Upload
krisnamahadwija
View
145
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Berisi tentang Informasi mengenai Teori Kelistrikan,Resistor,Kapasitor,Penggunaan AVO Meter.
Citation preview
1
Bab I
Analog Dan Digital
1.1 Teori Kelistrikan
Memahami Teori kelistrikan sangat diperlukan untuk mempelajari Analog dan Digital
karena keduanya saling bertautan.
Teori yang akan dipelajari diantaranya:
Voltage (Tegangan) yang disimbolkan V atau E.
Current (Arus Listrik) yang disimbolkan I.
Power (Tenaga) yang disimbolkan P.
Resistance (Hambatan) yang disimbolkan R.
1.1.1 Tegangan
Ukuran dari tenaga yang dibutuhkan untuk mendorong elektron untuk mengalir dalam
suatu rangkaian.Tegangan diukur dalam Volt,Powersupply komputer biasanya
menghasilkan tegangan yang berbeda.
1.1.2 Arus Listrik
Ukuran dari sejumlah elektron yang bergerak dalam suatu rangkaian.Arus diukur dalam
Ampere,Powersupply Komputer menghantarkan arus untuk beberapa tegangan Output.
1.1.3 Power / Tenaga
Ukuran dari tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan elektron pada rangkaian yang
disebut Tegangan.Satuan Tenaga disebut Watt,Powersupply Komputer diukur dalam
Watt.
1.1.4 Resistansi/Hambatan
Hambatan arus yang mengalir dalam suatu rangkaian.Hambatan kecil maka Arus dan
Tegangan Besar.
2
1.2 Komponen Komputer
1.2.1 Resistor
PENGERTIAN
Resistor adalah komponen elektronik dua kutub yang didesain untuk menahan arus
listrik dengan memproduksi tegangan listrik di antara kedua kutubnya, nilai tegangan
terhadap resistansi berbanding dengan arus yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm:
Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit elektronik, dan
merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat
dari bermacam-macam kompon dan film, bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat
dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).
Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat
dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi.
Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan
sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit, kebutuhan daya
resistor harus cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan arus rangkaian agar tidak
terbakar.
Macam-macam atau jenis-jenis Resistor
Pada dasarnya, resistor hanya ada dua macam, yakni resistor tetap (fixed resistor) dan
resistor tidak tetap (variable resistor). Tabel 1.1 Jenis jenis Resistor
Untuk Resistor Tetap, ciri-cirinya adalah nilai resistansinya tidak dapat diubah - ubah
karena pabrik pembuatnya telah menentukan nilai tetap dari resistor tersebut.
Sedangkan, untuk variable resistor, ciri-cirinya adalah nilai resistansinya dapat
berubah-ubah, bisa jadi dirubah dengan sengaja atau berubah sendiri karena pengaruh
lingkungan. Dengan demikian, sebagian resistor variabel dapat kita tentukan besar
resistansinya.
Resistor
Resistor Tetap (Fixed Resistor):
1. Resistor Kawat
2. Resistor Batang Karbon
3. Resistor Keramik atau Porselin
4. Resistor Film Karbon
5. Resistor Film Metal
Resistor Tidak Tetap (Variable
Resistor):
1. Potensiometer
2. Potensiometer Geser
3. Trimpot
4. NTC dan PTC
5. LDR
3
Macam - macam resistor tetap (fixed resistor) berdasarkan bahan dasar:
Tabel 1.2 Macam-macam Resistor Tetap
1. Resistor Kawat
Gambar 1.1 Resistor Kawat
Resistor Kawat adalah jenis resistor generasi pertama yang
lahir pada saat rangkaian elektronika masih menggunakan
tabung hampa (vacuum tube).
Bentuknya bervariasi dan memiliki ukuran yang cukup
besar. Resistor kawat ini biasanya banyak dipergunakan
dalam rangkaian power karena memiliki resistansi yang
tinggi dan tahan terhadap panas yang tinggi. Jenis lainnya
yang masih dipakai sampai sekarang adalah jenis resistor
dengan lilitan kawat yang dililitkan pada bahan keramik,
kemudian dilapisi dengan bahan semen.
Rating daya yang tersedia untuk resistor jenis ini adalah
dalam ukuran 1 watt, 2 watt, 5 watt, dan 10 watt. Ilustrasi
dari resistor kawat dapat dilihat pada gambar di samping.
2. Resistor Batang Karbon (Arang)
Gambar 1.2 Resistor Karbon
Pada awalnya, resistor ini dibuat dari bahan karbon kasar
yang diberi lilitan kawat yang kemudian diberi tanda dengan
kode warna berbentuk gelang dan pembacaannya dapat
dilihat pada tabel kode warna.
Jenis resistor ini juga merupakan jenis resistor generasi awal
setelah adanya resistor kawat. Sekarang sudah jarang untuk
dipakai pada rangkaian – rangkaian elektronika. Bentuk dari
resistor jenis ini dapat dilihat pada gambar di samping.
3. Resistor Keramik atau Porselin
Gambar 1.3 Resistor Keramik
Dengan adanya perkembangan teknologi di bidang
elektronika, saat ini telah dikembangkan jenis resistor yang
terbuat dari bahan keramik atau porselin. Kemudian, dengan
perkembangan yang ada, telah dibuat jenis resistor keramik
yang dilapisi dengan kaca tipis.
Jenis resistor ini telah banyak digunakan dalam rangkaian
elektronika saat ini karena bentuk fisiknya kecil dan
memiliki resistansi yang tinggi. Resistor ini memiliki rating
daya sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt. Bentuk
dari resistor ini dapat dilihat pada gambar di samping.
4. Resistor Film Karbon
Gambar 1.4 Resistor Film
Karbon
Resistor film karbon ini adalah resistor hasil pengembangan
dari resistor batang karbon. Sejalan dengan perkembangan
teknologi, para produsen komponen elektronika telah
memunculkan jenis resistor yang dibuat dari bahan karbon
dan dilapisi dengan bahan film yang berfungsi sebagai
pelindung terhadap pengaruh luar. Nilai resistansinya
dicantumkan dalam bentuk kode warna.
