Upload
vuonghanh
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
56
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SEPEDA MOTOR
DENGAN CARA LELANG ARISAN DI CV. AIDA
A. Tinjauan tentang Ketentuan Jual Beli Sepeda Motor Dengan Cara
Lelang Arisan
Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang
lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.
Jual beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika
setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan
harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan maupun harganya
belum dibayar.1
Agama menghendaki agar dalam pelaku jual beli itu senantiasa
diperhatikan ketentuan-ketentuan yang bisa menjamin pelaksanaan maksud-
maksud mulia yang diinginkan agama.2
Adapun beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam
melaksanakan aktivitas jual beli yaitu:
1. Para pihak yang menyelenggarakan akad haruslah berbuat atas kemauan
sendiri dengan penuh kerelaan. Ketentuan umum ini berdasarkan firman
Allah dalam surat An-Nisa ayat: 29:
1 R. Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradtya Paramita, Jakarta, 1990, hal.
327 2 Helmi Karim, Fiqh Mu’amalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 34
57
ياأيها الذين ءامنوا لا تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إلا أن تكون تجارة عن تراض )٢٩: النساء ( منكم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling makan harta sesamanya dengan jalan yang batal melainkan dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu”. (QS. An-Nisa:29).3
2. Di dalam melaksanakan akad tidak boleh ada unsur penipuan baik yang
datang dari pihak penjual ataupun dari pembeli. Kedua pihak yang
melaksanakan akad jual belipun dituntut memiliki pengetahuan yang
memadai akan obyek yang mereka jadikan sasaran dalam jual beli/tidak
mendatangkan perselisihan dikemudian hari.
3. Sesuatu yang diakadkan mestilah sesuatu yang sesuai dengan realita bukan
sesuatu yang tidak berwujud. Maka obyeknya dapat diserahterimakan,
berikut segala manfaatnya.
4. Manfaat dari sesuatu yang menjadi obyek transaksi jual beli mestilah
berupa sesuatu yang berubah, bukan sesuatu yang haram.4
Perkembangan masyarakat ini membawa tendensi timbulnya
bermacam-macam perjanjian jenis baru. Ini tidak mengherankan karena
manusia itu selalu mencari kepuasan dengan berbagai cara dalam segala
sesuatunya, apalagi dalam lapangan perniagaan.
Seperti halnya jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan yang
dilaksanakan di CV. AIDA bekerjasama dengan Dealer Suzuki dan Dealer
3 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an,
Jakarta, hal. 69 4 Helmi Karim, Op.Cit.
58
Nusantara mempunyai beberapa ketentuan (perjanjian) serta kewajiban para
peserta, diantaranya:
1. Setoran arisan sebesar Rp. 110.000,- per bulan sampai arisan selesai
2. Peserta dapat mengikuti arisan lebih dari satu nama
3. Pembayaran dapat dilakukan di sekretariat AIDA Tailor, Yaik Permai Lt.
II Blok VI No. 2 Ps Johar Semarang Telp. (024) 3561850 – 6730939 (jam
08.00 – 16.00) diambil di rumah/kantor peserta arisan dengan tambahan
biaya Rp. 2.500,- (dalam kota) Rp. 5.000,- (luar kota)
4. Peserta wajib setor uang arisan paling lambat minggu keempat
5. Setiap anggota arisan berkewajiban membayar setoran sampai 100 kali,
kecuali kalau ada sisa lelang sehingga bisa berkurang sebanyak sisa lelang
yang ada.
6. Peserta terakhir akan mendapat uang Rp. 11.000.000,- walaupun arisan
selesai dalam waktu 70 bulan
7. Peserta yang dalam 2 bulan berturut-turut tidak setor uang arisan tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu dianggap mengundurkan diri, dan uang
yang sudah masuk hangus.
8. Harga kendaraan sama dengan harga dealer, dan ditambah administrasi 5%
dari harga tersebut (harga price list)
9. kenaikan harga tidak mempengaruhi besarnya setoran
10. Lelang minimal 10% dari harga sepeda motor pada saat itu (sudah
termasuk administrasi 5%, biaya notaris, asuransi kehilangan).
59
11. Lelang menggunakan system lelang tertutup dengan hasil lelang untuk
semua peserta.
12. Mengikuti lelang, peserta harus sudah setor uang arisan pada bulan
berjalan (sudah lunas).
13. Pemenang lelang yang tidak memenuhi kewajibannya dalam waktu 5 x 24
jam dianggap gugur dan digantikan oleh peserta arisan lain.
14. Jika peserta yang telah mendapatkan kendaraan, tidak setor walau hanya
satu bulan (4 kali angsuran) pengurus dibenarkan/diijinkan mengambil
barang jaminan tersebut.
15. Perpanjangan STNK oleh panitia sebelum masa arisan selesai dan biaya
perpanjangan dari peserta/pemilik.
16. Peserta yang mengundurkan diri sebelum masa arisan selesai, uang yang
telah masuk dikembalikan 60% pada saat yang bersangkutan
mengundurkan diri.
17. Jika peserta meninggal dunia sebelum masa arisan selesai, bagi yang
mengundurkan diri dikembalikan 75% dari jumlah setiran yang telah
dibayarkan.
18. Keterlambatan membayar setoran dikenakan denda Rp 500,- perhari,
terhitung tanggal 11 tiap bulannya.
19. Perjanjian dan berita acara serah terima barang dilaksanakan didepan
notaris yang ditunjuk.
