Upload
sef-nengko
View
215
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
manajemen
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Ketenagaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam sistem
kesehatan suatu negara untuk meningkatkan kesehatan hidup masyarakat. Dalam
merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia telah menyusun modul dasar susunan personalia (DSP) yang memuat
tentang metode perhitungan tenaga kesehatan yaitu estimasi beban kerja. Dalam
metode ini tiap-tiap pegawai dapat dihitung beban kerjanya berdasarkan tugas dan
fungsinya.
Efektifitas dan efisiensi ketenagakerjaan merupakan salah satu indikator
keberhasilan rumah sakit bila didukung oleh ketersediaan jumlah sumberdaya
manusia yang cukup dengan kualitas yang professional sesuai dengan fungsi dan
tugas setiap pegawai. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan dirumah sakit, begitu pentingnya pelayanan dirumah sakit,
bahkan Huber (Nurdjanah, 1999) melaporkan bahwa 70% tenaga kesehatan
dirumah sakit adalah perawat. Sedangkan menurut Gillies (1994) memperkirakan
bahwa sekitar 75% tenaga keperawatan dirumah sakit adalah perawat, dan 60-
70% dari total anggaran digunakan untuk menggaji perawat. Kualitas asuhan
keperawatan dapat mencapai hasil yang optimal apabila beban kerja dan sumber
daya perawat yang ada memiliki proporsi yang seimbang. Berdasarkan penelitian
WHO (1997), beberapa Negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia ditemukan
fakta bahwa perawat yang bekerja dirumah sakit menjalani peningkatan beban
kerja dan masih mengalami kekurangan perawat
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan juga sangat ditunjang
oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang
memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dalam pelaksanaan praktek keperawatan,
menggunakan salah satu metode penugasan yang strategis dan sistematis dalam
pemberian asuhan keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan
1
klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode penugasan dalam
pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta
perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari
manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga
keperawatan serta metode penugasan di suatu unit rumah sakit. (Windy
Rakhmawati, S.Kp, M.Kep).
1.2. Tujuan
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa S1-Reguler keperawatan semester
VIII diharapkan mampu :
1. Mengidentifikasi ruang rawat terkait metode penugasan, perawat yang dinas
pagi terkait jumlah, kualifikasi pendidikan.
2. Mengidentifikasi klien terkait jumlah dan tingkat ketergantungan.
2
BAB II
ISI
1.1 Definisi Ketenagaan (Staffing)
Hakekat ketenagaan pada intinya adalah pengaturan, mobilisasi potensi, proses
motivasi, dan pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan melalui
karyanya. Hal ini berguna untuk tercapainya tujuan individu, organisasi, ataupun
komunitas dimana ia berkarya (Suarli dan Bahtiar)
Ketenagaan (staffing) sering dimulai dengan rencana sumber daya manusia, dimana
terdiri dari antisipasi dan mempersiapkan untuk perpindahan karyawan ke dalam, masuk
dan keluardari perusahaan. Proses ini mengharapkan dapat mengantisipasi kebutuhan
SDM dimasa yang akan datang dan seleksi SDM merupakan cara untuk mendekati
pemenuhan kebutuhan sumber daya yang tepat (Andrew, 1989 dalam Fadillah dkk,
2010).
Ketenagaan (staffing) adalah aktivitas yang diambil untuk menarik, mempekerjakan
dan menggaji personil atau karyawan yang dapat memberikan dukungan efektif bagi
penjualan dalam organisasi (Fadillah dkk, 2010).
Ketenagaan (staffing) adalah pemilihan, pelatihan, memotivasi adn mempertahankan
personil dalam organisasi. Staf perawat merupakan tantangan konstan untuk fasilitas
perawatan kesehatan. Sebelum pemilihan karyawan seseorang harus membuat analisa
pekerjaan tertentu, yang dibutuhkan dalam organisasi sehingga kemudian dapat muncul
pemilihan personil (Fadillah dkk, 2010)
1.2 Fungsi ketenagaan (staffing)
a. Mengidentifikasi jenis dan jumlah pelayanan yang dibutuhkan oleh
klien.
b. Menentukan kategori personil yang memeiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan langkah-langkah pelayanan yang
dibutuhkan.
c. Memprediksi jumlah personil dalam setiap kategori pekerjaan yang
diperlukan untuk memenuhi permintaan layanan.
3
d. Merencanakan jumlah posisi pada setiap kategori pekerjaan yang
diperlukan.
e. Merekrut tenaga kerja untuk mengisi posisi yang tersedia.
f. Memilih dan menunjuk personil yang cocok.
g. Menggabungkan personil ke konfigurasi yang diinginkan oleh unit
dan shift.
h. Personil berorientasi untuk memenuhi tanggung jawab yang
ditugaskan.
i. Menetapkan tanggung jawab personil untuk layanan klien yang
tersedia.