Resistor ini juga sudah banyak digunakan dalam berbagai
rangkaian elektronika karena bentuk fisiknya kecil dan
4
memiliki resistansi yang tinggi. Namun, untuk masalah
ukuran fisik, resistor ini masih kalah jika dibandingkan
dengan resistor keramik. Resistor ini memiliki rating daya
sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt. Bentuk dari
resistor ini dapat dilihat pada gambar di samping.
5. Resistor Film Metal
Gambar 1.5 Resistor Film
Metal
Resistor film metal dibuat dengan bentuk hampir
menyerupai resistor film karbon.
Resistor tahan terhadap perubahan temperatur. Resistor ini
juga memiliki tingkat kepresisian yang tinggi karena nilai
toleransi yang tercantum pada resistor ini sangatlah kecil,
biasanya sekitar 1% atau 5%. Jika dibandingkan dengan
resistor film karbon, resistor film metal ini memiliki tingkat
kepresisian yang lebih tinggi dibandingkan dengan resistor
film karbon karena resistor film metal ini memiliki 5 buah
gelang warna, bahkan ada yang 6 buah gelang warna.
Sedangkan, resistor film karbon hanya memiliki 4 buah
gelang warna.
Resistor film metal ini sangat cocok digunakan dalam
rangkaian – rangkaian yang memerlukan tingkat ketelitian
yang tinggi, seperti alat ukur. Resistor ini memiliki rating
daya sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt. Bentuk
dari resistor ini dapat dilihat pada gambar di samping.
Macam - macam resistor variabel (variable resistor) berdasarkan bahan dasar:
Tabel 1.3 Macam-macam Resistor Variabel
1. Potensiometer
Gambar 1.6 Potensiometer
Potensiometer merupakan variable resistor yang paling
sering digunakan. Pada umumnya, potensiometer
terbuat dari kawat atau karbon.
Potensiometer yang terbuat dari kawat merupakan
potensiometer yang telah lama lahir pada generasi
pertama pada waktu rangkaian elektronika masih
menggunakan tabung hampa (vacuum tube).
Potensiometer dari kawat ini memiliki bentuk yang
cukup besar, sehingga saat ini sudah jarang ada yang
memakai potensiometer seperti ini.
Pada saat ini, potensiometer lebih banyak terbuat dari
bahan karbon. Ukurannya pun lebih kecil, namun
dengan resistansi yang besar.
Gambar di samping adalah potensiometer yang terbuat
dari bahan karbon. Pada umumnya, perubahan resistansi
pada potensiometer terbagi menjadi 2, yakni linier dan
logaritmik. Yang dimaksud dengan perubahan secara
linier adalah perubahan nilai resistansinya sebanding
dengan arah putaran pengaturnya. Sedangkan, yang
dimaksud dengan perubahan secara logaritmik adalah
5
perubahan nilai resistansinya berdasarkan perhitungan
logaritmik.
Pada umumnya, potensiometer logaritmik memiliki
perubahan resistansi yang cukup unik karena nilai
maksimal dari resistansi diperoleh ketika kita telah
melakaukan setengah kali putaran pada pengaturnya.
Sedangkan, nilai minimal diperoleh saat pengaturnya
berada pada titik nol atau titik maksimal putaran.
Untuk dapat mengetahui apakah potensiometer tersebut
linier atau logaritmik, dapat dilihat huruf yang tertera di
bagian belakang badannya. Jika tertera huruf B, maka
potensiometer tersebut logaritmik. Jika huruf A, maka
potensiometer linier. Pada umumnya, nilai resistansi
juga tertera pada bagian depan badannya. Nilai yang
tertera tersebut merupakan nilai resistansi maksimal
dari potensiometer.
2. Potensiometer Geser
Gambar 1.7 Potensiometer
Geser
Potensiometer geser merupakan kembaran dari
potensiometer yang telah dibahas di atas. Perbedaannya
adalah cara mengubah nilai resistansinya.
Pada potensiometer yang telah dibahas di atas, cara
mengubah nilai resistansinya adalah dengan cara
memutar gagang yang muncul keluar. Sedangkan, untuk
potensiometer geser, cara mengubah nilai resistansinya
adalah dengan cara menggeser gagang yang muncul
keluar. Bentuk dari potensiometer geser dapat dilihat
pada gambar di samping.
Pada umumnya, bahan yang digunakan untuk membuat
potensiometer ini adalah karbon. Adapula yang terbuat
dari kawat, namun saat ini sudah jarang digunakan
karena ukurannya yang besar.
Pada potensiometer geser ini, perubahan nilai
resistansinya hanyalah perubahan secara linier. Bentuk
potensiometer geser dapat dilihat pada gambar di atas
dengan komponen yang ditengah.
3. Trimpot
Gambar 1.8 Trimpot
Trimpot adalah kependekan dari
Trimmerpotensiometer. Sifat dan karakteristik dari
trimpot tidak jauh beda dengan potensiometer. Hanya
saja, trimpot ini memiliki ukuran yang jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan potensiometer.
Perubahan nilai resistansinya juga dibagi menjadi 2,
yakni linier dan logaritmik. Huruf B yang tertera pada
trimpot menyatakan perubahan nilai resistansinya
secara logaritmik, sedangkan huruf A untuk perubahan
secara linier. Untuk mengubah nilai resistansinya, kita
dapat memutar lubang tengah pada badan trimpot
6
dengan menggunakan obeng. Bentuk trimpot dapat
dilihat pada gambar di samping.
4. NTC dan PTC
Gambar 1.9 NTC & PTC
Resistor
NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC
(Positive Temperature Coefficient) merupakan resistor
yang nilai resistansinya berubah jika terjadi perubahan
temperatur di sekelilingnya.
