Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tantangan terhadap dunia pendidikan dari masa ke masa tidak
pernah berkurang apalagi tuntas. Hal ini dikarenakan kemajuan ilmu
pengetahuan yang semakin berkembang. Kehidupan dalam berbagai aspek
terus berevolusi, sehingga berbagai penyesuaian pun dilakukan individu
maupun kelompok, baik dalam kapasitas pribadi maupun sebagai bagian
dari masyarakat regional, Negara dan Internasional.
Pendidikan sebagai wahana untuk menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas, memerlukan adanya lembaga-lembaga yang
berkompetensi untuk mampu mengembangkan kemampuan sumber daya
manusia tersebut sebagai jalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada hakikatnya pendidikan itu mengarah dan mendasar kepada tujuan
pendidikan nasional, yang terdapat dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Bab IV Pasal II. Bahwa
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mencerdaskan kehidupan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri, serta rasa tanggung jawab, kemasyarakatan dan kebangsaan
(UU No 20 Tahun 2003 Bab IV Pasal II).
1
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
2
Menyadari sangat pentingnya tujuan pendidikan di atas, maka
diperlukan upaya membangun kompetensi sumber daya manusia yang
dapat ditempuh melalui penyelenggaraan pendidikan secara formal dan
non-formal. Sudah menjadi kenyataan bahwa pendidikan formal
dihadapkan pada keterbatasan daya jangkau, baik secara wilayah atau
sasaran. Oleh karena itu, pendidikan non-formal menjadi alternatif layanan
pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan.
Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No 20/2003 Pasal 26 Ayat 1, menyatakan bahwa : Pendidikan
non-formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 Ayat 1).
Pendidikan non-formal sebagai bagian dari sistem pendidikan
memiliki tugas sama dengan pendidikan lainnya (pendidikan formal),
yakni memberikan pelayanan terbaik terhadap masyarakat. Sasaran
pendidikan non-formal yang semakin beragam, tidak hanya sekedar
melayani masyarakat miskin, masyarakat yang masih buta pendidikan
dasar, masyarakat yang mengalami drop out dan putus pendidikan formal,
masyarakat sasaran pendidikan non formal terus meluas maju sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan lapangan kerja dan budaya masyarakat itu sendiri.
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
3
Mengingat sasaran tersebut, maka program pendidikan non formal harus
terus diperluas sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perkembangan
masyarakat.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka dibentuklah suatu
lembaga pendidikan non-formal yang mampu menyelenggarakan program
pendidikan setara sekolah dasar dan menengah pada umumnya, yang
diselenggarakan untuk mempersiapkan warga belajar yang memiliki
kompetensi dan pengetahuan layaknya peserta didik yang mengikuti
pendidikan formal pada umumnya. Oleh karena itu, di Kabupaten
Banyumas dibentuklah suatu lembaga pendidikan non formal yang diberi
nama Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). SKB Purwokerto ini merupakan
salah satu Sanggar Kegiatan Belajar yang cukup terkenal di Purwokerto.
Letaknya berdampingan dengan kampus UNSOED Purwokerto sehingga
mudah dijangkau oleh masyarakat dari segala penjuru dan mudah dikenal
oleh semua lapisan masyarakat dan juga berdasarkan hasil wawancara
kemarin hari senin tanggal 18 Maret 2013 dengan Bapak Ikhsan, beliau
mengatakan bahwa masyarakat yang belajar di SKB tersebut tidak
dipungut uang gedung tetapi hanya membayar SPP tiap bulan.
Selain itu masalah seragam juga di bebaskan yang penting sopan,
tetapi kebanyakan dari mereka adalah menggunakan seragam sekolah yang
sudah tidak dipakai lagi di sekolah-sekolah formal. Tujuan dibentuknya
SKB Purwokerto ini adalah untuk melayani masyarakat yang tidak mampu
bersekolah di sekolah formal. Peserta didik atau siswa banyak mengikuti
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
4
kegiatan misalnya adalah kegiatan rutin PAUD, program kesetaraan,
program khusus, dan program pendidikan masyarakat. Masing-masing
program tersebut memiliki jadwal yang berbeda, yaitu ada yang mulai
pagi, siang, sore dan juga malam. Peserta didik tersebut sebagian besar
80% adalah usia produktif, sehingga dimungkinkan masih memiliki
semangat yang tinggi utuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya karena mereka masih memiliki jangkauan yang
panjang. Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Peranan Sanggar Kegiatan Belajar
dalam Pembangunan Pendidikan tahun 2000-2012”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan gambaran umum mengenai ruang
lingkup penelitian. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis
merumuskan beberapa masalah yaitu
1. Bagaimana sejarah singkat berdiri dan berkembangnya SKB Purwokerto?
2. Bagaimanakah peranan SKB Purwokerto dalam meningkatkan
pembangunan pendidikan?
3. Kendala apakah yang dihadapai SKB Purwokerto dalam meningkatkan
mutu pendidikan?
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
5
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui sejarah singkat dan berkembangnya SKB Purwokerto
2. Mengetahui peranan SKB Purwokerto dalam meningkatkan
pembangunan pendidikan dari tahun 2000-2012
3. Mengetahui kendala apa saja yang di hadapi SKB dalam meningkatkan
mutu pendidikan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dalam bidang pendidikan memperkaya pengetahuan tentang manfaat
pendidikan yang non formal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi yang obyektif tentang
pembangunan pendidikan.
b. Diharapkan digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) Purwokerto dalam melaksanakan
pembangunan pendidikan?
E. Kajian Pustaka
1. Sanggar Kegiatan belajar
Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang dimaksud dengan pengertian pendidikan non
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
6
formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sanggar Kegiatan Belajar
adalah unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di bidang
pendidikan luar sekolah (nonformal). SKB secara umum mempunyai tugas
membuat percontohan program pendidikan nonformal, mengembangkan
bahan belajar muatan lokal sesuai dengan kebijakan dinas pendidikan
kabupaten/kota dan potensi lokal setiap daerah.
2. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan/ atau pelatihan bagi
peranannya di masa yang akan datang. (Undang-Undang Nomor 2
Tahun, 1989 : hal 1.1). Pengertian pendidikan menurut Langeveld
menyebutkan bahwa penidikan adalah usaha orang dewasa (pendidik)
dalammembantu, menolong, membimbing, dan mengarahkan anak
yang belum dewasa (anak didik)untuk mencapai kedewasaan (tujuan
pendidikan) masing-masing (Sihombing, 2000 : 8). Dalam Dictionary
of Education menyebutkan bahwa pendidikan ialah proses seseorang
mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya
di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang di
harapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh
atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
7
sosial dan kemampuan individu yang optimal (Ditjen Dikti 1983/1984
: 19).
Pendapat lain memberi batasan bahwa pendidikan adalah aktivitas
dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannyadengan jalan
membina potensi-potensi pribadi yaitu rohani (pikir, cipta, rasa, karsa, dan
budi nurani) serta jasmani (panca indra dan ketrampilan). Pendidikan juga
berarti lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan
pendidikan, isi, sistem, dan organisasi pendidikan). Lembaga-lembaga ini
meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan berarti pulahasil
atau prestasi di capai oleh perkembangan manusia dan usaha-usaha
lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya (Kunaryo Hadikusumo, 1995
: 22). Pendidikan adalah bertujuan memberikan atau membimbing seorang
secara terarah dengan maksud untuk menanamkan pengertian, mengubah
sikap, dan tingkah laku yang bersangkutan sesuai dengan cita-cita
pendidikan (Pedoman Penyelenggaraan Kursus PKK : Kanwil Depdikbud
Bidang Penmas, 1978). Pendidikan dalam arti mikro (sempit) adalah
merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik di keluarga,
sekolah maupun di masyarakat. Sedang pendidikan dalam arti makro
(luas) adalah proses interaksi antara manusia sebagai individu / pribadi dan
lingkungan alam semesta, lingkungan sosial, masyarakat, sosial ekonomis,
sosial politik, dan sosial budaya (Kunaryo Hadikusumo, 1995 : 23).
