29
56 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SEPEDA MOTOR DENGAN CARA LELANG ARISAN DI CV. AIDA A. Tinjauan tentang Ketentuan Jual Beli Sepeda Motor Dengan Cara Lelang Arisan Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Jual beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar. 1 Agama menghendaki agar dalam pelaku jual beli itu senantiasa diperhatikan ketentuan-ketentuan yang bisa menjamin pelaksanaan maksud- maksud mulia yang diinginkan agama. 2 Adapun beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam melaksanakan aktivitas jual beli yaitu: 1. Para pihak yang menyelenggarakan akad haruslah berbuat atas kemauan sendiri dengan penuh kerelaan. Ketentuan umum ini berdasarkan firman Allah dalam surat An-Nisa ayat: 29: 1 R. Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradtya Paramita, Jakarta, 1990, hal. 327 2 Helmi Karim, Fiqh Mu’amalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 34

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/5/jtptiain-gdl-s1-2004...Manfaat dari sesuatu yang menjadi obyek transaksi jual beli mestilah

Embed Size (px)

Citation preview

56

BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SEPEDA MOTOR

DENGAN CARA LELANG ARISAN DI CV. AIDA

A. Tinjauan tentang Ketentuan Jual Beli Sepeda Motor Dengan Cara

Lelang Arisan

Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang

lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.

Jual beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika

setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan

harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan maupun harganya

belum dibayar.1

Agama menghendaki agar dalam pelaku jual beli itu senantiasa

diperhatikan ketentuan-ketentuan yang bisa menjamin pelaksanaan maksud-

maksud mulia yang diinginkan agama.2

Adapun beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam

melaksanakan aktivitas jual beli yaitu:

1. Para pihak yang menyelenggarakan akad haruslah berbuat atas kemauan

sendiri dengan penuh kerelaan. Ketentuan umum ini berdasarkan firman

Allah dalam surat An-Nisa ayat: 29:

1 R. Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradtya Paramita, Jakarta, 1990, hal.

327 2 Helmi Karim, Fiqh Mu’amalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 34

57

ياأيها الذين ءامنوا لا تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إلا أن تكون تجارة عن تراض )٢٩: النساء ( منكم

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling makan harta sesamanya dengan jalan yang batal melainkan dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu”. (QS. An-Nisa:29).3

2. Di dalam melaksanakan akad tidak boleh ada unsur penipuan baik yang

datang dari pihak penjual ataupun dari pembeli. Kedua pihak yang

melaksanakan akad jual belipun dituntut memiliki pengetahuan yang

memadai akan obyek yang mereka jadikan sasaran dalam jual beli/tidak

mendatangkan perselisihan dikemudian hari.

3. Sesuatu yang diakadkan mestilah sesuatu yang sesuai dengan realita bukan

sesuatu yang tidak berwujud. Maka obyeknya dapat diserahterimakan,

berikut segala manfaatnya.

4. Manfaat dari sesuatu yang menjadi obyek transaksi jual beli mestilah

berupa sesuatu yang berubah, bukan sesuatu yang haram.4

Perkembangan masyarakat ini membawa tendensi timbulnya

bermacam-macam perjanjian jenis baru. Ini tidak mengherankan karena

manusia itu selalu mencari kepuasan dengan berbagai cara dalam segala

sesuatunya, apalagi dalam lapangan perniagaan.

Seperti halnya jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan yang

dilaksanakan di CV. AIDA bekerjasama dengan Dealer Suzuki dan Dealer

3 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an,

Jakarta, hal. 69 4 Helmi Karim, Op.Cit.

58

Nusantara mempunyai beberapa ketentuan (perjanjian) serta kewajiban para

peserta, diantaranya:

1. Setoran arisan sebesar Rp. 110.000,- per bulan sampai arisan selesai

2. Peserta dapat mengikuti arisan lebih dari satu nama

3. Pembayaran dapat dilakukan di sekretariat AIDA Tailor, Yaik Permai Lt.

II Blok VI No. 2 Ps Johar Semarang Telp. (024) 3561850 – 6730939 (jam

08.00 – 16.00) diambil di rumah/kantor peserta arisan dengan tambahan

biaya Rp. 2.500,- (dalam kota) Rp. 5.000,- (luar kota)

4. Peserta wajib setor uang arisan paling lambat minggu keempat

5. Setiap anggota arisan berkewajiban membayar setoran sampai 100 kali,

kecuali kalau ada sisa lelang sehingga bisa berkurang sebanyak sisa lelang

yang ada.

6. Peserta terakhir akan mendapat uang Rp. 11.000.000,- walaupun arisan

selesai dalam waktu 70 bulan

7. Peserta yang dalam 2 bulan berturut-turut tidak setor uang arisan tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu dianggap mengundurkan diri, dan uang

yang sudah masuk hangus.

8. Harga kendaraan sama dengan harga dealer, dan ditambah administrasi 5%

dari harga tersebut (harga price list)

9. kenaikan harga tidak mempengaruhi besarnya setoran

10. Lelang minimal 10% dari harga sepeda motor pada saat itu (sudah

termasuk administrasi 5%, biaya notaris, asuransi kehilangan).

59

11. Lelang menggunakan system lelang tertutup dengan hasil lelang untuk

semua peserta.

12. Mengikuti lelang, peserta harus sudah setor uang arisan pada bulan

berjalan (sudah lunas).

13. Pemenang lelang yang tidak memenuhi kewajibannya dalam waktu 5 x 24

jam dianggap gugur dan digantikan oleh peserta arisan lain.

14. Jika peserta yang telah mendapatkan kendaraan, tidak setor walau hanya

satu bulan (4 kali angsuran) pengurus dibenarkan/diijinkan mengambil

barang jaminan tersebut.

