar 1.8% karena
peningkatan kas dan setara kas pada tahun tersebut. Pada tahun 2010 PT Gajah Tunggal
Tbk mengalami peningkatan pada rasio perputaran total aktiva menjadi 0.95 kali dimana
pada tahun 2010 perusahaan mengalami peningkatan penjualan yang lebih besar dari
peningkatan total aktivanya. Dengan meningkatnya rasio ini mendeskripsikan bahwa
manajemen semakin efektif untuk menghasilkan penjualan dari investasi dalam aktiva.
Tabel IV.9 Rasio Perputaran Total Aktiva Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
0.95 X 0.89 X 0.91 X 1.51 X 1.15 X 1.22 X 0.66 X 0.67 X 0.56 X
105
Pada perusahaan Goodyear Indonesia, rasio perputaran total aktiva sedikit
menurun pada tahun 2009 dari 1.22 kali menjadi 1.15 kali. Namun pada tahun 2010
rasio ini meningkat cukup signifikan yaitu dari 1.09 kali menjadi 1.51 kali. Sedangkan
untuk perusahaan PT Multistrada arah sarana Tbk mengalami sedikit peningkatan pada
tahun 2009 yaitu dari 0.56 kali menjadi 0.67 kali dan mengalami sedikit penurunan pada
tahun 2010 menjadi 0.66 kali. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan Goodyear
Indonesia lebih efektif dalam penggunaan aktivanya untuk menghasilkan penjualan.
Terlihat dari tingginya angka rasio PT Goodyear Indonesia dibandingkan dengan
perusahaan Gajah Tunggal Tbk dan Multistrada Arah Sarana Tbk.
IV.2.2.3 Analisis Rasio Solvabilitas
Tabel IV.10 Perhitungan Rasio Solvabilitas
Keterangan 2010 2009 2008
Ratio Hutang Atas Harta 6,844,970 = 0.66 X 6,206,486 = 0.70 X 7,064,134 = 0.81 X 10,371,567 8,877,146 8,713,559
Ratio Hutang Atas Ekuitas 6,844,970 = 1.94 X 6,206,486 = 2.32 X 7,064,134 = 4.28 X 3,526,597 2,670,660 1,649,425
Ratio Laba Terhadap Beban Bunga 1,287,427 = 3.51 X 1,144,990 = 2.72 X 581,353 = 1.26 X 366,552 420,280 462,994
• Rasio Hutang Atas Harta
Rasio hutang atas harta merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
106
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Pada Tahun 2008 rasio hutang atas harta pada
PT Gajah Tunggal Tbk ialah sebesar 0.81 kali, hal ini menjelaskan bahwa aktiva
perusahaan dibiayai sebesar 0.81 kali atau sebesar 81 % dengan hutang. Rasio Hutang
atas harta pada PT Gajah Tunggal Tbk mengalami penurunan pada tahun 2009 . Hal ini
disebabkan karena kewajiban lancar dan tidak lancar pada tahun 2009 berkurang dari
tahun sebelumnya. Pada kewajiban lancar, perusahaan mengurangi hutang usahanya
karena modal kerja yang dibutuhkan lebih sedikit seiring turunnya harga bahan baku.
Pada tahun 2010 rasio kembali turun menjadi 0.66 kali. Hal ini dipengaruhi oleh
peningkatan asset perusahaan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pada
kewajibannya. Peningkatan asset pada tahun 2010 juga dipengaruhi oleh peningkatan
asset tetap perusahaan setelah menjalankan program ekspansi yang sempat tertunda pada
tahun sebelumnya. Dengan penurunan rasio ini menunjukkan hal yang positif karena
tingkat resiko perusahaan semakin mengecil dari tahun demi tahun.
Tabel IV.11 Rasio Hutang atas Harta Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
0.66 X 0.70 X 0.81 X 0.64 X 0.63 X 0.71 X 0.46 X 0.42 X 0.46 X
PT Goodyear Indonesia Tbk sebagai perusahaan pembanding juga mengalami
penurunan pada rasio ini pada tahun 2009 yaitu dari 0.71 kali menjadi 0.63 kali. Pada
tahun 2010 rasio ini hutang atas harta tidak mengalami perubahan yang signifikan yaitu
0.64 kali. Sedangkan pada perusahaan Multistrada Arah Sarana mengalami penurunan
pada tahun 2009 dari 0.46 kali menjadi 0.42 kali, namun mengalami peningkatan
kembali pada tahun 2010 yang kembali menjadi 0.46 kali. Walaupun mengalami
107
peningkatan pada tahun 2010, namun ratio hutang atas harta PT Multistrada Arah Sarana
Tbk lebih baik dari pada PT Gajah Tunggal Tbk dan PT Goodyear Indonesia Tbk
dikarenakan PT Multisrada Arah Sarana memiliki angka rasio hutang atas aktiva yang
lebih kecil dibandingkan dengan dua perusahaan tersebut. Dari rasio ini dapat di artikan
bahwa struktur modal dari perusahaan Multisrada Arah Sarana lebih baik dari kedua
perusahaan tersebut.
