Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Singkat Bank Maspion Indonesia
PT.Bank Maspion Indonesia didirikan di Surabaya pada tanggal 6 November
1989 berdasarkan Akta No 68 Tanggal 6 November 1989 Juncto Akta perubahan
No.49 tanggal 5 Desember 1989 dibuat dihadapan Soetjipto,S.H., Notaris di
Surabayan dan mendapat ijin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia pada
tanggal 30 juni 1990. Beroperasi sebagai bank umum pada tanggal 31 Agustus
1990, Bank Maspion kemudian menyandang predikat sebagai Bank Devisa pada
tanggal 28 Juli 1995.
Bank Mapion Indonesia yang berkembang menjadi bank berkompeten,
unggul dan handal, kemudian mengubah status perusahaan menjadi perusahaan
publik (terbuka). Berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 3 April 2013dan
menwarkan 770.000 saham bisasa kepada masyarakat dengan nilai nominal
Rp.100,- per lembar sahamnya yang dicatatkan di BEI tanggal 11 juli 2013.
Sejalan dengan tranformasi yang dilaksanakan pada tahun 2014, Bank
Maspion memperbarui semangatnya dan semakin mengembangkan diri. pada
akhir tahun 2014, Bank Maspion memiliki 844 karyawan dan telah memilki 51
jaringan kantor yang terdiri dari 1 kantor pusat, 10 kantor cabang, 30 kantor
cabang pembantu serta 10 kantor kas yang tersebar disurabaya, Jakarta, Semarang,
Denpasar, Medan, Bandung, Makassar, Solo, Malang, Purwokerto, Palembang.
Bank Maspion memiliki 53 yang bergabung dalam jaringan prima sehingga para
Displin
Dedikasi & Loyalitas
Kerjasama
nasabah dapat melakukan transaksi pada lebih 79.000 ATM berlogo prima
maupun berbelanja pada ribuan merchant yang bergabung dalam jaringan prima.
Pada tahun 2014 Bank Maspion meluncurkan Cash Deposit Machine dan kas
mobil di Jakarta dan Surabaya untuk meningkatkan pelayanan.
Bank Maspion Indonesia memiliki visi dan misi. Visi dari Bank Maspion
adalah “Menjadi Bank dengan fokus yang sehat dan terbaik di Regional dan
Indonesia”. Sedangkan misi yang dimiliki adalah
Peningkatan layananan
Peningkatan aspek keuangan
Peningkatan kepatuhan dan manajemen resiko
Untuk mewujudakan dari visi dan misi tersebut Bank Maspion memiliki nilai –
nilai yang baik yang tercermin di dalam perusahaan. Nilai-nilai tersebut termuat
dalam nilai - nilai perusahaan (corporate values)
Gambar 4.1gambar 4. 1
Nilai – Nilai Perusahaan
Komunikasi
Layanan Prima
52
Dalam Pelaksanaan Good Corporate Governance, berikut struktur organisasi
PT.Bank Maspion Indonesia yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang
Saham(RUPS), Dewan Komisaris, Direksi, Komite-komite dibawaha komisaris
dan komite-komite dibawah direksi yang berkerja sesuai ruang lingkup tugas,
tanggung jawab, serta fungsinya masing –masing.
Gambar 4.2 gambar 4. 2
Struktur Organisasi PT Bank Maspion Indonesia
53
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan pemegang kekuasaan
dan kewenangan tertinggi perusahaan, dengan kewenangan yang tidak diberikan
kepada dewan komisaris atau direksi sebagaimana diatur dalam anggaran dasar
perusahaan maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan
yang dimiliki oleh RUPS antara lain mengangkat dan memberhentikan anggota
dewan komisaris dan direksi, mengevaluasi kinerja dewan komisaris dan direksi,
menentukan gaji atau honorium dan tunjangan lain bagi anggota dewan komisaris
dan direksi, mengesahkan laporan tahunan termasuk didalamnya laporan
keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik, menyetujui perubahan anggran
dasar, Menunjuk kantor akuntan publik dan menetapkan penggunaan laba
perseroan.
2. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertugas dan bertanggung jawab untuk melakukan
pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi, memastikan
bahwa pelaksanaan usaha Bank sesuai dengan strategi yang telah disetujui,
memberikan advis kepasa direksi dan memastikan terselenggaranya pelaksanaan
prisnsi GCG, manajemen risiko serta kontrol internal yang efektif sehingan dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional Bank serta kepatuhan kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
54
Tabel 4.1
Susunan Dewan Komisaris
Jabatan Nama
Komisaris Utama Independen Henry Kaunang
Komisaris Diana Alim
Komisaris Independen M.Pujiono Santoso
3. Direksi
Direksi bertanggung jawab penuh dalam pengembangan bisnis dan
pengelolaan Bank secara keseluruhan, menetapkan arah strategis perusahaan,
menjamin keberlangsungan usaha Bank untuk jangka panjang, pencapaian tingkat
kinerja yang sesuai dengan atrget usaha serta pengelolaan Bank dengan prinsip
kehati-hatian demi kepentingan para stakeholder.
Tabel 4.2
Susunan Direksi
Jabatan Nama
Direktur Utama Herman Halim
Direktur Kredit Sri Redjeki
Direktur Kepatuhan(Independen) Iis Herijati
Direktur Pemasaran Yunita Wanda
55
4. Komite Dibawah Dewan Komisaris
Dewan komisaris teah membentuk tiga komite yaitu komite audit, komite
pemantau risiko serta komite remunerasi dan nominasi. Setiap komite
bertanggung jawab untuk melakukan review dan pengawasan berdasarkan tugas
dan tanggung jawab yang telah ditetapkan dalam pedoman dan tata tertib kerja
masing-masing komite.
5. Komite Dibawah Direksi
Guna membantu meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugasnya, direksi
dibantu oleh 7 (tujuh) komite yang bertugas memberikan opini obyektif kepda
direksi sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing. Berikut
komite dibawah direksi yakni komite liabilitas-aset, komite manajemen risiko,
komite kredit, komite kebijakan, komite pengarah teknologi informasi(TI), komite
produk jasa dan layanan, komite sumber daya manusia.
6. Sekretaris
Dalam rangka keterbukaan informasi kepada publik serta memelihara
komunikasi dengan regulator, kalangan pasar modal, investor maupun segenap
pemangku kepetingan, Bank telah menunjuk sektretaris perusahaan yang
bertanggung jawab langsung kepada direktur utama. Dalam melaksaanaa
tugasnya, sekretaris perusahaan memiliki akses terhadap informasi material dan
relevan yang berikaitan dengan perseroan.
7. Satuan Kerja Audit Internal
56
Fungsi internal audit Bank dilaksanakan oleh Satuan Kerja Audit
Internal(SKAI) yang independen terhadap satuan kerja operasional. SKAI
berperan melaksanakan kegiatana assurance melalui pelaksanaan audit secara
obyektif dan memberikan penilaian independen terhadap kecukupan dan
efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian internal, dan pelaksanaan tat
kelola pada semua aspek bisnis Bank. Disamping kegiatan assurance, SKAI
melakukan fungsi konsultasi dengan memeberikan tanggapan terhadap usulan
kebijakan, sistem dan prosedur Bank dengan tujuan untuk memastikan bahwa
kebijakan atau sistem dan prosedur yang baru telah mencakup aspek-aspek
pengendalian internal.
8. Manajemen Risiko
Dewan komisaris dan Direksi melakukan pengawasan secara aktif terhadap
pelaksanaan kebijakan dan strategi manajemen risiko. Ditingkat komisaris,
pengawasan dilakukan oleh komite pemantauan risiko sedangakan komite
ditingkat direksi adalah komite manajemen risiko, yang bertanggung jawab
mengkaji profil risiko dan menentukan tindakan untuk memitigasi dan
mengendalikan rsisiko. Adapun pengelolaan risiko dilakukan oleh satuan kerja
manajemen risiko yang bertanggung jawab melakukan pengumpulan dan
pengukuran data, serta menyusun laporan risiko.
9. Satuan Kerja Kepatuhan
Satuan Kerja Kepatuhan Bank menangani 2 fungsi yaitu fungsi pengelolaan
kepatuahn dan fungsi anti pencucuian uang dan pencegahan pendanaan terorisme.