15. Perpanjangan STNK oleh panitia sebelum masa arisan selesai dan biaya

perpanjangan dari peserta/pemilik.

16. Peserta yang mengundurkan diri sebelum masa arisan selesai, uang yang

telah masuk dikembalikan 60% pada saat yang bersangkutan

mengundurkan diri.

17. Jika peserta meninggal dunia sebelum masa arisan selesai, bagi yang

mengundurkan diri dikembalikan 75% dari jumlah setiran yang telah

dibayarkan.

18. Keterlambatan membayar setoran dikenakan denda Rp 500,- perhari,

terhitung tanggal 11 tiap bulannya.

19. Perjanjian dan berita acara serah terima barang dilaksanakan didepan

notaris yang ditunjuk.

20. Peserta wajib mematuhi segala aturan yang berlaku 5

5 Dokumen Arisan

60

Pada ketentuan-ketentuan di atas antara pihak kesatu (CV AIDA) dan

pihak kedua (para peserta arisan) telah sepakat dan setuju untuk mengadakan

perjanjian jual beli kendaraan bermotor, dimana pihak kesatu adalah pihak

yang menjual kendaraan bermotor dan pihak kedua adalah pihak yang

membeli kendaraan bermotor.

Dengan adanya ketentuan-ketentuan di atas yang dibuat atas perjanjian

dan kesepakatan bersama, maka mereka sama-sama tertolong artinya dari

pihak pengurus dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang

mereka buat, juga dari pihak peserta mereka tidak bisa bertindak seenaknya

sendiri tetapi mereka masih mempunyai kewajiban dan mengikuti peraturan

yang telah mereka buat bersama sampai arisan selesai.

Pada ketentuan no. 1,2,3, dimana mereka membuat perjanjian

mengenai peserta yang mengikuti arisan, besarnya uang arisan dan tempat

arisan atas kesepakatan bersama mereka setuju dan melaksanakannya sesuai

ketentuan.

Dasar segala akad dalam Islam ialah sempurnanya segala rupa akad

maka wajiblah atas tiap-tiap orang yang menyempurnakan segala ,(اوفوا بالعقود)

akad dan menepati segala janji, sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan.

Seruan ini menetapkan agar tanggung jawab melaksanakan perjanjian.

Pelaksanaan perjanjian merupakan perkara yang sangat penting.Memenuhinya

berarti melaksanakan sesuatu yang sempurna.

Ketentuan no. 4,5, bahwa semua peserta mempunyai kewajiban

membayar arisan Rp. 110.000 setiap bulan sampai selesai.

61

Mengenai perjanjian di atas yakni kewajiban membayar setoran arisan

itu merupakan angsuran yang wajib dibayarkan setiap bulan. Dibolehkan

mengangsur (4x angsuran) sebagian sampai waktu yang telah ditentukan, yang

demikian adalah kewajiban yang harus dipenuhi sesuai perjanjian.

Sebagaimana diperkenankan orang muslim membeli secara kontan,

maka begitu juga diperkenankan menangguhkan pembayaran itu sampai pada

batas tertentu, sesuai dengan perjanjian.6

Ketentuan no. 6,8,9 disebutkan bahwa peserta terakhir mendapat uang

Rp. 11.000.000 walau arisan selesai dalam waktu 70 bulan dan harga

kendaraan sama dengan harga dealer dengan ditambah administrasi 5% dari

harga tersebut.

Ketentuan ini dilaksanakan oleh kedua belah pihak, sudah barang tentu

karena ia tidak mau dirugikan. Hal ini sesuai dengan pasal 1460 kitab Undang-

Undang Hukum Perdata yang berbunyi sebagai berikut: jika kendaraan yang

dijual itu berupa satu barang yang sudah ditentukan, maka orang ini sejak saat

pembelian adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun penyerahannya belum

dilakukan dan si penjual berhak menuntut harganya.7

Ketentuan no. 10 disebutkan lelang minimal 10% dari harga sepeda

motor pada saat itu.

Ditentukannya lelang minimal, disini bukan berarti mereka membeli

kendaran dengan harga lebih dan pengurus (penjual) akan mendapatkan

keuntungan, akan tetapi harga tersebut sudah sesuai dengan harga kendaraan

6 Yusuf Qardawy, al-Halal wa al-Haram fi al- Islam, Terj. Mu’ammal Hamidy “Halal dan Haram dalam Islam”, Bina Ilmu, Jakarta, 1980, hlm. 371

7 R. Subekti, op-cit, hlm.328.

62

beserta membayar biaya-biaya lain. Adapun mereka lelang lebih dari 10% itu

karena mereka ingin cepat mendapatkan sepeda motor dan saldonyapun milik

semua peserta. Hal ini termasuk jual beli yang tidak mengandung tipuan.

Karena semua peserta sudah mengetahuinya dan dijelaskan secara jujur oleh

pengurus (penjual).

Ketentuan no. 11, lelang menggunakan sistem lelang tertutup dengan

hasil lelang untuk semua peserta.

Dengan menggunakan sistem lelang tertutup maka akan menghindari

perselisihan dan kecurangan yang mengakibatkan kerugian salah satu pihak.

Karena apabila ada salah satu pihak yang dirugikan maka jual beli disini

adalah jual beli yang terlarang. Karena tujuan jual beli adalah saling

menguntungkan antara kedua belah pihak.

Ketentuan no. 12,18, pada ketentuan ini berkaitan dengan setoran uang

arisan dan pembayaran denda yang harus dibayar dari keterlambatan,

dimaksudkan untuk kepastian perjanjian itu sendiri.