NTC, nilai resistansi akan naik jika temperatur
sekelilingnya turun. Sedangkan, nilai resistansi PTC
akan naik jika temperatur sekelilingnya naik. Kedua
komponen ini sering digunakan sebagai sensor untuk
mengukur suhu atau temperatur daerah di sekelilingnya.
Bentuk NTC dan PTC dapat dilihat pada gambar di
samping.
5. LDR
Gambar 1.10 LDR
LDR (Light Dependent Resistor) merupakan resistor
yang nilai resistansinya berubah jika terjadi perubahan
intensitas cahaya di daerah sekelilingnya.
Pada prinsipnya, intensitas cahaya yang besar mampu
mendorong elektron untuk menembus batas – batas
pada LDR. Dengan demikian, nilai resistansi LDR akan
naik jika intensitas cahaya yang diterimanya sedikit
atau kondisi sekelilingnya gelap. Sedangkan, nilai
resistansi LDR akan turun jika intensitas cahaya yang
diterimanya banyak atau kondisi sekelilingnya terang.
LDR sering digunakan sebagai sensor cahaya,
khususnya sebagai sensor cahaya yang digunakan pada
lampu taman. Bentuk LDR dapat dilihat pada gambar di
samping.
SIMBOL-SIMBOL PADA RESISTOR
Tabel 1.4 Simbol-simbol pada Resistor
Simbol Komponen Resistor Fungsi Komponen Resistor
Resistor
Resistor berfungsi sebagai penghambat arus
yang mengalir dalam rangkaian listrik
Resistor
Potensio Meter Resistor berfungsi sebagai penghambat arus
dalam rangkaian listrik, nilai resistansi dapat
7
Potensio Meter diatur
Variable Resistor Resistor berfungsi sebagai penghambat arus
dalam rangkaian listrik, nilai resistansi dapat
diatur
Variable Resistor
Gambar 1.11 Resistor Peka Suhu(NTC & PTC) dan Peka Cahaya (LDR) beserta
simbolnya
KODE WARNA PADA RESISTOR /PENANDAAN RESISTOR
Resistor biasanya menggunakan pola pita warna untuk menunjukkan resistansi.
Resistor pasang-permukaan ditandas secara numerik jika cukup besar untuk dapat
ditandai, biasanya resistor ukuran kecil yang sekarang digunakan terlalu kecil untuk
dapat ditandai. Kemasan biasanya cokelat muda, cokelat, biru, atau hijau, walaupun
begitu warna lain juga mungkin, seperti merah tua atau abu-abu.
Resistor awal abad ke-20 biasanya tidak diisolasi, dan dicelupkan ke cat untuk menutupi
seluruh badan untuk pengkodean warna. Warna kedua diberikan pada salah satu ujung,
dan sebuah titik (atau pita) warna di tengah memberikan digit ketiga. Aturannya adalah
"badan, ujung, titik" memberikan urutan dua digit resistansi dan pengali desimal.
Toleransi dasarnya adalah ±20%. Resistor dengan toleransi yang lebih rapat
menggunakan warna perak (±10%) atau emas (±5%) pada ujung lainnya.
8
Identifikasi empat pita
Gambar 1.12 Identifikasi Empat Pita
Identifikasi empat pita adalah skema kode warna yang paling sering digunakan. Ini
terdiri dari empat pita warna yang dicetak mengelilingi badan resistor. Dua pita pertama
merupakan informasi dua digit harga resistansi, pita ketiga merupakan faktor pengali
(jumlah nol yang ditambahkan setelah dua digit resistansi) dan pita keempat merupakan
toleransi harga resistansi. Kadang-kadang terdapat pita kelima yang menunjukkan
koefisien suhu, tetapi ini harus dibedakan dengan sistem lima warna sejati yang
menggunakan tiga digit resistansi.Sebagai contoh, hijau-biru-kuning-merah adalah 56 x
104Ω = 560 kΩ ± 2%. Deskripsi yang lebih mudah adalah: pita pertama, hijau,
mempunyai harga 5 dan pita kedua, biru, mempunyai harga 6, dan keduanya dihitung
sebagai 56. Pita ketiga,kuning, mempunyai harga 104, yang menambahkan empat nol di
belakang 56, sedangkan pita keempat, merah, merupakan kode untuk toleransi ± 2%,
memberikan nilai 560.000Ω pada keakuratan ± 2%.
1.2.2 Kapasitor/Kondensator
PENGERTIAN
Kapasitor adalah komponen elektronik yang dapat menyimpan muatan listrik dengan
cara mengumpulkan ketidak-seimbangan internal dari muatan listrik, kemampuan
kondensator dalam menyimpan muatan listrik disebut kapasitansi yang diukur dalam
satuan Farad (F)
Dimana :
1 F = 1.000.000 µF (mikro Farad)
1 µF = 1.000 nF (nano Farad)
1 nF = 1.000 pF (piko Farad)
9
Kapasitor atau disebut juga kondensator adalah alat (komponen) listrik yang dibuat
sedemikian rupa sehingga mampu menyimpan muatan listrik untuk sementara waktu
Pada prinsipnya sebuah kapasitor terdiri atas dua
konduktor (lempeng logam) yang dipisahkan oleh
bahan penyekat (isolator). Isolator penyekat ini
sering disebut bahan (zat) dielektrik
Zat dielektrik yang digunakan untuk menyekat
kedua penghantar dapat digunakan untuk
membedakan jenis kapasitor.
Gambar 1.13 Macam Kondensator
Macam-macam dan Bentuk Kondensator Setelah anda tahu yang dimaksud dengan komponen kondensator maupun kapasitor,.
Seperti halnya komponen elektronika yang lain kondensator juga memiliki banyak
macamnya.
