Upload
hathuy
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
59 Steven Michael Lesil 11 01 14089
BAB IV
TINJAUAN TEORI PERANCANGAN
4.1 KOMPONEN DASAR PERANCANGAN WATERFRONT
4.1.1 Elemen Desain Waterfront
Elemen-elemen utama yang umum ditemui pada sebuah waterfront adalah ruang
terbuka, penghubung dan pengembangan (Steiner dan Butler, 2007). Di dalam ketiga elemen
tersebut, terdapat sub-elemen yang mengisi elemen utama tersebut. Misalnya pada ruang
terbuka dapat diisi dengan instalasi sebuah plaza (sub-elemen), pada elemen penghubung
dapat berupa sebuah jalur setapak (sub-elemen), dan pada elemen pengembangan dapat
berupa instalasi-instalasi (sub-elemen) khusus pada waterfront seperti fasilitas wisata bahari.
Berdasarkan Steiner dan Butler (2007), rincian dari elemen-elemen tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Ruang terbuka (open space)
a) Plaza : Plaza pada sebuah waterfront biasanya merupakan sebuah area yang
dapat ditemui pada jenis waterfront yang bersifat rekreatif dan komersil. Area
plaza adalah area yang pada umumnya area yang telah diberi perkerasan,
terdapat kursi dan ada area yang dapat digunakan sebagai peneduh bagi publik
serta view yang jelas terhadap badan air. Jika area waterfront cukup luas,
sebuah plaza dapat diberikan instalasi seperti bangunan teater yang berfungsi
untuk menampung event-event tertentu karena dapat menampung jumlah
publik dengan lebih banyak.
b) Taman : Taman pada waterfront dapat berupa taman dengan perkerasan atau
taman dengan rumput. Sebuah taman juga dapat dikoneksikan kepada area-
area seperti greenways di sepanjang tepian badan air.
c) Dermaga : Sebuah dermaga merupakan elemen yang dapat memberikan fungsi
seperti menceritakan sejarah yang terjadi di sekitar perairan setempat, lokasi
yang baik untuk view menuju badan air, dan menciptakan peluang rekreasi
seperti pemancingan. Elemen-elemen yang dapat mendukung sebuah dermaga
adalah seperti pencahayaan, railing, dan sebuah area untuk duduk agar bisa
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
60 Steven Michael Lesil 11 01 14089
menikmati view disekitar waterfront. Pemasangan public art disepanjang alur
dermaga juga dapat membuat area tersebut menjadi lebih menarik.
2. Penghubung (connections)
a) Jalur (path) : Kegiatan seperti jogging dan bersepeda adalah salah sekian dari
kegiatan yang paling umum ditemukan pada sebuah waterfront. Atas dasar hal
tersebut, jalur merupakan elemen yang penting dalam membantu waterfront
untuk berfungsi dengan baik sebagai ruang publik. Umumnya jalur yang linear
tanpa penghalang serta memiliki akses view yang baik terhadap badan air
merupakan jalur yang baik. Dengan demikian, publik dapat berjalan dengan
santai disepanjang jalur sambil menikmati pemandangan disekitar.
b) Promenade : Promenade dapat menjadi elemen yang menghubungkan ruang-
ruang pada sebuah waterfront atau berupa elemen independen yang dapat
berfungsi sebagai area tujuan publik. Pada sebuah promenade, beragam
aktivitas dapat dilakukan seperti jogging, bersepeda, atau hanya sekedar
berjalan-jalan. Desain dari promenade tergantung dari karakter waterfront
yang ingin diciptakan. Desain dari promenade bergantung dari karakteristik
waterfront yang ingin diciptakan sehingga elemen-elemen seperti
pencahayaan dan material paving termasuk dalam pertimabangan dasar.
c) Water Connections untuk turis : Fasilitas yang berhubungan dengan
penelusuran badan air seperti taxi air atau feri dapat menjadi sumber ekonomi
yang baik pada sebuah waterfront.
d) Water Connections untuk transportasi : Waterfront yang menyediakan jasa
transportasi badan air sebagai alternatif transportasi.
3. Pengembangan (Development)
a) Working waterfronts : Pada dasarnya area waterfront terkait dengan kegiatan
seperti nelayan, bengkel kapal, dan gudang penyimpanan. Kegiatan-kegiatan
tersebut dapat membantu meningkatkan ekonomi setempat serta menambah
karakteristik sebuah kota. Untuk area waterfront yang besar, hal-hal mendasar
yang harus menjadi pertimbangan pada saat perancangan adalah : Perletakkan
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
61 Steven Michael Lesil 11 01 14089
kontainer, konfigurasi terhadap garis pantai, peralatan canggih, jaringan
distribusi daerah, dan dampak yang dapat ditimbulkan.
b) Pemanfaatan adaptatif : Pemanfaatan atau renovasi ruang-ruang waterfront
secara adaptatif adalah seperti menambah instalasi-instalasi yang dapat
meningkatkan nilai waterfront secara keseluruhan sehingga menjadi ruang-
ruang yang dapat dimanfaatkan publik sebagai ruang beraktivitas.
c) Tujuan rekreasi: Jumlah publik yang mengunjungi sebuah waterfront biasanya
dianggap sebagai salah satu parameter yang menunjukkan keberhasilan sebuah
waterfront secara fungsional. Penyediaan fasilitas yang berunsur edukatif,
rekreatif serta interpretif umum ditemukan pada sebuah waterfront dimana ia
menjadi sarana bagi publik untuk mengenali serta menikmati waterfront
tersebut.
d) Pengembangan mix-use : Pengembangan waterfront dapat berupa
pengembangan dengan konsep mix-use sehingga waterfront memiliki fungsi
yang lebih banyak untuk dinerikan kepada publik.
e) Kesenian : Area waterfront merupakan area yang memiliki potensi dalam
mewadahi kegiatan dan obyek yang berunsur kesenian dan edukatif. Hasil-
hasil kesenian budaya lokal dapat dipamerkan pada waterfront sehingga
memperkuat citra budaya setempat pada area waterfront. Untuk menjadi
wadah kebudayaan seperti yang dimaksud, ruang pada waterfront harus
fleksibel terhadap hal-hal yang pengembangan yang bersifat dekoratif.