Untuk denda yang harus dibayar dari keterlambatan, Abu Haris

mensinyalir suatu pendapat dari Imam Ahmad tentang seorang laki-laki yang

menyewakan hewan kendaraan selama 10 hari dengan harga 10 dirham, maka

jika penggunaan kendaraan itu lebih lama dari 10 hari, maka setiap hari

membayar sewa 1 dirham, maka yang demikian itu boleh.8

Ketentuan no. 7,13,14, dalam ketentuan ini, dimana dia tidak bisa

membayar angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah mereka sepakati, baik

8 Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah, Al-Mughni, Dār al-Kutb

al-Ilmiyyah, juz VI, Beirut, Libanon, hal. 85

63

karena jatuh pailit ataupun karena dinyatakan tidak berhak lagi mengurus dan

menguasai hartanya sehingga pihak pengurus diperkenankan/diizinkan

mengambil barang jaminan.

Dan kalau memang ketentuan dalam perjanjian mengharuskan

kendaraan ditarik.barang jaminan itu diambil, boleh saja berdasarkan hadits:

عليه وسلم ىف الرجل الذى يعدم اذا وجد عنده عن اىب هريرة عن النىي صلىاهللا 9)رواه مسلم(املتاع ومل يفرقه انه لصاحبه الذى باعه

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Berkata: Rasulullah saw bersabda tentang orang yang tidak mampu membayar yaitu apabila barang itu masih berada ditangan pembelinya, maka bolehlah diambil lagi oleh penjual”. (HR. Muslim).

Ketentuan no. 15 bahwa sebagai kelengkapan jalan pihak kedua hanya

diberi STNK dan setelah arisan selesai atau bagi peserta yang sudah melunasi

setoran maka pihak pengurus akan segera menyerahkan BPKB kendaraan

bermotor berikut surat-surat lain.

Surat-surat tersebut di atas adalah merupakan suatu kelengkapan atas

kendaraan yang merupakan kelengkapan jalan, tanpa surat tersebut perjanjian

jual beli kurang bermanfaat, sedangkan salah satu syarat jual beli adalah

barangnya harus manfaat, termasuk disini kelengkapan yang

melingkupinya/menyertainya.

Ketentuan no. 16,17, mengenai peserta yang mengundurkan diri

sebelum masa arisan selesai maka dari pihak pengurus mengambil langkah

sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian, yakni uang yang telah masuk

9 Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz III, Dār. Al-Kutb al-Alamiyah, Beirut, Libanon, hal.

1193-1194

64

dikembalikan 60% pada saat yang bersangkutan mengundurkan diri dan jika

peserta meninggal dunia sebelum masa arisan selesai bagi yang

mengundurkan diri dikembalikan 75% dari jumlah yang telah dibayarkan.

Karena tujuan dari segala perjanjian adalah untuk dipenuhi oleh orang

yang berjanji. Faktor waktu adalah penting dalam hal perjanjian, terutama

dalam lapangan perniagaan dan mereka harus menerima segala akibat yang

terjadi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian hal ini

sesuai dengan hadits:

عن سليمان بن داود قال رسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم املسلمون على شروطهم 10)رواه داود(

Artinya: “Dari Sulaiman bin Daud, Rasulullah bersabda: segala orang Islam berada di atas syarat-syarat yang mereka buat”. (HR. Abi Daud).

Ketentuan no.19, setiap pihak yang membuat perjanjian pasti

mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut dinyatakan secara

tegas dalam perjanjian yang dibuat itu. Dalam jual beli tujuan pihak yang

menjual mengikatkan diri kepada pihak pembeli ialah untuk menyerahkan

benda, sehingga penguasaan benda secara nyata ada pada pihak penjual.

Islam melarang perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang tidak

berada dalam penguasaan penjual, sebab bisa jadi barang tersebut sudah rusak

atau tidak dapat diserahterimakan sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan.

No.20 arisan sudah di undi beberapa kali dan mereka dapat mematuhi

segala aturan yang berlaku.

10 Abi Daud Sulaiman Ibn al-Asy’as al-Sajistamy al-Azadi, Sunan Abi Daud, Juz III, Dār

al-Fikr, , Beirut, hal. 169

65

Dalam hal ini berarti mereka bertanggung jawab atas perjanjian yang

mereka buat. Pelakasanan perjanjian merupakan perkara yang sangat penting

memenuhinya berarti melaksanakan sesuatu yang sempurna.

Jika kita perhatikan beberapa ketentuan jual beli sepeda motor dengan

cara lelang arisan di atas dari awal perjanjian tidak ada masalah karena tidak

menyimpang dari aturan-aturan hukum Islam dalam bidang mu’amalat dan

mereka telah mengadakan perjanjian atas kesepakatan bersama. Disebutkan

dalam hadits:

11 ) رواه ابن حبان(امنا البيع عن تراض: قال رسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya jual beli itu sah dengan saling merelakan”. (Riwayat Ibnu Hibban )

Sedangkan kata (عن تراض) sebagaimana yang dikembalikan oleh

Mustafa al-Maraghi yakni saling adanya dari kedua belah pihak penjual dan

pembeli.

Dalam hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyyah:

الرضى بالشئ رضى مبا يتولد منه Artinya: “Rela dengan sesuatu adalah rela dengan akibat yang terjadi

daripadanya”.12

Jadi bila seseorang telah rela akan sesuatu atau menerima terhadap

sesuatu atau mengizinkan terhadap sesuatu maka segala akibat atau rentetan

persoalan yang terjadi dari apa yang diterimanya itu. Harus diterima dengan

11 al-Hafidl Abi Abdillah Muhammad Ibnu Yazīd al-Gazwiny, Sunan Ibnu Majah, juz II,

Dār al-Fikr, t.th. hal. 737 12 Mukhlis Usman, Kaidah-kaidah Istimbath Hukum Islam (kaidah-kaidah ushuliyyah dan

fiqhiyyah), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.159

66

kata lain, kerelaannya itu berarti menerima segala resiko yang akan terjadi dari

yang telah diterima itu.

