43
66 BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan secara wajar keadaan atau posisi keuangan dari hasil usaha dan kinerja perusahaan. Dalam penyajian informasi keuangan memerlukan proses penetapan dan penandingan (matching) secara periodik antara pendapatan dan beban sehingga dapat menentukan besarnya laba (rugi) komersial. Laporan laba (rugi) komersial merupakan salah satu tolak ukur dalam menilai kinerja suatu perusahaan. Perusahaan yang kondisi keuangannya baik terlihat dari pendapatan usaha lebih besar dari beban usaha yang disebut dengan keuntungan (laba), sebaliknya jika pendapatan usaha lebih kecil dari beban usaha maka kondisi keuangan perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan laba rugi secara komersial merupakan dasar dalam menghitung jumlah pajak terutang setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal. Laporan laba rugi setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal akan menghasilkan laba rugi usaha yang berbeda, karena laba rugi fiskal mengacu kepada undang - undang perpajakan dimana terdapat perbedaan pengakuan antara pendapatan dan beban. Laporan keuangan PT. Asuransi Bintang Tbk terdiri dari neraca dan laba rugi yang telah dikonsolidasi yang dilaporkan setiap akhir tahun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Berikut adalah perhitungan laba rugi yang dimiliki oleh Asuransi Bintang untuk tahun 2008, 2009, dan 2010.

BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

  • Upload
    ledieu

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

66

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial

Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan

Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

secara wajar keadaan atau posisi keuangan dari hasil usaha dan kinerja perusahaan.

Dalam penyajian informasi keuangan memerlukan proses penetapan dan penandingan

(matching) secara periodik antara pendapatan dan beban sehingga dapat menentukan

besarnya laba (rugi) komersial.

Laporan laba (rugi) komersial merupakan salah satu tolak ukur dalam menilai

kinerja suatu perusahaan. Perusahaan yang kondisi keuangannya baik terlihat dari

pendapatan usaha lebih besar dari beban usaha yang disebut dengan keuntungan (laba),

sebaliknya jika pendapatan usaha lebih kecil dari beban usaha maka kondisi keuangan

perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan laba rugi secara

komersial merupakan dasar dalam menghitung jumlah pajak terutang setelah dilakukan

rekonsiliasi fiskal. Laporan laba rugi setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal akan

menghasilkan laba rugi usaha yang berbeda, karena laba rugi fiskal mengacu kepada

undang - undang perpajakan dimana terdapat perbedaan pengakuan antara pendapatan

dan beban.

Laporan keuangan PT. Asuransi Bintang Tbk terdiri dari neraca dan laba rugi

yang telah dikonsolidasi yang dilaporkan setiap akhir tahun sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum. Berikut adalah perhitungan laba rugi yang dimiliki oleh

Asuransi Bintang untuk tahun 2008, 2009, dan 2010.

Page 2: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

67

Berikut adalah rincian laporan laba rugi komersial PT. Asuransi Bintang Tbk

untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2008 :

Pendapatan Underwiting Rp 80.610.184.635

Beban Underwriting (49.277.393.124)

Laba Bruto Rp 31.332.791.511

Pendapatan Lain - Lain 36.502.235.290

Beban Usaha (52.516.560.896)

Laba Bersih Sebelum Pajak Rp 15.318.465.905

Berikut adalah rincian laba rugi komersial untuk periode yang berakhir tanggal

31 Desember 2009 :

Pendapatan Underwriting Rp 60.817.520.860

Beban Underwriting (39.761.980.336)

Laba Bruto Rp 21.055.540.524

Pendapatan Lain - Lain 26.820.191.356

Beban Usaha (50.441.143.873)

Rugi Bersih Sebelum Pajak Rp (2.565.411.993)

Page 3: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

68

Berikut adalah laporan laba rugi untuk periode yang berakhir tanggal 31

Desember 2010 dengan rincian sebagai berikut :

Pendapatan Underwriting Rp 73.200.777.732

Beban Underwriting (39.133.409.564)

Laba Bruto Rp 34.067.368.168

Pendapatan Lain - Lain 11.095.605.575

Beban Usaha (50.917.368.130)

Rugi Bersih Sebelum Pajak Rp (5.754.394.387)

Dari perhitungan laba rugi di atas, terdapat beberapa kemungkinan biaya maupun

penghasilan yang perlu dilakukan koreksi untuk menentukan penghasilan kena pajak dan

pajak terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan. Karena laba rugi secara komerisal

belum tentu sama dengan laba rugi secara fiskal

IV.2. Perhitungan Laba Rugi Secara Fiskal

Penyusunan laporan keuangan secara fiskal dilakukan dengan menganalisis

laporan keuangan komersial sesuai dengan ketentuan undang - undang perpajakan

khususnya Undang - Undang Pajak Penghasilan. Laporan keuangan komersial terutama

laba rugi perlu dilakukan analisis mendalam karena terdapat beberapa perbedaan, yang

disebabkan karena tidak semua pendapatan boleh dijadikan sebagai penghasilan dan

tidak semua biaya boleh dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto di dalam

laporan keuangan fiskal.

Page 4: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

69

Berdasarkan laporan keuangan komerisal PT. Asuransi Bintang pada tahun 2008

perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp15.318.465.905 maka dari keuntungan

tersebut dapat dihitung pajak terutang untuk tahun 2008. Tetapi pada tahun 2005, 2006,

dan 2007 memperoleh kerugian, oleh karena itu kerugian pada tahun sebelumnya baru

dapat dikompensasikan pada tahun 2008. Sesuai dengan Pasal 6 ayat (2) Undang-

Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 yaitu apabila penghasilan bruto setelah

pengurangan yang diperkenankan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) didapat

kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan neto

selama 5 (lima) tahun berturut-turut dimulai sejak tahun berikutnya setelah tahun

didapatkan kerugian tersebut. Sehingga atas kerugian yang diderita pada tahun 2005

Asuransi Bintang dapat melakukan kompensasi kerugian dengan laba fiskal yang

diperoleh selama 5 (lima) tahun berturut-turut. Namun jika kerugian tersebut telah lewat

dari 5 (lima) tahun, maka kerugian tersebut tidak dapat untuk dikompensasikan ke laba

bersih tahun berikutnya. Sedangkan untuk tahun pajak 2009 dan 2010 perusahaan

mengalami kerugian sebesar Rp2.565.411.993, dan Rp5.754.394.387, maka perusahaan

tidak dapat menghitung jumlah pajak terutang tahun yang bersangkutan atau NIHIL.

Berdasarkan rugi fiskal tahun 2009 dan 2010 Wajib Pajak dapat melakukan kompensasi

dengan laba bersih fiskal pada tahun berikutnya selama 5 (lima) tahun berturut-turut,

namun jika lewat dari 5 (lima) tahun maka kerugian tersebut tidak dapat untuk

dikompensasikan ke laba bersih fiskal tahun berikutnya.

Page 5: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

70

IV.3. Rekonsiliasi Fiskal

Dalam menyusun laporan keuangan fiskal diperlukan rekonsiliasi fiskal untuk

mengetahui dan menganalisis pendapatan serta biaya yang boleh diakui berdasarkan

Peraturan Undang - Undang Perpajakan. Rekonsiliasi fiskal dibuat untuk menyesuaikan

laporan keuangan komersial menjadi laporan keuangan fiskal untuk mempermudah

Wajib Pajak mengetahui penghasilan kena pajak yang menjadi dasar dalam menghitung

besarnya jumlah pajak terutang dalam satu tahun pajak.

Rekonsiliasi fiskal memiliki tujuan untuk menghilangkan perbedaan antara

laporan keuangan komersial yang berdasarkan pada Peraturan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) dengan peraturan undang - undang perpajakan. Pokok-pokok yang

dilakukan rekonsiliasi tidak terbatas pada penghasilan saja tetapi juga terhadap biaya

pada satu periode tertentu. Perbedaan dapat terjadi pada saat pengakuan biaya dan

penghasilan yang berbeda atau perbedaan dalam menggunakan metode, sehingga

menghasilkan biaya menurut fiskal lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan biaya

menurut metode akuntansi komerisal. Akibat perbedaan pengakuan dan perbedaan

metode menyebabkan jumlah angka yang bersifat temporer (beda waktu) dan bersifat

permanen (beda tetap). Perbedaan permanen terjadi karena dalam pajak menghitung

penghasilan dan biaya secara fiskal berbeda dengan menghitung penghasilan dan biaya

secara komersial yang disebabkan karena prinsip - prinsip yang dianut tanpa dilakukan

koreksi. Sedangkan perbedaan temporer adalah perbedaan yang bersifat sementara,

terjadi karena adanya ketidaksamaan dalam menggunakan metode pengakuan

penghasilan atau biaya secara fiskal dan komersial.

