19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh pada Juni sampai dengan 28 Juni 2014. Dari hasil penelitian diperoleh responden berjumlah 33 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. 4.1.1 Karakteristik Responden Karakteristik dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan dan pendidikan. Data distribusi frekuensi terhadap 33 responden disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1 Karakteristik responden di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%) Usia Lanjut usia (60-74 tahun) 21 63,6 Lanjut usia tua (75-90 tahun) 12 36,4 Lanjut usia sangat tua (> 90 tahun) 0 0 Jenis Kelamin Laki-laki 10 30,3 Perempuan 23 69,7 Status Perkawinan Duda 10 30,3 Janda 23 69,7 Pekerjaan Bekerja 17 51,5 Tidak Bekerja 16 48,5 Pendidikan Bersekolah 14 42,4 34

Bab IV Ulfa Riyandha s.ked (Dini)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skripsi

Citation preview

Page 1: Bab IV Ulfa Riyandha s.ked (Dini)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee

Kareng Kota Banda Aceh pada Juni sampai dengan 28 Juni 2014. Dari hasil penelitian

diperoleh responden berjumlah 33 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi.

4.1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan umur, jenis kelamin,

status perkawinan, pekerjaan dan pendidikan. Data distribusi frekuensi terhadap 33

responden disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Karakteristik responden di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%)UsiaLanjut usia (60-74 tahun) 21 63,6Lanjut usia tua (75-90 tahun) 12 36,4Lanjut usia sangat tua (> 90 tahun) 0 0Jenis KelaminLaki-laki 10 30,3Perempuan 23 69,7Status PerkawinanDuda 10 30,3Janda 23 69,7PekerjaanBekerja 17 51,5Tidak Bekerja 16 48,5PendidikanBersekolah 14 42,4Tidak bersekolah 19 57,6Total 33 100,0

Data karakteristik responden pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa berdasarkan usia,

responden terbanyak adalah lanjut usia (60-74 tahun), yaitu 21 orang (63.6%).

Berdasarkan jenis kelamin, responden yang terbanyak adalah perempuan, yaitu 23 orang

(69.7%). Berdasarkan status perkawinan, responden terbanyak adalah janda, yaitu 23

orang (69,7%). Berdasarkan pekerjaan, responden terbanyak adalah yang bekerja, yaitu

17 orang (51,5%). Sedangkan berdasarkan pendidikan, responden terbanyak tidak

bersekolah, yaitu 19 orang ( 57,6%).

34

Page 2: Bab IV Ulfa Riyandha s.ked (Dini)

35

4.2 Analisa Univariat

Variabel yang akan dilakukan analisis secara univariat dalam penelitian adalah stres

dan mekanisme koping.

4.2.1 Stres pada Lansia

Data distribusi frekuensi tingkat stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera

Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh

Stres Frekuensi Presentasi (%)

Normal 12 36,4Rendah 6 18,2Sedang 11 33,3Berat 3 9,1Sangat berat 1 3,0Total 33 100

Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar responden penelitian (36,4%) merupakan

lansia yan normal (tidak mengalami stres), sedangkan 6 lansia (18,2%) mengalami stres

ringan, 11 lansia (33,3%) mengalami stres sedang, 3 lansia (9,1%) mengalami stres berat

dan 1 lansia (3,0%) mengalami stres sangat berat.

4.2.2 Mekanisme Koping pada Lansia

Data distribusi frekuensi mekanisme koping pada lansia di UPTD Rumoh

Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.3

berikut ini:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh

Mekanisme Koping Frekuensi Presentasi (%)Rendah 0 0Sedang 15 45,5Tinggi 18 54,5Total 33 100

Tabel 4.3 menunjukkan sebagian besar responden penelitian, yaitu 18 lansia

(54,5%) memiliki mekanisme koping tinggi, sedangkan 15 lansia (45,5%) memiliki

Page 3: Bab IV Ulfa Riyandha s.ked (Dini)

36

mekanisme koping sedang dan tidak didapatkan pada hasil penelitian lansia dengan

mekanisme koping ringan.

4.3 Analisa Bivariat

4.3.1 Hubungan Usia dengan Stres pada Lansia

Hubungan usia dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh

Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.4 Hubungan Usia dengan Stres pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh

UmurStres

Total p value

Normal Stresn % n % n %

Lanjut Usia (Eldely) (60-74 tahun)

8 38,1% 13 61,9% 21 100%1,000

Lanjut Usia Tua (Old) (75-90 tahun)

4 33,3% 8 66,7% 12 100%

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa lansia berusia 60-74 tahun (elderly) yang

mengalami stres (61,9%) lebih banyak dibandingkan lansia yang normal (38,1%).