20. Peserta wajib mematuhi segala aturan yang berlaku 5
5 Dokumen Arisan
60
Pada ketentuan-ketentuan di atas antara pihak kesatu (CV AIDA) dan
pihak kedua (para peserta arisan) telah sepakat dan setuju untuk mengadakan
perjanjian jual beli kendaraan bermotor, dimana pihak kesatu adalah pihak
yang menjual kendaraan bermotor dan pihak kedua adalah pihak yang
membeli kendaraan bermotor.
Dengan adanya ketentuan-ketentuan di atas yang dibuat atas perjanjian
dan kesepakatan bersama, maka mereka sama-sama tertolong artinya dari
pihak pengurus dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang
mereka buat, juga dari pihak peserta mereka tidak bisa bertindak seenaknya
sendiri tetapi mereka masih mempunyai kewajiban dan mengikuti peraturan
yang telah mereka buat bersama sampai arisan selesai.
Pada ketentuan no. 1,2,3, dimana mereka membuat perjanjian
mengenai peserta yang mengikuti arisan, besarnya uang arisan dan tempat
arisan atas kesepakatan bersama mereka setuju dan melaksanakannya sesuai
ketentuan.
Dasar segala akad dalam Islam ialah sempurnanya segala rupa akad
maka wajiblah atas tiap-tiap orang yang menyempurnakan segala ,(اوفوا بالعقود)
akad dan menepati segala janji, sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan.
Seruan ini menetapkan agar tanggung jawab melaksanakan perjanjian.
Pelaksanaan perjanjian merupakan perkara yang sangat penting.Memenuhinya
berarti melaksanakan sesuatu yang sempurna.
Ketentuan no. 4,5, bahwa semua peserta mempunyai kewajiban
membayar arisan Rp. 110.000 setiap bulan sampai selesai.
61
Mengenai perjanjian di atas yakni kewajiban membayar setoran arisan
itu merupakan angsuran yang wajib dibayarkan setiap bulan. Dibolehkan
mengangsur (4x angsuran) sebagian sampai waktu yang telah ditentukan, yang
demikian adalah kewajiban yang harus dipenuhi sesuai perjanjian.
Sebagaimana diperkenankan orang muslim membeli secara kontan,
maka begitu juga diperkenankan menangguhkan pembayaran itu sampai pada
batas tertentu, sesuai dengan perjanjian.6
Ketentuan no. 6,8,9 disebutkan bahwa peserta terakhir mendapat uang
Rp. 11.000.000 walau arisan selesai dalam waktu 70 bulan dan harga
kendaraan sama dengan harga dealer dengan ditambah administrasi 5% dari
harga tersebut.
Ketentuan ini dilaksanakan oleh kedua belah pihak, sudah barang tentu
karena ia tidak mau dirugikan. Hal ini sesuai dengan pasal 1460 kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang berbunyi sebagai berikut: jika kendaraan yang
dijual itu berupa satu barang yang sudah ditentukan, maka orang ini sejak saat
pembelian adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun penyerahannya belum
dilakukan dan si penjual berhak menuntut harganya.7
Ketentuan no. 10 disebutkan lelang minimal 10% dari harga sepeda
motor pada saat itu.
Ditentukannya lelang minimal, disini bukan berarti mereka membeli
kendaran dengan harga lebih dan pengurus (penjual) akan mendapatkan
keuntungan, akan tetapi harga tersebut sudah sesuai dengan harga kendaraan
6 Yusuf Qardawy, al-Halal wa al-Haram fi al- Islam, Terj. Mu’ammal Hamidy “Halal dan Haram dalam Islam”, Bina Ilmu, Jakarta, 1980, hlm. 371
7 R. Subekti, op-cit, hlm.328.
62
beserta membayar biaya-biaya lain. Adapun mereka lelang lebih dari 10% itu
karena mereka ingin cepat mendapatkan sepeda motor dan saldonyapun milik
semua peserta. Hal ini termasuk jual beli yang tidak mengandung tipuan.
Karena semua peserta sudah mengetahuinya dan dijelaskan secara jujur oleh
pengurus (penjual).
Ketentuan no. 11, lelang menggunakan sistem lelang tertutup dengan
hasil lelang untuk semua peserta.
Dengan menggunakan sistem lelang tertutup maka akan menghindari
perselisihan dan kecurangan yang mengakibatkan kerugian salah satu pihak.
Karena apabila ada salah satu pihak yang dirugikan maka jual beli disini
adalah jual beli yang terlarang. Karena tujuan jual beli adalah saling
menguntungkan antara kedua belah pihak.
Ketentuan no. 12,18, pada ketentuan ini berkaitan dengan setoran uang
arisan dan pembayaran denda yang harus dibayar dari keterlambatan,
dimaksudkan untuk kepastian perjanjian itu sendiri.
Untuk denda yang harus dibayar dari keterlambatan, Abu Haris
mensinyalir suatu pendapat dari Imam Ahmad tentang seorang laki-laki yang
menyewakan hewan kendaraan selama 10 hari dengan harga 10 dirham, maka
jika penggunaan kendaraan itu lebih lama dari 10 hari, maka setiap hari
membayar sewa 1 dirham, maka yang demikian itu boleh.8
Ketentuan no. 7,13,14, dalam ketentuan ini, dimana dia tidak bisa
membayar angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah mereka sepakati, baik
8 Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah, Al-Mughni, Dār al-Kutb
al-Ilmiyyah, juz VI, Beirut, Libanon, hal. 85
63
karena jatuh pailit ataupun karena dinyatakan tidak berhak lagi mengurus dan
menguasai hartanya sehingga pihak pengurus diperkenankan/diizinkan
mengambil barang jaminan.