Dasar segala akad dalam Islam ialah sempurnakanlah segala rupa akad

maka akad dan menepati segala janji, sesuai dengan syarat yang (اوفوا بالعقود)

telah ditetapkan.

Dalam qaidah fiqhiyyah ditegaskan:

االصل ىفالعقد رضى املتعاقدين ونتيجته ما التزماه بالتعاقد

Artinya: “Hukum pokok pada akad adalah kerelaan kedua belah pihak yang mengadakan akad hasilnya apa yang saling diiltizamkan (dipenuhi sesuai ketentuan) oleh perakadan (perjanjian)”.13

Dari redaksi ini menunjukkan bahwa suatu akad haruslah benar-benar

didasarkan atas kehendak yang bebas (tanpa ada paksaan) yang timbul dari

masing-masing pihak yang mengadakan akad. Oleh karena itu, mana kala

terjadi suatu akad, dimana salah satu pihak tidak menginginkan/tidak

menghendaki artinya dalam keadaan terpaksa, maka akad itu tidak sah/batal.

Dengan demikian secara umum ketentuan-ketentuan yang ada dalam

jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan apabila dikaitkan dengan

aturan-aturan yang ada dalam hukum Islam sudah memenuhi syarat dan atas

dasar saling rela sehingga menurut penulis ketentuan-ketentuan tersebut

diperbolehkan karena sudah sesuai dengan ketentuan hukum Islam.

13 Ibid., hal. 44

67

B. Tinjauan terhadap Praktek Jual Beli Sepeda Motor dengan Cara Lelang

Arisan

Syarat jual beli adalah segala sesuatu yang harus ada untuk

mewujudkan bukum jual beli sedangkan yang ada dalam jual beli adanya

shighat akad dari kedua belah pihak baik penjual maupun pembeli, adanya

aqid orang yang melakukan akad yaitu penjual dan pembeli dan adanya

ma’qud ‘alaih atau barang yang menjadi obyek jual beli.

Pembahasan mengenai sighat akad dari kedua belah pihak baik penjual

ataupun pembali telah diuraikan pada bab sebelumnya. Sedangkan mengenai

adanya aqid atau orang yang melakukan akad yaitu penjual dan pembeli pada

penjualan sepeda motor system lelang secara umum tidak ada masalah, karena

antara penjual dan pembeli tetap ada. Maka pembahasan mengenai syarat jual

beli disini akan difokuskan pada barang menjadi obyek jual beli.

Untuk menjadikan sahnya jual beli telah lazim harus ada barang yang

menjadi obyek jual beli atau yang menjadi sebab terjadinya perjanjian jual

beli, sedangkan mengenai benda yang dijadikan obyek jual beli ini menurut

pendapat ulama harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Bersih barangnya,

2. Dapat dimanfaatkan,

3. Milik orang yang melakukan akad,

4. Mampu menyerahkan,

5. Mengetahui, dan

68

6. Barang yang diakadkan ada ditangan.14

Bersih barangnya dalam kaitannya dengan jual beli sepeda motor

dengan cara lelang arisan ini adalah tiada masalah, karena barang yang

diperjualbelikan adalah sepeda motor, sehingga tidak tergolong benda-benda

najis atau benda-benda yang diharamkan seperti khamer, arak atau yang

lainnya. Dengan demikian dari segi dan syarat terhadap barang yang

dijualbelikan itu harus bersih adalah tiada masalah.

Sedangkan kaitannya dengan syarat terhadap barang yang

dijualbelikan adalah harus dapat dimanfaatkan. Dalam hal ini sudah jelas

bahwa sepeda motor adalah barang yang dapat dimanfaatkan karena sepeda

motor bagi sebagian orang sudah merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi,

baik itu menyangkut manfaat perorangan maupun manfaat obyektif.

Sedangkan mengenai syarat bahwa barang yang dijadikan obyek jual

beli adalah milik orang yang melakukan akad. Hal ini tiada masalah, karena

barang yang diperjualbelikan milik Dealer Suzuki dan Dealer Nusantara yang

bekerjasama dengan CV. AIDA. Dengan demikian mengenai pemilikan tiada

masalah. Hak terhadap sesuatu itu menunjukkan kepada pemilikan.

Adapun kaitannya dengan syarat mampu menyerahkan, maksudnya

keadaan barang haruslah dapat diserahterimakan. Maka tidak sah jual beli

terhadap barang yang tidak dapat diserahterimakan, akan tetapi wujud

14 Khairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, Sinar Grafika, 1994, hlm. 37

69

penyerahannya di kemudian hari, maka dalam hal ini dapat menyalahi dari

persyaratan terakhir, yaitu barang yang diakadkan harus ada di tangan.15

Seperti jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan yang terjadi di

pasar Johar ini ada sedikit permasalahan yaitu saat sudah terjadi kesepakatan

harga tetapi sepeda motor belum bisa diserahterimakan karena masih berada di

dealer dan sepeda motor dapat diambil dikemudian hari. Hal ini dikarenakan

cara pengambilan sepeda motor memerlukan waktu dan juga harus

mempersiapkan surat-surat BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor).