• Rasio Hutang atas Ekuitas
Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap Rupiah modal sendiri yang
digunakan untuk jaminan utang. Rasio hutang atas ekuitas pada PT Gajah Tunggal
ditahun 2008 ialah sebesar 4.28 kali. Ini menunjukkan bahwa 428 % dari modal sendiri
dijadikan jaminan atas hutang. Tingginya rasio ini menunjukkan bahwa struktur modal
perusahaan tidak sehat dan perusahaan akan dapat menanggung resiko yang cukup
besar. Akan tetapi Rasio hutang atas ekuitas ini membaik pada tahun 2009 menjadi 2.32
kali . Hal ini dipengaruhi total kewajiban yang berkurang pada tahun 2009. Hutang
usaha dan hutang obligasi berkurang pada tahun 2009. Pada tahun 2010 rasio ini
kembali berkurang menjadi 1.94 kali. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan ekuitas yang
lebih besar dari peningkatan kewajiban pada tahun 2010. Ekuitas perusahaan mengalami
peningkatan dari laba yang belum direalisasi dari pemilikan efek.
Tabel IV.12 Rasio Hutang atas Ekuitas Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
1.94 X 2.32 X 4.28 X 1.76 X 1.71 X 2.4 X 0.87 X 0.74 X 0.85 X
108
Jika dibandingkan dengan PT Goodyear Indonesia, struktur modal perusahaan
Goodyear ini lebih baik dibandingkan dengan perusahaan Gajah Tunggal. Hal ini dapat
dilihat dengan rasio yang dimiliki PT Goodyear Indonesia yaitu 2.4 kali pada tahun
2008, 1.7 kali pada tahun 2009 dan 1.76 kali pada tahun 2010. Sedangkan PT
Multistrada arah sarana mempunyai rasio yang lebih baik dibandingkan dengan dua
perusahaan tersebut. Karena PT Multistrada Arah Sarana mempunyai rasio hutang atas
ekuitas lebih kecil dibandingkan dengan kedua perusahaan tersebut. Yaitu, 0.85 kali
pada tahun 2008, 0.74 kali pada tahun 2009 dan 0.87 pada tahun 2010.
• Rasio Laba terhadap Beban Bunga
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban atau hutang bunga dengan menggunanakan laba operasi. Pada PT Gajah
Tunggal Tbk, perusahaan mengalami peningkatan rasio pada tahun 2009 dari 1.26 kali
menjadi 2.72 kali. Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya laba usaha pada
tahun 2009 secara signifikan karena berkurangnya beban pokok penjualan. Pada tahun
2010 rasio ini mengalami peningkatan kembali menjadi 3.51 kali. Hal ini dipengaruhi
meningkatnya laba usaha karena beban usaha dibidang penjualan perusahaan dan beban
bunga perusahaan berkurang. Dengan meningkatnya rasio laba terhadap beban bunga ini
menunjukkan bahwa perusahaan dapat memperbaiki kemampuan pembayaran bunga
dari laba operasi dan memiliki keuntungan agar para kreditor mau memberikan
pinjaman kembali kepada perusahaan karena rasio yang terus meningkat dan tinggi.
109
Tabel IV.13 Rasio Laba Terhadap Beban Bunga Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
3.51 X 2.72 X 1.26 X 7.72 X 8.08 X 8.75 X 7.67 X 4.05 X 3.74 X
Jika dibandingkan dengan perusahaan Goodyear Indonesia, Perusahaan
Goodyear mempunyai rasio lebih tinggi yang artinya rasio perusahaan Goodyear
Indonesia lebih baik dibandingkan dengan PT Gajah Tunggal Tbk walaupun PT
Goodyear Indonesia Tbk mengalami penurunan rasio pada tahun 2009 dan 2010 dari
8.75 pada tahun 2008, menjadi 8.08 kali dan menjadi 7.72 kali pada tahun 2010.
Sedangkan untuk perusahaan PT Multistrada arah sarana Tbk mengalami peningkatan
rasio laba terhadap beban bunga dari tahun 2008 sampai tahun 2010. Yaitu, 3.74 kali,
4.05 kali dan 7.67 kali. Namun rasio ini masih lebih rendah dari rasio yang dimiliki oleh
Goodyear Indonesia. Dapat disimpulkan dari rasio yang ada diatas bahwa PT Goodyear
Indonesia merupakan perusahaan yang paling baik dalam kemungkinan pembayaran
bunga dari laba operasinya.
110
IV.2.2.4 Analisis Rasio Profitabilitas
Tabel IV.14 Perhitungan Rasio Profitabilitas
Keterangan 2010 2009 2008
Rasio Marjin Laba Kotor 1,938,730 = 19.67% 1,821,585 = 22.95% 1,135,085 = 14.25% 9,853,904 7,936,432 7,963,473
Rasio Marjin Laba Bersih 830,624 = 8.43% 905,330 = 11.41% (624,788) = -7.85% 9,853,904 7,936,432 7,963,473
Rasio Marjin Laba Usaha 1,287,427 = 13.07% 1,144,990 = 14.43% 581,353 = 7.30% 9,853,904 7,936,432 7,963,473
ROA 830,624 = 8.01% 905,330 = 10.20% (624,788) = -7.17% 10,371,567 8,877,146 8,713,559
ROE 830,624 = 23.55% 905,330 = 33.90% (624,788) = -37.88% 3,526,597 2,670,660 1,649,425
• Marjin Laba Kotor
Marjin laba kotor menunjukkan laba yang relative terhadap perusahaan , dengan
cara penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dan mengukur
kemampuan perusahaan mengotrol biaya persediaan atau produksi. Marjin laba kotor
pada PT Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2008 sebesar 14.25 %. Ini menunjukkan bahwa
setiap penjualan Rp 1,- akan diperoleh laba kotor sebesar Rp 0.14. PT Gajah Tunggal
Tbk mengalami peningkatan rasio yang cukup signifikan pada tahun 2009 yaitu
menjadi 22.95%. Peningkatan rasio ini dipengaruhi oleh peningkatan laba kotor karena
berkurangnya beban pokok penjualan khususnya penurunan bahan baku pada tahun
2009. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin baik dalam hal mengontrol biaya
persediaan . Namun perusahaan mengalami sedikit penurunan rasio ini pada tahun 2010
menjadi 19.67 % yang disebabkan juga karena kembali meningkatnya harga bahan baku
( karet alam) pada tahun 2010.
