Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB V PENDAMPINGAN PASTORAL MITONI
Mitoni tidak hanya berfungsi sebagai upacara ritual, sosial dan pelestarian budaya lokal
saja. Lebih lanjut, mitoni memiliki fungsi sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat
Jawa. Hal ini dikarenakan makna yang terdapat pada setiap tahapan mitoni memiliki fungsi yang
sejalan dengan fungsi pendampingan. Bagian ini akan menganalisis makna mitoni dan
keterkaitannya dengan fungsi pendampingan.
1. Desain Pendekatan Pendampingan Mitoni.
Sesuai dengan landasan filosofis dan nilai spiritual yang telah dibahas dibagian
sebelumnya, bagian ini menyajikan desain pendampingan mitoni.
Bagan 1: Desain Pendekatan Pendampingan Mitoni
Sumber: Dikembangkan oleh penulis.
Berikut penjelasan langkah pendampingan pastoral mitoni orang Jawa yang meliputi
teknik pendekatan ritus Siraman, Busanan, Brojolan dan Kenduri.
1). Teknik Pendekatan Siraman.
Kegiatan pendampingan bertujuan untuk menolong orang lain yang mengalami berbagai
krisis. Krisis yang dialami sebelumnya telah mencabik hidupnya. Orang tersebut perlu
didamping agar mengalami kehidupan yang utuh.1Ibu hamil merasa cemas kalau anak yang
dilahirkan mengalami ‘kemalangan’ atau sukertasehingga dilahirkan cacat. Ia merasa lebih
1Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 9.
DESAIN PENDEKATAN PENDAMPINGAN MITONI
RITUAL MITONI
Dasar Filosofis
Selamatan
Nilai spiritual
Ngruwat Sukerta,
Ngrumat bumi.
Cecawis, Pitulungan,
Sembada.
Panampi.
Wilujeng, Pitutur, Rukun,
Teknik
pendekatan
Siraman
Busanan
Brojolan
Kenduri
Krisis daur hidup
Sukerta
Ketidaksiapan mental
Kekuatiran
Keterasingan
Tujuan dan Sasaran
Karuwat
Kesiapan mental
Kelegaan
Harmoni sosial
Dasar Teoritis
Pitulungan
tenang melalui slametan mitoni. Ia meyakini melalui slametan mitoni dapat terbebas dari
‘kemalangan’ atau sukerta.2 Pada saat mitoni calon ibu dimandikan sebanyak tujuh kali
menggunakan air dari tujuh sumber dicampur dengan bunga yang disebut kembang setaman.
Ritual ini disebut siraman. Makna ritual siramanialah ibu hamil karuwat saking sukerta atau
‘menjadi bersih dari segala kekotoran jiwa.’3
Tujuan siraman adalah membersihkan diri dari segala pengaruh dan pikiran buruk.
Rahmat Tuhan datang pada diri ibu hamil dan bayi yang masih dikandungannya. Siraman
menggunakan air kembang tujuh rupa dan duduk diatas tujuh macam alas. Ibu kandung adalah
orang yang pertama sekali melakukan siraman dilanjutkan oleh ibu-ibu yang diharapkan
merestui dan yang terakhir adalah ibu mertua. Setelah tujuh orang ibu selesai “menyirami”
ditutup dengan acara mecah kendhi dilakukan oleh ibu mertua di dekat tempat siraman.4
Ditinjau dari sisi pendekatan pendampingan, tahapan siraman berfungsi untuk
membimbing ibu hamil agar siap secara batin untuk menghadapi persalinan. Bimbingan
diberikan secara non verbal melalui tindakan simbolis siraman. Kesiapan batin ibu hamil akan
berdampak baik, sehingga pikiran menjadi tenang, hati menjadi damai dan tidak merasa
terbeban. Ibu hamil mencapai pertumbuhan spiritual yang utuh melalui siraman. Hal ini
berdampak pada bayi yang juga akan bertumbuh dengan baik.