Oleh karena itu dalam rekonsiliasi fiskal harus dilakukan koreksi atau

penyesuaian baik koreksi fiskal yang bersifat positif maupun negatif. Koreksi fiskal

Page 6: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

71

positif terjadi apabila biaya yang diakui secara komersial lebih besar atau secara fiskal

tidak diakui sehingga menyebabkan jumlah pajak yang terutang akan bertambah karena

pengurangan biaya. Sebaliknya koreksi fiskal negatif terjadi apabila biaya yang diakui

secara komersial lebih kecil dari pada biaya secara fiskal, sehingga akan menyebabkan

jumlah pajak yang harus dibayar menjadi lebih kecil karena terjadi penambahan biaya.

IV.3.1. Koreksi Positif atas Biaya Karena Perbedaan Permanen (permanen

difference)

Perbedaan tetap atau permanen terjadi karena dalam pajak menghitung

penghasilan dan biaya fiskal berbeda dengan penghasilan dan biaya pada pembukuan

(standar akuntansi) yang disebabkan karena perbedaan dasar penyusunan laporan

keuangan. Berikut penulis akan menganalisa koreksi fiskal yang telah dilakukan oleh

PT. Asuransi Bintang Tbk untuk tahun pajak 2008, 2009, dan 2010 sebagai berikut :

1. Beban Pemasaran

Dalam beban pemasaran yang dikeluarkan oleh perusahaan terdapat biaya - biaya

yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pemasaran, seperti biaya

pemasaran souvenir, kontes keagenan, dan pendaftaran tender. Biaya souvenir

merupakan pemberian hadiah kepada customer jika customer tersebut ikut

bergabung dalam asuransi yang ditawarkan oleh perusahaan, sedangkan kontes

keagenan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pemilihan agen

terbaik, dan untuk biaya pendaftaran tender merupakan biaya lelang. Dari segi

akuntansi biaya tersebut merupakan salah satu pengeluaran yang dapat

dikategorikan sebagai biaya, namun berbeda dengan ketentuan perpajakan.

Berdasarkan Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan

Page 7: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

72

perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 biaya yang tidak

berhubungan langsung dengan kegiatan usaha dan tidak memenuhi kriteria 3M

(mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan) tidak dapat dijadikan

sebagai pengurang penghasilan bruto. Selain itu juga dalam Pasal 9 ayat (1)

huruf (e) menyatakan bahwa penggantian atau imbalan sehubungan dengan

pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali

penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau

imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang

berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor KEP–213/PJ./2001 tidak boleh dikurangkan dari

penghasilan bruto. Berikut adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

berupa beban pemasaran souvenir, beban kontes keagenan, dan beban

pendaftaran tender untuk tahun 2008 – 2010 :

Tahun 2008 : - beban pemasaran souvenir Rp5.714.375

- beban kontes keagenan Rp2.953.246

Total Rp8.667.621

Tahun 2009: - beban pemasaran souvenir Rp 8.644.424

- beban kontes keagenan Rp29.741.195

- beban pendaftaran tender Rp 1.314.900

Total Rp39.700.519

Page 8: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

73

Tahun 2010 : - beban pemasaran souvenir Rp9.176.004

- beban kontes keagenan Rp6.881.864

- beban pendaftaran tender Rp5.266.500

Total Rp21.324.368

Tetapi perusahaan masih melakukan kesalahan dalam koreksi fiskal yaitu hanya

mengoreksi biaya pendaftaran tender saja. Oleh karena itu koreksi fiskal yang

dilakukan oleh perusahaan harus dilakukan pembetulan sesuai dengan peraturan

perpajakan yang berlaku.

2. Biaya entertainment

PT. Asuransi Bintang Tbk. mengelompokan biaya entertainment menjadi 3

bagian yaitu biaya sponsor olahraga, fasilitas dan hadiah, serta representasi.

Dalam laporan keuangan komersial biaya entertainment dapat dijadikan sebagai

pengurang penghasilan bruto atau biaya yang diperkenankan untuk dibebankan

(deductible expense). Tetapi dalam laporan keuangan fiskal biaya entertainment

merupakan grey area yang artinya biaya tersebut dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto apabila sesuai dengan peraturan perpajakan yang terdapat

dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-27/PJ.22/1986 yang

ditegaskan lagi dalam Surat Dirjen Pajak Nomor S-334/PJ.312/2003 yaitu :

a. Biaya ”entertainment” representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan bruto sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang - Undang Pajak

Penghasilan 1984;

b. Wajib Pajak harus dapat membuktikan, bahwa biaya-biaya tersebut telah

benar-benar dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungannya dengan

Page 9: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

74

kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan perusahaan (materiil);

c. Dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh,

yang memuat:

nomor urut.

tanggal ”entertainment” dan jenis entertainment yang telah

diberikan.

nama tempat, alamat, jenis, dan jumlah (Rp) ”entertainment” dan

sejenisnya yang telah diberikan.

nama relasi, posisi, nama perusahaan, dan jenis usaha yang

diberikan ”entertainment” dan sejenisnya sesuai dengan nomor

urut tersebut diatas.

Namun Asuransi Bintang masih melakukan kesalahan yaitu :

1. Pada tahun 2008 kesalahan yang dilakukan oleh PT. Asuransi Bintang

Tbk adalah :

i. biaya sponsor olahraga sebesar Rp43.093.424 dikoreksi fiskal

sebesar Rp12.353.825 tetapi perusahaan melakukan kesalahan

yaitu tidak teliti dalam menulis nilai nominal yang seharusnya

dikoreksi. Biaya sponsor olahraga seharusnya dikoreksi sebesar

Rp14.238.825 sesuai dengan daftar nominatif yang dilampirkan

oleh Wajib Pajak dalam SPT.

ii. biaya berupa fasilitas dan hadiah yaitu sebesar Rp132.741.047

tetapi Wajib Pajak melakukan kesalahan dalam penulisan nilai

nominal. Jumlah biaya fasilitas dan hadiah yang seharusnya

Page 10: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

75

adalah Rp130.491.047 sesuai dengan nominal yang terdapat

dalam worksheet laporan laba/rugi. Untuk koreksi fiskal yang

dilakukan oleh perusahaan sudah benar sesuai dengan daftar

nominatif yang dibuat yaitu sebesar Rp53.174.338.

2. Pada tahun 2009 PT. Asuransi Bintang masih melakukan kesalahan yaitu:

i. Wajib Pajak melakukan kesalahan koreksi fiskal terhadap biaya

fasilitas dan hadiah yaitu tidak melakukan koreksi atas akun ini,

padahal tedapat rincian berupa daftar nominatif yang dilampirkan

dalam SPT Tahunan sebesar Rp5.985.000. Oleh karena itu Wajib

Pajak harus melakukan koreksi fiskal positif sebesar jumlah yang

terdapat dalam daftar nominatif.

ii. untuk biaya representasi sebesar Rp170.746.378 Wajib Pajak juga

masih melakukan kesalahan dalam melakukan koreksi fiskal

positif yaitu Wajib Pajak mengoreksi biaya representasi sebesar

Rp64.989.848 yang seharusnya Rp70.974.857 sesuai dengan

rincian yang terdapat dalam daftar nominatif yang dibuat oleh

Wajib Pajak yang dilampirkan daam SPT.

3. Untuk tahun 2010 kesalahan yang dilakukan yaitu Wajib Pajak salah

dalam melakukan koreksi fiskal terhadap biaya sponsor olahraga. Biaya

sponsor olahraga yang dikoreksi oleh Wajib Pajak sebesar Rp55.653.653

tetapi jumlah yang seharusnya dikoreksi fiskal positif adalah sebesar

Rp46.149.518 sesuai dengan dokumen pendukung yang dibuat oleh

perusahaan berupa daftar nominatif yang dilampirkan dalam SPT.

