31
Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan : Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia, 2005-2011 Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Reformasi Perpajakan (Studi Kasus pada Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus) Determinan Inflasi Regional Kota-kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2000-2009 Dampak Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN- Korea FTA (AKFTA) terhadap Indonesia dan Korea Selatan Pasar Modal dan Perekonomian Indonesia : Biaya Keterbukaan, Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum dan Peran Pemodal Asing Terakreditasi Kqj. Eko. & Keu. Vol.16 No. 1 Jakarta 2012 ISSN 1410- 3249 (No. Akreditasi: 467/AU3/P2MI- LIPI/08/2012) Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

■ Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan : Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia, 2005-2011

■ Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Reformasi Perpajakan (Studi Kasus pada Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus)

■ Determinan Inflasi Regional Kota-kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2000-2009

■ Dampak Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN- Korea FTA (AKFTA) terhadap Indonesia dan Korea Selatan

■ Pasar Modal dan Perekonomian Indonesia : Biaya Keterbukaan, Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum dan Peran Pemodal Asing

Terakreditasi

Kqj. Eko. & Keu. V ol.16 No. 1 Jakarta 2012 ISSN 1410­3249

(No. Akreditasi: 467/AU3/P2MI-LIPI/08/2012)

Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Page 2: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

ISSN 1410-3249

K A J I A Nr-1

Pusat Kebijakan Ekonomi Makro1'jrlP't I A M / P A I\ Badan Kebijakan Fiskal

Kementerian Keuangan RI

JPengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan: Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia, 2005-2011

JEfektivitas Pelaksanaan Kebijakan Reformasi Perpajakan (Studi Kasus pada Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus)JDeterminan Inflasi Regional Kota-kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2000-2009 .■Dampak Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA) terhadap Indonesia dan Korea Selatan

■Pasar Modal dan Perekonomian Indonesia; Biaya Keterbukaan, Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum, dan Peran Pemodal Asing

K aj. Eko . & Keu . Vol. 16 No.1 Ja k a rta 2012 IS S N 1419-3249

Page 3: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

KATA SAMBUTAN

Kami panjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya Kajian Ekonomi dan Keuangan edisi ini ke hadapan pembaca sekalian. Pada edisi ini, kami menyajikan berbagai topik yang berkaitan dengan analisis dan dampak kebijakan publik di bidang ekonomi dan keuangan negara.

Kajian pada volume kali ini diisi oleh berbagai topik tulisan yaitu Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan : Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia, 2005­2011; Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Reformasi Perpajakan (Studi Kasus pada Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus}; Determinan Inflasi Regional Kota-kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2000-2009; Dampak Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN-Korea FTA (AKFTA) terhadap Indonesia dan Korea Selatan, serta Pasar Modal dan Perekonomian Indonesia : Biaya Keterbukaan, Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum, dan Peran Pemodal Asing. Adapun para penulis yang berkontribusi pada penerbitan kali ini yaitu Ansoriyah Fadilah, Herry Sumardjito, Arief Daryanto, Musa Hubeis, Eriyatno, Telisa Aulia Falianty, Luthfi Hanifah, Sigit Setiawan, Roy M. Manurung, Andriansyah, Bayu Husodo, dan Ngapon.

Demikianlah kata pengantar yang dapat kami sampaikan. Ibarat peribahasa tiada gading yang tak retak, maka kami menyadari kajian ini tentunya masih terdapat kekurangan baik yang disengaja maupun yang tidak kami sengaja. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan dari para pembaca guna perbaikan di masa yang akan datang. Selanjutnya, kami berharap jurnal ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca sekalian. Selamat membaca!

Jakarta, 2012 Dewan Redaksi

Page 4: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

DAFTAR ISI

CoverDewan Redaksi ............................................................................................................. iiKata Sambutan............................................................................................................... iiiDaftar Is i .......................................................................................................................... vDaftar T abel................................................................................................................... viDaftar Gambar................................................................................................................ viiKumpulan Abstraksi...................................................................................................... ix

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN : STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN YANG TERCATAT DI BEI, 2005-2011Oleh: Ansoriyah Fadilah ............................................................................................ 1

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KEBIJAKAN REFORMASI PERPAJAKAN (STUDI KASUS PADA KANTOR WILAYAH DJP JAKARTA KHUSUS)Oleh: Herry Sumardjito, Arief Daryanto, Musa Hubeis, dan Eriyatno ............... 17

DETERMINAN INFLASI REGIONAL KOTA-KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2000-2009Oleh: Telisa Aulia Falianty dan Luthfi Hanifah ......................................................... 37

DAMPAK PERJANJIAN PERDAGANGAN BARANG ASEAN-KOREA FREE TRADE AREA (AKFTA) TERHADAP INDONESIA DAN KOREA SELATANOleh: Sigit Setiawan...................................................................................................... 71

PASAR MODAL DAN PEREKONOMIAN INDONESIA : BIAYA KETERBUKAAN, PENGGUNAAN DANA HASIL PENAWARAN UMUM,DAN PERAN PEMODAL ASINGOleh: Roy M. Manurung, Andriansyah, Bayu Husodo dan Ngapon ..................... 91

Page 5: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

DAFTAR TABEL

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN : STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN YANG TERCATAT DI BEI, 2005-2011Tabel 4.1. Ringkasan Data Statistik Struktur Modal Perusahaan

Sektor Pertambangan di BEI Periode 2005-2011 .............................. 7Tabel 4.2. Ringkasan Data Statistik Kinerja Keuangan Perusahaan

Sektor Pertambangan di BEI Periode 2005-2011 ............................. 9Tabel 4.3. Hasil Estimasi Data Panel Model Persamaan Kinerja

Keuangan Perusahaan Sektor Pertambangan di BEI Periode 2005-2011 ................................................................................................ 10

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KEBIJAKAN REFORMASI PERPAJAKAN (STUDI KASUS PADA KANTOR WILAYAH DJP JAKARTA KHUSUS)Tabel 5.1. Persentase Berdasarkan Indikator Kinerja........................................ 26

DETERMINAN INFLASI REGIONAL KOTA-KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2000-2009Tabel 2.1. Hubungan Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen..... 43Tabel 3.1. Jenis dan Sumber Data........................................................................... 46Tabel 4.1. Hasil Regresi dengan Efek Tetap.......................................................... 54Tabel 4.2 Hasil Regresi Variabel Penelitian dengan Efek Tetap....................... 54Tabel 4.3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian Dengan Efek Tetap............................. 55

