22
BAB V HASIL PENGAMATAN 5.1 Optimasi 5.1.1 Optimas Kondisi Hasil optimasi kondisi kromatografi gas untuk menghasilkan pemisahan yang optimum antara puncak etanol, isopropanol dan diklorometana dapat dilihat pada tabel 5.1 dan kromatografi pada gambar 5.1. Dari hasil kromatogram, diperoleh t R metanol = 3,045, t R etanol = 3,232 menit, t R isopropanol = 3,421 menit dan t R diklorometana = 3,534 menit. Sedangkan harga derajar keterpisahan (α) = 0,95642 dan resolusi (Rs) = 4,1746. Hasil optimasi kondisi kromatografi gas optimum dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 Kondisi kromatografi gas optimum untuk pemisahan puncak etanol dan isopropanol N0 Kondisi Keterangan 1. 2. 3. 4. Jenis Software Detektor Kolom Agilent 6890 series GC system HP Chem Station Flame Ionization Detector (FID), suhu 250 0 C HP-5 (5% Phenyl 95% Methyl SiloxaneI) Panjang = 30,0 m, diameter = 0,32mm, tebal film = 0,25 μm

BAB v Hasil Pengamatan Aisyah 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

GC_FID

Citation preview

BAB V

BAB V

HASIL PENGAMATAN

5.1 Optimasi

5.1.1 Optimas Kondisi

Hasil optimasi kondisi kromatografi gas untuk menghasilkan pemisahan yang optimum antara puncak etanol, isopropanol dan diklorometana dapat dilihat pada tabel 5.1 dan kromatografi pada gambar 5.1. Dari hasil kromatogram, diperoleh tR metanol = 3,045, tR etanol = 3,232 menit, tR isopropanol = 3,421 menit dan tR diklorometana = 3,534 menit. Sedangkan harga derajar keterpisahan () = 0,95642 dan resolusi (Rs) = 4,1746. Hasil optimasi kondisi kromatografi gas optimum dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Kondisi kromatografi gas optimum untuk pemisahan puncak etanol dan isopropanol

N0

Kondisi

Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Jenis

Software

Detektor

Kolom

Carrier gas

Suhu inlet

Suhu oven

Split ratio

Vol. injeksi

Agilent 6890 series GC system

HP Chem Station

Flame Ionization Detector (FID), suhu 2500C

HP-5 (5% Phenyl 95% Methyl SiloxaneI)

Panjang = 30,0 m, diameter = 0,32mm, tebal film = 0,25 m

Helium dengan kecepatan 1,0 ml/menit

2500C

400C selama 5 menit, dinaikkan 50C/menit sampai 2000C

1:50

1,0 l

Waktu tambat (menit)

Gambar 5.1 Profil kromatogram campuran metanol, etanol, isopropanol dan diklorometana pada kondisi optimum volume 1,0 l dengan alat kromatografi gas Agilent 6890, detektor FID suhu 2500C, suhu inlet 2500C, oven 400C (5)50C/menit 2000C, split 50:1

5.1.2 Pemilihan pelarut terpilih

Optimasi pelarut terpilih dilakukan dengan cara membandingkan pelarut etil asetat dengan diklorometana. Hasil pemilihan pelarut terpilih dapat dilihat pada gambar 5.2 dan gamba 5.3

Waktu tambat (menit)

Gambar 5.3 Profil kromatogram diklorometana p.a volume 1,0 l dengan alat kromatografi gas Agilent 6890, detektor FID suhu 2500C, suhu inlet 2500C, oven 400C (5)50C/menit 2000C, split 50:1

Dari kromatogram dilihat bahwa waktu tambat (tR) diklorometana adalah 3,483

Hasil pengamatan kromatogram dengan dua macam pelarut yang dicoba beserta karakteristik hasilya dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Hasil optimasi pelarut terpilih dengan dua macam pelarut beserta karakteristik hasilnya yang diperoleh pada gambar 5.4 dan 5.5

Pelarut

tR

(menit)

Karakteristik hasil

Etil asetat

- Pengotor relatif banyak

- Tidak memberikan puncak yang berhimpitan denan puncak etanol dan isopropanol

-Mengandung residu (impurites) etanol pada tR = 3,191

Diklorometana

3,483

-Tidak memiliki pengotor

-Tidak memberikan puncak yang berhimpitan denan puncak etanol dan isopropanol

-Tidak mengandung residu (impurites)

Dari karakteristik dan hasil eksraksi etanol dari fase air dengan pelarut yang dicoba,maka pelarut terpilih yang digunakan untuk ekstraksi adalah diklorometana.

