21
BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS Untuk menguji ketepatan program FPP dalam melakukan proses perhitungan, maka perlu dilakukan suatu pengujian. Pengujian ini adalah dengan membandingkan hasil dari perhitungan contoh soal secara manual dengan hasil perhitungan program FPP. 4.1 CONTOH SOAL METODE ANALISA KOMPONEN Akan direncanakan tebal perkerasan jalan baru dengan ketentuan: Peranan Jalan : Jalan Arteri Tipe Jalan : 2 lajur 2 arah (2/2 UD) Usia Rencana : 10 tahun Pertumbuhan Lalu-lintas : 6 % Rencana Jenis Perkerasan : Perkerasan Lentur (Flexible) Kelandaian rata-rata : 12 % Jenis Lapis Perkerasan : LASTON dengan tingkat kerataan >1000mm/km Curah Hujan : 750 mm/thn Lapisan Permukaan Laston dengan harga a 1 = 0.35 Lapisan Pondasi Atas Batu Pecah Kelas B dengan harga CBR 80 % dan a 2 = 0.13 Lapisan Pondasi Bawah Sirtu Kelas B dengan harga CBR 50 % dan a 3 = 0.12 Lapisan Tanah Dasar dengan harga CBR 3.05 % Data-data kendaraan dan jumlah kendaraan pada awal umur rencana: 46

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS - digilib.its.ac.id · STUDI KASUS . BAB 4 STUDI KASUS . Untuk menguji ketepatan program FPP dalam melakukan proses perhitungan, maka perlu dilakukan

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IV

STUDI KASUS

BAB 4 STUDI KASUS

Untuk menguji ketepatan program FPP dalam melakukan proses

perhitungan, maka perlu dilakukan suatu pengujian. Pengujian ini adalah dengan

membandingkan hasil dari perhitungan contoh soal secara manual dengan hasil

perhitungan program FPP.

4.1 CONTOH SOAL METODE ANALISA KOMPONEN

Akan direncanakan tebal perkerasan jalan baru dengan ketentuan:

Peranan Jalan : Jalan Arteri

Tipe Jalan : 2 lajur 2 arah (2/2 UD)

Usia Rencana : 10 tahun

Pertumbuhan Lalu-lintas : 6 %

Rencana Jenis Perkerasan : Perkerasan Lentur (Flexible)

Kelandaian rata-rata : 12 %

Jenis Lapis Perkerasan : LASTON dengan tingkat kerataan >1000mm/km

Curah Hujan : 750 mm/thn

Lapisan Permukaan Laston dengan harga a1 = 0.35

Lapisan Pondasi Atas Batu Pecah Kelas B dengan harga CBR 80 % dan a2 =

0.13

Lapisan Pondasi Bawah Sirtu Kelas B dengan harga CBR 50 % dan a3 = 0.12

Lapisan Tanah Dasar dengan harga CBR 3.05 %

Data-data kendaraan dan jumlah kendaraan pada awal umur rencana:

46

47

No Jenis Kendaraan Volume Berat (ton)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Mobil Penumpang

Bus

Truk 10 ton

Truk 20 ton

Truk 3 sumbu

Truk Gandeng

5000

2000

700

200

10

5

2

9

10

20

25

31.4

4.1.1 PERHITUNGAN MANUAL

1) Lalu-Lintas Rencana

a) Angka ekivalen (E) masing-masing kendaraan:

- Mobil penumpang (sumbu depan 50 %; sumbu belakang 50 %)

E = E sb.tunggal + E sb.tunggal

= 44

16.8

25.0

16.8

25.0

xx

= 0.0002 + 0.0002

= 0.0004

- Bus (sumbu depan 34 %; sumbu belakang 66 %)

E = E sb.tunggal + E sb.tunggal

= 44

16.8

966.0

16.8

934.0

xx

= 0.0198 + 0.2808

= 0.3006

- Truk 10 ton 1.2L (sumbu depan 34 %; sumbu belakang 66 %)

E = E sb.tunggal + E sb.tunggal

= 44

16.8

1066.0

16.8

1034.0

xx

= 0.0301 + 0.4280

= 0.4581

48

- Truk 20 ton 1.2H (sumbu depan 34 %; sumbu belakang 66 %)

E = E sb.tunggal + E sb.tunggal

= 44

16.8

2066.0

16.8

2034.0

xx

= 0.4823 + 6.8475

= 7.3298

- Truk 3 sumbu 1.22 (sumbu depan 25 %; sumbu belakang 75 %)

