Bab02-Metode Pelaksanaan

Embed Size (px)

Citation preview

BAB

2

METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAANLAPI ITBBANTEN FINAL REPORT PEMBUATAN PERENCANAAN TEKNIS PERBAIKAN BERAT DAN PERKUATAN DERMAGA 003 DI PELABUHAN

2.1

PEDOMAN PERENCANAAN Perencanaan mengacu pada peraturan -peraturan perencanaan Indonesia dan peraturan Lembaga Pengkajian Il miah dari negara-negara lain sebagai berikut, (1) (2) (3) (4) (5) (6) Badan Standarisasi Nasional (BSN) Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Tahun 2002. SNI 03-2847-1992 Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. SNI-03-1726-02 Peraturan Perencanaan Bangunan Terhadap Keamanan Akibat Gempa, Badan Standarisasi Nasional.

American Concrete Institute Code (ACI Code) . American Society for Testing and Materials Standards (ASTM Standards) .Peraturan-peraturan atau Standa r Perencanaan lain yang relevan.

Acuan normatif yang digunakan dalam perencanaan disajikan selengkapnya dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Acuan Normatif PerencanaanSK SNI S-05-1989-F SNI 03-2492-1991 SNI 03-1974-1990 SNI 03-2458-1991 SNI 03-2461-1991 SNI 03-2492-1991 SNI 03-2496-1991 SNI 03-2834-1992 SNI 03-3403-1991-03 SNI 03-3403-1994 SNI 03-4433-1997 SNI 03-4810-1998 SNI 07-0068-1987 SNI 07-0722-1989 SNI 07-3014-1992 Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (bahan bangunan dari besi/baja) Metode Pengambilan Benda Uji Beton Inti Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Metode Pengujian Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton Segar Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium Spesifikasi Bahan Tambahan Pembentuk Gelembung untuk Beton Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Inti Pemboran Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Inti Spesifikasi Beton Siap Pakai Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji di Lapangan Pipa Baja Karbon untuk Konstruksi Umum, Mutu dan Cara Uji Baja Canai Panas untuk Konstruksi Umum Baja untuk Keperluan Rekayasa Umum

2-1

SNI 07-3015-1992 SNI 15-2049-1994

Baja Canai Panas untuk Konstruksi dengan Pengelasan Semen Portland

2.2

PENGUMPULAN DATA Satu-satunya data primer dalam pekerjaan ini adalah data kualitatif kerusakan dermaga yang diperoleh melalui survei orientasi lapangan. Orientasi lapangan merupakan pemeriksaan secara visual yang bertujuan untuk mendapat kan data kualitatif kondisi dermaga eksisting dengan menggunakan kriteria tingkat kerusakan komponen struktur. Pengamatan dilakukan langsung pada struktur dermaga bersangkutan dengan melakukan pengamatan kondisi fisik. Komponen-komponen dermaga yang diamat i adalah pelat lantai, balok, poer ( pile cap), fender dan daprah.

2.2.1 Data Primer

2.2.2 Data Sekunder Data yang diperlukan dalam perencanaan perkuatan dan perbaikan berat Dermaga 003 meliputi data sekunder berdasarkan hasil studi terdahulu, yaitu Survey dan Perencanaan Perbaik an Berat Dermaga 003 di P elabuhan Banten September 2006 dan data lain yang diperoleh dari PT (Persero) Pelindo II Cabang Banten dan Pusat selaku Pengguna Jasa serta sumber-sumber lain yang relevan . Data yang dikumpulkan meliputi (1) Data Fisik Dermaga: Gambar-gambar terbangun ( as built drawing ). Dimensi bagian-bagian struktur dermaga (balok melintang, balok memanjang, kepala tiang/poer, pelat lantai, papan tepi ( list plank ), fender dan daprah dermaga. Kuat tekan beton komponen -komponen dermaga.