4. Berkelanjutan (sustainability)
a) Preservasi ekologis : Badan air pada waterfront merupakan bagian dari sebuah
ekosisitem, oleh karena itu perlu adanya pertimbangan khusus untuk menjaga
kestabilan ekosistem yang telah ada.
b) Desain ekologis : Desain-desain waterfront dengan nilai ekologis yang tinggi
adalah waterfront yang memiliki fasilitas seperti area preservasi vegetasi dan
penangkalan air hujan.
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
62 Steven Michael Lesil 11 01 14089
4.1.2 Strategi Desain
Menurut Steiner dan Butler (2007), strategi desain pada perancangan sebuah
waterfront merupakan langkah penting dalam menentukan desain waterfront yang akan
dirancang. Terdapat 4 strategi dasar, yakni:
a) Continuity
b) Variety
c) Sequence
d) Connections
Gambar 4.1. Strategi Dasar Waterfront
Sumber: Planning And Urban Design Standards
Gambar 4.1 menunjukkan strategi penataan yang umum pada perancangan waterfront.
Yang menjadi perbedaan pada setiap strategi adalah tatanan ruang dan fungsi sehingga
masing-masing menciptakan pola tersendiri. Penjelasan strategi tersebut adalah sebagai
berikut:
Pada strategi continuity, tatanan dibuat menjadi linear atau menerus sehingga tidak
menciptakan kesan awal dan akhir pada jalur sepanjang waterfront.
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
63 Steven Michael Lesil 11 01 14089
Pada strategi variety, tatanan fungsi dan ruang dibuat beragam sehingga sehingga
menonjolkan aspek keragaman pada area waterfront.
Dengan strategi sequence, terdapat urutan tertentu dari fungsi dan ruang yang ada
pada sebuah waterfront.
Yang terakhir adalah strategi connections dimana terdapat hubungan setiap fungsi
pada waterfront. Hubungan tersebut dapat berupa akses, view dan sebagainya.
4.1.3 Tantangan Dalam Perancangan Waterfront
Perlu dipahami bahwa dalam perancangan sebuah waterfront perlu didasari
pertimbangan yang cukup kompleks. Hal ini karena waterfront umumnya merupakan sebuah
area yang dinamis. Area dinamis adalah area yang menampung bermacam-macam komunitas
dan kegiatan publik. Oleh karena itu diperlukan pemahaman konteks (Breen dan Rigby,
1994). Konteks yang terkait antara lain adalah lingkungan geografis, budaya dan timing.
Berdasarkan konteks tersebut maka hal-hal yang perlu dipertimbangkan kemudian adalah
lokasi, aksesibilitas, liability, lingkungan, karakteristik waterfront, isu desain, interpretasi
publik (sosial dan budaya), dan waterfront sebagai ruang publik.
4.1.4 Komponen Tata Ruang Luar Waterfront
Desain tata ruang luar pada waterfront merujuk pada komponen atau elemen ruang-
ruang. Fokus utama dari desain tata ruang terbuka sendiri adalah elemen-elemen utama yang
berperan sebagai pembentuk wujud atau karakter ruang yang diciptakan pada waterfront.
Keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan desain ruang terbuka dan pengertian mendalam
terhadap lingkungan menjadi hal dasar dalam sebuah desain waterfront. Kebutuhan
pedestrian dapat berupa kebutuhan visual dan fisik. Kebutuhan visual merupakan kebutuhan
yang memenuhi pengalaman estetika sedangkan kebutuhan fisik adalah elemen yang dapat
membantu aktivitas pedestrian.
Jika ditinjau dari aspek fungsi dan desain, elemen terkait pergerakan manusia
merupakan elemen penting dalam pengembangan sebuah waterfront yang dapat mewadahi
bermacam-macam kegiatan publik serta menciptakan suasana waterfront yang lebih berskala
manusia. Hal ini karena pengguna dari waterfront yang didominasi oleh pedestrian. Selain
itu, elemen-elemen tersebut secara keseluruhan dapat menciptakan karakteristik sebuah
waterfront sehingga menjadi lebih menarik untuk dikunjungi publik.
Dengan memaksimalkan desain dengan elemen-elemen ruang terbuka pada ruang-
ruang waterfront, dapat berpotensi sebagai sarana bagi publik melakukan kegiatan sehari-hari
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
64 Steven Michael Lesil 11 01 14089
di waterfront. Kegiatan tersebut tergantung dari kualitas dan kuantitas elemen yang tersedia.
Sebagai contoh, penempatan vegetasi yang banyak dapat menciptakan potensi area piknik di
bawah pohon dan jalur setapak (promenade) dapat dijadikan rute untuk jogging.
Komponen-komponen tersebut antara lain adalah:
1. Paving (Perkerasan)
Paving merupakan material yang digunakan sebagai alas untuk jalan
pedestrian. Pemilihan jenis paving dapat beragam sesuai dengan kebutuhan spesifik
yang diperlukan. Misalnya pada kota dengan cuaca yang dingin, pemilihan material
yang kuat menjadi fokus utama karena untuk menahan gempuran suhu. Pada kota
dengan iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi, maka penggunaan material yang
tidak licin menjadi pilihan utama demi keamanan dan kenyamanan pedestrian.
Pemilihan material paving juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan estetika.
Misalnya dalam menciptakan sebuah ruang luar yang berkarakter tertentu, maka fokus
terletak pada pemilihan material paving yang mendukung karakterstik tersebut.