111
Tabel IV.15 Rasio Marjin Laba Kotor Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
19.67% 22.95% 14.25% 9.94% 14.90% 7.60% 21.71% 21.91% 21.80%
Perusahaan Goodyear Indonesia sebagai perusahaan pembanding mengalami
peningkatan secara signifikan pada tahun 2009 dari 7.6% menjadi 14.9 %. Pada tahun
2010. Perusahaan pembanding ini mengalami penurunan rasio pada rasio marjin laba
kotor. Yaitu dari 14.90% menjadi 9.94%. Untuk PT Multistrada Arah Sarana Tbk
mempunyai rasio yang tergolong stabil di tahun 2008, 2009 dan 2010. Yaitu 21.81 %.
21.91% dan 21.70%. Diantara tiga perusahaan ini, PT Multistrada arah sarana Tbk
mempunyai rasio marjin laba kotor yang lebih baik dilihat dari angka rasionya. Ini
menunjukkan bahwa PT Multistrada arah sarana Tbk berproduksi lebih efisien
dibandingkan dengan kedua perusahaan tersebut.
• Marjin Laba Bersih
Rasio marjin laba bersih merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan
dengan penjualan. Rasio pada tahun 2008 bernilai minus karena perusahaan mengalami
kerugian pada tahun tersebut yang disebabkan selisih kurs mata uang asing. Pada tahun
2009 rasio meningkat secara signifikan menjadi 11.41 % yang menunjukkan bahwa
setiap Rp 1,- penjualan menghasilkan Rp0.11,- sebagai laba bersih. Hal ini dipengaruhi
oleh peningkatan laba bersih cukup tinggi yang disebabkan apresiasi nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS dan penurunan harga bahan baku pada tahun tersebut. Pada tahun
112
2010 perusahaan mengalami penurunan rasio ini menjadi 8.43%. Penurunan ini karena
berkurangnya laba bersih perusahaan yang disebabkan oleh meningkatnya beban lain –
lain perusahaan termasuk selisih kurs mata uang asing.
Tabel IV.16 Rasio Marjin Laba Bersih Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
8.43% 11.41% -7.85% 3.84% 9.37% 0.07% 8.77% 10.34% 0.22%
Seperti perusahaan Gajah Tunggal, rasio marjin laba bersih pada perusahaan
Goodyear Indonesia meningkat cukup drastis pada tahun 2009. Dan kembali merosot
pada tahun 2010. Rasio marjin laba bersih PT Goodyear Indonesia tahun 2008, 2009 dan
2010 ialah 0.07%, 9.37% dan 3.84%. Sedangkan untuk perusahaan Multistrada arah
sarana Tbk mengalami peningkatan secara signifikan dan turun pada tahun 2010. Rasio
marjin laba bersih pada PT Multistrada arah sarana ialah 0.22%, 10.34% dan 8.77%.
Dari hasil rasio marjin laba bersih diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio marjin
laba bersih dan kinerja perusahaan PT Multistrada Arah Sarana Tbk lebih baik
dibandingkan dengan PT Gajah Tunggal Tbk dan PT Goodyear Indonesia.
• Marjin Laba Operasi
Rasio marjin operasi merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi
usaha termasuk memasukkan beban usaha dengan membandingkan antara laba usaha
dibandingkan dengan penjualan bersih perusahaan. Besarnya rasio marjin operasi
perusahaan pada tahun 2008 sampai dengan 2010 ialah 7.30 %, 14.43% dan 13.07%.
Walaupun beban usaha meningkat pada tahun 2009, peningkatan rasio marjin laba
113
operasi pada tahun 2009 dipengaruhi karena peningkatan pada laba usaha perusahaan
yang diiringi peningkatan laba kotor perusahaan disebabkan karena berkurangnya harga
bahan baku dalam kegiatan produksi pada tahun ini. Hal ini menunjukkan perusahaan
masih dapat mengontrol pertambahan beban usaha pada penjualan tahun 2009. Namun
pada tahun 2010 rasio marjin laba operasi mengalami penurunan kembali karena
peningkatan penjualan perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan pada
laba usaha perusahaan pada tahun tersebut.
Tabel IV.17 Rasio Marjin Laba Operasi Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
13.07% 14.43% 7.30 % 5.02 % 9.91 % 3.49 % 12.80% 13.65 % 13.23 %
Pada Perusahaan PT Goodyear Indonesia Tbk sebagai perusahaan pembanding,
Perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan penurunan pada tahun 2010.