Teknik pendekatan siraman merupakan fungsi bimbingan yang dilakukan secara non
verbal. Sesungguhnya Tuhan yang menghindarkan ibu hamil dan suaminya dari segala
kemalangan atau sukerta. Pertolongan yang didapat ibu hamil sesungguhnya bukan dari air tuk
2 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 21 September 2018. 3 Wawancara dengan warga desa Tuntang , 16 September 2017. 4 Hermanto Bratasiswara, 2000, 800.
pitu atau air tujuh sumber, tetapi dari Tuhan. Oleh sebab itu, ia tidak perlu merasa takut
persalinannya tidak lancar.
Lirik lagu Kidung Pasamuwan Jawi menyebutkan, “Gusti ingkang Mahatresna, mugi
ngruwat kawula.”5Artinya,‘Tuhan Yang Maha Kasih, kiranya meruwat atau menyucikan dari
kemalangan atau sukerta.’ Bahkan dalam lirik Kidung Pasamuwan Lami disebutkanAllah yang
melakukanruwatan atau penyucian atas dosa manusia. Berikut kutipan liriknya:
“Dhuh Allah kawula, Mugi Tuwan aksama. Sagung duraka kawula, Mugi Tuwan
ruwata,badan amba kang reged, Tuwan dusi kang nemen.”6
Artinya: ‘Ya Allah-ku, semoga Engkau mengampuni seluruh kejahatan ku. Semoga
Engkau sucikan seluruh tubuh yang kotor, Tuhan berkenan memandikan.’
Dengan demikian melalui teknik pendekatan siraman membimbing orang Jawa menyadari
hanya Tuhan Yang Maha Kuasa, yang dapat melakukan ruwatan. Benda-benda yang dipakai saat
siraman seperti air, bunga dan sesaji lainnya tidak dapat membersihkan manusia dari kekotoran
jiwa atau sukerta. Benda-benda itu merupakan simbol agar manusia tertuju kepada Tuhan. Tujuh
sumber air, tujuh orang yang memandikan, merupakan lambang pitulungan atau pertolongan
Tuhan. Pertolongan Tuhan yang menyucikan ibu hamil, suamidan bayi agar dihindarkan dari
kemalangan. Dalam pengertian demikian, makna mistis yang terdapat pada ritual siraman
menjadi hilang. Ritual siraman sejalan dengan fungsi pendampingan yaitu membimbing. Ibu
hamil dan keluarganyadibimbing agar tidak merasa cemas, akan tetapi senantiasa berharap dan
percaya kepada pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa.Nilai-nilai spiritual pada tahapan siraman
yaitu:ngruwat sukerta dan ngrumat bumi,bertujuan untuk menyucikan ibu hamil dari sukerta. Ibu
hamil disucikan atau karuwatmelalui siraman.
5BMGJ, Kidung Pasamuwan Jawi, ed. oleh Tim KPJ BMGJ (Yogjakarta: Kanisius, 2014), 49. 6TPK, Kidung (Yogjakarta: Taman Pustaka Kristen, 1952), 15.