Berikut macam-kondensator berdasarkan kegunaannya :
Berdasarkan Polaritasnya
Tabel 1.5 Macam dan simbol Kapasitor Polar
Kapasitor Nonpolaritas Kapasitor ini tidak mempunyai kaki positif dan
negatif sehingga cara pemasangan pada
rangkaian elektronika boleh bolak-balik. Yang
termasuk kapasitor ini adalah kapasitor mika,
kapasitor keramik,kapasitor kertas, dan
kapasitor milar.
Gambar 1.14 Kapasitor
Nonpolar
Kapasitor Polaritas
Kapasitor ini mempunyai kaki positif dan
negatif, sehingga cara pemasangan pada
rangkaian elektronika tidak boleh terbalik.
Gambar 1.15 Kapasitor
Polar
10
Variabel Condensator ( Varco )
Kondensator ini dapat diatur dengan cara
memutar rotor (as) yang ada pada badan
komponen.
Gambar 1.16 Kondenstor
Varco
Kondensator Trimer Kondensator ini dapat diatur dengan cara
memutar rotor (as) yang ada pada badan
komponen, tetapi harus mengunakan obeng.
Gambar 1.17 Kondenstor
Trimer
Berdasarkan Bahan Penyekat Konduktor ( Dielektrikum )
Tabel 1.6 Macam-macam Kondensator berdasarkan Dielektrikum
Kapasitor Keramik
Gambar 1.18 Kapasitor Keramik
Kapasitor Tantalum
Gambar 1.19 Kapasitor Tantalum
Kapasitor Inti udara
Gambar 1.20 Kapasitor Inti Udara
11
Kapasitor Elektrolit
Gambar 1.21 Kapasitor Elektrolit
Kapasitor Kertas
Gambar 1.22 Kapasitor Kertas
Kapasitor Mika / Milar
Gambar 1.23 Kapasitor Mika
Kapasitor Polyester
Gambar 1.24 Kapasitor Polyester
Penjelasan beberapa Kapasitor Berdasarkan Dielektrikum
Tabel 1.7 Penjelasan beberapa Kapasitor Berdasarkan Dielektrikum
1. Variabel Condensator ( varco )
Kondensator ini dipakai untuk tuning atau mencari gelombang radio. Jenis ini mempunyai
udara sebagai dielektrikum.Kapasitor variabel mempunyai pelat-pelat yang stasioner
(stator) dan pelat-pelat yang digerakkan (rotor ), biasanya terbuat dari alumunium. Dengan
memutar tombol, luas plat yang berhadapan dapat diatur sehingga kapasitas kapasitor
dapat diubah-obah. Dengan mengubah kapasitor frekuensi dapat distel.
2. Kapasitor Keramik Kapasitor ini menpunyai dielektrikum keramik. Kapasitor ini mempunyai oksida logam
dan dielektrikumnya terdiri atas campuran titanium-oksida dan oksida lain. Kekuatan
dielektrikumnya tinggi dan mempunyai kapasitas besar sekali dalam ukuran kecil.
3. Kapasitor Kertas Kapasitor ini mempunyai dielektrikum kertas dengan lapisan kertas setebal 0,05-0,02 mm
antara dua lembar kertas alumunium.Kertasnya diresapi dengan minyak mineral untuk
12
memperbesar kapasitas dan kekuatan dielektrikumnya.
4. Kapasitor Mika
Kapasitor ini mempunyai elektroida logam dan lapisan dielektrikum dari polysteryne
mylar dan teflon setebal 0,0064 mm. Digunakan untuk koreksi faktor daya. Seperti uji visi
nuklir
5. Electrolit Condensator( Elco )
Kapasitor ini mempunyai dielektrik oksida alumunium dan sebuah elektrolit sebagai
elektroda negatif. Elektroda postif terbuat dari logam seperti alumunium dan tantalum
tetapi sebuah elektroda negatif terbuat dari elektrolit. Tebal lapisan oksidanya adalah
0,0001. Dalam rangkaian elektronika sebagai perata denyut arus listrik.
Tabel 1.8 Nilai Dielektrikum
Bahan Angka dieklektrikum
Hampa 1
Udara/gas lain 1
Air suling 80
Kertas farafin 2,2
Mika 5,5-7
Porselen 5,5
Tantalum 27
Olie paranol 4,5
Olie silikon 2,8
Teflon 20
Keramik 5-1000
CARA PERHITUNGAN VARIABEL PADA KONDENSATOR
Penandaan nilai kondensator
Ada dua metode yang digunakan sebagai penanda nilai kondensator, metode pertama
adalah dengan menggunakan pita warna seperti halnya yang diterapkan pada resistor
aksial dan metode kedua adalah dengan cara ditandai secara alfabet-numerik.
13
Penanda nilai kondensator dengan pita warna/kode warna
Penandaan nilai kondensator dengan pita warna, biasanya diterapkan pada kondensator
kertas, kondensator polikarbonat metal dan kondensator polyester, cara membaca
nilainya dimulai dari pita warna paling atas lalu berangsur turun kebawah, kode warna
yang digunakan mirip dengan kode warna pada resistor, tetapi dengan meninggalkan
warna emas dan perak. Jumlah pita warna bisanya lima warna, jika ditemui hanya empat
warna artinya pita warna yang menunjukkan tegangan kerja maksimum tidak
disertakan, dalam kondisi seperti ini maka tegangan kerja yang diizinkan maksimum
adalah sebesar 50 Volt.
Contoh, sebuah kondensator yang memiliki pita warna : Merah, Merah, Kuning, Hitam,
Merah adalah bernilai 220000 pF 0% 250 V = 220 nF 0% 250 V. Cara membaca yang
lebih mudah adalah: pita pertama, Merah, mempunyai harga 2 dan pita kedua, Merah,
mempunyai harga 2, sehingga keduanya dihitung sebagai 22. Pita ketiga, kuning,
mempunyai harga 104, yang berarti menambahkan empat nol dibelakang angka 22,
sedangkan pita keempat, Hitam, merupakan kode untuk toleransi 0%, dan pita kelima
Merah yang menunjukkan tegangan kerja maksimum 250V. Secara keseluruhan skema
warna Merah, Merah, Kuning, Hitam, Merah memberikan nilai 220.000pF pada
keakuratan 0% dengan tegangan kerja maksimum 250V.