Besarnya rasio pada tahun 2008 – 2010 ialah 3.49%, 9.91 % dan 5.02%. Sedangkan
untuk Perusahaan Multistrada Arah Sarana Tbk rasio perusahaan tergolong stabil pada
tahun 2008 dan 2009 dan mengalami penurunan pada tahun 2010. Dari rasio – rasio
yang terdapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa PT Gajah Tunggal Tbk memiliki
rasio marjin laba operasi lebih baik dibandingkan kedua perusahaan pembanding
tersebut.
• Rasio Pengembalian atas Aktiva
Rasio ini memberikan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan
pengembalian kepada kedua penanam modal yaitu pemegang saham dan kreditor.
114
Seperti rasio Marjin laba bersih, Perusahaan Gajah Tunggal Tbk mengalami peningkatan
dengan signifikan pada tahun 2009. Yaitu dari -7.17% menjadi 10.20% karena
peningkatan laba bersih yang disebabkan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap Dollar
AS. Namun pada tahun 2010 perusahaan Gajah Tunggal Tbk mengalami penurunan
kembali rasio pengembalian atas asset menjadi 8.01 %. Hal ini terjadi karena ada sedikit
penurunan laba bersih karena meningkatnya beban lain – lain sedangkan total asset
perusahaan meningkat 16% pada tahun tersebut.
Tabel IV.18 Rasio ROA Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
8.01% 10.20% -7.17% 5.81% 10.74% 0.08% 5.80% 6.89% 0.13%
Jika dibandingkan dengan perusahaan Goodyear Indonesia Tbk, Perusahaan
mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan penurunan kembali pada tahun 2010.
Rasio pengembalin terhadap asset perusahaan Goodyear Indonesia pada tahun 2008,
2009 dan 2010 ialah 0.08%,10.74% dan 5.81%. Pada perusahaan Multistrada Arah
Sarana Tbk Perusahaan mengalami kenaikan rasio pada tahun 2009 dan menurun pada
tahun 2010. Yaitu 0.13%, 6.89% dan 5.80%. Dari rasio yang tertera diatas dapat dilihat
bahwa Rasio pengembalian atas total aktiva PT Gajah Tunggal Tbk lebih baik
dibandingkan dengan PT Goodyear Indonesia Tbk dan PT Multistrada Arah Sarana Tbk.
Hal ini menunjukkan bahwa PT Gajah Tunggal Tbk dapat mengelola asset perusahaan
lebih efisien dibandingkan dengan kedua perusahaan tersebut.
• Rasio Pengembalian atas Ekuitas
115
Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri, menilai tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan oleh pemilik modal sendiri .Semakin
tinggi rasio ini semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian
sebaliknya.
Seperti Rasio pengembalian atas asset, PT Gajah Tunggal Tbk mempunyai rasio
yang buruk di tahun 2008. Namun di tahun 2009 rasio tersebut meningkat secara
signifikan yaitu dari -37.88% menjadi 33.90%. Ini menunjukkan posisi modal dari
perusahaan semakin menguat. Seperti rasio profitabilitas lainnya, hal ini disebabkan
karena laba perusahaan Gajah Tunggal Tbk yang meningkat drastis dibandingkan
peningkatan ekuitas pada tahun 2009. Meningkatnya rasio ini dapat berdampak positif
dengan munculnya calon – calon investor yang ingin berinvestasi di perusahaan ini.
Tabel IV.19 Rasio ROE Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
23.55% 33.90% -37.8% 16.04% 29.15% 0.27% 10.81% 11.98% 0.23%
PT Goodyear Indonesia Tbk sebagai perusahaan pembanding mengalami
peningkatan pada tahun 2009 dari 0.27% menjadi 29.15% dan penurunan rasio pada
tahun 2010 dari 29.15% menjadi 16.04%. Sedangkan untuk perusahaan PT Multistrada
Arah Sarana Tbk mengalami peningkatan rasio pada tahun 2009 dan penurunan pada
tahun 2010. Yaitu 0.23%, 11.98% dan 10.81%. Namun angka rasio yang didapat dari PT
Gajah Tunggal Tbk tetap lebih besar dari PT Multistrada Arah Sarana Tbk dan PT
Goodyear Indonesia Tbk. Yang berarti bahwa rasio PT Gajah Tunggal Tbk lebih baik
116
dibandingkan dengan dua perusahaan pembandingnya dan menguntungkan perusahaan
karena akan semakin banyak investor untuk menjalankan kegiatan investasinya pada
perusahaan Gajah Tunggal Tbk.
IV.2.2.5 Analisis Leverage
Tabel IV.20 Perhitungan Rasio Leverage
Keterangan 2010 2009 2008
Price Earning Ratio 2,300 = 9.66 X 425 = 1.63 X 200 = -1.12 X 238 260 -179
Dividend Payout Ratio 15 = 6.30 % 0 = 0 % 4.97 = - 2.78% 238 260 -179
Price to Book Value Ratio 2,300 = 2.27 X
425 = 0.55 X 200 = 0.42 X 1,012 767 473
• Harga saham per lembar
Penulis mendapatkan harga perlembar saham perusahaan Gajah Tunggal Tbk
pada tahun 2008 – 2010 melalui http:/www.finance.yahoo.com. Harga saham perlembar
perusahaan pada tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah Rp 200, Rp 425, Rp 2300
• Pendapatan dan Dividen Per Lembar Saham
Sebelum menganilisis rasio leverage Perusahaan, Peneliti menentukan
Pendapatan dan Dividen per lembar saham untuk mempermudah peneliti dalam
melakukan perhitungan rasio leverage.
