Upload
duonghanh
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
V-1
BAB V
TRANSFORMASI BIAYA SPESIFIK INVESTASI
BIDANG PERSAMPAHAN
5.1 Umum Pada Bab ini akan diuraikan tentang strategi pembuatan program komputer yang
telah direncanakan. Strategi pembuatan program komputer berfungsi sebagai cara
agar dapat meminimalisasi kesalahan yang mungkin terjadi dalam pembuatan
program, selain itu juga dapat mengefektifkan waktu pembuatan dari program
komputer itu sendiri. Selain memaparkan tentang strategi pembuatan program
komputer juga dijelaskan mengenai arsitektur program yang menguraikan tentang
perencanaan dalam menyajikan informasi didalam suatu fasilitas tatap muka.
Bahasa pemrograman yang digunakan dalam pembuatan program komputer ini
adalah bahasa C++, untuk itu pula diuraikan dasar dari pemrograman dalam
bahasa C++. Pada bagian akhir barulah diuraikan mengenai garis besar program
komputer yang menjelaskan menu dan atribut pendukung dari program komputer
disertai hasil tampilan dan pembahasan dari program yang telah dibuat. Untuk
mendukung informasi tentang program yang telah dibuat diuraikan pula mengenai
perolehan pengetahuan, pencarian pengetahuan, serta basis pengetahuan.
5.2 Strategi Pembuatan Program
Strategi pembuatan program pendukung perhitungan biaya spesifik investasi
bidang persampahan dikembangkan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut : 1. Identifikasi domain program, 2. Representasi pengetahuan, 3.
Pembuatan fasilitas tatap muka, 4. Pengujian Program, 5. Aplikasi Program.
Strategi pembuatan program ini digambarkan pada Gambar 5.1.
V-2
Gambar 5.1 Diagram Alir Strategi Pembuatan Program
Langkah pertama dalam melaksanakan strategi pembuatan program yaitu
penentuan domain dari pogram komputer yang akan dibuat. Hal tersebut bertujuan
membatasi masalah yang akan dibuat dalam program komputer. Domain dari
program berupa perhitungan biaya spesifik investasi sarana dan prasarana bidang
persampahan. Sarana dan prasarana tersebut dibatasi pada alat berat dari setiap
subsistem teknis operasional persampahan. Pada sistem pengumpulan dan
pewadahan dapat diketahui biaya spesifik investasi dari transfer depo 1, transfer
depo 2, dan transfer depo 3. Pada sistem pengangkutan dapat diketahui biaya
spesifik investasi dari truk biasa, dump truk, armroll truk, serta compactor truk.
Pada sistem pembuangan akhir dapat diketahui biaya spesifik investasi dari
bulldozer. Selain itu dapat pula diketahui biaya spesifik investasi pengomposan
dan waste to energy, serta biaya spesifik pengelolaan sampah di Indonesia. Selain
itu dikembangkan pula program yang dapat melakukan penentuan biaya spesifik
investasi 12 kota besar di Indonesia dan penentuan alternative biaya investasi alat
berat.
Identifikasi Domain Program - Teknis Persampahan Kota - Biaya Spesifik Investasi
Representasi Pengetahuan - Reprentasi Diagram Alur - Basis Pengetahuan
Pembuatan Fasilitas Tatap Muka
Pengujian Program - Verifikasi Program - Validasi Solusi Program
Aplikasi Program
V-3
Untuk mendukung pengetahuan dan informasi di bidang persampahan, pada
domain permasalahan ditambahkan menu mengenai Teknis Persampahan Kota.
Domain dari teknis persampahan kota mencakup informasi yang meliputi : skala
penanganan sampah, sumber sampah, teknis operasional pengelolaan sampah,
sistem pengelolaan sampah terpadu, dan aspek pembiayaan pengelolaan sampah.
Setelah menetukan domain program dilakukan representasi pengetahuan yang
memaparkan domain program ke dalam suatu jaringan semantik. Representasi
pengetahuan adalah proses pemindahan, pengurangan, pengubahan, dan
penyederhanaan pengetahuan ke dalam bentuk basis data yang dimengerti oleh
komputer (Buchanan dan Shortliffe, 1984). Jaringan semantik sendiri merupakan
penggambaran logis dari alur komputer yang telah dibuat, dimana penyampaian
informasi didasarkan dari hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat khusus.
Untuk lebih memudahkan alur program yang telah dibuat, jaringan semantik
tersebut dimodifikasi menjadi suatu diagram alur. Diagram tersebut
menggambarkan hubungan antara objek-objek dari setiap domain permasalahan.
Bentuk diagram alur tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.5 dan Gambar 5.17.
Setelah terlihat hubungan antara objek dari setiap domain permasalahan dibuat
suatu basis data yang memuat objek informasi yang se-efisien mungkin sehingga
eksekusi progam dapat berjalan efesien serta memudahkan pengguna untuk
menyerap inti dari informasi yang tersedia. Pembuatan aturan dan basis data
dilakukan dengan memperhatikan diagram alur yang telah dibangun. Masalah
aturan dan basis data akan dijelaskan pada sub bab mengenai arsitektur program.
Fasilitas tatap muka merupakan media untuk menyampaikan informasi yang
dibuat dalam suatu program komputer kepada pengguna. Output yang dihasilkan
diharapkan mempunyai tampilan menarik serta mudah dimengerti oleh pengguna.
Pembuatan fasilitas tatap muka masih memiliki keterbatasan, sehingga diharapkan
terjadi pengembangan program komputer lebih lanjut. Pengembangan program
dapat terjadi pada desain fasilitas tatap muka. Diharapkan dengan desain fasilitas
tatap muka dapat lebih menarik bagi pengguna.
V-4
Pengujian program dilakukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi. Pengujian program dilakukan dengan memverifikasi jawaban
yang dikeluarkan oleh program. Jawaban tersebut diuji apakah sesuai dengan
keinginan knowledge engineer dan juga sesuai dengan pengetahuan saat ini.
Aturan atau fakta dalam basis data memerlukan perbaikan jika terdapat perbedaan
antara jawaban yang dikeluarkan program dengan jawaban yang seharusnya. Bila
masih terjadi perbedaan perbaikan akan terus dilakukan sampai dengan program
dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki pemrogram. Demikian seterusnya
sampai didapatkan program yang mampu memberikan jawaban yang dapat
dipercaya kebenarannya. Selain itu pada pengujian program dilakukan pula
validasi alur program yang telah dibuat. Apabila terjadi Ketidaksesuian alur
program maka dilakukan perbaikan. Perbaikan tersebut dilaksanakan dengan cara
penyesuaian aturan perintah pada program komputer.
Aplikasi program komputer ini diharapkan dapat membantu user untuk
mendapatkan informasi yang mudah serta diharapkan dapat menjangkau berbagai
pihak yang membutuhkannya. Program dapat terus disempurnakan yang berupa
perbaikan basis pengetahuan dan basis data serta perbaikan tampilan fasilitas tatap
muka. Selain itu dimungkinkan untuk melakukan pengembangan program lebih
lanjut.
.5.3 Arsitektur Program
Arsitektur program terdiri dari fasilitas tatap muka, mesin inferensi, basis
pengetahuan dan basis data. Bagian-bagian penyusun program tersebut dapat
digambarkan seperti pada Gambar 5.2.
V-5
Gambar 5.2 Arsitektur Program
Pengguna adalah orang yang menggunakan program komputer ini untuk
mendapatkan informasi yang terdapat didalamnya, misalnya sebagai alat bantu
perolehan informasi mengenai teknis persampahan kota ataupun memperkirakan
jumlah biaya spesifik investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan sarana dan
prasarana pada suatu sub sistem dari teknis operasional pengelolaan sampah.
Fasilitas tatap muka berfungsi sebagai penghubung antara pengguna dengan
program tersebut. Fasilitas ini dimaksudkan untuk memudahkan pengguna
memahami informasi yang hendak disampaikan tanpa harus menguasai bahasa
pemrograman. Fasilitas tatap muka dibuat lebih komunikatif agar lebih mudah
dimengerti pengguna. Selain itu pengguna yang jarang menggunakan komputer
akan lebih mudah memahaminya.
