Upload
dini-nanami
View
225
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skripsi
Citation preview
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee
Kareng Kota Banda Aceh pada Juni sampai dengan 28 Juni 2014. Dari hasil penelitian
diperoleh responden berjumlah 33 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi.
4.1.1 Karakteristik Responden
Karakteristik dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan umur, jenis kelamin,
status perkawinan, pekerjaan dan pendidikan. Data distribusi frekuensi terhadap 33
responden disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Karakteristik responden di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%)UsiaLanjut usia (60-74 tahun) 21 63,6Lanjut usia tua (75-90 tahun) 12 36,4Lanjut usia sangat tua (> 90 tahun) 0 0Jenis KelaminLaki-laki 10 30,3Perempuan 23 69,7Status PerkawinanDuda 10 30,3Janda 23 69,7PekerjaanBekerja 17 51,5Tidak Bekerja 16 48,5PendidikanBersekolah 14 42,4Tidak bersekolah 19 57,6Total 33 100,0
Data karakteristik responden pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa berdasarkan usia,
responden terbanyak adalah lanjut usia (60-74 tahun), yaitu 21 orang (63.6%).
Berdasarkan jenis kelamin, responden yang terbanyak adalah perempuan, yaitu 23 orang
(69.7%). Berdasarkan status perkawinan, responden terbanyak adalah janda, yaitu 23
orang (69,7%). Berdasarkan pekerjaan, responden terbanyak adalah yang bekerja, yaitu
17 orang (51,5%). Sedangkan berdasarkan pendidikan, responden terbanyak tidak
bersekolah, yaitu 19 orang ( 57,6%).
34
35
4.2 Analisa Univariat
Variabel yang akan dilakukan analisis secara univariat dalam penelitian adalah stres
dan mekanisme koping.
4.2.1 Stres pada Lansia
Data distribusi frekuensi tingkat stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Stres Frekuensi Presentasi (%)
Normal 12 36,4Rendah 6 18,2Sedang 11 33,3Berat 3 9,1Sangat berat 1 3,0Total 33 100
Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar responden penelitian (36,4%) merupakan
lansia yan normal (tidak mengalami stres), sedangkan 6 lansia (18,2%) mengalami stres
ringan, 11 lansia (33,3%) mengalami stres sedang, 3 lansia (9,1%) mengalami stres berat
dan 1 lansia (3,0%) mengalami stres sangat berat.
4.2.2 Mekanisme Koping pada Lansia
Data distribusi frekuensi mekanisme koping pada lansia di UPTD Rumoh
Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.3
berikut ini:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Mekanisme Koping Frekuensi Presentasi (%)Rendah 0 0Sedang 15 45,5Tinggi 18 54,5Total 33 100
Tabel 4.3 menunjukkan sebagian besar responden penelitian, yaitu 18 lansia
(54,5%) memiliki mekanisme koping tinggi, sedangkan 15 lansia (45,5%) memiliki
36
mekanisme koping sedang dan tidak didapatkan pada hasil penelitian lansia dengan
mekanisme koping ringan.
4.3 Analisa Bivariat
4.3.1 Hubungan Usia dengan Stres pada Lansia
Hubungan usia dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh
Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.4 Hubungan Usia dengan Stres pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
UmurStres
Total p value
Normal Stresn % n % n %
Lanjut Usia (Eldely) (60-74 tahun)
8 38,1% 13 61,9% 21 100%1,000
Lanjut Usia Tua (Old) (75-90 tahun)
4 33,3% 8 66,7% 12 100%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa lansia berusia 60-74 tahun (elderly) yang
mengalami stres (61,9%) lebih banyak dibandingkan lansia yang normal (38,1%).
Sedangkan pada lansia berusia 75-90 tahun (old) yang mengalami stres (66,75%) lebih
banyak dibandingkan lansia yang normal (33,3%).
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antar usia
dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota
Banda Aceh dimana nilai p value = 1,000.