Pada pendapatan per lembar saham Perusahaan dapat dilihat pada laporan
keuangan melalui laporan laba rugi Perusahaan. Pendapatan per lembar saham
menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham. Pendapatan per
117
lembar Perusahaan pada tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah -179, 260, 238. Peningkatan
pada tahun 2009 menunjukkan bahwa keuntungan yang diterima oleh pemegang saham
semakin besar karena adanya peningkatan laba pada perusahaan. Begitu pula penurunan
pendapatan per lembar saham pada tahun 2010 yang disebabkan karena penurunan laba
bersih pada tahun 2010.
Begitu pula dengan dividen per lembar saham dimana para pemegang saham dan
investor memperhatikan nilai dividen per lembar saham yang dibagikan kepada oleh
Perusahaan kepada pemegang sahamnya. Nilai ini didapat dari dividen yang dibayarkan
kepada pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar.
Besarnya dividen per lembar saham yang dibagikan kepada perusahaan pada tahun
2008, 2009 dan 2010 ialah 4.97 , 0, dan 15. Pada tahun 2009 perusahaan tidak
membagikan dividen karena Perusahaan mengalami kerugian pada tahun 2008 untuk
menyisihkan jumlah tertentu setelah disetujui oleh para pemegang sahamnya pada Rapat
Umum Pemegang Saham dari laba bersihnya sebagai cadangan. Pada tahun 2010
perusahaan sudah mulai membagikan kembali dividen kepada pemegang sahamnya
karena kondisi keuangan yang mulai membaik.
• Price Earning Ratio
Berdasarkan perhitungan nilai price earning ratio pada PT Gajah Tunggal Tbk
rasio mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu dari -1.12 kali menjadi 1.63 kali.
Hal ini terjadi karena ada peningkatan harga saham pada tahun ini dari 200 menjadi 425
. Pada tahun 2010 Perusahaan kembali mengalami peningkatan pada tahun karena ada
peningkatan harga saham kembali dan juga karena berkurangnya saldo laba bersih pada
118
tahun berjalan yang diikuti oleh berkurangnya earning per share. Dengan
meningkatnya Price Earning Ratio menunjukkan perusahaan mempunyai prospek yang
baik dan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi dengan melihat harga pasar saham
relative terhadap pendapatannya ( earning ).
Tabel IV.21 Rasio PER Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
9.66 X 1.63 X -1.12 X 7.68 X 3.05 X 252 X 11.46 X 7. 17 X 280 X
Jika dibandingkan dengan rasio pembandingnya, PT Goodyear Indonesia masih
memiliki rasio lebih rendah jika dibandingkan dengan Perusahaan Gajah Tunggal Tbk
pada tahun 2010. Namun PT Multistrada Arah Sarana Tbk memiliki rasio tertinggi jika
dibandingkan dengan kedua perusahaan pada tahun 2010. Hal ini menunjukka bahwa PT
Multistrada Arah Sarana Tbk mempunyai prospek terbaik pada perusahaan mengenai
harga saham terhadap pendapatan ( earning ) nya.
• Dividend Payout Ratio
Berdasarkan perhitungan nilai dividend payout ratio pada PT Gajah Tunggal Tbk
mengalami nilai yang minus pada tahun 2008 dikarenakan perusahaan mencatat rugi
bersih sebesar Rp 625 miyar karena krisis ekonomi global yang berdampak juga pada
Perusahaan. Hal ini juga menyebabkan dividen tidak dibagikan pada tahun 2009 untuk
menyisihkan jumlah tertentu setelah disetujui oleh para pemegang sahamnya pada Rapat
Umum Pemegang Saham dari laba bersihnya sebagai cadangan.. Pada tahun 2010
perusahaan sudah memulai pembagian dividen dengan peningkatan yang cukup tinggi
119
yang terjadi karena penurunan pada laba bersih yang diiringi dengan berkurangnya
earning per share.
Tabel IV.22 Rasio DPR Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
6.30% 0% -2.78% 13.31% 2.03% 444% 3.47% 0% 200%
Jika dibandingkan dengan perusahaan pembandingnya PT Goodyear Indonesia
mempunyai rasio yang lebih besar pada tahun 2010 yaitu 13.31 %. Sedangkan pada PT
Multistrada Arah Sarana Tbk mempunyai rasio yang lebih rendah dari kedua perusahaan
tersebut pada tahun 2010. Jika dilihat dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
rasio yang didapatkan Perusahaan Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2010 sudah baik jika
dibandingkan dengan perusahaan pembandingnya. Namun PT Multistrada Arah Sarana
Tbk mempunyai rasio yang lebih rendah yang artinya mempunyai tingkat pertumbuhan
yang lebih tinggi dari PT Gajah Tunggal Tbk.
• Price to Book Value Ratio
Pada price to book value ratio Perusahaan mengalami peningkatan pada setiap
tahunnya. Besarnya rasio pda tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah 0.42 kali, 0.55 kali dan
2.27 kali. Peningkatan pada rasio ini disebabkan karena harga per lembar saham yang
meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan harga bukunya. Peningkatan
ini merupakan hal yang baik karena menunjukkan kepada investor bahwa perusahaan
cukup potensial.