(2) Data Mekanika Tanah (Geoteknik). Data yang diperlukan terdiri dari berat volume, massa jenis, Berat Jenis ( specific gravity), sudut gesek dalam ( J), kohesi (c), unconfined compression strength (qu). (3) Data Hidro-Oseanografi, antara lain fluktuasi muka air (data pasang surut) , data gelombang dan arus. (4) Data batimetri perairan di sekitar dermaga. (5) Data Kapal. Data kapal meliputi jenis dan data teknis kapal yang dilayani, antara lain bobot, panjang , lebar dan draft kapal. 2.3 DESAIN FONDASI DERMAGA Tujuan analisis stabilitas lereng adalah untuk menentukan faktor keamanan SF (Safety Factor) dari suatu permukaan tanah atau bantuan yan g berpotensi runtuh akibat gaya-gaya yang bekerjan terhadapnya. Faktor Keamanan didefinisikan sebagai nisbah (ratio) antara gaya-gaya penahan ( resisting forces) dan gaya-gaya pendorong ( driving forces ), di mana kedua jenis gaya -gaya tersebut bekerja sepanjang permukaan runtuh ( slip surface ).

2.3.1 Analisis Kestabilan Lereng

2-2

Analisis kestabilan lereng dasar perairan di bawah dan sekitar dermaga perlu dianalisis terkait dengan rencana perkuatan dermaga dan penambahan kedalaman perairan dermaga dari -7.0 m MLWS menjadi -10.0 m MLWS. Analisis menggunakan metode Bishop, yang mana menganggap bahwa bidang longsor berbentuk lingkaran (circular slip surface ). Tanah di atas permukaan longsor dibagi ke dalam pias -pias vertikal dengan lebar yang sama. Berdasarkan persamaan keseimbangan momen gaya-gaya penahan dan gaya -gaya pendorong terhadap pusat lingkaran bidang longsor, maka dapat dihitung Faktor Keamanan sebagai berikut

SF !

cos E 1 tan E tan J / SF K h sin E

c K h p tan J

dimana c = kohesi h = tinggi piasK = berat volume tanah

p = tekanan air poriE = sudut antara garis vertikal dengan garis yang melalui pusat lingkaran dan pertengahan permukaan gelincir ( slip surface ) per pias. J = sudut gesek dalam

Lereng dianggap aman terhadap bahaya longsor jika S > 1, jika S < 1 maka lereng tidak stabil. Bidang longsor yang membe rikan angka faktor Keamanan terkecil adalah bidang kritis. 2.3.2 Analisis Daya Dukung Fondasi Tiang Pancang Kapasitas batas (ultimate ) tiang pancang sebagai manifestasi daya dukungnya dipengaruhi oleh 2 komponen , yaitu: (1) tahanan ujung ( end bearing ) dan (2) tahanan gesek permukaan (side friction resistance) sesuai dengan formula berikut, Qu ! Qp Qs dimana Qu = daya dukung batas Qp = tahanan ujung Qs = tahanan gesek permukaan Dengan memperhitungkan kondisi perlapisan tanah, maka daya dukung ba tas tiang pancang adalahu

! Ap cNc K LN q 1 K BN K (lpi ssi 2i !1

N

Untuk kasus pile bulat dengan jari -jari R, kuat geser tanah seragam ( ss = konstan) dan penampang pile konstan ( p = konstan), berlaku

2-3

N p

Qu ! di mana, LK

= panjang total pile tertanam = berat volume tanah = kohesi efektif tanah = faktor daya dukung tanah

cNc, N q, N K 2.4

ANALISIS KEKUATAN STRUKTUR Kekuatan struktur dermaga dianalisis dengan bantuan program Structural Analysis Program 2000 (SAP2000) versi 10.07. SAP2000 memiliki kemampuan untuk memodelkan struktur portal 2 dimensi maupun struktur ruang (3 dimensi) berdasarkan metode elemen hingga (finite element method ) baik linear maupun non linear pada kondisi beban statis dan dinamis. Selain itu SAP2000 memiliki antarmuka pengguna grafis ( Graphical User Interface/GUI ) yang memungkinkan pengguna untuk menyusun model, menganalisis, mendisain dan menampilkan hasil secara grafis sehingga lebih interaktif . Obyek struktur seperti, perletakan, sambungan ( joint ), balok, kolom, lantai, dinding dan lain-lain dapat dimodelkan secara grafis. Selain itu sifat -sifat material ( material properties ) dan beban luar juga dapat dimodelkan pada setiap komponen -komponen struktur. Skenario pemodelan struktur dermaga terdiri dari 2 kondisi, yaitu kondisi eksisting dan kondisi perkuatan.