DAMPAK PERJANJIAN PERDAGANGAN BARANG ASEAN-KOREA FREE TRADE AREA (AKFTA) TERHADAP INDONESIA DAN KOREA SELATANTabel 5.1. Variabel Nilai Ekspor Dengan Skema AKFTA Dan Nilai

Ekspor Tanpa Skema AKFTAIndonesia ke Korea Selatan ................ 82Tabel 5.2. Peningkatan Nilai Ekspor Indonesia ke Korea Selatan

Sebagai Dampak AKFTA.......................................................................... 83Tabel 5.3. Variabel Nilai Ekspor Dengan Skema AKFTA Dan Nilai

Ekspor Tanpa Skema AKFTA Korea Selatan ke Indonesia................ 85Tabel 5.4. Peningkatan Nilai Ekspor Korea Selatan ke Indonesia

Sebagai Dampak AKFTA.......................................................................... 86

Page 6: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

DAFTAR GAMBAR

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KEBIJAKAN REFORMASI PERPAJAKAN (STUDI KASUS PADA KANTOR WILAYAH DJP JAKARTA KHUSUS)Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ....................................................... 21Gambar 3.2. Alur Analisis Penelitian ..................................................................... 21

DETERMINAN INFLASI REGIONAL KOTA-KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2000-2009Grafik 1.1. Laju Inflasi 3 Kota di Jawa Barat dan Nasional Tahun

2 0 0 1 -2 0 0 9 ............................................................................................. 39Gambar 3.1. Kerangka Pikir Konseptual Penelitian................................................. 45Grafik 4.1. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah 8 kota di Provinsi

Jawa Barat Tahun 2000 - 2009 (dalam ribuan rupiah)................... 47Grafik 4.2. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah 8 kota di Provinsi

Jawa Barat Tahun 2000 - 2009 .............................................................. 48Grafik 4.3. Perkembangan Belanja Daerah 8 kota di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2000 - 2009 (dalam ribuan rupiah) ....................................... 49Grafik 4.4. Pertumbuhan Realisasi Belanja Daerah 8 kota di Provinsi

Jawa Barat Tahun 2000 - 2009 ............................................................. 49Grafik 4.5. Perkembangan Proporsi Jalan Dalam Kondisi Baik 8 Kota

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2000 - 2009 ......................................... 50Grafik 4.6. Kondisi Infrastruktur Jalan 8 Kota di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2000 -2 0 0 9 .............................................................................. 51Grafik 4.7. Perkembangan UMP di 8 Kota di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2000 - 2009 (dalam rupiah)....................................................... 51Grafik 4.8. Pertumbuhan UMP pada 8 kota di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2000 - 2009 ................................................................................. 52Grafik 4.9. Perkembangan Suku Bunga Riil 8 kota di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2000 - 2 0 0 9 .................................................................................. 52Grafik 4.10. Pertumbuhan Suku Bunga Riil 8 kota di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2000-2009 .............................................................................. 53

DAMPAK PERJANJIAN PERDAGANGAN BARANG ASEAN-KOREA FREE TRADE AREA (AKFTA) TERHADAP INDONESIA DAN KOREA SELATANGambar 2.1 Kerangka Pemikiran............................................................................... 77Gambar 4.1 Kontribusi Ekspor Nonmigas Indonesia ke Negara Mitra Utama

Tahun 2 0 1 0 ............................................................................................... 81Gambar 4.2 Kontribusi Impor Nonmigas Indonesia dari tiap Negara

Mitra Utama Tahun 2 0 1 0 ....................................................................... 81Gambar 5.1 Hasil Ramalan Ekspor RI ke Korsel tanpa Skema Tarif AKFTA

(Dalam US$ 0 0 0 ) ...................................................................................... 82Gambar 5.2 Hasil Ramalan Ekspor Korsel ke RI Tanpa Skema Tarif AKFTA

(Dalam US$ 0 0 0 ) ..................................................................................... 84

Page 7: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

PASAR MODAL DAN PEREKONOMIAN INDONESIA : BIAYA KETERBUKAAN, PENGGUNAAN DANA HASIL PENAWARAN UMUM,DAN PERAN PEMODAL ASINGGrafik 3.1. Pendapat tentang Besarnya Biaya Keterbukaan yang

Harus Dikeluarkan Terkait Pada Saat Penawaran Umum,Keterbukaan Berkala dan Keterbukaan Karena Peristiwa Penting . 97

Grafik 4.1. Hubungan IHSG dan Net Beli Asing......................................................100Grafik 4.2. Perkembangan Nilai Kepemilikan Saham oleh Pemodal Asing

dan Lokal................................................................................................... 103

Page 8: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

MAJALAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN ISSN 1410-3249

KEK Terakreditasi(No. Akreditasi: 467/A U3/P2M I-LIPI/08/2012)

________________ Volume 16 Nomor 1 Tahun 2012________________

Keywords used are free terms. Abstracts can be reproduced without _____________________ permission or charge.______________________

ABSTRAKSI

Fadilah, Ansoriyah, et. al. (Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan)Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan : Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia, 2005-2011Kajian Ekonomi dan Keuangan Volume 16 Nomor 1 Tahun 2012, halaman 1-16

The purpose o f this study was to analyze the impact o f capital structure on financial performance o f mining sector companies listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI). This study employed the descriptive analysis and a regression analysis o f panel data. This study covered annual data o f 30 mining sector companies listed in the BEI in a 7-year time horizon (2005­2011). The descriptive analysis showed that most o f companies applied a low- leverage policy in their capital structure. In average, the companies generate a good financial performance, in terms o f profitability ratios and market based ratios. The regression analysis o f panel data showed that capital structure has a significant impact on the company's financial performance based on ROA, ROE, and PER, but have insignificant effect on the company's financial performance based on market-to-book value ratio.

Keywords: Capital Structure, Financial Performance, Descriptive Analysis, Regression Analysis o f Panel Data.

