19
BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT 5.1 Gambaran Umum Program Pengembangan Masyarakat Program pengembangan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah program yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial. Secara khusus, program ini berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, gender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan (Suharto, 2005:38). Program pembangunan daerah pada tahun 2007 yang ditujukan pada kawasan sentra rajutan Binongjati dikenal dengan istilah program revitalisasi kawasan sentra, yang mencakup aspek regulasi, infrastruktur kawasan, dan pelaku usaha. Ketiga aspek tersebut pada tahun 2007 terakomodir dalam enam program utama (Kantor Litbang, 2007), yaitu : 1. Program Penataan Infrastruktur, yang terdiri dari : a. Pemeliharaan Penerangan Jalan Umum (PJU) di 26 titik, dilaksanakan pada triwulan II – IV tahun 2007, dengan anggaran Rp 50.000.000, SKPD penanggungjawab proyek adalah Dinas Pertamanan dan Pemakaman. b. Pengerukan saluran dengan melakukan pengerukan saluran tepi lancar, dilaksanakan pada triwulan II – IV tahun 2007, dengan anggaran sebesar Rp 12.500.000, SKPD penanggungjawab adalah Dinas Bina Marga. 2. Program Bantuan Permodalan, yang terdiri dari : a. Fasilitasi peningkatan sinergitas di bidang investasi untuk pengusaha UKM di lima kawasan dengan hasil yang diharapkan adalah terlaksananya forum investasi pengusaha UKM dengan BUMN, BUMD, Perbankan, dan pengusaha besar. Dilaksanakan tiga kali pada triwulan II IV tahun 2007, dengan anggaran Rp 125.000.000, SKPD

BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

5.1 Gambaran Umum Program Pengembangan Masyarakat

Program pengembangan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah program yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup

masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta

menekankan pada prinsip partisipasi sosial. Secara khusus, program ini

berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak

beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh

diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, gender, jenis kelamin, usia, dan

kecacatan (Suharto, 2005:38).

Program pembangunan daerah pada tahun 2007 yang ditujukan pada

kawasan sentra rajutan Binongjati dikenal dengan istilah program revitalisasi

kawasan sentra, yang mencakup aspek regulasi, infrastruktur kawasan, dan pelaku

usaha. Ketiga aspek tersebut pada tahun 2007 terakomodir dalam enam program

utama (Kantor Litbang, 2007), yaitu :

1. Program Penataan Infrastruktur, yang terdiri dari :

a. Pemeliharaan Penerangan Jalan Umum (PJU) di 26 titik, dilaksanakan

pada triwulan II – IV tahun 2007, dengan anggaran Rp 50.000.000,

SKPD penanggungjawab proyek adalah Dinas Pertamanan dan

Pemakaman.

b. Pengerukan saluran dengan melakukan pengerukan saluran tepi lancar,

dilaksanakan pada triwulan II – IV tahun 2007, dengan anggaran sebesar

Rp 12.500.000, SKPD penanggungjawab adalah Dinas Bina Marga.

2. Program Bantuan Permodalan, yang terdiri dari :

a. Fasilitasi peningkatan sinergitas di bidang investasi untuk pengusaha

UKM di lima kawasan dengan hasil yang diharapkan adalah

terlaksananya forum investasi pengusaha UKM dengan BUMN, BUMD,

Perbankan, dan pengusaha besar. Dilaksanakan tiga kali pada triwulan II

– IV tahun 2007, dengan anggaran Rp 125.000.000, SKPD

Page 2: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

47

penanggungjawab kegiatan adalah KPMD (Kantor Penanaman Modal

Daerah).

b. Pembentukan Kelompok Usaha Ekonomi Masyarakat (Pengembangan

Produk Unggulan Daerah/PPUD), dilaksanakan pada triwulan II – IV

tahun 2007, dengan anggaran sebesar Rp 14.000.000, SKPD

penanggungjawab kegiatan adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat

(BPM).

3. Program Pengembangan SDM Pelaku Usaha

a. Pelatihan peningkatan desain industri rajut, untuk meningkatkan

penguasaan teknik produksi dan kemampuan desain IKM sentra rajut,

dilaksanakan pada triwulan II – IV tahun 2007, dengan anggaran Rp

59.150.000, SKPD penanggungjawab kegiatan adalah Dinas

Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat.

b. Penyuluhan perkoperasian untuk 50 orang pelaku usaha, yang bertujuan

untuk penguatan kelembagaan koperasi, dilaksanakan pada triwulan II –

IV tahun 2007, dengan anggaran sebesar Rp 3.000.000, SKPD

penanggungjawab adalah Dinas Koperasi.

c. Intermediasi pendanaan dengan tujuan meningkatkan akses permodalan

untuk lima kawasan sentra industri dan perdagangan, dilaksanakan pada

triwulan II – IV tahun 2007, dengan anggaran Rp 25.916.000, SKPD

penanggungjawab kegiatan adalah Dinas Koperasi.

d. Bimbingan pengelolaan bagi KSP/USP Koperasi, dilaksanakan pada

triwulan II – IV tahun 2007, dengan anggaran Rp 7.500.000, SKPD

penanggungjawab adalah Dinas Koperasi.

4. Program Promosi dan Pemasaran, yang terdiri dari :

a. Fasilitasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi

unggulan Kota Bandung bagi lima kawasan sentra industri dan

perdagangan, hasil dari kegiatan adalah tersedianya fasilitas stand

pameran untuk pameran investasi (inacraft), dilaksanakan pada triwulan I

tahun 2007, dengan anggaran Rp 18.900.000, SKPD penanggungjawab

kegiatan adalah KPMD.