Walaupun penyerahannya tidak secara langsung pada saat akad itu

terjadi tetapi sifat-sifatnya telah ditunjukkan dan ditentukan baik ukuran, jenis

atau ciri-ciri yang lain. Dan jual beli tersebut diperbolehkan dalam Islam yang

disebut dengan akad salam.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Asy-Syaukani:

16بيع موصوف ىفالذمة ويزيد ىف احلد يبدل يعطى عاجال

Artinya: “Jual beli yang ditangguhkan dengan berdasarkan sifat-sifat, ditambah batas waktu penyerahan dengan pembayaran seketika (kontan)”.

Hal tersebut juga pernah terjadi pada zaman Rasulullah, sebagaimana

hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

15 Ibid., hal. 40 16 Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad al-Syaukani, Nail Al-Authar, juz III, Dār. Al-kitab

al-Araby, Beirut, Libanon, t.th. hlm. 226

70

عن ابن عباس رضى اهللا عنهما قال قدم رسول اهللا املدينة والناس يسلفون ىفالتمر العام والعامني فقال من سلف ىف متر فليسلف ىف كيل معلوم ووزن معلوم

17) رواه البخارى(

Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a berkata: suatu ketika Rasulullah saw. Datang ke Madinah pada saat penduduk sedang melakukan akad salam buah kurma selama satu tahun dan dua tahun. Kemudian Rasulullah saw. Bersabda: barang siapa melakukannya dengan menggunakan takaran dan timbangan yang diketahui”. (HR. Bukhari).

Bentuk jual beli yang mendasarkan pada jual belinya dengan cara

menyebutkan sifat-sifat obyek perikatan kepada pembeli dibolehkan. Maka

kebolehannya tersebut didasarkan pada hak untuk melihat obyek perikatan

yang dimaksud terlebih dahulu bagi calon pembeli sebelum berlangsungnya

transaksi. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan unsur gharar yang mungkin

terjadi dalam jual beli yang hanya didasarkan pada penyebutan sifat-sifat

obyek perikatan lebih jauh lagi untuk mengantisipasi dan mengeliminir unsur-

unsur gharar yang masih mungkin terjadi. Maka disyaratkan tidak berubahnya

materi obyek perikatan yang dimaksud setelah adanya ru’yah baik secara

kualitas maupun kwantitas.

Pada jual beli dengan cara penawaran beratas-atasan seperti yang

terjadi dalam lelang yaitu menambah harga adalah tiada dilarang sebagaimana

jual beli muzayadah.18 Dijelaskan dalam satu keterangan:

17 Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari fi Syarhi al-Bukhari, juz IV, Dār al-Fikr,

Beirut, t.th. hlm. 428 18 Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 86

71

عن انس رض اهللا عنه قال باع النىب صلى اهللا عليه وسلم حلسا وقدحا قال من اخد هتما بدرهم فقال النىب صلى اهللا : يشترى هذا احللس والقدح فقال رجل

رواه (عليه وسلم من يزيد على درهم؟ فاعطاه رجل درمهني فباعهما منه 19) الترمذى

Artinya: “Dr. Anas r.a. ia berkata: Rasulullah saw. Menjual pelana dan

sebuah mangkok air, dengan berkata: siapa yang mau membeli pelana dan mangkok ini? Seorang laki-laki menyahut: aku bersedia membelinya seharga satu dirham, lalu Nabi berkata lagi, siapa yang berani menambah? Maka diberi dua dirham oleh seorang laki-laki kepada Beliau, lalu dijuallah kedua benda itu kepada laki-laki tadi”. (HR. Tirmidzi).

Ibnu Abd al-Bar berkata: “Ulama sepakat bahwa tidak haram menjual

barang kepada yang membelinya dengan harga yang lebih mahal.20 Maka

dapatlah disebutkan disini bahwa proses tawar menawar pada lelang tersebut

dianggap boleh dan sah. Kecuali apabila antara penjual dan pembeli setelah

kesepakatan harga jual dan sudah senang saling menjual dan membeli tapi

akad belum sempurna selesai lalu pihak ketiga melakukan penawaran yang

lebih tinggi, inilah yang dilarang oleh Rasulullah.

Dalam sistem dagang seperti lelang arisan sepeda motor ini, tidak

terdapat unsur gharar karena barang yang diperjualbelikan dan harganya sudah

jelas sehingga tidak timbul adanya unsur spekulasi yang dapat merugikan

salah satu pihak yang pada ujungnya dalam jual beli tersebut tiada didasari

saling rela. Sedangkan yang tidak diperbolehkan dalam Islam adalah apabila

19 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Surah, Sunan at-Tirmidzi, Juz III, Dār.al-Fikr, t.th.

hlm.345 20 Al-San’any, Subul al-Salam, juz III, Maktabah wa Matba’ah, Toha Putera, Semarang,

hlm.23

72

terdapat ketidakjelasan pada kadar benda yang ditransaksikan, baik itu barang

yang dijual maupun harganya. Sehingga jual beli tersebut dapat dikategorikan

sebagai jual beli yang mengandung unsur gharar. Bahwa gharar dan segala

unsurnya sebagaimana dipahami dalam fiqh Islam adalah dilarang atas dasar

suatu riwayat hadist :

عن ابى هريرة قال نهى رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم عن بيع الحصاه وعن بيع الغرر

21 ) رواه مسلم( Artinya :Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah telah melarang jual beli

hasah dan jual beli gharar. (HR.Muslim)

Jual beli sepeda motor di CV.AIDA ini menggunakan sistem lelangnya

tertutup dikarenakan untuk menghindari kecurangan, perselisihan dan

sebagainya. Sepanjang penulis amati tiada masalah karena praktek disini tidak

memunculkan suatu kondisi persaingan yang dapat bertentangan dengan

prinsip-prinsip Islam.