Dan kalau memang ketentuan dalam perjanjian mengharuskan
kendaraan ditarik.barang jaminan itu diambil, boleh saja berdasarkan hadits:
عليه وسلم ىف الرجل الذى يعدم اذا وجد عنده عن اىب هريرة عن النىي صلىاهللا 9)رواه مسلم(املتاع ومل يفرقه انه لصاحبه الذى باعه
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Berkata: Rasulullah saw bersabda tentang orang yang tidak mampu membayar yaitu apabila barang itu masih berada ditangan pembelinya, maka bolehlah diambil lagi oleh penjual”. (HR. Muslim).
Ketentuan no. 15 bahwa sebagai kelengkapan jalan pihak kedua hanya
diberi STNK dan setelah arisan selesai atau bagi peserta yang sudah melunasi
setoran maka pihak pengurus akan segera menyerahkan BPKB kendaraan
bermotor berikut surat-surat lain.
Surat-surat tersebut di atas adalah merupakan suatu kelengkapan atas
kendaraan yang merupakan kelengkapan jalan, tanpa surat tersebut perjanjian
jual beli kurang bermanfaat, sedangkan salah satu syarat jual beli adalah
barangnya harus manfaat, termasuk disini kelengkapan yang
melingkupinya/menyertainya.
Ketentuan no. 16,17, mengenai peserta yang mengundurkan diri
sebelum masa arisan selesai maka dari pihak pengurus mengambil langkah
sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian, yakni uang yang telah masuk
9 Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz III, Dār. Al-Kutb al-Alamiyah, Beirut, Libanon, hal.
1193-1194
64
dikembalikan 60% pada saat yang bersangkutan mengundurkan diri dan jika
peserta meninggal dunia sebelum masa arisan selesai bagi yang
mengundurkan diri dikembalikan 75% dari jumlah yang telah dibayarkan.
Karena tujuan dari segala perjanjian adalah untuk dipenuhi oleh orang
yang berjanji. Faktor waktu adalah penting dalam hal perjanjian, terutama
dalam lapangan perniagaan dan mereka harus menerima segala akibat yang
terjadi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian hal ini
sesuai dengan hadits:
عن سليمان بن داود قال رسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم املسلمون على شروطهم 10)رواه داود(
Artinya: “Dari Sulaiman bin Daud, Rasulullah bersabda: segala orang Islam berada di atas syarat-syarat yang mereka buat”. (HR. Abi Daud).
Ketentuan no.19, setiap pihak yang membuat perjanjian pasti
mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut dinyatakan secara
tegas dalam perjanjian yang dibuat itu. Dalam jual beli tujuan pihak yang
menjual mengikatkan diri kepada pihak pembeli ialah untuk menyerahkan
benda, sehingga penguasaan benda secara nyata ada pada pihak penjual.
Islam melarang perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang tidak
berada dalam penguasaan penjual, sebab bisa jadi barang tersebut sudah rusak
atau tidak dapat diserahterimakan sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan.
No.20 arisan sudah di undi beberapa kali dan mereka dapat mematuhi
segala aturan yang berlaku.
10 Abi Daud Sulaiman Ibn al-Asy’as al-Sajistamy al-Azadi, Sunan Abi Daud, Juz III, Dār
al-Fikr, , Beirut, hal. 169
65
Dalam hal ini berarti mereka bertanggung jawab atas perjanjian yang
mereka buat. Pelakasanan perjanjian merupakan perkara yang sangat penting
memenuhinya berarti melaksanakan sesuatu yang sempurna.
Jika kita perhatikan beberapa ketentuan jual beli sepeda motor dengan
cara lelang arisan di atas dari awal perjanjian tidak ada masalah karena tidak
menyimpang dari aturan-aturan hukum Islam dalam bidang mu’amalat dan
mereka telah mengadakan perjanjian atas kesepakatan bersama. Disebutkan
dalam hadits:
11 ) رواه ابن حبان(امنا البيع عن تراض: قال رسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya jual beli itu sah dengan saling merelakan”. (Riwayat Ibnu Hibban )
Sedangkan kata (عن تراض) sebagaimana yang dikembalikan oleh
Mustafa al-Maraghi yakni saling adanya dari kedua belah pihak penjual dan
pembeli.
Dalam hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyyah:
الرضى بالشئ رضى مبا يتولد منه Artinya: “Rela dengan sesuatu adalah rela dengan akibat yang terjadi
daripadanya”.12
Jadi bila seseorang telah rela akan sesuatu atau menerima terhadap
sesuatu atau mengizinkan terhadap sesuatu maka segala akibat atau rentetan
persoalan yang terjadi dari apa yang diterimanya itu. Harus diterima dengan
11 al-Hafidl Abi Abdillah Muhammad Ibnu Yazīd al-Gazwiny, Sunan Ibnu Majah, juz II,
Dār al-Fikr, t.th. hal. 737 12 Mukhlis Usman, Kaidah-kaidah Istimbath Hukum Islam (kaidah-kaidah ushuliyyah dan
fiqhiyyah), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.159
66
kata lain, kerelaannya itu berarti menerima segala resiko yang akan terjadi dari
yang telah diterima itu.
Dasar segala akad dalam Islam ialah sempurnakanlah segala rupa akad
maka akad dan menepati segala janji, sesuai dengan syarat yang (اوفوا بالعقود)
telah ditetapkan.