Page 3: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

48

b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi

unggulan Kota Bandung bagi lima kawasan sentra industri dan

perdagangan, dengan melakukan pameran investasi (inacraft) sebanyak

dua kali, dilaksanakan pada triwulan II – IV tahun 2007, dengan

anggaran Rp 26.100.000, SKPD penanggungjawab kegiatan adalah

KPMD.

c. Promosi produk unggulan 10 koperasi, dilaksanakan pada triwulan II – IV

tahun 2007, dengan anggaran Rp 140.820.350, SKPD penanggungjawab

adalah Dinas Koperasi.

d. Promosi produk unggulan 50 UKM, dilaksanakan pada triwulan II – IV

tahun 2007, dengan anggaran Rp 145.000.000, SKPD penanggungjawab

adalah Dinas Koperasi.

e. Membuat leaflet mengenai kawasan Binongjati, sebagai media promosi

cetak, dilaksanakan pada triwulan I tahun 2007, menghabiskan anggaran

Rp 6.000.000, SKPD penanggungjawab adalah Disperindag Kota

Bandung.

f. Melakukan promosi atau pameran inacraft, yang dilaksanakan pada

triwulan I tahun 2007, dengan menghabiskan anggaran Rp 62.000.000,

dengan SKPD penanggungjawab adalah Disperindag Kota Bandung.

g. Melakukan promosi atau pameran BLA, yang dilaksanakan pada triwulan

I tahun 2007, dengan menghabiskan anggaran Rp 20.000.000, dengan

SKPD penanggungjawab adalah Disperindag Kota Bandung.

h. Melakukan lima kegiatan promosi atau pameran, yang dilaksanakan pada

triwulan II – IV tahun 2007, dengan anggaran Rp 287.062.000, dengan

SKPD penanggungjawab adalah Disperindag Kota Bandung.

i. Melakukan misi dagang ke mancanegara, yang dilaksanakan pada triwulan

II - IV tahun 2007, dengan anggaran Rp 492.000.000, dengan SKPD

penanggungjawab adalah Disperindag Kota Bandung.

5. Program Bantuan Peralatan/Teknologi Produksi, terdiri dari :

a. Penyediaan sarana dan prasarana, berupa gedung UPT, mesin dan papan

sentra, dilaksanakan pada triwulan I tahun 2007. Dengan anggaran

Page 4: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

49

sebesar Rp 49.550.000, SKPD penanggungjawab adalah Disperindag

Kota Bandung.

b. Pencanangan lima sentra industri dan perdagangan, yang dilaksanakan

pada triwulan I tahun 2007, menghabiskan anggaran Rp 83.000.000,

SKPD penanggungjawab adalah Disperindag Kota Bandung.

c. Penyediaan sarana dan prasarana, berupa gedung UPT, mesin dan papan

sentra, dilaksanakan pada triwulan II - IV tahun 2007, dengan anggaran

sebesar Rp 55.400.000, SKPD penanggungjawab adalah Disperindag

Kota Bandung.

d. Melakukan diversifikasi produk, peningkatan mutu produk dan teknologi

rajutan, dilaksanakan pada triwulan II – IV tahun 2007, dengan anggaran

Rp 123.000.000, SKPD penanggungjawab adalah Disperindag Kota

Bandung.

e. Membuat kajian mengenai potensi unggulan di tiga kawasan, yaitu

Binongjati, Cigondewah dan PHH Mustafa (Suci), dilaksanakan pada

triwulan II – IV tahun 2007, dengan anggaran Rp 84.300.000, SKPD

penanggungjawab adalah KPMD.

f. Peningkatan mitra kerja melalui evaluasi penelitian, yang dilaksanakan

pada triwulan II – IV tahun 2007, dengan anggaran Rp 50.500.000,

SKPD penanggungjawab adalah Kantor Litbang.

6. Program Kegiatan Lainnya, terdiri dari :

a. Rakor lintas pelaku terhadap 30 sentra BDS, KSP, USP, dilaksanakan

pada triwulan II – IV tahun 2007, dengan anggaran Rp 18.050.000,

SKPD penanggungjawab adalah Dinas Koperasi.

b. Bimtek manajemen koperasi, dilaksanakan pada triwulan II – IV tahun

2007, dengan anggaran Rp 49.916.200, SKPD penanggungjawab adalah

Dinas Koperasi.

c. Temu usaha koperasi untuk 50 koperasi, dilaksanakan pada triwulan II –

IV tahun 2007, dengan anggaran Rp 49.916.200, SKPD

penanggungjawab adalah Dinas Koperasi.

Page 5: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

50

d. Bimtek desain produk dan packadging untuk 50 UKM, dilaksanakan pada

triwulan II – IV tahun 2007, dengan anggaran Rp 44.000.000, SKPD

penanggungjawab adalah Dinas Koperasi.

e. Bimtek permodalan untuk 50 UKM, dilaksanakan pada triwulan II – IV

tahun 2007, dengan anggaran Rp 44.000.000, SKPD penanggungjawab

adalah Dinas Koperasi.

Program yang ditujukan bagi pengusaha rajutan Binongjati tersebut di atas

tidak semuanya merupakan program pengembangan masyarakat, hal ini dilihat

dari tingkat partisipasi masyarakat dalam program. Seperti halnya program

penataan infrastruktur berupa perbaikan titik Penerangan Jalan Umum (PJU) dan

perbaikan saluran air semuanya dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung, tanpa

ada keterlibatan warga masyarakat Kelurahan Binong di dalamnya.