2.4.1 Analisis Struktur Eksisting Skenario ini untuk memeriksa kekuatan struktur dermaga yang masih tersisa dengan asumsi bahwa dermaga akan melayani muatan curah kering berupa semen dibandingkan dengan kondisi semula yaitu untuk melayani muatan batu bara . 2.4.2 Analisis Struktur Dengan Perkuatan Berdasarkan hasil analisis kekuatan struktur eksisting dapat diketahui, apakah dermaga memerlukan perkuatan atau tidak. Jika hasil analisis menunjukkan bahwa kapasitas dermaga eksisting tidak mencukupi, maka struktur dermaga akan diberi perkuatan secara coba-coba dan dilakukan lagi analisis kekuatan struktur dermaga dengan perkuatan sampai diperoleh kapasitas minimum yang memenuhi syarat. Input yang diperlukan dalam analisis kekua tan struktur dermaga antara lain konfigurasi dermaga, dimensi komponen dermaga (balok, slab/lantai, kolom) dan sifat-sifat bahan ( material properties ) komponen dermaga yang diperoleh dari asbuilt drawing , laporan studi dan laporan perencanaan sebelumnya. 2.5 PERHITUNGAN BETON BERTULANG Pendekatan perencanaan adalah metode kekuatan batas ( Ultimate-Strength Design/USD) sesuai dengan peraturan American Concrete Institute (ACI 318 -86 Code) dan SNI 03-2847-1992. Perhitungan beton dermaga meliputi 2 bagian, yaitu analisis dan disain. Analisis adalah memeriksa kapasitas atau hambatan berdasarkan dimensi dan sifat-sifat material beton dan tulangan. Disain adalah memilih dimensi beton dan tulangan

cN

1 c K LN q 2 K BN K (lpi ssi i !1

2-4

yang memenuhi syarat kekuatan berdasarkan beban rencana dan sifat -sifat material yang dipilih. 2.5.1 Dasar Perencanaan Metode kekuatan batas menetapkan bahwa supaya dapat menahan beban yang bekerja, maka harus dipenuhi Kuat Rencana (design strength) harus lebih besar atau sama dengan Kuat Perlu (required strength). Secara matematis dinyatakan sebagai

f Mn Mu f Vn Vu...dan seterusnya. dimanaJ

= faktor reduksi kekuatan (< 1) = hambatan/gaya-gaya dalam nominal (momen dan gaya geser) = kuat perlu, efek beban (momen dan gaya geser ) akibat beban terfaktor

Mn, Vn Mu, Vu

JMn, JVn = kuat rencana (momen dan gaya geser)

Kuat rencana adalah hambatan/gaya-gaya dalam (nominal) dikalikan dengan fakto r reduksi kekuatan J, sementara kuat perlu adalah efek beban ( load effect ) akibat beban kerja (applied loads) dikalikan dengan faktor beban E (>1). (1) Faktor Reduksi Kekuatan (strength reduction factor ) J Faktor reduksi kekuatan dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan bahwa hambatan dalam kurang dari yang dihitung. P eraturan ACI 318 -02 menetapkan beberapa faktor reduksi kekuatan yang umum digunakan sebagai berikut , Lentur murni ( tension-controlled section ) Tekan murni ( compression-controlled section ) (a) Balok dengan tulangan spiral (b) Jenis lainnya Geser dan Torsi Kolom dengan tulangan s piral (tekan) Kolom dengan tulangan spiral (tarik)J = 0.70 J = 0.65 J = 0.75 J = 0.75 J = 0.90 J = 0.90

(2) Faktor Beban ( load factor ) Edan Kombinasi Pembebanan Peraturan ACI 318-02 menetapkan bahwa beban kerja harus dikalikan dengan faktor beban E. Faktor beban diterapkan untuk mengant isipasi kemungkinan bahwa beban kerja lebih besar dari yang dihitung/diperkirakan. Kombinasi beban kerja terfaktor secara matematis dapat ditulis sebagai

Pu = a D D + a L L + a E E + ...