Dalam qaidah fiqhiyyah ditegaskan:
االصل ىفالعقد رضى املتعاقدين ونتيجته ما التزماه بالتعاقد
Artinya: “Hukum pokok pada akad adalah kerelaan kedua belah pihak yang mengadakan akad hasilnya apa yang saling diiltizamkan (dipenuhi sesuai ketentuan) oleh perakadan (perjanjian)”.13
Dari redaksi ini menunjukkan bahwa suatu akad haruslah benar-benar
didasarkan atas kehendak yang bebas (tanpa ada paksaan) yang timbul dari
masing-masing pihak yang mengadakan akad. Oleh karena itu, mana kala
terjadi suatu akad, dimana salah satu pihak tidak menginginkan/tidak
menghendaki artinya dalam keadaan terpaksa, maka akad itu tidak sah/batal.
Dengan demikian secara umum ketentuan-ketentuan yang ada dalam
jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan apabila dikaitkan dengan
aturan-aturan yang ada dalam hukum Islam sudah memenuhi syarat dan atas
dasar saling rela sehingga menurut penulis ketentuan-ketentuan tersebut
diperbolehkan karena sudah sesuai dengan ketentuan hukum Islam.
13 Ibid., hal. 44
67
B. Tinjauan terhadap Praktek Jual Beli Sepeda Motor dengan Cara Lelang
Arisan
Syarat jual beli adalah segala sesuatu yang harus ada untuk
mewujudkan bukum jual beli sedangkan yang ada dalam jual beli adanya
shighat akad dari kedua belah pihak baik penjual maupun pembeli, adanya
aqid orang yang melakukan akad yaitu penjual dan pembeli dan adanya
ma’qud ‘alaih atau barang yang menjadi obyek jual beli.
Pembahasan mengenai sighat akad dari kedua belah pihak baik penjual
ataupun pembali telah diuraikan pada bab sebelumnya. Sedangkan mengenai
adanya aqid atau orang yang melakukan akad yaitu penjual dan pembeli pada
penjualan sepeda motor system lelang secara umum tidak ada masalah, karena
antara penjual dan pembeli tetap ada. Maka pembahasan mengenai syarat jual
beli disini akan difokuskan pada barang menjadi obyek jual beli.
Untuk menjadikan sahnya jual beli telah lazim harus ada barang yang
menjadi obyek jual beli atau yang menjadi sebab terjadinya perjanjian jual
beli, sedangkan mengenai benda yang dijadikan obyek jual beli ini menurut
pendapat ulama harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Bersih barangnya,
2. Dapat dimanfaatkan,
3. Milik orang yang melakukan akad,
4. Mampu menyerahkan,
5. Mengetahui, dan
68
6. Barang yang diakadkan ada ditangan.14
Bersih barangnya dalam kaitannya dengan jual beli sepeda motor
dengan cara lelang arisan ini adalah tiada masalah, karena barang yang
diperjualbelikan adalah sepeda motor, sehingga tidak tergolong benda-benda
najis atau benda-benda yang diharamkan seperti khamer, arak atau yang
lainnya. Dengan demikian dari segi dan syarat terhadap barang yang
dijualbelikan itu harus bersih adalah tiada masalah.
Sedangkan kaitannya dengan syarat terhadap barang yang
dijualbelikan adalah harus dapat dimanfaatkan. Dalam hal ini sudah jelas
bahwa sepeda motor adalah barang yang dapat dimanfaatkan karena sepeda
motor bagi sebagian orang sudah merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi,
baik itu menyangkut manfaat perorangan maupun manfaat obyektif.
Sedangkan mengenai syarat bahwa barang yang dijadikan obyek jual
beli adalah milik orang yang melakukan akad. Hal ini tiada masalah, karena
barang yang diperjualbelikan milik Dealer Suzuki dan Dealer Nusantara yang
bekerjasama dengan CV. AIDA. Dengan demikian mengenai pemilikan tiada
masalah. Hak terhadap sesuatu itu menunjukkan kepada pemilikan.
Adapun kaitannya dengan syarat mampu menyerahkan, maksudnya
keadaan barang haruslah dapat diserahterimakan. Maka tidak sah jual beli
terhadap barang yang tidak dapat diserahterimakan, akan tetapi wujud
14 Khairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, Sinar Grafika, 1994, hlm. 37
69
penyerahannya di kemudian hari, maka dalam hal ini dapat menyalahi dari
persyaratan terakhir, yaitu barang yang diakadkan harus ada di tangan.15
Seperti jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan yang terjadi di
pasar Johar ini ada sedikit permasalahan yaitu saat sudah terjadi kesepakatan
harga tetapi sepeda motor belum bisa diserahterimakan karena masih berada di
dealer dan sepeda motor dapat diambil dikemudian hari. Hal ini dikarenakan
cara pengambilan sepeda motor memerlukan waktu dan juga harus
mempersiapkan surat-surat BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor).
Walaupun penyerahannya tidak secara langsung pada saat akad itu
terjadi tetapi sifat-sifatnya telah ditunjukkan dan ditentukan baik ukuran, jenis
atau ciri-ciri yang lain. Dan jual beli tersebut diperbolehkan dalam Islam yang
disebut dengan akad salam.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Asy-Syaukani:
16بيع موصوف ىفالذمة ويزيد ىف احلد يبدل يعطى عاجال
Artinya: “Jual beli yang ditangguhkan dengan berdasarkan sifat-sifat, ditambah batas waktu penyerahan dengan pembayaran seketika (kontan)”.