Page 11: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

76

2. Sumbangan

Sumbangan yang dikeluarkan oleh perusahaan berupa sumbangan pegawai,

sumbangan kegiatan sosial dan kegiatan sosial karyawan. Dengan rincian sebagai

berikut :

Tahun 2008 : - Kegiatan Sosial Karyawan Rp 76.027.591

- Sumbangan Pegawai Rp 3.968.800

- Sumbangan Kegiatan Sosial Rp 19.612.500

Rp 99.608.891

Tahun 2009 : - Kegiatan Sosial Karyawan Rp 412.767.558

- Sumbangan Pegawai Rp 230.890.029

- Sumbangan Kegiatan Sosial Rp 643.436.214

Rp1.287.093.801

Tahun 2010 : - Kegiatan Sosial Karyawan Rp 450.488.285

- Sumbangan Pegawai Rp 419.854.124

- Sumbangan Kegiatan Sosial Rp 374.885.082

Rp1.245.227.491

Dari segi akuntansi akun ini dapat dijadikan sebagai biaya atau biaya yang

diperkenankan untuk dibebankan. Tetapi menurut ketentuan perpajakan hal

tersebut berbeda, berdasarkan Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun

2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008

Pasal 9 ayat (1) huruf (g) yang menjelaskan bahwa sumbangan tidak dapat

Page 12: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

77

dijadikan biaya atau dikecualikan yang dijelaskan dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a

dan huruf b, kecuali sumbangan yang terdapat dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i

sampai dengan huruf m yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah No.93

Tahun 2010, serta zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau

sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di

Indonesia yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan

oleh pemerintah yang ketentuannya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Oleh karena itu dalam laporan keuangan fiskal seluruh jumlah sumbangan

tersebut harus dikoreksi positif dan Wajib Pajak sudah melakukan koreksi fiskal

dengan benar sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

3. Beban umum lainnya

Dalam beban umum lainnya terdapat biaya denda pajak, biaya ini merupakan

sanksi administrasi yang diperoleh perusahaan karena Wajib Pajak terlambat

melapor dan terlambat membayar SPT Tahunan. Berdasarkan Pasal 9 ayat (1)

huruf (k) Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan

perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 dengan jelas

menyatakan bahwa sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta

sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan perundang - undangan di

bidang perpajakan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

Untuk tahun pajak 2008 perusahaan memperoleh denda sebesar Rp518.700,

tahun pajak 2009 perusahaan tidak mendapatkan denda pajak karena Wajib Pajak

tidak telat dalam menyampaikan kewajibannya, sedangkan untuk tahun pajak

2010 perusahaan memperoleh denda sebesar Rp14.334.580. Oleh karena itu

biaya tersebut harus dilakukan koreksi fiskal positif, dan perusahaan telah

Page 13: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

78

melakukan koreksi fiskal dengan benar sesuai dengan peraturan perpajakan yang

berlaku sehingga tidak perlu dilakukan pembetulan.

4. Beban Pegawai

Beban pegawai perusahaan terdiri dari :

a. Biaya Gaji Pegawai;

b. Biaya Tunjangan Pajak Penghasilan (PPh 21);

c. Biaya Tunjangan Uang Makan;

d. Biaya Tunjangan Transportasi Karyawan;

e. Biaya Tunjangan Kesehatan;

f. Bonus & THR;

g. Biaya Pakaian Pegawai;

h. Biaya Honorarium;

i. JAMSOSTEK;

j. Biaya Iuran Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).

Biaya pakaian pegawai yang terdapat dalam beban pegawai menurut akuntansi

dapat dijadikan sebagai biaya namun menurut ketentuan perpajakan berbeda.

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-213/PJ/2001

Pasal 3 menyatakan bahwa biaya seragam pegawai yang dapat diakui secara

fiskal adalah pakaian yang diwajibkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi atau Pemerintah daerah setempat dalam rangka pelaksanaan

pekerjaan, keamanan dan keselamatan kerja, atau yang berkenaan dengan situasi

lingkungan kerja. Berikut adalah rincian biaya pakaian pegawai yang

dikeluarkan oleh perusahaan :

Page 14: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

79

Tahun 2008 sebesar Rp9.112.500.

Tahun 2009 sebesar Rp9.449.300.

Tahun 2010 sebesar Rp26.864.100.

Oleh karena itu Wajib Pajak harus melakukan koreksi fiskal positif secara

keseluruhan dari biaya tersebut sesuai dengan peraturan perpajakan yang

berlaku.

5. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Mobil

Biaya reparasi dan pemeliharaan mobil yang terdapat dalam akun beban

administrasi merupakan biaya pemeliharaan mobil dewan direksi. Dari segi

akuntansi biaya tersebut dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto

namun berbeda dengan ketentuan perpajakan, sesuai dengan Keputusan Direktur

Jenderal Pajak Nomor KEP–220/PJ./2002 Pasal 3 ayat (1) atas biaya perolehan

atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau yang sejenis yang

dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan

atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari

jumlah biaya perolehan. Besarnya biaya reparasi dan pemeliharaan mobil yang

dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto yaitu sebesar :

Tahun 2008 : Rp130.431.481 x 50% = Rp65.215.741

Tahun 2009 : Rp165.662.773 x 50% = Rp82.831.387

Tahun 2010 : Rp155.738.168 x 50% = Rp77.869.084

Tetapi PT. Asuransi Bintang tidak melakukan koreksi atas biaya tersebut, maka

harus dilakukan pembetulan atau koreksi sesuai dengan peraturan perpajakan

yang berlaku.

Page 15: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

80

6. Rugi Anak Perusahaan

Rugi dari anak perusahaan apabila dilihat dari ketentuan perpajakan tidak

seharusnya diperhitungkan kedalam laporan laba rugi fiskal PT. Asuransi

Bintang Tbk. Karena keuntungan maupun kerugian yang diperoleh dari anak

perusahaan tersebut akan dikenakan pajak secara terpisah, maka perlu dilakukan

koreksi positif atas akun ini di laporan keuangan induk perusahaan.

Untuk tahun pajak 2008 didapat kerugian anak perusahaan yaitu sebesar

Rp74.022.990 tahun 2009 yaitu Rp77.677.317 dan untuk tahun 2010 sebesar

Rp22.799.733. Atas akun tersebut Wajib Pajak telah melakukan koreksi fiskal

pada induk perusahaan dengan benar sesuai dengan ketentuan perpajakan yang

berlaku.

7. Kenaikan (penurunan) Investasi Saham

Kenaikan atau penurunan investasi saham tidak dapat dijadikan sebagai

pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang - Undang Pajak Penghasilan

No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36

Tahun 2008. Pada tahun 2008 kenaikan (penurunan) investasi saham yang

diperoleh perusahaan adalah sebesar Rp14.272.883.288 sedangkan untuk tahun

2009 dan 2010 perusahaan tidak mengeluarkan biaya tersebut. Oleh karena itu

atas biaya tersebut harus dikoreksi positif dalam rekonsiliasi fiskal dan PT.

Asuransi Bintang sudah benar dalam melakukan koreksi fiskal sehingga tidak

perlu dilakukan pembetulan.

Page 16: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

81

IV.3.2. Koreksi Negatif atas Pendapatan Karena Perbedaan Permanen (permanent

difference)

1. Penghasilan Bunga dan Jasa Giro

Berdasarkan aturan perpajakan khususnya Undang - Undang Pajak Penghasilan

No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36

Tahun 2008 Pasal 4 ayat (2) huruf (a) menerangkan bahwa penghasilan berupa

bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan

bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang

pribadi dikenakan pajak bersifat final, yang lebih jelas diatur dalam Peraturan

Pemerintah No.131 Tahun 2000 mengenai pemotongan pajak yang bersifat final

atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat

Bank Indonesia.

Penghasilan bunga yang diperoleh perusahaan terdiri dari bunga deposito dan

bunga obligasi. Pada tahun 2008 bunga deposito yang diperoleh perusahaan

sebesar Rp2.112.846.182 dan bunga obligasi sebesar Rp2.468.000.879 untuk

tahun 2009 bunga deposito yang diperoleh perusahaan sebesar Rp868.179.319

dan bunga obligasi sebesar Rp1.712.667.742 sedangkan untuk tahun 2010

penghasilan bunga deposito yang diperoleh perusahaan yaitu sebesar

Rp931.849.247 dan bunga obligasi yaitu sebesar Rp1.848.456.726. Selain

penghasilan bunga, perusahaan juga memperoleh penghasilan lainnya berupa

jasa giro dengan rincian :

Page 17: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

82

Tahun 2008 Rp812.837.039

Tahun 2009 Rp 35.601.582

Tahun 2010 Rp 39.726.347

Total Rp888.164.968

Oleh karena itu pendapatan yang diterima oleh Wajib Pajak berupa penghasilan

bunga dan jasa giro harus dilakukan koreksi fiskal negatif karena tidak dapat

dijadikan sebagai tambahan penghasilan dalam laporan keuangan fiskal sesuai

dengan peraturan perpajakan dan Wajib Pajak telah melakukan koreksi negatif

atas pendapatan tersebut dengan benar.