2-5

dimana Pu = jumlah kombinasi beban terfaktor = beban mati ( dead load ) = faktor beban mati = beban hidup (live load ) = faktor beban hidup = beban gempa ( eqarthquake load ) = faktor beban gempa

Faktor beban untuk masing -masing jenis beban dan k ombinasi pembebanan adalah sebagai berikut: 1. Beban Mati ( Dead Load ) + Beban Hidup ( Live Load )

2.

3.

Selain beban-beban tersebut di atas, kestabilan struktur dermaga perlu diperhitungkan terhadap gaya -gaya lateral akibat gelombang, tambat ( berthing ) dan gaya gempa. (3) Gaya Tambat ( berthing force ) Gaya tambat disalurkan ke struktur dermaga melalui fender yang dihitung berdasarkan energi kinetik kapal pada saat tambat. Energi tumbukan kapal yang diserap oleh fender adalah

dimana m g V Ce Cm Cs Cc = massa kapal = DT/g = perecepatan gravitasi (}9.81 m/det 2) = kecepatan kapal pada saat mendekati fender (dermaga) , fungsi dari bobo t kapal (bobot kapal 20.000 DWT, V = 0.11 ~ 0.30) = faktor eksentrisitas (0.4 ~ 0.6) = faktor massa virtual (1.25 ~ 2.0) = softness factor (0.9 ~ 1.0) = cushion effect of water (0. 8 ~ 1.0) DT = displacement tonnage kapal

ED

LEL

EEE

Pu = 1.2 D + 1.6 LNo 1 di atas ditambah dengan Beban Angin ( Wind Load )

Pu = 0.75 (1.2 D + 1.6 L + 1.6W )Beban Mati + Beban Angin

Pu = 0.9 D + 1.3W

E fender =

1 mV 2Ce Cm Cs Cc 2

2-6

Formula empiris untuk menghitung energi berthing adala h

E!

10 m 120 m

(kNm)

dimana m adalah berat total kapal dalam Ton. Energi berthing dikonversi menjadi gaya berthing berdasarkan tabel atau fender factor diagram yang dikeluarkan oleh produsen fender. Gambar 2.1 menyajikan fender factor diagram yang menunjukkan hubungan antara energi dan gaya yang bekerja pada fender.

F (kN) F1

E (kN*m) E1Gambar 2.1 Fender factor diagram (4) Gaya Gelombang ( wave force) Gaya-gaya akibat gelombang yang diterapkan dalam program SAP akan dihitung secara otomatis berdasarkan masukan tinggi dan periode gelombang. Gaya gelombang dihitung berdasarkan persamaan Morisson sebagai berikut,

fT =

dU 1 rC D A U U + C M rV dt 2kg/m3

dimana V CD = J(c)

Kerapatan fluida Koefisien drag, fungsi Bilangan Reynold cc = UA/R

AR CM = 1 + km

projected area/unit elevationViskositas kinematik Koefisien inersia Massa tambah = fungsi dari bentuk benda volume benda/satuan panjang Kecepatan partikel horisontal

m2 /m1 m2 /det

km V U

m3 /m1 m/det

2-7

(5) Gaya Gempa Gaya akibat gempa perlu diperhitungkan sebagai beban tak terduga yang kemungkinan terjadi dan berpengaruh terhadap kekuatan struktur dermaga. Perhitungan gaya -gaya gempa mengacu kepada Peraturan Perencanaan Bangunan Terhadap Keamanan Akibat Gempa (SNI-03-1726-02). Sesuai dengan peraturan tersebut, percepatan akibat gempa tergantung kepada zona gempa seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Daerah gempa Kepulauan Indonesia(Sumber: SNI-03-1726-02 Peraturan Perencanaan Bangunan Terhadap Keamanan Akibat Gempa, Badan Standarisasi Nasional Indonesia)