B. Kondisi Kesehatan Bank Maspion Indonesia Pra Go Public
57
Pengukuran kondisi kesehatan keuangan Bank Maspion Indonesia dengan
didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 yakni menggunakan
pendekatan berdasarkan risiko (risk based bank rating) dengan penilaian beberapa
faktor diantaranya risk profile, good corporate governance, earning, dan capital.
laporan keuangan yang digunakan adalah periode 2010 hingga 2012 dan dapat
dilihat dilampiran 1.
1. Risk Profile dan GCG
Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia, Bank melakukan penialian terhadap
profile risiko secara keseluruhan serta malporkan hal tersebut kepada Bank
Indonesia setiap triwulan. Penilaian profil risiko tersebut merupakan kombinasi
dari hasil penilaian risiko yang melekat pada aktivitas fungsional (Inherent risk)
dengan kecukupan sistem pengendalian risiko(risk control system). Laporan profil
risiko bank periode sejak tahun 2010 - 2012 yakni low to moderate.
Penialaian terhadap faktor GCG (Good Corporate Governance) pada bank
Maspion Indonesia yang menunjukan bahwa manajemen bank telah melakukan
penerapan GCG dengan baik ditahun 2010 – 2012. Artinya secara umum apabila
terdapat kelemahan dalam penerapan GCG., maka kelemahan tersebut kurang
berarti signifikan dan dapat diselesaikan dengan tindakan normal.
Tabel 4.3 Tabel 4.4
Peringkat Profil Risk Hasil SelfAssessment Penilaian GCG
Tahun Peringkat
Komposit
2010 Low To Moderate
58
Tahun Predikat
2010 Baik
2011 Baik
2012 Baik
2011 Low To Moderate
2012 Low To Moderate
Sumber: Laporan Tahunan Bank Maspion Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion
2. Earning
Tolak ukur rasio keuangan banyak terdapat dalam faktor earning. Dan dapat
dilihat dari analisis ROA. Selain ROA ada indikator lain yang diperhatikan yakni
laba bersih dan BOPO(Beban Operasional dan Pendapatan Operasional) yang
didapat Bank.
Periode 2010 – 2012 terjadi fluktuasi terhadap laba bersih Bank Maspion
Indonesia. Pada periode tahun 2011 walaupun terjadi peningkatan terhadap laba
bersih sebesar Rp.38 miliar namun BOPO ikut meningkat sebesar 91,44% karena
terjadi remunerasi karyawan. Namun di periode tahun 2012 sebaliknya laba bersih
mengalami penurunan sebesar Rp.23 miliardan BOPO juga mengalami penurunan
sebesar 89,84%.
59
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion Indonesia
2010 2011 2012
88.83%
91.44%
89.84%
Gambar 4.4Grafik Fluktuasi BOPO
(%)
gambar 4. 4
Sumber : Laporan Tahuanan Bank Maspion Indonesia
Bank Maspion Indonesia Pada Periode 2010 -2012 Mengalami kondisi
fluktuasi pada kinerja ROA. Terlebih pada tahun 2012 kemampuan Bank 60
2010 2011 2012
22.677
38.684
23.654
Gambar 4.3Grafik Fluktuasi Laba Bersih
(Rp Juta)
dipertanyakan karena pencapaian ROA dibawah standar yang ditetapkan Bank
Indonesia yaitu 1,25%. Walaupun tahun 2011 pencapaian tertinggi nya adalah
1,87% tetapi bank tidak dapat memaksimalkan kembali ditahun berikutnya.
2010 2011 2012
1.35%
1.87%
1.00%
Gambar 4.5Grafik Fluktuasi ROA
(%)
gambar 4. 5
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion Indonesia
3. Capital
Capital adalah faktor terkahir dalam penilaian tingkat kesehatan. Faktor ini dilihat
dari kualitas dan kecukupan permodalan yang dimiliki Bank. Rasio yang
digunakan adalah CAR. Pada periode 2010 – 2012 CAR Bank Maspion Indonesia
mengalami fluktuasi dengan rata – rata 14,06 % diatas batas minimum CAR yang
di atur oleh Bank Indonesia yaitu 8% dari ATMR. Walaupun pada periode 2010 –
2012 Bank Maspion Indonesia belum melakukan penjualan saham nya ke pasar
modal atau Belum melakukan IPO (Initial Public Offering) namun Bank Maspion
Indonesia tetap dapat mempertahankan modal yang mencukupi.