Sumardjito, Herry, et. al. (Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan)Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Reformasi Perpajakan (Studi Kasus pada Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus)Kajian Ekonomi dan Keuangan Volume 16 Nomor 1 Tahun 2012, halaman 1 7 - 3 6

Penelitian ini menganalisis efektivitas pelaksanaan kebijakan reformasi perpajakan terhadap kinerja pegawai pajak dan dampaknya terhadap

______penerimaan pajak, dengan mengambil kasus pada Kantor Wilayah_____

Page 9: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

MAJALAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN ISSN 1410-3249

KEK Terakreditasi(No. Akreditasi: 467/A U3/P2M I-LIPI/08/2012)

________________ Volume 16 Nomor 1 Tahun 2012________________

Keywords used are free terms. Abstracts can be reproduced without _____________________ permission or charge.________________________________________________ ABSTRAKSI__________________________

Direktorat jenderal Pajak (DjP) jakarta Khusus. Reformasi perpajakan telah dilakukan sejak tahun 2002, sebagai amanat UU Nomor 25 Tahun 2002. Kinerja DJP belum optimal, sehingga diperlukan upaya meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan dan peningkatan tax ratio. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan mengkaji hal-hal yang sudah dilakukan terkait dengan reformasi perpajakan dan sejauhmana penerapannya, (2) mengkaji efektivitas penerapan reformasi perpajakan terhadap peningkatan kinerja pegawai dan dampaknya terhadap penerimaan pajak, dan (3J memberikan rekomendasi agar reformasi perpajakan dapat diterapkan secara optimal. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan korelasional, serta sebab akibat dengan menggunakan analisis deskriptif dan ekonometrika (model regresi logistik). Menggunakan data primer dan sekunder. Dalam penelitian ini mengkaji beberapa faktor penting yang diprediksi berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Kinerja pegawai yang dicerminkan oleh peubah terikat Indikator Kinerja (IKJ secara keseluruhan. Secara umum pelaksanaan kebijakan reformasi perpajakan belum meningkatkan kinerja pegawai DJP dan penerimaan pajak secara signifikan, sehingga pelaksanaan kebijakan reformasi perpajakan masih perlu ditingkatkan.

Kata kunci: efektivitas reformasi perpajakan, kebijakan pajak, kinerja, reformasi administrasi pajak.

Falianty, Telisa Aulia, dan Hanifah, Luthfi, et. al. (Universitas Indonesia)Determinan Inflasi Regional Kota-kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2000-2009Kajian Ekonomi dan Keuangan Volume 16 Nomor 1 Tahun 2012, halaman 37-70

This research is intended to analyze determining variables o f regional inflation at cities o f West java Province during 2000 - 2009. This study is motivated by the facts that inflation is known as an important indicator for economic development planning. Therefore, managing inflation rate become important for government to arrange their national development planning. Managing national inflation should follow whit managing regional inflation.

Page 10: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

MAJALAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN ISSN 1410-3249

KEK Terakreditasi(No. Akreditasi: 467/AU3/P2M I-LIPI/08/2012)

________________ Volume 16 Nomor 1 Tahun 2012________________Keywords used are free terms. Abstracts can be reproduced without _____________________ permission or charge.________________________________________________ ABSTRAKSI__________________________

Thus, identifying regional inflation determining variables become important process for managing phase o f regional inflation. Approximation for regional inflation determining variable are monetary variables and non monetary variables. Monetary variables consist o f real interest rate, while non monetary variables consist o f regional indigenous income (PAD), regional expenditure, infrastructure condition, minimum wages rate, and inflation rate o f DKl Jakarta. Method research for analysis is utilizes data panel regression Of C2SLS (Generalized two stage least square) with fixed effect method. The findings o f this study point out that regional inflation at cities o f West Java Province significantly affected by real interest rate, minimum wages rate, infrastructure condition, inflation rate o f DKl Jakarta, regional indigenous income (PAD), and regional expenditure. Thus, shown that cost push effect system and demand pull effect system is work on to determine regional inflation at cities o f West Java Province. This research also finding that regional that regional interaction is influencing regional inflation rate as shown on interaction between DKl Jakarta Province and cities in West Java Province which presumtive cause by distribution system o f goods, commodity, and services from production area to consumption area.

Keywords: Inflasi, regional, PAD, upah minimum, infrastruktur

Setiawan, Sigit, et. al. (Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan)

Dampak Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN-Korea FTA (AKFTA) terhadap Indonesia dan Korea Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Volume 16 Nomor 1 Tahun 2012, halaman 7 1 - 9 0

Preferential tariff scheme on ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA) Trade Agreement in Goods have been above four years after its entry info force on July 1, 2007, as stated in Minister o f Finance Decree Number 131/PMK.011/2007. Its impact assessment should be conducted to review the expected gains for Indonesia and its country partner, South Korea from joining the agreement. This study employed a quantitative approach to measure and analyze the gains received by the two countries in AKFTA Trade Agreement in Goods from the increase o f export growth and export

______contribution to national income. From the forecasting model employed, it_____

Page 11: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

MAJALAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN ISSN 1410-3249

KEK Terakreditasi(No. Akreditasi: 467/A U3/P2M I-LIPI/08/2012)

________________ Volume 16 Nomor 1 Tahun 2012________________Keywords used are free terms. Abstracts can be reproduced without _____________________ permission or charge.______________________

__________________________ ABSTRAKSI__________________________showed that Indonesia gained more than Korea from AKFTA.

Keywords : free trade area, preferential trade, export, impact assessment, AKFTA

Roy M. Manurung, Andriansyah, Bayu Husodo, dan Ngapon, et. al. (Kementerian Keuangan)

Pasar Modal dan Perekonomian Indonesia : Biaya Keterbukaan, Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum, dan Peran Pemodal Asing

Kajian Ekonomi dan Keuangan Volume 16 Nomor 1 Tahun 2012, halaman 9 1 - 1 1 0

This paper summarizes the results o f the last three years o f research conducted by the Economic Research Division o f the Indonesia Capital Market and Financial Institution Supervisory Agency (Bapepam-LK). The main topic o f the research is related to the role o f the capital market in the Indonesian economy, especially its role as the source o f financing for business and as the alternative o f investment for investors. The studies on the cost o f disclosure, the use o f IPO proceeds and the role o f foreign investors will have special emphasizes.