Hal tersebut juga pernah terjadi pada zaman Rasulullah, sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
15 Ibid., hal. 40 16 Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad al-Syaukani, Nail Al-Authar, juz III, Dār. Al-kitab
al-Araby, Beirut, Libanon, t.th. hlm. 226
70
عن ابن عباس رضى اهللا عنهما قال قدم رسول اهللا املدينة والناس يسلفون ىفالتمر العام والعامني فقال من سلف ىف متر فليسلف ىف كيل معلوم ووزن معلوم
17) رواه البخارى(
Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a berkata: suatu ketika Rasulullah saw. Datang ke Madinah pada saat penduduk sedang melakukan akad salam buah kurma selama satu tahun dan dua tahun. Kemudian Rasulullah saw. Bersabda: barang siapa melakukannya dengan menggunakan takaran dan timbangan yang diketahui”. (HR. Bukhari).
Bentuk jual beli yang mendasarkan pada jual belinya dengan cara
menyebutkan sifat-sifat obyek perikatan kepada pembeli dibolehkan. Maka
kebolehannya tersebut didasarkan pada hak untuk melihat obyek perikatan
yang dimaksud terlebih dahulu bagi calon pembeli sebelum berlangsungnya
transaksi. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan unsur gharar yang mungkin
terjadi dalam jual beli yang hanya didasarkan pada penyebutan sifat-sifat
obyek perikatan lebih jauh lagi untuk mengantisipasi dan mengeliminir unsur-
unsur gharar yang masih mungkin terjadi. Maka disyaratkan tidak berubahnya
materi obyek perikatan yang dimaksud setelah adanya ru’yah baik secara
kualitas maupun kwantitas.
Pada jual beli dengan cara penawaran beratas-atasan seperti yang
terjadi dalam lelang yaitu menambah harga adalah tiada dilarang sebagaimana
jual beli muzayadah.18 Dijelaskan dalam satu keterangan:
17 Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari fi Syarhi al-Bukhari, juz IV, Dār al-Fikr,
Beirut, t.th. hlm. 428 18 Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 86
71
عن انس رض اهللا عنه قال باع النىب صلى اهللا عليه وسلم حلسا وقدحا قال من اخد هتما بدرهم فقال النىب صلى اهللا : يشترى هذا احللس والقدح فقال رجل
رواه (عليه وسلم من يزيد على درهم؟ فاعطاه رجل درمهني فباعهما منه 19) الترمذى
Artinya: “Dr. Anas r.a. ia berkata: Rasulullah saw. Menjual pelana dan
sebuah mangkok air, dengan berkata: siapa yang mau membeli pelana dan mangkok ini? Seorang laki-laki menyahut: aku bersedia membelinya seharga satu dirham, lalu Nabi berkata lagi, siapa yang berani menambah? Maka diberi dua dirham oleh seorang laki-laki kepada Beliau, lalu dijuallah kedua benda itu kepada laki-laki tadi”. (HR. Tirmidzi).
Ibnu Abd al-Bar berkata: “Ulama sepakat bahwa tidak haram menjual
barang kepada yang membelinya dengan harga yang lebih mahal.20 Maka
dapatlah disebutkan disini bahwa proses tawar menawar pada lelang tersebut
dianggap boleh dan sah. Kecuali apabila antara penjual dan pembeli setelah
kesepakatan harga jual dan sudah senang saling menjual dan membeli tapi
akad belum sempurna selesai lalu pihak ketiga melakukan penawaran yang
lebih tinggi, inilah yang dilarang oleh Rasulullah.
Dalam sistem dagang seperti lelang arisan sepeda motor ini, tidak
terdapat unsur gharar karena barang yang diperjualbelikan dan harganya sudah
jelas sehingga tidak timbul adanya unsur spekulasi yang dapat merugikan
salah satu pihak yang pada ujungnya dalam jual beli tersebut tiada didasari
saling rela. Sedangkan yang tidak diperbolehkan dalam Islam adalah apabila
19 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Surah, Sunan at-Tirmidzi, Juz III, Dār.al-Fikr, t.th.
hlm.345 20 Al-San’any, Subul al-Salam, juz III, Maktabah wa Matba’ah, Toha Putera, Semarang,
hlm.23
72
terdapat ketidakjelasan pada kadar benda yang ditransaksikan, baik itu barang
yang dijual maupun harganya. Sehingga jual beli tersebut dapat dikategorikan
sebagai jual beli yang mengandung unsur gharar. Bahwa gharar dan segala
unsurnya sebagaimana dipahami dalam fiqh Islam adalah dilarang atas dasar
suatu riwayat hadist :
عن ابى هريرة قال نهى رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم عن بيع الحصاه وعن بيع الغرر
21 ) رواه مسلم( Artinya :Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah telah melarang jual beli
hasah dan jual beli gharar. (HR.Muslim)
Jual beli sepeda motor di CV.AIDA ini menggunakan sistem lelangnya
tertutup dikarenakan untuk menghindari kecurangan, perselisihan dan
sebagainya. Sepanjang penulis amati tiada masalah karena praktek disini tidak
memunculkan suatu kondisi persaingan yang dapat bertentangan dengan
prinsip-prinsip Islam.
Jika dilihat dari sisi pelelangan, mereka harus menambah uang lelang
dengan batas minimal 10 % dari harga kendaraan. Akan tetapi dalam
prakteknya sebagian dari mereka menambah kekurangan tersebut lebih dari
10 % , misalnya lelang sampai Rp.8.000.000,-
Kalaupun mereka lelang sampai Rp.8.000.000, itu karena keinginan
mereka sendiri, mereka ingin cepat mendapatkan sepeda motor sedangkan dari
panitia hanya memberikan batas minimal 10 % untuk kekurangan harga
sepeda motor. Dan apabila terjadi kemungkinan dari semua peserta melelang
21 Imam Muslim,op-cit.,hlm. 659
73
hanya sampai batas minimum, itupun tidak akan merugikan peserta kalau
peserta harus mengangsur sampai 100 bulan. Berarti angsuran setiap bulan
Rp. 110.000 x Rp.100.000 = Rp.11.000.000. Jadi mereka tetap setor uang Rp.