Dibawah ini adalah tabel warna yang dapat digunakan sebagai acuan.
Warna Pita pertama Pita kedua Pita ketiga
(pengali) Pita keempat
(toleransi) Pita kelima
(Tegangan kerja)
Membaca nilai kondensator penanda alfabet-numerik
Penandaan nilai kondensator dengan penanda alfabet-numerik merupakan metode yang
paling sering digunakan, dimana nilai dari kondensator dicetak dengan menggunakan
huruf dan angka pada badan kondensator. Penggunaan angka untuk menyatakan nilai
kapasitansi dan tegangan kerja, sedangkan penggunaan huruf untuk menyatakan
toleransi dan satuan.
Nomor Nilai Pertama Nilai Kedua Pengali Toleransi
Contohnya:
Kode kondensator 562 J 100 V, artinya besarnya kapasitansi 56 x102 pF, kode J
artinya besarnya toleransi 5% dan 100 V artinya tegangan kerja maksimum 100 Volt.
100 n J, artinya besarnya kapasitansi 100 nF dan kode J artinya besarnya toleransi
5%
Kode kondensator 100 uF 50 V, artinya besarnya kapasitansi 100 uF dan besarnya
tegangan kerja maksimum adalah 50 Volt.
Penanda Kondensator Keramik SMD
Kondensator keramik SMD terkadang ditandai dengan kode tertentu jika
memungkinkan untuk ditandai, biasanya terdiri atas satu atau dua huruf dengan satu
angka. Dimana huruf pertama menunjukkan pabrik pembuatnya (contoh : K untuk
Kemet, dsb.), huruf kedua menunjukkan pecahan dan angkanya merupakan pengali
14
(multiplier) dan nilai kapasitansinya dalam pF. Contoh : S3 berarti 4.7nF (4.7 x 10³ pf)
pabrik pembuatnya tidak diketahui (tidak ditunjukkan), Contoh lain : KA2 artinya 100
pF (1.0 x 10² pF) pabrik pembuatnya adalah Kemet.
Kode Huruf Pecahan Kode Huruf Pecahan Kode Huruf Pecahan Kode Huruf
Pecahan
Penanda Kondensator Elektrolit SMD
Kondensator elektrolit SMD biasanya ditandai dengan huruf dan angka yang
menyatakan nilai kapasitansi (dalam pF) dan tegangan kerjanya (dalam Volt), misalnya.
106V artinya 10 µF 6V. Tetapi terkadang ada juga yang ditandai dengan kode yang
terdiri dari satu huruf dan tiga angka. Dimana huruf menyatakan tegangan kerjanya,
sedangkan 3 angka menyatakan kapasitansinya dalam pF (2 angka dan satu pengali).
Contoh, sebuah kondensator yang ditandai kode A475 artinya 4.7 m F 10V
475 = 47 x 10 5 pF = 4.7 x 10 6 pF = 4.7 m F
1.3 Penggunaan Multimeter/AVO Meter
Gambar 1.25 Avometer/Multimeter/Multitester
1.3.1 Pengertian
AVO meter/Multi meter merupakan alat sistem kelistrikan yang mempunyai multi
fungsi yaitu untuk
1) Mengukur arus atau Ampere meter
2) Mengukur tegangan atau Volt meter
3) Mengukur tahanan atau Ohm meter
Karena kemampuan sebagai Amper meter (A) , Volt meter (V) dan Ohm meter (O)
maka alat ini juga sering disebut AVO meter.
1.3.2 Jenis-jenis Avometer/Multimeter dan Bagian-Bagiannya
Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter analog
(menggunakan jarum putar / moving coil) dan AVO meter digital (menggunakan display
digital).
15
a) Avometer Analog
Gambar 1.26 Avometer Analog
Avometer analog adalah avometer yang dalam pengukurannya menggunakan jarum
sebagai penunjuk skala. Untuk memperoleh hasil pengukuran, maka harus dibaca
berdasarkan range atau divisi. Keakuratan hasil pengukuran dari Avometer analog ini
dibatasi oleh lebar dari skala pointer, getaran dari pointer, keakuratan pencetakan
gandar, kalibrasi nol dan jumlah rentang skala.
Dalam pengukuran menggunakan Avometer Analog, kesalahan pengukuran dapat
terjadi akibat kesalahan dalam pengamatan (paralax).
Bagian Avometer Analog
Gambar 1.27 Bagian-Bagian Avometer Analog
16
Bagian-bagian Multimeter/AVO Meter Analog antara lain sebagai berikut
1) Meter Korektor
Meter Korektor berguna untuk mengatur jarum Avometer ke arah nol, saat
Avometer akan dipergunakan dengan cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke
kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.
2) Range Selector Switch
Range Selector Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan
kemampuan batas ukur yang dipergunakan yang berfungsi untukmemilih posisi
pengukuran dan batas ukurannya. Saklar putar (range selector switch) ini
merupakan kunci utama bila kita menggunakan Avometer. Avometer biasanya
terdiri dari empat posisi pengukuran, yaitu :
Posisi (Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari
tiga batas ukur : x1; x10; dan K.
Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai voltmeter AC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai voltmeter DC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
Posisi DC mA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai
miliamperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur, yaitu: 0,25; 25; dan 500.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter yang satu dengan
yang lain batas ukurannya belum tentu sama.
3) Terminal + dan – Com
Terminal + dan – Com adalah terminal yang dipergunakan untuk mengukur Ohm,
AC Volt, DC Volt dan DC mA (yang berwarna merah untuk + dan warna hitam
untuk -).
4) Pointer /Jarum Meter
Pointer (Jarum Meter) merupakan sebatang pelat yang bergerak kekanan dan
kekiri yang menunjukkan besaran / nilai.