E = E sb.tunggal + E sb.ganda

= 086.016.8

2575.0

16.8

2525.044

xxx

= 0.3442 + 2.3974

= 2.7416

- Truk gandeng 1.2+2.2 (sumbu depan 16 %; sumbu belakang1 36 %; sumbu

belakang2 24 %; sumbu belakang3 24 %)

E = E sb.tunggal + E sb.tunggal + E sb.tunggal + E sb.tunggal

= 4444

16.8

4.3124.0

16.8

4.3124.0

16.8

4.3136.0

16.8

4.3116.0

xxxx

= 0.1437 + 3.6827 + 0.7274 + 0.7274

= 5.2813

b) Dari data tipe jalan 2 lajur 2 arah dengna menggunakan Tabel 2.1 didapat

angka koefisien distribusi kendaraan (C) untuk masing-masing kendaraan:

- Mobil penumpang = 0.50

- Bus = 0.50

- Truk 10 ton = 0.50

- Truk 20 ton = 0.50

- Truk 3 sumbu = 0.50

- Truk gandeng = 0.50

c) Menghitung Lintas Ekivalen Permulaan (dari Rumus 2.5):

- Mobil penumpang = 0.50 x 0.0004 x 5000 = 1

- Bus = 0.50 x 0.3006 x 2000 = 300.5677

49

- Truk 10 ton = 0.50 x 0.4581 x 700 = 160.3394

- Truk 20 ton = 0.50 x 7.3298 x 200 = 732.9801

- Truk 3 sumbu = 0.50 x 2.7416 x 10 = 13.7079

- Truk gandeng = 0.50 x 5.2813 x 5 = 13.2033

LEP = 1221.7983

d) Menghitung Lintas Ekivalen Akhir (LEA):

Dari Rumus 2.6: LEA = LEP (1+i)UR

LEA = 1221.7983 (1+0.06)10

LEA = 2188.0547

e) Menghitung Lintas Ekivalen Tengah (LET):

Dari Rumus 2.7: LET = ½ (LEP+LEA)

LET = ½ (1221.7983 + 2188.0547)

LET = 1704.9625

f) Menghitung Lintas Ekivalen Rencana (LER)

Dari Rumus 2.8: LER = LET x FP

LER = LET x (UR/10)

LER = 1704.9625 x (10/10)

LER = 1704.9625

2) Daya Dukung Tanah Dasar (DDT)

Dengan menggunakan grafik korelasi CBR dengan DDT pada Gambar 2.2

didapat:

- Lapisan pondasi atas

CBR = 80 % DDT = 9.88

- Lapisan pondasi bawah

CBR = 50 % DDT = 9.01

- Lapisan tanah dasar

CBR = 3.05 % DDT = 3.78

3) Faktor Regional

Dari data: jalan arteri dengan curah hujan rata-rata/tahun = 750 mm, kelandaian

rata-rata = 6 %

50

% kendaraan berat = %83.36%10051020070020005000

5102007002000

x

Dari Tabel 2.3 didapat FR = 2.5

4) Indeks Permukaan

a) Indeks Permukaan Awal

Direncanakan lapisan permukaan LASTON dengan tingkat kerataan

>1000mm/km, maka dari Tabel 2.5 diambil IPo = 3.5

b) Indeks Permukaan Akhir

Direncanakan jalan arteri dengan LER = 1704.9625 (perhitungan 1-f), maka

dari Tabel 2.4 didapat IPt = 2.5

5) Indeks Tebal Perkerasan

Wt18 = LER x 365 UR = 1704.9625 x 365 x 10 = 6222981.6941

log Wt18 = log 6222981.6941 = 6.7940

FR = 2.5

IPo = 3.5

IPt = 2.5

Dengan menggunakan Rumus 2.1

3

175.1372.0

1log

154.2

109440.0

20.0154.2

log36.918log

19.5

DDT

FR

ITP

GtITPWt

didapat ITP untuk masing-masing lapisan perkerasan dengan Trial and Error:

- Lapisan permukaan (DDT = 9.88)

didapat: ITP = 6.7

- Lapisan pondasi atas (DDT = 9.01)

didapat: ITP = 7.5

- Lapisan pondasi bawah (DDT = 3.78)

didapat: ITP = 11.5

51

6) Tebal Perkerasan Masing-Masing Lapisan

a) Lapisan permukaan (LASTON)