Namun pemilihan tersebut juga disertai dengan pertimbangan akan keamanan yang
harus terjamin oleh jenis material paving.
Material yang paling umum pada paving adalah konkrit. Penggunaan konkirt
dapat dikombinasikan dengan permainan warna agar konkirt terlihat menjadi lebih
menarik atau untuk menyesuaikan dengan konteks lingkungan dan karakteristik.
Selain konkrit, granit juga merupakan material yang umum. Granit memiliki bahan
dengan ketahanan yang tinggi sehingga sangat sesuai untuk digunakan sebagai
sideways dengan intensitas pedestrian yang tinggi.Ada juga pencampuran antara
konkrit dengan material-material lain pada sebuah paving untuk meningkatkan
estetika.
Permainan warna pada paving juga dapat menciptakan persepsi visual
tersendiri bagi pedestrian. Ia dapat mengindikasikan perubahan karakter jalan dan
sebagainya atau bahkan memberikan petunjuk (signage) bagi pedestrian.
2. Landscape Planting (Tanaman Lanskap)
Tanaman pada sebuah jalan dapat berfungsi sebagai shelter, elemen visual,
pemberi karakter, menyegarkan udara, ornamen dan sebagainya. Tanaman pada jalan
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
65 Steven Michael Lesil 11 01 14089
perlu mendapatkan perhatian khusus pada beberapa permasalahan yang akan
ditimbulkan misalnya daun kering dan akar yang menjalar keluar tanah. Tetapi ketika
permasalahan tersebut dapat diantisipasi atau dapat diberikan solusi yang tepat, peran
tanaman dalam memberikan kontribusi positif terhadap jalan menjadi sangat dominan.
Ketika membahas tanaman lanskap, tanaman dapat disebut sebagai street trees
atau vegetasi jalanan. Pemilihan vegetasi untuk ditempatkan pada sebuah jalan
melewati beberapa pertimbangan tertentu. Hal-hal yang dipertimbangkan adalah
seperti jenis tanaman yang digemari publik, nilai estetika, iklim setempat, potensi
hama dan penyakit, jenis perawatan, serta ruang yang dibutuhkan untuk akar dan
pertumbuhan.
Selain hal di atas, pertimbangan kondisi fisik vegetasi yang akan ditempatkan
sangat esensial. Hal ini terkait dengan pertumbuhan vegetasi pada saat mencapai
maksimum khususnya pada bagian mahkota dimana sebaiknya ia tidak mengganggu
akses view serta menyinggung bangunan yang berdekatan. Bagian dasar dari vegetasi
dimana pemilihan material seperti batu-batuan kecil atau hanya sekedar rumput juga
perlu disesuaikan tergantung dengan kondisi.Pada umumnya bagian dasar harus
memiliki luasan yang cukup untuk mengantisipasi pertumbuhan tanaman.
Penempatan vegetasi dapat disesuaikan sesuai dengan ruang yang tersedia.
Misalnya pada sebuah jalan, ia dapat diletakkan di tepi yaitu pada zona curb atau
ditengah jalan. Pada taman ia dapat diletakkan disepanjang tepi garis jalan atau pada
area terbuka yang ada pada sebuah taman. Tidak terbatas pada dasar tanah,
penempatan vegetasi juga bisa digantung pada tiang listrik maupun tian lampu jalan.
3. Street Lighting
Lampu jalan berfungsi sebagai elemen keselamatan serta penunjuk jalan bagi
para pedestrian dan kendaraan bermotor. Cahaya digunakan untuk menerangi
bangunan, lanskap, jalanan, area parkir, rambu-rambu dan area outdoor lainnya.
Selain itu ia juga berfungsi sebagai alat dalam menunjang periklanan contohnya pada
sebuah papan iklan sebuah minimarket.
Berikut merupakan hal-hal yang dipertimbangkan dalam mendesain sebuah
tata cahaya pada jalan:
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
66 Steven Michael Lesil 11 01 14089
a) Tingkat Iluminasi
Sebuah lingkungan biasanya memiliki kriteria tersendiri pada tingkat
pencahayaanya. Tata cahaya yang di desain harus seoptimal mungkin
mencapai standar kriteria tersebut. Standar tersebut dapat dicapai dengan
mengatur distribusi cahaya, kontrol kesilauan, dan membantu meningkatkan
estetika setempat.
Gambar 4.2. Tingkat intensitas cahaya
Sumber: Planning and Urban Design Standards
b) Lokasi Lampu Jalan
Lampu jalan umumnya ditempatkan di zona perabot (curb zone) pada sebuah
jalan (sidewalk). Selain pada jalan, ia juga ditemukan pada plaza dan taman.
Jarak antara titik lampu merupakan hal dasar dalam memenuhi kebutuhan
cahaya sebuah jalan.
Gambar 4.3. Posisi lampu jalan
Sumber: Planning and Urban Design Standards
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
67 Steven Michael Lesil 11 01 14089
c) Tata Cahaya Untuk Keamanan
Pencahayaan yang cukup pada sebuah lokasi dapat menambah rasa aman dan
mengurangi potensi tindak kriminalitas. Dengan pencahayaan yang baik,
publik dapat melihat jelas situasi disekeliling sehingga dapat membantu
mengambil keputusan dalam beraktivitas. Tetapi pencahayaan terlalu
berlebihan juga tidak baik karena dapat mengurangi daya tarik sebuah tempat
dan menyilaukan pandangan publik.
d) Pertimbangan Pencahayaan
Spesifikasi dari lampu jalan seperti warna cahaya, material tiang dan
sebagainya dapat disesuaikan dengan lingkungan sekitar karena ia
berpengaruh dalam menunjang aktivitas pada sebuah lokasi. Material tiang
yang kuat juga dapat mengurangi tindakan vandalisme oleh publik, tahan
terhadap cuaca dan lingkungan.
e) Polusi Cahaya
Polusi cahaya adalah dimana cahaya yang berlebihan menjadi kehilangan
tujuan dalam menciptakan tata cahaya yang baik. Selain itu ia juga merupakan
sebuah pemborosan energi. Gambar 4.4 merupakan beberapa jenis atau desain
lampu jalan yang dapat digunakan pada implikasi desain sebuah ruang luar.