11.000.000 dan kekurangan harga sepeda motor tersebut dari uang hasil lelang
tersebut.Oleh karena itu, di antara kedua belah pihak tidak ada yang saling
dirugikan. Dan apabila terjadi lelang lebih dari 10 % maka saldonya
diakumulasikan untuk bulan berikutnya (2 kali undi) sehingga mereka tidak
membayar angsuran sampai 100 kali. justru ini yang menguntungkan peserta
karena walaupun uang lelang lebih dari 10 % tapi mereka tidak mengangsur
sampai 100 kali (100 bulan ).
Apabila dilihat dari sisi barang dan harga kendaraan, karena arisan ini
berlangsung sampai bertahun-tahun, maka bisa saja terjadi fluktuasi harga
baik harga kendaraan itu naik, turun ataupun kendaraan tersebut sudah tidak di
produksi lagi. Jika terjadi hal semacam ini, misalnya harga kendaraan naik
maka hal ini tidak akan mempengaruhi angsuran peserta setiap bulannya yaitu
mereka tetap mengangsur Rp. 110.000/bulan dan kekurangannya itu tetap
ditambah sendiri dengan cara lelang yaitu batas minimal lelang10 % dari
harga kendaraan hanya untuk menambah angsuran untuk memperoleh harga 1
kendaraan.
Adapun apabila terjadi harga kendaraan itu turun atau kendaraan sudah
tidak diproduksi lagi, misalnya Suzuki maka dari pihak pengurus mencari
alternatif yaitu mencari jenis kendaraan lain sesuai keinginan peserta dengan
harga sebanding dengan harga Suzuki tersebut . sehingga dari peserta
74
membayar angsuran setiap bulannya tetap dan mereka tidak dirugikan dengan
turunnya harga kendaraan.
Jadi barang yang diperjual belikan ataupun harga kendaraan disini
tetap dan sudah jelas, tidak mengandung unsur ketidakjelasan, spekulasi,
keraguan dan sejenisnya yang dari unsur-unsur tersebut mengakibatkan
adanya ketidakrelaan dalam jual beli tersebut. Akan tetapi semua peserta
arisan sudah mengetahuinya karena sudah dijelaskan secara transparan oleh
pengurus jaga diantara keduanya tiada masalah (aling rela). Seperti dalam
surat an-Nisa, ayat : 29 :
ياأيها الذين ءامنوا لا تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إلا أن تكون تجارة عن تراض )٢٩: النساء (منكم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu”(QS. Al-Baqarah : 29 )22
Yang diharapkan dalam Islam antara lain menyediakan secara jujur,
terpercaya dan tidak mempermainkan harga dengan menambah harganya agar
pembelinya membelinya dengan harga lebih.Dengan tanpa mengeksploitir
fungsinya ini untuk kepentingan sepihak dan merugikan pihak yang lain tetapi
sebaliknya apabila untuk memperlancar dan mempermudah proses transaksi
keberadaannya tidak menjadi masalah.
Adapun mengenai penentuan harga dapat disebutkan suatu riwayat
hadits:
22 Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 69
75
غالالسعر ىف املدينة على عهد رسول اهللا : و عن انس بن مالك رضى اهللا عنه قاليارسول اهللا غال السعر فسعر لنا فقال رسول : صلى اهللا عليه وسلم فقال الناس
رجواان ان اهللا هو املعسر القابض الباسط الرازق واىن ال: اهللا صلى اهللا عليه وسلمرواه اخلمسة اال (القي اهللا تعاىل وليس احد منكم يطلنب مبظلمة ىف دم وال مال
23) النساء وصححه احلاكم
Artinya: “Anas bin Malik RA. Bercerita, bahwa pada masa Rasulullah saw. Masih hidup terjadi kenaikan harga, sehingga orang banyak berkata kepada rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah! Harga barang-barang telah naik, karena itu terpaksa harga penjualan kami naikkan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya yang menetapkannya harga ialah Allah, yang menahan dan melepaskan rezeki. Oleh sebab itu saya mengharapkan agar saya menemui Allah swt. Dalam keadaan tidak seorangpun dari saudara-saudaranya yang minta tolong kepadaku, karena nyawa dan hartanya teraniaya”.
Jadi jika kenaikan harga disebabkan kenyataan dan bukan karena
dimainkan spekulator, maka tentu tidak terlarang, agar pedagang tidak
bangkrut dan tentulah mereka dapat meneruskan pengabdian kepada
masyarakat.
Dengan demikian praktek jual beli sepeda motor yang ada di pasar
Johar syah, karena sudah memenuhi asas ‘an tarodin (عن تراض).
Hal ini dapat di dibuktikan setelah penulis wawancara kepada beberapa
peserta arisan mengenai motivasi mereka mengikuti arisan ternyata antara
kedua belah pihak terutama pihak pembeli tidak ada yang merasa dipaksakan
(rela). Adapun faktor yang mendorong mereka mengikuti arisan adalah:
a). Motivasi keuntungan
23 Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul Maram, hlm. 165
76
Adapun keuntungan yang mereka peroleh adalah mereka bisa
mendapatkan kendaran dengan mudah tapi angsuran lebih ringan jika
dibandingkan dealer.