2. Teknik Pendekatan Busanan.
Ibu hamil berganti pakaian sebanyak tujuh kali, mengenakan tujuh lembar kain dan tujuh
kemben yang berbeda-beda secara bergantian. Dukun tingkeb meminta pendapat kepada tamu
setiap kali ibu hamil mengenakan kain dan kemben. Apakah dandanannya sudah pantas atau
belum. Para tamu menjawab:‘durung patut atau belum pantas.’Setelah ibu hamil mengenakan
kain kemben yang ketujuh, para tamu menjawab:’wis patut, wis patut yaiku panganggo sing
sakbenere,’ (sudah pantas, inilah pakaian yang sebenarnya).7Ritualbusananmemiliki makna ibu
hamil belum siap secara mental dalam menghadapi persalinan yang rumit.Melalui teknik ini,
kondisi psikologis orang tua dipersiapkan supaya betanggung jawab atau sembada. Dengan
demikian, oleh pertolongan Tuhan, ibu hamil menjadi siap dan pantas menjadi seorang ibu.8
Sembada artinya memiliki karakter mulia dan dapat bertanggung jawab, sebagaimana
makna yang terdapat pada tujuh motif kain yang dipakai. Abdullah menjelaskan bahwa tujuh
motif kain dalam tahap busanan merupakan simbol harapan anak yang dilahirkan dapat menjadi
orang yang memiliki karakter mulia, benar, dan mewarisi semua kebaikan orang tua. Lebih
lanjut, anak diharapkan memiliki sifat baik, mampu menjunjung tinggi citra dan martabat orang
tua. Secara sosial, anak diharapkan dikasihi banyak orang dan menyenangkan bagi orang
disekitarnya. Anak diharapkan dapat bekerja sama dan bersosialisasi secara baik dengan orang
lain.Secara spiritual, anak diharapkan hidupnya selalu takut akan Tuhan Yang Mahakuasa. 9
Masyarakat desa Tuntang, khususnya generasi muda tidak memahami makna yang ada pada
motif jarik tersebut. Meskipun demikian, generasi tua masih memahami makna jarik yang
digunakan walaupun secara tidak lengkap.
7 Hermanto Bratasiswara, 2000, 801. 8 Wawancara dengan warga desa Tuntang , 15 Oktober 2018. 9Abdullah, 355.
Teknik pendampingan busanan bertujuan untuk menolong ibu hamil dan keluarganya
agar memiliki kesiapan mental dalam menghadapi persalinannya. Teknik ini sejalan dengan
salah satu fungsi pendampingan yaitu mengasuh. Fungsi mengasuh menekankan pada upaya
menolong seseorang agar dapat mengembangkan potensi dirinya.Perkembangan yang dialami
seseorang meliputi aspek emosional, cara berpikir, motivasi, kemauan, tingkah laku dan
kehidupan rohani. Seseorang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi
hingga dewasa. Pengasuhan diperlukan supaya terjadi pertumbuhan.10Ibu hamil juga diharapkan
memiliki perkembangan yang utuh baik sisi sosial, spiritual dan kepribadian, sebagaimana
disimbolkan dalam tujuh motif kain.
Ibu hamil dalam menghadapi persalinan pertama merasa tidak siap secara emosi,
pemikiran, motivasi, tingkah laku dan kehidupan rohani. Oleh sebab itu ia belum patut untuk
menjadi seorang ibu dikarenakan mentalnya belum siap. Teknik pendekatan ganti busana
menolong ibu hamil untuk menghadapi proses dengan kesiapan mental. Pemimpin mitoni
menjelaskan kepada ibu hamil dan keluarganya makna simbolis motif kain yang dipakai.
Penjelasan tersebut semakin membuat ibu hamil lebih siap secara mental.Jadi, teknik
pendampingan busanan bertujuan mempersiapkan mental ibu hamil supaya bersiap diri menjadi
seorang ibu yang sembada. Pada awalnya memang tidak patut, akan tetapi setelah melalui
pendampingan dari orang lain kemudian menjadi patut. Itulah sebabnya mengapa tamu undangan
dilibatkan dalam tahapan ini. Ibu hamil dan suaminya didampingi supaya mengalami
keseimbangan pribadi secara total dan menemukan makna hidup. Hal ini senada dengan Engel,