Mesin inferensi akan memproses kumpulan fakta dan kumpulan kaidah sehingga
dibangkitkan menjadi fakta-fakta baru. Mesin inferensi akan mengolah
pengetahuan dalam basis pengetahuan dan basis data sesuai dengan masukan dari
pengguna dan akhirnya akan memberikan suatu kesimpulan atau hasil yang
V-6
diharapkan oleh pengguna. Kondisi berhenti mesin inferensi terjadi ketika fakta
tertentu yang menjadi tujuan muncul ataupun tidak ada lagi aturan yang bisa
dieksekusi berdasarkan fakta yang ada.
Konsep dasar dari basis data adalah kumpulan dari catatan atau potongan
pengetahuan. Sebuah basis data memiliki penjelasan terstruktur dari jenis fakta
yang tersimpan di dalamnya. Penjelasan terstruktur ini disebut skema. Skema
menggambarkan obyek yang diwakili suatu basis data dan hubungan di antara
obyek tersebut. Ada banyak cara untuk mengorganisasi skema atau memodelkan
struktur basis data. Cara tersebut dikenal sebagai model basis data atau model
data.
Basis pengetahuan merupakan tempat penyimpanan pengetahuan yang
direpresentasikan dalam bentuk fakta dan aturan. Penulisan fakta dan aturan
disesuaikan dengan diagram alur yang telah dibuat untuk masing-masing domain
permasalahan. Pembuatan aturan juga harus memperhatikan bentuk penulisan data
dalam basis data. Fakta selanjutnya dapat juga disimpan dalam bentuk basis data.
5.4 Konsep Dasar Dalam Pemrograman C++
Bahasa pemrograman C++, seperti juga bahasa pemrograman yang lainnya
memiliki struktur program standar yang harus diikuti. C++ didukung oleh suatu
preprosesor yang melakukan substitusi makro dan manipulasi teks lain pada
program. Perintah preprosesor selalu diawali dengan karakter “#” dan diakhiri
dengan akhir baris. Teks program sumber diproses sebagai berikut :
V-7
Gambar 5.3 Pemrosesan Program Sumber Dalam Bahasa C++
Program C++ tidak akan pernah lepas dari suatu fungsi. Hal ini merupakan ciri
dari pemrograman berorientasi objek. Sebuah program minimal memiliki satu
fungsi yaitu main (). Fungsi ini merupakan awal program utama. Tulisan main
dapat didefinisikan sebagai nama fungsi, sedangkan bagian yang diapait dengan {
dan } di sebut sebagai blok atau tubuh fungsi. Dalam hal ini { merupakan tanda
awal blok dan } tanda akhir dari suatu tubuh fungsi.
Contoh struktur program tersebut adalah sebagai berikut :
#include <iostream> // < > diisi oleh file header
using namespace std; // memanggil namespace std sebagai contoh
int main ()
{cout<<"| Program Pendukung Perhitungan Biaya Spesifik Investasi |\n";
//statement
return 0;}
Bentuk di atas adalah merupakan bentuk struktur program tanpa mendefinisikan
variabel konstanta, fungsi, class, serta template.
Bahasa C++ merupakan bahasa yang terstruktur. Demikian juga dengan variabel
yang digunakan harus dideklarasikan terlebih dahulu. Dalam merepresentasikan
V-8
jenis dari sebuah variabel yang terdapat dalam sebuah program maka diperlukan
seuatu tipe data. Kesalahan dalam menyebutkan tipe data akan menyebabkan
program yang dibuat tidak akan bisa dijalankan. Oleh karena itu dalam
menentukan tipe data yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan program
yang akan dibuat
Salah satu permasalahan dalam pembuatan program perhitungan biaya spesifik
investasi bidang persampahan adalah percabangan. Percabangan yang dimaksud
disini tidak lain adalah suatu pemilihan statemen yang akan dieksekusi dimana
pemilihan tersebut berdasarkan kondisi tertentu. Statemen-statemen yang terdapat
dalam sebuah blok percabangan akan dieksekusi hanya jika kondisi yang
didefinisikan terpenuhi (bernilai benar). Artinya jika kondisi tidak terpenuhi
(bernilai salah), maka Statemen-statemen tersebut tidak dapat dieksekusi atau
dengan kata lain akan diabaikan oleh kompiler.
Contoh penulisan percabangan dalam bahasa C++ adalah sebagai berikut :
#include
using namespace std;
int main ( )
{
if (angka == 1) {
cout<<"Pengelolaan sampah skala individual : sistem penanganan sampah untuk
kepentingan perseorangan "; cout<<'\n';
cout<<"Komponen pelayanan skala individual meliputi :"; cout<<'\n';
cout<<"- Pewadahan individual (wadah sampah organik dan wadah sampah non
organik);"; cout<<'\n';
cout<<"- Pemilahan sampah"; cout<<'\n';
cout<<"- Pengolahan setempat (komposter individual/rumah tangga, komposter
komunal)"; cout<<'\n';}
if (angka == 2) {
cout<<"Pengelolaan sampah skala lingkungan : sistem penanganan sampah yang
melayani kepentingan suatu lingkungan atau kawasan tertentu ";
cout<<'\n';
cout<<"Komponen pelayanan skala lingkungan meliputi :"; cout<<'\n';
V-9
cout<<"- Pengumpulan (wadah komunal, gerobak sampah, becak sampah)";
cout<<'\n';
cout<<"- Pemindahan sampah (container, transfer depo)"; cout<<'\n';
cout<<"- Pengolahan sampah (Instalasi kompos, insenerator)"; cout<<'\n';}
return 0;
}
Bentuk umum dari struktur percabangan tersebut adalah sebagai berikut
Bentuk percabangan dari contoh sebelumnya menjelaskan pengguna program
berhak menentukan informasi yang hendak diketahui.
• Ketika memilih nomor 1 :
Pengguna program akan diberikan definisi dari pengelolaan
sampah skala individual.
Pengguna program akan diberikan informasi mengenai komponen-
komponen pelayanan sampah skala individual.
• Ketika memilih nomor 2 :
Pengguna program akan diberikan definisi dari pengelolaan
sampah skala lingkungan.
Pengguna program akan diberikan informasi mengenai komponen-
komponen pelayanan sampah skala lingkungan.
Selain percabangan permasalahan lainnya dalam pembuatan program perhitungan
biaya spesifik investasi bidang persampahan adalah pengulangan.Untuk
melakukan pengulangan statemen, dibutuhkan pemahaman yang baik mengenai
aturan-aturan yang terdapat didalamnya sehingga dapat terhindar dari kesalahan-
kesalahan yang tidak Adapun bentuk umum dari struktur pengulangan dalam
If (kondisi1) {
Statemen_jika_kondisi1_terpenuhi;
} else if (kondisi2)
Statemen_jika_kondisi2_terpenuhi;
}
V-10
program komputer perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan
adalah sebagai berikut :
Seperti pada pembahasan pada bagian percabangan, bahwa pengulangan hanya
akan dilakukan jika kondisi yang didefinisikan didalamnya terpenuhi (bernilai
benar). Hal tersebut berarti jika kondisi yang didefinisikan tidak terpenuhi
(bernilai salah) maka statemen-statemen yang terdapat dalam blok pengulangan
pun tidak akan pernah dieksekusi oleh program.