2. Sewa Ruangan Kantor

Penghasilan sewa yang diperoleh perusahaan yaitu dengan menyewakan ruangan

kantor. Penghasilan sewa yang diperoleh perusahaan untuk tahun 2008 yaitu

sebesar Rp975.990.285 dan pada tahun 2009 diperoleh penghasilan sewa sebesar

Rp232.485.000 sedangkan untuk tahun 2010 sebesar Rp23.368.374. Dari

penghasilan sewa tersebut tidak dapat dijadikan sebagai tambahan penghasilan

dalam laporan keuangan fiskal sebagaimana dijelaskan dalam Undang - Undang

Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang -

Undang No.36 Tahun 2008 dalam Pasal 4 ayat (2) huruf (d) menyatakan

penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,

usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan

dikenakan pajak bersifat final. Maka penghasilan sewa tersebut harus dikoreksi

fiskal sesuai dengan ketentuan perpajakan dan perusahaan sudah benar dalam

melakukan koreksi atas akun ini.

Page 18: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

83

3. Dividen Atas Reksadana

Berdasarkan peraturan perpajakan khususnya Undang - Undang Pajak

Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang -

Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (3) huruf (f) menjelaskan bahwa dividen

atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib

Pajak dalam negeri bukan merupakan objek pajak. Oleh karena itu penghasilan

yang diterima perusahaan berupa dividen dari hasil reksadana tidak dapat

dijadikan sebagai tambahan penghasilan, maka harus dikoreksi negatif atas

penghasilan tersebut, dan Wajib Pajak sudah melakukan koreksi dengan benar

sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berikut dividen atas reksadana yang

diperoleh perusahaan untuk tahun 2008 sampai dengan 2010.

Pada tahun 2008 perusahaan memperoleh dividen yaitu sebesar Rp164.868.400

untuk tahun 2009 dan tahun 2010 perusahaan tidak memperoleh dividen atas

reksadana.

4. Laba Penjualan Investasi Saham

PT. Asuransi Bintang Tbk. memperoleh laba dari penjualan investasi

saham/reksadana pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp14.091.004.044 tahun 2009

laba yang diterima perusahaan dari penjualan investasi saham adalah sebesar

Rp12.911.126.637 sedangkan pada tahun 2010 laba yang diperoleh perusahaan

dari penjualan investasi saham menurun yaitu sebesar Rp1.971.653.507.

Dalam laporan keuangan komersial laba atas penjualan dari investasi

saham/reksadana dapat dijadikan sebagai tambahan penghasilan. Namun

menurut ketentuan perpajakan tidak boleh dijadikan sebagai tambahan

penghasilan perusahaan dalam laporan keuangan fiskal. Berdasarkan Undang -

Page 19: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

84

Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu

Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (2) huruf (c) menjelaskan

bahwa penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif

yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham dikenakan pajak

bersifat final. Maka penghasilan yang diterima perusahaan dari penjualan

investasi saham harus dikoreksi seluruhnya dan perusahaan sudah melakukan

koreksi fiskal dengan benar sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

5. Laba atas penilaian harga saham

Berdasarkan Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan

perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (2)

huruf (c) menjelaskan bahwa penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas

lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi

penjualan saham dikenakan pajak bersifat final.

Pada tahun 2008 penghasilan atas penilaian harga saham yang diperoleh sebesar

Rp7.898.174.483 untuk tahun 2009 adalah sebesar Rp1.406.683.117 dan pada

tahun 2010 diperoleh penghasilan yaitu sebesar Rp463.266.149. Maka

penghasilan yang diterima perusahaan dari penjualan investasi saham tidak dapat

dijadikan sebagai tambahan penghasilan dalam laporan keuangan fiskal karena

dikenakan pajak final dan harus dikoreksi seluruhnya, dan Wajib Pajak sudah

melakukan koreksi fiskal dengan benar sesuai dengan peraturan perpajakan yang

berlaku.

Page 20: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

85

IV.3.3. Koreksi Positif - Negatif Atas Pendapatan Karena Perbedaan Temporer

(temporary difference)

Dalam penjualan aktiva tetap terdapat perbedaan waktu pencatatan antara

nilai buku aktiva secara komersial dengan nilai buku aktiva secara fiskal. Maka

atas laba penjualan aktiva ini harus dilakukan koreksi sesuai dengan perbedaan

nilai buku dari aktiva yang dijual tersebut. Pada tahun 2008 penjualan aktiva

tetap sebesar Rp51.793.901 dan dilakukan koreksi positif sebesar Rp96.306.557

untuk tahun 2009 sebesar Rp463.096.284 dilakukan koreksi negatif sebesar

Rp187.254.629 sedangkan untuk tahun 2010 penjualan aktiva tetap sebesar

Rp1.984.093.345 dan dilakukan koreksi positif sebesar Rp430.175.499. Koreksi

fiskal yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak sudah benar sehingga tidak perlu

dilakukan pembetulan.

IV.3.4. Koreksi Positif atas Biaya Karena Perbedaan Temporer (temporary

difference)

Perbedaan waktu merupakan perbedaan biaya tiap tahun atau tahun buku

karena perbedaan metode yang digunakan tetapi secara keseluruhan jumlah yang

dibebankan sebagai biaya adalah sama dengan syarat harus taat azas. Biaya yang

dikoreksi dalam laporan keuangan fiskal dalam kategori perbedaan waktu adalah

penyusutan aktiva tetap. Peraturan yang mengatur mengenai penyusutan terdapat

dalam Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan

perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008. Dalam Pasal 11

dan Pasal 11A menjelaskan secara rinci tentang perhitungan penyusutan, masa

manfaat, tarif penyusutan, kelompok- kelompok harta berwujud, dan metode

Page 21: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

86

penyusutan yang harus dilakukan secara taat azas (konsisten). Setelah dilakukan

analisis oleh penulis, ternyata perusahaan melakukan kesalahan dalam

menghitung penyusutan. Kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu :

a. Menggunakan masa manfaat yang berbeda dengan masa manfaat

yang ditentukan oleh Undang - Undang Pajak Penghasilan. Masa

manfaat yang digunakan oleh perusahaan adalah:

b. Metode yang digunakan untuk penyusutan berbeda (tidak taat azas)

yaitu dalam laporan keuangan komersial menggunakan metode Garis

Lurus (straight-line method) sedangkan dalam laporan keuangan

fiskal menggunakan metode Saldo Menurun (declining balance

method).

c. Dalam mengelompokkan harta berwujud perusahaan tidak

memperinci lebih detail tentang jenis - jenis harta yang

dikelompokkan, sehingga menyulitkan penulis dalam melakukan

analisa, apakah perusahaan sudah benar mengelompokkan harta

berwujud tersebut sesuai dengan kelompok penyusutannya.

Masa manfaat yang digunakan oleh perusahaan berbeda dengan peraturan

perpajakan, seperti kelompok harta berupa kendaraan bermotor dimana

perusahaan menggunakan masa manfaat 5 tahun sedangkan menurut UU PPh

Aktiva Tetap Masa Manfaat

Bangunan

Perabot dan peralatan kantor

Kendaraan bermotor

15 tahun

8 tahun

5 tahun

Page 22: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

87

Pasal 11 ayat (6) masa manfaat kendaraan bermotor (Kelompok 1) adalah 4

tahun. Menurut kebijakan akuntansi hal tersebut diperbolehkan karena biaya

yang disusutkan menjadi lebih kecil karena masa manfaat aktiva tetap tersebut

menjadi lebih panjang, namun berdasarkan UU PPh hal tersebut tidak

diperbolehkan karena tidak ada peraturan yang mengatur mengenai perpanjangan

masa manfaat. Oleh karena itu perhitungan penyusutan yang dilakukan oleh PT.