10 Aart Van Beek, 2012, 13-17.
bahwa tujuan pendampingan adalah diperolehnya nilai spiritual untuk mengatasi masalah
kehidupannya dalam menemukan makna hidup.11
Sikap bertanggungjawab merupakan hal yang positif sehingga membuat keluarga
termotivasi untuk berjuang sehingga mengalami keadaan yang serba kecukupan. Sikap
inimampu menyelesaikan tugas dan pekerjaannya dengan baik, dapat dipercayadan memiliki
mental yangkuat.Seperti dijelaskan oleh Syuropati, kata sembada secara harfiah memiliki makna
serba cukup, lengkap, dan kuat. Orang yang sembada bertindak sesuai dengan kemampuan,
perkataan, serba cukup, sesuai dengan kenyataan dan selalu mengambil keputusan dengan tidak
merepotkan orang lain. Bertanggung jawab dan mampu mencukupi apa yang dibutuhkan.12
Kesiapan mental ibu hamil menyebabkan ia merasa tenteram. Menurut Ki Ageng
Suryomentaram rasa damai dan tenteram itu bisa tercapai bila seseorang menerima segala
sesuatu dengan rasa enak, tidak gelisah dan tidak terlalu ambisius. Segala sesuatu dipenuhi
sesuai dengan kebutuhan bukan berdasar keinginan. Apa yang dilakukan seseorang memang
menjadi keperluannya, bukan dicari-cari. Barang yang dibutuhkan dan dilakukan tidak lebih dan
tidak kurang, jadi dapat pas atau cocok menurut jumlah dan kualitas yang diperlukan.
Semestinya, yakni menurut aturan yang ditetapkan, jadi tidak melanggar aturan yang berlaku.
Sebenarnya, segala tindakan itu dilakukan secara benar, tidak salah. Dengan demikian orang
dapat merasakan hidup yang sebenarnya yaitu baik suka ataupun duka.13 Suka dan duka
kehidupan yang datang silih berganti didalam mendidik anak, digambarkan dalam tujuh motif
11 J.D. Engel, Model Logo Konseling untuk Memperbaiki Low Spiritual Self-Esteem (Yogyakarta:Kanisius,
2014), 83-85. 12Mohammad A, 2015, 218. 13 Ki Fudyartanto, Psikologi Kepribadian Timur (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2003), 122-123.
kain yang digunakan ibu hamil. Setiap motif memiliki makna tersendiri. Motif terakhir yang
dipandang patut atau pantas yaitu motif sidomukti, yang berarti menjadi mulia.
Teknik pendampingan pastoral tahap ganti busana menggunakan simbol tujuh macam
kain dengan tujuh corak yang berbeda.Teknik ini melibatkan peran kolektif dari pemimpin
mitoni dan undangan yang hadir. Sebagaimana dijelaskan Bratasiswara dalam tahap ini ibu hamil
berganti pakaian sebanyak tujuh kali, mengenakan tujuh lembar kain dan tujuh kemben yang
berbeda-beda secara bergantian.14 Pakaian yang sebenarnya menggambarkan sikap yang benar,
yaitu sikap yang sembada. Hal ini berbeda dengan teknik pendampingan pastoral Barat yang
bersifat individual.
3). Teknik PendekatanBrojolan
Teknik pendekatan brojolan berfungsi untuk menopang ibu hamil dan keluarganya yang
sedang mengalami kekuatiran persalinannya gagal. Sebagaimana ditunjukkan dalam hasil
wawancara, ibu hamil dan suami mengalami kekuatiran persalinannya tidak lancar. Setelah
diadakan ritual, orang tua merasa lega.15Teknik pendekatan brojolanditujukan untuk ibu hamil.
Ia menantikan dan berharap agar persalinannya lancar. Teknik pendampingan ini memberikan
penopangan, sehinggaibu hamil merasa lega.
Beban psikologisnya telah lepas dalam bahasa Jawa disebut brojol.Teknik pendekatan
ritus brojolan bertujuan untuk menopang psikologis ibu hamil supaya lebih tenang dan lebih
siap.Fungsi penopangan dilakukan secara non verbal, yaitu melalui tindakan simbolis. Simbol
yag digunakan ialah cengkir gading atau kelapa muda yang digambari tokoh wayang Kamajaya
14Hermanto Bratasiswara, Bauwarna Adat Tata Cara Jawa Buku 2 N-Z (Jakarta: Yayasan Suryasumirat,
2000), 800. 15 Wawancara dengan warga Tuntang, 28 Februari 2018.