Percepatan akibat gempa dinyatakan dengan Peak Ground Acceleration (PGA) . Nilai-nilai PGA untuk kala -ulang 500 Tahun adalah Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 PGA = 0.05 g PGA = 0.10 g PGA = 0.15 g PGA = 0.20 g PGA = 0.25 g PGA = 0.30 g

dimana g = percepatan gravitasi bumi. Nilai-nilai PGA pada kala -ulang selain 500 Tahun dapat dihitung secara ekstrapolasi logaritma

ln R PGAR ! PGA500 ln 500

2-8

dimana PGAR PGA500 R = nilai PGA pada kala -ulang R (dalam g) = nilai PGA pada kala -ulang 500 ( dalam g) = kala-ulang yang ditentukan (Tahun)

Sehingga dengan mengetahui percepatan akibat gempa dan massa struktur m, gaya akibat gempa adalah E ! m v PGA Algoritma langkah-langkah penyelesaian pekerjaan secar a keseluruhan disajikan pada Gambar 2.3.

Pengumpulan dan Analisis Data:

Data Primer (Orientasi Lapangan) Data Sekunder

Analisis kekuatan struktur eksisting pada kedalaman kolam -7 MLWS

Memenuhi ? TIDAK

YA

Disain Perbaikan Berat

REKOMENDASI: Perkuatan Struktur

Analisis kekuatan struktur dg perkuatan pada kedalaman kolam -10 MLWS

Dokumen Laporan Dokumen Laporan Nota Disain Rencana Gambar Gambar&Rencana RAB BOQ RAB & BOQ Lelang Dokumen Dokumen Lelang

TIDAK

Memenuhi ?

YA

Disain Perkuatan & Perbaikan Berat

Gambar 2.3 Diagram alir perencanaan dermaga

2.5.2 Detail Penulangan Beton (1) Pelat Lantai a. Perhitungan Tebal Pelat

2-9

Tebal pelat ditentukan berdasarkan batasan lendutan dan gaya gese r yang ditentukan oleh pembebanan. Tebal pelat harus cukup sehingga kapasitas geser nominal dari beton lebih besar dari gaya geser yang bekerja padanya. b. Lendutan ACI Section 9.5.3.3 dan SK-SNI T-15-1991-03 mensyaratkan tebal dari pelat d engan balok yang menghubungkan tumpuan pada semua sisinya (interior) harus memenuhi nilai -nilai berikut:

f ln 0.8 + y 1500 , h= m - 0.12 1 + 1 36 + 5b a b tetapi tidak boleh kurang dari

fy ln 0.8 + 1500 h= 36 + 9bdi mana

h = tebal total balok atau pelat ln = bentang bersih dari panel yang ditinjaufy = tegangan luluh baja tulangan

Em = rata-rata nilai E untuk empat sisi panel E = nisbah kekakuan balok terhadap pelat F = bentang bersih panel yang lebih panjang/pendekDan dalam segala hal tebal minimum pelat tidak boleh kura ng dari harga berikut:

untuk Em < 2,0 untu k E m u 2,0(2) Balok

h = 120 mm h = 90 mm

Disain penulangan balok baik balok induk maupun balok anak adalah tulangan rangkap ( tension-compression reinforcement ) dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Mengurangi defleksi akibat beban jangka panjang b. Menambah fleksibilitas ( ductility) c. Perubahan mode keruntuhan dari tekan ke tarik d. Kemudahan pelaksanaan Untuk disain penampang balok dan pelat lantai secara manual, digunakan pendekatan sesuai dengan standar SNI beton sebagai ber ikut

2-10

Tabel 2.2 Tebal Minimum Balok Dengan Standar SNITebal minimum, h Dua tumpuan Satu ujung Kedua ujung kantilever sederhana menerus menerus Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan partisi atau konstruksi lain yang mungkin akan rusak oleh lendutan yang besar l/20 l/24 l/28 l/10 l/16 l/18,5 l/21 l/8

Komponen struktur Pelat masif satu arah Balok atau pelat rusuk satu arah

l = panjang bentang balok/lantai

Algoritma penentuan tulangan lentur diuraikan secara ringkas sebagai berikut di bawah ini:

1. Menentukan Mu (momen ultimit) baik positif maupun negatif . Mu diperoleh dariperhitungan analisis struktur berdasarkan beban kerja ( applied load ).