Memberikan kebebasan kepada mereka apabila ternyata di tengah-
tengah arisan mereka mengundurkan diri.
Semua surat-surat BPKB dan biaya lain ditanggung pengurus dan
peserta tinggal menerima bersih.
b). Karena hajat
Seperti yang telah penulis sebutkan dimuka, sepeda motor merupakan
kebutuhan masyarakat. Hampir sebagian masyarakat sudah mempunyai
sepeda motor selain untuk memudahkan transportasi mereka atau mungkin
sebagai sumber mata pencaharian.
c) Mereka menganggap menabung atau mendisiplinkan diri untuk menabung.
d) Praktis atau mudah dan ada badan hukumnya sehingga mereka merasa
terlindungi dan aman.
Prinisp utama dalam mu’amalah adalah saling rela atau suka sama suka
antara kedua belah pihak baik penjual maupun pembeli. Hal ini telah ditegaskan
dalam firman Allah surat An-Nisa ayat: 29:
الكم بينكم بالباطل إلا أن تكون تجارة عن تراض ياأيها الذين ءامنوا لا تأكلوا أمو )٢٩: النساء (منكم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu”(QS. Al-Baqarah : 29 )24
24 Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 69
77
Dan Nabi SAW bersabda:
قال رسول اهللا : مسعت ابا سعيد اخلدرى يقول: عن داودبن صاحل املدىن عن ابيه قال 25) رواه ابن ماجه(امنا البيع عن تراض : صلى اهللا عليه وسلم
Artinya: “Dari Daud bin Shaleh Madani, dari ayahnya berkata saya telah mendengar dari Abu Said Khudri, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya jual beli terjadi dengan kerelaan”. (HR. Ibnu Majah).
Di samping itu dalam mu’amalah yang juga dipentingkan adalah untuk
kemaslahatan umat, hal ini selaras dengan kaidah kaidah fiqh yang berbunyi:
26احلكم يتبع املصلحة الراجحه
Artinya: “Hukum mengikuti kemaslahatan yang lebih kuat”.
Dari kaidah fiqh di atas menjelaskan, bahwa yang dikehendaki oleh
hukum Islam adalah untuk kemaslahatan manusia baik individu maupun
kelompok dalam kemasyarakatan, yang dikehendaki oleh Islam di sini adalah
kemaslahatan ini juga meliputi kemaslahatan jasmani dan rohani, yang pada
akhirnya adalah menuju kemaslahatan di dunia dan akhirat kelak.
Sebagaimana yang terkandung dalam kitab-kitab ushl fiqh, bahwa
pembentukan hukum itu tidak dimaksudkan kecuali merealisir kemaslahatan
umat manusia, artinya mendatangkan keuntungan bagi mereka dan menolak
madlarat serta menghilangkan kesusahan atau kesulitan dari padanya. Maslahat
25 Al-Hafidl Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazīd al-Qazwiny, Sunan Ibnu Majah, juz II,
Dār. Al-Fikr, Beirut, t.th., hlm. 737 26 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997, hlm.
79
78
menjadi baru menurut keadaan umat manusia dan berkembang menurut
perkembangan lingkungan.27
Demikian juga halnya jual beli dengan cara lelang arisan yang terjadi di
pasar Johar tersebut merupakan hal baru dalam jual beli pada masa sekarang ini,
yang mana penulis telah mengadakan penelitian secara langsung kepada para
pihak yang bersangkutan mengenai praktek maupun prosesnya (pada bab III),
ternyata tidak menyimpang dari ketentuan hukum Islam sehingga nampak
kemaslahatannya, yaitu:
Saling memudahkan antara kedua belah pihak sehingga tercermin unsur
tolong-menolong.
Tidak menimbulkan dampak negatif pada masyarakat.
Kedua belah pihak saling menguntungkan
Akan tetapi selain banyak keuntungan yang kita peroleh, setiap pekerjaan
pasti mempunyai sisi negatif. Dalam arisan inipun mempunyai kekurangan-
kekurangan di antaranya :
1. Ada beberapa peserta yang terlambat membayar setoran arisan
2. Kurangnya partisipasi peserta dalam pelelangan sepeda motor
3. Target arisan adalah mendapatkan sepeda motor, akan tetapi peserta yang
mendapatkan arisan terakhir kalau tidak ada yang lelang maka tidak bisa
mendapatkan sepeda motor.
27 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Dina Utama, Semarang, 1994, hlm. 116
79
4. peserta yang ingin mendapatkan arisan harus menyediakan uang terlebih
dahulu, maka orang yang tidak punya uang, tidak bisa menjadi penarik
(pemenang).
Mungkin itu beberapa kekurangan menurut penulis dalam jual beli sepeda
motor dengan cara lelang arisan yang ada di pasar johar.
Dengan demikian, secara umum tentang syarat-syarat jual beli apabila
dikaitkan dengan jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan, maka jual beli
arisan itu sudah memenuhi syarat-syarat umum jual beli, sehingga menurut hemat
penulis, bahwa jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan syah dalam
pandangan Islam.
80
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Surahwadi K,Hukum Ekonomi Islam, Edisi I, cet. 2, Sinar Grafika, Jakarta, t.th.