Asuransi Bintang harus dilakukan pembetulan (koreksi) karena jika tidak

dilakukan pembetulan maka Negara akan dirugikan dan perusahaan akan

dilakukan pemeriksaan ataupun dikenakan sanksi karena hal tersebut.

Sedangkan untuk metode penyusutan yang digunakan oleh perusahaan juga

berbeda, seperti yang sudah penulis jelaskan di atas bahwa perusahaan tidak taat

azas dalam menggunakan metode perhitungan penyusutan.

Maka dari itu penulis melakukan perhitungan ulang dengan melakukan teknik

sampling. Asumsi sampling :

Total penyusutan dikalikan 30% (tiga puluh persen) dengan perhitungan sebagai

berikut :

• Tahun 2008 :

a. Penyusutan kelompok harta berwujud :

= Rp2.396.189.609 x 30% = Rp718.856.883

b. Penyusutan kelompok harta tidak berwujud (Amortisasi)

= Rp295.215.155 x 30% = Rp88.564.547

• Tahun 2009

a. Penyusutan kelompok harta berwujud :

= Rp2.063.447.582 x 30% = Rp619.034.275

Page 23: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

88

b. Penyusutan kelompok harta tidak berwujud (Amortisasi)

= Rp1.074.268.504 x 30% = Rp322.280.551

• Tahun 2010

a. Penyusutan kelompok harta berwujud :

= Rp1.990.327.464 x 30% = Rp597.098.239

b. Penyusutan kelompok harta tidak berwujud (Amortisasi)

= Rp1.071.990.368 x 30% = Rp321.597.110

Dari perhitungan yang sudah penulis lakukan dengan menggunakan metode

sampling maka hasil penyusutan tersebut yang seharusnya dikoreksi dalam laporan laba

rugi fiskal.

Selain akun - akun yang penulis sebutkan diatas PT. Asuransi Bintang juga

memiliki akun - akun yang tidak perlu dilakukan koreksi fiskal pada laporan laba rugi

yaitu :

1. Pendapatan Underwriting

Pendapatan underwriting yang diperoleh PT. Asuransi Bintang merupakan premi

asuransi. Maka atas akun ini tidak perlu dilakukan koreksi fiskal karena dalam

Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan

terakhir yaitu Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) huruf n

mejelaskan bahwa premi asuransi merupakan Objek Pajak Penghasilan.

2. Pendapatan lain - lain

Pendapatan lain - lain yang diperoleh perusahaan berupa :

a. Dividen saham dalam negeri

b. Bunga pinjaman karyawan

Page 24: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

89

c. Keuntungan selisih kurs

d. Pendapatan ongkos polis

e. Rupa - rupa

Pendapatan tersebut merupakan objek pajak penghasilan maka dapat dijadikan

sebagai tambahan penghasilan sesuai dalam Pasal 4 ayat (1) Undang - Undang

Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang -

Undang No.36 Tahun 2008.

3. Beban Underwriting

Beban underwriting perusahaan terdiri dari klaim reasuransi dan cadangan klaim

dimana berdasarkan Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000

dengan perubahan terakhir Undang - Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1)

huruf (c) cadangan klaim untuk perusahaan asuransi dapat dijadikan biaya yang

diatur lebih lanjut berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

81/PMK.03/2009 Tentang Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan Yang

Boleh Dikurangkan Sebagai Biaya.

4. Biaya - biaya, yang terdiri dari :

a. Beban Pemasaran, yaitu :

• Biaya reklame dan advertising;

• Biaya pemasaran media elektronik;

• Biaya Cetakan polis.

b. Beban administrasi, yaitu :

• Biaya telepon;

• Biaya listrik;

Page 25: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

90

• Biaya administrasi;

• Biaya cetakan;

• Biaya materai;

• Biaya photocopy;

• Biaya pemeliharaan alat kantor;

• Biaya expedisi;

• Biaya perlengkapan kantor;

• Biaya alat tulis kantor;

• Biaya keperluan dapur;

• Biaya pajak;

• Biaya sewa gedung kantor;

• Biaya perangko;

• Biaya pemeliharaan gedung;

• Biaya komunikasi – internet;

• Biaya bahan bakar & oli;

• Biaya pembelian perabot kantor;

• Biaya parkir & tol;

• Biaya asuransi mesin kantor & gedung.

c. Beban lain-lain

• Bunga pinjaman

• Biaya bank

• kerugian selisih kurs

Page 26: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

91

Biaya - biaya diatas merupakan biaya yang secara langsung berkaitan dengan

kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

seperti yang dijelaskan dalam Pasal 6 Undang - Undang Pajak Penghasilan

No.17 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang - Undang No.36

Tahun 2008 bahwa biaya tersebut di atas dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto.

IV.4. Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Keuangan PT. Asuransi Bintang Tbk

Setelah melakukan analisis atas biaya - biaya dan penghasilan yang terdapat

dalam laporan laba rugi komersial PT. Asuransi Bintang maka dapat diketahui koreksi

fiskal atas laporan keuangan Asuransi Bintang sehingga dapat dihitung Penghasilan

Kena Pajak. Berikut adalah rekonsiliasi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan dan

analisis yang telah penulis lakukan atas perbedaan tetap dan temporer dalam rekonsiliasi

fiskal Wajib Pajak.

Page 27: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

92

TABEL IV.1 PT. ASURANSI BINTANG Tbk.

REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI FISKAL UNTUK SATU TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2008

(Dalam Rupiah)

URAIAN KOMERSIAL Koreksi

Fiskal Koreksi Fiskal

Wajib Pajak Temporer Permanen Penulis

Pendapatan Underwriting

80,610,184,635

80,610,184,635

80,610,184,635

Beban Underwriting

Klaim Reasuransi

35,182,894,124

35,182,894,124

35,182,894,124

Cadangan Klaim

14,094,499,000

14,094,499,000

14,094,499,000

Laba Bruto 31,332,791,

511

31,332,791,511

31,332,791,511

Pengurang Penghasilan Bruto

Beban Pemasaran 897,353,405

897,353,405 8,667,621

888,685,784

Representasi 124,442,100

5,648,452

118,793,648

118,793,648

Fasilitas dan Hadiah 130,491,047

53,174,338

77,316,709

77,316,709

Sponsor Olahraga 43,093,424

12,353,825

30,739,599 14,238,825

28,854,599

Total Beban Pemasaran

1,195,379,976

1,124,203,361

1,113,650,740

Beban Umum

Beban Pegawai

22,436,911,280

22,436,911,280 9,112,500

22,427,798,780

Beban Umum Lainnya

2,057,993,895

518,700

2,057,475,195

2,057,475,195

Kegiatan Sosial Karyawan

76,027,591

76,027,591

-

-

Sumbangan Pegawai 3,968,800

3,968,800

-

-

Sumbangan Kegiatan Sosial

19,612,500

19,612,500

-

-

Total Beban Umum

24,594,514,066

24,494,386,475

24,485,273,975

Beban Administrasi

Biaya Telepon 785,097,965

785,097,965

785,097,965

Biaya Listrik 802,396,844

802,396,844

802,396,844

Biaya Administrasi 742,656,931

742,656,931

742,656,931

Biaya Cetakan 64,954,425

64,954,425

64,954,425

Biaya Materai 4,146,205

4,146,205

4,146,205

Biaya Photocopy 134,363,984

134,363,984

134,363,984

Page 28: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

93

Biaya Pemeliharaan

alat Kantor 55,998,665

55,998,665

55,998,665

Biaya Reparasi dan

pemeliharaan mobil 130,431,481

130,431,481 65,215,741

65,215,741

Biaya Expedisi 158,824,326

158,824,326

158,824,326

Biaya Perlengkapan Kantor

520,528,610

520,528,610

520,528,610

Biaya Alat Tulis Kantor

211,155,347

211,155,347

211,155,347

Biaya Keperluan Dapur

67,785,215

67,785,215

67,785,215

Biaya Pajak 169,103,537

169,103,537

169,103,537

Biaya Sewa Gedung Kantor

1,061,596,549

1,061,596,549

1,061,596,549

Biaya Perangko 2,135,600

2,135,600

2,135,600

Biaya Pemeliharaan Gedung

kantor 498,539,186

498,539,186

498,539,186

Biaya Komunikasi - internet

274,043,917

274,043,917

274,043,917

Biaya Bahan Bakar & Oli

483,345,725

483,345,725

483,345,725

Biaya Pembelian 28,185,413

28,185,413

28,185,413

perabot kantor

Biaya Parkir & Tol 22,520,768

22,520,768

22,520,768

Biaya Asuransi Mesin Kantor

dan Gedung 45,041,537

45,041,537

Biaya Lain - lain 188,371,814

188,371,814

-

-

Total Beban Administrasi

6,451,224,045

6,262,852,231

6,152,594,953

Beban Penyusutan &Amortisasi

Penyusutan Aktiva Tetap

2,396,189,609

540,296,930

1,855,892,679

718,856,883

1,677,332,726

Amortisasi Perangkat Lunak

295,215,155

6,007,902

289,207,253

88,564,547

206,650,609

Total Beban Penyusutan

2,691,404,764

2,145,099,932

1,883,983,335

& Amortisasi Beban Lain - Lain

Bunga Pinjaman 35,544,593

35,544,593

35,544,593

Biaya Bank 190,000,373

190,000,373

190,000,373

Kerugian Selisih Kurs

2,764,589,124

2,764,589,124

2,764,589,124

Rugi Anak Perusahaan

74,022,990

74,022,990

-

-

Kenaikan (Penurunan)