Dalam aplikasi program pengembangan masyarakat di lapangan (terhadap

warga komunitas), perlu dikaji lebih lanjut melalui evaluasi program bagaimana

program tersebut memberikan dampak terhadap terhadap pengembangan ekonomi

lokal, dan pengembangan modal sosial. Secara umum, program Pemerintah Kota

Bandung pada kawasan sentra rajutan Binongjati masih belum mencapai hasil

maksimal. Program revitalisasi kawasan baru terbatas pada aspek regulasi,

sedangkan penataan infrastruktur dan aspek pelaku usaha belum mendapat

perhatian maksimal. Salah seorang informan, yang juga selaku Ketua KIRBI

(koperasi) dan juga pengusaha rajutan Bapak Wondo mengatakan,

”Pemerintah Kota Bandung memang telah mencanangkan revitalisasi lima kawasan. Otomatis,kami menginginkan adanya perubahan yakni infrastruktur. Kami menginginkan adanya alternatif jalan tembus ke arah Jalan Kiaracondong.”

Namun, sampai dengan laporan ini disusun belum melihat adanya

perubahan dari pencanangan kawasan lima sentra yang telah ditetapkan. Menurut

Wondo, pihaknya hanya menerima fasilitas lampu jalan (penerangan jalan

umum/PJU), beberapa mesin rajut, dan pelatihan-pelatihan. Dia menilai,

pemberian itu adalah hal yang tidak tepat, karena tidak sesuai dengan yang

dibutuhkan.

”Seharusnya, setiap program dari pemerintah harus ada business plan yang jelas dan tertata dari pemerintah kota. Tentang dari mana mulainya, bagaimana prosesnya, dan output apa yang akan didapat

Page 6: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

51

oleh sentra itu sendiri. Dengan demikian, tidak menimbulkan apriori dari masyarakat, dalam hal ini pengusaha rajut. Yang saya khawatirkan, masyarakat di sini, tidak menyambut secara antusias hal-hal yang akan diambil oleh pemerintah.”

Menurut Ibu Heni, Kepala Seksi Industri Tekstil, Produk Tekstil, dan

Mesin Elektronik Dinas KUKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung,

realisasi pembukaan akses jalan ke Jalan Kiaracondong akan dilakukan pada

tahun 2009, dengan pendanaan dari APBD tahun 2009.

“Jadi semuanya kan terbatas, dana pemerintah juga terbatas. Ada skala prioritas, untuk Binongjati di tahun 2009 akan difokuskan pada pembukaan akses jalan masuk dari Kiaracondong. Kalau 2008 ini kami fokuskan untuk kawasan Suci”

Program yang akan menjadi fokus evaluasi adalah Program Pembentukan

Kelompok Usaha Ekonomi Masyarakat (Pengembangan Produk Unggulan

Daerah/PPUD) yang berkaitan dengan bantuan modal dan Program Pelatihan

Peningkatan Desain Industri Rajut yang berkaitan dengan pelatihan keterampilan.

5.2 Pembentukan Kelompok Usaha Ekonomi Masyarakat (PPUD) 5.2.1 Deskripsi Program

Program pembentukan kelompok usaha ekonomi masyarakat yang

terintegrasi dalam program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPUD)

merupakan salah satu program Pemerintah Kota Bandung yang mulai

dilaksanakan pada triwulan II tahun 2007. SKPD yang bertanggungjawab

pelaksanaan kegiatan ini adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM), dimana

pada tahun 2008 sesuai dengan SOTK baru berubah menjadi Badan Kesatuan

Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Menurut keterangan informan Cecep, program ini dilaksanakan oleh BPM

didasarkan pada adanya program Pemerintah Kota Bandung yang telah

menetapkan lima kawasan sentra yang masing-masing kawasan memiliki

karakteristik produk dan BPM selaku SKPD yang mempunyai tugas pokok dan

fungsi selaku pemberdaya masyarakat, mempunyai tugas pula untuk

memberdayakan masyarakat pada lima kawasan sentra ini. Adapun aspek

pemberdayaan masyarakat yang dilakuan pada lima kawasan sentra mencakup :

Page 7: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

52 1. Peningkatan pengetahuan, melalui pelatihan, seminar, dan kursus

2. Penguatan lembaga, dan

3. Bantuan modal.

Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat harus menerapkan ketiga aspek

tersebut agar program dapat berkelanjutan, masih menurut informan Cecep.

“Tanpa penerapan ketiga aspek pemberdayaan, saya yakin program yang dijalankan tidak akan ajeg”

Program pembentukan kelompok usaha ekonomi masyarakat pada tahun

2007 dilaksanakan pada tiga kawasan, yaitu kawasan sentra Cibaduyut, Suci, dan

Binongjati. Sebelumnya, pada tahun 2006 dilaksanakan program yang sama pada

kawasan sentra Cigondewah. Ketiga aspek pemberdayaan diberikan kepada

kawasan sentra sifatnya hibah (khususnya bantuan modal) dari Pemerintah Kota

Bandung. Sumber anggaran program ini adalah APBD Kota Bandung tahun 2007.

Total anggaran yang dihabiskan untuk program pembentukan kelompok usaha

ekonomi masyarakat di kawasan sentra rajutan Binongjati adalah Rp 14.000.000

(Kantor Litbang, 2007).

Grand design program ini dari Pemerintah Kota Bandung, yaitu kantor

Badan Pemberdayaan Masyarakat (2007), sedangkan desain program untuk

masing-masing kawasan adalah dari masyarakat melalui kecamatan, kelurahan

dan LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat). Kecamatan mengusulkan hasil

olahan program dari kelurahan beserta lembaga yang pantas menerima program

tersebut. Adapun LPM melakukan seleksi pengusaha yang pantas menerima

program. Syarat yang ditetapkan oleh BPM bagi pengusaha yang berhak

menerima program adalah pelaku usaha yang peduli lingkungan. Dalam hal ini

minimal pengusaha tersebut harus mampu mempekerjakan satu orang tenaga kerja

dari lingkungan sekitarnya, terutama dari masyarakat miskin.