1.3 Tujuan dari perencanaan ketenagaan
a. Memastikan perencanaan personil secara maksimum.
b. Menilai kebutuhan masa depan organisasi.
c. Menentukan sumber-sumber rekrutmen.
d. Mengantisipasi catatan masa lalu seperti pengunduran diri, debit
sederhana,
e. pemecatan dan pensiun.
f. Menentukan kebutuhan pelatihan untuk pengembangan manajemen
dan
g. pengembangan organisasi.
1.4 Langkah-langkah staffing/elemen penting dalam staffing
a. Human resource planning
Dapat diartikan bahwa perencanaan yang baik mengenali yang dibutuhkan
dalam staffing dan memastikan telah mendekati kebutuhan dengan
menganalisa tujuan pekerjaan, syarat-syarat calon pegawai dan jumlah
pegawai.
b. Recruitment
Diartikan pada saat kebutuhan staffing diketahui, merekrut,
mewawancara, memilih dan menetapkan personil berdasarkan standar
deskripsi prestasi kerja yang ditetapkan.
c. Selection
4
Calon-calon pegawai harus dapat dievaluasi relatif dengan syarat-syarat,
orang-orang yang berkepentingan dan berkemampuan harus disesuaikan
dengan pekerjaan yang cocok.
d. Orientation
Calon pegawai baru harus diperkenalkan dengan pekerjaan mereka,
situasi kerjasama antar karyawan, prosedur dan kebijakan organisasi, dan
harapan supervisor.
e. Training and development
Kesempatan untuk melanjutkan training dan pengembangan harus
mempertahankan keahlian kerja dan mempertinggi kemampuan untuk
meningkatkan tanggung jawab di luar waktu kerja (lembur).
f. Replacement
Karyawan harus dipisahkan dari pekerjaannya dan digantikan oleh
karyawan lain, pemindahan promosi, dipindahkan, pensiun baik secara
sukarela ataupun tidak.
1.5 Perencanaan tenaga kerja
a. Perekrutan dan seleksi tenaga kerja
Menerima pegawai adalah tugas yang sulit dan dapat menyebabkan
kecemasan. Di sisi lain ini merupakan kesempatan yang penting untuk
mengadakan perubahan danpengembangan staf. Ketenagakerjaan
memerlukan koordinasi antara bagian-bagian pelayanan keperawatan.
Langkah pertama pada perekrutan adalah menstimulasi calon untuk
mengisi posisi yang dibutuhkan. Hal ini tidak sederhana karena tidak
hanya dari segi teknis kualifikasi melainkan juga kualitas individu harus
sesuai dengan pekerjaan, susunan dan tujuan organisasi. Penempatan
tenaga kerja harus tepat agar tercipta kondisi kerja yang efisien.
Dalam perekrutan, ada 5 kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu:
Profil keperawatan saat ini
Program perekrutan
Metode perekrutan
Program pengembangan tenaga baru
5
Prosedur penerimaan yang melalui tahap seleksi, penentuan
kualifikasi dasar seleksi, proses seleksi dan prosedur lamaran.
Selain itu hal-hal lain yang harus diperhatikan adalah:
1) Syarat yang harus dipenuhi dalam perekrutan
Data biografi, berisikan riwayat personal calon, latar belakang
pendidikan, riwayat dan pengalaman bekerja, serta data lain yang dapat
menunjang.
Surat rekomendasi atau referensi dari perusahaan atau instansi dimana
calon bekerja sebelumnya.
Wawancara, untuk mencari informasi, memberi informasi
danmenentukan apakah calon memiliki persyaratan untuk posisi
tertentu.
Psikotes, untuk mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, bakat
dan sikap umum calon
2) Orientasi dan pengembangan dalam kaitannya dalam perekrutan
a) Orientasi institusi, yang melibatkan penjelasan tentang
- Misi rumah sakit, riwayat dan tujuan spesifik rumah sakit atau
organisasi.
- Struktur dan kepemimpinan.
- Kebijakan personalia, evaluasi kerja, promosi, cuti dan lain-lain.
- Perilaku yang diharapkan, pengembangan staf, dan program
pembinaan yang ada.
- Hubungan antar karyawan dan hubungan dengan pemimpin
b) Orientasi pekerjaan, yang melibatkan tindakan untuk
- Memahami tujuan bagian keperawatan dan bagaimana tujuan
diterjemahkan ke dalam deskripsi pekerjaan.
- Memahami tujuan keperawatan dalam hubungannya dengan tujuan
individu.