Sedangkan pada lansia berusia 75-90 tahun (old) yang mengalami stres (66,75%) lebih

banyak dibandingkan lansia yang normal (33,3%).

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antar usia

dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota

Banda Aceh dimana nilai p value = 1,000.

4.3.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Stres pada Lansia

Hubungan jenis kelamin dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera

Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.5 Hubungan Jenis Kelamin dengan Stres pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh

Jenis Kelamin

StresTotal

p valueNormal Stresn % n % n %

Laki-laki 3 30,0% 7 70,0% 10 100%0,710

Perempuan 9 39,1% 14 60,9% 23 100%

Page 4: Bab IV Ulfa Riyandha s.ked (Dini)

37

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa lansia laki-laki yang mengalami stres

(70,0%) lebih besar dibandingkan dengan lansia yang normal (30,0%). Sedangkan lansia

perempuan yang mengalami stres (60,9%) lebih besar dibandingkan dengan lansia yang

normal (39,1%).

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

jenis kelamin dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang

Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 0,710.

4.3.3 Hubungan Status Perkawinan dengan Stres pada Lansia

Hubungan status perkawinan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh

Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.6

berikut ini:

Tabel 4.6 Hubungan Status Perkawinan dengan Stres pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh

Status Perkawinan

StresTotal

p valueNormal Stresn % n % n %

Duda 3 30,0% 7 70,0% 10 100%0,710

Janda 9 39,1% 14 60,9% 23 100%

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa lansia yang berstatus duda

mengalami stres (70,0%) lebih besar dibandingkan dengan lansia yang normal (30,0%).

Sedangkan lansia yang berstatus janda mengalami stres (60,9%) lebih besar dibandingkan

dengan lansia yang normal (39,1%).

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

status perkawinan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang

Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 0,710.

4.3.4 Hubungan Pendidikan dengan Stres pada Lansia

Hubungan pendidikan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera

Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:

Page 5: Bab IV Ulfa Riyandha s.ked (Dini)

38

Tabel 4.7 Hubungan Pendidikan dengan Stres pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh

Pendidikan

StresTotal

p valueNormal Stresn % n % n %

Sekolah 6 42,9% 8 57,1% 14 100%0,716Tidak

Sekolah6 31,6% 13 68,4% 19 100%

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa lansia yang sekolah mengalami

stres (57,1%) lebih besar dibandingkan dengan lansia yang normal (42,9%). Sedangkan

lansia yang tidak sekolah mengalami stres (68,4%) lebih besar dibandingkan dengan

lansia yang normal (31,6%).

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pendidikan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee

Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 0,716.

4.3.5 Hubungan Pekerjaan dengan Stres pada Lansia

Hubungan pekerjaan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera

Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Hubungan Pendidikan dengan Stres pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh

Pekerjaan

StresTotal

p valueNormal Stresn % n % n %

Bekerja 6 35,3% 11 64,7% 17 100%1,000Tidak

bekerja6 37,5% 10 62,5% 16 100%

Berdasakan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa lansia yang bekerja mengalami

stres (64,7%) lebih besar dibandingkan dengan lansia yang normal (35,3%). Sedangkan

lansia yang tidak bekerja mengalami stres (62,5%) lebih besar dibandingkan dengan

lansia yang normal (37,5%).

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pekerjaan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee

Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 1,000.

Page 6: Bab IV Ulfa Riyandha s.ked (Dini)

39

4.3.6 Hubungan antara Stres terhadap Mekanisme Koping pada Lansia

Hubungan antara Stres terhadap Mekanisme Koping pada Lansia di UPTD

Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dapat dilihat pada

tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9 Hubungan antara Stres terhadap Mekanisme Koping pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh

Mekanisme Koping

StresTotal

p rhoNormal Ringan Sedang BeratSangat Berat

n % n % n % n % n % n %Ringan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0,000 -0,731Sedang 1 6,7 1 6,7 9 60 3 20 1 6,7 15 45,5

Tinggi 11 61,1 5 27,8 2 11,1 0 0 0 0 18 54,5

Total 12 36,4 6 18,2 11 33,3 3 9,1 1 3 33 100

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa lansia dengan mekanisme koping tinggi

lebih banyak yang normal (61,1%). Sedangkan pada lansia dengan mekanisme koping

sedang lebih banyak yang mengalami stres, yaitu 6,7% mengalami stres ringan, 60%

mengalami stres sedang, 20% mengalami stres berat dan 6,7% mengalami stres sangat

berat.