61
Tabel 4.5
CAR Bank Maspion Indonesia
Tahun CAR
2010 12,89%
2011 15,84%
2012 13,46%
Rata – rata 14,06%
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion Indonesia(data diolah)
62
2010 2011 2012
12.89%15.84%
13.46%
Gambar 4.6Grafik Fluktuai CAR
(%)
gambar 4. 6
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion Indonesia (data diolah)
Faktor – faktor diatas adalah metode menggunakan metode risk-based
bank rating. Dalam laporan keuangan ada indikator yang harus diperhatikan juga
yakni total aset dan dana pihak ketiga. Periode tahun 2010 – 2012 mengalami
kenaikan aset yakni sebesar 51,38%. ini menunjukan kinerja perusahaan yang
baik. tercatat total aset Bank Maspion Indonesia pada tahun 2012 mencapai Rp.
3,4Triliun.
2010 2011 2012
2.248.124.737 2.797.581.866
3.403.282.701
Gambar 4.7Grafik Pertumbuhan Total Aset
(Ribuan Rupiah)
gambar 4. 7
63
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion Indonesia
Periode 2010 – 2013 tercatat juga kenaikan pada dana pihak ketiga dari tahun
2010 sebesar Rp.1,98 triliun menjadi Rp. 3 triliun atau terjadi kenaikan sebesar
50,97%.
2010 2011 2012
1.987.190
2.399.639
3.000.103
Gambar 4.8Grafik Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
(Rp Juta)
gambar 4. 8
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion Indonesia
Setelah melihat secara keseluruhan kondisi Keuangan Bank Maspion
Indonesia mengalami peningkatan dimulai dari jumlah aset yang dimiliki
meningkat dan dana pihak ketiga pun ikut meningkat. Dengan kondisi keuangan
diatas Bank Maspion siap untuk melakukan penawaran umum saham nya ke pasar
modal agar perusahaan semakin kuat dalam permodalan nya dan agar tercapai visi
– misi perusahaan yakni menjadi bank yang sehat dan terbaik diregional.
C. Kondisi Kesehatan Bank Maspion Indonesia Pascah Go Publik
64
Berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 2 April 2013, Bank Maspion
Indonesia mengubah status perusahaan menjadi perusahaan publik (terbuka) dan
menawarkan 770.000.000 atau 19,99% dari total disetor saham biasa kepada
masyarakat dengan nominal Rp.100,- per lembar saham nya, yang dicatatkan nya
di Bursa Efek Indonesia tanggal 11 Juli 2013. Dana bersih yang diraih dari
penwaran umum perdana tersebut mencapai sebesar Rp. 235.678 juta.
Kondisi kesehatan keuangan Bank Maspion setelah go publik mengalami
peningkatan dalam sektor permodalan, aset dan profitabilitas. Untuk melihat
perbandingan antara pra go publik dan pasca go publik dapat dilihat berikut ini.
1. Capital
Hal utama yang mengalami perubahan adalah berpindahnya sebagian saham
Bank Maspion. Tercatat diakhir tahun 2013 pemegang saham terbesar masih
dipegang PT Alim Investindo sebesar 67,69% , pemegang saham terbesar kedua
PT Maspion sebesar 13,06%, yang ketiga PT Guna Investindo adalah 6,77 dan
sisanya sebesar 12,48% dimiliki oleh masyarakat yang tersebar ke berbagai pihak
dan jumlah kepemilikannya kurang dari 5%.
Tabel 4.6
Pemegang Saham Pra dan Pasca Go Publik
NO
Nama Pemegang
Saham 2012 2013
Jumlah Saham Persentas
e
(%)
Jumlah
Saham
Persenta
se
(%)
65
1 Alim Investindo 260,690,000,0
00
84,61 2,606,897,50
0
67,69
2 PT Maspion - - 503,001,500 13,06
3 PT Guna
Investindo
26,607,000,00
0
8,46 260,675,000 6,77
4 Lainnya(Masing –
masing < 5%)
21,343,000,00
0
6,93 480,426,000 12,48
Total Saham 308,100,000,0
00
100 3,851,000,00
0
100
Sumber : Laporan Tahunan Dan Prospektus Bank Maspion(data diolah)
Permodalan Bank Maspion, terjadi peningkatan pada total ekuitas pada tahun
2013 yakni sebesar Rp. 4,170,423 juta mengalami peningkatan sebesar Rp.