120
Tabel IV.23 Rasio PBV Perusahaan Pembanding
PT GT Radial Tbk PT Goodyear Indonesia
Tbk PT Multistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
2.27 X 0.55 X 0.42 X 1.23 X 0.89 X 0.69 X 1.24 X 0.86 X 0. 67 X
Pada PT Goodyear Indonesia sebagai perusahaan pembanding mengalami
peingkatan rasio pada setiap tahunnya. Besarnya rasio pada tahun 2008, 2009 dan 2010
ialah 0.69, 0.89 dan 1.23 kali. Begitu pula dengan PT Multistrada Arah Sarana Tbk yang
mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Besarnya rasio pada tahun 2008, 2009
dan 2010 pada PT Multistrada Arah Sarana Tbk ialah 0.67, 0.86 dan 1.24 kali. Dari rasio
– rasio yang ada pada tabel diatas dapat dilihat perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk
mempunyai rasio price to book value terbaik dibandingkan dengan kedua perusahaan
pembandingnya. Hal ini dapat dilihat dengan besarnya rasio yang dimiliki oleh PT
Gajah Tunggal Tbk.
IV.3 Analisis Prospektif Laporan Keuangan
Analisis prospektif merupakan suatu penilaian bisnis dengan menggunakan
laporan keuangan yang dilakukan untuk dapat meramalkan kondisi keuangan
perusahaan dimasa mendatang. Pada penelitian ini penulis menganalisis analisis
proyektif hanya sampai dengan lima tahun ke depan yaitu dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015. Analisis prospektif dilakukan pada laporan neraca dan laporan laba
rugi. Karena keterbatasan yang dihadapi oleh penulis, analisis ini dilakukan dengan
melihat faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan akun – akun
dan tren rata – rata pertumbuhan atau penurunan akun – akun yang ada di laporan
121
keuangan dimana rata – rata pertumbuhan atau persentase tersebut digunakan penulis
untuk melihat atau meramalkan besarnya nominal suatu akun dari pertumbuhan rata –
rata akun tersebut. Analisis proyektif perusahaan ini dapat dilihat pada halaman
lampiran yang ada di halaman L 10.
Pada analisis proyektif laporan laba rugi, dapat dilihat pada akun penjualan yang
memiliki rata – rata pertumbuhan sebesar 14.47% yang didapat dari pertumbuhan
penjualan tiga tahun terakhir. Dapat diprediksikan bahwa penjualan pada PT Gajah
Tunggal Tbk akan terus meningkat setiap tahunnya sampai tahun 2015. Hal ini
dipengaruhi oleh meningkatnya industry di bidang otomotif yang mempengaruhi
banyaknya permintaan pada produksi ban di Indonesia. Pada data Gaikindo ( Gabungan
Industri Kendaraan Bermotor Indonesia ) didapatkan penurunan penjualan pada tahun
2009 sebesar 30 %, Namun meningkat kembali pada tahun 2010 sebesar 46.1 %.
Gaikoindo juga memprediksikan pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor akan terus
meningkat pada tahun kedepanya. Pada tahun 2015 diprediksikan bahwa penjualan pada
PT Gajah Tunggal Tbk dapat mencapai angka 19,367,196. Peningkatan penjualan ini
juga diiringi dengan peningkatan pada beban pokok penjualan dan beban usaha. Hal ini
dipengaruhi oleh meningkatnya penjualan dan beban pokok penjualan diprediksi akan
meningkat setiap tahunnya karena harga karet alam yang terus melonjak. Namun
peningkatan ini diimbangi dengan peningkatan penjualan yang sedikit lebih besar
sehingga dapat diprediksikan laba kotor Perusahaan juga akan terus meningkat di tiap
tahunnya. Pada beban usaha diperkirakan akan terjadi peningkatan pada setiap tahunnya
terutama pada bidang penjualan karena naiknya harga bahan baku akan mengakibatkan
permintaan menurun sehingga diperlukan biaya program insentif untuk penjualan.
122
Untuk Laba bersih perusahaan , diprediksi dapat mengalami penaikan laba secara
berkala dan juga mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan beban lain – lain
perusahaan dipengaruhi kekuatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS pada selisih
kurs mata uang asing. Sehingga Perusahaan dapat mengalami profit karena hal ini
bahkan kerugian yang sangat besar. Pada lima tahun mendatang dapat diprediksikan,
dengan kondisi nilai tukar rupiah seperti dua tahun terakhir, peningkatan beban lain –
lain terburuk mencapai 60 % dari rata – rata tahun sebelumnya, sehingga dapat dilihat
Perusahaan diprediksi akan mengalami peningkatan keuntungan sampai tahun 2013
yaitu sebesar 1,250,093 dan penurunan keuntungan pada tahun 2014 dan tahun 2015
menjadi 962,439.
Pada asset lancar diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata 11.47 %
dari rata – rata pertumbuhan tahun – tahun sebelumnya. Komponen aktiva lancar pada
Perusahaan berupa kas dan setara kas yang akan diperkirakan meningkat 6% sampai
dengan lima tahun kedepan setelah kas dan setara kas Perusahaan mengalami
peningkatan signifikan pada tahun 2009 setelah menyelesaikan penawaran penukaran
obligasi yang beredar, Piutang yang diprediksi juga mengalami peningkatan sampai lima
tahun terakhir yang dipengaruhi meningkatnya penjualan pada Perusahaan pada lima
tahun ke depan, dan persediaan yang diprediksi akan meningkat sebesar 12.47 % pada
lima tahun ke depan yang diiringi peningkatan harga bahan baku untuk produksi.