Lampu yang paling kiri pada gambar tersebut merupakan lampu dengan
ketinggian dan desain yang umum untuk jalan raya. Lampu yang semakin
rendah semakin sesuai untuk tingkat pedestrian.
Gambar 4.4. Desain dan ketinggian lampu
Sumber: Planning and Urban Design Standards
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
68 Steven Michael Lesil 11 01 14089
4. Street Furniture
Street furniture merupakan perabot-perabot yang menunjang aktivitas publik pada
sebuah jalan. Biasanya ia diposisikan pada lokasi yang fix atau bisa dipindah-pindahkan.
Ketahanan dari barang-barang ini sangat penting demi kelangsungan barang tersebut
dalam menunjang aktivitas.
Penempatan street furniture disesuaikan dengan fungsi perabot masing-masing.
Tempat yang paling umum untuk menempatkan street furniture adalah pada zona perabot
di sepanjang jalan. Akan tetapi hal ini dapat dikondisikan agar sesuai dengan kebutuhan
lingkungan secara spesifik.
Berikut merupakan elemen street furniture yang cukup umum:
a) Bangku
Dalam menciptakan kondisi jalan yang bersifat pedestrian-friendly, maka bangku
menjadi salah satu perabot yang penting keberadaannya dalam pada sebuah jalan
terutama pada kondisi jalan dengan Level of Pedestrian (LOS) yang tinggi.
Bangku jalan sangat beragam dari segi bentuk, material, dan gaya. Umumnya
bangku pada sebuah pedestrian ditanam pada paving dengan alasan keamanan.
b) Tempat Sampah
Tempat sampah merupakan perabot yang sangat umum dan dapat ditemukan pada
beberapa titik di sebuah jalan.Bentuk, material dan tipenya beragam. Pada
beberapa kasus, pembagian wadah untuk jenis sampah tertentu sudah sering
ditemukan.
c) Sandaran Sepeda (Bike Racks)
Agar lebih bicycle-friendly, biasanya sandaran sepeda disediakan sebagai lokasi
untuk menempatkan sepeda.
d) Kotak Surat Kabar
Kotak Surat Kabar disediakan sebagai sarana informasi. Kotak ini berisi surat
kabar untuk konsumsi public
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
69 Steven Michael Lesil 11 01 14089
e) Bahu Jalan (Bollards)
Bollards terbuat dari beton ataupun baja untuk membatasi dan menghindari
kendaraan bermotor untuk memasuki area pedestrian. Ia juga berfungsi menjaga
perabot-perabot publik lainnya seperti tiang lampu, pohon, public art dan street
furniture lainnya.
f) Kios
Kiosk merupakan lokasi sentral dalam penyediaan informasi dan pengumuman
akan kegiatan-kegiatan yang sedang terjadi di sekitar misalnya informasi seputar
event-event yang akan segera berlangung. Kios dapat ditempatkan pada zona
perabot karena ukurannya yang tidak terlalu besar.
g) Transit dan Halte
Transit dan halte pada sebuah jalan sebaiknya terintegrasi dengan baik pada tata
ruang jalan secara keseluruhan dengan alasan keselamatan dan kemudahan akses
publik.
h) Rambu (Signage)
Bentuk, warna dan desain grafis pada rambu jalan telah dikontrol sesuai dengan
ketentuan oleh pemerintah. Rambu dapat membantu publik dalam menentukan
pergerakan, aktivitas dan perilaku.
5. Utilitas Publik
Terdapat dua elemen sekunder ruang luar yaitu:
a) Sistem Utilitas
Jaringan utilitas biasanya tersembunyi dari visual publik. Jaringan utilitas yang
paling sering terlihat adalah tiang listrik beserta jaringan kabel. Walaupun tidak
terlalu memberi potensi bahaya, biasanya ia diposisikan diatas dengan ketinggian
sekian meter dengan alasan keamanan. Selain itu terdapat kotak utilitas yang
biasanya berisi mekanisme untuk mengatur jaringan utilitas.
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
70 Steven Michael Lesil 11 01 14089
b) ATM
Mesin ATM semakin sering ditemukan dan telah menjadi elemen yang penting
dalam keseharian aktivitas publik. Demi keamanan mesin ATM biasanya
ditempatkan pada sebuah ruang kecil.
4.2 TINJAUAN ARSITEKTUR LANSKAP PADA WATERFRONT
4.2.1 Waterfront Sebagai Arsitektur Lanskap
Pengembangan waterfront merupakan pengembangan yang termasuk dalam lingkup
arsitektur lanskap. Hal ini diperjelas oleh Rustam (2003), yang menyatakan bahwa arsitektur
lanskap adalah ilmu dan seni perencanaan dan perancangan serta pengaturan daripada lahan,
penyusunan elemen-elemen alam dan buatan melalui aplikasi ilmu pengetahunan dan budaya,
dengan memperhatikan keseimbangan kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya,
hingga pada akhirnya dapat tersajikan suatu lingkungan yang fungsional dan estetis.
Proyek yang berskala besar seperti studi perancangan regional, studi kebijakan ruang
terbuka, perancangan tapak daerah industri, perancangan kawasan rekreasi, public parks,
hingga skala yang lebih kecil seperti taman lingkungan dan rumah merupakan bagian dari
lingkup arsitektur lanskap. Oleh karena itu, waterfront yang dapat digolongkan sebagai
kawasan rekreasi, public parks dan sejenis merupakan lingkup dari arsitektur lanskap.