Hasil uji statistik dengan uji Spearman menunjukkan nilai probabilitas (p) dengan

interval kepercayaan (IK) 95% maka α= 0,05 sehingga zα=1,96. p value < 0,05 (p value

= 0,000). Hal ini berarti terdapat hubungan signifikan antara Stres terhadap mekanisme

koping pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda

Aceh.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Stres pada Lansia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah lansia yang normal (36,4%) lebih

banyak dibandingkan dengan lansia yang mengalami stres ringan (18,2%), stres sedang

(33,3%), stres berat (9,1%) dan stres sangat berat (3,0%). Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hamdiani didapatkan lansia di panti sosial

Tresna Werdha Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireun lebih banyak dalam kondisi

normal (71,40%).

Page 7: Bab IV Ulfa Riyandha s.ked (Dini)

40

Pada hasil penelitian ini didapatkan lansia yang tidak mengalami stres

(normal) lebih banyak dibandingkan dengan lansia yang mengalami stres, hal ini

dipengaruhi oleh kegiatan lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang

Ulee Kareng kota Banda Aceh yang diisi dengan berbagai aktivitas yang

bervariasi setiap harinya, salah satunya adalah mengikuti kegiatan

keagamaan/rohani. Hasil penelitian Veenhoven menunjukkan religiusitas memiliki

hubungan yang signifikan terhadap kebahagiaan lansia di panti werdha.1 Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Branco bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

seseorang, maka ia akan merasa lebih bahagia serta kesehatan fisik dan mental

pun lebih baik, hal ini sejalan denggan hasil pada penelitian ini yang menunjukkan

bahwa lansia yang tidak mengalami stres (normal) lebih banyak dibandingkan

dengan lansia yang mengalami stres.2

Kegiatan keagamaan yang rutin diadakan, yaitu pengajian setiap hari Rabu

pada jam 09.00-11.00 WIB. Selain itu pihak panti juga memberikan fasilitas

beribadah pada lansia yaitu musala untuk melaksanakan kegiatan keagamaan

seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an setelah shalat dan kegiatan lainnya

seperti ceramah dan diskusi tentang agama. Pihak panti mempersilahkan para

lansia yang sehat untuk selalu mengikuti shalat 5 waktu berjamaah di musala dan

mengikuti pengajian. Terdapat beberapa lansia di UPTD Rumoh Seujahtera

Geunaseh Sayang yang mengalami keterbatasan fisik sehingga tidak dapat

mengikuti kegiatan keagamaan yang dipusatkan di musala panti. Meskipun

demikian pihak panti telah berusaha untuk mendatangkan ustadz/ustadzah

langsung ke wisma penginapan lansia yang mengalami keterbatsan fisik, sehingga

lansia tersebut dapat mengikuti kegiatan keagamaan

Agama adalah sumber kekuatan serta dapat memenuhi kebutuhan psikologis

yang penting pada masa usia lanjut, membantu menghadapi kematian,

memperoleh dan memelihara rasa berarti dalam hidup, serta menerima terhadap

berbagai kehilangan yang tidak dapat dihindarkan pada masa usia lanjut. Arti dan

harapan seseorang sebagai penganut suatu agama menimbulkan kebahagiaan dan

kepuasan hidup. Lansia yang kurang religius menunjukkan tingkat kepuasan hidup

yang lebih rendah sedangkan lansia yang memiliki tingkat religiusitasnya yang

tinggi menunjukkan tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi.3

Page 8: Bab IV Ulfa Riyandha s.ked (Dini)

41

Koenig mengemukakan bahwa religiusitas meningkat sejalan dengan

bertambahnya usia.4 Menurut hasil penelitian Branco, lansia yang semakin

mendekatkan diri kepada Tuhan dengan rajin beribadah serta mengamalkan ajaran

agama dalam kehidupan sehari-hari, cenderung lebih pasrah dan tidak mempunyai

fikiran yang bermacam-macam serta merasa lebih tenang dan bahagia tinggal di

panti.2 Hal ini ditunjang oleh fasilitas dan kebutuhan sehari-hari yang ditanggung

