Bab_2_pemantulan Dan Pembiasan Pada Permukaan Datar Dan Prisma

Embed Size (px)

Citation preview

PEMANTULAN DAN PEMBIASAN PADA PERMUKAAN DATAR DAN PRISMA 1. Asas Huygens 2. Penurunan Hukum Pemantulan Berdasarkan Asas Huygens 3. Penurunan Hukum Pembiasan Berdasarkan Asas Huygens 4. Pemantulan sempurna 5. Pembiasan Oleh Prisma 6. Dispersi Asas Huygens Merupakan metode mengkonstruksi muka gelombang selanjutnya dari muka gelombang yang ada. Setiap titik pada muka gelombang aslinya dianggap sebagai titik sekunder yang memancarkan cahaya (radiasi) dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi sumbernya, tetapi lajunya bergantung pada medium yang dilewatinya. Konstruksi Huygens dapat dipakai dengan mudah untuk memperlihatkan efek dari perambatan yang lurus, pemantulan dan pembiasan. Prinsip ini juga memberikan penjelasan yang baik untuk interferensi maupun difraksi. Digunakan metode geometris yang dapat menentukan bentuk muka gelombang pada suatu saat bila diketahui suatu bagiannya pada suatu saat sebelumnya. Aplikasi: 1.Penurunan Hukum Pemantulan berdasarkan Asas Huygens 2.Penurunan Hukum Snell berdasarkan Asas Huygens Prinsip Huygens menerangkan bahwa setiap wave front (muka gelombang) dapat dianggap memproduksi wavelet atau gelombang-gelombang baru dengan panjang gelombang yang sama dengan panjang gelombang sebelumnya. Wavelet bisa diumpamakan gelombang yang ditimbulkan oleh batu yang dijatuhkan ke dalam air. Prinsip Huygens. Difraksi cahaya diterangkanoleh prinsip Huygens. Penurunan Hukum Pemantulan BerdasarkanAsas Huygens Ditinjau jejak muka gelombang bidang AD yang disebut muka gelombang datang. Sudut datang dari sinar-sinar AD, BE, dan CF relatif terhadap garis tegaklurus PD adalah ui. Efek bidang pantul adalah mengubah arah rambatan gelombang yang membenturnya demikian rupa, sehingga sebagian dari gelombang sekunder yang seharusnya menembus bidang pantul, menjadi dipantulkan. Dari konstruksi Huygens disamping jelas bahwa sudut datang (ui) sama dengan sudut pantul (ur)****** HUKUM PEMANTULAN******

Penurunan Hukum Pembiasan Berdasarkan Asas Huygens Perhatikan: kecepatan cahaya pada medium atas dan bawah adalah berbeda. Kecepatan cahaya dalam ruang hampa adalah c, sehingga kecepatan pada medium sebelah atas c/ni, , dimana ni