- Menciptakan hubungan interpersonal.
- Memperkenalkan pekerjaan, prosedur dan kebijakan yang ada.
- Melakukan orientasi tempat, fasilitas dan perlengkapan yang ada.
6
- Penjelasan deskripsi pekerjaan, sesuai dengan tugas dan posisi
yang diberikan
c) Pengembangan staf, yang berlaku sesudah orientasi.
Hal ini dilakukan untuk melanjutkan edukasi secara bebas dan
mengembangkan potensi secara penuh dari seseorang dengan estetika,
teknis dan pendidikan professional.
3) Penghargaan yang bisa diberikan pada pegawai atau karyawan
a) Promosi kenaikan pangkat
- Merupakan reward untuk individu yang berprestasi atau
kesempatan pengembangan.
- Mempertimbangkan senioritas
Manfaat promosi yaitu mempertinggi semangat bekerja bagi yang
berprestasi, menciptakan keseimbangan dan memotivasi.
b) Mutasi, yaitu pemindahan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain
atau jabatan ke jabatan lain.
Tujuan dari mutasi yaitu
- Pengembangan
- Mengurangi kejenuhan
- Reorganisasi
- Memperbaiki penempatan tenaga kerja yang kurang cocok
- Memberi kepuasan kerja
- Memperbaiki kondisi kesehatan
4) Hambatan dalam ketenagakerjaan yang biasa muncul
a) Absensi ( karyawan tidak masuk kerja ).
Hal ini merupakan kehilangan waktu yang mengakibatkan
kerugian secara kualitas dan ekonomi bagi instansi
presentase absensi
Jumlah hari kerja yang hilang x 100%
jumlah hari kerja efektif
rata-rata frekuensi absensi per tahun
total hari absen x 100%
7
rata-rata jumlah karyawan
Faktor absensi ( tidak masuk kerja ), biasanya karena tempat tinggal jauh,
kelompok karyawan yang banyak dan sakit.
Pola absensi :
- Sering – pendek-pendek
- Jarang – panjang
- Hari-hari tertentu
Cara mengurangi absensi :
- Menerapkan system pencatatan
- Melakukan kunjungan rumah
- Memperhatikan kesejahteraan karyawan
- Meningkatkan kondisi tempat kerja
- Memperbaiki suasana kerja
- Menerapkan system penghargaan bagi karyawan yang tidak pernah
atau sedikit absensinya
b) Keluar masuknya tenaga kerja ( turn-over ).
Penghitungan dalam mengurangi turn- over dapat dilakukan pada
waktu :
- Proses penerimaan karyawan
- Peningkatan penugasan
- Perubahan job-description
- Pengembangan
Jumlah tenaga kerja yang keluar x 100%
jumlah tenaga kerja dalam unit
c) Kejenuhan ( burn out )
Merupakan keadaan dimana karyawan merasa kemampuan dirinya
semakin kurang dan kerja keras menjadi kurang produktif.
Hal itu biasanya disebabkan oleh :
- Peran dan fungsi yang kurang jelas
- Perasaan terisolasi
8
- Beban kerja berlebihan
- Terlalu lama di suatu bagian
b. Pengembangan staf
Tujuan pengembangan staf adalah membantu individu meningkatkan diri
dalam pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman di bidangnya, melalui
kegiatan pendidikan berkelanjutan, program pelatihan dan lain sebagainya.
Aktifitas pengembangan ini dibuat untuk keuntungan individu perawat
serta untuk peningkatan produktifitas/ pelayanan pada pasien
Berbagai macam pengembangan, penerapannya disesuaikan dengan
kebutuhan, baik pelatihan maupun pendidikan yang bermanfaat untuk
pekerjaan, pengetahuan, keterampilan serta sikap perawat.
Kegiatan ini meliputi :
- Pelatihan awal untuk karyawan baru
- Orientasi pendidikan dalam pengerjaan
- Pendidikan berkelanjutan baik formal maupun informal
Pengaturannya :
- Di rumah sakit yang besar terdapat bagian tersendiri yang
ada kaitannya pada bagian personalia.
- Bagian keperawatan membuat komisi atau diklat
c. Penjadwalan
Penjadwalan adalah penentuan pola dinas dan libur untuk karyawan pada
suatu bangsal atau unit tertentu.
Prinsip penjadwalan adalah :
Keseimbangan kebutuhan tenaga dan pekerjaan serta rekreasi.
Siklus penjadwalan serta jam kerja adil antar staf.
Semua karyawan ditugaskan sesuai siklus.
Bila jadwal sudah dibuat penyimpangan dilakukan dengan surat
permohonan.
Jumlah tenaga serta komposisi cukup untuk tiap unit dan shift.