Keywords: Pasar Modal, Perekonomian, Biaya Keterbukaan, Penggunaan Dana Penawaran Umum, Pemodal Asing_______________________________

Page 12: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KEBIJAKAN REFORMASIPERPAJAKAN

(Studi Kasus pada K antor W ilayah D irektorat Jenderal Pajak Jak arta Khusus) 1 2

Oleh:2 3Herry Sumardjito , Arief Daryanto ■ Musa Hubeis3 dan Eriyatno3

AbstrakPenelitian ini menganalisis efektivitas pelaksanaan kebijakan reformasi perpajakan terhadap kinerja pegawai pajak dan dampaknya terhadap penerimaan pajak, dengan mengambil kasus pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Khusus. Reformasi perpajakan telah dilakukan sejak tahun 2002, sebagai amanat UU Nomor 25 Tahun 2002. Kinerja DJP belum optimal, sehingga diperlukan upaya meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan dan peningkatan tax ratio.' Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan mengkaji hal-hal yang sudah dilakukan terkait dengan reformasi perpajakan dan sejauhmana penerapannya, (2) mengkaji efektivitas penerapan reformasi perpajakan terhadap peningkatan kinerja pegawai dan dampaknya terhadap penerimaan pajak, dan (3) memberikan rekomendasi agar reformasi perpajakan dapat diterapkan secara optimal. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan korelasional, serta sebab akibat dengan menggunakan analisis deskriptif dan ekonometrika (model regresi logistik). Menggunakan data primer dan sekunder. Dalam penelitian ini mengkaji beberapa faktor penting yang diprediksi berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Kinerja pegawai yang dicerminkan oleh peubah terikat Indikator Kinerja (IK) secara keseluruhan. Secara umum pelaksanaan kebijakan reformasi perpajakan belum meningkatkan kinerja pegawai DJP dan penerimaan pajak secara signifikan, sehingga pelaksanaan kebijakan reformasi perpajakan masih perlu ditingkatkan.Kata kunci: efektivitas reformasi perpajakan, kebijakan pajak, kinerja, reformasi

administrasi pajak.

1 Disertasi Program Doktor Manajemen dan Bisnis2Mahasiswa Program Doktor Manajemen dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor

3 Komisi Pembimbing Sekolah Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor

Page 13: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangBergulirnya era reformasi yang dimulai sejak tahun 1999 telah membawa

angin perubahan baru dalam tatanan dan penyelenggaraan Pemerintahan Negara Indonesia, yang selanjutnya dikenal dengan reformasi birokrasi. Agenda utama reformasi birokrasi adalah mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan berwibawa, dengan menerapkan prinsip-prinsip Good governance. Reformasi birokrasi diterapkan pada seluruh unsur penyelenggara pemerintahan, tidak terkecuali Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Kementerian Keuangan, melalui reformasi perpajakan yang dimulai sejak tahun 2002. Meskipun reformasi perpajakan telah diterpkan pada DJP, namun banyak pihak menilai kinerjanya masih belum optimal, sebagaimana yang diharapkan.

Kinerja DJP yang belum optimal diindikasikan dengan banyaknya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang cepat, mudah, murah, akurat, namun di sisi lain masih terdapat keterbatasan sarana dan prasarana, kualitas SDM, sistem teknologi informasi yang belum sempurna, maupun dana yang tersedia. Munculnya dugaan praktek korupsi, kolusi, dan hal-hal negatif lainnya pada instansi DJP pada belakangan ini, telah mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat untuk membayar pajak, sehingga upaya peningkatan penerimaan dari sektor perpajakan semakin sulit. Hal ini tercermin dari masih rendahnya tax ratio di Indonesia.

Dalam upaya meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan dan peningkatan tax ratio secara bertahap diperlukan langkah-langkah penyempurnaan kebijakan perpajakan, modernisasi sistem informasi dan administrasi perpajakan, pemanfaatan informasi dan teknologi untuk pembentukan bank data secara nasional, upaya koordinasi dengan lembaga keuangan dan otoritas moneter untuk peningkatan kemampuan akses informasi atas transaksi keuangan dari para wajib pajak (WP) (DJP, 2020). Langkah tersebut ditempuh melalui reformasi perpajakan yang merupakan amanat UU Nomor 25 Tahun 2002. Reformasi perpajakan meliputi dua area (Gunadi, 2004), yaitu reformasi kebijakan pajak (tax policy) dan reformasi administrasi perpajakan ( t o administration). Sedangkan tujuan utama dilakukannya reformasi perpajakan adalah untuk menghasilkan peningkatan penerimaan negara dari sektor perpajakan dalam jumlah yang cukup, stabil, fleksibel dan berkelanjutan sehingga dapat mengamankan pelaksanaan APBN.

1.2. Rumusan MasalahPenelitian ini merupakan evaluasi/pengujian terhadap kebijakan penerapan

atau implementasi reformasi birokrasi di DJP. Bidang kajian dapat yang menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan Kinerja Pegawai di DJP, Budaya

Page 14: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

Organisasi, Pengembangan Organisasi, dan Pengembangan SDM. Dari kajian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk memperkuat organisasi DJP dan bagaimana agar pelaksanaan reformasi perpajakan di DJP berjalan dengan optimal.

Berdasarkan latar belakang dan beberapa permasalaan yang terkait dalam implementasi reformasi perpajakan, maka secara ringkas rumusan masalah penelitian ini dinyatakan dalam bentuk pertanyaan berikut:1. Reformasi perpajakan apa saja dan bagaimana penerapannya di DJP?2. Bagaimana efektivitas penerapan reformasi perpajakan terhadap peningkatan

kinerja pegawai dan dampaknya terhadap penerimaan pajak?3. Bagaimana seharusnya reformasi perpajakan diterapkan?

1.3. Tujuan Penelitian1. Mengidentifikasi dan mengkaji hal-hal yang sudah dilakukan terkait dengan

reformasi perpajakan dan sejauhmana penerapannya.2. Mengkaji efektivitas penerapan reformasi perpajakan terhadap peningkatan

kinerja pegawai dan dampaknya terhadap penerimaan pajak.3. Memberikan rekomendasi agar reformasi perpajakan dapat diterapkan secara

optimal,

1.4. Ruang Lingkup PenelitianLingkup penelitian ini adalah lingkup teori Manajemen SDM, Manajemen

Kinerja, Teori Organisasi, Perpajakan, dan Kebijakan Publik serta Learning Organization (Organisasi Pembelajaran), khususnya mengenai reformasi perpajakan. Cakupan yang akan dibahas mengenai reformasi perpajakan yang dilakukan, hal-hal yang direformasi, penerapannya, pengaruhnya terhadap kinerja pegawai dan kinerja organisasi, serta implikasinya terhadap penerimaan pajak.