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
8
Pendidikan dari salah satu aspek kehidupan atau dari kacamata
dislipin ilmu dapat diartikan : Pandangan sosiologik melihat dari aspek
sosial, pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi.
Pandangan antropologik melihat pendidikan dari aspek budaya yang
mengartikan pendidikan sebagai usaha pemindahan pengetahuan dan nilai-
nilai kepada generasi berikutnya. Pandangan psikologik melihat
pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yang artinya pendidikan
sebagai prkembangan individu secara optimal. Pandangan dari sudut ilmu
ekonomi melihat pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani
(Human investment) sedangkan dari sudut ilmu politik adalah sebagai
usaha pembinaan kader bangsa (Redja Mudyanharjo, 1992 : 3).
Kesimpulan pengertian pendidikan adalah aktivitas atau usaha
manusia dewasa secara sadar terhadap manusia yang belum dewasa
melalui berbagai kegiatan positif yang terarah dengan maksud atau tujuan
merubah sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang serta
meningkatkan kepribadiannya sehingga potensi-potensi yang ada dapat
berkembang secara optimal, mencapai kedewasaan dan menjadi manusia
yang berkualitas sehingga dapat berguna bagi dirinya dalam bergaul
dengan lngkungan sosial di masa yang akan datang.
b. Pembangunan Pendidikan
Pada tahun 1970 diselenggarakan sidang umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengeluarkan resolusi tentang pembangunan
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
9
dengan mendefinisikan bahwa tujuan utama pembangunan adalah
meningkatkan kesempatan kepada semua orang untuk memperbaiki
kehidupan, dan ini berarti sangat penting untuk memperluas dan
memperbaiki fasilitas pendidikan, kesehatan, nutrisi, perumahan, dan
kesejahteraan sosial serta memperbaiki atau memelihara lingkungan.
Pendekatan seperti ini dimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan
umat manusia, utamanya untuk memenuhi barang kebutuhan barang dan
jasa untuk mengurangi atau kalau bisa menghilangkan kemiskinan,
mengatasi kurang gizi, memberantas penyakit, mengurangi jumlah orang
yang buta aksara, dan menghilangkan lingkungan yang kumuh (Marzuki,
2010 : 96).
Berdasarkan tujuan pembangunan di atas, tentulah solusi dari hal-
hal tersebut tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan, utamanya
pendidikan kepada masyrakat atau pendidikan informal dan non formal.
Lebih lanjut Marzuki (2010 : 96) mengemukakan bahwa pengembangan
sumber daya manusia tidak hanya akan membantu menghilangkan
kemsikinan, tetapi juga memberikan sumbangan penting terhadap
pertumbuhan produktifitas dan pendapatan nasional yang berati juga
pemerataan kesejahteraan.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijabarkan fungsi dan tujuan
pendidikan sebagai berikut : pasal 3 : Pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
10
martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan
nasional. Pasal 4 : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rokhani, kepribadian yang mantap, dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam era pembangunan diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas secara utuh. Konsepsi manusia seutuhnya menurut Noor Syam
dalarn buku Pangantar Dasar-dasar Kependidikin (1980), mencakup
pengertian : Keutuhan potensi manusia sebagai subjek yang berkembang,
keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subjek yang sadar nilai
(yang menghayati, dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya).
Potensi-potensi manusia sebagai subjek yang berkembang meliputi :
1. Potensi jasmaniah : Fisik dan pancaindera yang sehat (normal)
2. Potensi pikir (akal, rasio, inteligensi)
3. Potensi rasa (perasaan dan emosi) baik perasaan etis moral maupun
perasaan estetis
4. Potensi karsa (kehendak, kemauan, keinginan, dan hasrat
5. Potensi cipta (daya cipta kreativitas, fantas,i dan imajinasi)
6. Potensi karya (kemampuan menghasillkan, karya)
7. Potensi hati nurani (kesadaran hati nurani) (Noor Syam : 1980)
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
11
Ketujuh potensi itu merupakan potensi dan watak bawaan yang
potensial. Aktualisasi dari ketujuh potensi tersebut menentukan
kualitas-kualitas pribadi seseorang. Konsepsi keutuhan wawasan
(orientasi) manusia sebagi subjek yang sadar nilai. Tingkah laku
manusia terutama yang dewasa dan berpendidikan dipengaruhi oleh
wawsan atau orientasi terhadap nilai-nilai yang ada dalam kehidupan
dan telah diakui kebenarannya. Wawasan tersebut meliputi berikut ini
1. Wawasan dunia akhirat : Cara pandang manusia tentang kehidupan
di dunia yang pasti akan berakhir dengan kematian, selanjutnya
akan diteruskan dalam kehidupan akhirat. Sesuai dengan
pandangan ini manusia berusaha untuk memperoleh kehidupan
yang baik di akhirat, selain kehidupan yang baik di dunia, untuk itu
manusia berusaha untuk berbuat baik dan meninggalkan dosa.
2. Wawasan indivudalitas dan sosial yang seimbang, artinya tingkah
laku manusia yang didasarkan atas keseimbangan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat.
3. Wawasan jasmaniah dan rokhaniah, yaitu kesadaran pribadi akan
adanya kebutuhan jasmaniah seperti kesehatan, makanan bergizi,
olahraga, rekreasi, dan sebagainya. Dan kesadaran akan kebutuhan
rokhani akan nilai-nilai budaya, ilmu pengetahuan, kesenian dan
nilai agama.
4. Wawasan masa lampau dan masa datang, yaitu cara pandang
manusia untuk memperoleh kebahagiaan atau kesejahteraan di
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
12
masa datang dengan bercermin dari pengalaman masa lampau
(Noor Syam, 1980 : 12)
Emil Salim (1991 : 4) mengelompokkan kualitas manusia atas
2 bagian yaitu kualitas fisik yang menyangkut sifat lahiriah atau
badaniah seperti ukuran dan bentuk tubuh, daya atau tenaga fisik,
kesadaran pribadi, kualitas hubungan dengan yang lain seperti
hubungan dengan Tuhan, alam lingkungan, masyarakat, dan sesama
manusia. Kualitas kekaryaan yang tercermin dalam produktivitas,
disiplin kerja, keswadayaan, kswakaryaan, dan wawasan masa depan.
Kedua kualitas manusia itu harus saling melengkapi secara seimbang.
Manusia yang berkualitas memiliki keseimbangan antara tiga aspek
yang ada padanya, yaitu aspek pribadi sebagai individu, aspek sosial,
dan aspek kebangsaan. Manusia sebagai makhluk individu memiliki
potensi fisik dan non fisik, dengan potensi-potensi tersebut manusia
mampu berkarya dan berbudi pekerti luhur. Manusia sebagai makhluk
sosial yang mempunyai kesetiakawanan sosial, tanggung jawab sosial,
dan disiplin sosial. Manusia yang memiliki aspek kebangsaan
mernpunyai rasa cinta tanah air, jiwa patriotik, dan berwawasan masa
depan.