4.2.2 Komponen Arsitektur Lanskap
Komponen dalam arsitektur lanskap adalah komponen yang membentuk desain
sebuah perancangan lanskap secara keseluruhan. Komponen-komponen tersebut dapat
dikembangkan sehingga sebuah rancangan lanskap menjadi lebih terstruktur.
Komponen-komponen arsitektur lanskap sebagaimana telah dijelaskan oleh Rustam
(2003), antara lain adalah:
1. Garis
Garis adalah susunan beribu-ribu titik yang berhimpitan sehingga membentuk
satu coretan. Ada beberapa tipe garis yang perlu diketahui, yaitu:
Garis vertikal,
Garis horizontal,
Garis diagonal, dan
Garis lengkung.
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
71 Steven Michael Lesil 11 01 14089
2. Bidang
Susunan beribu-ribu garis apabila disatukan dan dipadatkan akan membentuk
sebuah bidang. Bentuk bidang sangat beragam mulai dari persegi, bulat hingga bentuk
bebas atau free-form. Ditinjau dari fisiknya, sebuah bidang dapat berbentuk padat atau
transparan sedangkan permukaannya dapat bertektstur halus atau kasar.
Fungsi bidang dalam aplikasinya pada lanskap dapat berupa (1) bidang dasar
dimana bidang yang menjadi tumpuan berdiri manusia. Bentuk dan tekstur nya
beragam. Sebagai contoh pada skala makro adalah seperti bukit yang bergelombang
dan muka tanah padang rumput yang rata. Sedangkan untuk skala mikro seperti muka
tanah berpasir. (2) bidang pembatas/ dinding, pada skala mikro berupa dinding
susunan punggung bukit, dinding batuan terjal dan susunan bangunan tinggi. Pada
skala mikro berupa komposisi tanaman. Yang ketiga (3) adalah bidang atap/ penutup
yang pada skala makro merupakan hamparan awan, cakrawala sedangkan dalam skala
mikro dapat berupa susunan kerangka atap atau tajuk pohon.
3. Ruang
Semua kehidupan dan kegiatan manusia sangat berkaitan dengan aspek ruang.
Hal ini disebabkan manusia bergerak dan beraktivitas di dalamnya dengan meliputi
segala indra-indra manusia. Pembatas ruang terdiri dari:
Lantai
Pengaruh dari jenis lantai yang digunakan dapat menjadi pembeda fungsi
dari sebuah ruang. Misalnya perkerasan batu yang disediakan pada
permukaan rumput dapat mendefenisikan bahwa perkerasan tersebut
merupakan jalur yang lebih sesuai dilewati. Selain bahan lantai, perbedaan
tinggi lantai dapat membentuk kesan dan fungsi ruang yang baru.
Permukaan lantai pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Bahan keras seperti batu, kerikil, pasir, beton dan aspal
b) Bahan lunak seperti rumput dan tanah.
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
72 Steven Michael Lesil 11 01 14089
Dinding
Pada desain lanskap dinding terbagi menjadi 3 macam yakni:
a) Dinding masip dengan bahan dari batu bata, beton dan sebagainya.
Jenis dinding tersebut sangat kuat dalam pembentukan sebuah
ruang.
b) Dinding transparant seperti pagar bambu, logam, dan kayu yang
disusun tidak rapat. Selain itu pohon juga termasuk dinding
transparant tetapi kurang kuat dalam pembentukan sebuah ruang.
c) Dinding semu merupakan dinding yang dibentuk oleh hal-hal yang
dirasakan oleh pengamat. Dinding-dinding ini dapat terbentuk oleh
garis-garis batas eperti cakrawala dan batas air sungai.
Atap/penutup
Kesan ruang juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pandangan manusia
terhadap obyek pembatas yang diperhatikan. Batasan ruang tersebut antara
lain adalah:
a) Tinggi diatas mata, sebagai fungsi perlindungan
b) Tinggi sebatas dada, fungsi sebagai membentuk ruang paling terasa
c) Tinggi di bawah pinggang, berfungsi sebagai pengatur lalu lintas
ataupun pembentuk pola sirkulasi
d) Tinggi sebatas lutut, fungsi sebagai pola pengarah
e) Tinggi sebatas telapak kaki, fungsi sebagai penutup tanah
Macam bentuk ruang:
a) Ruang berbentuk lorong
b) Ruang berbentuk linier
c) Ruang berbentuk geometris
d) Ruang berbentuk mekanis
Selain hal-hal diatas, sebuah ruang juga meliput elemen seperti sirkulasi,
skala, bentuk, tekstur, dan warna. Elemen-elemen tersebut merupakan elemen yang
akan membentuk ruang menjadi fungsional.
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
73 Steven Michael Lesil 11 01 14089
4. Ruang terbuka
Ruang terbuka adalah tempat atau ruang yang terbentuk karena adanya
kebutuhan akan tempat untuk bertemu ataupun berkomunikasi dan merupakan wadah
yang dapat menampung kegiatan aktivitas tertentu dari warga lingkungan baik secara
individu maupun kelompok. Dengan adanya kegiatan pertemuan antara manusia,
maka ada kemungkinan timbulnya bermacam-macam ragam jenis kegiatan pada
ruang umum tersebut.
Menurut sifatnya ruang terbuka terbagi menjadi dua jenis , yakni:
a) Ruang tertutup umum yang merupakan ruang umum yang terdapat pada
bangunan.
b) Ruang terbuka umum yang merupakan ruang umum yang terdapat di luar
bangunan.