Contoh penulisan pengulangan dalam bahasa C++ adalah sebagai berikut :
#include
using namespace std;
int main ( )
{
while (choice == 'y') {
cout<<"Biaya Spesifik Investasi Pemindahan Sampah (Rp/Jiwa)";
cout<<'\n';
cout<<"*Ket : Simulasi dilakukan Untuk Penduduk diantara 2000 s/d
1.000.000 jiwa \n";cout<<'\n';
cout<<"Jumlah Total manusia yang Ingin Dilayani = ";
p = 13588*pow (jiwa,-0.0979);
cout<<"Transfer Depo 1 = Rp "<<p; cout<<" Rp/Jiwa\n";
q = 9319*pow(jiwa,-0.0495);
cout<<"Transfer Depo 2 = Rp "<<q; cout<<" Rp/Jiwa\n";
r = 24512*pow(jiwa,-0.1014);
cout<<"Transfer Depo 3 = Rp "<<r; cout<<" Rp/Jiwa\n";}
cout<<"\n";
cout<<"Ingin Melakukan Perhitungan kembali (y atau n)? ";
cin>>choice;
return 0;
}
While (kondisi) {
Statemen-statemen yang akan diulang;
}
V-11
Bentuk pengulangan diatas menjelaskan apabila pada akhir program, akan
ditawarkan kepada pengguna untuk kembali ke menu awal. Pada meu awal
ditawarkan untuk perhitungan biaya spesifik investasi pemindahan sampah untuk
setiap orang terlayani. Pada contoh ini hanya memasukkan satu objek saja, yaitu
menu pemindahan sampah. Pada objek-objek lainnya juga digunakan bentuk
pengulangan yang memiliki struktur sama.
5.5 Garis Besar Haluan Program
Program yang dibuat secara garis besar mencakup informasi sebagai berikut :
1. Informasi teknis persampahan kota
2. Perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan
3. Penentuan biaya spesifik investasi kota besar Indonesia
4. Penentuan alternatif biaya investasi alat berat
Untuk lebih Jelas dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Gambar 5.4 Garis Besar Haluan Program
Menu pertama berisi informasi tentang Teknis Persampahan kota yang meliputi :
pengetahuan umum, skala penanganan sampah, sumber sampah, teknik
operasional pengelolaan sampah, sistem pengelolaan sampah terpadu, aspek
pembiayaan persampahan, serta biaya administrasi dan peningkatan institusi. Pada
bagian sub menu “pengetahuan umum” berisi tentang informasi mengenai definisi
sampah itu sendiri, jenis penanganan atau pengelolaan sampah untuk skala
perkotaan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah
perkotaan. Pada sub menu “skala penanganan sampah” memberikan informasi
V-12
mengenai komponen pelayanan skala individual, skala lingkungan, skala kota dan
skala regional.
Pada sub menu “sumber sampah” berisi informasi mengenai sumber sampah
berdasarkan pedoman teknis pengelolaan sampah, sumber sampah berdasarkan
sifat kimia dan fisik, serta faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah.
Pada bagian sub menu “teknis operasional pengelolaan sampah” diberikan
informasi yang mengacu pada SK SNI T-13-1990-F mengenai tata cara
pengelolaan teknis sampah perkotaan. Informasi itu mencakup sistem pewadahan,
sistem pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah, pengolahan
sampah, serta pembuangan akhir sampah. Pada bagian pengolahan sampah
diberikan informasi mengenai pemadatan, pengomposan, insenerator, dan waste to
energy. Pada sub menu “sistem pengelolaan sampah terpadu” berisi tentang
informasi mengenai definisi dari sistem pengelolaan sampah terpadu serta
menjelaskan hirarki dari sistem pengelolaan sampah terpadu yang meliputi source
reduction, recycling, waste transformation, dan landfilling.
Pada sub menu aspek “pembiayaan persampahan” diberikan informasi mengenai
penjelasan aspek pembiayaan dalam pengelolaan persampahan itu sendiri,
komponen biaya pengelolaan persampahan, dan garis besar biaya pengelolaan
persampahan. Komponen biaya pengelolaan persampahan mencakup biaya
admistrasi dan peningkatan institusi, biaya pewadahan, biaya, pengumpulan, biaya
pemindahan, biaya pengangkutan, biaya pengolahan, biaya transfer depo, serta
biaya pembuangan akhir.
Menu kedua berisi tentang informasi perhitungan biaya spesifik investasi bidang
persampahan yang meliputi perhitungan biaya spesifik investasi pada sistem
pengumpulan dan pemindahan, perhitungan biaya spesifik investasi pada sistem
pengangkutan, perhitungan biaya spesifik investasi pada pengolahan sampah,
perhitungan biaya spesifik investasi pada sistem pembuangan akhir sampah, serta
biaya spesifik pengelolaan sampah di Indonesia. Pada menu ini pengguna dapat
memasukkan input data berupa jumlah penduduk ataupun berat dari sampah yang
V-13
dihasilkan untuk dapat mengetahui besarnya biaya spesifik investasi alat berat dari
setiap sub-sistem teknis operasional persampahan. Pada sub menu “sistem
pengumpulan dan pemindahan” diberikan infomasi mengenai cakupan pelayan,
harga perolehan, serta biaya spesifik investasi dari transfer depo I, transfer depo
II, dan transfer depo III. Selain itu, diberikan pula informasi mengenai besar biaya
spesifik sistem pengumpulan sampah di kota besar Indonesia. Pada sub menu
“sistem pengangkutan” diberikan informasi mengenai cakupan pelayan, harga
perolehan, serta biaya spesifik investasi dari truk biasa, dump truk, arm roll, serta
compactor truk. Selain itu, diberikan pula informasi mengenai besar biaya spesifik
sistem pengangkutan sampah di kota besar Indonesia
Pada sub menu “pengolahan sampah” berisi tentang informasi mengenai biaya
spesifik investasi dan operasi pengomposan sampah serta biaya spesifik investasi
insenerator dan pengolahan sampah menjadi energi. Pada sub menu “sistem
pembuangan akhir sampah” akan diperoleh informasi mengenai cakupan pelayan,
harga perolehan, serta biaya spesifik investasi dari alat berat Tempat Pembuangan
Akhir, yaitu Buldozer. Selain itu, diberikan pula informasi mengenai besar biaya
spesifik operasi dan pemeliharaan sistem TPA di kota besar Indonesia. Pada sub
menu terakhir yaitu “pengelolaan sampah di Indonesia” akan diberikan informasi
total biaya spesifik investasi dari sistem pengumpulan sampah hingga sistem
pembuangan akhir sampah. Selain itu pula dapat diketahui informasi mengenai
besar biaya spesifik operasi dan pemeliharaan di kota besar Indonesia.
Pada menu ketiga diberikan program yang dapat menentukan biaya spesifik
investasi kota besar Indonesia. Menu ini memberikan gambaran biaya spesifik
investasi serta biaya operasi dan pemeliharaaan dari setiap sub sistem teknis
operasional persampahan serta pengomposan dari 12 kota besar di Indonesia. Kota
tersebut meliputi : Surabaya, Medan, Bandung, Jakarta Barat, Jakarta Selatan,
Jakarta Pusat, Jakarta timur, Bogor, Yogyakarta, Samarinda, Makasar, dan
Balikpapan.
V-14
Pada menu akhir diberikan program yang dapat memberikan gambaran mengenai
pemilihan alternatif alat berat dari setiap sub-sistem teknis operasional
persampahan. Dari setiap alternatif pemilihan alat berat tersebut dapat ditentukan
biaya spesifik investasi yang dikeluarkan.
5.6 Program Teknis Persampahan kota
5.6.1 Pencarian Pengetahuan
Program operasional pengelolaan sampah ini secara keseluruhan dapat dilihat
pada Gambar 5.5. Gambar tersebut menunjukkan alur pencarian pengetahuan
yang dapat dilakukan. Menu utama program ini adalah teknis persampahan kota.
Setelah itu pengguna ditawarkan pada sub-menu pengetahuan umum, skala
penanganan sampah, teknis operasional pengelolaan sampah, sistem pengelolaan
sampah terpadu, serta aspek pembiayaan sampah. Dari setiap sub-menu tersebut
akan didapatkan informasi sesuai dengan tujuan dari pengetahuan atau informasi
yang hendak didapatkan.