II. TINJAUAN PUSTAKAReformasi perpajakan meliputi formulasi kebijakan dalam bentuk peraturan,

dan pelaksanaan dari peraturan yang diarahkan untuk dapat mencapai beberapa sasaran. Sasaran tersebut diantaranya (1) menghasilkan penerimaan dalam jumlah yang cukup, stabil, fleksibel dan berkelanjutan, (2) mengurangi beban inefisiensi dan excess burden, (3) memperingan beban kelompok kurang mampu dengan mendesain struktur pajak yang lebih adil, dan (4) memperkuat administrasi perpajakan dan meminimalisasi biaya administrasi dan kepatuhan (Pandiangan, 2005).

Menurut Nasucha (1991), reformasi administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu,

Page 15: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis, dan cepat. Dengan mendasarkan pada teori Caiden (Nasucha, 1991) empat dimensi reformasi administrasi perpajakan yaitu struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi, dan budaya organisasi. Sementara itu, menurut Bird and Jantscher seperti dikutip Chaizi Nasucha [2004), mengemukakan bahwa perubahan kebijakan perpajakan tanpa didukung perubahan administrasi perpajakan menjadi tak berarti. Perubahan di bidang perpajakan harus sejalan dengan kapasitas administrasinya, karena administrasi perpajakan merupakan kebijakan di bidang perpajakan yang mempunyai hubungan tak terpisahkan.

Hasil penelitian Gale dan Fellow [2001) berjudul Tax Simplification: Issues and Options, menyimpulkan [1) kompleksitas pajak muncul dari sebagian besar hasil trade-off antara kesederhanaan dan tujuan lainnya, [2) masalah mendasar justru terdapat pada ketentuan pajak dan sistem pajak, [3) faktor-faktor yang menghasilkan sistem pajak; kebijakan trade o ff politik dan keinginan wajib pajak yang akan mengurangi beban pajaknya sendiri.

Menurut Tondani [2002), reformasi pajak di beberapa negara Eropa, diantaranya (1) pengurangan beban pajak bagi tenaga kerja, [2) promosi pajak yang menerangkan pajak sebagai instrumen tabungan dan meningkatkan efektifitas insentif pajak untuk investasi, (3) memperbaiki desentralisasi pajak, serta [4) memperbaiki standar efisiensi mengenai pungutan dan administrasi pajak. Penelitian Toder [2005) Tax Expenditures and Tax Reform: Issues and Analysis menyimpulkan, bahwa ketentuan pajak diharapkan dapat menguntungkan suatu kegiatan atau memberikan manfaat bagi pajak itu sendiri, sedangkan untuk para wajib pajak ditargetkan untuk tidak menggunakan biaya besar dan akan mengakibatkan penggunaan sumber daya yang tidak efisien.

Menurut Perry and Walley, di negara-negara berkembang dimana sistem pajaknya kuat dan struktur pajaknya telah ditetapkan, reformasi perpajakan mengacu pada usaha peningkatan administrasi perpajakan. Eke (2001) mengutip Nasucha (1991) mengemukakan bahwa "isu keberhasilan reformasi administrasi perpajakan ke depan adalah kapasitas administrasi perpajakan dalam mengimplementasikan struktur perpajakan secara efisien dan efektif’. Hal ini meliputi pengembangan SDM, teknologi informasi, struktur organisasi, proses dan prosedur, serta sumber daya finansial dan insentif yang cukup. Sasaran administrasi pajak, yakni (1 ) meningkatkan kepatuhan para pembayar pajak, dan (2) melaksanakan ketentuan perpajakan secara seragam untuk penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal. Efektivitas administrasi pajak bukanlah satu- satunya indikator kepatuhan pajak, di negara-negara yang memiliki derajat ketidakpatuhan wajib pajaknya tinggi, kemampuan administrasi pajak untuk memungut pajak yang efektif merupakan kunci pembentukan perilaku pembayar pajak.

Page 16: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

Dua tugas utama reformasi administrasi perpajakan menurut Nasucha yang mengutip Ott (2001) adalah mencapai efektivitas yang tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang tinggi dan efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya admninistrasi per unit penerimaan pajak sekecil-kecilnya. Efektivitas dan efisiensi kadang-kadang menciptakan kontradiksi, sehingga diperlukan koordinasi, diperlukan ukuran-ukuran khusus untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi administrasi perpajakan.

III. KERANGKA PEMIKIRANSecara umum penelitian ini mengkaji pelaksanaan reformasi perpajakan DJP

dilihat dari variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja pegawai DJP, seperti yang dimuat pada kerangka pemikiran penelitian dalam Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian pengaruh reformasi pajak dilihat berdasarkan berbagai peubah, baik peubah bebas (Xj) dan peubah terikat (Y), seperti dimuat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2. Alur Analisis Penelitian

Page 17: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. HipotesisSecara umum hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh positif Xj terhadap Y H i: Terdapat pengaruh positif X, terhadap Y Keterangan : i = 1, 2 , .... n, n=6, dimana:

Xi = Perubahan Tax Policy [TP)X2 = Sumber daya Manusia (SDM)X3 = Struktur organisasi (SO)X4 = Sistem informasi dan administrasi perpajakan (SI)X5 = Sistem pengawasan pegawai (SPP)X6 = Sistem remunerasi (SR)Y = Kinerja Pegawai

4.2. T empat dan WaktuPenelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak yang berada di bawah

Kantor Wilayah Jakarta Khusus. Responden survei yang digunakan terdiri dari sumber internal, yaitu pegawai yang terdiri dari pimpinan dan staf. Jadwal penelitian dilakukan dalam waktu enam bulan.

4.3. Pengumpulan DataPenelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dan korelasional,

serta sebab akibat dengan menggunakan analisis deskriptif dan ekonometrika (model regresi logistik). Pendekatan survei dan wawancara tatap muka terhadap responden ahli (expert survey) melalui Individual Depth Interviews (IDI) yang melibatkan stakeholder (pejabat DJP dan pakar pajak, konsultan pajak atau pakar kebijakan publik) yang memiliki kompetensi, dan dibahas dalam FGD. Waktu penelitian ini dilakukan selama enam (6) bulan di Kantor Pelayanan Pajak yang berada di bawah Kantor Wilayah Jakarta Khusus.