767,140 juta atau 25% dibandingkan akhir tahun 2012 sebesar Rp.3,403,283 juta.
Dan CAR atau rasio kecukupan modal Bank pada akhir tahun 2013 tercatat
sebesar 21,01%. ini merupakan modal kuat untuk melakukan pengembangan
usaha melalui peningkatan pembiayaan masa depan.
66
2012 2013
3,403,283
4,170,423
Gambar 4.9Grafik Perbandingan Total Ekuitas
(Rp juta)
gambar 4. 9
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion
2012 2013
13.46%
21.01%
Gambar 4.10Grafik Perbandingan CAR(%)
gambar 4. 10
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion
2. Earning67
Laba sebelum pajak dan laba bersih di akhir tahun 2013 sebesar Rp. 41,949
Juta dan Rp. 31,459 juta, mengalami peningkatan 33,15% dan 33,00% dari tahun
2012 sebesar Rp. 31,505 juta dan Rp. 23,654 juta. Pencapain tersebut merupakan
kinerja manajemen bank yang baik dan tetap terjaga pada tingkat yang sehat.
Selain itu ditunjang dengan kinerja bank maspion dalam beroperasi yang
menunjukan ke arah yang lebih baik walaupun penurunan rasio efisiensi (BOPO)
dari tahun lalu tidak begitu signifikan, tahun 2012 sebesar 89,84% menjadi
88,88% di akhir tahun2013.
2012 2013
31,505
41,949
23,654
31,459
Gambar 4.11Grafik Perbandingan Laba Sebelum Pajak dan Laba Bersih
(Rp juta)
laba sebelum pajak Laba bersih
gambar 4. 11
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion
68
2012 2013
89.84%
88.88%
Gambar 4.12Grafik Perbandingan Bopo
(%)
gambar 4. 12
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion
Yang berkaitan dengan profitabilitas, pencapaian yang diraih Bank Maspion
pada tahun 2013 mengalami kenaikan dibanding tahun 2012. Namun hal ini tetap
menunjukan rasio ROA ditahun 2012 dan tahun 2013 tidak mencapai standar
yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 1,25%. Dan Bank Maspion hanya mampu
mencapai ditahun 2012 sebesar 1,00% menjadi 1,11% dikahir tahun 2012.
walaupun ada peningkatan tetapi kinerja dalam mencapai profitabiltas harus tetap
dibenahi agar dapat melampaui standar yang ditetapkan Bank Indonesia.
69
2012 2013
1.00%
1.11%
Gambar 4.13Grafik Perbandingan ROA
(%)
gambar 4. 13
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion
3. Risk Profile dan GCG
Dalam melakukan penilaian kesehatan Bank dengan metode RBBR. Untuk
memenuhi penilaian harus tetap mempertimbangkan faktor risk profile dan GCG
agar dalam penilaian kesehatan menjadi lengkap. Berikut hasil laporan self
assessmentnya terhadap faktor risiko dan GCG.
Tabel 4.7
Peringkat Komposisi Profil Risiko dan GCG
Peringkat Komposisi Profil GCG
Nilai Predikat
70
Tahun Risiko
2012 Low to Moderate 2 Baik
2013 Low to Moderate 2 Baik
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion (data diolah)
Beradasarkan tabel diatas, terlihat bahwa peringkat Komposit profil risiko
dari bank maspion memiliki nilai Low to Moderate. Artinya tahun 2012 dan 2013
kemungkinan memiliki risiko inheren yang tergolong rendah dan kualitas
penerapn manajemen risiko secara komposit memadai. Perhatian manajemen
terhadap kelemahan minor tetap teratasi dan tidak terabaikan.
Pada faktor GCG (Good Corporate Governance) manajemen bank telah
menerapkan GCG dengan baik walaupun belum sangat baik di tahun 2012 dan
2013. Artinya apabila terdapat kelemahan dalam penerapan GCG manajemen
dapat segera menyelesaikan nya.