Penyusunan Gambar 5.5 tersebut dilaksanakan berdasarkan sistem berorientasi
objek. Sistem mengenai Teknis persampahan kota dijadikan program yang lebih
modular karena suatu permasalahan akan dikumpulkan dalam satu objek
kemudian terjadi penggabungan antara data-data dan fungsi-fungsi yang berkaitan
ke dalam sebuah kelas. Pengelompokan objek kedalam bentuk diagram menjadi
dasar untuk pengembangan basis data serta informasi yang akan dimasukkan.
Pencarian pengetahuan dapat dilakukan dengan mengikuti alur dari diagram yang
ada. Diawali dari menu utama, lalu dilanjutkan dengan pilihan-pilihan dari
informasi yang hendak diketahui oleh pengguna. Pilihan akan terus berlanjut
sehingga sampai dengan tujuan dari informasi yang ingin diketahui. Untuk
mencari informasi lainnya dalam satu menu yang sama dapat dilakukan dengan
kembali ke menu awal, dimana pilihan tersebut disajikan pada akhir dari setiap
informasi mengenai teknis persampahan kota.
V-15
Gambar 5.5 Diagram Alur Teknis Persampahan Kota
V-16
5.6.2 Pengklasifikasian Atribut Teknis Persampahan kota
Pengklasifikasian informasi teknis persampahan kota yang dibuat, secara garis
besar terdiri dari pengetahuan yang bersifat umum, skala penanganan
persampahan kota, sumber sampah, teknis operasional pengolahan sampah, sistem
pengelolaan sampah terpadu, serta aspek pembiayaan pengelolaan sampah.
Pada menu yang bersifat umum seperti pada Gambar 5.6 disampaikan informasi
mengenai definisi sampah, macam pengelolaan sampah, serta faktor yang
mempengaruhi pengelolaan sampah. Pada sub menu macam pengelolaan sampah
untuk skala perkotaan dibagi menjadi dua bagian utama yaitu pengelolaan
setempat dan pengelolaan terpusat. Sedangkan pada sub-menu faktor yang
mempengaruhi pengelolaan sampah kota diuraikan penyebab-penyebabnya saja
tanpa diberikan penjelasan.
Gambar 5.6 Klasifikasi Atribut Penjelasan Umum
Pada Gambar 5.7 klasifikasi atribut skala penanganan persampahan kota meliputi :
pengelolaan sampah skala individual, pengelolaan sampah skala lingkungan,
pengelolaan sampah skala kota, serta pengelolaan sampah skala regional. Masing-
masing dari atribut tersebut mencakup pengertian serta komponen-komponen
pelayanan yang mendukung pengelolaan sampah pada masing-masing skala
pengelolaan.
V-17
Gambar 5.7 Klasifikasi Atribut Teknis Persampahan Kota
Pada Gambar 5.8 dapat dilihat klasifikasi sumber sampah berdasarkan pedoman
teknis pengelolaan persampahan, Departemen Pekerjaan Umum (1989); sumber
berdasarkan sifat kimianya; sumber sampah berdasarkan sifat fisiknya; serta
Faktor yang mempengaruhi timbulan sampah. Sumber sampah dapat
diklasifikasikan berasal dari sampah pemukiman, sampah komersial, sampah
institusi, sampah jalan dan tempat-tempat terbuka, sampah industri, sampah dari
pembangunan, pemugaran, dan pembongkaran, serta sampah rumah sakit dan
balai pengobatan. Pada bagian sifat kimia sampah di bedakan berdasarkan sampah
organik dan sampah anorganik. Sedangkan berdasarkan sifat fisik sampah
digolongkan atas sampah basah, sampah kering, sampah lembut, sampah besar,
dan sampah berbahaya.
Gambar 5.8 Klasifikasi Atribut Sumber Sampah
Pada Gambar 5.9 dapat dilihat klasifikasi teknis operasional pengelolaan sampah
yang terdiri dari sistem pewadahan, sistem pengumpulan, pemindahan dan
pengangkutan sampah, pengolahan sampah, serta pembuangan akhir sampah.
Pada sub menu sistem pengumpulan dijelaskan tentang definisi serta penjelasan
mengenai sistem pengumpulan langsung serta sistem pengumpulan tidak
langsung. Untuk subsistem lainnya akan di jelaskan pada paragraf berikutnya.
V-18
Gambar 5.9 Klasifikasi Atribut Teknis Operasional Pengelolaan Sampah.
Klasifikasi sub menu sistem pewadahan dapat dilihat pada Gambar 5.10. Pada
sistem sub sistem pengelolaan persampahan ini didukung oleh beberapa atribut,
yaitu karakteristik pewadahan sampah, pola pewadahan, serta kebaikan dan
kekurangan jenis-jenis pewadahan. Bagian pola pewadahan menjelaskan tentang
definisi dan jenis pola pewadahan individual dan komunal. Pada bagian
karakteristik pewadahan sampah menjelaskan bahan, bentuk, volume, dan
pengadaaan pada pewadahan invidual dan komunal. Pada bagian kebaikan dan
kekurangan jenis-jenis pewadahan, dapat didapatkan informasi mengenai
kelebihan serta kekurangan dari jenis-jenis pewadahan, yaitu : keranjang sampah,
drum atau tong, kantong plastik atau karung, ban mobil bekas, tong Plastik, bak
kayu, serta bak pasangan batu bata.
Pada sub menu sistem pengumpulan sampah didukung oleh dua atribut yaitu
definisi dari sistem pengumpulan serta tipe pengumpulan. Tipe pengumpulan
terbagi dua tipe pengumpulan langsung dan tipe pengumpulan tidak langsung.
Penjelasan dari tipe pengumpulan tersebut dapat dilihat pada program komputer
yang telah dibuat.
Gambar 5.10 Klasifikasi Atribut Sistem Pewadahan
V-19
Klasifikasi sub menu sistem pemindahan dan pengangkutan sampah seperti yang
terdapat dalam Gambar 5.11 terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pemindahan sampah,
pengangkutan sampah, dan Stasiun Peralihan Antara (SPA). Pada bagian
pemindahan sampah disajikan informasi mengenai definisi dari pemindahan
sampah serta jenis-jenis lokasi pemindahan. Jenis lokasi pemindahan terbagi tiga,
yaitu : Transfer depo I, Transfer depo II, dan Transfer depo III. Pada bagian
tersebut dijelaskan luas lahan yang dibutuhkan, fungsi serta daerah pemakaian
untuk membangun suatu transfer depo.
Pada sub menu pengangkutan sampah disajikan informasi mengenai definisi
pengangkutan sampah serta jenis-jenis peralatan pengangkutan. Jenis peralatan
pengangkutan yaitu : Arm roll truck, truck with chane, dum truck, multiloader,
truck biasa terbuka, compactor truck, multiloader truck, dan street sweeper. Pada
sub bagian bagian tersebut dijelaskan kontruksi atau bahan, kelebihan, dan
kekurangan dari setiap peralatan pengangkutan. Pada bagian Stasiun Peralihan
Antara disajikan informasi mengenai definisi, pengolahan yang dilakukan di SPA,
serta peralatan dan perlengkapan yang digunakan di SPA.
Gambar 5.11 Klasifikasi Atribut Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Pada klasifikasi atribut pengolahan sampah, seperti pada Gambar 5.12, terbagi
menjadi tujuan pengolahan sampah, jenis-jenis pengolahan, baling system,
pengomposan, insinerator, waste to energy, serta perbandingan antara pengolahan
V-20
pemadatan, pengomposan, dan insinerator. Pada sub menu awal dijelaskan
mengenai tujuan serta jenis pengolahan sampah. Pada bagian baling system
dijelaskan mengenai definisi, prinsip dasar, cara kerja dan keuntungan. Pada
bagian pengomposan dijelaskan mengenai definisi, dasar pengklasifikasian
pengomposan serta metode pengomposan yang terdiri dari open windrow,
vermicomposting, UPDK (usaha Daur Ulang dan Produksi Komposting), dan
individual composter. Selain itu juga dijelaskan klasifikasi dari pengomposan
yang meliputi : reaksi pembentukannya, produk akhir, reduksi volume, waktu
proses, tujuan utama, tujuan sampingan, dan estetika; serta kelebihan dan
kekurangan dari pengomposan. Pada bagian insenerator dijelaskan mengenai
definisi, prinsip dasar insenerasi, serta polutan yang dihasilkan oleh sisa
pembakaran insenerator. Setelah itu dijelaskan mengenai prinsip dasar waste to
energy, kapasitas dari setiap jenis WTE, serta kelebihan dan kekurangan dari
WTE. Pada bagian akhir dijelaskan kelebihan serta kekurangan dari pengolahan
pemadatan, pengomposan, serta insenerator.