Responden survei adalah pegawai internal yang terdiri dari pimpinan dan staf sebanyak 252 responden dengan metode Simple Random Sampling yang berasal dari 10 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner menggunakan skala likert (1-5) dan data sekunder adalah data penunjang berupa kajian terhadap studi lite-ratur, referensi yang berkaitan dengan sumber-sumber lain dan data publik terkait.

4.4. Metode AnalisisAnalisis data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan metode analisis

kuantitatif/ekonometrika, yaitu regresi logistik. Analisis deskriptif digunakan

Page 18: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

untuk memperoleh gambaran secara mendalam mengenai obyek penelitian (kinerja pegawai) dan fenomena yang terjadi. Analisis deskriptif dan dengan model regresi logistik adalah untuk menjelaskan dan mengkaji efektivitas kebijakan reformasi perpajakan yang diukur dengan inikator kinerja pegawai dan dampaknya terhadap penerimaan pajak bagi negara.

Model analisis regresi logistik biner merupakan model yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara peubah-peubah bebas x dengan peubah respon yang berskala biner. Nilai y =1 jika kejadian sukses, dalam hal ini kinerja pegawai meningkat, y = 0 jika kejadian gagal dalam hal ini kinerja pegawai dengan mengikuti sebaran Bernoulli. Model umum persamaan regresi logistik dengan p peubah bebas x adalah:

E (Y\x) = 7r(x) = exp [gCr)] l+exp [a(x)J C1)

Peubah Y dapat juga berupa peubah kategorik. Sebagai peubah penjelas adalah kebijakan pajak, SDM, struktur organisasi, sistem informasi dan administrasi perpajakan, sistem pengawasan pegawai dan sistem remunerasi. Peubah respons adalah kinerja pegawai secara keseluruhan (Y) berupa kategori, yaitu dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju (skala likert). Berdasarkan tipe peubah kategori peubah Y, analisis regresi logistik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (1) biner : regresi logistik biner; (2) nominal : regresi logistik nominal; dan (3) ordinal : regresi logistik ordinal. Model ini mengasumsikan pengaruh X adalah sama untuk setiap peluang kumulatif. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi, maka digunakan model regresi logistik nominal.

Model Regresi pada pengolahan dan analisis data penelitian ini adalah : Logit[P(Y < j)] - po+p1.Xi_TP+p2.X2_SDM+p3.X3_SO+p4.X4_Sl+p5.X5_SPP+ p6.X5_SR... (2) '

V. HASIL ANALISIS DESKRIPTIF

5.1. Pelaksanaan Kebijakan Reformasi PerpajakanAnalisis secara deskriptif terhadap pelaksanaan reformasi perpajakan

meliputi kebijakan pajak (tax policy), sumber daya manusia, struktur organisasi, sistem informasi dan administrasi perpajakan, sistem pengawasan pegawai, sistem remunerasi, serta indikator kinerja pegawai itu sendiri.

Hasil analisis terhadap kebijakan pajak (tax policy) menunjukkan bahwa, amandemen undang-undang perpajakan untuk mendukung upaya DJP dalam melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi sesuai potensi yang sebenarnya belum berhasil sepenuhnya dapat meningkatkan tax ratio ) sesuai potensi yang sebenarnya. Tiga undang-undang perpajakan hasil amanademen terakhir yaitu UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, dan UU Nomor 42 Tahun 2009

23

Page 19: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah. Tax ratio di Indonesia masih sekitar 10-12% dari total GDP, sedangkan di negara-negara lain berkisar antara 14-20%. Demikian halnya, bahwa UU Perpajakan yang baru belum dapat menutup celah kolusi antara WP dengan petugas pajak secara optimal. Namun demikian bahwa UU pajak yang baru telah memberikan kemudahan prosedur pelayanan kepada WP. Kebijakan reformasi perpajakan terkait dengan penetapan target penerimaan pajak saat ini belum dilakukan secara akuntabilitas dan transparan sesuai dengan potensi yang ada. Hal ini tercermin dari besaran angka target penerimaan pajak hanya dilakukan secara top down, yaitu penetapan dilakukan oleh pihak DPR bersama pemerintah berdasarkan angka trend realisasi penerimaan pajak dari tahun ke tahun tanpa melihat potensi yang sebenarnya ada di masyarakat. Selanjutnya, reformasi perpajakan juga telah memberikan kemudahan dalam melakukan pemungutan pajak. Hal ini tercermin dari peningkatan penerimaan pajak setiap tahun, walaupun besaran tax rationya belum optimal.

Aspek sumber daya manusia (SDM) memiki peran yang sangat penting bagi keberhasillan pelaksanaan reformasi perpajakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reformasi perpajakan mendorong pegawai pajak untuk bekerja professional, yaitu bekerja sesuai standar operasi prosedur (SOP) yang telah ditetapkan dan sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, serta menempatkan pegawai sesuai kompetensinya. Demikian juga bahwa reformasi perpajakan telah mendorong pegawai untuk bekerja jujur, bersikap inovatif dan berintegritas tinggi. Namun hal tersebut perlu dibahas lebih lanjut hubungan dan pengaruhnya terhadap kinerja perpajakan pada sub-bab berikutnya. Hal lain yang menarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa reformasi perpajakan telah mendorong pegawai untuk bekerja secara team work untuk mencapai tujuannya. Hal ini tercermin dalam penyelesaian pekerjaan selalu dilakukan secara tim, misalnya tim pemeriksaan, tim penagihan, tim penyidikan, tim penelaah keberatan, tim sosialasi pelayanan dan penyuluhan dan pembentukan tim-tim lainnya yang dipandang perlu sesuai dengan kebutuhan dengan berkoordinasi dan diawasi oleh kepala unit satuan kerja yang bersangkutan. Ini dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan terjadinya kolusi perorangan. Namun penempatan jabatan belum sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi yang dimiliki pegawai. Hal ini tercermin dari penempatan dan mutasi yang masih berdasarkan senioritas dan faktor lamanya jabatan. Selanjutnya untuk mendukung profesionalisme pegawai pajak, diperlukan peningkatan pendidikan dan latihan yang berkelanjutan baik berupa in house training (IHT) maupun pendidikan formal lainnya.