Berorientasi pada peningkatan kualitas manusia Indonesia
tersebut, maka peranan pendidikan dalam pembangunan dapat
diumuskan sebagai berikut : Dalam meningkatkan manusia sebagai
makhluk individu yang berpotensi fisik dan non fisik, dilaksanakan
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
13
dengan pemberian pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap.
Pembentukan nilai adalah nilai-nilai budaya bangsa dan juga nilai-nilai
keagamaan sesuai dengan agama masing-masing dalam rangka
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Proses transformasi tersebut berlangsung dalam jalur pendidikan
sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. John Vaizei dalam bukunya
yang berjudul Education in the Modern World (1965) mengemukakan
peranan pendidikan sebagai berikut : Melalui lembaga, dapat
mengemukakan peranan pendidikan tinggi dan lembaga riset
memberikan gagasan-gagasan dan teknik baru, Melalui sekolah dan
latihan-latihan dapat mempersiapkan tenaga kerja terampil
berpengetahuan, dan penanaman sikap. Dalam menghadapi perubahan
masyarakat yang terus menerus dan berjalan secara cepat manusia
dituntut untuk selalu belajar dan adaptasi dengan perkembangan
masyarakat sesuai dengan zamannya. Dengan perkataan lain manusia
akan menjadi ”pelajar seumur hidup”. Untuk itu sekolah berperan
untuk mepersiapkan peserta didiknya menjadi pelajar seumur hidup
yang mampu belajar secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai
sumber belajar, baik yang ada di sekolah maupun di luar sekolah.
Menurut Moedjiono dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar
Kependidikan” (1986), mengemukakan bahwa aktivitas belajar dalam
rangka menghadapi perubahan-perubahan yang cepat di dalam
masyarakat, maka masyarakat harus :
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
14
1. Mempunyai kemampuan untuk mendapatkan informasi
2. Mempunyai keterampilan kognitif yang tinggi
3. Mempunyai kemampuan menggunakan strategi dalam
memecahkan masalah
4. Mempunyai kemampuan untuk menentukan tujuan yang ingin
dicapai
5. Mengevaluasi hasil belajar sendiri
6. Mempunyai motivasi untuk belajar
7. Mempunyai pemahaman diri sendiri.
Menurut Bebby (1984) manusia sebagai subjek pembangunan
berperan aktif dalam pembangunan yaitu peran sebagai perencana,
pelaksana dan sekaligus sebagai pengawas. Perencanaan pendidikan
adalah kegiatan memandang ke depan dalam menentukan kebijaksanaan,
prioritas, biaya dan sistem pendidikan yang diarahkan kepada kenyataan
ekonomi dan politik, untuk mengembangkan sistem itu sendiri dan untuk
kebutuhan murid-murid.
(http://superthowi.wordpress.com/2012/08/14/peranan-manusia-dan-
pendidikan-dalam-pembangunan-2/ diakses pada tanggal 6 April 2013).
c. Teori Peranan
Kata peranan berasal dari kata peran yang berarti seperangkat
tingkat yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang mempunyai
kedudukan di masyarakat. Peran seseorang tidak lah mungkin
dilaksanakan dengan baik kalau tidak jelas kedudukan yang bersangkutan
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
15
dalam suatu pola kehidupan tertentu. Setiap manusia yang menjadi warga
masyarakat senantiasa mempunyai kedudukan tertentu dan berperan
menurut kedudukannya. Kedudukan dan peran tidak mungkin dipisahkan
karena peranan adalah aspek dinamis dari kedudukan. Tidak ada peranan
tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peranan yang
memberikan hak dan kewajiban kepada orang yang bersangkutan.
(http://kaghoo.blogspot.com/2010/11/pengertian-peranan.html diakses
pada tanggal 10 April 2013)
Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara
kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada
yang lain dan sebaliknya (Soekanto, 2009:212-213).
Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan
mencakup tiga hal, antara lain:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat,
2. peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi,
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
16
3. peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat,
Merton dalam Raho (2007 : 67) mengatakan bahwa peranan
didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari
orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai
perangkat peran (role-set). Dengan demikian perangkat peran adalah
kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki
oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus. Wirutomo (1981
: 99 – 101) mengemukakan pendapat David Berry bahwa dalam peranan
yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan
kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang
dipegangnya. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan
yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial
tertentu. Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat,
maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan
masyarakat di dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga, dan di dalam
peranan-peranan yang lain.
Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua
macam harapan, yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap
pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan
kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap
masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya
dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya. Dalam
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
17
pandangan David Berry, peranan-peranan dapat dilihat sebagai bagian dari
struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat dilihat sebagai
pola-pola peranan yang saling berhubungan.
Kesimpulan pengertian peranan adalah seperangkat tingkat yang
dimiliki oleh seseorang yang mempunyai kedudukan dalam suatu
masyarakat. Peranan seseorang tidak mungkin dilaksanakan dengan baik
kalau orang yang bersangkutan tidak mempunyai kedudukan yang
berkaitan dalam kehidupan masyarakat tertentu. Tidak ada peranan tanpa
kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peranan.
Pendidikan nasional yang ditetapkan dalam Undang-undang ini
mengungkapkan satu sistem sebagai berikut :
a. berakar pada kebudayaan nasional dan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 serta melanjutkan dan meningkatkan
pendidikan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (Eka
Prasetya Pancakarsa).
b. merupakan satu keseluruhan dan dikembangkan untuk ikut
berusaha mencapai tujuan nasional.
c. mencakup, baik jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan
luar sekolah.
d. mengatur bahwa jalur pendidikan sekolah terdiri atas 3 (tiga)
jenjang utama, yang masing-masing terbagi pula dalam jenjang
atau tingkatan.
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
18
e. mengatur bahwa kurikulum, peserta didik, dan tenaga
kependidikan terutama guru, dosen, atau tenaga pengajar
merupakan tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan
belajar mengajar.
f. mengatur secara terpusat (sentralisasi), namun penyelenggaraan
satuan dan kegiatan pendidikan dilaksanakan secara tidak terpusat
(desentralisasi).
g. menyelenggarakan satuan dan kegiatan pendidikan sebagai
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah.
h. mengatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat berkedudukan
serta diperlakukan dengan penggunaan ukuran yang sama.
i. mengatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang
diselenggarakannya sesuai dengan ciri atau kekhususan masing-
masing sepanjang ciri itu tidak bertentangan dengan Pancasila
sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, dan ideologi
bangsa dan negara.
j. memudahkan peserta didik memperoleh pendidikan yang sesuai
dengan bakat, minat, dan tujuan yang hendak dicapai serta
memudahkannya menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
Fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
19
Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional (Pasal 3
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989). Pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasayarakatan dan kebangsaan
(Pasal 4 UU No.2 Tahun 1989). Sistem Pendidikan Nasional termasuk
dalam kategori sistem buatan manusia, artinya sistem pendidikan nasional
lahir dari suatu usaha sadar yang dirancang, diatur, dan dilaksanakan
secara sengaja dalam rangka mencapai tujuan nasional pendidikan. Sistem
pendidikan nasional dimunculkan sebagai wahana pembinaan dan
pengembangan bangsa; wahana sistem bagi pendidikan bangsa.