ITP = 6.67

a1 = 0.35

maka: ITP = a1 d1

6.7 = 0.35 x d1

d1 = 19.14 cm ≈ 20 cm

b) Lapisan pondasi atas (Batu Pecah kelas B)

ITP = 7.4

a2 = 0.13

maka: ITP = a1 d1 + a2 d2

7.4 = 0.35 x 20 + 0.13 x d2

d2 = 3.08 cm < batas minimal, maka d2 = 20 cm (Tabel 2.6)

c) Lapisan pondasi atas (Batu Pecah kelas B)

ITP = 11.5

a3 = 0.12

maka: ITP = a1 d1 + a2 d2 + a3 d3

11.5 = 0.35 x 20 + 0.13 x 20 + 0.12 d3

d3 = 15.83 cm ≈ 16 cm

Maka tebal total lapisan perkerasan lentur yang direncanakan adalah:

dtotal = d1 + d2 + d3

= 20 + 20 + 16

= 56 cm

4.1.2 PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN FPP

Untuk soal yang sama seperti di atas, maka akan dihitung tebal perkerasan

lentur tersebut dengan menggunakan program FPP.

1) Menghitung nilai LER

Data-data input yang dimasukkan pada form 1 (Gambar 4.1) adalah:

- Umur rencana = 10 tahun

- Pertumbuhan lalu-lintas = 6 %

52

- Jumlah lajur = 2

- Jumlah arah = 2

Gambar 4.1 Input pada Form Flex Bina Marga [1]

Kemudian pada form 2 (Gambar 4.2), akan dimasukkan data jenis kendaraan

beserta volume dan berat kendaraan.

Gambar 4.2 Hasil Perhitungan Nilai LER pada Form Flexi Bina Marga [2]

53

Berdasarkan hasil perhitungan program FPP, didapat LER = 1705.1047

2) Faktor Regional dan Indeks Perkerasan

Data-data yang diperlukan dalam form 3 (Gambar 4.3) ini untuk mendapatkan

nilai Faktor Regional dan Indeks Perkerasan adalah:

- Curah hujan = 750 mm/tahun

- Kelandaian rata-rata = 12 %

- Jenis lapisan perkerasan = LASTON

- Kerataan / roughness = >1000 mm/km

- Klasifikasi jalan = Jalan Arteri

Gambar 4.3 Hasil Perhitungan Nilai Faktor Regional dan Indeks Perkerasan

Nilai-nilai yang didapat dalam form ini:

- Faktor Regional = 2.5

- IPo = 3.5-3.9

- IPt = 2.5

54

3) Daya Dukung Tanah (DDT)

Data-data yang dimasukkan pada form 4 (Gambar 4.4), adalah:

- Jenis bahan lapisan atas = LASTON

- Jenis bahan lapisan pondasi atas = Batu pecah (kelas B)

- Jenis bahan lapisan pondasi bawah = Sirtu/pitrun (kelas B)

- CBR pondasi atas (CBR2) = 80 %

- CBR pondasi bawah (CBR3) = 50 %

- CBR tanah dasar (CBR4) = 3.05 %

- IPo = 3.5

- IPt = 2.5

Gambar 4.4 Hasil Perhitungan untuk Nilai DDT Masing-Masing Lapisan

Nilai DDT masing-masing lapisan yang didapat:

- DDT pondasi atas (DDT2) = 9.88

- DDT pondasi bawah (DDT3) = 9.01

- DDT tanah dasar (DDT4) = 3.78

55

4) Tebal perkerasan (d)

Data-data yang dimasukkan :

- Koefisien kekuatan lapisan atas (a1) = 0.35

- Koefisien kekuatan lapisan pondasi atas (a2) = 0.13

- Koefisien kekuatan lapisan pomdasi bawah (a3) = 0.15

Gambar 4.5 Hasil Perhitungan untuk Nilai Tebal Perkerasan (d)

Hasil proses perhitungan program FPP, didapat:

- Tebal lapisan atas (d1) = 20 cm

- Tebal lapisan pondasi atas (d2) = 20 cm

- Tebal lapisan pondasi bawah (d3) = 16 cm

- Tebal lapisan perkerasan lentur total (dtotal) = 56 cm

4.2 CONTAH SOAL PERKERASAN KAKU

Akan direncanakan tebal perkerasan jalan baru dengan ketentuan:

Peranan Jalan : Jalan Arteri

56

Tipe Jalan : 6 lajur 2 arah terbagi (6/2 D)

Usia Rencana : 20 tahun

Kuat tekan 28 hari beton : 350 kg/cm2

Pertumbuhan lalu-lintas : 6 %

Nilai CBR : 2.4 %

Data-data kendaraan dan jumlah kendaraan pada awal umur rencana:

No Jenis Kendaraan Volume Berat (ton)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Mobil Penumpang

Bus

Truk 10 ton

Truk 20 ton

Truk 3 sumbu

Truk Gandeng

1400

450

90

10

10

5

2

9

10

20

25

31.4

4.2.1 PERHITUNGAN MANUAL

1). Beban Lalu-Lintas Rencana

a) Jumlah sumbu kendaraan niaga:

Jenis Jumlah Beban sumbu (ton) Konfigurasi Sumbu

Kendaraan kndrn. sumbu depan belakang depan belakang

Mobil penumpang

Bus

Truk 10 ton

Truk 20 ton

Truk 3 sumbu

Truk gandeng

1400

450

90

10

10

5

2800

900

180

20

20

20

4.500

3.060

3.400

6.800

6.250

5.024

4.500

5.940

6.600

13.200

18.750

11.304

-

-

-

-

-

7.536

-

-

-

-

-

7.536

STRT

STRT

STRT

STRT

STRT

STRT

STRT

STRG

STRG

STRG

SGRG

STRG

-

-

-

-

-

STRG

-

-

-

-

-

STRG

Jumlah 1965 3940

Jumlah sumbu kendaraan niaga harian (JSKNH)

JSKNH = jumlah sumbu kendaraan total – jumlah sumbu mobil penumpang

= 3940 – 2800 = 1140 buah

57

Dari Rumus 2.15, dicari harga R:

876.37

06.01log

106.01

1log

11 20

ee

n

i

iR

Dari Rumus 2.14, maka jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN):

JSKN = 365 x JSKNH x R

JSKN = 365 x 1140 x 37.876 = 15760203.6 buah

Koefisien distribusi kendaraan niaga (Cd) dan Faktor Keamanan (FK)

Dari data tipe jalan, dengan menggunakan Tabel 2.10 didapat:

Cd = 0.4

Dan dari data peranan jalan, yaitu jalan arteri, dengan menggunakan Tabel 2.11

didapat:

FK = 1.1

b) Jumlah repetisi beban

Dari Rumus 2.18 diperoleh harga repetisi kumulatif dari tiap kombinasi

konfigurasi/beban sumbu pada lajur rencana seperti ditampilkan pada tabel

perhitungan di bawah.

Konfigurasi

Sumbu

Beban Sumbu

(ton)

Persentase Konfigurasi

Sumbu (%)

Jumlah Repetisi Selama

Umur Rencana

STRT

STRT

STRT

STRG

STRT

STRG

STRT

STRG

STRT

SGRG

STRT

STRG

STRG

STRG

1.000

1.000

3.060

5.940

3.400

6.600

6.800

13.200

6.250

18.750

5.024

11.304

7.536

7.536

5000 : 1140 = 35.53

5000 : 1140 = 35.53

2000 : 1140 = 11.42

2000 : 1140 = 11.42

700 : 1140 = 2.28

700 : 1140 = 2.28

200 : 1140 = 0.25

200 : 1140 = 0.25

10 : 1140 = 0.25

10 : 1140 = 0.25

5 : 1140 = 0.13

5 : 1140 = 0.13

5 : 1140 = 0.13

5 : 1140 = 0.13

2240028.9381

2240029.9381

720009.3015

720009.3015

144001.8603

144001.8603

16000.2067

16000.2067

16000.2067

16000.2067

8000.1034

8000.1034

8000.1034

8000.1034

58

2). Mutu beton rencana

Pada data digunakan beton dengan kuat tekan 28 hari sebesar 350 kg/cm2

f’c = 2.10

350 = 34 Mpa > 30 Mpa (minimum yang disarankan)

dari Rumus 2.13:

fr = 0.62 cf '

= 0.62 34

= 3.6 Mpa > 3.5 Mpa (minimum yang disarankan)

3). Kekuatan tanah dasar

Dari data soal diperoleh nilai CBR = 2.4 %.