Selain faktor diatas, Bank Maspion juga mencatatkan total aset diakhir tahun
2013 mencapai Rp. 4,1 Triliun. Pertumbuhan yang terjadi sebesar 22,54%
dibandingkan dengan total aset diakhir tahun 2012 sebesar Rp. 3,1 Triliun.
71
2012 2013
3,403,283
4,170,423
Grafik 4.14Grafik Perbandingan Total Aset
(Rp Juta)
gambar 4. 14
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion
Dari berbagai uraian diatas, sekilas terlihat peningkatan kinerja dari Bank
Maspion periode 2012 – 2013. Periode tersebut merupaka peralihan Bank
Maspion dari periusahaan tertutup (private) menjadi Perusahaan Terbuka (go
public) Namun harus dilakukan analisis lanjuta terkait dengan perbandingan pra
dan pasca go public , maka variabel yang dianalisis yakni ROA, NIM dan CAR
yang digunakan dalam penelitian deskriptif. Adapun ikhtisar keuangan tahunan
Bank Maspion periode tahun 2010 hingga 2016 dan dapat dilihat pada lampiran.
1. Return On Assets (ROA)
Berdasarkan Laporan keuangan Tahunan Bank Maspion Indonesia Periode
2010 – 2016, rasio ROA pada pra go publicyaitu pada periode 2010 – 2012,
mengalami peningkatan pada periode 2010 ke 2011 sebesar 0,52%, peningkatan
terjadi karena laba bersih mengalami peningkatan sebesar 70,59% namun
mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 0,87% atau bahkan rasio ROA 72
lebih kecil dari tahun 2010 dikarenakan laba bersih dan laba sebelum pajak
mengalami penurunan, kondisi ini disebabkan penjualan properti yang
terbengkalai.. Sementara rasio ROA pasca go public yakni periode 2013 – 2016,
mengalami kondisi yang sama yaitu Fluktuasi namun periode ini pencapaian
ROA dibawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia, hanya pada akhir tahun
2016 ROA diatas standar yang ditetapkan Bank Indonesia. Pada tanggal 11 juli
2013 status berubah menjadi perushaan terbuka dan pada penawaran umum
perdana perusahaan mendapatkan perolehan dana neto sebesar Rp.235.678 juta
pada rasio kecukupan modal meningkat sebesar 13,46%. Dengan peningkatan
kinerja keuangan menghasilkan rasio keuangan yang baik terjadi peningkatan
Rasio ROA dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 0,11% namun mengalami
penurunan ditahun 2014 sebesar 0,31 % disebabkan laba bersih mengalami
penurunan dari Rp. 31.459 juta menjadi Rp.24.791 juta. Ditahun 2015 Rasio
Meningkat menjadi 1,10% dikarenakan labasebelum pajak meningkat sebesar
59,61% dana laba bersih sebesar 59,66% dan terjadi peningkatan kembali pada
rasio ROA ditahun 2016 sebesar 0,57% dengan diiringi peningkatan yang
signifikan pada laba sebelum pajak sebesar 68,33%. ROA yang dicapai pada
tahun 2016 sebesar 1,67% diatas standar yang ditetapkan Bank Indonesia yakni
1,25% dan rata rata standar industri perbankan pada tahun 2016, Namun kalau
dilihat dari rata-rata industri yang dicatat oleh OJK(Otoritas Jasa Keuangan) pada
tahun 2016 sebesar 2,36% jadi pencapaian Bank Maspion Pada tahun 2016 masih
dibawah rata-rata industri.
73
Selain membandingkan Data ROA sebelum dan sesudah Go Public, sebagai
data acuan peneliti juga membandingkan dari segi eksternal yakni
membandingkan data ROA pada Bank swasta yang selevel. Bank yang dipakai
sebagai pembanding adalah Bank Victoria International dan data yang digunakan
data sesudah go public. Jika melihat data yang tersaji Pencapaian ROA pada
Periode 2010 – 2013, Bank Maspion tingkat pencapaiannya lebih rendah
dibandingkan Bank Victoria namun periode 2014 – 2016 justru sebaliknya Bank
Maspion tingkat pencapaian ROA nya lebih tinggi.