4.3.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Stres pada Lansia
Hubungan jenis kelamin dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.5 Hubungan Jenis Kelamin dengan Stres pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Jenis Kelamin
StresTotal
p valueNormal Stresn % n % n %
Laki-laki 3 30,0% 7 70,0% 10 100%0,710
Perempuan 9 39,1% 14 60,9% 23 100%
37
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa lansia laki-laki yang mengalami stres
(70,0%) lebih besar dibandingkan dengan lansia yang normal (30,0%). Sedangkan lansia
perempuan yang mengalami stres (60,9%) lebih besar dibandingkan dengan lansia yang
normal (39,1%).
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 0,710.
4.3.3 Hubungan Status Perkawinan dengan Stres pada Lansia
Hubungan status perkawinan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh
Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut ini:
Tabel 4.6 Hubungan Status Perkawinan dengan Stres pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Status Perkawinan
StresTotal
p valueNormal Stresn % n % n %
Duda 3 30,0% 7 70,0% 10 100%0,710
Janda 9 39,1% 14 60,9% 23 100%
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa lansia yang berstatus duda
mengalami stres (70,0%) lebih besar dibandingkan dengan lansia yang normal (30,0%).
Sedangkan lansia yang berstatus janda mengalami stres (60,9%) lebih besar dibandingkan
dengan lansia yang normal (39,1%).
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
status perkawinan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 0,710.
4.3.4 Hubungan Pendidikan dengan Stres pada Lansia
Hubungan pendidikan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:
38
Tabel 4.7 Hubungan Pendidikan dengan Stres pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Pendidikan
StresTotal
p valueNormal Stresn % n % n %
Sekolah 6 42,9% 8 57,1% 14 100%0,716Tidak
Sekolah6 31,6% 13 68,4% 19 100%
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa lansia yang sekolah mengalami
stres (57,1%) lebih besar dibandingkan dengan lansia yang normal (42,9%). Sedangkan
lansia yang tidak sekolah mengalami stres (68,4%) lebih besar dibandingkan dengan
lansia yang normal (31,6%).
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee
Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 0,716.
4.3.5 Hubungan Pekerjaan dengan Stres pada Lansia
Hubungan pekerjaan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan dengan Stres pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Pekerjaan
StresTotal
p valueNormal Stresn % n % n %
Bekerja 6 35,3% 11 64,7% 17 100%1,000Tidak
bekerja6 37,5% 10 62,5% 16 100%
Berdasakan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa lansia yang bekerja mengalami
stres (64,7%) lebih besar dibandingkan dengan lansia yang normal (35,3%). Sedangkan
lansia yang tidak bekerja mengalami stres (62,5%) lebih besar dibandingkan dengan
lansia yang normal (37,5%).
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee
Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 1,000.
39
4.3.6 Hubungan antara Stres terhadap Mekanisme Koping pada Lansia
Hubungan antara Stres terhadap Mekanisme Koping pada Lansia di UPTD
Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada
tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9 Hubungan antara Stres terhadap Mekanisme Koping pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh
Mekanisme Koping
StresTotal
p rhoNormal Ringan Sedang BeratSangat Berat
n % n % n % n % n % n %Ringan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,000 -0,731Sedang 1 6,7 1 6,7 9 60 3 20 1 6,7 15 45,5
Tinggi 11 61,1 5 27,8 2 11,1 0 0 0 0 18 54,5
Total 12 36,4 6 18,2 11 33,3 3 9,1 1 3 33 100
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa lansia dengan mekanisme koping tinggi
lebih banyak yang normal (61,1%). Sedangkan pada lansia dengan mekanisme koping
sedang lebih banyak yang mengalami stres, yaitu 6,7% mengalami stres ringan, 60%
mengalami stres sedang, 20% mengalami stres berat dan 6,7% mengalami stres sangat
berat.