Sistem pendidikan nasional sesuai dengan lingkungannya, tentulah
harus bersifat menyeluruh, semesta dan terpadu yang membawa implikasi
makna yaitu sebagai berikut :
1. Terbukanya pendidikan nasional bagi seluruh rakyat.
2. Beragamnya program pendidikan sesuai kebutuhan-kebutuhan
pendidikan yang hidup dan berkembang di masyarakat.
3. Terjalinnya totalitas fungsional di antara komponen-komponene yang
berperan di dalam upaya pndidikan bangsa.
4. Fungsionalnya sistem pendidikan dengan sistem-sistem lainnya antara
lain sistem politik, ekonomi, pemerintahan, pertahanan, keamanan, dan
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
20
sebagainya di dalam mengembangkan bangsa ke arah tujuan nasional
kehidupan bangsa dan negara (Sanapiah Faisal, 1981 : 27).
Adapun corak pembangunan dari sistem pendidikan nasional yang
menyeluruh, semesta dan terpadu tentu saja perlu di ikuti dengan kebijakan
politik yang mempunyai kekuatan mengatur terhadap seluruh abdi negara
(Pemerintah dan seluruh warga negara). Setelah lahir sebagai kebijakan
politik, selanjutnya perlu diterapkan secara konsekuen dan konsisten, sehingga
benar-benar terwujud haluan pendidikan nasional. Dalam hubungan ini, hasil
kerja komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional merupakan salah satu bahan
yang berharga guna memantapkan konsepsi dari sistem pendidikan nasional
yang menyeluruh, semesta, dan terpadu.
Sistem pendidikan nasional Indonesia dewasa ini menghendaki berlakunya
konsep pendidikan seumur hidup, yaitu konsep pendidikan terpadu yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a. Pendidikan berlangsung dalam seluruh tahap perkembangan hidup
seseorang, lahir sampai mati pendidikan tidak mengenal batas usia.
b. Pendidikan mencakup perkembangan semua aspek kepribadian (fisik,
intelektual, afektif, spiritual) dan semua aspek peranan dalam
kehidupan (pribadi, sosial, profesional).
c. Pendidikan melalui berbagai bentuk pengalaman belajar, dan
diselaraskan dengan keragaman individu baik perbedaan dalam
kemampuan, motivasi, maupun kesempatan.
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
21
d. Pendidikan terjadi dalam semua pengalaman jidup baik yang
berlangsung dalam bentuk pendidikan formal, informal, maupun non
formal (Redja Mudyanharjo, 1992 : 27).
Ditinjau dari konsep pendidikan seumur hidup, sistem pendidikan nasional
Indonesia terdiri atas tiga subsistem, yaitu subsistem pendidikan formal,
subsistem pendidikan informal, dan subsistem pendidikan nonformal. Batas
antara ketiga subsistem tersebut tidak jelas, karena sistem pendidikan adalah
sistem yang terbentuk dari rangkaian peristiwa yang terus berkembang. Zahara
Idris mengemukakan Pendidikan Nasional sebagai suatu sistem adalah karya
manusia yang terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai hubungan
fungsional dalam rangka membantu terjadinya proses transformasi atau
perubahan tingkah laku seseorang sesuai dengan tujuan asional seperti
tercanrum dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
(Fuad Ihsan, 2001 : 115).
Redja Mudyanharjo dan Waini Rosyidin mengemukakan, Pendidikan
Nasonal Indonesia merupakan sistem sosial dan salah satu sektor dalam
keseluruhan kehidupan bangsa yang sedang menbangun. Lalu menurut Katz
dan Khan, sistem sosial merupakan sebuah kesatuan peristiwa, atau kejadian
yang dilakukan sekelompok orang untuk mencapai suatu hasil yang
diharapkan. Sebagai sistem sosial, pendidikan merupakan suatu sistem yang
terbuka yang oleh Katz dan Khan diberi definisi sebagai sistem yang
memperoleh masukan dar lingkungan dan memberikan hasil transformasinya
kepada lingkungan (Fuad Ihsan, 2001 : 116).
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
22
d. Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
Pendidikan luar sekolah atau yang disebut PLS sebenarnya bukan
barang baru dalam khasanah budaya dan peradaban manusia. Bila usia
kehadiran PLS dijadikan takar atau timbang sudah jelas, PLS berusia lebih tua
dibandingkan dengan sistem persekolahan. Di samping itu pendidikan luar
sekolah sudah ada pendidikan persekolahan tumbuh di bumi ini. Pendidikan
luar sekolah dimulai sejak manusai lahir di bumi dan berakhir setelah manusia
masuk liang kubur, sedangkan pendidikan sekolah dimulai setelah manusia
memenuhi usia tertentu dan di akhiri pada usia tertentu.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sitem Pendidikan
Nasional pasal 10 ayat 1 Tahun mengatakan bahwa penyelenggaraan
pendidikan di laksanakan melalui 2 jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan
jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang
diselenggarakan di luar sekolah baik di lembaga maupun tidak (PP No 73
Tahun 1991 BAB 1 Pasal 1 ayat 1). Rumusan tentang batasan PLS bisa
disebut pendidikan non formal plus (+) pendidikan informal minus (-)
pendidikan dalam keluarga dan pengalaman keseharian yang stimulus
responnya bukan bersumber dari aktivitas melembaga. Bagan kongkritnya
seperti berikut.
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
23
Bagan 1
Pendidikan luar sekolah dalam sistem pendidikan nasional
Dilihat dari Keterangan
1. Dasar, Tujuan Isi
Pokok, dan Azas
pelaksanaan.
2. Hubungan dengan
sistem bagian
pendidikan
persekolahan
(pendidikan Formal).
3. Kaitan dengan
pendidikan di rumah
tangga.
4. Keterorganisasian
dan keterprograman.
5. Nilai Pendidikan
6. Tugas Pemerintah
Bermuara pada dasar, tujuan, isi pokok
dan azas pelaksanaan pendidikan nasional.
Berperan di luar sistem persekolahan,
memiliki hubungan fungsional dengan
sistem bagian pendidikan persekolahan,
bisa berperanan sebagai komplemen,
suplemen dan dalam keadaan tertentu bisa
memainkan peranan sebagai pengganti
sistem bagian pendidikan persekolahan.
Bersifat fungsional dengan pendidikan di
rumah tangga, akan tetapi rumah tangga
tidak termasuk sebagai variabel lembaga
yang memainkan fungsi pendidikan
didalam sistem bagian PLS.
Memiliki keragaman tingkat
keterorganisasian dan keterprograman,
variasainya bergerak di anatara 6
persyaratan variabel yaitu adanya forum
buatan, adanya paket kurikulum, adanya
evaluasi belajar, adanya kesengajaan
pendidikan, adanya niat belajar. dan
adanya kelembagaan fungsional.
Fungsional bagi pembinaan dan
pengembangan daya-daya manusia (fisik,
nalar, rasa, cita, karsa, karya, dan atau
budi) yang berguna bagi pengembangan
diri sendiri dan lingkungannya.
Menata, mengarahkan, dan atau
memonitor aktifitas-aktifitas terlembaga
yang bersifat terbuka bagi masyarakat
luas, sehingga menjadi fungsional secara
optimal bagi pembinaan dan
pengembangan bangsa (sesuai dengan
mission pendidikan nasional), sekurang-
kurangnya menjadi tidak berpengaruh
negatif (destruktif) terhadap cita-cita
pendidikan bangsa.