Gambar 5.12 Klasifikasi Atribut Pengolahan Sampah
Gambar 5.13 menggambarkan klasifikasi atribut pembuangan akhir sampah. Pada
sub menu ini akan dijelaskan mengenai prinsip dasar dari Tempat Pembuangan
Akhir sampah. Pada bagian selanjutnya dijelaskan mengenai kelebihan serta
kekurangan dari metode open dumping, controlled landfill, dan sanitary landfill.
Gambar 5.13 Klasifikasi Atribut Pembuangan Akhir Sampah
V-21
Pada Gambar 5.14 atribut sistem pengelolaan sampah terpadu terdiri dari definisi
serta hirarki ISMW (Integrated Solid Waste Management). Pada bagian ISMW di
berikan informasi mengenai definisi reduksi atau pengurangan di sumber (source
reduction); pengertian, kelebihan, serta kekurangan metode recycling; penjelasan
mengenai waste transformation; dan penjelasan landfilling.
Gambar 5.14 Klasifikasi Atribut Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu
Gambar 5.15 menggambarkan klasifikasi atribut aspek pembiayaan persampahan
yang terdiri dari definisi, komponen biaya pengelolaan persampahan, serta garis
besar biaya pengelolaan sampah. Pada bagian garis besar biaya pengelolaan
sampah diberikan contoh permasalahan berkaitan dengan biaya pengelolaan
sarana/prasarana persampahan. Pada bagian selanjutnya diberikan informasi
mengenai komponen pembiayaan pengelolaan persampahan yang mencakup biaya
administrasi dan peningkatan institusi, biaya pewadahan, biaya pengumpulan,
biaya pemindahan, biaya pengangkutan, biaya pengolahan, biaya transfer depo,
serta biaya pembuangan akhir.
Gambar 5.15 Klasifikasi Atribut Aspek Pembiayaan Persampahan
V-22
5.6.3 Basis Pengetahuan
Pencarian pengetahuan dapat dilakukan dengan melakukan pembuatan aturan.
Aturan tersebut dibuat berdasarkan alur yang dapat ditelusuri. Aturan yang
menampilkan pencarian pengetahuan pada menu utama ditunjukan seperti
dibawah ini.
Penelusuran lebih lanjut dapat dilakukan dengan pembuatan aturan-aturan
berikutnya yang akan ditunjukkan diberikut ini.
Informasi yang dapat diketahui mengenai Teknis Persampahan kota : 1. Penjelasan Umum 2. Skala Penanganan Sampah 3. Sumber Sampah 4. Teknis Operasional Persampahan 5. Sistem Pengelolaan Persampahan Terpadu 6. Aspek Pembiayaan Persampahan
=> Dipilih Nomor 4 ; Maka hasil adalah kode 1.
Kode 1 : Teknis Operasional Persampahan Terdiri dari :
1. Sistem Pewadahan 2. Sistem Pengumpulan 3. Pemindahan dan Pengangkutan sampah 4. Pengolahan sampah 5. Pembuangan Akhir Sampah
=> Dipilih Nomor 1 ; maka hasil adalah kode 2. …..
Kode 2 : Informasi Mengenai Sistem Pewadahan Meliputi :
1. Pola Pewadahan 2. Karakteristik Pewadahan Sampah 3. Kebaikan dan Kekurangan Jenis-jenis Pewadahan
=> Dipilih Nomor 2 ; maka hasil adalah kode 3. …..
Kode 3 : Karakteristik Pewadahan Sampah Meliputi :
1. Bahan 2. Bentuk 3. Volume 4. Pengadaan
=> Dipilih Nomor 3 ; maka hasil adalah kode 4. …..
Kode 4 : Volume yang digunakan pada pewadahan : - Individual : permukiman dan pertokoan (10-40 L); kantor, hotel, rumah makan, tempat hiburan (100-500L). - Komunal : Tepi jalan, taman(30-40L); Permukiman dan pasar (100-1000L).
V-23
Basis pengetahuan dalam program yang telah dibuat berisi seluruh aturan untuk
melakukan pencarian pengetahuan dalam domain teknis persampahan kota.
Aturan-aturan tersebut dibuat dengan cara yang serupa dengan aturan-aturan yang
disebutkan diatas. Bentuk aturan seperti dicontoh diatas memiliki bagian
“kondisi” dan “aksi”. Penyusunan pengetahuan kedalam bentuk tersebut
mengikuti salah satu cara representasi pengetahuan, yaitu aturan produksi. Bagian
“kondisi” berisi sebuah seri elemen keadaan yang menggambarkan keadaan harus
bernilai benar untuk membuat aturan dapat dijalankan. Sedangkan bagian “aksi”
menggambarkan tindakan yang dilakukan bila aturan dijalankan. (D.W. Rostlon,
1998).
5.6.4 Informasi Teknis Persampahan Kota
Seperti penjelasan pada bagian sebelumnya, data dan informasi untuk program
teknis persampahan kota tersusun berdasarkan hasil studi Departemen Pekerjaan
umum. Pada penjelasan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa setiap basis data
dikelompokkan untuk setiap informasi berdasarkan kelompok objek data.
Penelusuran untuk mencari informasi yang diharapkan akan lebih mudah karena
setiap informasi dapat dicari berdasarkan bagian yang bersifat umum ke bagian
yang lebih khusus.
Tabel 5.1 Sistem Informasi Teknis Persampahan Kota
No. Sistem Informasi Penjelasan
1 Penjelasan Umum
Memberikan penjelasan mengenai komponen definisi sampah, macam pengelolaan sampah, serta faktor yng mempengaruhi pengelolaan sampah tersebut.
2 Skala Penanganan Sampah
Pada bagian ini diberikan informasi definisi dan komponen yang mendukung skala penanganan sampah, baik pada skala individual, lingkungan, kota, dan regional.
3 Sumber Sampah
Menjelaskan klasifikasi dari sumber sampah, selain itu didukung pula oleh informasi mengenai faktor yang mempengaruhi timbulan sampah. Klasifikasi sampah berdasarkan sifat kimia dan fisik dijelaskan pula pada bagian ini.
4 Teknis Operasional
Pengelolaan Sampah Menggambarkan penjelasan dan keterkaitan pada setiap subsistem teknis operasional persampahan.
V-24
No. Sistem Informasi Penjelasan Dimana komponen-komponen tersebut memberikan informasi yang berhubungan dengan sistem pewadahan, sistem pengumpulan, sistem pemindahan dan pengangkutan, pengolahan sampah, serta pembuangan akhir sampah.
5 Sistem Pengelolaan
Sampah Terpadu
Menggambarkan hirarki sistem pengelolaan sampah terpadu, yaitu : pengurangan disumber, daur ulang, waste transformation, dan landfilling. Pada setiap komponen tersebut disertai dengan informasi mengenai proses yang dilakukan pada setiap komponen tersebut.
6 Aspek Pembiayaan
Persampahan
Memberikan uraian penjelasan mengenai komponen biaya pengelolaan persampahan dan garis besar biaya pengelolaan sampah.
5.6.5 Tampilan output Program
Adapun hasil dari tampilan output program yang dihasilkan dapat dilihat pada
Gambar 5.16. Output yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan informasi
yang mudah dipahami bagi pengguna serta tidak menyulitkan pengguna untuk
menggunakan program komputer itu sendiri.