5) Mirror /cermin
Mirror (cermin) sebagai batas antara Ommeter dengan Volt-Ampermeter. Cermin
pemantul pada papan skala yang digunakan sebagai panduan untuk ketepatan
membaca, yaitu pembacaan skala dilakukan dengan cara tegak lurus dimana
17
bayangan jarum pada cermin harus satu garis dengan jarum penunjuk, maksudnya
agar tidak terjadi penyimpangan dalam membaca.
6) Scale /skala
Scale (skala) berfungsi sebagai skala pembacaan meter.
7) Zero Adjusment/Knop Pengatur Nol Ohm
Zero Adjusment adalah pengatur / penepat jarum pada kedudukan nol ketika
menggunakan Ohmmeter. Caranya : saklar pemilih diputar pada posisi (Ohm), test
lead + (merah) dihubungkan ke test lead - (hitam), kemudian tombol pengatur
kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sehingga menunjuk pada kedudukan
skala 0 Ohm.
8) Angka-Angka Batas Ukur Angka-Angka Batas Ukur, adalah angka yang menunjukkan batas kemampuan
alat ukur. 9) Kotak Meter
Kotak Meter, adalah kotak / tempat meletakkan komponen-komponen Avometer. 10) Kabel Test Lead/Kabel Penyidik
Kabel test lead berfungsi untuk penghubung dengan peralatan peralatan yang akan
diukur. Kabel MERAH dipasang pada lubang Plus dan kabel HITAM dipasang
pada lubang MINUS atau COMMON.
b) Avometer Digital
Gambar 1.28 Avometer Digital
Avometer digital adalah avometer yang dalam pengukurannya tidak menggunakan
jarum sebagai penunjuk skala, melainkan menggunakan digit angka yang akan tampil
18
pada layar yang terdapat pada avometer tersebut. Dalam pengukuran avometer digital
lebih mudah digunakan daripada avometer analog karena hasil pengukuran akan
langsung tampil dengan angka yang terlihat jelas dilayar.
Bagian Avometer Digital
Gambar 1.29 Bagian-Bagian Avometer Digital
1) Layar Paparan
Layar paparan berguna untuk menampilkan besarnya harga pengukuran dalam
bentuk angka, sehingga mudah dibaca.
2) Skalar Pemilih (Range Selecor Switch)
Range Selector Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan
kemampuan batas ukur yang dipergunakan yang berfungsi untukmemilih posisi
pengukuran dan batas ukurannya. Saklar putar (range selector switch) ini
merupakan kunci utama bila kita menggunakan Avometer. Avometer biasanya
terdiri dari empat posisi pengukuran, yaitu :
Posisi (Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari
tiga batas ukur : x1; x10; dan K.
Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai voltmeter AC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai voltmeter DC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
Posisi DC mA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai
miliamperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur, yaitu: 0,25; 25; dan 500.
19
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter yang satu dengan
yang lain batas ukurannya belum tentu sama.
3) Kabel Test Lead
Kabel test lead berfungsi untuk penghubung dengan peralatan peralatan yang akan
diukur.
4) Kotak Meter (Meter Cover)
Kotak meter (meter cover) sebagai pelindung atau tempat
komponen.
1.3.3 Cara Menggunakan AVO Meter .
Multimeter / AVO Meter harus digunakan secara tepat, yang sangat perlu dan selalu
diperhatikan adalah pemilihan saklar jangkah yang tepat/ pemilihan obyek yang akan
diukur. Kesalahan pemilihan jangkah dapat mengakibatkan kerusakan avometer
misalnya pengukuran voltage dengan jangkah pada posisi OHM, maka akibatnya akan
fatal bisa menyebabkan AVO meter rusak.
Bila besaran yang diukur tidak dapat diperkirakan sebelumnya, harus dibiasakan
memilih jangkah/skala tertinggi. Setiap selesai pengukuran, dibiasakan meletakkan
jangkah pada posisi OFF atau VDC angka tertinggi.
Membaca skala pada Multimeter/AVO Meter
Membaca Multimeter/AVO Meter tergantung pada letak Skala.Oleh karena itu,untuk
membaca Multimeter/AVO Meter berdasarkan skala antara lain sebagai berikut :
a) Untuk posisi range selector pada skala 1000
Gambar 1.30 Membaca Skala AVO Meter
Tegangan yang terukur = angka yang terbaca oleh pointer pada skala meter x .
20
Contoh:
1. Lihat gambar di bawah ini
Gambar 1.31 Contoh I Penunjukan Skala Pengukuran Tegangan Range selector 1000
Hasil pengukuran diatas, pointer menunjuk skala 150
Range selectort berada pada posisi 1000
Berarti tegangan yang terukur = 150 x 4 = 600 Volt
2. Lihat gambar di bawah ini
Gambar 1.32 Contoh II Penunjukan Skala Pengukuran Tegangan Range selector 1000
Hasil pengukuran diatas, pointer menunjuk skala 175
Range selectort berada pada posisi skala 1000 DCV
Berarti tegangan yang terukur = 175 x 4 = 700 Volt
21
b) Untuk menggunakan skala 250, 50 dan 10.
Langsung memutar range selector pada posisi 250, 50 atau 10.
Ketentuannya :
Jika kita memutar/menggunakan range selector pada posisi skala 250, maka
skala meter yang kita gunakan sebagai acuan/ patokan juga skala 250. Begitu
juga Jika kita memutar range selector pada posisi skala 50, maka skala meter
yang kita gunakan sebagai acuan/ patokan juga skala 50 dan seterusnya.
Gambar 1.33 Skala Pengukuran Tegangan Range selector 250,50,10
Hasil pengukuran dapat dibaca langsung sesuai posisi pointer (jarum meter)
pada skala meter.