Sumber : PP No 73 Tahun 1991
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
24
Pendidikan Luar Sekolah adalah usaha sadar yang diarahkan untuk
menyiapkan, meningkatkan, dan mengembangkan sumber daya manusia, agar
memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan daya saing untuk merebut peluang
yang tumnuh dan berkembang dengan mengoptimalkan pengguanaan sumber-
sumber yang ada di lingkungannya (Uberto Sihombing, 2000 : 12). Lebih lanjut
Uberto Sihombing menjelaskan bahwa pendidikan luar sekolah adalah satu proses
pendidikan yang sasaran, pendekatan, dan keluarannya berbeda dengan
pendidikan sekolah yang dilakukan di luar waktu sekolah.
Tugas pendidikan luar sekolah untuk menyiapkan sumber daya manusia
yang memiliki kebiasaan yang siap menghadapi perubahan juga sebagai akibat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat yang
dihasilkan oleh manusia terdidik. Dapat dinyatakan pula pendidikan luar sekolah
harus berperan ganda baik mendidik maupun mengajar. Untuk dapat berperan
maksimal baik sebagai pengajaran maupun pendidikan diperlukan kesiapan sikap
mental dan pengetahuan yang dalam dan luas di bidang kemasyarakatan, dengan
jalan menemukan cara pengelolaan yang mumpuni dan kelembagaan yang mapan.
dengan kata lain ditumbuhkembangkan manajemen strategi yang tepat, namun
lebih dari itu pada kenyataannya pendidikan luar sekolah tidak hanya melakukan
aspek pengajaran.
Pendidikan luar sekolah melalui program yang dikembangkan harus
mengarah pada usaha membuat masyarakat mampu melihat potensi,
merencanakan kegiatan dan memutuskan pelaksanaanya. Agar arah
perkembangan pendidikan luar sekolah terwujud sesuai yang diharapkan maka
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
25
harus dengan jelas dapat menentukan visi, misi, dan tujuan agar dapat ditentukan
strategi yang tepat dalam usaha membuktikan keberadaan, kemantapan dan
perlunya pendidikan luar sekolah. Adapun visi, misi, dan tujuan pendidikan luar
sekolah sebagai berikut. Visi yang ingin dijadikan acuan adalah terwujudnya
masyarakat yang cerdas, trampil, mandiri,berdaya saing dan gemar belajar, Visi
tersebut dijabarkan menjadi misi antara lain melaksanakan pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, pendidikan berkelanjutan dan pendidikan perempuan
(Uberto Sihombing, 2000 : 21).
Tujuan pendidikan luar sekolah adalah
1. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini
mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu
kehidupannya.
2. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap
mental yang diperlukan yntuk mengembangkan diri, bekerja mencari
nafkah atau melanjutkan ke tingkat dan/ atau jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
3. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam
jalur pendidikan sekolah (PP No.37 Tahun 1991 BAB II Pasal 2).
H. A. R Tilaar dalam Saleh Marzuki (2010 : 108) menyatakan bahwa
tujuan pendidikan luar sekolah adalah menciptakan subyek pembangunan
yang.
a. Mampu melihat sekitar : melihat masalah-masalah hidup sehari-hari,
melihat potensi yang ada baik sosial maupun fisik
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
26
b. Mampu serta terampil memanfaatkan potensi yang ada dalam diri,
kelompok masayarakatnya dan lingkungan fisiknya untuk memperbaiki
hidup dan kehidupan masyarakatnya. Kemampuan tersebut jelas
memerlukan pendidikan dan latihan kepada individu ataupun kelompok-
kelompok yang ada di masyarakat atau komunitas tertentu.
Tentang penyelenggaraan pendidikan luar sekolah menyebutkan bahwa :
1. Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dapat terdiri atas pemerintah,
badan, kelompok atau perirangan yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan jenis pendidikan jenis pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakannya,
2. masyarakat dapat menyelenggarakan semua jenis pendidikan luar sekolah
kecuali pendidikan kedinasan (PP No.73 Tahun 1991 BAB IV Pasal 5).
Jalur/Pola Pengolah dan Kelembagaan Pendidikan :
a. Jalur Pendidikan
Sesuai UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
10 penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 (dua) jalur yaitu
jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah (ayat 1).
Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan
berkesinambungan (ayat 2)
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
27
Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan di luar sekolah
melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan
berkesinambungan (ayat 3).
b. Pola Pengelolaan
Philip H.Coombs mengklasifikasikan pola pengelolaan pendidikan
menjadi 3 jalur yaitu :
1) Pendidikan informal
2) Pendidikan formal
3) Pendidikan non formal (Fuad Ihsan, 1995 : 41)
1. Pendidikan informal
Pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang
dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sejak seorang
lahir sampai mati dalam keluarga, pekerjaan, atau pergaulan sehari-hari.
Proses pendidikan ini berlangsung seumur hidup dan secara wajar.
Adapun ciri-ciri proses pendidikan informal adalah:
a. Tidak diselenggarakan secara khusus
b. Medan (lingkungan) pendidikannya tidak diadakan dengan maksud
khusus menyelenggarakan pendidikan
c. Tidak diprogramkan secara teratur
d. Tidak ada waktu belajar tertentu
e. Metodenya tidak formal
f. Tidak ada evaluasi yang sistematis yang diselenggarakan oleh
pemerintah
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
28
2. Pendidikan formal
Pendidikan formal sebagai pendidikan sekolah ialah pendidikan
yang diperoleh seseorang disekolah secara teratur, sistematis, bertingkat,
dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari
Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi). Pendidikan di sekolah
merupakan proses yang strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk
membina warga negara yang baik, masa depan kaum muda, dan bangsa
negara.
Adapun ciri-ciri pendidikan formal (Idris, 1986, MKDU-DK 1983)
adalah :
a) Diselenggarakan secara khusus dan terbagi atas jenjang yang
dimiliki hubungan hirarkis.
b) Usia siswa (anak didik) di suatu jenjang relatif homogin.
c) Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan
yang harus diselesaikan.
d) Isi pendidikan atau materi lebih banyak bersifat akademis dan
umum.
e) Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap
kebutuhan di masa yang akan datang.
3. Pendidikan Non formal
Pendidikan non formal menurut Sudjana (2010a : 24) adalah
sebagai berikut : Setiap kegiatan yang terorganisasi diselenggarakan di
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
29
luar sistem persekolahan, diselenggarakan secara tersendiri atau
merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas, dengan
maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar di dalam tujuan
mencapai belajar. Frederick H. Harbinson dalam Saleh Marzuki (2010 :
103) mendefinisikan pendidikan non-formal sebagai pembentukan skills di
luar sistem sekolah formal. Pengertian di luar sistem (bukanlah di luar
gedung sekolah) tetapi penyelenggaraannya tidak sepenuhnya mengikuti
kaidah-kaidah pendidikan konvensional, sebagaimana di sekolah,
organisasi penyelenggaraannya tidak mengikuti struktur sekolah yang
mengikuti jenjang secara ketat, rombongan belajar yang sebaya, guru yang
profesional, struktur kurikulum yang baku, ukuran jumkah murid dalam
rombongan, ukuran kelas secara fisik, dan yang terlihat jelas sekolah di-
bangun untuk memenuhi kebutuhan belajar jangka panjang yang hasilnya
baru dapat dilihat setelah lama seseorang meninggalkan sekolah.