Jika dilihat dari sisi pelelangan, mereka harus menambah uang lelang

dengan batas minimal 10 % dari harga kendaraan. Akan tetapi dalam

prakteknya sebagian dari mereka menambah kekurangan tersebut lebih dari

10 % , misalnya lelang sampai Rp.8.000.000,-

Kalaupun mereka lelang sampai Rp.8.000.000, itu karena keinginan

mereka sendiri, mereka ingin cepat mendapatkan sepeda motor sedangkan dari

panitia hanya memberikan batas minimal 10 % untuk kekurangan harga

sepeda motor. Dan apabila terjadi kemungkinan dari semua peserta melelang

21 Imam Muslim,op-cit.,hlm. 659

73

hanya sampai batas minimum, itupun tidak akan merugikan peserta kalau

peserta harus mengangsur sampai 100 bulan. Berarti angsuran setiap bulan

Rp. 110.000 x Rp.100.000 = Rp.11.000.000. Jadi mereka tetap setor uang Rp.

11.000.000 dan kekurangan harga sepeda motor tersebut dari uang hasil lelang

tersebut.Oleh karena itu, di antara kedua belah pihak tidak ada yang saling

dirugikan. Dan apabila terjadi lelang lebih dari 10 % maka saldonya

diakumulasikan untuk bulan berikutnya (2 kali undi) sehingga mereka tidak

membayar angsuran sampai 100 kali. justru ini yang menguntungkan peserta

karena walaupun uang lelang lebih dari 10 % tapi mereka tidak mengangsur

sampai 100 kali (100 bulan ).

Apabila dilihat dari sisi barang dan harga kendaraan, karena arisan ini

berlangsung sampai bertahun-tahun, maka bisa saja terjadi fluktuasi harga

baik harga kendaraan itu naik, turun ataupun kendaraan tersebut sudah tidak di

produksi lagi. Jika terjadi hal semacam ini, misalnya harga kendaraan naik

maka hal ini tidak akan mempengaruhi angsuran peserta setiap bulannya yaitu

mereka tetap mengangsur Rp. 110.000/bulan dan kekurangannya itu tetap

ditambah sendiri dengan cara lelang yaitu batas minimal lelang10 % dari

harga kendaraan hanya untuk menambah angsuran untuk memperoleh harga 1

kendaraan.

Adapun apabila terjadi harga kendaraan itu turun atau kendaraan sudah

tidak diproduksi lagi, misalnya Suzuki maka dari pihak pengurus mencari

alternatif yaitu mencari jenis kendaraan lain sesuai keinginan peserta dengan

harga sebanding dengan harga Suzuki tersebut . sehingga dari peserta

74

membayar angsuran setiap bulannya tetap dan mereka tidak dirugikan dengan

turunnya harga kendaraan.

Jadi barang yang diperjual belikan ataupun harga kendaraan disini

tetap dan sudah jelas, tidak mengandung unsur ketidakjelasan, spekulasi,

keraguan dan sejenisnya yang dari unsur-unsur tersebut mengakibatkan

adanya ketidakrelaan dalam jual beli tersebut. Akan tetapi semua peserta

arisan sudah mengetahuinya karena sudah dijelaskan secara transparan oleh

pengurus jaga diantara keduanya tiada masalah (aling rela). Seperti dalam

surat an-Nisa, ayat : 29 :

ياأيها الذين ءامنوا لا تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إلا أن تكون تجارة عن تراض )٢٩: النساء (منكم

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu”(QS. Al-Baqarah : 29 )22

Yang diharapkan dalam Islam antara lain menyediakan secara jujur,

terpercaya dan tidak mempermainkan harga dengan menambah harganya agar

pembelinya membelinya dengan harga lebih.Dengan tanpa mengeksploitir

fungsinya ini untuk kepentingan sepihak dan merugikan pihak yang lain tetapi

sebaliknya apabila untuk memperlancar dan mempermudah proses transaksi

keberadaannya tidak menjadi masalah.

Adapun mengenai penentuan harga dapat disebutkan suatu riwayat

hadits:

22 Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 69

75

غالالسعر ىف املدينة على عهد رسول اهللا : و عن انس بن مالك رضى اهللا عنه قاليارسول اهللا غال السعر فسعر لنا فقال رسول : صلى اهللا عليه وسلم فقال الناس

رجواان ان اهللا هو املعسر القابض الباسط الرازق واىن ال: اهللا صلى اهللا عليه وسلمرواه اخلمسة اال (القي اهللا تعاىل وليس احد منكم يطلنب مبظلمة ىف دم وال مال

23) النساء وصححه احلاكم

Artinya: “Anas bin Malik RA. Bercerita, bahwa pada masa Rasulullah saw. Masih hidup terjadi kenaikan harga, sehingga orang banyak berkata kepada rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah! Harga barang-barang telah naik, karena itu terpaksa harga penjualan kami naikkan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya yang menetapkannya harga ialah Allah, yang menahan dan melepaskan rezeki. Oleh sebab itu saya mengharapkan agar saya menemui Allah swt. Dalam keadaan tidak seorangpun dari saudara-saudaranya yang minta tolong kepadaku, karena nyawa dan hartanya teraniaya”.

Jadi jika kenaikan harga disebabkan kenyataan dan bukan karena

dimainkan spekulator, maka tentu tidak terlarang, agar pedagang tidak

bangkrut dan tentulah mereka dapat meneruskan pengabdian kepada

masyarakat.

Dengan demikian praktek jual beli sepeda motor yang ada di pasar

Johar syah, karena sudah memenuhi asas ‘an tarodin (عن تراض).