Contoh :
1. Lihat gambar di bawah ini
Gambar 1.34 Contoh I Penunjukan Skala Pengukuran Tegangan Range selector
250.50,10
Berarti terbaca pada skala 175 = 175 Volt
22
2. Lihat gambar di bawah ini
Gambar 1.35 Contoh II Penunjukan Skala Pengukuran Tegangan Range selector
250.50,10
Berarti terbaca pada skala 10 = 10 volt,
3. Lihat gambar di bawah ini
Gambar 1.36 Contoh III Penunjukan Skala Pengukuran Tegangan Range selector
250.50,10
Berarti yang terukur adalah 5 volt.
Mengukur Resistansi
Putar saklar jangkah pada posisi OHM (misalnya x1, x10 atau x1k) , kemudian
kalibrasi dengan cara ujung kabel penyidik merah dan hitam disentuhkan dan
lakukan zero seting (jarum menunjuk pada angka nol) dengan cara putar sekrup
tombol nol dan putar pula tombol kontrol nol.
23
Gambar 1.37 Cara mengukur Resistor
Cara mengukur Resistor bisa anda lihat pada gambar diatas. Hasil pengukuran,
misalnya apabila jarum penunjuk menunjuk pada angka 4,5 ohm, sedang saklar
jangkah kita posisikan pada x10 maka hasil pengukurannya adalah 4,5 x10 = 45
Ohm, jadi resistor yang kita ukur mempunyai hambatan 45 Ohm.
Mengukur Tegangan DC
Perkirakan tegangan yang akan diukur, letakkan saklar jangkah pada skala yang lebih
tinggi. penyidik merah pada positif dan hitam pada negative.
Gambar 1.38 Cara mengukur tegangan DC
Hasil pengukuran akan ditunjukkan oleh jarum penunjuk (analog) dan angka jika
anda menggunakan AVOmeter Digital. Satuannya adalah Volt DC
Contoh tegangan DC : accu/ aki / Acumultor, batere, catudaya/ adaptor/ carger HP,
dll
Langkah-langkah pengukuran Tegangan DC antara lain :
1) Letakan selektor switch (saklar pemilih) pada posisi tegangan DC,
2) Pilih batas ukur. Batas ukur yang dipilih harus yang sama atau lebih besar dari
tegangan yang akan diukur, karena jarum penunjuk akan bergerak melewati batas
maksimum dan akan merusak moving Coil.
3) Sambungkan kabel probe pada sumber tegangan secara paralel, untuk tegangan
DC kabel merah disambungkan pada positif sedangkan kabel hitam pada negative.
Pemasangan seperti ini disebut hubungan polaritas.
4) Baca skala yang ditunjuk jarum. Pembacaan skala sesuai dengan selector yang
dipilih.
Selector pada DC 10V: 4.4VDC (baca langsung skala 0-10 )
24
Selector pada DC 50V: 22VDC (baca langsung skala 0-50 )
Selector pada DC 25mA : 11mA (baca 0-250 dan bagi dengan 10)
Selector pada AC 10V : 4.45VAC (gunakan skala merah, baca 0-10)
5) Hitung dengan rumus :
VDC= BU
SMJP
Keterangan :
VDC = Tegangan
BU = Batas Ukur
SM = Skala Maksimum yang dipakai
JP = Jarum Penunjuk
Contoh :
Gambar 1.39 Contoh Penunjukan Skala Pengukuran Tegangan DC
Cara menghitung :
Misalnya Batas Ukur yang digunakan 10 VDC dengan Skala Maksimum 10 VDC
dan jarum diatas menunjuk pada angka 4 lebih 2 kolom kecil masing-masing kolom
kecil bernilai 0,2 karena antara angka 4 dan 5(tidak tertulis pada skala), terbagi
menjadi 5 kolom kecil Sehingga JP=4,4
𝐕𝐃𝐂= 𝟏𝟎
𝟏𝟎𝟒,𝟒
Jadi tegangan terukurnya adalah 4,4 VDC.
25
Mengukur Tegangan AC
Seperti halnya pada pengukuran Tegangan DC, perkirakan tegangan yang akan
diukur, letakkan jangkah pada skala yang lebih tinggi jika tidak diketahui pasang
jangkah pada posisi skala tertinggi agar AVO meter tidak rusak.
Pada umumnya AVOmeter hanya dapat mengukur arus berbentuk sinus dengan
frekuensi antara 30 Hz-30 KHz. Hasil pengukuran adalah tegangan efektif (Veff).
Hasil pengukuran akan ditunjukkan langsung oleh jarum penunjuk (analog) dan
angka jika anda menggunakan AVOmeter Digital. Satuannya adalah Volt AC.
Contoh tegangan AC : listrik rumah, listrik PLN, listrik generator, dynamo sepeda,
dll
Langkah – langkah mengukur tegangan AC antara lain sebagai berikut :
1) Pilih batas ukur. Batas ukur yang dipilh harus lebih besar dari tegangan yang
diukur karena jika dipilih lebih kecil akan dapat merusak avometer itu sendiri.
Contoh untuk pengukuran tegangan PLN, diketahui jenis tegangannya adalah AC
dan besar tegangan adalah 220 VAC, sehingga batas ukur yang harus digunakan
adalah 250 atau 1000. Tetapi jika tidak tahu besar tegangan yang diukur pilih
batas ukur paling tinggi.
Gambar 1.40 Pemilihan Batas Ukur Tegangan AC
2) Colokan probe merah pada terminal (+), dan probe hitam pada terminal (-) pada
multimeter.
3) Hubungkan kedua ujung probe multimeter masing-masing pada dua kutub jalur
tegangan PLN misalnya stop kontak.
26
Gambar 1.41 Menghubungkan Probe Avometer dengan Stop Kontak
4) Perhatikan saat melakukan pengukuran, jangan sampai ujung probe merah dan
hitam saling bersentuhan, karena akan menyebabkan korsleting.
5) Dari pengukuran tersebut diperoleh penunjukan jarum sebagai berikut.