5. Ruang dan waktu
Ruang di dalam desain lanskap berupa 3 dimensi. Akan tetapi faktor waktu
berpengaruh dalam peracangan lanskap pada lama ketahanan dari peracangan yang
diharapkan dan lama waktu pengerjaannya. Selain itu sebuah desain lanskap yang
berhasil dapat menonjolkan suatu hubungan terhadap apapun disekitarnya, baik masa
lalu maupun masa yang akan datang. Hal tersebut menyatakan faktor ruang tidak
dapat dipisahkan dengan waktu. Hal tersebut juga didasari oleh dimana kegiatan
hanya berlangsung pada saat tertentu dan pada saat lainnya tidak ada kegiatan, maka
ruang seolah-olah menjadi tidak berfungsi dengan kata lain mati.
Faktor waktu dalam perancangan:
Faktor historis waktu lalu
Dinamika keadaan sekarang
Pandangan akan suatu masa depan
6. Ruang positif dan negatif
Ruang luar menurut kesan fisiknya dibagi menjadi:
Ruang positif, ruang yang di konfigurasikan agar memiliki dampak
positif
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
74 Steven Michael Lesil 11 01 14089
Ruang negatif, ruang yang tidak memiliki fungsi tertentu
Sebuah ruang terbuka dengan peletakan masa bangunan/obyek tertentu
melingkupinya akan bersifat positif karena memiliki makna terkandung terkait
kepentingan manusia.
Ruang negatif pada adalah hal yang harus dihindari pada sebuah desain
lanskap. Adanya ruang mati menunjukkan bahwa belum adanya pemikiran secara
utuh terhadap pemanfaatan ruang di tapak secara keseluruhan.
7. Bentuk dan fungsi
Yang dimaksud dengan bentuk adalah sebuah benda 3 dimensi yang dibatasi
oleh bidang datar, bidang dinding, dan bidang pengatap. Bentuk sebuah benda dapat
berupa masif atau memiliki celah seperti rongga. Bentuk juga dapat dibedakan
menjadi bentuk yang alami atau bentuk buatan manusia.
Bentuk sendiri memiliki kaitan erat terhadap fungsi yang akan tercipta
sehingga tercipta istilah form follow function. Artinya adalah setiap bentuk harus
direncanakan dan didesain sebaik mungkin agar menjadi sebuah ruang yang memiliki
makna dan fungsional.
8. Tekstur
Tekstur adalah kumpulan titik-titik kasar atau halus yang tidak beraturan pada
suatu permukaan vebda atau objek. Titik-titik ini dapat berbeda dalam ukuran warna,
bentuk, atau sifat dan karakternya seperti ukuran besar kecilnya, gelap terangnya,
bentuk bulat persegi, atau tak beraturan sama sekali.
Fungsi dari tekstur sendiri adalah membentuk sebuah desain yang lebih detail
sehingga memberikan suatu kesan komposisi yang paling serasi/ideal dalam suatu
perancangan yang diinginkan.
9. Warna
Warna falam arsitektur digunakan untuk menekankan atau memperjelas
karakter dari sebuah objek atau memberikan aksen pada bentuk dan bahannya. Kaitan
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
75 Steven Michael Lesil 11 01 14089
warna pada sebuah desain adalah sebagai salah satu elemen yang dapat
mengekspresikan sebuah objek di samping bahan, bentuk, tekstur, dan garis.
10. Skala
Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan
atau ruang dengan suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai bagi rencana
(Rustam, 1987).
4.3 SIRKULASI
4.3.1 Sirkulasi Sebagai Pendukung Tata Ruang Luar Waterfront
Pada sebuah perancangan desain lanskap, sirkulasi merupakan salah satu aspek yang
esensial. Telah diketahui sebelumnya bahwa salah satu elemen desain waterfront adalah
connections dimana di dalamnya mencakup aspek sirkulasi.
Bentuk-bentuk sebuah sirkulasi merupakan hal yang perlu dipertimbangkan pada saat
tahap perancanganagar dapat menciptakan kondisi yang diinginkan pada sebuah street. Hal
ini disebabkan bentuk-bentuk dari sebuah sirkulasi dapat menciptakan kesan tersendiri pada
persepsi manusia yang berada pada jalur sirkulasi tersebut. Misalnya pada sebuah sirkulasi
menuju sebuah monumen, kondisi yang ingin diciptakan adalah kondisi yang mengajak
manusia yang berjalan di atasnya untuk merasakan hirarki dari sirkulasi tersebut dimana
monumen menjadi pusat hirarki. Salah satu bentuk sirkulasi yang sesuai untuk kondisi
tersebut adalah sirkulasi yang terpusat atau disebut congregating. Pada sirkulasi tersebut
manusia diajak untuk terfokus pada satu tujuan, yakni monumen yang berada di pusat hirarki.