merupakanindeks bias. Kecepatan cahaya pada medium sebelah bawah adalahc/nt . Titik-titik D, E, dan F pada muka gelombang datang menuju titik D, J dan I dari bidang XY pada waktu yang berbeda. Jarak DG adalah vit, sebuah wavelet dengan radius vit, dikonstruksi dengan pusat pada D. radius DM dapat diekspresikan: Dengancarayangsamadiperolehsebuahwaveletdenganradius (ni/nt)JH berpusat pada J.Hubungangeometrikantarasudutuidanutyangdibentukolehsinar datang AD dan sinar bias DL dinamakan Hukum Snell, yang dirumuskansebagai berikut: Bentuk muka gelombang pada pembiasan.Daerah yang berada dibawah garis abu-abu memiliki nilai indeks bias yang lebih tinggi daripada daerah diatasnya. Pemantulan Sempurna Gambar disamping menunjukkan beberapa buah sinar yang memancar dari sumber titik P dalam medium a yang indeks biasnya na dan mengenai permukaan medium kedua yang indeks biasnya nb (na > nb). Dari Hukum Snell: Sinar 1 diteruskan ke medium b tanpa ada pemantulan karena |a = 00 maka |b = 00. Sinar 2 dibiaskan pada medium b, karena na > nb maka sin |a < sin |b. Sinar 3: karena na > nb maka sin |a < sin |b dan |b mempunyai nilai max = 1 yaitu pada |b = 900 , sehingga sinar menyusur bidang batas tepat pada sudut bias 900. Sudut datang yang menyebabkan sinar yang terbias menyusuri permukaan disebut sudut kritis (|kr). a a b bn n | | sin sin = Sinar 4: jika sudut datang melampaui sudut kritis maka sinar tidak akan diteruskan ke medium b tetapi memantul sempurna seluruhnya dari bidang batas. Pemantulan sempurna hanya terjadi bila sinar menumbuk permukaan suatu medium yang indeks biasnya lebih kecil daripada indeks bias medium dimana sinar bergerak. Sudut kritis untuk 2 zat tertentu dapat diketahui dengan mengambil |b = 900 atau sin |b = 1dalam Hukum Snell sehingga diperolehbakrnn= |Aplikasi: Pemantulan Sempurna pada Prisma Porro Prisma Porro Prisma Porro ditemukan oleh Ignazio Porro. Prisma Porro merupakan tipe prisma pemantul yang digunakan dalam peralatan optik untuk merubah orientasi bayangan. Prisma Porro sering digunakan secara berpasangan yang disebut Double Porro Prism. Prisma kedua diputar sedemikian sehingga berkasakan melalui kedua prisma. Porro prismDouble Porro prism Porro-Abbe prismEfek: berkas paralel, arah tetap seperti semula, bayangan berputar 1800. Prisma Porro biasanya digunakan dalam teleskop optik untuk mengorientasikan kembali bayangan yang terbalik (sistem penegak bayangan). Porro Abbe Prism, ditemukan oleh Ignazio Porro dan Ernst Abbe. Pembiasan Oleh Prisma Buktikan bahwa besarnya sudut deviasi minimum adalah: Manfaat: Mengukur indeks bias bahan padat yang tembus cahaya Sudut-sudut prisma (A dan om) dapat diukur dengan spektrometer yang mempunyai ketelitian tinggi ( )A nm1 = o Dispersi Cahaya Kecepatan gelombang cahaya dalam ruang hampa adalah sama untuk semua panjang gelombangnya, tapi berbeda kecepatannya bila melalui suatu benda (tergantung panjang gelombangnya) Indeks bias suatu zat merupakan fungsi panjang gelombang Deviasi pada prisma bertambah menurut bertambah besarnya indeks bias Cahaya ungudeviasi terbesar Cahaya merah deviasi terkecil Dispersi bergantung pada selisih antara indeks bias cahaya violet dan cahaya merah Untuk bahan tembus cahaya, makin besar deviasi maka makin besar pula dispersinya ASAS FERMAT Dikemukakan oleh Pierre de Fermat (1662) Menyatakan bahwa lintasan sinar dari satu titik ke titik lain adalah sedemikian sehingga waktu yang diperlukan untuk melintasinya minimum. v= kecepatan cahaya ds= elemen lintasan yang dilewati Dengan asas ini dapat ditunjukkan bahwa didalam medium yang homogen lintasan sinar adalah lurus dan lintasan sinar memenuhi Hukum Snellius. Di dalam medium homogen, dimana kecepatan (v) sama,tidak tergantung pada lintasan S, sehingga v bisa keluar dari integral. Integral akan menjadi minimum jika lintasannya lurus }= minvds} }= dsv vds 1Asas Fermat Pada Pemantulan Berdasarkan Asas Fermat: yang akan bernilai minimum jikabernilai minimum Dari penjabaran rumus diperoleh: sin o1 = sin o2 sehinnga o1 = o2 sesuai dengan Hukum PemantulanADC C N A o1o2 r ( )||.|

\|+ =||.|

\|+ =+ = + =}2 1 2 1cos cos1cos'cos' 11o o o or rvCC AAvDC ADv vDCvADvds2 1cos1cos1o o +Asas Fermat Pada Pembiasan Berdasarkan Asas Fermat: bernilai minimum Dari penjabaran rumus diperoleh: Atau

Sesuai dengan Hukum Snellius/Hukum Pembiasan A B B N A o | r E ||.|

\|+ == + =}| o cos cos2 1 2 1vrvrvEBvAEvds2 1sin sinv v| o =nvv= =21sinsin|oAsas Reversibilitas (Keterbalikan) Bahwa lintasan sinar dapat dibalik. Misal sinar dari A yang menuju B melalui E maka sinar B menuju A akan melalui E juga. Berdasar asas Fermat: Dasar Optika Geometris: 1. Bahwa lintasan sinar di dalam medium yang homogen adalah lurus 2. Bahwa sinar-sinar tidak berpengaruh satu terhadap yang lain 3. Bahwa lintasan sinar dapat dibalik (reversibility principle) 4. Bahwa lintasan sinar memenuhi Hukum-Hukum Snellius untuk Pemantulan dan Pembiasan } }=BAABvdsvds Dialah (Allah) yang menciptakan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkanya tempat-tempat bagi perjalanan bulan itu agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu) (QS 10:5) Dialah (Allah) yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar dalam garis edarnya (QS 21:33). Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut perhitunganmu.(QS 32:5) File: Mengungkap Misteri Cahaya File: Rancangan Pada Cahaya