Gambar 5.16 Tampilan Output Program Teknis Persampahan Kota
V-25
Pada Gambar 5.16 dapat dilihat alur pencarian informasi yang ditampilkan oleh
fasilitas tatap muka. Pada menu utama ditawarkan menu mengenai teknis
persampahan kota dan menu perhitungan biaya spesifik investasi bidang
persampahan. Pada Gambar 5.16 fasilitas tatap muka digunakan pengguna untuk
mencari informasi mengenai pola pewadahan. Ketika pengguna memilih nomor 1
secara otomatis program menyajikan menu teknis persampahan kota. Teknik
operasional pengelolaan persampahan dipilih pengguna pada langkah berikutnya,
oleh karena itu ditulislah nomor 4 karena letak pola pewadahan berada didalam
objek teknis operasional pengelolaan sampah. Sub menu teknik operasional
pengelolaan persampahan menyajikan enam bagian yang dapat dipilih. Ketika
pengguna memasukkan nomor 1, program menyajikan informasi pilihan yang
dapat dipilih yaitu pola pewadahan, pola dan karakteristik sampah, serta kebaikan
dan kekurangan jenis pewadahan. Ketika pengguna kembali memasukkan nomor
1, maka secara otomatis program komputer menyajikan informasi mengenai pola
pewadahan. Untuk mengetahui informasi lainnya, pengguna akan ditawarkan
untuk kembali menjalankan program tersebut. Apabila pengguna memasukkan
“y” sebagai pilihan, maka secara otomatis program komputer akan kembali ke
menu awal.
5.7 Program Perhitungan Biaya Spesifik Investasi Bidang Persampahan
5.7.1 Pencarian Pengetahuan
Program perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan ini secara garis
besar dapat ditunjukkan pada Gambar 5.17. Diagram tesebut menunjukan skema
dari alur pencarian informasi yang tersedia. Program pada bagian ini
dikelompokan berdasarkan sistem operasional pengelolaan sampah yaitu sistem
pengumpulan dan pemindahan, sistem pengangkutan, pengolahan sampah, serta
sistem pembuangan akhir sampah. Selain itu juga terdapat menu pengelolaan
sampah yang merupakan hasil dari perhitungan biaya yang dibutuhkan dari mulai
pewadahan hingga pembuangan akhir sampah.
Pencarian pengetahuan dapat dilakukan dengan mengikuti skema dari Gambar
5.17. Dimulai dengan menu utama berupa perhitungan biaya spesifik investasi
V-26
bidang persampahan. Setelah itu pengguna dapat memilih besarnya biaya investasi
yang dikeluarkan untuk salah satu sistem operasional pengelolaan. Selanjutnya
program akan meminta input jumlah penduduk yang untuk di hitung biaya
spesifik investasinya, selain itu untuk sistem pengumpulan dan pemindahan serta
sistem pengangkutan dapat menampilkan output cakupan pelayanan dan harga
perolehan bila pengguna membutuhkan informasi tersebut. Untuk mengetahui
sistem pengelolaan lainnya dapat diketahui dengan menjalankan program sampai
dengan alur dari program itu berakhir, Kemudian memilih kembali informasi yang
ingin diketahui.
Faktor yang membedakan sub program perhitungan biaya spesifik investasi
bidang persampahan dengan sub program informasi teknis persampahan kota
adalah pada program perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan
pengguna dapat menentukan input populasi penduduk atau input kapasitas
instalasi untuk mengetahui biaya spesifik investasi. Secara otomatis program akan
melakukan perhitungan sesuai dengan input yang dimasukkan. Berbeda dengan
program sebelumnya yang hanya memfasilitasi pengguna untuk mendapatkan
informasi berdasarkan basis data sehingga lebih bersifat non-numerik. Maka pada
menu ini selain ditampilkan basis data ditampilkan pula perhitungan numerik yang
inputnya dilakukan sendiri oleh pengguna.
V-27
Gambar 5.17 Diagram Alur Biaya Spesifik Investasi Bidang Persampahan
V-28
5.7.2 Pengklasifikasian Atribut Biaya Spesifik Investasi Bidang Persampahan
Pengklasifikasian atribut biaya spesifik investasi bidang persampahan yang
dibuat, secara garis besar terdiri dari menu biaya spesifik investasi sistem
pengumpulan dan pemindahan, biaya spesifik investasi sistem pengangkutan,
biaya spesifik investasi pengolahan sampah, serta biaya spesifik investasi sistem
pembuangan akhir sampah.
Pada Gambar 5.18 dapat dilihat klasifikasi atribut biaya spesifik investasi sistem
pengumpulan dan pemindahan. Menu ini terbagi menjadi dua, yaitu sub menu
sistem biaya spesifik operasi dan pemeliharaan pada 15 kota di Indonesia serta sub
menu mengenai transfer depo 1, transfer depo 2, dan transfer depo 3. Pada sub
menu tersebut informasi mengenai kapasitas, cakupan pelayan, dan harga
perolahan dari sebuah transfer depo. Selain itu pengguna dapat mengetahui biaya
spesifik untuk setiap orang terlayani, biaya spesifik untuk setiap volume sampah
terlayani, dan biaya spesifik untuk setiap berat sampah terlayani dari suatu transfer
depo dengan memasukkan input jumlah penduduk.
Sistem Pemindahan dan Pengumpulan
KapasitasCakupan Pelayan
Harga peroleh
Transfer Depo I, II, dan III.
Rp/m3 sampah Rp/ton sampah
Input Populasi Penduduk
Rp/orang terlayani
Spesifikasi
Biaya Spesifik Operasi dan
pemeliharaan
Gambar 5.18 Klasifikasi Atribut Biaya Spesifik Investasi Sistem Pengumpulan
dan Pemindahan
Pada Gambar 5.19 dapat dilihat klasifikasi atribut biaya spesifik investasi sistem
pengangkutan. Pada menu ini diberikan pilihan informasi mengenai alat berat
untuk mendukung pengangkutan sampah, yaitu : truk biasa, dump truk, arm roll,
dan compactor truck. Dari setiap klasifikasi alat pengangkutan tersebut dapat
V-29
diketahui informasi mengenai kapasitas, cakupan pelayan, dan harga perolahan.
Selain itu pada sub menu ini dapat diketahui biaya spesifik untuk setiap orang
terlayani, biaya spesifik untuk setiap volume sampah terlayani, dan biaya spesifik
untuk setiap berat sampah terlayani dengan memasukkan input jumlah penduduk.
Selain itu juga diberikan menu mengenai biaya spesifik operasional dan
pemeliharaan dari sistem pengangkutan pada 14 kota di Indonesia.
Sistem Pengangkutan
Truk Biasa Dump Truk
Cakupan Pelayanan KapasitasHarga peroleh
Rp/m3 sampah Rp/ton sampah
Input Populasi Penduduk
Rp/jiwa
Arm Roll Compactor Truck
Biaya Spesifik Operasi dan
pemeliharaan
Spesifikasi
Gambar 5.19 Klasifikasi Atribut Biaya Spesifik Investasi Sistem Pengangkutan
Klasifikasi atribut biaya spesifik investasi pengelolaan sampah, seperti pada
Gambar 5.20. terbagi menjadi menu komposting dan waste to energy. Pada menu
composting, dengan memasukkan input kapasitas instalasi maka akan diperoleh
informasi mengenai biaya investasi (Rp) dan biaya spesifik (Rp) di Indonesia,
serta biaya investasi di luar negeri. Pada menu waste to energy, akan diberikan
informasi mengenai biaya spesifik untuk setiap berat sampah terlayani dari WTE
uap, WTE listrik, sera WTE uap dan listrik dengan memasukkan input kapasitas
instalasi yang digunakan.