5.1.3 Optimas Pengulangan Ekstraksi

Optimasi pengulangan ekstraksi dilakukan untuk mengetahui berapa kali ekstraksi sampel dengan menggunakan diklorometana, mampu menarik alkohol dari fase air secara optimal. Hasil pembacaan area etanol dari berbagai pengulangan ekstraksi dapat dilihat tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3 Perbandingan area etanol dan isopropanol (Ae/Aist) dalam sampel yang di adisi 0,2% dari berbagai pengulangan ekstraksi volume 1,0 l dengan alat kromatografi gas Agilent 6890, detektor FID suhu 2500C, suhu inlet 2500C, oven 400C (5)50C/menit 2000C, split 50:1

No.

Pengulangan ekstraksi

Replikasi

Ae/Aist

Rata-rata Ae/Aist

1.

1 kali

1

8,8877.10-1

8,9036.10-1

2

8,8659.10-1

3

8,9572.10-1

2.

2 kali

1

8,4169.10-1

8,5050.10-1

2

8,5459.10-1

3

8,5522.10-1

3.

3 kali

1

7,8613.10-1

7,8587.10-1

2

7,8669.10-1

3

7,8479.10-1

4.

4 kali

1

8,8928.10-1

8,9671.10-1

2

9,0262.10-1

3

8,9823.10-1

5.

5 kali

1

9,8422.10-1

9,8559.10-1

2

9,8360.10-1

3

9,8895.10-1

Dari hasil optimasi pengulangan ekstraksi, maka dipilih pengulangan ekstraksi sebanyak lima kali karena memiliki perbandingan area etanol terhadap isopropanol paling besar.

5.2 Validasi Metode

5.2.1 Uji Selektivitas

Uji selektivitas bertujuan untuk menentukan keterpisahan antara dua puncak analit yang akan dibandingkan yaitu metanol-etanol, metanol-isopropanol, metanol-diklorometana, etanol-isopropanol, etanol-diklorometana dan isopropanol-diklorometana. Uji ini dilakukan dengan cara mencampur metanol, etanol, isopropanol dan diklorometana dengan perbandingan sama (masing-masing sebesar 200 l) dalam vial. Kromatogram uji selektivitas dapat dilihat pada gambar 5.4. Hasil uji selektivitas dapat dilihat pada tabel 5.4

Waktu tambat (menit)

Gambar 5.4 Kromatogram hasil uji selektivitas metanol-etanol, metanol-isopropanol, metanol-diklorometana, etanol-isopropanol, etanol-diklorometana dan isopropanol-diklorometana, volume 1,0 l dengan alat kromatografi gas Agilent 6890, detektor FID suhu 2500C, suhu inlet 2500C, oven 400C (5)50C/menit 2000C, split 50:1

Tabel 5.4 Hasil uji selektivitas metanol-etanol, metanol-isopropanol, metanol-diklorometana, etanol-isopropanol, etanol-diklorometana dan isopropanol-diklorometana berdasarkan gambar 5.10.

No

Zat

tR (menit)

Lebar dasar puncak 0,5 (W)

1

Metanol

3,045

0,0454

2

Etanol

3,232

0,0562

3

Isopropanol

3,421

0,0675

4

Diklorometana

3,534

0,0396

Rs metanol-etanol= 3,6811

Rs metanol-isopropanol= 6,6607

Rs metanol-diklorometana= 11,5059

Rs etanol-isopropanol= 3,0558

Rs etanol-diklorometana= 6,3048

Rs isopropanol-diklorometana= 2,1102

Hasil uji selektivitas semua komponen menunjukkan bahwa harga resolusi (Rs > 1,5) sehingga memenuhi persyaratan resolusi.