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.35
1.87
1 1.11
0.8
1.1
1.67
Gambar 4.15Grafik Perbandingan ROA Bank Maspion Periode 2010 -
2016 (%)
ROA Pra Go Public ROA Pasca Go Public
gambar 4. 15
74
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.71
2.652.17 1.9700000000000
1
0.8 0.650000000000005 0.52
Grafik 4.16Grafik Pertumbuhan ROA pada Bank Victoria International
Periode 2010 - 2016 (Dalam %)
Roa Pasca Go Public
gambar 4. 16
Sumber : Laporan Tahunan Bank Victoria International
2. Net Interest Margin (NIM)
Rasio NIM Bank Maspion IndonesiaBerdasarkan Laporan keuangan Tahunan
Bank Maspion Indonesia Periode 2010 – 2016, rasio NIM pada pra go public
yaitu pada periode 2010 – 2012, memiliki kecenderungan yang sama dengan rasio
ROA yakni kondisi fluktuasi. Terjadi peningkatan ditahun 2010 ke 2011 dari
5,58% ke 5,73 %,peningkatan terjadi karena peningkatan pada laba sebelum pajak
dan sesudah pajak sebesar 60,39% dan 70,59% namun mengalami penurunan dari
5,73% menjadi 5,24% pada tahun 2012 karena terjadi kenaikan aset produktif
sebesar 34,03% dan kenaikan pendapatan bersih sebesar 20,56% yng disebabkan
terutama karena turunnya suku bunga surat berharga(SBI). Sementara rasio NIM
pasca go public yakni periode 2013 – 2016, mengalami kondisi penurunan secara
75
terus menerus sampai diakhir tahun 2015 dan mulai mengalami kenaikan diakhir
tahun 2016. Dengan NIM tahun 2013 berada di angka 5,07 % dan terus turun
diangka 4,42% diakhir tahun 2015 dan meningkat kembali diakhir tahun 2016.
Pada tahun 2013 NIM turun disebabkan beban operasional meningkat karena
perluasan jaringan kantor. Tahun 2014 juga mengalami penurunan karena BOPO
meningkat dari 88,88% pada akhir 2013 menjadi 92,17% pada akhir tahun 2014
terutama pada laba operasional mengalami penurunan menajdi Rp. 32.580 juta
dari Rp. 41.392 juta pada akhir tahun 2013 dan sedangkan tahun 2015 mengalami
penurunan dikarenakan aset produktif bank sebesar RP.599.285 juta dari
Rp.3.821.086 juta pada akhir tahun 2014 menjadi Rp.4.420.371 juta pada akhir
tahun 2015 sejalan meningkatnya penyaluran kredit bank. Peningkatan NIM pada
tahun 2016 dikarenakan menurunnya beban bunga dan meningkatnya pendapatan
bunga bersih sebesar Rp.58.106 juta atau 33,49%. Pencapaian NIM 2016 kalau
dilihat dari rata rata industri yang dicatat oleh OJK(Ototritas Jasa Keuangan)
masih berada dibawah rata-rata industri karena rata-rata industri pada tahun 2016
sebesar 5,59%.
Selain membandingkan Data NIM sebelum dan sesudah Go Publicpada Bank
Maspion, sebagai data tambahan peneliti juga membandingkan dari segi eksternal
yakni membandingkan data NIM pada Bank swasta yang selevel. Bank yang
dipakai sebagai pembanding adalah Bank Victoria International dan data yang
digunakan data sesudah go public. Jika melihat data yang tersaji Pencapaian
NIMBank Maspionpada Periode 2010 – 2016 lebih tinggi dibandingkan Bank
Victoria.