V-30
Gambar 5.20 Klasifikasi Atribut Biaya Spesifik Investasi Pengolahan Sampah
Pada Gambar 5.21 ditampilkan atribut biaya spesifik investasi sistem pembuangan
akhir sampah. Pada menu ini hanya terdapat sebuah sub menu utama yaitu alat
berat TPA yang berupa buldozer. Dengan memasukkan input populasi penduduk
maka dapat diketahui nilai biaya spesifik untuk setiap orang terlayani, biaya
spesifik untuk setiap volume sampah terlayani, dan biaya spesifik untuk setiap
berat sampah terlayani. Selain itu juga diberikan menu mengenai biaya spesifik
operasional dan pemeliharaan dari sistem pembuangan akhir sampah pada 14 kota
di Indonesia.
Gambar 5.21 Klasifikasi Atribut Biaya Spesifik Investasi Sistem Pembuangan
Akhir Sampah
V-31
BIAYA SPESIFIK INVESTASI BIDANG PERSAMPAHAN
1. Sistem Pengumpulan dan Pemindahan
2. Sistem Pengangkutan
3. Pengolahan Sampah
4. Sistem Pembuangan Akhir Sampah
5. Biaya Spesifik Pegelolaan Sampah Di Indonesia
=> Dipilih Nomor 2 ; Maka hasil adalah kode 1.
Pada Gambar 5.22 ditampilkan atribut biaya spesifik pengelolaan sampah di-
Indonesia. Pada menu ini hanya terdapat dua buah submenu yaitu biaya spesifik
investasi alat berat yang harus dikeluarkan untuk pengelolaan sampah di Indonesia
dengan memasukkan input jumlah penduduk serta informasi biaya spesifik operasi
dan pemeliharaan pengelolaan sampah di 14 kota besar Indonesia.
Gambar 5.22 Klasifikasi Atribut Biaya Spesifik Investasi Pengelolaan Sampah
di- Indonesia
5.7.3 Basis Pengetahuan
Aturan dalam basis pengetahuan program ini akan diberikan melalui contoh-
contoh aturan yang dituliskan dibawah ini. Aturan mengenai menu utama seperti
dalam kotak berikut ini :
Selanjutnya aturan-aturan untuk eksekusi program lebih lanjut diberikan berturut-
turut melalui kotak berikut ini.
V-32
Kode 1 : Hal-hal Yang Dapat Diketahui :
1. Kapasitas Pelayanan Pengumpulan dan Pemindahan 2. Program Biaya Spesifik Investasi Pengumpulan dan Pemindahan
Sampah => Dipilih Nomor 2 ; Maka hasil adalah kode 2. ….
Kode 2 : Biaya Spesifik Investasi Pemindahan Sampah, Kriteria :
1. Biaya Spesifik Investasi Pemindahan Sampah (Rp/Jiwa) 2. Biaya Spesifik Investasi Pemindahan Sampah (Rp/m3 sampah) 3. Biaya Spesifik Investasi Pemindahan Sampah (Rp/ton sampah)
=> Dipilih Nomor 2 ; Maka hasil adalah kode 3. ….
Kode 3 : Jumlah Total manusia yang Ingin Dilayani =
(Pengguna Memasukkan Input): Misal = 10000 Biaya Spesifik Investasi Pemindahan Sampah (Rp/jiwa) : Output :
Transfer Depo I = Rp 5515 / Jiwa Transfer Depo II = Rp 5907 / Jiwa Transfer Depo III = Rp 9633 / Jiwa
Penyusunan aturan-aturan tersebut juga merupakan strategi pengendalian dalam
pencarian. Dalam bagian program ini digunakan metode heuristic dalam strategi
pencariannya untuk menemukan jalur pemecahan terbaik (D.W. Patterson, 1990).
Dengan metode tersebut, luas ruang domain pencarian dapat dikendalikan
sehingga pencarian menjadi lebih efisien. Jenis pencarian yang dipilih adalah
pencarian kedepan, yaitu informasi digunakan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
5.7.4 Informasi Perhitungan Biaya Spesifik Investasi Bidang Persampahan
Sistem informasi merupakan kumpulan informasi yang mengintegrasikan
kumpulan data ataupun formula sehingga dapat memberikan informasi bagi
pengguna program komputer. Pada menu perhitungan biaya spesifik investasi
bidang persampahan selain menyajikan data-data non-numerik yang berfungsi
sebagai formula untuk mementukan nilai suatu biaya spesifik investasi
persampahan.
V-33
Tabel 5.2 Sistem Informasi Perhitungan Biaya Spesifik Investasi Bidang
Persampahan
No. Sistem Informasi Penjelasan
1 Sistem Pengumpulan dan
pemindahan
Memberikan informasi mengenai cakupan dan harga perolehan transfer depo. Selain itu memberikan gambaran biaya spesifik operasi dan pemeliharaan di kota besar Indonesia. Inti sistem basis data ini adalah formula yang dapat menghasilkan nilai biaya spesifik investasi persampahan dengan memasukkan input penduduk.
2 Sistem Pengangkutan
Pada bagian ini diberikan informasi cakupan pelayanan dan harga perolehan dari alat pengangkutan, yaitu truk biasa, dump truk, arm roll truk, dan compactor truk. Biaya spesifik investasi investasi alat angkut tersebut dapat diketahui dengan memasukkan input jumlah penduduk. Untuk mendukung informasi yang ada diberikan pula gambaran besarnya biaya spesifik operasi dan pemeliharaan sistem pengangkutan sampah di kota besar Indonesia.
3 Pengolahan sampah
Komponen meliputi biaya spesifik investasi untuk pengomposan dan waste to energy. Berbeda dengan sistem lainnya. Pada komponen pengolahan sampah, input data yang dimasukkan berupa berat sampah perhari yang hendak dilayani kapasitas instalasi tersebut.
4 Sistem Pembuangan Akhir
Sampah
Memberikan informasi biaya spesifik investasi alat berat TPA Akhir yaitu buldozer. Selain itu diberikan informasi biaya spesifik operasi dan pemeliharaan sistem pembuangan akhir sampah.
5 Pengelolaan sampah di-
Indonesia
Mengambarkan biaya spesifik investasi pengelolaan sampah di Indonesia mulai dari pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah. Selain itu diberikan informasi biaya spesifik operasi dan pemeliharaan sistem pengelolaan sampah.
5.7.5 Tampilan Output Program
Tampilan dari output program biaya spesifik investasi bidang persampahan dapat
dilihat pada Gambar 5.23.
V-34
Gambar 5.23 Tampilan Output Program Biaya Spesifik Investasi Bidang
Persampahan
Pada Gambar 5.23 dapat dilihat alur pencarian informasi yang ditampilkan oleh
fasilitas tatap muka. Pada menu utama ditawarkan menu mengenai teknis
persampahan kota dan menu perhitungan biaya spesifik investasi bidang
persampahan. Ketika pengguna memilih nomor 2, secara otomatis masuk kedalam
program biaya spesifik investasi bidang persampahan. Setelah itu pengguna
memasukkan nomor 2, hal tersebut berarti menu masuk kedalam informasi
mengenai sistem pengumpulan dan pemindahan. Langkah akhir untuk mengetahui
informasi mengenai biaya spesifik investasi pemindahan untuk setiap orang
terlayani dipilih pengguna. Dengan memasukkan input penduduk maka nilai biaya
spesifik untuk setiap orang terlayani pemindahan sampah untuk transfer depo I, II,
dan III dapat diketahui.
V-35
5.8 Program Penentuan Biaya Spesifik Investasi Kota Besar di Indonesia
5.8.1 Pencarian Pengetahuan
Program penentuan biaya spesifik investasi kota besar indonesia secara garis besar
menggambarkan total biaya investasi yang harus dikeluarkan pada 12 kota besar
Indonesia yang meliputi : Surabaya, Medan, Bandung, Jakarta Barat, Jakarta
Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta timur, Bogor, Yogyakarta, Samarinda, Makasar,
dan Balikpapan. Pada tahap awal program, pengguna ditawarkan menu untuk
memilih salah satu kota besar tersebut. Setelah nama kota dipilih, pengguna
memasukkan jumlah penduduk terlayani. Lalu menentukan persentase sampah
yang akan diangkut ke pembuangan akhir serta persentase sampah yang akan
dilakukan pengomposan.