Mekanisme pelaksanaan program pada masing-masing kawasan sentra

dilakukan secara berbeda. Perbedaan mekanisme ini mempunyai tujuan untuk

melihat efektivitas pengguliran program pada masing-masing kawasan. Program

pemberdayaan pada kawasan sentra Cibaduyut (sentra sepatu) dilakukan langsung

kepada para pengusaha. Jadi, pemberian pelatihan, penguatan lembaga dan

bantuan modal langsung diberikan kepada para pengusaha (pengrajin sepatu).

Page 8: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

53 Pada kawasan sentra Suci, program diberikan langsung kepada pengusaha melalui

koordinasi kecamatan. Pada kawasan sentra rajutan Binongjati program diberikan

melalui LPM. Pelatihan, penguatan lembaga dan bantuan modal hibah diberikan

kepada LPM. Kemudian LPM “menggetok-tularkan” kepada para pengusaha di

kawasan sentra rajutan Binongjati. Bantuan modal dari Pemerintah Kota Bandung

sifatnya hibah kepada LPM, sedangkan dari LPM dipinjamkan secara bergulir

(revolving) kepada pelaku usaha mikro dengan membebankan bunga sebesar satu

persen setiap bulannya.

Program pembentukan kelompok usaha ekonomi masyarakat di kawasan

sentra rajutan Binongjati mulai efektif dilakukan pada bulan Desember 2007.

Tidak seperti halnya judul program, yaitu pembentukan kelompok usaha, pada

kenyataannya, aplikasi di masyarakat adalah pemberian bantuan modal kepada

pelaku usaha rajutan. Penerima program adalah individu, bukan kelompok.

Jumlah pelaku usaha yang menerima bantuan modal adalah lima pelaku usaha

yang terdiri dari empat orang pelaku usaha laki-laki dan satu orang pelaku usaha

perempuan.

5.2.2 Pengembangan Ekonomi Lokal

Pengembangan ekonomi lokal merupakan hal yang penting dalam proses

industrialisasi dewasa ini. Konsep ekonomi lokal itu sendiri adalah program yang

terpadu untuk mentransformasikan sumber-sumber daya kewilayahan dalam

perspektif lokal menjadi industri barang dan jasa yang digunakan untuk

mewujudkan tujuan dasar pembangunan yaitu meningkatkan kualitas hidup rakyat

(Iwan 2004, diacu dalam LMFE UNPAD, 2007).

Pengembangan ekonomi lokal menitikberatkan pada pembangunan

ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dirancang sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan komunitas atau wilayah. Walaupun berbasis lokal,

dalam prosesnya tidak menutup kemungkinan adanya interaksi antara masyarakat

lokal dengan masyarakat luar wilayahnya. Konsep pembangunan ekonomi lokal

adalah kerjasama seluruh komponen masyarakat lokal pada suatu daerah untuk

mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang akan meningkatkan

Page 9: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

54 kesejahteraan ekonomi dan kualitas hidup seluruh masyarakat di dalam komunitas

(Syaukat dan Sutara, 2007).

Program pembentukan kelompok usaha ekonomi masyarakat

(Pengembangan Potensi Unggulan Daerah/PPUD) merupakan salah satu program

pengembangan masyarakat dalam rangka pengembangan ekonomi lokal. Program

pembentukan kelompok usaha ekonomi masyarakat (PPUD) ini merupakan salah

satu program yang fokus pada upaya pengentasan kemiskinan melalui pro-poor

growth. Hal ini terlihat dari fokus penerima program adalah pelaku usaha rajutan

kecil, bahkan termasuk kategori mikro, dimana pelaku usaha tersebut sangat

membutuhkan bantuan pinjaman modal dalam rangka melakukan kegiatan usaha

sebagai upaya keluar dari lingkaran kemiskinan. Adanya prasyarat dimana

penerima program harus peduli dengan lingkungannya, dalam arti harus mampu

mempekerjakan satu tenaga kerja dari masyarakat miskin di sekitarnya secara

konseptual merupakan salah satu bentuk pengentasan kemiskinan melalui pro-

poor growth.

Program pembentukan kelompok usaha ekonomi masyarakat sedikit

banyak memberikan dampak terhadap peningkatan ekonomi lokal, yaitu

peningkatan ekonomi kawasan sentra rajutan Binongjati. Sebagaimana diketahui

bahwa dampak dari peningkatan ekonomi lokal diantaranya adalah meningkatkan

produktivitas masyarakat serta meningkatkan lapangan kerja. Melihat kedua

dampak positif ini kiranya program pembentukan kelompok usaha ekonomi

masyarakat sudah dapat memenuhinya.

Adanya bantuan pinjaman modal dari program ini maka para pelaku usaha

kecil tersebut dapat meningkatkan produktivitas usahanya. Rata-rata modal yang

diperlukan untuk menghasilkan selusin produk adalah sebesar Rp 200.000.

Dengan rata-rata pinjaman modal sebesar Rp 2.000.000 maka para penerima

program dapat melakukan kegiatan usaha selama sepuluh hari produksi dengan

produksi selusin per hari atau dengan kata lain dapat menghasilkan sepuluh lusin

produk. Rata-rata produksi per hari sebelum mendapatkan bantuan modal adalah

tiga lusin per hari, setelah mendapatkan bantuan pinjaman modal jumlah produksi

dapat meningkat menjadi empat sampai lima lusin per hari. Responden Yuli, salah

seorang penerima program mengungkapkan :

Page 10: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

55

“Alhamdulillah Bu, pinjaman dari LPM bisa memperpanjang proses produksi rajut. Produksi juga bisa ditingkatkan, asalnya tiga lusin sehari, sekarang bisa nambah.”