Hasil uji statistik dengan uji Spearman menunjukkan nilai probabilitas (p) dengan
interval kepercayaan (IK) 95% maka α= 0,05 sehingga zα=1,96. p value < 0,05 (p value
= 0,000). Hal ini berarti terdapat hubungan signifikan antara Stres terhadap mekanisme
koping pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda
Aceh.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Stres pada Lansia
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah lansia yang normal (36,4%) lebih
banyak dibandingkan dengan lansia yang mengalami stres ringan (18,2%), stres sedang
(33,3%), stres berat (9,1%) dan stres sangat berat (3,0%). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hamdiani didapatkan lansia di panti sosial
Tresna Werdha Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireun lebih banyak dalam kondisi
normal (71,40%).
40
Pada hasil penelitian ini didapatkan lansia yang tidak mengalami stres
(normal) lebih banyak dibandingkan dengan lansia yang mengalami stres, hal ini
dipengaruhi oleh kegiatan lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng kota Banda Aceh yang diisi dengan berbagai aktivitas yang
bervariasi setiap harinya, salah satunya adalah mengikuti kegiatan
keagamaan/rohani. Hasil penelitian Veenhoven menunjukkan religiusitas memiliki
hubungan yang signifikan terhadap kebahagiaan lansia di panti werdha.1 Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Branco bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
seseorang, maka ia akan merasa lebih bahagia serta kesehatan fisik dan mental
pun lebih baik, hal ini sejalan denggan hasil pada penelitian ini yang menunjukkan
bahwa lansia yang tidak mengalami stres (normal) lebih banyak dibandingkan
dengan lansia yang mengalami stres.2
Kegiatan keagamaan yang rutin diadakan, yaitu pengajian setiap hari Rabu
pada jam 09.00-11.00 WIB. Selain itu pihak panti juga memberikan fasilitas
beribadah pada lansia yaitu musala untuk melaksanakan kegiatan keagamaan
seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an setelah shalat dan kegiatan lainnya
seperti ceramah dan diskusi tentang agama. Pihak panti mempersilahkan para
lansia yang sehat untuk selalu mengikuti shalat 5 waktu berjamaah di musala dan
mengikuti pengajian. Terdapat beberapa lansia di UPTD Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang yang mengalami keterbatasan fisik sehingga tidak dapat
mengikuti kegiatan keagamaan yang dipusatkan di musala panti. Meskipun
demikian pihak panti telah berusaha untuk mendatangkan ustadz/ustadzah
langsung ke wisma penginapan lansia yang mengalami keterbatsan fisik, sehingga
lansia tersebut dapat mengikuti kegiatan keagamaan
Agama adalah sumber kekuatan serta dapat memenuhi kebutuhan psikologis
yang penting pada masa usia lanjut, membantu menghadapi kematian,
memperoleh dan memelihara rasa berarti dalam hidup, serta menerima terhadap
berbagai kehilangan yang tidak dapat dihindarkan pada masa usia lanjut. Arti dan
harapan seseorang sebagai penganut suatu agama menimbulkan kebahagiaan dan
kepuasan hidup. Lansia yang kurang religius menunjukkan tingkat kepuasan hidup
yang lebih rendah sedangkan lansia yang memiliki tingkat religiusitasnya yang
tinggi menunjukkan tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi.3
41
Koenig mengemukakan bahwa religiusitas meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia.4 Menurut hasil penelitian Branco, lansia yang semakin
mendekatkan diri kepada Tuhan dengan rajin beribadah serta mengamalkan ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari, cenderung lebih pasrah dan tidak mempunyai
fikiran yang bermacam-macam serta merasa lebih tenang dan bahagia tinggal di
panti.2 Hal ini ditunjang oleh fasilitas dan kebutuhan sehari-hari yang ditanggung
oleh panti tanpa ada pemungutan biaya. Hasil penelitian Pokorski dan Warzecha
juga menyatakan bahwa religiusitas atau penghayatan keagamaan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kesehatan fisik dan mental lansia, sehingga
gangguan mental emosional jauh lebih kecil. Komitmen agama yang taat berkaitan
dengan angka kejadian stres yang lebih rendah, penyembuhan dari stres yang lebih