Pada aktiva tidak lancar, akan diperkirakan meningkat seperti tahun - tahun
sebelumnya karena peningkatan pada aktiva tetap seiring dengan program ekspansi
pada Perusahaan yang terus berjalan.
123
Pada kewajiban, diperkirakan akan mengalami peningkatan lima tahun kedepan
baik kewajiban lancar maupun kewajiban tidak lancar. Pada kewajiban lancar , hutang
diperkirakan akan tetap meningkat disebabkan peningkatan penjualan bersamaan dengan
harga bahan baku produksi. Sedangkan untuk kewajiban jangka panjang diperkirakan
akan mengalami peningkatan dengan peningkatan hutang obligasi yang disebabkan nilai
kurs mata uang asing ( Dollar AS ) yang dapat meningkat.
Dari proyeksi neraca pada asset dan kewajiban dapat dihasilkan modal
Perusahaan dari pengurangan asset dan kewajiban. Pada perhitungan proyeksi tersebut
didapatkan modal perusahaan pada tahun 2015 ialah 5,684,430. Proyeksi total kewajiban
Perusahaan pada tahun 2015 ialah 9,394,254. Hal ini menunjukkan struktur permodalan
perusahaan pada tahun 2015 masih kurang baik. Dapat diliat pada rasio hutang terhadap
ekuitas (net debt to equity ratio ) ialah 1.60. Namun hasil rasio ini masih lebih baik jika
dibandingkan dengan besarnya rasio pada tahun 2010 yaitu 1.94.
IV.4 Analisis Kebangkrutan Perusahaan
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan suatu
perusahaan. Pada analisis kebangkrutan ini, penulis menggunakan analisis diskriminan
dari Altman untuk mengetahui tingkat kebangkrutan pada PT Gajah Tunggal Tbk
dengan menggunakan persamaan :
Z = 1,2 (X1) + 1,4 (X2) + 3,3 (X3) + 0,6 (X4) + 1,0 (X5)
Dimana :
• X1 = Working Capital / Total Asset
124
• X2 = Retained Earnings/ Total Asset
• X3 = Earnings Before Interest and Taxes / Total Asset
• X4 = Market Value of Equity / Total Liabilities
• X5 = Sales/ Total Asset
Penilaian atau pengungkapan dari perhitungan analisis kebangkrutan dengan
menggunakan metode Altman ialah sebagai berikut :
a. Z < 1,81 = Kemungkinan untuk perusahaan besar bangkrut
b. 1,81 < Z <2,99 = Kemungkinan untuk perusahaan meragukan (dapat
bangkrut atau tidak), diperlukan investigasi untuk memecahkan masalah ini
c. Z>2,99 = Kemungkinan untuk perusahaan besar bangkrut kecil.
Rincian perhitungan analisis kebangkrutan perusahaan PT Gajah Tunggal
dengan menggunakan metode Altman didapat sebagai berikut :
Tahun 2008 :
x1 ( 3,057,108 - 2,170,859) = 0.10 8,713,559 x2 ( 12,033 ) = 0.00138 8,713,559 x3 -311,205 = - 0.035715 8,713,559 x4 1,637,392 = 0.2318 7.064,134 x5 7,963,473 = 0.914 8,713,559
125
Penghitungan : 1.2 ( 0.1017 ) + 1.4 (0.0014) + 3,3 ( -0.0357) + 0,6 ( 0.2318 ) + 1 (
0.9139 )
Hasil = 1.059
Tahun 2009 :
x1 ( 3,375,286 – 1,817,666 ) = 0.18 8,877,146 x2 ( 30,000 + 887,363 ) = 0.103 8,877,146 x3 1,693,893 = 0.1908 8,877,146 x4 1,753,297 = 0.2825 6,206,486 x5 7,936,432 = 0.89403 8,877,146
Penghitungan : 1.2 ( 0.18 ) + 1.4 (0.103) + 3,3 ( 0.1908) + 0,6 ( 0.2825 ) + 1 ( 0.89403 )
Hasil : 2.048
Tahun 2010 :
x1 ( 4,489,184 – 2,549,406 ) = 0.19 10,371,567 x2 1,695,715 = 0.1634 10,371,567 x3 1,486,992 = 0.143372 10,371,567
126
x4 1,830,882 = 0.2675 6,844,970 x5 9,853,904 = 0.950088 10,371,567
Penghitungan : 1.2 ( 0.19 ) + 1.4 (0.1634) + 3,3 ( 0.143372) + 0,6 ( 0.2675 ) + 1 (
0.950088 )
Hasil : 2.037
Pada tahun 2008, PT Gajah Tunggal Tbk mendapatkan hasil skor Altman sebesar
1.08. Hasil ini menggambarkan bahwa Perusahaan pada tahun 2008 memiliki potensi
untuk mengalami masalah kebangkrutan pada Perusahaan Gajah Tunggal Tbk. Namun
hasil analisis Z score mengalami peningkatan sedikit demi sedikit pada tahun 2009 dan
2010. Pada tahun 2009, nilai Z score perusahaan meningkat diangka 2.048 Peningkatan
nilai ini diikuti dengan meningkatnya kinerja perusahaan yang semakin membaik.