oleh panti tanpa ada pemungutan biaya. Hasil penelitian Pokorski dan Warzecha

juga menyatakan bahwa religiusitas atau penghayatan keagamaan mempunyai

pengaruh yang besar terhadap kesehatan fisik dan mental lansia, sehingga

gangguan mental emosional jauh lebih kecil. Komitmen agama yang taat berkaitan

dengan angka kejadian stres yang lebih rendah, penyembuhan dari stres yang lebih

cepat dan harga diri yang lebih baik.5 Hal ini juga didukung dengan hasil

penelitian Smith, Poll dan McCullough yang menemukan bahwa lansia yang

tidak menghadiri pelayanan keagamaan memiliki kecenderungan sebesar 80%

untuk mengalami gangguan mental dari pada lansia yang menghadiri kegiatan

keagamaan.6

Pengurus panti juga sering memberikan kegiatan-kegiatan yang positif yang

membuat para lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang tidak merasa

jenuh sehingga banyak lansia yang tinggal di panti tidak mengalami stres. Selain

kegiatan keagamaan, olahraga senam juga merupakan salah satu kegiatan rutin

yang dilaksanakan oleh lansia setiap Jum’at pagi. Olah raga merupakan salah satu

sarana rekreasi yang menyenangkan dan menyehatkan. Olahraga senam lansia

juga merupakan salah satu cara efektif penghilang stres yang baik. Hal ini

didukung dengan hasil penelitian Westerterp (2002) yang menyatakan bahwa

aktivitas fisik seperti senam dapat mengurangi stres pada lansia. (Physical activity

and oxidative stress in the elderly). Senam lansia akan membantu tubuh tetap

bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja

optimal, dan sirkulasi darah lebih lancar (Sumosarjuno, 1995). Selain itu, olahraga

teratur seperti senam akan memompa produksi endorphin di otak yang akan

memberi efek rasa senang dan nyaman serta dapat mengendalikan stres dan

meningkatkan kekebalan tubuh. Selain itu, olahraga secara teratur memungkinkan

tubuh untuk mengontrol situasi stres. Fisik yang terlatih akan memberi rasa

Page 9: Bab IV Ulfa Riyandha s.ked (Dini)

42

percaya diri dalam menghadapi situasi yang tak terduga dan pada gilirannya

mampu mengontrol pelepasan adrenalin dan mengurangi tingkat stres.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan masih terdapat lansia yang

mengalami stres, yaitu (18,2%) mengalami stres ringan, (33,3%) stres sedang,

(9,1%) stres berat dan (3,0%) stres sangat berat. Stres pada lansia sangat

dipengaruhi oleh penurunan status kesehatan.7 Stickle dan Onedera (2006)

melaporkan bahwa sekitar 80% dari lansia memiliki minimal satu kondisi

penyakit kronis sehingga akan menambah penderitaan emosionalnya yang

membuat bertambahnya stres. Penyakit fisik bisa mengakibatkan menurunnya

kemampuan fungsional seseorang, menghambat untuk dapat melakukan kegiatan

yang menyenangkan dan keterbatasan ini mendorong terjadinya stres. Sebagian

besar lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kreng juga

memiliki lebih dari satu penyakit, seperti arthritis dan hipertensi. Artritis

merupakan penyakit kronik dengan gejala nyeri. Penyakit yang bersifat kronik dan

bersifat nyeri sangat berpotensi menjadi stressor. Begitu juga dengan

ketidakmampuan fisik yang menimbulkan ketergantungan pada orang lain dan

menjadi tidak berdaya. Hal ini lebih memperbesar risiko terjadinya stres pada

lansia. Tingginya angka stres sejalan dengan banyaknya gangguan fisik yang

dialami lansia.

a.) Hubungan Usia dengan Stres pada Lansia

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara usia dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh

Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 1,000. Hasil

penelitian ini di dukung oleh penelitian Gao et al. (2009) di Cina dan Mohd et al.

(2004) di Srilanka dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa usia tidak

signifikan mempengaruhi kejadian stress pada lansia. Tidak berpengaruh nya usia

pada tingkat stres pada lansia dapat disebabkan oleh distribusi kelompok rentang

usia yang tidak merata di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee

Kareng Banda Aceh. Jumlah lansia yang menjadi sampel penelitian ini pada

rentang usia 60-74 tahun sebanyak 21 orang (63,6%), sedangkan lansia dengan

rentang usia 75-90 tahun sebanyak 13 orang (36,4%). Hasil penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian Hamdiani (2008) yang menunjukkan tidak ada

Page 10: Bab IV Ulfa Riyandha s.ked (Dini)

43

perbedaan yang signifikan antara tingkat stres menurut umur pada lansia di panti,

yaitu dengan p value 0,140 (P value > 0,05).

b.) Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Stres pada Lansia

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara jenis kelamin dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera

Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 0,710.