Page 29: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

94

Investasi saham

14,272,883,288

14,272,883,288

-

-

Beban Rupa - rupa 246,997,677

246,997,677

-

-

Total Beban Lain - Lain

17,584,038,045

2,990,134,090

2,990,134,090

Pendapatan Lain - Lain

Jasa Giro 812,837,039 812,837,039

-

-

Sewa Ruangan Kantor

975,990,285

975,990,285

-

-

Bunga Deposito

2,112,846,1

82

2,112,846,182

-

Bunga Obligasi

2,468,000,8

79

2,468,000,879

-

-

Dividen Atas Reksadana

164,868,400

164,868,400

-

-

Dividen Saham dalam negeri

427,475,691

427,475,691

427,475,691

Laba (rugi) penjualan

Aktiva Tetap 51,793,901

96,306,557

(44,512,656)

(44,512,656)

Bunga Pinjaman Karyawan

2,380,512

2,380,512

2,380,512

Laba Bersih Penjualan

investasi Saham

14,091,004,044

14,091,004,044

-

-

Laba atas Penilaian

Harga Saham

7,898,174,483

7,898,174,483

-

-

Keuntungan Selisih Kurs

5,450,606,4

60

5,450,606,46

0

5,450,606,46

0

Pendapatn Ongkos Polis

1,026,442,5

20

1,026,442,52

0

1,026,442,52

0

Rupa - rupa

1,019,814,894

1,019,814,894

1,019,814,894

Total Pendapatan

36,502,235,290

7,882,207,421

7,882,207,421

Lain - Lain Laba (Rugi) Sebelum

Pajak

15,318,465,905

2,198,322,843

2,589,361,839

Page 30: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

95

TABEL IV.2 PT. ASURANSI BINTANG Tbk.

REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI FISKAL UNTUK SARU TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009

(Dalam Rupiah)

URAIAN KOMERSIAL Koreksi Fiskal Koreksi Fiskal

Wajib Pajak Temporer Permanen Penulis

Pendapatan Underwriting

60,817,520,860

60,817,520,860

60,817,520,860

Beban Underwriting

Klaim Reasuransi

25,755,614,096

25,755,614,096

25,755,614,096

Cadangan Klaim

14,006,366,240

14,006,366,240

14,006,366,240

Laba Bruto 21,055,540,5

24

21,055,540,524

21,055,540,524

Pengurang Penghasilan Bruto

Beban Pemasaran

1,095,235,758

1,314,900

1,093,920,858

39,700,519

1,055,535,239

Representasi 170,746,378

64,989,848

105,756,530

70,974,857

99,771,521

Fasilitas dan Hadiah 139,700,054

139,700,054

- 5,989,000

133,711,054

Sponsor Olahraga 44,965,332

31,513,460

13,451,872

13,451,872

Total Beban Pemasaran

1,450,647,522

1,213,129,260

1,302,469,686

Beban Umum

Beban Pegawai

27,734,130,134

27,734,130,134 9,449,300

27,724,680,834

Beban Umum Lainnya

2,599,807,603

2,599,807,603

2,599,807,603

Kegiatan Sosial Karyawan

412,767,558

412,767,558

-

-

Sumbangan Pegawai 230,890,029

230,890,029

-

-

Sumbangan Kegiatan Sosial

643,436,214

643,436,214

-

-

Total Beban Umum

31,621,031,538

30,333,937,737

30,324,488,437

Beban Administrasi

Biaya Telepon

1,123,552,937

1,123,552,937

1,123,552,937

Biaya Listrik 919,770,494

919,770,494

919,770,494

Biaya Administrasi 735,693,011

735,693,011

735,693,011

Biaya Cetakan 94,859,030

94,859,030

94,859,030

Biaya Materai 24,801,294

24,801,294

24,801,294

Page 31: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

96

Biaya Photocopy 168,447,317

168,447,317

168,447,317

Biaya Pemeliharaan

alat Kantor 64,993,094

64,993,094

64,993,094

Biaya Reparasi dan pemeliharaan mobil

165,662,773

165,662,773

82,831,387

82,831,387

Biaya Expedisi 135,808,352

135,808,352

135,808,352

Biaya Perlengkapan Kantor

365,050,136

365,050,136

365,050,136

Biaya Alat Tulis Kantor

196,745,144

196,745,144

196,745,144

Biaya Keperluan Dapur

77,654,065

77,654,065

77,654,065

Biaya Pajak 263,651,023

263,651,023

263,651,023

Biaya Sewa Gedung Kantor

1,149,150,109

1,149,150,109

1,149,150,109

Biaya Perangko 3,761,000

3,761,000

3,761,000

Biaya Pemeliharaan Gedung

kantor 587,693,305

587,693,305

587,693,305

Biaya Komunikasi - internet

222,143,782

222,143,782

222,143,782

Biaya Bahan Bakar & Oli

436,365,513

436,365,513

436,365,513

Biaya Pembelian 36,212,568

36,212,568

36,212,568

perabot kantor

Biaya Parkir & Tol 114,465,052

114,465,052

114,465,052

Biaya Asuransi Mesin Kantor

dan Gedung 253,892,375

253,892,375

253,892,375

Biaya Lain - lain 209,284,216

209,284,216

-

-

Total Beban Administrasi

7,349,656,590

7,140,372,374

7,057,540,987

Beban Penyusutan &Administrasi

Penyusutan Aktiva Tetap

2,063,447,582

339,678,274

1,723,769,308

619,034,275

1,444,413,307

Amortisasi Perangkat Lunak

1,074,268,504

3,193,063

1,071,075,441

322,280,551

751,987,953

Total Beban Penyusutan

3,137,716,086

2,794,844,749

2,196,401,260

& Amortisasi Beban Lain - Lain

Bunga Pinjaman 39,612,406

39,612,406

39,612,406

Biaya Bank 205,313,267

205,313,267

205,313,267

Kerugian Selisih Kurs

5,926,177,327

5,926,177,327

5,926,177,327

Rugi Anak Perusahaan

77,677,317

77,677,317

-

-

Page 32: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

97

Kenaikan (Penurunan)

Investasi saham -

-

-

Beban Rupa - rupa 633,311,820

633,311,820

-

-

Total Beban Lain - Lain

6,882,092,137

6,171,103,000

6,171,103,000

Pendapatan Lain - Lain

Jasa Giro 35,601,582 35,601,582

-

-

Sewa Ruangan Kantor

232,485,000

232,485,000

-

-

Bunga Deposito

868,179,319 868,179,319

-

-

Bunga Obligasi

1,712,667,74

2

1,712,667,742

-

-

Dividen Saham Dalam Negeri

375,065,084

375,065,084

375,065,084

Dividen Atas Reksadana

-

-

-

Laba (rugi) Penjualan

Aktiva tetap

463,096,284 (187,254,629)

650,350,913

650,350,913

Bunga Pinjaman Karyawan

2,329,720

2,329,720

2,329,720

Laba Bersih Penjualan

Investasi Saham

12,911,126,637

12,911,126,637

-

-

Laba atas Penilaian

Harga Saham

1,406,683,117

1,406,683,117

-

-

Keuntungan Selisih kurs

5,392,095,15

1

5,392,095,15

1

5,392,095,15

1

Pendapatan Ongkos Polis

1,011,960,24

1

1,011,960,24

1

1,011,960,24

1

Rupa - Rupa

2,408,901,479

2,408,901,47

9

2,408,901,47

9 Total Pendapatan

Lain - Lain

26,820,191,356

9,840,702,588

9,840,702,588

Laba (Rugi)

Sebelum Pajak

(2,565,411,993)

(16,757,144,008)

(16,155,760,259)

Page 33: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

98

TABEL IV.3 PT. ASURANSI BINTANG Tbk.

REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI FISKAL UNTUK SARU TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010

(Dalam Rupiah)

URAIAN KOMERSIAL Koreksi

Fiskal Koreksi Fiskal

Wajib Pajak Temporer Permanen Penulis

Pendapatan Underwriting

73,200,777,732

73,200,777,732

73,200,777,732

Beban Underwriting

Klaim Reasuransi

26,482,960,522

26,482,960,522

26,482,960,522

Cadangan Klaim

12,650,449,042

12,650,449,042

12,650,449,042

Laba Bruto 34,067,368,

168

34,067,368,168

34,067,368,168

Pengurang Penghasilan Bruto

Beban Pemasaran

2,518,539,555

5,266,500

2,513,273,055

21,324,368

2,497,215,187

Representasi 300,785,752

137,758,689

163,027,063

163,027,063

Fasilitas dan Hadiah 187,584,996

129,382,136

58,202,860

58,202,860

Sponsor Olahraga 59,313,073

55,653,653

3,659,420

46,149,518

13,163,555

Total Beban Pemasaran

3,066,223,376

2,738,162,398

2,731,608,665

Beban Umum

Beban Pegawai

27,882,682,514

27,882,682,514

26,864,100

27,855,818,414

Beban Umum Lainnya

4,640,569,508

14,334,580

4,626,234,928

4,626,234,928

Kegiatan Sosial Karyawan

450,488,285

450,488,285

-

-

Sumbangan Pegawai 419,854,124

419,854,124

-

-

Sumbangan Kegiatan Sosial

374,885,082

374,885,082

-

-

Total Beban Umum

33,768,479,513

32,508,917,442

32,482,053,342

Beban Administrasi

Biaya Telepon

2,233,118,561

2,233,118,561

2,233,118,561

Biaya Listrik 977,039,884

977,039,884

977,039,884

Page 34: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

99

Biaya Administrasi 739,091,049

739,091,049

739,091,049

Biaya Cetakan 169,414,586

169,414,586

169,414,586

Biaya Materai 10,694,806

10,694,806

10,694,806

Biaya Photocopy 120,127,774

120,127,774

120,127,774

Biaya Pemeliharaan

alat Kantor 651,062,007

651,062,007

651,062,007

Biaya Reparasi dan pemeliharaan mobil

155,738,168

155,738,168

77,869,084

77,869,084

Biaya Expedisi 168,488,413

168,488,413

168,488,413

Biaya Perlengkapan Kantor

101,447,134

101,447,134

101,447,134

Biaya Alat Tulis Kantor

318,964,927

318,964,927

318,964,927

Biaya Keperluan Dapur

79,494,160

79,494,160

79,494,160

Biaya Pajak 226,518,565

226,518,565

226,518,565

Biaya Sewa Gedung Kantor

1,294,327,834

1,294,327,834

1,294,327,834

Biaya Perangko 4,621,082

4,621,082

4,621,082

Biaya Pemeliharaan Gedung

kantor 416,712,866

416,712,866

416,712,866

Biaya Komunikasi - internet

253,639,835

253,639,835

253,639,835

Biaya Bahan Bakar & Oli

401,745,086

401,745,086

401,745,086

Biaya Pembelian 32,451,200

32,451,200

32,451,200

perabot kantor

Biaya Parkir & Tol 118,599,200

118,599,200

118,599,200

Biaya Asuransi Mesin Kantor

dan Gedung 50,950,235

50,950,235

50,950,235

Biaya Lain - lain 188,769,607

188,769,607

-

-

Total Beban Administrasi

8,713,016,980

8,524,247,373

8,446,378,289

Beban Penyusutan & Administrasi

Penyusutan Aktiva Tetap

1,990,327,464

242,126,727

1,748,200,737

597,098,239

1,393,229,225

Amortisasi Perangkat Lunak

1,071,990,368

3,909,921

1,068,080,447

321,597,110

750,393,258

Total Beban Penyusutan

3,062,317,832

2,816,281,184

2,143,622,482

& Amortisasi Beban Lain - Lain

Bunga Pinjaman 7,203,407

7,203,407

7,203,407

Page 35: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

100

Biaya Bank 230,971,554

230,971,554

230,971,554

Kerugian Selisih Kurs

1,784,739,456

1,784,739,456

1,784,739,456

Rugi Anak Perusahaan

22,799,733

22,799,733

-

-

Kenaikan (Penurunan)

Investasi saham -

-

-

Beban rupa - rupa 261,616,279

261,616,279

-

-

Total Beban Lain - Lain

2,307,330,429

2,022,914,417

2,022,914,417

Pendapatan Lain - Lain

Jasa Giro 39,726,347

39,726,347

-

-

Sewa Ruangan Kantor

23,368,374

23,368,374

-

-

Bunga Deposito 931,849,247

931,849,247

-

-

Bunga Obligasi

1,848,456,726

1,848,456,726

-

-

Dividen Saham dalam negeri

136,617,794

136,617,794

136,617,794

Dividen Atas Reksadana

-

-

-

Laba (rugi) penjualan

Aktiva Tetap

1,984,093,345 430175499

1,553,917,846

1,553,917,846

Bunga Pinjaman Karyawan

-

-

-

Laba Bersih Penjualan

Investasi Saham 1,971,653,507

1,971,653,507

-

-

Laba atas Penilaian

Harga Saham 463,266,149

463,266,149

-

-

Keuntungan Selisih kurs

2,031,456,135

2,031,456,135

2,031,456,135

Pendapatan Ongkos Polis

1,022,616,297

1,022,616,297

1,022,616,297

Rupa - Rupa 642,501,654

642,501,654

642,501,654

Total Pendapatan

Lain - Lain

11,095,605,575

5,387,109,726

5,387,109,726

Laba (Rugi)

Sebelum Pajak

(5,754,394,387)

(9,156,044,920)

(8,372,099,302)

Page 36: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

101

IV.5. Perhitungan Penghasilan Pajak Terutang

Setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal terhadap laporan keuangan khususnya

laporan laba rugi PT. Asuransi Bintang Tbk diperoleh laba (rugi) bersih sebelum pajak

menurut perhitungan perusahaan dengan rincian sebagai berikut :

Tahun pajak 2008 memperoleh laba bersih sebesar Rp2.198.322.843

Tahun pajak 2009 memperoleh rugi bersih sebesar (Rp16.757.144.008)

Tahun pajak 2010 memperoleh rugi bersih sebesar (Rp9.156.044.920)

Atas laba bersih yang diperoleh perusahaan pada tahun pajak 2008 dapat dihitung

jumlah Pajak Penghasilan Terutang dengan menggunakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf

(b) sesuai dengan Undang - Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 yaitu :

10% x Rp50.000.000 = Rp 5.000.000

15% x Rp50.000.000 = Rp 7.500.000

30% x Rp2.098.322.843 = Rp629.496.853

Pajak Penghasilan Terutang Rp641.996.853

Laba bersih sebelum pajak tahun 2008 Rp2.198.322.843

Pajak Penghasilan Terutang Rp 641.996.853

Laba bersih setelah Pajak tahun 2008 Rp1.556.325.990

Page 37: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

102

Setelah dilakukan anlisis dan koreksi fiskal oleh penulis maka jumlah laba yang

diperoleh perusahaan menjadi lebih besar sedangkan rugi yang diderita perusahaan

menjadi lebih kecil, dengan rincian sebagai berikut :

Tahun pajak 2008 memperoleh laba bersih sebesar Rp2.589.361.839

Tahun pajak 2009 memperoleh rugi bersih sebesar (Rp16.155.760.259)

Tahun pajak 2010 memperoleh rugi bersih sebesar (Rp8.372.099.302)

Berikut adalah perhitungan Pajak Penghasilan Terutang tahun 2008 menurut penulis

dengan menggunakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf (b) Undang – Undang Pajak

Penghasilan No.17 Tahun 2000 dengan perhitungan sebagai berikut :