Rambi, Samsir, Surat menyurat dan Komunikasi, Edisi I al-Jaziri, Abdurrahman, Al-Fiqh ‘Ala Mazahib al-Arba’ah, juz III, Al-Maktabah
at-tijariyah al-Kubra, cet. VI, Mesir, t.th. Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1976 Kartono, Kartini,Pengantar Metodologi Riset Sosial, Mandar Maju, bandung,
1990 Azwar, Syaifuddin,Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999 Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo setiady,Metodologi Penelitian Sosial, Bumi
Aksara, Jakarta, 2000 Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, Metodologi Penelitian Survey, Pusat
Penelitian dan Study Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1981
al-Marbawy Idris Muhammad, Kamus Idris al-Marbawy, al-Hidayah, Surabaya, t.th.
Taqiyuddin Imam, Kifayah al-Akhyar, juz I, Maktabah wa Matba’ah, Toha Putera, Semarang t.th
Ma’luf Louis, Al-Munjid fi al-Lughat wa al-A’lam, Dar al-Masyriq, Beirut, t.th. as-San’any al-Kahlany bin Ismail Muhammad, Subul as-Salam, juz III, Maktabah
wa Matba’ah, Toha Putera, Semarang, t.th. al-Assal Muhammad Ahmad dan al-Karim Ahmad Fathi : Al-Nizam al-Iqtishad fi al-Islam, Maktabah
wa Matba’ah Bakker Anton dan Zubair Charris Achmad : Metodologi Pendekatan
Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1990 Sabiq Al-Sayyid : Fiqh al-Sunnah, jilid III, Dar al-Fikr, Beirut, 1983 al-Anshari Zakaria Yahya Abi Syaih : Fath al-Wahhab, juz I, Maktabah wa
Matba’ah, Toha Putera, Semarang. T.th. Subekti R, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradtya Paramita, Jakarta,
1990 Karim Helmi, Fiqh Mu’amalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penterjemah/Penafsir Al-
Qur’an, Jakarta Qardawy Yusuf, Al-Halal wa al-Haram fi al- Islam, Dār al-Ma’rfah, 1983 Abdul Muhammad Kadir, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan
Perdagangan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992 Qudamah bin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad Abdullah
81
: Al-MughniDār al-Kutb al-Ilmiyyah, juz W, Beirut, Libanon Imam Muslim : Shahih Muslim, Juz III, Dār. Al-Kutb al-Alamiyah, Beirut,
Libanon Abi Daud Sulaiman Ibn al-Asy’as al-Sajistamy al-Azadi : Sunan Abi Daud, Dār al-Fikr, Juz III, Beirut Al-Hafidl Abi Abdillah Muhammad Ibnu Yazīd al-Gazwiny : Sunan Ibnu Majah, juz II, Dār al-Fikr, t.th Asymuni A. Rahman : Qaidah-qidah Fiqh, Bulan Bintang, Jakarta, 1976 Ahmad M. Syaifuddin : Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam,
Rajawali Press, Jakarta, 1992, hal. 231 Khairuman Pasaribu : Hukum Perjanjian dalam Islam, Sinar Grafika, 1994 Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad al-Syaukani : Nail Al-Authar, juz V, Dār. Al-Hadits,
Kairo, t.th. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani : Fath al-Bari fi Syarhi al-Bukhari, juz IV,
Dār al-Ma’arif, Beirut, t.th. Hendi Suhendi : Fiqh Mu’amalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Surah : Sunan at-Tirmidzi, Juz III, Dār.al-Fikr, t.th. Al-San’any : Subul al-Salam, juz III, Maktabah wa Matba’ah, Toha
Putera, Semarang Ibnu Hajar al-Asqalany : Bulughul Maram, Maktabah Al-Alawiyah,
t.th. Al-Hafidl Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazīd al-Qazwiny : Sunan Ibnu Majah, juz II, Dār. Al-Fikr, Beirut, t.th Fathurrahman Djamil : Filsafat Hukum Islam, Logos Wacana Ilmu,
Jakarta, 1997 Abdul Wahab Khalaf : Ilmu Ushul Fiqh, Dina Utama, Semarang, 1994 Sulaiman Rasyid : Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1994 Ahmad Warson Munawar : Kamus Al-Munawir, Unit Pengembangan
Pengadaan Buku Ilmiah Keagamaan P.P. Al-Munawir, Yogyakarta, 1984
Hasbi Ash-Shiddieqy : Pengantar Fiqh Mu’amalah, Bulan Bintang, Jakarta, 1980
Wahbah Az-Zuhaily : Al-Fiqh al-Islam wa Adilatuhu, juz IV, Dar al Fikr, Beirut, Mesir, t.th.
Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuti : Al-Jamius-Shaghir, juz II, al-ma’arif, Bandung, t.th. Hasbi Ash-Shiddieqy : Filsafat Hukum Islam, Bulan Bintang, Bandung,
1975
83
b). Motivasi keuntungan
Adapun keuntungan yang mereka peroleh adalah mereka bisa
mendapatkan kendaran dengan mudah tapi angsuran lebih ringan jika
dibandingkan dealer.
Memberikan kebebasan kepada mereka apabila ternyata di tengah-
tengah arisan mereka mengundurkan diri.
Semua surat-surat BPKB dan biaya lain ditanggung pengurus dan
peserta tinggal menerima bersih.
84
c). Karena hajat
Seperti yang telah penulis sebutkan dimuka, sepeda motor merupakan
kebutuhan masyarakat. Hampir sebagian masyarakat sudah mempunyai
sepeda motor selain untuk memudahkan transportasi mereka atau mungkin
sebagai sumber mata pencaharian.
d). Mereka menganggap menabung atau mendisiplinkan diri untuk menabung.
e). Praktis atau mudah dan ada badan hukumnya sehingga mereka merasa
terlindungi dan aman.