Sebaliknya pendidikan non- formal berusaha untuk memenuhi kebutuhan
belajar jangka pendek dan bahkan mendesak dengan penyelengaraan yang
lentur, berazaskan demokrasi, keseteraan, kebebasan, kesukarelaan,
pengabdian dengan semangat panggilan jiwa, tidak selalu terikat dengan
jenjang dan lain-lain.
Pengertian pendidikan non-formal yang dikemukakan oleh
beberapa ahli memberikan gambaran bahwa pendidikan non formal selain
diselenggarakan secara terorganisasi di luar sistem pendidikan formal,
juga senantiasa diupayakan untuk menyesuaikan programnya dengan
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
30
perubahan, perkembangan dan kemajuan zaman. Hal ini bahwa
penyelenggaraan pendidikan non formal harus dapat menunjukkan
kemampuan yang optimal dalam berbagai hal, terutama menyangkut
komponen-komponen di dalamnya.
Lebih lanjut The South East Asian Ministery of Education
Organization (SEAMEO), dalam Sudjana (2010a : 42) menyatakan
definisi dan tujuan pendidikan non-formal, yaitu :
Setiap pendidikan dalam arti luas yang didalamnya terdapat
komunikasi yang teratur dan terarah diselenggarakan diluar
subsistem pendidikan formal, sehingga seseorang atau kelompok
memperoleh informasi, latihan, dan bimbingan sesuai dengan
tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya. Tujuannya ialah untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai
yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan
serta secara efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya,
lingkungannya, pekerjaanya, masyarakat dan bahkan negaranya.
Sejalan dengan pendapat dari SEAMEO, Napitupulu dalam
Sudjana (2010a : 44) memberikan batasan terhadap pengertian dan tujuan
pendidikan non formal yaitu :
Setiap usaha pelayanan pendidikan yang diselenggarakan
diluar sistem sekolah berlaku seumur hidup, dijalankan dengan
sengaja, teratur, dan berencana yang bertujuan untuk
mengaktualisasikan potensi manusia (sikap, tindak, dan karya)
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
31
sehingga dapat terwujud manusia seutuhnya yang gemar belajar
mengajar dan mampu meningkatkan taraf hidupnya.
Tujuan pendidikan non formal yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 73 Tahun 1991 adalah untuk membina
warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental
yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Oong Komar (2006 : 218) bahwa
pendidikan non formal bertujuan sebagai berikut :
a. Melayani warga belajar supaya tumbuh dan berkembang sedini
mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan
mutu kehidupannya.
b. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan sikap mental yang di perlukan untuk mengembangkan diri,
mencari nafkah atau melanjutkan ke tingkat dan atau jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat
dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.
Pendidikan non formal disebut juga pendidikan luar sekolah, ialah
pendidikan yang diperoleh seseorang secara teratur, terarah dan disengaja
tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat. Pendidikan non-formal
bersifat fungsional dan praktis yang bertujuan meningkatkan kemampuan
dan ketrampilan kerja peserta didik yang berguna bagi usaha perbaikan
taraf hidup mereka.
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
32
Beberapa pengertian dan tujuan pendidikan non formal di atas,
maka dapatlah di simpulkan bahwa pendidikan non formal adalah upaya
pelayanan pendidikan yang diselenggarakan diluar sistem pendidikan
formal yang teratur dan terencana sesuai dengan tingkat kebutuhannya.
Tujuan pendidikan non formal ialah untuk mengembangkan sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sehingga terwujud manusia
seutuhnya yang gemar belajar mengajar dan mampu meningkatkan taraf
hidupnya serta dapat berperan dalam lingkungan keluarga, pekerjaan,
masyarakat, bahkan negaranya.
Ciri-ciri pendidikan non formal adalah sebagai berikut :
a) Diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah.
b) Peserta umumnya mereka yang sudah tidak bersekolah.
c) Tidak mengenal jenjang, dan program pendidikan untuk jangka
waktu pendek.
d) Peserta perlu homogen.
e) Ada waktu belajar dan metode formal serta evaluasi yang
sistematis.
f) Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus.
g) Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap
kebutuhan meningkatkan taraf hidup.
Sanggar kegiatan belajar Purwokerto ini termasuk dalam
pendidikan non formal.
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
33
Menurut Ditjen PLSP pendidikan kecakapan hidup (Life Skills)
juga sangatberpengaruh dalam proses pendidikan non-formal yang
digambarkan sebagai berikut :
Masyarakat :
Pendapatan
rendah
(miskin)
Lemah dalam
sikap dan
keterampilan
Kurang
pengetahuan
kurang
produktif
Pengetahuan
menigkat
Sikap positif
Siap
Bermitra
Siap
berusaha
Siap bekerja
Input
Masukan
Outcome Output Proses
Manfaat Hasil
Bekerja
Berusaha
Mandiri
(BBM)
Pola Pendidikan
keterampilan
hidup :
Teori 30 %,
praktik 70 %
Kurikulum
didasarkan
pada
kebutuhan
belajar
Metode
partisipatif
Evaluasi
reflektif diri
Penyelenggaraan
Program
keterampilan
seumur hidup
Berkelompok
Manajemen
kemitraan
kerja sama
antar lembaga
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
34
Karateristik pendidikan non formal dan formal
Paulston (1972) dalam Sudjana, (2010a : 27 ) menggambarkan sebuah
model yang dapat untuk membedakan karateristik pendidikan formal dan
pendidikan non formal, karakteristik tersebut terdiri atas lima belas
dimensi. Semua dimensi itu digolongkan menjadi lima kategori yang
meliputi tujuan, waktu penyelenggaraan, isi program, proses
pembelajaran, dan pengendalian program. Model ini relatif mudah untuk
digunakan dalam mengidentifikasi dimensi-dimensi pendidikan formal.
Sebaliknya, karena program-program pendidikan non formal bermacam
ragam, penemuan program ini pun masih menemui beberapa kesulitan,
sehingga mungkin akan terjadi bahwa sebagian program telah memenuhi
semua dimensi sedangkan program-program yang lain hanya memiliki
beberapa dimensi saja. Selanjutnya perbedaan karateristik ini dijelaskan
pada tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1
Perbedaan Karakteristik Program-program
Program Pendidikan Formal Program Pendiikan Non Formal
A. Tujuan
1. Jangka panjang dan umum
Bertujuan membekali peserta
didik dengan kemampuan
umum untuk kehidupan masa
depan.
2. Orientasi pada kepemilikan
ijazah
Hasil belajar akhir ditandai
dengan pengesahan kemampuan
melalui ijazah.
1. Jangka pendek dan khusus
Bertujuan memenuhi kebutuhan
tertentu yang fungsional dalam
kehidupan masa kini dan masa
depan.
2. Kurang menekankan pentingnya
ijazah
Hasil belajar, berijazah atau
tidak dapat diterapkan langsung
dalam kehidupan dilingkungan
pekerjaan atau dilingkungan
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
35
masyarakat. Ganjaran diperoleh
selama proses dan akhir
program berwujud hasil, produk,
pendapatan, dan keterampilan.
B. Waktu
1. Relatif lama
Jarang selesai dalam waktu
kurang dari satu tahun, sering
melampaui batas waktu yang
ditetapkan. Kadang-kadang
diselesaikan lebih dari sepuluh
tahun. Satu jenjang menjadi
syarat untuk mengukuti jenjang
yang lebih tinggi.