Hal ini dapat di dibuktikan setelah penulis wawancara kepada beberapa

peserta arisan mengenai motivasi mereka mengikuti arisan ternyata antara

kedua belah pihak terutama pihak pembeli tidak ada yang merasa dipaksakan

(rela). Adapun faktor yang mendorong mereka mengikuti arisan adalah:

a). Motivasi keuntungan

23 Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul Maram, hlm. 165

76

Adapun keuntungan yang mereka peroleh adalah mereka bisa

mendapatkan kendaran dengan mudah tapi angsuran lebih ringan jika

dibandingkan dealer.

Memberikan kebebasan kepada mereka apabila ternyata di tengah-

tengah arisan mereka mengundurkan diri.

Semua surat-surat BPKB dan biaya lain ditanggung pengurus dan

peserta tinggal menerima bersih.

b). Karena hajat

Seperti yang telah penulis sebutkan dimuka, sepeda motor merupakan

kebutuhan masyarakat. Hampir sebagian masyarakat sudah mempunyai

sepeda motor selain untuk memudahkan transportasi mereka atau mungkin

sebagai sumber mata pencaharian.

c) Mereka menganggap menabung atau mendisiplinkan diri untuk menabung.

d) Praktis atau mudah dan ada badan hukumnya sehingga mereka merasa

terlindungi dan aman.

Prinisp utama dalam mu’amalah adalah saling rela atau suka sama suka

antara kedua belah pihak baik penjual maupun pembeli. Hal ini telah ditegaskan

dalam firman Allah surat An-Nisa ayat: 29:

الكم بينكم بالباطل إلا أن تكون تجارة عن تراض ياأيها الذين ءامنوا لا تأكلوا أمو )٢٩: النساء (منكم

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu”(QS. Al-Baqarah : 29 )24

24 Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 69

77

Dan Nabi SAW bersabda:

قال رسول اهللا : مسعت ابا سعيد اخلدرى يقول: عن داودبن صاحل املدىن عن ابيه قال 25) رواه ابن ماجه(امنا البيع عن تراض : صلى اهللا عليه وسلم

Artinya: “Dari Daud bin Shaleh Madani, dari ayahnya berkata saya telah mendengar dari Abu Said Khudri, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya jual beli terjadi dengan kerelaan”. (HR. Ibnu Majah).

Di samping itu dalam mu’amalah yang juga dipentingkan adalah untuk

kemaslahatan umat, hal ini selaras dengan kaidah kaidah fiqh yang berbunyi:

26احلكم يتبع املصلحة الراجحه

Artinya: “Hukum mengikuti kemaslahatan yang lebih kuat”.

Dari kaidah fiqh di atas menjelaskan, bahwa yang dikehendaki oleh

hukum Islam adalah untuk kemaslahatan manusia baik individu maupun

kelompok dalam kemasyarakatan, yang dikehendaki oleh Islam di sini adalah

kemaslahatan ini juga meliputi kemaslahatan jasmani dan rohani, yang pada

akhirnya adalah menuju kemaslahatan di dunia dan akhirat kelak.

Sebagaimana yang terkandung dalam kitab-kitab ushl fiqh, bahwa

pembentukan hukum itu tidak dimaksudkan kecuali merealisir kemaslahatan

umat manusia, artinya mendatangkan keuntungan bagi mereka dan menolak

madlarat serta menghilangkan kesusahan atau kesulitan dari padanya. Maslahat

25 Al-Hafidl Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazīd al-Qazwiny, Sunan Ibnu Majah, juz II,

Dār. Al-Fikr, Beirut, t.th., hlm. 737 26 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997, hlm.

79

78

menjadi baru menurut keadaan umat manusia dan berkembang menurut

perkembangan lingkungan.27

Demikian juga halnya jual beli dengan cara lelang arisan yang terjadi di

pasar Johar tersebut merupakan hal baru dalam jual beli pada masa sekarang ini,

yang mana penulis telah mengadakan penelitian secara langsung kepada para

pihak yang bersangkutan mengenai praktek maupun prosesnya (pada bab III),

ternyata tidak menyimpang dari ketentuan hukum Islam sehingga nampak

kemaslahatannya, yaitu:

Saling memudahkan antara kedua belah pihak sehingga tercermin unsur

tolong-menolong.

Tidak menimbulkan dampak negatif pada masyarakat.

Kedua belah pihak saling menguntungkan

Akan tetapi selain banyak keuntungan yang kita peroleh, setiap pekerjaan

pasti mempunyai sisi negatif. Dalam arisan inipun mempunyai kekurangan-

kekurangan di antaranya :

1. Ada beberapa peserta yang terlambat membayar setoran arisan

2. Kurangnya partisipasi peserta dalam pelelangan sepeda motor

3. Target arisan adalah mendapatkan sepeda motor, akan tetapi peserta yang

mendapatkan arisan terakhir kalau tidak ada yang lelang maka tidak bisa

mendapatkan sepeda motor.

27 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Dina Utama, Semarang, 1994, hlm. 116

79

4. peserta yang ingin mendapatkan arisan harus menyediakan uang terlebih

dahulu, maka orang yang tidak punya uang, tidak bisa menjadi penarik

(pemenang).

Mungkin itu beberapa kekurangan menurut penulis dalam jual beli sepeda

motor dengan cara lelang arisan yang ada di pasar johar.

Dengan demikian, secara umum tentang syarat-syarat jual beli apabila

dikaitkan dengan jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan, maka jual beli

arisan itu sudah memenuhi syarat-syarat umum jual beli, sehingga menurut hemat

penulis, bahwa jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan syah dalam

pandangan Islam.

80

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Surahwadi K,Hukum Ekonomi Islam, Edisi I, cet. 2, Sinar Grafika, Jakarta, t.th.