76
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
5.58 5.73 5.24 5.07 4.934.42
5.28
Gambar 4.17Grafik Perbandingan NIM Bank Maspion Periode 2010 -
2016 (%)
NIM Pra Go Public NIM Pasca Go Public
gambar 4. 17
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.77 1.86
3.12
2.33
1.88 2.08
1.53
Grafik 4.18Grafik Pertumbuhan NIM pada Bank Victoria International
Periode 2010 - 2016 (Dalam %)
NIM Pasca Go Public
gambar 4. 18
Sumber : Laporan Tahunan Bank Victoria International
77
3. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Berdasarkan Laporan keuangan Tahunan Bank Maspion Indonesia Periode
2010 – 2016, rasio CAR pada pra go public yaitu pada periode 2010 – 2012,
mengalami peningkatan pada periode 2010 ke 2011 sebesar 2,95%, peningkatan
CAR terjadin karena perolehan laba bersih bank yang mengalami peningkatan
sebesar 70,59% serta adanya tambahan modal disetor namun mengalami
penurunan pada akhir tahun 2012 sebesar 2,38%, penurunan terjadi karena
pertumbuhan bisnis bank yang tercermin dari pertumbuhan kredit bank sebesar
40,35%. Sementara rasio CAR pasca go public yakni periode 2013 – 2016,
mengalami pencapaian tertinggi pada periode 2013 yakni berada diangka 21%
dikarenakan tambahan dana dari penwaran umum perdana saham sebesar
Rp.235.678 juta serta pencapaian laba komprehensif tahun berjalan sebesar
Rp.31.459 juta namun setelah itu tetep terjadi penurunan secara terus menerus
sampai diangka 19,33 % di akhir tahun 2015. Pada tahun 2014 menurun
dikarenakan peningkatan penyaluran kredit bank selama tahun 2014 dan tahun
2015 menurun karenaterdapat peningkatan penyaluran kredit selama tahun 2015
sehingga Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit meningkat
dari Rp.2.969.431 juta pada tahun 2014 menjadi Rp.4.046.470 juta pada tahun
2015. Dikahir tahun 2016 terjadi peningkatan dari 19,33% pada tahun 2015
menjadi 24,32% pada tahun 2016. Permodalan pada tahun 2016 meningkat
dengan didkungnya pencapaian laba tahun berjalan sebesar Rp.68.158 Juta serta
dana disetoran modal sebesar Rp.197.498 juta yang merupakan perolehan dana
dari penawaran umum terbatas I dalam rangka penamabahan modal dengan
78
memberikan hak memesan efek terlebih dahulu. Dengan demikian midal inti Bank
mengalami kenaikan Rp.261.811 juta atau 32,43% dari akhir tahun 2015, dengan
kontribusi 96,50% dari total modal. Dan kalau dilihat dari rata-rata indutri
perbankan pencapaian CAR pada akhir tahun 2016 berada diatas rata-rata industri.
Rata-rata industri pada tahun 2016 sebesar 23,26%. Pencapian CAR pasca Go
public tetap lebih besar dibandingkan CAR pra go public.
Selain membandingkan Data CAR sebelum dan sesudah Go Public pada Bank
Maspion, sebagai data tambahan peneliti juga membandingkan dari segi eksternal
yakni membandingkan data CAR pada Bank swasta yang selevel. Bank yang
dipakai sebagai pembanding adalah Bank Victoria International dan data yang
digunakan data sesudah go public. Jika melihat data yang tersaji Pencapaian CAR
Bank Maspion pada Periode 2010 – 2012 yakni sebelum go public, Pencapaian
Bank Maspion Lebih tinggi pada tahun 2010 dan 2011 namun tahun 2012
pencapaian lebih rendah dibandingkan Bank Victoria dan sedangkan Pencapian
Periode 2013 – 2016 yakni sesudah go public lebih tinggi dibandingkan Bank
Victoria hanya pencapaian pada tahun 2016 lebih rendah sedikit dibandingkan
Bank Victoria.
79
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
12.8915.84
13.46
21.0119.45 19.33
24.32
Gambar 4.19Grafik Perbandingan CAR Bank Maspion Periode 2010 -
2016(%)
CAR Pra Go Public CAR Pasca Go Public
gambar 4. 19
Sumber : Laporan Tahunan Bank Maspion
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
10.8
14.8617.96 17.95 18.35 19.3
24.58
Grafik 4.20Grafik Pertumbuhan CAR Pada Bank Victoria International
Periode 2010 - 2016
CAR Pasca Go Public
gambar 4. 20
Sumber : Laporan Tahunan Bank Victoria International
Dengan melihat data deskritif dari rasio rasio yang di uji dalam penelitian ini,
terlihat kinerja pada rasio ROA, NIM dan CAR. Terlihat terjadi penurunan pada
80
rasio Rentabilitas yakni ROA dan NIM. Kemudian terjadi peningkatan pada CAR
menunjukan bahwa Bank Maspion dalam penggunaan modal lebih efektif dan
angka nya tetap berada diatas standar minimum yang ditetapkan
81