Adanya bantuan dari PPUD ini juga memberikan dampak pada penciptaan

lapangan kerja. Dengan persyaratan awal sebelum menerima program dari kantor

BPM, dimana pengusaha harus mampu mempekerjakan masyarakat sekitarnya

minimal satu orang tenaga kerja. Kondisi ini terpenuhi pada sentra rajutan

Binongjati, dimana satu mesin saja mampu menciptakan lapangan kerja bagi dua

hingga tiga orang. Informan Agus, mengungkapkan :

“Dengan satu mesin saja, pengusaha dapat mempekerjakan dua hingga tiga orang pekerja. Maka prasyarat itu di Binongjati sudah terpenuhi, bahkan lebih dari batas minimal.”

Bunga pinjaman sebesar satu persen per bulan relatif masih rendah

sehingga tidak terlalu memberatkan penerima bantuan dalam pengembalian

pinjaman, terkecuali jika kondisi rajutan sedang sepi atau tidak ada order. Kondisi

ini membuat program secara keseluruhan berjalan lancar, dengan tingkat

pengembalian relatif cukup tinggi, diharapkan perguliran dana bantuan kepada

pengusaha kecil lainnya dapat terealisasi pada tahun mendatang.

5.2.3 Pengembangan Modal Sosial

Modal sosial merupakan sumberdaya yang dapat dipandang sebagai

investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru. Modal sosial diyakini sebagai

salah satu komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide,

kesalingpercayaan, dan kesalingmenguntungkan untuk mencapai kemajuan

bersama (Hasbullah, 2006). Bank Dunia (1999), diacu dalam Hasbullah (2006)

mendefinisikan modal sosial sebagai sesuatu yang merujuk ke dimensi

institusional, hubungan-hubungan yang tercipta, dan norma-norma yang

membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat. Colletta

dan Cullen (2000), diacu dalam Kolopaking dan Tonny (2007) mendefinisikan

modal sosial sebagai suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi

sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world-view), kepercayaan (trust),

pertukaran timbal-balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi

(informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan

informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi

Page 11: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

56 modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan

terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan.

Woolcock (1998) seperti dikutip Colleta dan Cullen (2000) dan

Kolapaking dan Tonny (2007) menyatakan bahwa modal sosial memiliki empat

dimensi. Pertama adalah integrasi, yaitu ikatan yang kuat antara anggota keluarga

dan keluarga dengan tetangga sekitarnya misalnya ikatan-ikatan kekerabatan,

etnik dan agama. Kedua adalah pertalian (linkadge) yaitu ikatan dengan

komunitas lain di luar komunitas asal, misalnya jejaring dan asosiasi-asosiasi

yang bersifat kewargaan yang menembus perbedaan kekerabatan, etnis dan

agama. Ketiga adalah integritas organisasional, yaitu keefektifan dan kemampuan

institusi negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian

hukum dan menegakkan peraturan. Keempat adalah sinergi, yaitu relasi antara

pemimpin dan institusi pemerintahan dengan komunitas. Fokus perhatian sinergi

ini adalah apakah negara memberikan ruang yang luas atau tidak bagi partisipasi

warganya.

Pengembangan masyarakat sebagai suatu gerakan yang dirancang dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan (taraf hidup) warga komunitas sudah

seyogyanya mampu mengembangkan modal sosial yang ada pada komunitas

tersebut. Hal ini dimaksudkan agar program yang dikembangkan dapat lebih

terjaga keberlanjutannya, mengingat besarnya peranan modal sosial dalam

memfungsikan kehidupan masyarakat.

Program pembentukan kelompok usaha ekonomi masyarakat (PPUD)

pada komunitas sentra rajutan Binongjati terlihat sudah memanfaatkan gerakan

sosial dan modal sosial yang ada di masyarakat. Hal ini terlihat adanya unsur trust

dari pemberi program terhadap penerima program. Pertama, adanya unsur

kepercayaan (trust) dari Pemerintah Kota Bandung (kantor BPM) terhadap LPM

Kelurahan Binong, bentuk kepercayaan diwujudkan dengan digulirkannya

bantuan modal bagi pengusaha rajutan di kawasan sentra rajutan Binongjati

melalui LPM. Asumsinya, LPM akan mampu menggetoktularkan setiap aspek

pemberdayaan yang telah diberikan oleh BPM. Kepercayaan BPM terhadap LPM

ini merupakan dasar dalam program pembentukan kelompok usaha ekonomi

masyarakat, dimana adanya kepercayaan bahwa LPM sebagai lembaga

Page 12: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

57 pemberdayaan masyarakat akan mampu memberdayakan masyarakat di

wilayahnya. Kedua, adanya trust dari LPM kepada penerima program (penerima

bantuan). Kepercayaan dari LPM terhadap penerima bantuan adalah percaya

bahwa penerima bantuan akan mampu meningkatkan pendapatannya dan mampu

mengembalikan pinjamannya. Hal ini menjadi dasar dari program pengguliran

bantuan pinjaman modal dari LPM kepada kelima pengusaha penerima bantuan.

Kepercayaan ini pula mengikat pola hubungan yang terjadi antara kantor BPM

Kota Bandung dengan LPM Kelurahan Binong, serta mengikat pola hubungan

antara LPM Kelurahan Binong dengan pengusaha penerima program.

Dimensi modal sosial intergrasi, dalam program pembentukan kelompok

usaha ekonomi masyarakat (PPUD) terlihat dari sasaran penerima program.