Seperti pada peningkatan aktiva lancar ( kas dan setara kas), penurunan hutang lancar (
hutang usaha ), dan peningkatan laba yang sangat drastis. Pada tahun 2009 level
kebangkrutan perusahaan berada pada gray area yaitu posisi perusahan berada pada
potensi dapat mengalami masalah kebangkrutan namun juga dapat terlepas dari masalah
kebangkrutan. Diperlukan antisipasi oleh pihak manajemen perusahaan agar perusahaan
dapat keluar dari masalah kebangkrutan. Pada tahun 2010, nilai Z score perusahaan
mengalami penurunan sedikit menjadi 2.037. Pada tahun 2010 ini level kebangkrutan
perusahaan tetap berada pada gray area .Penurunan hasil Z skor yang dialami
perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2010 disebabkan karena adanya
127
peningkatan pada kewajiban lancar yaitu pada hutang usaha seiring dengan peningkatan
harga bahan baku yang juga meningkat sehingga meningkatkan jumlah total kewajiban
pada tahun tersebut. Analisis kebangkrutan pada Perusahaan merupakan analisis yang
diperhatikan oleh investor dan kreditor untuk bahan pertimbangan mereka dalam
kegiatan investasinya sehingga hasil ini mempengaruhi keinginan mereka untuk
melanjutkan kegiatan mereka atau tidak.
Tabel IV.24 Skor Altman Perusahaan Pembanding
PT Gajah Tunggal Tbk PT Goodyear Indonesia PTMultistrada Arah Sarana
Tbk 2010 2009 2008 2010 2009 2008 2010 2009 2008
2.04 2.05 1.05 2.17 2.05 1.69 1.52 1.79 1.31
Dari analisis kebangkrutan perusahaan yang tertera di Tabel IV.24 , PT Gajah
Tunggal Tbk mendapatkan skor yang lebih rendah jika dibandingkan dengan PT
Goodyear Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2008, 2009 dan 2010. Skor yang
didapatkan PT Gajah Tunggal Tbk masih lebih rendah jika dibandingkan dengan PT
Goodyear Indonesia Tbk yang mendapatkan skor lebih tinggi pada tahun 2010 . Namun
PT Gajah Tunggal Tbk masih memiliki skor lebih baik jika dibandingkan dengan PT
Multistrada Arah Sarana Tbk dimana skor yang didapatkan oleh PT Gajah Tunggal Tbk
masih lebih tinggi dan lebih baik dari tahun 2008 sampai 2010. Skor ini dapat dilihat
pada tabel IV.24 diatas. Dari analisis kebangkrutan Perusahaan pembanding dapat
dilihat bahwa perusahaan yang memiliki skor Altman lebih baik ialah Perusahaan PT
Goodyear Indonesia yang memiliki skor Altman tertinggi dan mengalami pertumbuhan
skor disetiap tahunnya, diikuti Perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk dan PT Multistrada
Arah Sarana Tbk.
128
Penulis juga memberikan analisis kebangkrutan pada Perusahaan Gajah Tunggal
Tbk untuk lima tahun ke depan yang berasal dari analisis prospektif yang sudah
dilakukan sebelumnya. Hasil dari analisis kebangkrutan pada PT Gajah Tunggal Tbk
dan Perusahaan pesaing untuk lima tahun ke depan ialah sebagai berikut.
Tabel IV.25 Analisis kebangkrutan lima tahun ke depan
PT Gajah Tunggal Tbk 2011 2012 2013 2014 2015
2.01 2.09 2.16 2.20 2.20
PT Goodyear Indonesia Tbk
2011 2012 2013 2014 2015
2.36 2.56 2.79 3.02 3.28
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2011 2012 2013 2014 2015
1.55 1.58 1.62 1.66 1.72
Pada analisis kebangkrutan Perusahaan Gajah Tunggal Tbk dapat diprediksikan
akan mengalami peningkatan skor setiap tahunnya yang dipengaruhi oleh prediksi
peningkatan pada penjualan, ekuitas dan laba pada Perusahaan. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel IV.25 diatas. Namun terlihat dari skor yang didapatkan pada Perusahaan
Gajah Tunggal Tbk masih berada dalam gray area yang menunukkan bahwa
Perusahaan berpotensi dalam mengalami masalah kebangkrutan atau Perusahaan dapat
terlepas dari masalah kebangkrutan. Pada PT Goodyear Indonesia Tbk juga
diprediksikan akan memiliki skor yang lebih baik dari tahun ke tahun. Bahkan untuk PT
Goodyear Indonesia dapat dilihat pada tahun 2014 dan 2015 skor menempuh angka 3
yang menunjukkan bahwa potensi Perusahaan untuk mengalami kebangkrutan sangat
129
kecil atau sukar untuk terjadi. Sedangkan untuk Perusahaan Multistrada Arah Sarana
Tbk juga diprediksikan mengalami peningkatan pada skor ini, namun peningkatan
tersebut tidak sampai menempuh skor 1.8. Yang menunjukkan bahwa kemungkinan
Perusahaan PT Multistrada Arah Sarana Tbk untuk mengalami kebangkrutan masih
cukup tinggi dan harus diberikan investigasi tim manajemen lebih lanjut. Dari tabel
diatas dapat pula memberikan gambaran bahwa diantara tiga perusahaan ini yang
mempunyai ancaman paling besar untuk masalah kebangkrutan ialah PT Multistrada
Arah Sarana Tbk. Sedangkan untuk Perusahaan yang memiliki skor paling baik
diprediksikan akan tetap pada Perusahaan Goodyear Indonesia dan diikuti oleh
Perusahaan Gajah Tunggal Tbk.