9
Jadwal harus dapat meningkatkan perawatan yang
berkesinambungan dan pengembangan kerja tim.
Penyebab over staf
Frekuensi dan variasi tidak dapat diramalkan.
Kecenderungan pimpinan membuat kompensasi dengan menghitung
tenaga berdasarkan sensus maksimal.
Keluhan pasien tentang pelayanan.
Delegasi untuk diagnostik.
Penanggulangan tenaga
Mengontrol variasi ketenagaan dengan jalan kombinasi jam dinas tenaga
lepas dan pemerataan serta pertukaran dinas rotasi merupakan hal yang
umum. Hal itu menyebabkan manusia perlu :
Beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Beradaptasi terhadap ritme tubuh.
Manfaat pertukaran dinas yang sesuai pola kehidupan perawat adalah
Perawat dapat menyusun pola hidupnya dalam keluarga.
Memudahkan kepala ruangan mengevaluasi.
1.6 Sistem Penugasan.
Menurut Grant dan Massey (1997) serta Marquis dan Huston (1998), terdapat lima
model asuhan keperawatan professional (MAKP) yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan, dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.
a. Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam peneglolaan asuhan keperawatan.
Hal itu dilakukan sebagai pilihan utama sejak perang dunia II. Waktu itu, karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan (misalnya, merawat luka) kepada semua
pasien di bangsal. Sistem ini secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut:
Kelebihan:
10
Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian
tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik.
Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial sedangkan
perawatan pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau perawat
yang belum berpengalaman.
Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
Kelemahan:
Tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat.
Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
b. Keperawatan Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda, dalam
memberikan suhan keperawatan terhaap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim atau grup yang terdiri dari tenaga professional, tenaga teknis dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Sistem ini mempunya
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan:
Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dakam benruk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu karena sulit untuk
melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.
11
a) Konsep Keperawatan Tim
Secara garis besar, konsep keperawatan tim ini terdiri atas beberapa poin
yang harus dilaksanakan yaitu:
Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
Komunikasi yang efektif sangat penting, agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
Peran Kepala ruangan dalam metode ini snagat penting. Artinya, metode
tim ini akan berhasil dengan baik hanya bila didukung oleh kepala
ruangan.
b) Tanggung jawab anggota tim.
Tanggung jawab anggota tim yaitu:
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang berada di bawah
tanggung jawabnya.
Bekerja sama dengan anggota tim dan antar tim.
Memberikan laporan.
c) Tanggung jawab ketua tim.
Tanggung jawab ketua tim, yaitu:
Membuat perencanaan.
Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
Mengembangkan kemampuan anggota.
Menyelenggarakan konferensi.
d) Tanggung jawab kepala ruangan
12
Secara garis besar, tanggung jawab kepala ruangan terbagi menjadi empat, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
1) Perencanaan
Perencanaan seharusnya menjadi tanggung jawab kepala ruangan pada tahap
perencanaan. Tugas bagian perencanaan ialah :
- Menunjuk ketua tim untuk bertugas di ruangan masing-masing
- Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
- Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien, seperti pasien gawat, pasien
transisi, atau pasien persiapan pulang, bersama ketua tim
- Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim, serta mengatur penugasan/penjadwalan
- Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
- Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
- Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan. Dalam hal ini yang dapat
dilakukan yaitu membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing
penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan
diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada
pasien atau keluarga yang baru masuk
- Membantu mengembangkan niat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
diri
- Membantu membimbing peserta didik keperawatan
- Menjaga terwujudnya visi dam misi keperawatan dan rumah sakit
2) Pengorganisasian
Tahap pengorganisasian dalam melaksanakan tugas meliputi :
- Merumuskan metode penugasan yang digunakan
13
- Merumuskan tujuan metode penugasan
- Membuat rentang kendali kepala ruangan yang membawahi dua ketua tim
dan ketua tim yang membawahi 2-3 perawat
- Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
- Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
- Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
- Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
- Mendelegasikan tugas saat tidak berada di tempat kepada ketua tim
- Member wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
- Mengatur penugasan jadwal pos dari pakarnya
- Mengidentifikasi masalah dan cara penanganan
3) Pengarahan
Tahap pengarahan meliputi:
- Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
- Member pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
- Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
- Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
asuhan keperawatan pasien.
- Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
- Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melakukan tugasnya
- Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
14
4) Pengawasan
Pengawasan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun
pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Melalui supervisi
Supervisi dapat dilakukan dengan cara :
- Pengawasan langsung melalui inspeksi , mengamati sendiri, atau melalui
laporan secara lisan dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga
- Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan). Selain itu,
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas
- Evaluasi yaitu mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
- Audit keperawatan
c. Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien. Hal ini
dilakukan dari awal pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Metode ini mendorong
praktik kemandirian perawat, karena ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan
dan pelaksana dan ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan
mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
15
Secara garis besar, sistem asuhan keperawatan primer memilki kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut :
Kelebihan :
- Bersifat kontinu dan komprehensif
- Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri.
- Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
- Pasien merasa dihargai karena terpenuhinya kebutuhan secara individu
- Asuhan keperawatan yang diberikan bermutu dan akan tercapai tingkat pelayanan
yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi
- Dokter mendapat kepuasan dengan metode ini karena senantiasa mendapat
informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan komprehensif.
Sistem asuhan keperawatan dengan model keperawatan primer
(Marquis & Huston, 1998, hal 141)
Kelemahan :
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, memiliki kemampuan untuk
16
dokter Kepala ruangan Sarana rumah sakit
Perawat primer
Pasien/klien
Perawat pelaksana(siang)
Perawat pelaksana(malam)
Perawat pelaksana(harian)
keputusan yang tepat, menguasai, keperawatan klinik, akuntabel, serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
a) Konsep Dasar Keperawatan Primer
Konsep dasar keperawatan primer adalah :
- Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
- Ada otonomi
- Ada ketertiban pasien dan keluarga
b) Tugas Perawat Primer
Tugas perawat primer meliputi :
- Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
- Membuat tujuan dan rencana keperawatan
- Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama berdinas
- Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayananan yang diberikan
oleh disiplin lain maupun perawat lain
- Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
- Menerima dan menyesuaikan rencana
- Menyiapkan penyuluhan untuk kepulangan pasien
- Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, dengan cara kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat
- Membuat jadwal perjanjian klinik
- Mengadakan kunjungan rumah
c) Peran Kepala Ruangan/Bangsal
17
Peran kepala ruangan atau bangsal dalam metode primer adalah :
1. Menjadi konsultan dan pengendali mutu perawat primer
2. Memberi orientasi dan merencanakan karyawan baru
3. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
4. Melakukan evaluasi kerja
5. Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf
6. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi
d) Ketenagakerjaan dalam Keperawatan Primer
Ketenagakerjaan dalam keperawatan primer adalah :
- Setiap perawat primer adalah perawat bed side
- Beban kasus adalah 4-6 orang pasien untuk 1 perawat
- Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
- Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun perawat
non professional sebagai perawat asisten.
d. Manajemen Kasus
Dalam model ini setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat berdinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Penugasan untuk kasus biasa menggunakan metode 1 pasien 1 perawat.
Hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawatan privat atau perawatan khusus, seperti
ruang isolasi dan intensive care.
Manajemen kasus secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut :
Kelebihan :
- Perawat lebih memahami kasus per kasus
18
- Sistem evaluasi dan manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
- Perawat penanggung jawab belum dapat teridentifikasi
- Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama
e. Modifikasi : Keperawatan Tim-Primer
Model ini merupakan kombinasi dari dua sistem, yaitu keperawatan tim dan
keperawatan primer. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penetapan model ini
didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut.
1) Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer memerlukan latar belakang pendidikan S-1
Keperawatan atau yang setara.
2) Metode keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada
berbagai tim.
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut, diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada perawat primer. Disamping itu, karena saat ini sebagian besar
perawat yang ada di rumah sakit adalah lulusan SPK, maka mereka
akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua tim tentang
asuhan keperawatan.
19
Sistem asuham keperawatan dengan model manajemen kasus(Marquis & Huston, 1998, hal 136)
Kepala ruangan
Staf perawat Staf perawat Staf perawat
Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien
1.7 Beban Kerja Perawat
Marquish dan Marquish (2000) mendefenisikan beban kerja perawat sebagai seluruh
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seoraang perawat di suatu unit pelayanan
keperawatan. Beban kerja (workload) biasanya diartikan sebagai patient days yang
merujuk pada sejumlah prosedur, pemeriksaan, kunjungan (visite) pada pasien, injeksi
dan sebagainya. Berdasarkan Hasibuan (1994) pengertian beban kerja adalah upaya
merinci komponen dan target volume pekerjaan dalam satuan waktu dan satuan hasil
tertentu. Peraturan pemerintah R.I No. 97 tahun 2000 pasal 4 ayat (2) C tentang formasi
Pegawai Negeri Sipil menyatakan bahwa: beban kerja adalah frekuensi rata-rata masing-
masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dimana dalam memperkirakan beban
kerja organisasi dapat dilakukan berdasarkan perhitungan dan pengukuran. Berdasarkan
beberapa pengertian di atas dapat digarisbawahi bahwa beban kerja perawat pelaksana di
ruang rawat merupakan bagian yang sangat penting untuk diketahui oleh pimpinan atau
manajemen sebagai sebuah organisasi dalam hal ini Rumah Sakit, berkaitan erat dengan
pelayanan yang diberikan oleh perawat di ruang rawat, paling tidak diketahui oleh
manajer keperawatan dan kepala ruangan, ini berkaitan dengan pelayanan yang diberikan
oleh perawat di ruang rawat sebagai sebuah asuhan agar lebih optimal dan dapat
berdampak pada mutu pelayanan rumah sakit lebih baik.