Rambi, Samsir, Surat menyurat dan Komunikasi, Edisi I al-Jaziri, Abdurrahman, Al-Fiqh ‘Ala Mazahib al-Arba’ah, juz III, Al-Maktabah

at-tijariyah al-Kubra, cet. VI, Mesir, t.th. Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,

1976 Kartono, Kartini,Pengantar Metodologi Riset Sosial, Mandar Maju, bandung,

1990 Azwar, Syaifuddin,Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999 Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo setiady,Metodologi Penelitian Sosial, Bumi

Aksara, Jakarta, 2000 Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, Metodologi Penelitian Survey, Pusat

Penelitian dan Study Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1981

al-Marbawy Idris Muhammad, Kamus Idris al-Marbawy, al-Hidayah, Surabaya, t.th.

Taqiyuddin Imam, Kifayah al-Akhyar, juz I, Maktabah wa Matba’ah, Toha Putera, Semarang t.th

Ma’luf Louis, Al-Munjid fi al-Lughat wa al-A’lam, Dar al-Masyriq, Beirut, t.th. as-San’any al-Kahlany bin Ismail Muhammad, Subul as-Salam, juz III, Maktabah

wa Matba’ah, Toha Putera, Semarang, t.th. al-Assal Muhammad Ahmad dan al-Karim Ahmad Fathi : Al-Nizam al-Iqtishad fi al-Islam, Maktabah

wa Matba’ah Bakker Anton dan Zubair Charris Achmad : Metodologi Pendekatan

Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1990 Sabiq Al-Sayyid : Fiqh al-Sunnah, jilid III, Dar al-Fikr, Beirut, 1983 al-Anshari Zakaria Yahya Abi Syaih : Fath al-Wahhab, juz I, Maktabah wa

Matba’ah, Toha Putera, Semarang. T.th. Subekti R, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradtya Paramita, Jakarta,

1990 Karim Helmi, Fiqh Mu’amalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penterjemah/Penafsir Al-

Qur’an, Jakarta Qardawy Yusuf, Al-Halal wa al-Haram fi al- Islam, Dār al-Ma’rfah, 1983 Abdul Muhammad Kadir, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan

Perdagangan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992 Qudamah bin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad Abdullah

81

: Al-MughniDār al-Kutb al-Ilmiyyah, juz W, Beirut, Libanon Imam Muslim : Shahih Muslim, Juz III, Dār. Al-Kutb al-Alamiyah, Beirut,

Libanon Abi Daud Sulaiman Ibn al-Asy’as al-Sajistamy al-Azadi : Sunan Abi Daud, Dār al-Fikr, Juz III, Beirut Al-Hafidl Abi Abdillah Muhammad Ibnu Yazīd al-Gazwiny : Sunan Ibnu Majah, juz II, Dār al-Fikr, t.th Asymuni A. Rahman : Qaidah-qidah Fiqh, Bulan Bintang, Jakarta, 1976 Ahmad M. Syaifuddin : Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam,

Rajawali Press, Jakarta, 1992, hal. 231 Khairuman Pasaribu : Hukum Perjanjian dalam Islam, Sinar Grafika, 1994 Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad al-Syaukani : Nail Al-Authar, juz V, Dār. Al-Hadits,

Kairo, t.th. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani : Fath al-Bari fi Syarhi al-Bukhari, juz IV,

Dār al-Ma’arif, Beirut, t.th. Hendi Suhendi : Fiqh Mu’amalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Surah : Sunan at-Tirmidzi, Juz III, Dār.al-Fikr, t.th. Al-San’any : Subul al-Salam, juz III, Maktabah wa Matba’ah, Toha

Putera, Semarang Ibnu Hajar al-Asqalany : Bulughul Maram, Maktabah Al-Alawiyah,

t.th. Al-Hafidl Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazīd al-Qazwiny : Sunan Ibnu Majah, juz II, Dār. Al-Fikr, Beirut, t.th Fathurrahman Djamil : Filsafat Hukum Islam, Logos Wacana Ilmu,

Jakarta, 1997 Abdul Wahab Khalaf : Ilmu Ushul Fiqh, Dina Utama, Semarang, 1994 Sulaiman Rasyid : Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1994 Ahmad Warson Munawar : Kamus Al-Munawir, Unit Pengembangan

Pengadaan Buku Ilmiah Keagamaan P.P. Al-Munawir, Yogyakarta, 1984

Hasbi Ash-Shiddieqy : Pengantar Fiqh Mu’amalah, Bulan Bintang, Jakarta, 1980

Wahbah Az-Zuhaily : Al-Fiqh al-Islam wa Adilatuhu, juz IV, Dar al Fikr, Beirut, Mesir, t.th.

Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuti : Al-Jamius-Shaghir, juz II, al-ma’arif, Bandung, t.th. Hasbi Ash-Shiddieqy : Filsafat Hukum Islam, Bulan Bintang, Bandung,

1975

82

83

b). Motivasi keuntungan

Adapun keuntungan yang mereka peroleh adalah mereka bisa

mendapatkan kendaran dengan mudah tapi angsuran lebih ringan jika

dibandingkan dealer.

Memberikan kebebasan kepada mereka apabila ternyata di tengah-

tengah arisan mereka mengundurkan diri.

Semua surat-surat BPKB dan biaya lain ditanggung pengurus dan

peserta tinggal menerima bersih.

84

c). Karena hajat

Seperti yang telah penulis sebutkan dimuka, sepeda motor merupakan

kebutuhan masyarakat. Hampir sebagian masyarakat sudah mempunyai

sepeda motor selain untuk memudahkan transportasi mereka atau mungkin

sebagai sumber mata pencaharian.

d). Mereka menganggap menabung atau mendisiplinkan diri untuk menabung.

e). Praktis atau mudah dan ada badan hukumnya sehingga mereka merasa

terlindungi dan aman.