Para pegawai pajak mengetahui dengan baik tugas pokok dan fungsi (tupoksi) jabatan mereka dalam organisasi, struktur organisasi yang baru telah menghasilkan kinerja DJP yang lebih efektif dan efisien. Efektif dalam melakukan

24

Page 20: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

penggalian potensi pajak dan melakukan penagihan pajak (cepat tertagih), sedangkan efisien dalam arti pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat. Hal ini dikarenakan dilakukan secara fungsional sehingga tidak memerlukan birokrasi yang panjang. Hasil ini masih perlu pembuktian lebih lanjut terutama pada pembahasan pengaruhnya terhadap kinerja perpajakan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa beban kerja dan tanggungjawab dalam struktur organisasi baru belum merata dan adil. Hal ini tercermin dalam hasil kinerja pegawai yang belum optimal, yaitu masih berfluktuasinya pencapaian target penerimaan pajak. Hasil penelitian terkait dengan variabel perubahan struktur organisasi dari berbasis struktural menjadi fungsional telah menyebabkan spesialisasi keahlian pada jenis perpajakan tertentu menjadi tererosi/tereduksi. Selain itu masih dirasakan adanya tugas-tugas yang diluar tupoksi mereka, sehingga menyebabkan para pegawai tidak fokus pada pekerjaan utama.

Sistem informasi dan administrasi perpajakan merupakan bagian penting dari reformasi perpajakan karena akan mempengaruhi kinerja pegawai pajak dan implikasinya terhadap penerimaan pajak. Sistem informasi dan administrasi perpajakan belum mendukung upaya penggalian pajak secara optimal, belum memudahkan para pegawai DjP dalam mengakses data dan informasi yang diperlukan dalam rangka melaksanakan tugas mereka, meningkatkan kinerja pegawai pajak, walau belum optimal. Selanjutnya Sistem informasi dan administrasi perpajakan merupakan suatu kebutuhan yang mempunyai peranan penting walaupun telah memiliki standart operating prosedur (SOP) yang memadai, namun masih diperlukan pembaharuan guna mendukung kinerja DjP.

Dalam reformasi perpajakan juga sekaligus dilakukan reformasi birokrasi untuk membenahi perilaku dan kinerja pegawai. Untuk itu diperlukan suatu sistem pengawasan pegawai yang efektif dan memadai. Sistem pengawasan pegawai sangat diperlukan dan efektif untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja pegawai DjP. Demikian halnya perlu dibentuk badan independen untuk mengawasi penerimaan dan penggunaan pajak negara, serta mengawasi kinerja pegawai pajak, dan adanya Direktorat Kepatuhan Internal Sumber Daya Aparatur (KISDA) telah dapat mendeteksi secara dini penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di DJP walaupun belum berjalan secara efektif. Sementara itu, untuk memberantas korupsi, kolusi dan penyimpangan-penyimpangan di DJP perlu diadakan wistle blower. Variabel terakhir yang terkait dengan sistem pengawasan pegawai adalah mengenai kode etik pegawai DJP yang dinilai cukup efektif dalam mencegah penyalahgunaan wewenang dan kolusi.

Sistem remunerasi (imbalan penghasilan) juga merupakan hal yang dapat mempengaruhi reformasi perpajakan terhadap kinerja pegawai pajak dan implikasinya terhadap penerimaan pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompensasi remunerasi yang diterima pegawai harus dikaitkan dengan beban

25

Page 21: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

kerjanya, penetapan grading pegawai dalam rangka pemberian remunerasi telah dilakukan secara adil dan transparan sesuai beban dan tanggung jawab jabatan, dan sistem remunerasi yang ada saat ini telah efektif untuk meningkatkan kinerja pegawai pajak. Namun demikian sistem remunerasi tersebut perlu dievaluasi dan dikaji kembali.

5.2. Indikator KinerjaPenerimaan pajak yang disetor ke negara saat ini belum sesuai dengan

potensi yang ada, hal ini terbukti bahwa tax ratio yang bisa dicapai hanya berkisar 11 sampai 12 % saja, sementara di negara lain bisa mencapai 15-20 %. Tingkat pelayanan yang diberikan WP secara nyata sudah mendekati optimal. Diharapkan seluruh pegawai pajak selalu berusaha untuk memberikan peningkatan pelayanan yang lebih baik dan optimal kepada WP, yang pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan pajak. Tingkat kepatuhan formal dan material WP belum optimal. Hal ini terlihat dari masih rendahnya tax compliance WP dalam melaporkan Surat Pemberitahunan (SPT)-nya ke kantor pajak, dan tax ratio serta banyaknya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar [SKPKB] yang diterbitkan dalam rangka law enforcement.

Peningkatan mutu pelayanan yang dilakukan oleh pegawai pajak telah memenuhi harapan masyarakat. Kondisi ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pegawai pajak untuk lebih mengoptimalkan dalam bekerja, khususnya dalam hal memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat WP. Dalam hal penetapan Indikator Kinerja Utama/IKU [Key Performance Indicator) sebagai indikator kinerja belum menunjukkan ukuran yang tepat dan dapat dicapai. Selanjutnya proses law enforcement terhadap WP belum berjalan secara efektif dan efisien, hal ini tercermin dari masih besarnya tunggakan pajak yang tidak dapat tertagih.

Tabel 5.1. Persentase Berdasarkan Indikator Kinerja

Indikator Kinerja (IK)

Pernyataan (%)SangatSetuju Setuju Cukup

SetujuKurangSetuju

Sangat Tidak Setuju

Penerimaan pajak yang disetor ke negara saat ini telah sesuai dengan potensi yang adafyl)

2,8 22,3 42,6 28,3 4,0

Pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak

19,1 55,4 24,3 1,2 -

Page 22: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

sudah optimal (y2)Tingkat kepatuhan formal dan material Wajib Pajak saat ini sudah optimal fy31

1,2 14,3 53,2 29,4 2,0

Peningkatan mutu pelayanan yang dilakukan oleh pegawai pajak sudah sesuai harapan masyarakat fy4J

4,8 42,5 44,4 7,5 0,8

Penetapan Indikator Kinerja Utama [Key Performance Indicator) pada setiap level pegawai sudah tepat dan dapat dicapai fy5J

1,2 31,1 48,2 17,5 2,0

Proses law enforcement terhadap Wajib Pajak sudah berjalan dengan efektif dan efisien (y6J