-Tambah-

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamdiani (2008) yang menunjukkan

tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat stres menurut jenis kelamin pada

lansia di Panti, yaitu dengan p value 0,877 (P value > 0,05).

c.) Hubungan Status Perkawinan dengan Tingkat Stres pada Lansia

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara status perkawinan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera

Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 0,710.

-Tambah-

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamdiani (2008) yang menunjukkan

ada perbedaan yang signifikan tingkat stres menurut status pernikahan pada lansia

di Panti, yaitu dengan p value 0,033 (P value < 0,05).

d.) Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Stres pada Lansia

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara pendidikan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh

Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 0,716.

-Tambah-

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamdiani (2008) yang menunjukkan

tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat stres menurut pendidikan pada lansia

di Panti, yaitu dengan p value 0,349 (P value > 0,05).

Page 11: Bab IV Ulfa Riyandha s.ked (Dini)

44

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa lansia yang berada di UPTD

Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh, responden yang

tidak sekolah sebesar 57,6%, responden yang berpendidikan SD sebesar ---%,

responden yang berpendidikan SMP sebesar --%,responden yang berpendidikan

SMA sebesar --%. Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar lansia

yang berada di Panti tidak sekolah yaitu sebesar 57,6%. Namun hal ini tidak

sejalan dengan penelitian Setyoadi dkk (2011) yang mengatakan bahwa pada

penelitian nya pendidikan SD lebih tinggi dibandingkan lansia yang tidak sekolah

yaitu sebesar 39%. Penelitian yang dilakukan oleh Najiyatul dkk (2012) di UPT

PSLU Pasuruan juga mengatakan bahwa lansia yang berpendidikan SD lebih

besar yaitu 61%. Dari beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar lansia yang berada di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee

Kareng Banda Aceh memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

e.) Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Stres pada Lansia

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara pekerjaan dengan stres pada lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh

Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh dimana nilai p value = 1,000.

-Tambah-

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamdiani (2008) yang menunjukkan

ada perbedaan yang signifikan tingkat stres menurut pekerjaan pada lansia di

Panti, yaitu dengan p value 0,021 (P value < 0,05).

4.4.2 Mekanisme Koping pada Lansia

4.4.3 Hubungan antara Stres Terhadap Mekanisme Koping pada Lansia

Hasil analisis juga ditemukan ada hubungan yang signifikan antara strategi

koping dengan tingkat stres, dimana semakin tinggi penggunaan strategi koping

maka akan semakin menurunkan tingkat stres lansia di Panti.

Page 12: Bab IV Ulfa Riyandha s.ked (Dini)

45

4.5 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian adalah kelemahan atau hambatan dalam suatu penelitian.

Adapun keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Keterbatasan pada saat peneliti mengajukan pertanyaan sesuai kuesioner yang

jawabannya kadang tidak sesuai dengan apa yang dirasakan oleh responden sehingga

ada kemungkinan hasil jawaban yang tidak sesuai dengan harapan peneliti.

2. Keterbatasan pada sampel yang sedikit.

3. Tidak semua lansia berada di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee

Karengketika penelitian sedang dilaksanakan.

4. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional survey sehingga cenderung

belum sepenuhnya dapat menjelaskan secara keseluruhan mengenai hubungan

mekanisme koping dengan stres pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Veenhoven R. Rising Happiness in Nation, 1946-2004. Easterlin Social indicators Research. 2010; 77: 1-16.

2. Branco KJ. Religiosity and depression among nursing home resident: results of a survey of ten states. Journal of religious Gerontology. 2000; 12: 43-61.

3. Koenig HG. Religion and depression in older medical inpatients. American Journal of Geriatric Psychiatry. 2007; 15(4): 282–91.

4. Koenig HG. Research on religion, spirituality, and mental health: a review. The Canadian Journal of Psychiatry. 2010. 54: 283-91.

5. Pokorski M, Warzecha A. Depression and religioussity in older age. European Journal of Medical Research. 2011. 16: 401-6.

6. Smith TB, Poll J, McCullough ME. Religiousness and depression: evidence for a main effect and the moderating influence of stressful life events. Psychological Bulletin. 2003; 129 (4): 614-36.

7. Miller CA. Nursing for wellness in older adults: theory and practice. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin; 2009. p. 55-60.