5.2.2 Uji Linearitas

Uji linearitas dengan menyuntikkan etanol 0.005988%, 0.003992%, 0.001996%, 0.0005988%, 0.0003992%, 0.0001996%, 0.0000998% dengan isopropanol 0,2%. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 5.6

Tabel 5.5 Penentuan linearitas penetapan kadar etanol dalam minuman nabidz dengan kromatografi gas.

No

Kadar Etanol

(%v/v)

Rasio area

Etanol-isopropanol

(Ae/Aist)

1

0.0000998

3.80346E-05

2

0.0001996

0.0005035

3

0.0003992

0.0008942

4

0.0005988

0.0016137

5

0.001996

0.0069734

6

0.003992

0.0165102

7

0.005988

0.0264433

Dari data diatas dapat diperoleh persamaan regresi:

y = 4,4633 x - 0,0009

r = 0,9983 (r hitung) sedangkan r tabel ( = 1 %, n = 6) = 0,834

Vx0= 7,7450%

Karena r hitung > r tabel, maka terdapat hubungan linier antara konsentrasi etanol dan luas area. Kurva baku yang diperoleh dari penentuan linearitas dapat dilihat pada gamabr 5.5. Sumbu x mewakili kadar etanol (%v/v) dan sumbu y mewakili rasio area etanol dan isopropanol (Ae/Aist).

Gambar 5.5 Kurva baku regresi linearitas hubungan antara rasio area etanol dan area isopropanol terhadap kadar etanol.

5.2.3 Uji Akurasi

Uji akurasi dilakukan dengan cara menambahkan etanol standar pada sampel dan diproses dengan cara yang sama seperti metode preparasi sampel. Data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Penentuan akurasi untuk penetapan kadar etanol dalam sampel minuman Nabidz dengan metode kromatografi gas.

C standar

(Ca)

Area Standar

Rep

Area sampel

C sampel

(Cf)

C blanko

(Cuf)

% recovery

Rata-rata % recovery

0,001996

6,606714.10-3

1

7,846422.10-3

2,37054.10-3

4,98084.10-4

93,8103

95,3778

2

8,321149.10-3

2,51396.10-3

4,80516.10-4

101,876

3

7,746101.10-3

2,34023.10-3

5,34899.10-4

90,4473

0,003992

1,638746.10-2

1

1,461693.10-2

3,56069.10-3

4,01612.10-4

79,1354

77,6322

2

1,395853.10-2

3,40031.10-3

3,87446.10-4

75,4725

3

1,460002.10-2

3,55658.10-3

4,31296.10-4

78,2887

0,1996

9,099684.10-1

1

8,958087.10-1

1,96494.10-1

3,20619.10-3

96,8376

98,4221

2

9,142874.10-1

2,00547.10-1

3,06178.10-3

98,9407

3

9,199103.10-1

2,01781.10-1

3,20249.10-3

99,4881

% Recovery rata-rata = 90,4774%

KV = 3,3499%

Nilai recovery yang diperoleh memenuhi persyaratan validasi yaitu 80-120% (Hartman,1994).

5.2.4 Uji Presisi

5.3.4.1 Presisi Alat

Uji presisi alat dilakukan dengan cara dibuat satu larutan baku etanol 0,1996% yang sudah ditambahkan standar internal isopropanol 0,2% kemudian disuntikkan ke dalam kromatografi gas sebanyak 10 kali. Hasil uji presisi alat dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Penentuan presisi alat untuk penetapan kadar alkohol dalam minuman nabidz dengan metode kromatografi gas

Replikasi

Aetanol/Aisopropanol

(X)

1

0.79844

2

0.79565

3

0.79235

4

0.79076

5

0.79217

6

0.79089

7

0.77734

8

0.78829

9

0.79142

10

0.78612

X

= 0,790347

SD = 5,7143 x 10-3

KV = 0,7230 %

Uji presisi untuk alat kromatografi gas Agilent seri 6890 menunjukkan nilai KV = 0,72298 % dan memenuhi persyaratan validasi (KV