dan Kamaratih. Tokoh tersebut melambangkan kesetiaan dan cinta kasih suami istri.Tindakan
simbol tersebut membuat ibu hamil merasa lega. Sebagaimana penjelasan ketika wawancara,
kedua tokoh wayang tersebut melambangkan kesetiaan cinta suami istri. Simbol wayang ini
digunakan untuk mengingatkan agar suami istri semakin saling mengasihi seperti Kamajaya dan
Kamaratih.16
Tahapan ritus brojolan memiliki makna panampi atau menerima. Orang Jawa terkenal
memiliki toleransi ataupun penerimaan yang baik terhadap perbedaan. Orang tua bersedia
menerima kehadiran anak laki-laki ataupun perempuan. Orang tua belajar menyiapkan hati
sehingga dengan lapang untuk melepaskan segala ambisi untuk menentukan kehendaknya
sendiri. Hal ini sesuai dengan ungkapan Jawa manah jembar kados samudra, yaitu hati yang
lapang seluas samudera, sehingga dapat menampung berbagai macam hal. Penerimaan diri
sangat penting dan mendapat perhatian. Seseorang yang dapat menerima diri sendiri apa adanya
akan dapat memulai hidup baru dengan kemungkinan-kemungkinan baru. Bahkan dengan
mengembangkan penerimaan diri dapat mencapai tujuan dan menjalani kehidupan, lebih kaya
dan lebih berharga.17Penerimaan orang tua kepada anaknya sejak dalam kandungan berdampak
baik, sehingga dimasa depan anak tersebut akan memiliki hidup yang bahagia.
4). Teknik PendekatanKenduri
Perlengkapan utama yang digunakan saat kenduri ialah tumpeng atau bucu. Tumpeng
terbuat dari nasi yang dibentuk mengerucut ke atas. Jumlah tumpeng sebanyak tujuh buah,
dilengkapi dengan sega gudangan, yaitu sayur-sayuran disertai dengan lauk-pauk, ikan teri dan
sambal. Tumpeng tujuh melambangkan usia kehamilan yang sudah menginjak tujuh bulan.
16 Wawancara dengan warga desa Tuntang , 28 Februari 2018. 17 J.D. Engel, Model Logo Konseling untuk Memperbaiki Low Spiritual Self-Esteem (Yogyakarta:Kanisius,
2014), 58.
Tumpeng bentuknya mengerucut ke atas melambangkan permohonan dan harapan yang tertuju
kepada Tuhan Sang Pencipta. Isi permohonannya ialah agar orang tua, anak dan tetangga diberi
keselamatan. Keselamatan dalam bahasa Jawa disebut kawilujengan. Suami dan istri berharap
agar semua proses persalinan dapat selamat.18Ritual kenduri juga memiliki makna bahwa orang
Jawa menghargai persaudaraan atau kekerabatan.19 Kenduri sebagai wujud syukur kepada
Tuhan, sedangkan dalam masyarakat Jawa yang beragama Kristen kenduri ini disebut dengan
istilah bidston.20 Secara sosial, melalui kenduri mitoni kerukunan ditengah masyarakat dapat
terbangun.21
Teknik pendekatan kenduri sejalan dengan fungsi mendamaikan atau memperbaiki
hubungan. Fungsi ini menekankan pada kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial. Manusia
memiliki kebutuhan akan rasa aman dan hubungan yang baik dengan sesama baik dengan suami-
istri, anak-anak, menantu-mertua maupun dengan orang banyak, seperti kelompok sebaya dan
masyarakat.22 Fungsi ini membantu konseli memperbaiki kembali hubungan yang rusak antara
dirinya dengan orang lain.23
Kenduri mitoni merupakan upacara makan bersama yang lebih menekankan pada
hubungan sosial masyarakat desa Tuntang. Hal ini sesuai dengan cita-cita hidup orang Jawa yaitu
hidup rukun. Nasihat atau pitutur supaya hidup rukun disampaikan secara non verbal, yaitu
melalui tindakan simbolis. Tindakan simbolis yang ada dalam ritual kenduri bertujuan
membangun kehidupan sosial yang damai di tengah lingkungan masyarakat. Nasihat supaya
rukun diwujudkan dalam tindakan simbolis menyajikan hidangan ikan teri. Menurut Achmad,
18 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 8 Oktober 2018. 19 Wawancara dengan warga desa Tuntang,18 Juli 2018. 20 Wawancara dengan warga desaTuntang, 13 November 2019. 21 Wawancara dengan warga desaTuntang, 13 November 2019. 22 Aart Van Beek, 2012, 13-17. 23Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling., 2016, 8.