Penerima program adalah pengusaha mikro rajutan yang memiliki ikatan kuat

antar anggota keluarga dengan lingkungan sekitarnya, yang terdiri dari ikatan-

ikatan kekerabatan, etnis dan agama. Umumnya pelaku usaha rajutan di

Binongjati menekuni bidang tersebut karena usaha tersebut sudah sejak lama

dirintis oleh orang tua. Dalam pengelolaan usahanya pun dikelola sendiri dengan

dibantu oleh anggota keluarga dan maupun tenaga kerja dari luar. Ikatan

kekerabatan yang kuat antara pelaku usaha dengan tenaga kerjanya maupun

dengan lingkungan sekitar merupakan salah satu aspek yang cukup kuat dalam

meningkatkan kemampuan berusaha dan menjaga keberlanjutan usaha.

Dimensi pertalian (linkadge), ditunjukkan dengan adanya jejaring antara

pengusaha dengan komunitasnya maupun dengan komunitas luar. Adanya

bantuan pinjaman modal dari LPM, dengan sendirinya akan membentuk suatu

pertalian antara pengusaha dengan LPM, dalam hal penyediaan modal produksi.

Adanya bantuan modal ini pun mampu meningkatkan kapasitas produksi para

penerima program, tentu saja dalam melakukan kegiatan produksi ini ada jejaring-

jejaring yang dibentuk oleh pengusaha, seperti jejaring dengan pemasok bahan

baku, pedagang benang, agen pemasaran, koperasi, maupun komunitas lainnya

dalam rangka meningkatkan produktivitasnya.

Dimensi integritas organisasional, belum terlihat maksimal dalam

perguliran program ini. Dimensi ini menuntut adanya keefektifan dan kemampuan

institusi negara (pemerintah) untuk menjalankan fungsinya, termasuk

Page 13: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

58 menciptakan kepastian hukum dan menegakkan peraturan. Dalam program ini

seharusnya program digulirkan bagi kelompok usaha ekonomi masyarakat, namun

dalam aplikasinya program digulirkan bagi pelaku usaha secara individu, bukan

kelompok. Secara konsep program pemberdayaan masyarakat seperti yang telah

diutarakan oleh informan Cecep mencakup aspek peningkatan pengetahuan,

penguatan lembaga, dan bantuan modal. Namum dalam aplikasinya, LPM selaku

kepanjangan tangan dari kantor BPM dalam program ini hanya melaksanakan satu

aspek pemberdayaan saja, yaitu bantuan modal. Aspek peningkatan pengetahuan

tidak dijalankan, dengan tidak adanya pelatihan-pelatihan yang mendukung

peningkatan kapasitas pengetahuan dari pengusaha penerima program. Aspek

penguatan lembaga pun tidak dilakukan, dimana seharusnya dilakukan

pembentukan kelompok usaha dan kelompok ini lah yang dikuatkan lembaganya.

Dengan diberikannya bantuan modal bagi pengusaha secara individu, penguatan

lembaga relatif lebih sulit untuk dilakukan. Namun jika sasaran program adalah

LPM, maka kiranya aspek penguatan lembaga ini sudah tercapai.

Dimensi modal sosial selanjutnya adalah sinergi. Dimensi ini mengandung

makna seberapa besar pemerintah memberikan ruang bagi masyarakatnya untuk

berpartisipasi dalam program. Program ini memang diwujudkan dengan adanya

partisipasi dari masyarakat yang diwakili oleh kecamatan, kelurahan dan LPM,

namun dalam aplikasinya belum terlihat partisipasi aktif masyarakat mulai dari

perencanaan program. Program sudah ditentukan oleh Pemerintah Kota Bandung,

mulai dari jenis kegiatan, pelaksana, maupun anggarannya, sehingga tidak ada

keterlibatan masyarakat dalam perencanaan program, yaitu menentukan jenis

kegiatan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh mereka. Pada program ini terlihat

bahwa ruang yang diberikan oleh Pemerintah Kota Bandung bagi komunitas

pengusaha rajutan baru terbatas pada partisipasi dalam menerima dan

melaksanakan program.

Berdasarkan dimensi modal sosial di atas, maka program PPUD harus

lebih memperhatikan pada dimensi modal sosial secara menyeluruh. Program

seyogyanya memanfaatkan seluruh dimensi modal sosial yang ada di masyarakat

serta memanfaatkan gerakan sosial yang ada di masyarakat agar program dapat

terjaga keberkelanjutannya.

Page 14: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

59 5.3 Program Pelatihan Peningkatan Desain Industri Rajut 5.3.1 Deskripsi Program

Program pelatihaan peningkatan desain industri rajut dilaksanakan pada

triwulan II sampai dengan triwulan IV tahun 2007. Program ini dilaksanakan oleh

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat yang berkoordinasi

dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung (sekarang, sesuai

SOTK baru menjadi Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian

Perdagangan). Program ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan

penguasaan teknik produksi dan kemampuan desain IKM sentra rajut. Program ini

dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, khususnya bidang industri formal.

Program ini diawali dengan perencanaan yang melibatkan warga

komunitas sentra rajutan Binongjati. Pada saat perencanaan program, warga

komunitas ikut serta dalam rapat perencanaan di kantor Bappeda Kota Bandung.

Terkait pengembangan kawasan, warga komunitas diminta menjelaskan

permasalahan utama yang dihadapinya serta kebutuhan utama dari warga

komunitas. Aspek peningkatan usaha diantaranya adalah melalui adanya

penguasaan teknik produksi dan kemampuan desain. Hal ini dapat tercapai

melalui peningkatan penguasaan teknologi produksi yang digunakan dan desain

produk yang dihasilkan. Berdasarkan permasalahan dan kebutuhan ini maka pada

rapat perencanaan tersebut diusulkan adanya program pelatihan penguasaan

teknik produksi dan desain rajutan. Penguasaan teknik produksi dilakukan melalui

pelatihan diversifikasi produk bagi montir (tenaga ahli) dalam mengoperasikan

mesin rajutan dari satu posisi menjadi dua posisi. Program desain rajutan

dilakukan melalui pelatihan pemanfaatan majun (benang sisa) menjadi produk

rajutan melalui handmade bagi ibu-ibu PKK Kelurahan Binong.