Bentuk-bentuk lain dari sirkulasi antara lain adalah (Ormsbee, 1997):
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
76 Steven Michael Lesil 11 01 14089
Gambar 4.5. Bentuk Pergerakan Menuju Sebuah Tujuan
Sumber: Landscape Architecture: Third Edition
Dalam mewadahi pergerakan manusia, sebuah perancangan sirkulasi memerlukan
perhatian khusus terhadap faktor kualitas perjalanan manusia terhadap sebuah lokasi yang
dituju. Kualitas perjalanan yang dialami manusia harus dapat terakomodasi dengan baik
sehingga pengguna dapat merasakan kenyamanan. Untuk memahami kualitas-kualitas yang
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
77 Steven Michael Lesil 11 01 14089
dibutuhkan, maka diperlukan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang merupakan
kecenderungan manusia dalam melakukan pergerakan. Kecenderungan pergerakan tersebut
antara lain yakni:
Tabel 4.1. Kecenderungan Pergerakan Manusia
Berjalan pada jalur yang
minim gangguan
Menuju jalan masuk Untuk pengalaman yang
dirasakan pada modul
pergerakan
Bergerak secara berurut
terhadap tujuan
Menuju resepsi Menuju sesuatu yang
terekspos jika merasa
tertantang
Menaiki tanjakan yang
paling mudah dilewati
Menuju area dengan
kontras terbesar
Menuju sesuatu yang
aman jika merasa
terancam
Bergerak sesuai tanda atau
rambu y ang tersedia
Menuju area dengan
tekstur atau warna yang
paling menarik
Menuju dan melewati
ruang-ruang yang nyaman
Menuju kondisi yang lebih
menyenangkan
Untuk mencapai sebuah
tujuan
Menuju ruang yang teratur
jika merasa bingung
Menuju sesuatu benda yang
diinginkan
Terburu-buru dengan jalur
yang simpel, santai
dengan jalur yang
kompleks
Menjadi tidak jelas jika
bosan dengan keteraturan
Menuju benda yang
memiliki kegunaan
Seharmoni dengan pola
jalur sirkulasi
Menuju obyek, area, dan
ruang yang dikehendaki
mood seketika
Menuju sesuatu yang
memiliki daya tarik
Seharmoni dengan jalur
abstrak
Menuju sesuatu yang
membuat kesan penasaran
Menuju perubahan,
misalnya; dari panas ke
tempat teduh, dari tempat
dingin ke tempat hangat
Menuju sesuatu yang
indah
Untuk sensasi yang
nyaman ketika melakukan
pergerakan
Sumber: Landscape Architecture: Third Edition
Beberapa hal yang dapat mengarahkan pergerakan manusia antara lain:
Tabel 4.2. Pengarah Pergerakan Manusia
Tatanan dari sebuah
bentukan yang alami atau
buatan
Tanda/ rambu Berdasarkan arahan
seperti dari warna
oranye ke merah, dari
pagar pertama hingga
pagar kelima.
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
78 Steven Michael Lesil 11 01 14089
Pola sirkulasi yang tersedia Simbol Garis denah yang
dinamis
Pembatas ruang Pagar, pembatas atau
rintangan
Bentuk ruangan
Sumber: Landscape Architecture: Third Edition
Hal yang menarik perhatian saat melakukan pergerakan antara lain:
Tabel 4.3: Obyek Yang Menarik Perhatian Manusia
Yang luar biasa Yang mengagumkan Yang unggul/terbaik
Yan tidak umum Yang diperlukan Yang halus
Pola tertentu
Yang elegan Yang menginspirasi
Yang tidak lazim
Yang spektakuler Yang eksotis
Yang nyaman ketika sedang
lelah
Yang meminta permohonan Yang jelas
Yang tidak asing Yang melakukan pergerakan Yang dramatis
Sumber: Landscape Architecture: Third Edition
4.3.2 Pergerakan Pedestrian
Untuk memahami karakteristik pergerakan pedestrian, maka pergerakan tersebut
dapat dianalogikan dengan sebuah sungai. Pejalan kaki, layaknya air, berusaha menghindari
hambatan. Ia cenderung memilih jalur yang lebih singkat dari sebuah lokasi ke lokasi
berikutnya. Ia memiliki tekanan momentum, gaya, dan mengikis. Sebuah pergerakan yang
lancar memerlukan jalur yang tidak kaku.
Sebagaimana sebuah sungai menciptakan rute dan volume maksimum bagi
pergerakan kapal, sebuah jalan dapat menentukan jalur dan mengatur pergerakan yang terjadi
diatasnya. Tetapi seperti halnya sebuah aliran sungai yang bergejolak tak menentu, sebuah
jalan juga dipengaruhi variabel-variabel lain yang tidak terprediksi. Hal tersebut dapat dilihat
dari beberapa kasus misalnya pada sebuah area kampus. Tidak semua pergerakan pada saat
proses perancangan dapat diprediksi, sehingga perancangan sirkulasi hanya sebatas jalur-jalur
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
79 Steven Michael Lesil 11 01 14089
yang umum dan penting saja. Jalur-jalur yang tidak umum akan tercipta dengan sendirinya
setelah bangunan telah terbangun. Misalnya para mahasiswa yang gemar melompati pagar
pembatas selasar untuk menghemat waktu mencapai sebuah tujuan. Perlahan hal tersebut
merupakan sebuah jalur baru yang tidak disadari sebelumnya pada saat proses perancangan.
Sebuah persimpangan merupakan titik yang memiliki pergolakan maksimum pada
sebuah rute. Pergolakan tersebut pada sebuah perancangan jalan merupakan hal yang
memiliki dampak positif. Hal ini di karenakan pada area tersebut memiliki daya tarik untuk
mewadahi sebuah aktivitas. Contoh yang dapat mendeskripsikan pernyataan tersebut antara
lain seperti suasana pasar yang hiruk pikuk, sebuah pertunjukkan, taman rekreasi dan festival-
festival lokal. Ketika terdapat lebih dari satu persimpangan yang terjadi pada sebuah titik,
area persimpangan tersebut harus dibentuk menjadi lebih sesuai dan besar agar dapat
mewadahi pergerakan dengan lancar ketika terjadi pergerakan-pergerakan menuju titik
tersebut.
Beberapa faktor yang menjadi bagian dari pergerakan pedestrian antara lain adalah:
1. Hal-hal yang terlihat
Bentuk dari garis pergerakan menuju sebuah lokasi dapat berupa jalur yang telah
ditentukan dan juga ada yang tidak beraturan dan bebas. Hal ini memungkinkan
terciptanya rute alternatif dan pengalaman view yang beragam. Sebuah pergerakan
yang lambat dapat menciptakan pemahaman yang lebih detail pada sesuatu yang
terlihat. Pergerakan yang cepat layaknya tergesa-gesa memiliki toleransi yang sedikit
terhadap rintangan yang dihadapi. Tetapi ketika sedang bersantai, mudah sekali
untuk mengalihkan perhatian terhadap hal-hal disekitar. Pada dasarnya manusia
cenderung tertarik terhadap apa yang terlihat dibandingkan terhadap sebuah
pergerakan.