Setelah input dimasukkan, program akan menghasilkan besarnya biaya investasi,
serta biaya operasi dan pemeliharaan yang dikelompokan berdasarkan subsistem
operasional pengelolaan sampah yaitu subsistem pengumpulan dan pemindahan,
subsistem pengangkutan, dan subsistem pembuangan akhir sampah. Selain itu
ditampilkan pula biaya spesifik dari pengomposan. Biaya investasi tersebut
meliputi alat berat dari setiap subsistem operasional persampahan yang telah
dijelaskan pada sub bab sebelumnya serta biaya operasional dan pemeliharaan dari
setiap subsistem teknis operasional persampahan yang besarannya disetiap kota
berbeda.
5.8.2 Pengklasifikasian Atribut Penentuan Biaya Spesifik Investasi Kota
Besar di Indonesia
Pada Gambar 5.24 ditampilkan atribut Penentuan Biaya Spesifik Investasi di Kota
Besar Indonesia. Pada menu ini terdapat sebuah menu utama yaitu penentuan
biaya spesifik investasi. Dengan mengetahui jumlah penduduk terlayani serta
persentase sampah yang diangkut ke pembuangan akhir dan dilakukan
pengomposan. Biaya investasi dapat ditentukan pada 12 kota besar di Indonesia.
V-36
Gambar 5.24 Klasifikasi Atribut Penentuan Biaya Spesifik Investasi di Kota
Besar Indonesia
5.8.3 Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan dalam program yang telah dibuat berisi seluruh aturan untuk
melakukan pencarian pengetahuan. Aturan dalam basis pengetahuan program
meliputi aturan kondisi-aksi.
Dimana suatu aksi dapat terlaksana apabila kondisi dapat terlaksana. Suatu
kondisi diartikan ekspresi Boolean terhadap suatu kebenaran dari suatu fakta.
Sedangkan aksi dapat tereksekusi apabila kondisi terpenuhi.
5.8.4 Informasi Penentuan Biaya Spesifik Investasi Kota Besar di Indoenesia
Informasi yang digunakan pada program ini meliputi formula biaya spesifik
investasi dari setiap alat berat pada setiap subsistem operasional persampahan
yang digabungkan dengan besarnya biaya spesifik operasi dan pemeliharaan dari
subsistem pemindahan dan pengumpulan, subsistem pengangkutan, subsistem
pembuangan akhir, serta pengomposan. Biaya spesifik operasi dan pemeliharaan
tersebut meliputi biaya spesifik pada 12 kota besar di Indonesia yang nilainya
berbeda-beda. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran A.
IF (kondisi), maka
THEN (aksi)
V-37
5.8.5 Tampilan Output Program
Pada Gambar 5.25 dapat dilihat contoh tampilan program dari penentuan biaya
spesifik investasi salah satu kota besar di Indonesia.
Gambar 5.25 Tampilan Output Program Penentuan Biaya Spesifik Investasi Kota
Besar Indonesia
Pada langkah awal pengguna program diminta memasukkan jumlah penduduk.
Lalu menentukan persentase sampah yang akan diangkut ke pembuangan akhir
serta persentase sampah yang akan dilakukan pengomposan. Setelah input tersebut
dimasukkan, program akan memberikan total biaya investasi, serta operasi dan
pemeliharaan dari setiap sub sistem operasional persampahan. Selain itu,
diberikan pula informasi biaya spesifik dari pengomposan.
V-38
5.9 Program Penentuan Alternatif Biaya spesifik Investasi alat Berat
5.9.1 Pencarian Pengetahuan
Program penentuan alternatif biaya spesifik investasi alat berat secara garis besar
menggambarkan alternatif alat berat yag akan digunakan pada setiap subsistem
teknis operasional persampahan serta biaya investasi yang dikeluarkannya.
Setelah pengguna memasukkan pilihan alat pada sistem pengunpulan dan
pemindahan serta pilihan alat pada subsistem pengangkutan. pengguna
memasukkan jumlah penduduk terlayani. Lalu menentukan persentase sampah
yang akan diangkut ke pembuangan akhir serta persentase sampah yang akan
dilakukan pengomposan.
Setelah input dimasukkan, program akan menghasilkan besarnya biaya investasi
dikelompokan berdasarkan subsistem operasional pengelolaan sampah yaitu
subsistem pengumpulan dan pemindahan, subsistem pengangkutan, dan subsistem
pembuangan akhir sampah. Selain itu ditampilkan pula biaya spesifik dari
pengomposan. Biaya investasi tersebut meliputi alat berat dari setiap subsistem
operasional persampahan. Selain itu program akan menampilan persentase biaya
yang dikeluarkan untuk setiap subsistem operasional persampahan, sehingga
pengguna dapat menggunakan alternatif penggunaan alat berat dengan
memperhitungkan biaya yang tersedia. Pada tahap akhir, program menawarkan
input densitas bagi pengguna sehingga biaya spesifik investasi untuk setiap berat
sampah dapat diketahui.
5.9.2 Pengklasifikasian Atribut Penentuan Alternatif Biaya Spesifik Investasi
Alat Berat
Pada Gambar 5.26 ditampilkan atribut Penentuan alternatif biaya spesifik
investasi alat berat. Dengan menentukan alat berat yang digunakan pada setiap
subsistem teknis operasional persampahan maka biaya investasi pun dapat
diketahui. Selain itu dapat diketahui pula persentase dari biaya yang dikeluarkan
untuk setiap subsistem. Sehingga pengguna dapat menentukan alternatif alat berat
yang akan digunakan.
V-39
Gambar 5.26 Klasifikasi Atribut Penentuan Alternatif Biaya Spesifik Investasi
Alat Berat
5.9.3 Basis pengetahuan
Basis pengetahuan dalam program yang telah dibuat berisi seluruh aturan untuk
melakukan pencarian pengetahuan dalam domain penentuan alternatif biaya
spesifik investasi alat berat. Aturan pencarian (rules) dibuat untuk mengkaitkan
antara satu objek data dengan objek data lain yang berada di dalam objek. Kaitan
antara satu objek dengan objek yang lain menghasilkan informasi berupa jawaban
(goal) yang ingin ditampilkan oleh pengguna. Dengan metode tersebut, luas ruang
domain pencarian dapat dikendalikan sehingga pencarian menjadi lebih efisien.
Jenis pencarian yang dipilih adalah pencarian kedepan, yaitu informasi digunakan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5.9.4 Informasi Penentuan Alternatif Biaya Spesifik Investasi Alat berat
Informasi yang digunakan pada program ini meliputi formula biaya spesifik
investasi dari setiap alat berat pada setiap subsistem operasional persampahan.
Untuk dapat melihat formula secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran A.
Hal tersebut meliputi transfet depo 1, transfer depo 1, dan transfer depo 3 pada
V-40
sistem pengumpulan dan pewadahan. Truk biasa, dump truk, arm roll, dan
compactor truk pada sistem pengangkutan. Sedangkan pada sistem pembuangan
akhir meliputi alat berat buldozer.
5.9.5 Tampilan output Program
Pada Gambar 5.27 dapat dilihat contoh dari tampilan program penentuan alternatif
biaya spesifik investasi alat berat.
Gambar 5.27 Tampilan Output Program Penentuan Alternatif Biaya Spesifik
Investasi Alat Berat
Pada langkah awal pengguna Memilih Alat berat yang akan digunakan pada
Sistem pengumpulan dan pemindahan. Lalu Pemilihan alat berat pada sistem
pengangkutan. Setelah itu dengan memasukkan julah input penduduk terlayani
serta persentase sampah yang diangkut ke pembuangan akhir dan dilakukan
pengomposan maka akan diketahui biaya investasi dari setiap alat berat disertai
persentase biaya yang harus dikeluarkan dari setiap sistem. Selain itu dengan
memasukkan densitas sampah maka akan diketahui total biaya spesifik investasi.