2. Berorientasi ke masa depan
Menyiapkan untuk masa depan
kehidupan peserta didik.
3. Menggunakan waktu penuh dan
terus menerus
Karena peggunaan waktu yang
terus menerus maka kecil
kemungkinan bagi peserta didik
untuk melakukan kegiatan yang
parallel untuk pekerjaan rutin.
1. Jarang lebih dari satu tahun,
pada umumnya kurang dari
setahun. Lama penyelenggaraan
program tergantung pada
kebutuhan belajar peserta didik.
Persyaratan untuk mengikuti
program pendidikan ialah
kebutuhan, minat dan
kesempatan.
2. Menekankan masa sekarang
Memusatkan layanan untuk
memenuhi kebutuhan peserta
didik dalam meningkatkan
kemampuan sosial ekonominya
yang berguna bagi masa depan
kehidupannya dan
meningkatkan sosial
ekonominya.
3. Menggunakan waktu tidak terus
menerus
Waktu ditetapkan dengan
berbagai cara sesuai dengan
kesempatan peserta didik serta
memungkinkan untuk
melakukan kegiatan belajar
sambil bekerja atau berusaha.
C. Isi Program
1. Kurikulum disusun secara
terpusat dan seragam
berdasarkan kepentingan
Lembaga di tingkat nasional
menyusun kurikulum berupa
paket dan dikenakan kepada
semua peserta didik sesuai
dengan jenis dan jenjang.
2. Bersifat akademis
Kurikulum lebih memberi bobot
pada ranah kognitif dan teoritis,
1. Kurikulum berpusat pada
kepentingan-kepentingan
peserta didik
Kurikulum bermacam ragam
sesuai dengan perbedaan
kebutuhan belajar peserta didik
dan potensi daerahnya
pendidikan.
2. Mengutamakan aplikasi
Kurikulum lebih menekankan
pada pemilikan keterampilan
fungsional yang bermanfaat bagi
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
36
sedangkan ranah afektif
psikomotorik kurang
mendapatkan perhatian utama.
3. Seleksi penerimaan peserta
didik dilakukan dengan
persyaratan ketat
Persyaratan masuk terutama
jenjang yang lebih tinngi,
dilakukan melalui seleksi yang
ketat (ujian) guna mengetahui
kemampuan yang diperlukan.
kehidupan peserta didik dan
lingkungannya.
3. Persyaratan masuk ditetapkan
bersama peserta didik
Karena program diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan
belajar dan potensi peserta
didik, maka kualifikasi
pendidikan sekolah sering tidak
menjadi persyaratan utama.
D. Proses pembelajaran
1. Dipusatkan di lingkungan
sekolah
Kegitan belajar dilakukan
dilingkungan sekolah. yang
sering dianggap sebagai satu-
satunya institusi pendidikan
2. Terlepas dari lingkungan
kehidupan peserta didik
dimasyarakat
Pada waktu belajar disekolah,
peserta didik dipisahkan dari
kehidupan keluarga dan
masyarakatnya. Program
kegiatan belajar terpisah dari
kondisi sosial ekonomi
masyarakatnya.
3. Struktur program yang ketat
Program pembelajaran disusun
secara ketat. Waktu, kegiatan,
dan usia peserta didik
ditetapkan secara seragam.
4. Berpusat pada pendidik
Kegiatan pembelajaran
dikendalikan oleh pendidik
(guru) yang diberi wewenag
pada jenjang pendidikan
tertentu. Kegiatan mengajar
lebih dominan dibandingkan
dengan kegiatan belajar.
1. Dipusatkan dilingkungan
masyarakat dan lembaga
Kegiatan belajar dapat
dilakukan diberbagai
lingkungan (komunitas tempat
bekerja) atau satuan pendidikan
non formal (sanggar kegitatan
belajar, pusat latian dan
sebagainya).
2. Berkaitan dengan kehidupan
peserta didik dan msyarakat
Pada waktu mengikuti program
pendidikan, peserta didik
berkomunikasi dengan dunia
kehidupan atau pekerjaannya.
Lingkungan dihubungkan secara
fungsional dengan kegiatan
belajar.
3. Struktur program yang luwes
Jenis dan ukuran program
kegiatan belajar bervariasi.
Pengembangan program dapat
dilakukan sewaktu program
sedang berjalan.
4. Berpusat pada peserta didik
Kegiatan pembelajaran dapat
menggunakan sumber belajar
dari berbagai keahlian dan
narasumber. Peserta didik dapat
menjadi suber balajar. Dan lebih
menekankan kegiatan
membelajarkan dibandingkan
mengajar.
5. Penghematan sumber-sumber
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
37
5. Pengerahan daya dukung secara
maksimal
Menggunakan tenaga dan
sarana yang relatif mahal.
Sumber-sumber pendukung
pada umunya didatangkan dari
luar peserta didik.
yang tersedia
Memanfaatkan tenaga dan
sarana yang terdapat di
masyarakat dan lingkungan
kerja dalam efisiensi.
E. Pengendalian
1. Dilakukan oleh pengelola
ditingkat yang lebih tinggi dan
keberhasilan program
dikendalikan oleh pihak dari
tingkat yang lebih tiggi dan
diterapkan secara seragam.
2. Pendekatan berdasarkan
kekuasaan
Hubungan fungsional antara
pendidik dengan peserta didik
menggunakan pendekatan
kekuasaan, perbedaan
didasarkan atas peranan dan
kedudukan.
1. Dilakukan oleh pelaksana
program dan peserta didik
Pengendalian tidak terpusat.
Koordinasi dilakukan antar
lembaga-lembaga terkait.
Otonomi pada tingkat program
dan daerah dengan menekankan
inisiatif dan partisipasi
masyarakat.
2. Pendekatan demokratis
Hubungan antara pendidik
dengan peserta didik bercorak
hubungan sejajar atas dasar
kefungsian. Pembinaan program
dilakukan secara demokratik.
Sumber : Data SKB Purwokerto
c. Kelembagaan Pendidikan
Sistem pendidikan nasional batasan yang kedua meliputi pendidikan
formal, non formal, informal (Sanapiah Faisal, 1981:37). Pendidikan formal
meliputi sekolah umum, sekolah kejuruan, sekolah kedinasan, dan khusus.
Pendidikan non formal meliputi kursus, penataran , dan training. Sedangkan
pendidikan informal meliputi sarana keluarga, media massa, tempat kerja,
keagamaan/adat, hiburan rekreatif, organisasi, rehabilitasi sosial,
pengembangan minat bakat hobby, gerakan pengembangan masyarakat dan
sanggar sumber belajar.
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
38
Dari pengertian jalur, pola pengelolaan serta kelembagaan pendidikan,
maka sistem pendidikan nasional dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan 1
Persekolahan Umum
Kejuaraan
Kedinasan dan
khusus
Sistem Pendidikan Nasional
Luar Sekolah Non formal
Informal
e. Penelitian yang relevan
Penelitian terdahulu di dunia pendidikan khususnya yang berkaitan
dengan perkembangan pendidikan telah dilakukan oleh banyak peneliti,
antara lain sebagai berikut :
Titi Erlina (2004) dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan
antara kedisiplinan pamong belajar dengan prestasi hasil belajar PPKN
warga belajar kelas 2 kejar paket B setara di SKB Purwokerto Kabupaten
Banyumas tahun Pelajaran 2003-2004” dengan hasil ada hubungan yang
positif dan signifikan antara kedisiplinan pamong dengan prestasi hasil
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
39
belajar PPKn pada warga belajarkelas 2 kejar paket B setara SMP di SKB
Purwokerto tahun pelajaran 2003/2004.