2. Bidang dasar (Base plane)
Tekstur dari bidang dasar dimana pedestrian berpijak merupakan elemen yang terkait
dengan kecepatan pergerakan yang tercipta diatas permukaan bidang. Tekstur
tertentu dapat mengakomodasi pergerakan tertentu, misalnya pada bidang bebukitan
dan bersemak memungkinkan atau menyebabkan pergerakan orang menggunakan
menggunakan sepatu hiking. Contoh lain adalah permukaan salju yang
memungkinkan pergerakan orang dengan menggunakan sepatu ski.
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
80 Steven Michael Lesil 11 01 14089
3. Jarak dan tingkatan
Manusia yang berjalan atau pedestrian bergerak dengan energi dan tenaga yang
dimiliki oleh masing-masing. Dengan demikian faktor kesadaran akan jarak dan
tingkat berpengaruh pada pergerakan manusia. Ketika faktor tersebut menjadi
sebuah faktor yang negatif, maka perlu penataan ulang susunan dan bentuk sebuah
rute. Misalnya, jalur menuju bukit dapat diciptakan sedikit berkelok dengan bagian-
bagian datar untuk orang berisitirahat lebih efektif secara energi dibandingkan
dengan jalur terjal dengan kemiringan yang konstan menuju titik puncak.
4. Aliran perjalanan (Traffic flow)
Aliran peregerakan dapat diciptakan, dikumpulkan, dibagi, dikelompolloan,
diarahkan, dialihkan dan dipercepat oleh perancangan tertentu.
4.4 INFILL DEVELOPMENT
Infill development merupakan pengembangan atau penentuan fasilitas dan
instansi apa saja yang kelak diberikan pada sebuah area waterfront. Pengembangan
tersebut umumnya berupa fasiltas yang memilki massa bangunan tertentu untuk
befungsi secara penuh. Infill development pada sebuah perancangan waterfront antara
lain, yakni:
Sarana Edukatif
Sarana edukatif merupakan fasilitas yang memungkinkan untuk publik
mengalami pengalaman-pengalaman yang bersifat edukatif seperti sarana
informasi terkait sejarah lokal sebuah badan air atau sejarah lokal terkait
wilayah waterfront. Sebagai contoh adalah sebuah akuarium yang
memamerkan beragam jenis biota laut beserta informasi-informasi seputar
biota tersebut
Sarana Rekreatif
Sarana rekreatif pada perancangan waterfront dapat berupa fasilitas-fasilitas
yang menawarkan kegiatan rekreatif seperti olahraga, hobi, pariwisata dan
permainan. Sebagai contoh adalah gedung teater yang berfungsi untuk
mewadahi event-event budaya atau kesenian tertentu.
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
81 Steven Michael Lesil 11 01 14089
4.5 EVALUASI TEORI PERANCANGAN WATERFRONT TERHADAP
PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WFC
Proses pengerucutan perencanaan dan pengembangan waterfront yang dilakukan pada
evaluasi bab II dan III menciptakan spesifikasi yang lebih detail. Detail tersebut kemudian
dikaitkan dengan teori-teori terkait perancangan ruang publik waterfront sehingga
menghasilkan sebuah kesimpulan yang mendefinisikan secara jelas WFC yang direncanakan.
Berdasarkan evaluasi bab III, fungsi dari WFC adalah menciptakan sebuah ruang
rekreatif dengan penambahan fasilitas dan instalasi berupa wadah untuk pagelaran seni
budaya dan wisata kuliner. Pemahaman terhadap teori perancangan waterfront yang telah
dibahas pada bab ini memberi wawasan yang lebih detail terhadap perencanaan dan
pengembangan WFC. Pemahaman tersebut dikorelasikan dengan evaluasi bab III sehingga
menjadi berikut:
1. Berdasarkan fungsi yang ditawarkan, WFC Pontianak merupakan WFC yang
tergolong kategori Mix-used Waterfront.
2. Elemen desain utama pada WFC adalah open space, connections, developments.
3. Kegiatan wisata kuliner dapat diwadahi dengan memberikan ruang khusus berupa
retail pada area waterfront.
4. Kegiatan olahraga ringan seperti jogging, badmintin dan bola basket dapat dilakukan
pada promenade dan open space berupa taman yang merupakan bagian dari elemen
waterfront.
5. Pagelaran seni dan budaya dapat dilakukan pada gedung teater yang dikhususkan
sebagai tempat untuk pertunjukkan-pertunjukkan kesenian dan budaya.
6. Event-event lokal dapat dilakukan disepanjang area waterfront dan dapat berpusat di
open space yang berupa plaza dengan instalasi air mancur atau pada area ampiteater.
Pada tahap perancangan, hal-hal di atas perlu dikaitkan dengan keempat strategi
desain waterfront yakni continuity, variety, connections dan sequence. Pada dasarnya
keempat strategi tersebut membantu dalam penataan tata ruang, massa dan elemen yang
direncanakan pada waterfront.
Elemen-elemen serta penataan massa dan ruang akan diaplikasikan dengan maksimal
dan tepat sasaran. Hal ini berdasarkan fakta bahwa waterfront merupakan sebuah publik
dimana penggunananya merupakan pedestrian atau pengguna kenderaan tak bermotor
sehingga penekanan pada elemen-elemen ruang luar menjadi penting untuk meningkatkan
Pontianak Waterfront City Sebagai Obyek Wisata Ruang Terbuka Publik
82 Steven Michael Lesil 11 01 14089
kualitas ruang-ruang waterfront menuju skala manusia. Tatanan dan detail dari elemen-
elemen ruang luar juga akan meningkatkan area waterfront dari aspek visual sehingga
waterfront menjadi sebuah ruang publik yang berestetika baik.