Upload
dhoniecbhungsumalingping
View
213
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
education
Citation preview
BAB VI
PEMBAHASAN
Setelah mendapatkan hasil penelitian yang disajikan dalam dua bentuk analisa data yaitu
analisa univariat dan analisa bivariat, selanjutnya dilakukan pembahasan sesuai tujuan
khusus yang ingin diperoleh yaitu;
1. Analisa Univariat
a. Gambaran kepatuhan perawat dalam standar operasional prosedur pemasangan
infuse di RS Umum Adjidarmo Kabupaten Lebak.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat kepatuhan perawat dalam
melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat
Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak 2013, menunjukan dari 76
responden yang diteliti, masih banyak (30,3%) ditemukan perawat pelaksana
yang tidak patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus.
Hal ini menggambarkan bahwa perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Dr.
Adjidarmo sebagian besar patuh dalam melaksanakan standar operasional
prosedur pemasangan infus, sedangkan yang tidak patuh hanya sebagian kecil
saja, hal yang menyebabkan adanya ketidakpatuhan dalam melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infus ini adalah kurangnya sarana yang
tersedia, misalnya perlak atau pengalas, tourniquet, handscoon, sabun cuci tangan
dan bengkok. Selain itu disebabkan oleh kurangnya informasi atau sosialisasi
tentang pengertian, tujuan dan fungsi standar operasional prosedur pemasangan
infus. Selain itu juga disebabkan karena perawat hanya memikirkan resiko tertular
penyakit pada diri sendiri yang harus dijaga sedangkan resiko penularan atau
infeksi nosokomial yang terjadi kepada pasien diabaikan, hal ini terbukti saat
melaksanakan tindakan pemasangan infus sebagian besar tidak melakukan cuci
tangan sebelum melakukan tindakan pemasangan infus sedangkan setelah
pemasangan infus semua responden melakukan cuci tangan. Bila hal ini dibiarkan
maka akan berpengaruh terhadap timbulnya infeksi. Selain itu juga ketidak
patuhan perawat bisa disebabkan dari pihak rumah sakit belum adanya sanksi atau
reward terhadap kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan pemasangan infus
yang sesuai dengan SOP.
Perilaku kepatuhan ini bersifat sementara karena perilaku ini akan bertahan bila
ada pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur maka akan timbul
perilaku ketidakpatuhan. Perilaku kepatuhan ini akan optimal jika perawat itu
sendiri menganggap perilaku ini bernilai positif, yang akan terintegrasikan
melalui tindakan asuhan keperawatan. Perilaku kepatuhan ini akan dapat dicapai
jika manager keperawatan merupakan orang yang dapat dipercaya dan dapat
memberikan motivasi (Sarwono, 2007). Untuk mencegah terjadinya malpraktek
dalam tindakan pemasangan infus, maka perawat harus patuh terhadap apa yang
menjadi tugasnya dan dapat menjalankan serta melaksanakannya dengan baik dan
benar secara konsisten.
b. Gambaran pengetahuan perawat tentang standar operasional prosedur
pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten
Lebak.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan perawat dalam
melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse di Instalasi Rawat
Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak 2013, menunjukan dari 76
responden yang diteliti, bahwa sebagian responden memiliki pengetahuan baik
yaitu 23 orang (30,3%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup
yaitu sebanyak 37 orang (48,7%) dan yang memiliki pengetahuan kurang
sebanyak 16 orang (21,0%).
Berdasarkan hasil statistik didapatkan data bahwa sebagian besar responden
memilki pengetahuan kurang dan cukup tentang standar operasional prosedur
pemasangan infus adalah (69,7%.) Untuk responden yang memiliki pengetahuan
baik hanya 23 orang (30,3%). Padahal dalam melaksanakan tugas keperawatan,
perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang baik dalam hal
keperawatan. Kurangnya responden yang memiliki pengetahuan baik tentang
standar operasional prosedur pemasangan infus disebabkan karena kurangnya
terpapar informasi tentang apa itu standar operasional prosedur, tujuannya dan
manfaatnya sehingga perawat menganggap standar operasional prosedur tidak
penting bagi terlaksananya pekerjaan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan sehingga standar operasional prosedur yang ada di ruangan hanya
sekedar arsip saja yang tersimpan rapi di lemari, selain itu juga perawat yang
bertugas di ruang rawat inap lebih berfokus terhadap menjalankan instruksi
medis, sedangkan kesadaran perawat tentang pentingnya membaca isi dokumen
standar operasional prosedur masih kurang.