Terkait dengan peningkatan keterampilan dan desain produk, program

pelatihan pembuatan handmade dari benang sisa dilakukan terhadap 30 orang

kader PKK di Kelurahan Binong. Heni mengatakan program ini dalam rangka

meningkatkan nilai jual dari produk rajutan yang dihasilkan.

“Dalam rangka diversifikasi produk dan peningkatan kualitas produk kami bekerjasama dengan Disperindag Provinsi melakukan pelatihan

Page 15: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

60

mengolah majun atau benang sisa menjadi produk kerajinan tangan, seperti assesoris yang nantinya dapat dijual ke pengusaha sebagai tambahan desain agar produk rajutnya lebih bervariasi dan bernilai jual tinggi.”

Setelah kurun waktu hampir satu tahun dari pelatihan, tidak banyak ibu-

ibu kader PKK tersebut yang melanjutkan kegiatannya. Hal ini disebabkan oleh

beberapa hal, seperti kurangnya permintaan dari produk kerajinan tangan yang

mereka hasilkan dari pihak pengusaha, dan kurangnya kesadaran dari mereka

bahwa program ini bisa meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga. Rianti,

selaku instruktur pelatihan tersebut dan salah seorang perempuan pengusaha

mengatakan bahwa dari 30 kader yang dilatihnya hanya tersisa empat orang saja

yang masih menekuni kegiatan ini.

“Sekarang tinggal empat orang yang masih membuat kerajinan dari majun, mereka masih rajin setor ke saya hasil handmadenya. Padahal kalo mau kan produk rajut yang pake handmade kualitasnya lebih bagus, harganya pun lebih tinggi. Produk kita jadi bernilai jual tinggi. Tapi ya belum semua sadar hal ini.”

Dilihat dari sisi tujuan, program ini bekaitan dengan peningkatan kualitas

produk dan peningkatan daya saing, suatu hal positif bagi peningkatan

kemampuan pengusaha sebagai strategi bertahan dalam era globalisasi. Namun

dari sisi tingkat pencapaian tujuan dan sasaran program dinilai rendah, karena

program pelatihan tidak disertai dengan sosialisasi bagi pengusaha lainnya tentang

kegiatan ini. Jika sosialisasi dilakukan dengan baik, kemungkinan tingkat

keberlanjutan program akan lebih tinggi karena ibu-ibu yang memproduksi

kerajinan tangan akan memiliki sumber bahan baku dan pasar bagi produknya.

Selain itu, sosialisasi tentang peningkatan kualitas produk melalui diversifikasi

produk dengan handmade kiranya perlu dilakukan terhadap pengusaha rajut

sendiri.

5.3.2 Pengembangan Ekonomi Lokal

Salah satu fokus pengembangan ekonomi lokal adalah peningkatan daya

saing. Daya saing merupakan salah satu isu penting dalam menghadapi era

globalisasi. Kemampuan suatu produk dan kawasan dalam mempertahankan

keberlanjutan usahanya sangat ditentukan oleh daya saing produk dan kawasan

tersebut.

Page 16: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

61

Pengembangan komunitas-komunitas menjadi suatu kawasan yang

sinergis dilakukan untuk meningkatkan daya saingnya. Oleh karena itu mengikuti

pandangan Porter (1990) dalam Kolopaking dan Tonny (2007), faktor-faktor

pemicu inovasi dan pertumbuhan suatu kawasan perlu diperhatikan, seperti

kondisi sumberdaya, kondisi produk yang diminta pasar, kondisi persaingan dan

kondisi penunjang. Dalam konteks mengembangkan daya saing (competitive

advantage) kawasan komunitas penting menyadari dua hal. Pertama, daya saing

berbeda dengan keunggulan komparatif (comparative advantage) sebuah kawasan

yang tidak sepenuhnya tergantung pada masing-masing kepastian lokasi dan

usaha-usaha internal. Kedua, ada dua tipe daya saing yang perlu dikenali, yaitu

daya saing statis dan daya saing dinamis.

Program pelatihaan peningkatan desain industri rajut merupakan salah satu

program Pemerintah Kota Bandung dalam rangka meningkatkan daya saing

produk rajutan dan daya saing kawasan sentra rajutan Binongjati. Daya saing

produk dapat terlaksana melalui produk yang memiliki kualitas bersaing dengan

produk lainnya. Dilihat dari sisi produk, produk rajutan Binongjati memang belum

sepenuhnya mampu menunjukkan daya saingnya jika dibandingkan dengan

produk impor. Hanya produk dari beberapa pengusaha saja yang memiliki daya

saing tinggi dengan produk impor. Adanya program pelatihaan peningkatan

desain industri rajut bagi ibu-ibu PKK di Kelurahan Binongjati dirasakan belum

memberikan dampak nyata bagi peningkatan produktivitas dan daya saing produk

dari sebagian besar pengusaha. Sebagian besar pengusaha masih mengandalkan

desain produk sesuai pesanan konsumen, tidak terlalu banyak inovasi yang

dilakukan. Salamah (42 tahun), seorang perempuan pengusaha memahami

perlunya peningkatan desain, namun menurutnya semua tergantung pasar.