ikan teri yang disajikan dalam kenduri melambangkan kehidupan ideal manusia yang semestinya
selalu rukun dan tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Sama seperti prilaku ikan
teri yang senantiasa hidup bergerombol di laut. Oleh sebab itu, ikan ini digunakan sebagai
lambang hidup kebersamaan dan kerukunan.24
Teknik pendekatan kenduribertujuan untuk memelihara kebersamaan masyarakat Jawa
dan sebagai pengikat sosial emosi masyarakat. Kenduri memiliki nilai kesetaraan, disimbolkan
ketika kenduri tidak ada jarak antara pendengar dan pembicara, keduanya dalam posisi duduk
lesehan yang sama.Pendengar dan pembicara mendapatkan makanan yang sama. Komunitas
Jawa itu menekankan pada kerukunan persaudaraan. Yesus Kristus juga memiliki konsep
pengajaran semacam itu. Gereja merupakan satu keluarga besar yang hidupnya meneladani
Kristus, sehingga hidupnya menekankan pada semangat persekutuan dan persaudaraan, bahkan
barangsiapa ingin menjadi terkemuka, ia harus melayani. Konsep ini sebenarnya dekat sekali
dengan ilmu Jawa.
Pemberitaan Injil dari Barat telah membuat orang Jawa tercabut dari akar budayanya.
Bangsa Eropa yang membuat jarak, melalui pemberitaan Injil dari Barat. Pembicara dibuatkan
mimbar yang tinggi, sementara pendengarnya di bawah. Lalu digereja memakai sepatu, padahal
hal ini tidak tepat kalau diterapkan di Jawa. Itulah sebabnya orang Jawa merasa asing dengan
kekristenan dan lebihdekat ke Islam.Hal senada disampaikan Sastrokasmojo, Zending
Gereformeerd mengabarkan Injil mengembangkan agama Kristen di kalangan masyarakat Jawa.
Orang-orang Jawa yang masuk Kristen dibatasi dalam pergaulan, tidak diperkenankan mengikuti
pola kehidupan masyarakat di lingkungannya. Gereja membatasi kehidupan orang Kristen
dengan banyak larangan yang ditetapkan.Sebagai orang Kristen mereka diharuskan hidup sesuai
24Achmad, 182.
dengan iman Kristen yang dipahami oleh orang Belanda. Orang-orang Jawa yang sudah
menganut agama Kristen dibatasi dengan larangan-larangan beberapa diantaranya ialah:tidak
boleh sunat, dilarang mengikuti kenduri atau slametan, dilarang memainkan gamelan, dilarang
nonton wayang dandilarang membakar kemenyan.Pelanggaran terhadap larangan akan
dikenakan sangsi, yaitu tidak diperkenankan mengikuti perjamuan kudus sebelum mengaku dosa
di hadapan jemaat. Akibatnya orang Kristen menjadi berbeda dengan masyarakat. Ketika ada
masyarakat yang mengadakan slametan dan mengundang kenduri, orang Kristen tidak berani
datang apalagi ikut ngepung tumpeng(berkumpul di sekitar tumpeng).Jika ketahuan mengikuti
kenduri maka akan dijatuhi sangsi oleh majelis gereja. Orang-orang Jawa yang telah menjadi
Kristen, dicabut dari akar budayanya.25
Nilai-nilai spiritual yang terdapat dalam kenduri ditransmutasikan ke dalam teknik
pendekatan pendampingan untuk masyarakat Jawa. Nilai budaya yang mengandung unsur mistik
tidak dipakai dan selanjutnya diberi makna baru. Orang Jawa yang menjadi Kristen tidak
tercabut dari budayanya sendiri. Mereka tidak akan terasing di tengah pergaulan sosial
masyarakat.Kenduri tidak memiliki makna mistik, bukan pula penyembahan berhala. Nilai yang
adadalam kendurisejalan dengan fungsi mendamaikan atau memperbaiki hubungan, yaitu
menekankan pada kebutuhan manusia akan rasa aman dan hubungan yang baik dengan sesama.