Wahyu Nugroho (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Studi
Deskriptif Kuantitatif tentang motivasi belajar warga belajar kelas XI
Paket C setara SMA di SKB Purwokerto” dengan hasil motivasi belajar
warga belajar yang memiliki motivasi cukup kuat, sehingga yang
diharapkan warga belajar mempunyai banyak energi untuk melakukan
kegiatan belajar. Muatan motivasi-motivasi tersebut berada ditangan para
guru atau yang bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9
tahun pada usia wajib belajar dan orang tua bertugas memperkuat motivasi
belajar selama sepanjang hayat.
Dari beberapa kajian pustaka yang telah dipaparkan tadi, penulis
telah mendapatkan gambaran tentang perkembangan lembaga pendidikan
non-formal. Melalui gambaran dan panduan kajian pustaka itu akan dapat
membantu penulis untuk mengemukakan penelitian yang benar-benar baru
atau belum pernah dilakukan oleh peneliti yang lain.
F. METODOLOGI PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, caradeskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
40
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah (Moleong,2007:6). Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah
populasi,tetapi menggunakan “socialsituation” atau situasi sosial yang
terdiri atast iga elemenyaitu: tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono,2006:207).
Pendekatan kualitatif ini diambil karena dalam penelitian ini
sasaran atau objek penelitian di batasi agar data-data yang diambil dapat
digali sebanyak mungkin serta agar dalam penelitian init idak
dimungkinkan adanya pelebaran objek penelitian. Penelitian dilakukan
langsung di lapangan, rumusan masalah juga ditemukan di lapangan,
kemungkinan data berubah-ubah sesuai data yang ada di lapangan,
sehinggaakan ditemukan sebuah teori baru ditengah lapangan. Penelitian
ini bertolak dari cara berpikiri nduktif, kemudian berpikir secara deduktif,
penelitian ini menganggap data adalah inspirasi teori. Penelitian kualitatif
menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan,wawancara, atau
penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa
pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metodeini
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan
diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola inil
yang dihadapi (Moleong,2007:10). Penelitian kualitatif, peneliti
melakukan penelitian dalam skala kecil, kelompok yang memiliki
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
41
kekhususan, keunggulan, inovasi, atau bisa juga bermasalah. Kelompok
yang diteliti merupakan satuan sosial budaya yang bersifat alamiah dan
saling berinteraksi secara individual ataupun kelompok
(Sukmadinata,2009:99).
Dari teori-teori di atas dapat ditarik simpulan bahwa penelitian
deskriptif kualitatif menggunakan langkah-langkah penelitian dari
pengamatan fenomena yang dapat dijelaskan secara terperinci dan ilmiah.
Pengamatan ilmiah yang dimaksudkan adalah pengamatan yang dimulai
dari hal-hal terkecil atau sempit ke hal-hal lebih besar atau luas atau
dengan kata lain penelitian ini dari bentuk induktif kebentuk deduktif.
b. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang penulis gunakan untuk penelitian adalah SKB
Purwokerto. SKB Purwokerto terletak di jalan Prof. HR. Bunyamin No.
574 Purwokerto 53121. Waktu penelitian yaitu dari bulan April sampai
Juli 2013.
c. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti (Arikunto, 2002: 122). Dalam penelitian ini subyek penelitiannya
adalah SKB Purwokerto. Adapun informan dalam penelitian ini di
antaranya adalah Kepala SKB, Wakil kepala SKB, Tutor atau Pamong
Belajar. Adapun informan dalam penelitian ini diantaranya adalah Kepala
SKB, Wakil Kepala SKB, dan Guru Pamong/ Tutor.
d. Metode Pengumpulan Data
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
42
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki (Arikunto, 2002 : 133). Sudjana
(1989 : 109) mengartikan observasi sebagai alat pengumpulan data,
banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu maupun
proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati, baik dalam situasi
sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Menurut penulis yang
dimaksud dengan observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan
yang dilakukan secara sistematik dengan persiapan yang telah disusun
terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Dapat juga
dikatakan mencari data dengan proses wawancara yang dilakukan oleh
penulis kepada objek yang diteliti.
Metode obervasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
peranan SKB Purwokerto dari tahun 1990-2010. Unsur yang
diobervasi meliputi bagaimana peranan SKB Purwokerto ini dalam
upayanya untuk meningkatkan pembangunan pendidikan serta hal lain
yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.
2. Interview
Interview yang juga sering disebut dengan wawancara atau
kuisioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(interviewer) (Arikunto, 2002: 132). Sedangkan Margono (1997: 165)
mengartikan interview sebagai alat pengumpul informasi dengan cara
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
43
menyampaikan sejumlah pertanyan tertulis untuk menjawab secara
tulisan pula oleh informan.
Langkah-langkah yang penulis tempuh dalam pelancar wawancara
yaitu:
1. Menentukan orang yang diwawancarai
2. Menyusun pokok-pokok masalah dan panduan wawancara agar
lebih fokus pada peranan SKB Purwokerto dalam pembangunan
pendidikan
3. Melakukan waktu dan tempat pelaksanaan wawancara
Dalam wawancara ini peneliti menggunakan wawancara bebas
terpimpin atau wawancara kombinasi, yaitu dalam melaksanakan
intervew pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan
garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan (Arikunto, 2002: 132).
Subyek yang peneliti wawancara
a. Kepala SKB Purwokerto
b. Siswa
Dari dua subyek di atas peneliti mendapatkan masalah yang akan
diteliti dengan judul “Peranan SKB Purwokerto Dalam Pembanguan
Pendidikan Tahun 2000-2012 di Purwokerto”
3. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-
barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
44
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya
(Arikunto,2002 : 135). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh
data mengenai latar belakang dan perkembangan sekolah, struktur
organisasi, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa serta sarana dan
prasarana yang ada di SKB Purwokerto ataupun hal-hal lain yang
memiliki relevansi dengan penelitian ini.
e. Metode Analisis Data
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif analitik (Rachman, 1993:
110). Dalam penelitian ini jenis analisis yang digunakan adalah analisis non
statistik, analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan
data. Data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau
angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih
kaya daripada sekedar angka atau frekuensi. Peneliti melakukan analisis
data dengan memberi pemaparan gambaran mengenai peranan SKB
Purwokerto. Temuan penelitian dilapangan yang kemudian dibentuk dalam
bangunan teori atau prinsip bukan dari teori yang telah ada, melainkan
dikembangkan dari data lapangan (induktif).
Pada analisis terdiri tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi.
a. Reduksi Data
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013
45
Reduksi Data adalah suatu prises pemilihan, memusatkan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan data “kasar” yang
muncul pada catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data
dengan cara sedemikian rupa, sehingga simpulan finalnya dapat ditarik
diverifikasi (Mathew, 1992 : 16).
b. Penyajian Data
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian
data. Kami membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan data.
c. Menarik kesimpulan atau verifikasi
Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah penarikan
simpulan dan verifikasi. Pada hakikatnya penarikan simpulan diambil
dari permulaan pengumpulan data (Matthew, 1992: 19).
Peranan Sanggar Kegiatan..., Nur Hidayatun, FKIP UMP, 2013