cepat dan harga diri yang lebih baik.5 Hal ini juga didukung dengan hasil
penelitian Smith, Poll dan McCullough yang menemukan bahwa lansia yang
tidak menghadiri pelayanan keagamaan memiliki kecenderungan sebesar 80%
untuk mengalami gangguan mental dari pada lansia yang menghadiri kegiatan
keagamaan.6
Pengurus panti juga sering memberikan kegiatan-kegiatan yang positif yang
membuat para lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang tidak merasa
jenuh sehingga banyak lansia yang tinggal di panti tidak mengalami stres. Selain
kegiatan keagamaan, olahraga senam juga merupakan salah satu kegiatan rutin
yang dilaksanakan oleh lansia setiap Jum’at pagi. Olah raga merupakan salah satu
sarana rekreasi yang menyenangkan dan menyehatkan. Olahraga senam lansia
juga merupakan salah satu cara efektif penghilang stres yang baik. Hal ini
didukung dengan hasil penelitian Westerterp (2002) yang menyatakan bahwa
aktivitas fisik seperti senam dapat mengurangi stres pada lansia. (Physical activity
and oxidative stress in the elderly). Senam lansia akan membantu tubuh tetap
bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja
optimal, dan sirkulasi darah lebih lancar (Sumosarjuno, 1995). Selain itu, olahraga
teratur seperti senam akan memompa produksi endorphin di otak yang akan
memberi efek rasa senang dan nyaman serta dapat mengendalikan stres dan
meningkatkan kekebalan tubuh. Selain itu, olahraga secara teratur memungkinkan
tubuh untuk mengontrol situasi stres. Fisik yang terlatih akan memberi rasa
42
percaya diri dalam menghadapi situasi yang tak terduga dan pada gilirannya
mampu mengontrol pelepasan adrenalin dan mengurangi tingkat stres.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan masih terdapat lansia yang
mengalami stres, yaitu (18,2%) mengalami stres ringan, (33,3%) stres sedang,
(9,1%) stres berat dan (3,0%) stres sangat berat. Stres pada lansia sangat
dipengaruhi oleh penurunan status kesehatan.7 Stickle dan Onedera (2006)
melaporkan bahwa sekitar 80% dari lansia memiliki minimal satu kondisi
penyakit kronis sehingga akan menambah penderitaan emosionalnya yang
membuat bertambahnya stres. Penyakit fisik bisa mengakibatkan menurunnya
kemampuan fungsional seseorang, menghambat untuk dapat melakukan kegiatan
yang menyenangkan dan keterbatasan ini mendorong terjadinya stres. Sebagian
besar lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kreng juga
memiliki lebih dari satu penyakit, seperti arthritis dan hipertensi. Artritis
merupakan penyakit kronik dengan gejala nyeri. Penyakit yang bersifat kronik dan
bersifat nyeri sangat berpotensi menjadi stressor. Begitu juga dengan
ketidakmampuan fisik yang menimbulkan ketergantungan pada orang lain dan
menjadi tidak berdaya. Hal ini lebih memperbesar risiko terjadinya stres pada
lansia. Tingginya angka stres sejalan dengan banyaknya gangguan fisik yang
dialami lansia.
a.) Hubungan Usia dengan Stres pada Lansia
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara usia dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh
Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 1,000. Hasil
penelitian ini di dukung oleh penelitian Gao et al. (2009) di Cina dan Mohd et al.
(2004) di Srilanka dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa usia tidak
signifikan mempengaruhi kejadian stress pada lansia. Tidak berpengaruh nya usia
pada tingkat stres pada lansia dapat disebabkan oleh distribusi kelompok rentang
usia yang tidak merata di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee
Kareng Banda Aceh. Jumlah lansia yang menjadi sampel penelitian ini pada
rentang usia 60-74 tahun sebanyak 21 orang (63,6%), sedangkan lansia dengan
rentang usia 75-90 tahun sebanyak 13 orang (36,4%). Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian Hamdiani (2008) yang menunjukkan tidak ada
43
perbedaan yang signifikan antara tingkat stres menurut umur pada lansia di panti,
yaitu dengan p value 0,140 (P value > 0,05).
b.) Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Stres pada Lansia
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 0,710.