Nilai-nilai tersebut dapat dipakai sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa.
Kesimpulan
Mitoni tidak hanya berfungsi secara ritual, sosial dan pelestarian budaya saja, akan tetapi
juga sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Desain pendekatan
25Padmono Sastrokasmojo, Gendhing Gerejawi Perjumpaan Kekristenan dengan Agama islam dan Budaya
Jawa, ed. oleh Padmono Sastrokasmojo (Yogjakarta: Duta Wacana University Press, 2017), 147.
pendampingan terdiri dari teknik pendampingan siraman, busanan, brojolan dan kenduri. Teknik
tersebut digunakan untuk mendampingi ibu hamil dan keluarga yang sedang mengalami krisis
dalam kehidupannya. Krisis yang dialami ialah bagaiman mengatasi permasalahan sukerta,
ketidaksiapan mental,kekuatiran dan keterasingan ditengah sosial masyarakat.Teknik pendekatan
pendampingan mitoni bertujuan untuk memberikan bimbingan secara non verbal agar keluarga
lebih siap secara mental dan secara sosial tidak terasing di tengah kehidupan masyarakat.
Secara filosofis, teknik pendekatan pendampingan mitoni merupakan teologi kejawen
orang Jawa untuk mencapai keselamatan bagi keturunannya. Keselamatan itu diperoleh melalui
pertolongan Tuhan, bukan dari benda-benda, sesaji-sesaji yang digunakan ketika mitoni. Simbol-
simbol ritual yang ada hanyalah sebatas bimbingan atau pitutur non verbal supaya manusia
berpusat kepada pertolongan Tuhan. Teknik pendekatan pendampingan mitoni
mentranmutasikan nilai-nilai budaya mitoni yang bersifat mistis ke dalam nilai-nilai spiritual
pendekatan pendampingan, sehingga dapat digunakan oleh masyarakat tanpa harus tercabut dari
akar budayanya sendiri.
Teknik pendekatan siraman berfungsi membimbing secara non verbal melalui tindakan simbolis
menyiramkan air dari tujuh sumber. Tuhan yang menjadi sumber pertolongan sehingga segala
dosa manusia disucikan.Teknik pendampingan busanan bertujuan untuk mendampingi keluarga
agar siap secara mental dalam mengasuh bayinya. Teknik pendekatan brojolan memiliki makna
menerima atau nampi sehingga keluarga dapat mencapai penerimaan diri dan menemukan
potensi dirinya. Teknik pendampingan kenduri berfungsi untuk mendamaikan hubungan
keluarga dengan masyarakat, alam semesta dan harmoni dengan Tuhan.
BAB V PENDAMPINGAN PASTORAL MITONIMitoni tidak hanya berfungsi sebagai upacara ritual, sosial dan pelestarian budaya lokal saja. Lebih lanjut, mitoni memiliki fungsi sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Hal ini dikarenakan makna yang terdapat pada setiap tahapan miton...1. Desain Pendekatan Pendampingan Mitoni.1). Teknik Pendekatan Siraman.2. Teknik Pendekatan Busanan.3). Teknik PendekatanBrojolan4). Teknik PendekatanKenduri