Standar operasional prosedur seharusnya mudah untuk dilihat dan dibaca oleh
perawat setiap hari, khususnya standar operasional prosedur tindakan yang sering
dilakukan di masing-masing ruangan. Maka standar operasional prosedur
seharusnya ditempelkan ditempat-tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh
perawat.
Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Selain kurang terpaparnya informasi tentang standar operasional prosedur
pemasangan infus, kurangnya responden yang memiliki pengetahuan baik,
disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari tim INOK (infeksi nosokomial)
tentang pentingnya tindakan cuci tangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar
(1995) bahwa kurangnya informasi yang simultan tentang suatu objek cenderung
mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang objek tersebut. Sedangkan yang
disebabkan dari pihak rumah sakit adalah jarang atau kurangnya mengadakan
pelatihan secara khusus tentang pentingnya keterampilan pemasangan infus.
Notoatmojo (2003) mengungkapkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh
diantaranya melalui pendidikan formal, non formal, pengalaman dan media masa.
Pengetahuan atau kognitif merupan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.
c. Gambaran sikap perawat tentang standar operasional prosedur pemasangan infus
di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai sikap perawat dalam melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.
Adjidarmo Kabupaten Lebak 2013 yang dilakukan kepada 76 responden
didapatkan bahwa perawat pelaksana sebagian 22 orang (28,9%) masih memiliki
sikap yang negatif terhadap standar operasional prosedur pemasangan infus. Hal
yang dapat mempengaruhi sikap negatif perawat dalam melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infus diantaranya ketidakpedulian atau acuh,
perawat sebenarnya mengetahui pentingnya tindakan cuci tangan tapi karena
sikap acuh atau cueknya tersebut yang menjadikan perawat itu memiliki sikap
negatif. Selain itu juga disebabkan oleh ketidaktahuan perawat tentang isi
dokumen standar operasional prosedur pemasangan infus.
Dalam kehidupan sehari-hari sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional.
Sikap adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan
tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. (Azwar, 1995).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap
stimulus atau objek (Notoatmojo, 2007). Sikap belum merupakan suatu tindakan
tetapi merupakan predisposisi tindakan atau kepatuhan.
Sikap juga dikatakan sebagai suatu respon evaluative, yang berarti bahwa bentuk
reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi
dalam diri individu yang memberiap kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk
nilai-nilai baik, positif- negative, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang
kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap suatu objek.
d. Gambaran motivasi perawat tentang standar operasional prosedur pemasangan
infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai motivasi perawat dalam melaksanakan
standar operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.
Adjidarmo Kabupaten Lebak 2013 yang dilakukan terhadap 76 responden , masih
ada sebagian kecil perawat pelaksana (19,7%) yang memiliki motivasi kurang
baik terhadap standar operasional prosedur pemasangan infuse. Faktor yang
menyebabkan kurangnya motivasi perawat dalam melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infuse diantaranya disebabkan oleh imbalan
jasa atau insentif, perawat mau melaksanakan perawatan dan pemasangan infuse
karena motivasinya ingin mendapat imbalan atau jasa yang besar, kurangnya
pengawasan oleh kepala ruangan atau perawat supervise. Selain itu juga karena
ingin dipuji. Perawat melakukan tindakan pemasangan infuse motivasinya karena
ingin dipuji oleh kepala ruangan bukan karena ingin meningkatkan pengetahuan
atau keterampilan tentang standar operasional prosedur pemasangan infus.
Menurut Widyatun (2002) ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu;
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah motivasi yang berasal
dari dalam diri sendiri, bisanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi
kebutuhan sehingga manusia menjadi puas.
Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tetapi ada
kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi tersebut.sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang datang dari luar berasal dari lingkungan, dukungan
social dan media.
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan antara pengetahuan perawat terhadap kepatuhan melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak bahwa ketidakpatuhan perawat
dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus lebih banyak
terjadi (94,0%) pada kelompok perawat yang berpengetahuan kurang baik dan
cukup dibandingkan dengan perawat yang berpengetahuan baik tidak terdapat
yang tidak patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan
infus.