10% x Rp50.000.000 = Rp 5.000.000

15% x Rp50.000.000 = Rp 7.500.000

30% x Rp2.489.361.839 = Rp746.808.552

Pajak Penghasilan Terutang Rp759.308.552

Laba bersih sebelum pajak tahun 2008 Rp2.598.361.839

Pajak Penghasilan Terutang Rp 759.308.552

Laba bersih setelah Pajak tahun 2008 Rp1.839.053.287

Jumlah Pajak Penghasilan Terutang PT. Asuransi Bintang untuk tahun pajak

2008 menurut perhitungan Wajib Pajak sendiri adalah sebesar Rp649.496.853 namun

Wajib Pajak memiliki kompensasi kerugian pada tahun - tahun sebelumnya maka

Page 38: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

103

menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan berkurang atau mungkin

tidak terutang pajak. Kompensasi kerugian yang dimiliki perusahaan yaitu :

a. Tahun Pajak 2005 Wajib Pajak memiliki sisa kompensasi kerugian yaitu sebesar

Rp2.573.392.564

b. Tahun Pajak 2006 Wajib Pajak memiliki kompensasi kerugian sebesar

Rp5.846.885.677

c. Tahun Pajak 2007 Wajib Pajak memiliki kompensasi kerugian yaitu sebesar

Rp28.230.835.064

Sisa kompensasi kerugian tahun pajak 2005 baru dapat dikompensasikan pada

tahun pajak 2008, namun kompensasi pajak tahun 2008 belum dapat menutupi seluruh

sisa kompensasi kerugian tahun 2005. Perhitungan kompensasi kerugian sebagai berikut:

Laba Sebelum Pajak Rp2.198.322.843

Pajak Terutang Rp 641.996.853 -

Laba Bersih Setelah Pajak Rp1.556.325.990

Kompensasi Kerugian Tahun 2005 (Rp2.573.392.564)

Sisa Kompensasi Kerugian Tahun 2005 (Rp1.017.066.574)

Maka sisa kompensasi tahun pajak 2005 dapat dikompensasikan lagi pada tahun pajak

berikutnya selama 5 (lima) tahun berturut-turut, namun jika kerugian tersbut telah lewat

dari 5 (lima) tahun maka kerugian tersebut tidak dapat dikompensasikan ke laba bersih

tahun berikutnya. Untuk tahun pajak 2009 dan 2010 Wajib Pajak menderita kerugian,

maka Wajib Pajak tidak terutang pajak atau NIHIL sehingga tidak ada kewajiban pajak

yang harus dilunasi.

Page 39: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

104

IV.6. Penyampaian dan Pembetulan SPT Tahunan PT. Asuransi Bintang

Dalam Undang – Undang KUP No.28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (11) yang

dimaksud dengan Surat Pemberitahuan atau SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak

digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak

dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang - undangan perpajakan.

Setiap Wajib Pajak diwajibkan untuk mengisi Surat Pemberitahuan dengan

benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,

angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke

kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau

tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. SPT Tahunan yang telah diisi

secara benar, lengkap, jelas dan ditandatangani harus disampaikan selambat - lambatnya

4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak atau pada tanggal 30 April sesuai dengan

Undang – Undang KUP No.28 Tahun 2007 Pasal 3 ayat (3).

Setelah dilakukan penelitian oleh penulis, ternyata PT. Asuransi Bintang Tbk

tidak dapat menyampaikan SPT Tahunan tepat pada waktunya yang telah ditentukan

yaitu empat bulan setelah berakhirnya Tahun Pajak (30 April) dikarenakan masalah –

masalah teknik yang terjadi dalam penyusunan laporan keuangan. Oleh Karena itu

sesuai dengan UU KUP Pasal 3 ayat (4) PT. Asuransi Bintang dapat mengajukan

perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan agar tidak dikenakan sanksi administrasi atau denda pajak. Perpanjangan

penyampaian SPT Tahunan dapat dilakukan paling lama 2 (dua) bulan dengan cara

menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur

Page 40: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

105

Jenderal Pajak yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 181/PMK.03/2007 dengan dilampiri:

a. penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak yang batas

waktu penyampaiannya diperpanjang;

b. laporan keuangan sementara; dan

c. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang

terutang.

Selain keterlambatan dalam menyampaikan SPT Tahunan penulis juga menemukan

perbedaan dalam perhitungan laba rugi sebelum pajak antara perhitungan perusahaan

dengan perhitungan penulis. Berikut adalah perhitungan laba rugi menurut PT. Asuransi

Bintang dengan perhitungan penulis :

Hal tersebut akan berakibat SPT Tahunan yang telah dilaporkan salah dan harus

dilakukan pembetulan sesuai dengan UU KUP No.28 Tahun 2007 Pasal 8 ayat (2)

bahwa Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan

yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu

2 (dua) tahun sebelum daluarsa penetapan. Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri

SPT Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar maka akan

dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak

Tahun Pajak

Laba (Rugi) Perhitungan Wajib Pajak

Laba (Rugi) Perhitungan Penulis

2008 Rp 2,198,322,843 Rp 2,589,361,839

2009 Rp (16,757,144,008) Rp (16,155,760,259)

2010 Rp (9,156,044,920) Rp (8,372,099,302)

Page 41: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

106

yang kurang dibayar. Untuk tahun pajak 2008 besarnya Pajak Terutang antara

perhitungan penulis dengan Wajib Pajak yaitu :

Tahun Pajak

Pajak Terutang Perhitungan WP

Pajak Terutang Perhitungan Penulis

Kurang Bayar

Sanksi (bunga) 2%

2008 Rp641,996,853 Rp759,308,552 Rp117,311,699 Rp23,462,340

Dari perhitungan dan penjelasan penulis diatas didapat hasil jika Wajib Pajak tidak

melakukan pembetulan SPT maka akan dikenakan bunga sebesar Rp1.955.195 untuk

satu bulan. Oleh karena itu sebaiknya Wajib Pajak membetulkan SPT Tahunan Pajak

Penghasilan Badan agar menghindari sanksi administrasi berupa bunga.

IV.7. Pajak Tangguhan

Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak Pajak Penghasilan di masa

yang akan datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan

akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di

masa datang (tax loss carry forward) yang perlu disajikan dalam laporan keuangan

dalam suatu periode tertentu.

Untuk mengetahui besarnya aktiva pajak tangguhan maka harus dilakukan

analisis terhadap perbedaan temporer (temporary difference) yang disebabkan antara

laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Perbedaan temporer tersebut

adalah biaya penyusutan, dimana terdapat perbedaan dalam mengukur masa manfaat

menurut komersial dengan fiskal sesuai dengan Undang - Undang Pajak Penghasilan.

Pengakuan asset pajak tangguhan terhadap perbedaan waktu antara laporan keuangan

Page 42: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

107

komersial dengan laporan keuangan fiskal yang dikenakan pajak dikalikan dengan tarif

pajak yang berlaku. Jumlah aktiva pajak tangguhan yang yang akan dilaporkan pada

akhir tahun 2008, 2009, dan 2010 dengan perhitungan sebagai berikut :

Tahun 2008

Beban Penyusutan Rp 807.421.429

Tarif Pajak 30% (x)

Aktiva Pajak Tangguhan Rp 242.226.429

Ayat jurnal untuk mencatat aktiva pajak tangguhan tersebut yaitu :

Dr. Aset Pajak Tangguhan Rp242.226.429

Cr. Pendapatan Pajak Tangguhan Rp242.226.429

Tahun 2009

Beban Penyusutan Rp 941.314.826

Tarif Pajak 28% (x)

Aktiva Pajak Tangguhan Rp 263.568.151

Ayat jurnal untuk mencatat aktiva pajak tangguhan tersebut yaitu :

Dr. Aset Pajak Tangguhan Rp263.568.151

Cr. Pendapatan Pajak Tangguhan Rp263.568.151

Page 43: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2011-2-00062-AK bab 4.pdf · perusahaan tersebut buruk karena mengalami kerugian (rugi). Laporan

108

Tahun 2010

Beban Penyusutan Rp 918.695.350

Tarif Pajak 25% (x)

Aktiva Pajak Tangguhan Rp 229.673.837

Ayat jurnal untuk mencatat aktiva pajak tangguhan tersebut yaitu :

Dr. Aset Pajak Tangguhan Rp229.673.837

Cr. Pendapatan Pajak Tangguhan Rp229.673.837