-Tambah-
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamdiani (2008) yang menunjukkan
tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat stres menurut jenis kelamin pada
lansia di Panti, yaitu dengan p value 0,877 (P value > 0,05).
c.) Hubungan Status Perkawinan dengan Tingkat Stres pada Lansia
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara status perkawinan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 0,710.
-Tambah-
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamdiani (2008) yang menunjukkan
ada perbedaan yang signifikan tingkat stres menurut status pernikahan pada lansia
di Panti, yaitu dengan p value 0,033 (P value < 0,05).
d.) Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Stres pada Lansia
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara pendidikan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh
Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 0,716.
-Tambah-
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamdiani (2008) yang menunjukkan
tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat stres menurut pendidikan pada lansia
di Panti, yaitu dengan p value 0,349 (P value > 0,05).
44
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa lansia yang berada di UPTD
Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh, responden yang
tidak sekolah sebesar 57,6%, responden yang berpendidikan SD sebesar ---%,
responden yang berpendidikan SMP sebesar --%,responden yang berpendidikan
SMA sebesar --%. Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar lansia
yang berada di Panti tidak sekolah yaitu sebesar 57,6%. Namun hal ini tidak
sejalan dengan penelitian Setyoadi dkk (2011) yang mengatakan bahwa pada
penelitian nya pendidikan SD lebih tinggi dibandingkan lansia yang tidak sekolah
yaitu sebesar 39%. Penelitian yang dilakukan oleh Najiyatul dkk (2012) di UPT
PSLU Pasuruan juga mengatakan bahwa lansia yang berpendidikan SD lebih
besar yaitu 61%. Dari beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar lansia yang berada di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee
Kareng Banda Aceh memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
e.) Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Stres pada Lansia
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara pekerjaan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh
Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 1,000.
-Tambah-
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamdiani (2008) yang menunjukkan
ada perbedaan yang signifikan tingkat stres menurut pekerjaan pada lansia di
Panti, yaitu dengan p value 0,021 (P value < 0,05).
4.4.2 Mekanisme Koping pada Lansia
4.4.3 Hubungan antara Stres Terhadap Mekanisme Koping pada Lansia
Hasil analisis juga ditemukan ada hubungan yang signifikan antara strategi
koping dengan tingkat stres, dimana semakin tinggi penggunaan strategi koping
maka akan semakin menurunkan tingkat stres lansia di Panti.
45
4.5 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian adalah kelemahan atau hambatan dalam suatu penelitian.
Adapun keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Keterbatasan pada saat peneliti mengajukan pertanyaan sesuai kuesioner yang
jawabannya kadang tidak sesuai dengan apa yang dirasakan oleh responden sehingga
ada kemungkinan hasil jawaban yang tidak sesuai dengan harapan peneliti.
2. Keterbatasan pada sampel yang sedikit.
3. Tidak semua lansia berada di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee
Karengketika penelitian sedang dilaksanakan.
4. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional survey sehingga cenderung
belum sepenuhnya dapat menjelaskan secara keseluruhan mengenai hubungan
mekanisme koping dengan stres pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Veenhoven R. Rising Happiness in Nation, 1946-2004. Easterlin Social indicators Research. 2010; 77: 1-16.
2. Branco KJ. Religiosity and depression among nursing home resident: results of a survey of ten states. Journal of religious Gerontology. 2000; 12: 43-61.
3. Koenig HG. Religion and depression in older medical inpatients. American Journal of Geriatric Psychiatry. 2007; 15(4): 282–91.
4. Koenig HG. Research on religion, spirituality, and mental health: a review. The Canadian Journal of Psychiatry. 2010. 54: 283-91.
5. Pokorski M, Warzecha A. Depression and religioussity in older age. European Journal of Medical Research. 2011. 16: 401-6.
6. Smith TB, Poll J, McCullough ME. Religiousness and depression: evidence for a main effect and the moderating influence of stressful life events. Psychological Bulletin. 2003; 129 (4): 614-36.
7. Miller CA. Nursing for wellness in older adults: theory and practice. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin; 2009. p. 55-60.