Gambar 1.42 Penunjukan Jarum Pengukuran Tegangan AC
6) Cara menentukan pembacaan hasil ukur, rumus yang digunakan tidak berbeda
saat kita menghitung hasil ukur tegangan DC. Pada pengukuran di atas Batas
Ukur yang digunakan adalah 250 VAC dan Skala Maksimum yang digunakan
250, serta penunjukan jarum pada angka 200 lebih 4 kolom kecil yang mana
masing kolom bernilai 5 sehingga bila kita jumlah menunjuk angka 220. Dari data
tersebut maka diketahui BU=250, SM=250 dan JP=220. Tahap terakhir kita
masukkan kedalam rumus :
𝐕𝐀𝐂= 𝟐𝟓𝟎
𝟐𝟓𝟎𝟐𝟐𝟎
Sehingga hasil Tegangan AC yang terukur adalah 220VAC.
Mengukur Arus
Langkah – langkahnya antara lain sebagai berikut :
1. Mengenolkan ( pointer ) jarum meter di sebelah kiri, dengan memutar Zero
Correction /Zero Adjustment kekanan atau ke kiri hingga jarum tepat pada posisi
nol.
2. Mengarahkan range selector sesuai dengan skala yang akan digunakan untuk
mengukur. Yaitu 0.5, 50, atau 500 pada daerah skala DCmA
27
Contoh :
Gambar 1.43 Pemilihan Batas Ukur Tegangan DCmA
3. Menghubungkan terminal AVO dengan Objek, terminal positif pada AVO
dengan terminal positif pada Objec begitu juga terminal negatif pada AVO
dengan terminal negatif pada Objek.
4. Membaca skala pointer (jarum meter),
Mengukur Kondensator
Untuk Kondensator/Kapasitor cara mengukurnya antara lain sebagai berikut :
1. Sebelumnya muatan kondensator didischarge.
2. Posisikan saklar jangkah pada OHM, tempelkan penyidik merah pada kutub
POSITIF dan hitam pada NEGATIF.
3. Bila jarum menyimpang ke KANAN dan kemudian secara berangsur-angsur
kembali ke KIRI, berarti kondensator baik.
4. Bila jarum tidak bergerak, kondensator putus dan bila jarum mentok ke kanan dan
tidak balik, kemungkinan kondensator bocor.
Gambar 1.44 Cara Menguji Kondensator
Pemilihan skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk
nilai elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk
nilai elko dibawah 10uF.
Mengukur Transistor
Perlu diketahui Transistor ekivalen dengan dua buah dioda yang digabung, sehingga
prinsip pengujian dioda diterapkan pada pengujian transistor.
28
Gambar 1.45 Cara Menguji transistor
a. Menguji transistor jenis NPN Sakelar jangkah pada x100 ,
Penyidik hitam pada Basis, Penyidik merah pada Kolektor, jarum harus bergerak
ke kanan
Penyidik hitam tetap pada Basis, Penyidik merah dipindah ke Emitor, jarum
harus bergerak ke kanan lagi.
Penyidik merah dipindah pada Basis dan hitam pada Kolektor, jarum harus tidak
bergerak
Penyidik merah tetap pada Basis Penyidik hitam dipindah ke Emitor jarum juga
harus tidak bergerak.
Saklar jangkah pada 1 k,
Penyidik hitam ditempel pada kolektor dan merah pada emitor, jarum harus
sedikit bergerak ke kanan dan bila dibalik jarum harus tidak bergerak.
b. Menguji transistor jenis PNP Sakelar jangkah pada x100
Penyidik hitam pada Basis, Penyidik merah pada Kolektor, jarum harus tidak
bergerak
Penyidik hitam tetap pada Basis, Penyidik merah dipindah ke Emitor, jarum
harus tidak bergerak
Penyidik merah dipindah pada Basis dan hitam pada Kolektor, jarum harus
bergerak
Penyidik merah tetap pada Basis Penyidik hitam dipindah ke Emitor harus
bergerak.
Saklar jangkah pada 1 k,
Penyidik hitam ditempel pada kolektor dan merah pada emitor, jarum harus
sedikit bergerak ke kanan dan bila dibalik jarum harus tidak bergerak.
Kesimpulan : Apaila salah satu peristiwa/pengujian diatas tidak terjadi, maka
kemungkinan transistor rusak, dan dengan cara pengujian diatas kita juga bisa
menentukan posisi/letak kaki-kaki tranistor (basis, kolektor dan emitor)
c. Menguji Transistor FET Penentuan jenis FET dilakukan dengan saklar jangkah pada x100 penyidik hitam
pada Source dan merah pada Gate. Bila jarum menyimpang, maka janis FET
adalah kanal P dan bila tidak, FET adalah kanal N
29
Gambar 1.46 Menguji Transistor Jenis FET
Kerusakan FET dapat diamati dengan rangkaian pada gambar diatas. Dengan
Mengunakan potensiometer dan dirangkai seperti gambar, Saklar Jangkah
diletakkan pada x1k atau x10k, potensio pada minimum, resistansi harus kecil.
Bila potensio diputar ke kanan, resistansi harus tak terhingga. Bila peristiwa ini
tidak terjadi, maka kemungkinan FET rusak
d. Menguji Transistor UJT Cara kerja UJT (Uni Junktion Transistor) adalah seperti switch, UJT kalau
masih bisa on off berarti masih baik.
Gambar 1.47 Menguji Transistor Jenis UJT
Saklar Jangkah pada 10 VDC dan potensio pada minimum, tegangan harus kecil.
Setelah potensio diputar pelan-pelan jarum naik sampai posisi tertentu dan kalau
diputar terus jarum tetap disitu. Bila jaum diputar pelan-pelan ke arah minimum
lagi, pada suatu posisi tertentu tiba-tiba jarum bergerak ke kiri dan bila putaran
potensio diteruskan sampai minimum jarum tetap disitu. Bila peristiwa tersebut
terjadi, maka UJT masih baik.