Rumah sakit sebagai organisasi yang memiliki ketenagaan perawat terbanyak, dalam
mengelola sumber daya yang ada baik itu manusia, waktu maupun materi senantiasa
dituntut untuk efisien dan efektif. Layanan keperawatan dapat diberikan secara optimal,
manakala ada keseimbangan antara beberapa aspek seperti kesesuaian antara beban kerja,
jumlah pasien, dan jumlah tenaga perawat dalam memberikan asuhan dan pelayanan.
Beban kerja yang harus dikerjakan oleh perawat, dipengaruhi oleh sarana dan jumlah
tenaga yang tersedia. Beban kerja dalam keperawatan yang dimaksud adalah sejumlah
kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat terhadap pasien dalam waktu dan satuan hasil.
Gillies (1994), menyatakan beban kerja dapat diperkirakan dengan melihat beberapa
komponen antara lain:
a. Jumlah pasien yang dirawat
Pelayanan di rumah sakit dapat terjadi oleh karena adanya pengguna jasa atau pasien.
Jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam pelayanan di sebuah rumah sakit,
ditentukan oleh jumlah pasien yang datang sebagai pengguna. Sehingga perhitungan
kebutuhan tenaga yang diperlukan, senantiasa berdasarkan jumlah pasien. Tenaga
20
keperawatan, dimana merupakan sumber daya manusia terbanyak di rumah sakit
terlebih di ruang rawat inap, dan jumlah pasien yang dirawat dihitung berdasarkan
bed occupation rate (BOR) baik dihitung harian, bulanan, bahkan tahunan.
Perhitungan ini dapat dilakukan di masing-masing ruangan dan ada juga perhitungan
secara keseluruha rumah sakit itu sendiri. Ilyas (1999) menunjukkan untuk melayani
pasien dan berapa lama waktu untuk menyelesaikan tugas dapat diketahui
berdasarkan banyaknya jumlah pasien. Jumlah ini menentukan besarnya beban kerja
perawat. Beban kerja tersebut dapat dihitung yaitu waktu kumulatif per hari yang
dibutuhkan perawat untuk sejumlah pelayanan.
b. Tingkat Ketergantungan
Ketergantungan pasien dapat mempengaruhi beban kerja perawat. Edwaston dalam
Gillies (1994), pengelompokan pasien berdasarkan berdasarkan kebutuhan
keperawatan klinis dapat diobservasi oleh perawat. Sistem ketergantungan pasien ini
dikelompokkan sesuai dengan tingkat ketergantungannya pada perawat atau lama
waktu dan kemampuan yang dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatam
sesuai kebutuhan pasien.
Pengkategorian atau pengelompokan tingkat ketergantungan pasien menurut
Swansburg dan Swansburg (1999), membagi tingkat ketergantungan pasien menjadi
5 kategori, yaitu:
a) Kategori I: Perawatan mandiri.
1) Kegiatan makan, minum dilakukan sendiri atau dengan sedikit bantuan,
merapikan diri dilakuakn sendiri dan kebutuhan eliminasi ke kamar
mandi serta mengatur kenyamanan posisi tubuh dapat dilakukan sendiri.
2) Keadaan umum baik, masuk rumah sakit untuk check-up atau bedah
minor.
3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi: membutuhkan
penjelasan untuk tiap prosedur tindakan, membutuhkan penjelasan
persiapan pulang, emosi stabil.
4) Pengobatan dan tindakan tidak ada atau hanya tindakan dan pengobatan
sederhana.
b) Kategori II: Perawatan minimal
1) Kegiatan sehari-hari, makan minum perawat membantu dalam
persiapan, masih dapat makan dan minum sendiri, merapikan diri perlu
21
sedikit bantuan, perlu dibantu ke kamar mandi/ menggunakan urinal,
kenyamanan posisi dapat dilakukan sendiri dengan sedikit bantuan.
2) Keadaan umum tampak sakit ringan, perlu observasi tanda vital.
3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan emosi: perlu 15 menit per shift,
sedikit bingung atau agitasi, tapi dapat terkendali dengan obat.