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p
value : 0,000 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
H0 ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infus. Artinya bahwa
tingkat pengetahuan perawat dapat mempengaruhi kepatuhan dalam
melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus, karena semakin
baik pengetahuan mengenai standar operasional prosedur pemasangan infus maka
setiap melaksanakan tindakan pemasangan infus akan melaksanakan prinsip-
prinsip utama pemasangan infus. Jadi semakin baik tingkat pengetahuan
seseorang maka akan memiliki sikap yang positif. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Ratnawati (2008) tentang Hubungan antara tingkat pengetahuan
perawat tentang patient safety dengan tindakan pemasangan infus sesuai SOP,
terhadap 103 responden, dari 47 orang yang mempunyai pengetahuan kurang,
hanya 45, 6% yang melakukan tindakan sesuai prosedur, sedangkan yang
melakukan tindakan tidak sesuai dengan prosedur sebanyak 53,3%. Ini berarti
menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan.
Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penggolongan pengetahuan termasuk dalam faktor predisposisi, yaitu untuk dapat
melakukan sesuatu (mengadopsi prilaku) seseorang harus tahu terlebih dahulu
mengenai arti dan manfaatnya berperilaku tersebut, dan pengaruh pengetahuan ini
bisa mendorong terhadap suatu tindakan tergantung dari apa yang dilakukan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari
pengetahuan umumnya bersifat langgeng.
Maka hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo sesuai
dengan teori bahwa perawat yang mempunyai pengetahuan baik akan patuh
terhadap aturan yang berlaku, termasuk aturan mengenai protap pemasangan
infus.
b. Hubungan antara sikap perawat terhadap kepatuhan melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak bahwa ketidakpatuhan perawat
dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus lebih
banyak terjadi (68,2%) pada kelompok perawat yang memiliki sikap negatif,
dibandingkan dengan perawat yang memiliki sikap positif hanya (14,8%) yang
tidak patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus.
Nilai OR yang diperoleh sebesar 12,32 yang berarti bahwa perawat pelaksana
memiliki sikap tidak setuju terhadap standar operasional prosedur pemasangan
infuse memiliki resiko 12 kali lebih besar yang tidak patuh melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infus, bila dibandingkan dengan perawat
pelaksana yang memiliki sikap setuju terhadap standar operasional prosednur
pemasangan infus.
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi square di dapatkan nilai p
value : 0,000 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara sikap dengan
kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infus. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Muchaminudin tentang Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melaksankan SOP infuse di RSUP
Dr. Karyadi Semarang, bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan.
Sikap perawat yang baik tentang prosedur pemasangan infuse, ditunjukan dengan
perawat yang sangat setuju tentang SOP pemasangan infuse di RS. Sikap yang
baik ini ditunjukan dengan respon perawat untuk melakukan cuci tangan dan
memakai sarung tangan pada saat melakukan pemasangan infus.
Sikap adalah kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek ,
dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau
tidak menyenangi suatu objek (Azwar,1995). Dengan kata lain sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung maupun tidak mendukung atau
memihak atau tidak memihak pada objek tersebut.
Sikap merupakan cikal bakal dari sebuah perilaku, karena sikap merupakan
kecenderungan seseorang untuk berperilaku. Jadi ada kesejajaran antara sikap
dengan perilaku. Dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang
menyebabkan perilaku responden kurang baik diantaranya pengetahuan dan sikap.
Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmojo (2003) apabila perilaku didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting) begitu pula sebaliknya.
Maka hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo sesuai
dengan teori bahwa perawat yang mempunyai sikap positif akan patuh terhadap
aturan yang berlaku, termasuk aturan mengenai protap pemasangan infus.
c. Hubungan antara motivasi perawat terhadap kepatuhan melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak bahwa ketidakpatuhan perawat
dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus lebih banyak
terjadi (60,0%) pada kelompok perawat yang memiliki motivasi yang kurang
baik, dibandingkan dengan perawat yang memiliki motivasi baik yaitu hanya
(23,0%) yang tidak patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur
pemasangan infus.
Nilai OR yang diperoleh sebesar 5,036 yang berarti bahwa perawat pelaksana
memiliki motivasi kurang baik terhadap standar operasional prosedur pemasangan
infus memiliki resiko 5 kali lebih besar yang tidak patuh melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infus, bila dibandingkan dengan perawat
pelaksana yang memiliki motivasi yang baik terhadap standar operasional
prosedur pemasangan infus.
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p
value : 0,013 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan
kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infus. Artinya bahwa tingkat
motivasi perawat dapat mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infus, karena semakin baik motivasi yang
dimiliki mengenai standar operasional prosedur pemasangan infus maka setiap
melaksanakan tindakan pemasangan infus akan melaksanakan prinsip-prinsip
utama pemasangan infus. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Muchaminudin tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
perawat dalam melaksankan SOP infus di RSUP Dr. Karyadi Semarang, bahwa
terdapat hubungan antara motivasi dengan kepatuhan.
Motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu, baik
disadari maupun tidak disadari. Motivasi dapat timbul dalam diri individu atau
datang dari lingkungan. Motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang dari
dalam diri sendiri (motivasi intrinsic), bukan pengaruh lingkungan. (Sunaryo,
2004). Sedangkan motif adalah energy dasar yang terdapat dalam diri individu
dan menentukan perilaku. Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri
sendiri, tetapi saling kait mengkait dengan faktor lain, hal yang dapat
mempengaruhi motif disebut motivasi. Kalau orang ingin mengetahui mengapa
orang tersebut berbuat arau berperilaku kea rah sesuatu seperti yang dikarjakan,
maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi
(motivated behavior) (Sunaryo,2004).
Maka hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo sesuai
dengan teori bahwa perawat yang mempunyai motivasi yang baik akan patuh
terhadap aturan yang berlaku, termasuk aturan mengenai standar operasional
prosedur pemasangan infus.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan sebagai berikut;
1. Gambaran kepatuhan perawat terhadap standar operasional prosedur pemasangan
infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak diperoleh
hasil bahwa sebagian besar 69,7% patuh dalam melaksanakan standar operasional
prosedur pemasangan infus
2. Gambaran pengetahuan perawat terhadap standar operasional prosedur
pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten
Lebak diperoleh hasil bahwa sebagian responden mempunyai pengetahuan cukup
48,7% dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus
3. Gambaran sikap perawat terhadap standar operasional prosedur pemasangan infus
di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak diperoleh hasil
bahwa sebagian besar 71,1% mempunyai sikap yang positif dalam melaksanakan
standar operasional prosedur pemasangan infus
4. Gambaran motivasi perawat terhadap standar operasional prosedur pemasangan
infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak diperoleh
hasil bahwa sebagian besar 80,3%% memiliki motivasi yang baik dalam
melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus
5. Hasil uji statistic menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur
pemasangan infus
6. Hasil uji statistic menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan
kepatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus
7. Hasil uji statistic menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi
dengan kepatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan
infus.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo, disarankan antara lain;
Meningkatkan pengetahuan dan sikap perawat mengenai standar operasional
prosedur pemasangan infus melalui kegiatan pelatihan dan sosialisasi tentang
SOP tindakan keperawatan serta sosialisasi tentang INOK
Meningkatkan motivasi perawat untuk berlomba secara positif dalam
meningkatkan pelayanan kepada pasien semaksimal mungkin, seperti
memberikan kesempatan untuk meningkatkan jenjang pendidikan
Meningkatkan kompetensi perawat dengan mengadakan evalusi semesteran
tentang pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
Melengkapi sarana prasarana yang kurang seperti pengalas, perlak, bengkok,
tourniquet, handscoon steril dan gunting
Meningkatkan seleksi penerimaan calon perawat baru dalam hal pengetahuan,
keterampilan, sikap dan motivasi, melalui uji pengetahuan uji keterampilan dan
test psikologi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Melengkapi daftar kepustakaan guna memperlancar mahasiswa dalam
mengerjakan tugas skripsi dan tugas mata kuliah.
3. Bagi perawat
Untuk meningkatkan kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP
pemasangan infus yang akan berakibat pada perbaikan /meningkatnya mutu
pelayanan keperawatan diharapkan semua tenaga perawat membaca kembali
isi dari dokumen SOP pelayanan keperawatan yang ada disetiap ruangan dan
mematuhi langkah- langkah yang ada dalam Standar Operasional Prosedur
contoh diantaranya menerapkan teknik aseptic (cuci tangan) sebelum dan
sesudah melakukan tindakan ,hal ini untuk mencegah terjadinya infeksi pada
pemasangan infus.
Diharapkan setiap tenaga keperawatan selalu meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilanya dalam melaksanakan tindakan pemasangan infus baik melalui
diklat intern maupun ekstern atau melalui diskusi antar teman sejawat,selain itu
setiap tenaga keperawatan juga diharapkan mempunyai sikap dan motivasi yang
baik (positif) yaitu peduli atau tetap memperhatikan SOP dalam setiap tindakan
walau dalam keadaan diawasi maupun tidak diawasi oleh pimpinan.
4. Peneliti Berikutnya
Skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi
peneniti selanjutnya untuk mengembangkan variabel penelitian yang
mempengaruhi kepatuhan menjalankan SOP pemasangan infus antara lain : umur
,jenis kelamin,pendidikan, masa kerja dan kemampuan