Dengan menggunakan Grafik korelasi CBR-k pada gambar 2.4, diperoleh

k = 22 kPa/mm untuk CBR 2.4 %

4). Tebal pelat beton

Sebagai langkah awal diasumsikan:

tebal pelat beton = 220 mm > 150 mm (minimum yang disarankan)

Dengan bantuan nomogram pada Gambar 2.5, 2.6, dan 2.7, diperiksa apakah

estimasi tebal pelat cukup atau tidak, dari jumlah persentase fatigue yang

terjadi (disyaratkan ≤ 100 %)

Tebal pelat = 220 mm

Koef.

sumbu

Beban

Sumbu

(ton)

Beban

Rencana

FK = 1.1

Repetisi

Beban

Tegangan

yang

terjadi

(Mpa)

Perbandingan

tegangan

Jumlah

Repetisi

Beban

yang

diijinkan

Persentase

Fatigue

(%)

STRT

STRT

STRT

STRG

STRT

STRG

STRT

STRG

1.000

1.000

3.060

5.940

3.400

6.600

6.800

13.200

1.100

1.100

3.366

6.534

3.740

7.260

7.480

14.520

2240028.9381

2240029.9381

720009.3015

720009.3015

144001.8603

144001.8603

16000.2067

16000.2067

-

-

-

-

-

1.44

1.80

2.74

-

-

-

-

-

0.396

0.496

0.754

-

-

-

-

-

-

-

438

-

-

-

-

-

-

-

3653.02

59

STRT

SGRG

STRT

STRG

STRG

STRG

6.250

18.750

5.024

11.304

7.536

7.536

6.875

20.625

5.526

12.434

8.290

8.290

16000.2067

16000.2067

8000.1034

8000.1034

8000.1034

8000.1034

1.62

2.28

-

2.42

1.58

1.58

0.446

0.628

-

0.666

0.435

0.435

-

14800

-

5100

-

-

-

108.11

-

156.86

-

-

JUMLAH 3917.99

Dengan tebal pelat = 220 mm, ternyata Jumlah Fatigue = 3917.99 % > 100 %,

maka perhitungan harus diulang dengan memperbesar tebal pelat.

Tebal pelat = 240 mm

Koef.

sumbu

Beban

Sumbu

(ton)

Beban

Rencana

FK = 1.1

Repetisi

Beban

Tegangan

yang

terjadi

(Mpa)

Perbandingan

tegangan

Jumlah

Repetisi

Beban

yang

diijinkan

Persentase

Fatigue

(%)

STRT

STRT

STRT

STRG

STRT

STRG

STRT

STRG

STRT

SGRG

STRT

STRG

STRG

STRG

1.000

1.000

3.060

5.940

3.400

6.600

6.800

13.200

6.250

18.750

5.024

11.304

7.536

7.536

1.100

1.100

3.366

6.534

3.740

7.260

7.480

14.520

6.875

20.625

5.526

12.434

8.290

8.290

2240028.9381

2240029.9381

720009.3015

720009.3015

144001.8603

144001.8603

16000.2067

16000.2067

16000.2067

16000.2067

8000.1034

8000.1034

8000.1034

8000.1034

-

-

-

-

-

-

1.54

2.44

-

2.08

-

2.14

-

-

-

-

-

-

-

-

0.424

0.672

-

0.573

-

0.589

-

-

-

-

-

-

-

-

-

4300

-

69600

-

43500

-

-

-

-

-

-

-

-

-

372.10

-

22.99

-

18.39

-

-

JUMLAH 413.48

Dengan tebal pelat = 240 mm, ternyata Jumlah Fatigue = 413.48 % > 100 %,

maka perhitungan harus diulang dengan memperbesar tebal pelat.

60

Tebal pelat = 260 mm

Koef.

sumbu

Beban

Sumbu

(ton)

Beban

Rencana

FK = 1.1

Repetisi

Beban

Tegangan

yang

terjadi

(Mpa)

Perbandingan

tegangan

Jumlah

Repetisi

Beban

yang

diijinkan

Persentase

Fatigue

(%)

STRT

STRT

STRT

STRG

STRT

STRG

STRT

STRG

STRT

SGRG

STRT

STRG

STRG

STRG

1.000

1.000

3.060

5.940

3.400

6.600

6.800

13.200

6.250

18.750

5.024

11.304

7.536

7.536

1.100

1.100

3.366

6.534

3.740

7.260

7.480

14.520

6.875

20.625

5.526

12.434

8.290

8.290

2240028.9381

2240029.9381

720009.3015

720009.3015

144001.8603

144001.8603

16000.2067

16000.2067

16000.2067

16000.2067

8000.1034

8000.1034

8000.1034

8000.1034

-

-

-

-

-

-

-

2.18

-

1.86

-

1.92

-

-

-

-

-

-

-

-

-

0.600

-

0.512

-

0.529

-

-

-

-

-

-

-

-

-

32000

-

380000

-

246000

-

-

-

-

-

-

-

-

-

50.00

-

4.21

-

3.25

-

-

JUMLAH 57.46

Dengan tebal pelat = 260 mm, ternyata Jumlah Fatigue = 57.46 % > 100 %, maka

tebal pelat minimal yang harus digunakan = 260 mm.