2. Menghitung Mn perlu, Mn perlu =

Mu , dimana Jb = 0,85 0,90 Jb

3. Tentukan preliminary desain penampang balok

bd 2 !

J [ f ' c[ (1 0,59[ )]

4. Usahakan nilai d/b berkisar antara 1, 5 2,0 5. Menghitung jd asumsi, jd asumsi untuk balok adalah 0,85d.

6. Dari jd asumsi dihitung As asumsi, As asumsi =

7. Check jd asumsi dengan melakukan perhitungan: As f y a a= jd ! d 2 0,85 * f c '*b 8. Hitung As yang dibutuhkan , As !f y jd

n

9. Check As terhadap As minimum dan As maksimum

1, 4 bw d fy 4 fy As maksimum dibatasi oleh kondisi balanced reinforcedAs miminum =

f 'c

bw d atau As minimum =

V b = b1

0.85fc ' 600 f y 600 + f y

(SNI 2002)

Syarat tulangan maksimum desain : V e 0,75 Vb

(3) Perencanaan Geser Perencanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada JVn Vu Dengan Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan adalah kuat geser nominal yang dihitung dari Vn = Vc + Vs

u

Mn f y jd

Vn

2-11

Dengan Vc adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton dan Vs adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser . Kuat geser untuk komponen struktur yang hanya dibeban i oleh geser dan lentur berlaku: f' Vc = c bw d 6

Mekanisme Vs p Retak geser kritis berada sejarak d dari tumpuan

d

Shear Crack

d

d Gambar 2.4 Mekanisme retak geser

Dalam penentuan kuat geser h arus dipenuhi : Dalam penentuan kuat geser Vn, pengaruh dari setiap bukaan pada komponen struktur harus diperhitungkan. Dalam penentuan kuat geser Vc, pengaruh tarik aksial yang disebabkan oleh rangkak & susut pada komponen yang dikekang deformasinya harus diperhitungkan.

Analisis:

s d As fy

45 Cc + Cs

T

d

d

Gambar 2.5 Analisis retak geser

2-12

Untuk satu sengkang (2 kaki) memberikan kekuatan As y dimana As = luas penampang sengkang 2 kaki. Panjang Shear Crack = d, sedangkan jarak antar sengkang = s, sehingga jumlah sengkang n !

d d jadi Vs ! As f y . Ada dua variabel s s

yaitu As dan s sehingga untuk design salah satu harus ditentukan terlebih dahulu. Bila As ditentukan, maka

s!

As f y d Vs(didisain)

dimana: Vs !

Vu Vc J

Adapun algoritma dalam perencanaan tulangan geser adalah: 1. Menentukan nilai gaya geser ultimit untuk balok, Vu 2. Menghitung harga kuat geser nominal yang menahan gaya geser ultimit , Vn

Vn !

Vu ; dimana Jv = 0,75 Jv

3. Menghitung kuat geser beton, Vc

4. Menghitung harga kuat geser dari baja yang diperlukan, Vs Vs = Vn - Vc 5. Mengansumsikan luas tulangan perencanaan geser = Av asumsi. Dimana Av asumsi = 2x0.25xTxd2 6. Hitung jarak antar tulangan transversal/ spasi, s geser yang akan digunakan untuk

Vs !

Av f y d sd 2 1 bw s 3 fy

7. Bandingkan spasi yang diperoleh dengan spasi maksimum, smaks

smaks !

8. Bandingkan Av asumsi dengan Av minimum

Av min !

Pembatasan:

1.

f ' Vs " c bw d ; smaks ! d e 600mm 4 3

Vc !

fc ' bd 6

2-13

2.

f ' Vs e c bw d ; smaks ! d e 600mm 2 3 fc ' Vs " 2 bw d , Perbesar Penampang 3 As minimum ! bw s 3 f y supaya tidak terjadi Splitting Concrete ( brittle failure ).

3.

4.

Untuk tahapan desain kuat geser pada balok, akan disajikan dalam diagram alir pada Gambar 2.6.

2-14

Data : fc, bw, d, fy,Vu, Jv

Vn !