”Memang sih perlu peningkatan desain, keterampilan biar usaha tambah maju, tapi ya tergantung pasar juga, kalau konsumen gak suka model kita ya repot”

Dengan demikian perlu adanya sinergitas antara pemberi program dan

penerima program agar program memberikan dampak nyata bagi pengembangan

ekonomi lokal. Di samping itu, juga perlu pembentukan jejaring kemitraan dalam

hal pemasasran produk. Kedepannya, dalam rangka meningkatkan daya saing

produk maupun daya saing kawasan, terutama dalam menghadapi produk-produk

Page 17: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

62 impor yang sudah mulai menjamur di Kota Bandung, program ini dapat

diupayakan pelaksanaannya di masa mendatang dengan penambahan sasaran

program, misalnya saja pengusaha perempun. Tentu saja, harus ada perencanaan

yang matang, adanya partisipasi aktif dari perempuan pengusaha, adanya

komitmen kuat dari Pemerintah Kota Bandung terkait pelaksanaan program.

Komitmen kuat, kiranya merupakan salah satu modal utama dalam keberhasilan

revitalisasi kawasan sentra industri dan perdagangan di Kota Bandung, khususnya

kawasan sentra rajutan Binongjati.

5.2.3 Pengembangan Modal Sosial

Secara konseptual program pelatihaan peningkatan desain industri rajut

mempunyai tujuan untuk meningkatkan kehidupan komunitas sentra rajutan

Binongjati melalui peningkatan daya saing produk dan daya saing kawasan.

Namun dalam aplikasinya program ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat secara umum karena terbatasnya peserta yang mengikuti program, dan

kurangnya sosialisasi program sehingga kurang terjaga keberanjutannya.

Program cenderung kurang berhasil karena kurangnya sosialisasi dari

pihak pemberi program, baik kepada penerima program itu sendiri maupun

kepada pengusaha yang lainnya. Setelah sosialisasi dilakukan, kiranya perlu

dibentuk adanya jejaring kemitraan di antara penerima program dengan

pengusaha di Binongjati. Kemitraan terbentuk dalam hal penyediaan bahan baku

majun (benang sisa) maupun pemasaran hasil produk kerajinan tangan.

Untuk pemberdayaan ke depannya, program ini bisa saja dilakukan

terhadap perempuan pengusaha dalam rangka meningkatkan daya saing

produknya. Pembuatan kerajinan tangan dari benang sisa ini bisa dilakukan oleh

pengusaha di sela-sela waktu luangnya mengawasi kegiatan produksi dan

mengurus rumah tangga. Berdasarkan temuan lapangan, beberapa perempuan

pengusaha menyatakan bahwa program Pemerintah Kota Bandung dalam rangka

pembinaan usaha kecil menengah terhadap mereka, yang dirasakan dampaknya

secara langsung oleh mereka adalah program pelatihan peningkatan keterampilan.

Seperti yang diutarakan oleh responden Rokayah (44 tahun),

Page 18: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

63

”Bantuan dari pemerintah teteh rasa belum menyentuh ke pengusaha ya, yang terasa itu pelatihan-pelatihan soalnya kan langsung buat pengusaha. Kalau bantuan modal atau mesin biasanya kan ke koperasi, nah itu cuma beberapa orang saja yang menikmati.”

Melihat kondisi seperti ini maka kiranya program pengembangan

masyarakat yang digulirkan pemerintah dalam rangka peningkatan taraf hidup

masyarakat ke depannya perlu memperhatikan :

1 Adanya partisipasi masyarakat mulai dari perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program.

2 Program yang digulirkan bagi komunitas merupakan kebutuhan dari

komunitas sesuai dengan permasalahan yang dihadapi komunitas.

3 Peningkatan perekonomian kawasan melalui peningkatan daya saing produk

dan daya saing kawasan, dilakukan dengan memperhatikan potensi dan

kendala yang dihadapi kawasan.

4 Pemerintah mempunyai komitmen dalam melakukan pengembangan

masyarakat.

Tingkat pencapaian keberhasilan program pengembangan masyarakat akan

tercapai apabila program yang dikembangkan memiliki azas pengembangan

masyarakat, yaitu kemandirian, kejujuran, kesetaraan, dan keberlanjutan. Program

pengembangan masyarakat akan berhasil dan berlanjut apabila ada partisipasi

aktif dari masyarakat serta ada komitmen yang kuat dari pemerintah terhadap

program. Tanpa adanya partisipasi aktif warga komunitas dan komitmen dari

pemerintah terhadap program maka program pengembangan masyarakat tidak

akan terjaga keberlanjutannya.

5.4 Keterkaitan Program dengan Isu Gender

Program PPUD belum memperhatikan isu-isu gender yang ada di

komunitas, sedangkan program pelatihan desain industri rajut sudah

memperhatikan isu-isu gender. Isu gender yang mulai diperhatikan pada program

pelatihan desain rajut adalah dengan mengkhususkan pelatihan bagi perempuan.

Adanya keterbatasan akses apabila pelatihan tidak dikhususkan bagi perempuan

(undangan tidak tegas mengkhususkan bagi perempuan) telah dijawab oleh

Page 19: BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT · kegiatan adalah KPMD. 48 b. Fasiltasi pengusaha UKM dalam rangka promosi potensi investasi ... karakteristik produk dan BPM selaku

64 program ini dengan mengkhususkan pelatihan bagi perempuan. Dengan demikian

program pelatihan desain rajut sudah responsif gender.

Kedua program yang digulirkan belum mampu memenuhi kebutuhan

strategis gender. Program hanya mampu memenuhi kebutuhan praktis gender. Hal

ini terlihat dari program yang melibatkan perempuan hanya sebagai penerima

manfaat dan peserta program. Program telah mampu memperbaiki kondisi usaha

perempuan dengan adanya bantuan modal (PPUD) dan meningkatkan

keterampilan perempuan (pelatihan desain), namun belum merubah peranan dan

hubungan sosial budaya yang ada.