5). Ukuran dowel dan tie bar

Dowel yang dipakai, berdasarkan Tabel 2.8:

� = 32 mm

panjang = 450 mm

jarak = 300 mm

Tie bar yang dipakai, berdasarkan Tabel 2.9:

� = 16 mm

panjang = 750 mm

jarak = 900 mm

61

4.2.2 PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN FPP

Contoh soal perhitungan tebal perkerasan kaku yang di atas akan dikerjakan

dengan menggunakan program FPP.

1). Menghitung Faktor pertumbuhan lalu-lintas, Faktor Keamanan,

Koefisien Ddistribusi kendaraan niaga, serta Modulus keruntuhan

beton (R, FK, Cd, fr)

Data-data input dalam form ini adalah:

- Jumlah lajur = 6

- Jumlah arah = 2

- Peranan jalan = Jalan arteri

- Kuat tekan beton = 350 kg/cm2

- Pertumbuhan lalu-lintas = 6 %

- Umur rencana = 20 tahun

Data di atas diproses oleh program FPP, dan mendapatkan hasil:

- R = 37.878

- Cd = 0.4

- FK = 1.1

- fr = 3.63

Hasil perhitungan program FPP dapat dilihat pada Gambar 4.6.

62

Gambar 4.6 Hasil Perhitungan Nilai R, Cd, FK, fr dengan Program FPP

2). Nilai jumlah sumbu kendaraan niaga

Data yang dibutuhkan adalah:

No Jenis Kendaraan Volume Berat (ton)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Mobil Penumpang

Bus

Truk 10 ton

Truk 20 ton

Truk 3 sumbu

Truk Gandeng

1400

450

90

10

10

5

2

9

10

20

25

31.4

Data kendaraan di atas akan diproses untuk mendapatkan nilai JSKN (Gambar

4.7).

63

Gambar 4.7 Nilai JSKN pada Perhitungan Program FPP

Nilai JSKN = 15761219 buah

3). Jumlah repetisi beban selama umur rencana dan kekuatan tanah dasar

Dari data jenis kendaraan di atas, kemudian diproses untuk mendapatkan

Jumlah Repetisi Beban selama umur rencana seperti yang terlihat pada Gambar

4.8.

Untuk kekuatan tanah dasar, data yang dibutuhkan adalah CBR = 2.4 %,

kemudian dengan menggunakan bantuan grafik didapat nilai k = 22 kPa/mm

(Gambar 4.9). Form ini merupakan alat bantu grafik untuk mencari nilai korelasi

CBR dengan nilai k.

64

Gambar 4.8 Nilai Jumlah Repetisi Beban dengan Program FPP

Gambar 4.9 Nilai k dengan Program FPP

65

4). Tebal pelat beton yang direncanakan

Data yang dibutuhkan adalah asumsi tebal pelat yaitu dicoba untuk tebal

pelat beton = 240 mm. Dengan menggunakan nomogram STRT, STRG, dan

SGRG didapat nilai % fatigue 413.5 % > 100 %, maka tebal pelat harus di

perbesar (Gambar 4.10).

Gambar 4.10 Hasil Perhitungan % Fatigue dengan Program FPP

Tebal pelat diperbesar menjadi 260 mm, didapat % fatigue 57.5 % ≤ 100 %,

maka tebal pelat minimal yang direncanakan adalah 260 mm (Gambar 4.11).

66

Gambar 4.11 Tebal Pelat Minimal Hasil Perhitungan Program FPP

Hasil perhitungan program FPP, didapat tebal pelat = 260 mm

Dan untuk ukuran dowel dan tie bar didapat:

dowel : � = 32 mm

panjang = 450 mm

jarak = 300 mm

tie bar : � = 16 mm

panjang = 750 mm

jarak = 900 mm