Vu Jv

Vc !TIDAK

fc ' bw d 6YA

Vs !

fc ' Vu Vc " 2 bw d J 3

Perbesar Penampang Tidak Perlu Tulangan Geser

Vc Vu > J 2

TIDAK

JVc < Vu

YA

As !d 2

bw s 3f y 600

V u J s Av ! f yd

s

d 2

600

s

Bila

fc V u V c > J 3 sd 4

' bw d

600

END

Gambar 2.6 Diagram alir desain geser

2-15

(4) Kolom Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada semua pelat lantai dan m omen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari pelat lantai yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan. Pada tahap perencanaan ini, perhit ungan yang digunakan mengacu pada peraturan SK SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Bertulang . a. Diagram Interaksi Kolom Terdapat dua tipe keruntuhan pada kolom, yaitu keruntuhan tarik dan keruntuhan tekan. Karena ada dua tipe keruntuhan yang bergantung pada kombinasi beban aksial dan momen (P n & Mn) maka interaksi antara P n dan Mn menghasilkan diagram interaksi keruntuhan sebagai berikut :

PSultimit = Snominal x J ( 0, Pn0 ) Pnom, max

Pult, max

DAERAH AMANTENSION AILURE (0,0) ( Mn0. 0 )

Gambar 2.7 Diagram Interaksi Keruntuhan

2.6

PENGGAMBARAN Setelah ditetapkan skenario perkuatan dan perbaikan bera t Dermaga 003 berikut perencanaan teknis terkait, kemudia n digambarkan detail perencanaan dalam bentuk gambar-gambar rencana teknis yang meliputi : Layout Perbaikan dan Perkuatan Detail Kolom Perkuatan Detail Penulangan Balok Detail Penulangan Pelat Lantai

Snominal

COMPRESSION AILURE

eb

M

2-16

2.7

Detail perbaikan komponen -komponen eksisting dermaga Usulan metode dan rencana pengerukan dari -7 MLWS menjadi -10 MLWS Detail Perkuatan Lereng Detail Perbaikan Fender dan Bollard Detail Perbaikan Dolphin

PERKIRAAN BIAYA PELAKSANAAN DAN VOLUME PEKERJAAN Perkiraan biaya pelaksanaan konstruksi (RAB) dan daftar volume pekerjaan dihitung setelah seluruh detail perencanaan dituangkan dal am bentuk gambar-gambar teknis. Biaya proyek dihitung dengan menggunakan harga finansial atau harga berlaku ( current price ) sesuai dengan program pelaksanaan pekerjaan dalam mata uang lokal ( local currency ) RAB perbaikan dan perkuatan Dermaga 003 Pelabuhan Banten (belum termasuk pajak) secara garis besar akan meliputi 3 komponen utama, yaitu 1. Komponen biaya pekerjaan persiapan, ya ng terdiri dari: 2. Biaya Administrasi Biaya pembuatan Kantor lapangan (directie keet , gudang, mobilisasi personil dan peralatan)

Komponen biaya perkuatan struktur dermaga Komponen biaya untuk perkuatan struktur dermaga meliputi biaya -biaya: Pengadaan kolom perkuatan Pembongkaran pile cap, balok dan pelat lantai terkait dengan pemasangan kolom perkuatan Pemasangan kolom perkuatan

3.

Komponen biaya perbaikan berat dermaga Komponen biaya untuk perbaikan dermaga meliputi komponen -komponen sebagai berikut: Pembuatan pile cap, balok dan pelat lantai terkait dengan pemasangan kolom perkuatan Perbaikan komponen-komponen dermaga diluar areal perkuatan, meliputi pile cap, balok dan pelat lantai Perbaikan fender, bollard dan dolphin.

2.8

PENYUSUNAN LAPORAN Laporan sebagai d okumentasi perencanaan terdiri dari Laporan Utama Nota Perencanaan Gambar-gambar Perencanaan Spesifikasi Teknis Dokumen Pelelangan (Rencana Kerja dan Syarat -syarat Administrasi dan Teknis, Daftar Volume Pekerjaan/BoQ, dan Tender Drawings ).

2-17