4) Pengobatan dan tindakan: perlu 20-30 menit per-shift, sering evalusi
efektifitas pengobatan dan tindakan, perlu observasi status setiap 2 jam.
c) Kategori III: Perawatan Moderat
1) Aktivitas makan, minum disuapi, masih dapat mengunyah dan menelan
makanan, tidak dapat merapikan diri sendiri, elimiasi di pispot dan
urinal, sering ngompol, kenyamanan posisi tubuh tergantung oleh
perawat.
2) Keadaan umum: gejala akut dapat hilang timbul, perlu observasi fisik
dan emosi tiap 2-4 jam. Paien terpasang infus, dimonitor setiap 1 jam.
3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi: Perlu 10-30
menit pre shift, gelisah, menolak bantuan, cukup dikendalikan dengan
obat.
4) Pengobatan dan tindakan: perlu 30-60 menit per shift, perlu sering
diawasi terhadap efek samping pengobatan dan tindakan, perlu
observasi status mental tiap 1 jam.
d) Kategori IV: Perawatan Ekstensif (Semi total)
1) Kegiatan makan, minum tidak bisa mengnyah dan menelan makanan,
perlu personde, merapikan diri perlu dibantu semua, dimandikan,
peraeatan rambut dan kebersihan gigi dan mulut harus dibantu,
eliminasi sering ngompol lebih dari 2 kali per shift, kenyamanan posisi
perlu dibantu oleh 2 orang.
2) Keadaan umum: tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan atau darah,
gangguan sistem pernafasan akut, perlu sering dipantau.
3) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi: perlu lebih dari
30 menit per shif, gelisah, agitasi tidak dapat terkendali dengan obat.
4) Pengobatan dan tindakan: perlu lebih dari 60 menit per shift, perlu
observasi status mental tiap kurang dari 1 jam.
e) Kategori V: Perawatan Intensif (total perawatan).
22
Pasien yang termasuk kategori ini memerlukan tindakan dan pengawasan
intensif atau terus-menerus dan diperlukan satu perawat untuk satu pasien.
Semua kebutuhan pasien diurus/ dibantu perawat.
Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi
klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan
standar sebagai berikut :
a) Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
1) kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) makanan dan minum dilakukan sendiri
3) ambulasi dengan pengawasan
4) observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
5) pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
6) perawatan luka sederhana.
b) Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4
jam/hari
1) kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) ambulasi dibantu
4) pengobatan dengan injeksi
5) klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
6) klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
c) Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
1) semua kebutuhan klien dibantu
2) perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
3) observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
4) makan dan minum melalui selang lambung
5) pengobatan intravena “perdrip”
6) dilakukan suction
7) gelisah / disorientasi
8) perawatan luka kompleks.
1.8 Metode Penghitungan Beban Kerja Perawat
23
Perhitungan beban kerja dapat dilakukan melalui observasi langsung terhadap pekerjaan
yang dilakukan. Simamora (2004) teknik analisis beban kerja (workload analysis)I
memerlukan pedoman penyusunan staf, standar dalam upaya mengidentifikasikan
kebutuhan sumber daya manusia. Ilyas (2004), beban kerja dapat dihitung secara
sederhana dengan menanyakan langsung kepada yang bertugas tentang beban kerja yang
dilaksanakan. Ada 4 metode mengukur pekerjaan perawat, yaitu :
a. Teknik work sampling
Ilyas (2004) langkah-langkah dari teknik ini adalah identifikasi kateogori mayor dan
minor dari aktivitas perawat, analisa hasil observaasi, yaitu frekuensi untuk spesifik
kategori sama dengan persen dengan persen dari total waktu yang digunakan untuk
aktivitas. Pengamatan aktivitas perawat dilakukan dengan mengamati hal-hal spesifik dari
pekerjaan apa yang dilakukan oleh perawat pada waktu jam kerja, apakah kehiatan
[erawat berkaitan dengan fungsi dan tugasnya, proporsi waktu kerja digunakan untuk
kegiatan produktif atau non produktif. Selanjutnya beban kerja perawat dihubungkan
dengan waktu dan jadwal keja perawat. Dan hai ini didapatkan dengan melakukan survey
terkait pekerjaan perawat di rumah sakit. Menurut Barnes (1980) work sampling
digunakan untuk megukur aktivitas pegawai dengan menghitung waktu yang digunakan
untuk bekerja dan waktu yang tidak digunakan untuk bekerja dalam jam kerja mereka
kemudian disajikan dalam bentuk persentase.
b. Teknik time and motion study atau penelitian waktu dan gerak.
Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang
dilakukan oleh personel yang sedang kita amati. Teknik ini bukan saja kita akan
mendapatkan beban kerja dari perawat, tetapi yang lebih penting adalah mengetahui
dengan baik kualitas kerja perawat. Andai kata kita akan mengetahui bagaimana
kompetensi atau kualitas kerja dari seorang perawat mahir maka kita melakukan
pengamatan tentang pekerjaan yang dilakukan oleh perawat mahir tersebut. Pelaksanan
pengamatan untuk pengambilan data ini haruslah seorang yang mengetahui secara benar
tentang kompetensi dan fungsi perawat mahir (Ilyas,2004).
c. Teknik Self reporting
Pada teknik ini perawat yang akan diukur beban kerjanya mencatat sendiri kegiatan yang
ditugaskan serta waktu yang dibutuhkan, yang dilakukan pada jam kerja nya (Swansburg,
1999). Menurut Gillies (1994) sensus pasien merupakan cara yang umum untuk
24
mengukur beban kerja keperawatan, tetapi untuk mengetahui secara lebih tepat maka
sensus pasien saja tidak cukup untuk mengukur beban kerja keperawatan oleh sebab itu
perlu juga diperhatikan diagnose pengobatan pasien, status awal kesehatan pasien,
perbedaan penyakit dan status psikososial karena akan menentukan kekompleksan dari
perawatan yang di butuhkan.
d. Teknik Time Study and Task Frequency
Teknik ini terdiri dari analisa aktivitas keperawatan yang spesifik dan bagian- bagian dri
tugas. Hal ini dapat dilihat secara individu dari kapan tugas dimulai sampai tugas
diselesaikan. Jumlah waktu yang digunakan untuk aktivitas keperawatan digambarkan
dalam waktu rata-rata. Termasuk waktu yang digunakan untuk istirahat dan kegiatan
pribadi lainnya. Waktu rata-rata ditambah dengan waktu istirahat dan kegiatan pribadi
lainnya disebut waktu standar. Kegiatan diukur dengan cara mengalikan frekuensi
kegiatan dengn waktu standar. Frekuensi dari tugas biasanya didapatkan dari suatu check
list dari laporan individu terkait tugas, keahlian dan tempat kerja.
1.9 Cara Perhitungan Jumlah dan Kategori Tenaga Keperawatan
a) Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-
masing kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
Jlh klien Klasifikasi klien
Minimal Partial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,
51
0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst
Contoh :
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan
minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan
ketergantungan total.
25
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal Partial Total Jumlah
Pagi 0,17x3=0,51 0,27x8=2,16 0,36x6=2,16 5 orang
Sore 0,14x3=0,42 0,15x8=1,2 0,3x6=1,8 4 orang
malam 0,07x3=0,21 0,10x8=0,8 0,2x6=1,2 2 orang
Jumlah keseluruhan perawat per hari= 11 orang
b) Metode Sistem Akuitas
Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift →pagi, sore, malam= 35% : 35% : 30%
Contoh :
Rata rata jumlah klien
1. Kelas I = 3 orang x 2 jam/hari = 6 jam
2. Kelas II = 8 orang x 3 jam/hari = 24 jam
3. Kelas III = 4 orang x 4.5 jam/hari = 18 jam
4. Kelas IV = 2 orang x 6 jam/hari = 12 jam
Jumlah jam : 60 jam
- pagi/sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang)
8 jam
- Malam = 60 jam x 30% = 2.25 orang (2 orang )
8 jam
Jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.
c) Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit
perawatan adalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah
26
yang dibutuhkan klien/hari × klien/hari × hari/tahun
Jumlah hari/tahun × hari libur × jumlah jam kerja
masing-masing tiap perawat
perawat
= jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun
jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun
= jumlah perawat di satu unit
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1) Waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan
spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4
= 1 jam , keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam ,
keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan
intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
2) Waktu keperawatan tidak langsung.
menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari.
menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari =
1 jam/klien/hari
3) Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
4) Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR)
dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
- Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
- Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari
minggu/libur = 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan
rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
27
diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13
hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
- Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau
hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau
hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
- Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
- Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% :
45 %
Contoh :
Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari .
Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang
dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)
Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam
kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari.
Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
Jumlah jam keperawatan langsung
Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam = 63 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung
17 orang klien x 1 jam = 17 jam
Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
17 orang
28
Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )
(365 – 73) x 7 2044
Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang /hari
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 10 : 8 orang
d) Metode Swansburg
Contoh :
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari .
Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
1) total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam
jumlah perawat yang dibutuhkan : 85 / 7 = 12,143 ( 12 orang) perawat/hari
2) Total jam kerja /minggu = 40 jam
jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84 shift/minggu
jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang
(jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7
jam/shift)
Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999), merekomendasikan untuk pembagian
proporsi dinas dalam satu hari → pagi: siang : malam = 47 % : 36 % : 17 %
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang
- Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
- Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
- Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang
29