0,8 28,6 42,9 24,2 3,6

VI. ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN REFORMASI PERPAJAKANAnalisis kuantitatif (ekonometrika) menggunakan model logistik adalah

untuk melihat efektivitas penerapan pelaksanaan kebijakan reformasi perpajakan terhadap peningkatan kinerja pegawai dan dampaknya terhadap penerimaan pajak. Dalam penelitian ini mengkaji beberapa faktor penting yang diprediksi berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Kinerja pegawai yang dicerminkan oleh peubah terikat Indikator Kinerja (IKJ secara keseluruhan. 1K terdiri dari enam (6) sub peubah, yaitu penerimaan pajak yang disetor ke negara (yl), pelayanan kepada wajib pajak sudah optimal (y2), tingkat kepatuhan formal dan material WP sudah optimal (y3), peningkatan mutu pelayanan sudah sesuai dengan harapan (y4), penetapan Indikator Kinerja Utama pada setiap level pegawai sudah tepat dan tercapai (y5] dan proses law enforcement terhadap WP sudah berjalan efektif dan

27

Page 23: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

efisien (y6). Faktor-faktor penentunya peubah bebas seperti tax po//cy/kebijakan pajak (TP), sumber daya manusia [SDM), struktur organisasi [SO), sistem informasi dan administrasi perpajakan [SI), sistem pengawasan pegawai [SPP) dan sistem remunerasi [SR).

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai adalah TP, SO, SI, SPP dan SR. Sedangkan faktor SDM tidak berpengaruh nyata. Faktor TP, SI, SPP dan SR berpengaruh negatif nyata terhadap kinerja, namun belum optimal, sehingga belum memberikan kontribusi besar bagi peningkatan kinerja pegawai DJP. Di sisi lain, faktor SO berpengaruh positif nyata terhadap kinerja, sehingga secara umum mampu meningkatkan kinerja pegawai DJP.

6.1. Kebijakan Pajak (TP)Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan negatif yang nyata

(signifikan) antara Tax Policy (kebijakan pajak) dengan Indikator Kinerja secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari hasil regresinya dengan nilai koefisien - 0,672830 dengan odd ratio 0,51 dan p-value 0,00. Reformasi di bidang kebijakan perpajakan (TP) yang dilakukan berupa perubahan undang-undang perpajakan yang baru tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai dengan indikator pencapaian target penerimaan pajak.

Reformasi kebijakan pajak (tax policy) yaitu perubahan regulasi atau peraturan perpajakan yang berupa undang-undang perpajakan seperti yang dikemukakan Gunadi (2004) dan Bird & Jantscher (1991) bahwa perubahan di bidang perpajakan harus sejalan dengan kapasitas administrasinya. Artinya reformasi kebijakan pajak harus diikuti dengan reformasi administrasi perpajakan, karena merupakan hubungan tak terpisahkan. Belum berhasilnya reformasi di bidang kebijakan pajak dalam meningkatkan kinerja pajak dapat disebabkan oleh banyak hal, terutama berkaitan dengan perilaku yang berkaitan dengan birokrasi organisasi atau lembaga pemerintahan yang direformasi. Sebagaimana diungkap oleh Sumargono (2009) reformasi birokrasi lembaga pemerintahan Indonesia masih diliputi perilakunya, yaitu adanya arogansi sektoral (ego sektoral), lemahnya koordinasi, informasi, sinkronisasi dan simplikasi. Sehingga dampak dari perilaku tersebut tidak mencerminkan sinergi yang holistik antara cita-cita reformasi dengan penerapan atau aplikasikanya di lapangan.

Pengaruh TP terhadap Penerimaan pajak yang disetor ke negara juga tidak berbeda dengan pengaruhnya terhadap kinerja secara keseluruhan. Dengan demikian kebijakan pajak saat ini belum efektif dalam meningkatkan penerimaan pajak. Prinsip kebijakan perpajakan di Indonesia adalah se lf assessment, artinya WP diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya tanpa memperhatikan adanya

28

Page 24: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

ketetapan pajak dari fiskus. Apabila fiskus (petugas pajak) tidak mempunyai data yang berbeda dengan SPT WP maka fiskus tidak dapat menetapkan yang berbeda [law enforcement). Namun, sangat disayangkan reformasi perpajakan kurang berdampak pada pembangunan negara. Dengan kata lain, peningkatan penerimaan pajak dari tahun ke tahun tidak dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk investasi melalui anggaran pembangunan. Dana yang dihimpun dari masyarakat lebih banyak dialokasikan untuk belanja pemerintah. Hasil riset menunjukkan bahwa peningkatan penerimaan pajak diikuti dengan peningkatan anggaran belanja pemerintah. Sebaliknya, disaat penerimaan pajak meningkat justru anggaran pembangunan semakin menurun, dari level 8 persen dari APBN pada tahun 1993 hingga hanya 3 persen pada tahun 2003.

6.2. Sumber Daya Manusia (SDM)Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata

(signifikan) antara Sumber Daya Manusia (SDM) dengan Indikator Kinerja secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari hasil regresinya dengan nilai koefisien sebesar - 0,287274 dengan odd ratio 0,75 dan memiliki p-value lebih besar dari nilai a, yaitu sebesar 0,190. Dari nilai-nilai tersebut dapat diketahui bahwa baik atau tidaknya sumber daya manusia yang ada di lingkungan DJP tidak akan berpengaruh terhadap kinerja di DJP itu sendiri.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa reformasi di bidang SDM Pajak belum efektif dalam meningkatkan kinerja pegawai DJP. Dengan bekerja secara profesional, melalui teamwork dan inovatif serta berintegritas tinggi tidak secara otomatis dapat meningkatkan kinerja penerimaan. Hal ini disebabkan karena, keterbatasan akses data WP sehingga potensi pajak yang sebenarnya dimiliki oleh WP tidak dapat diketahui dengan tepat. Selain itu, produk hukum yang dikeluarkan oleh pegawai pajak belum mempunyai kekuatan hukum tetap sehingga tidak dapat dieksekusi.

6.3. Struktur Organisasi (SO)Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang nyata

(signifikan) antara Struktur Organisasi (SO) dengan Indikator Kinerja secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari hasil regresinya dengan nilai koefisien sebesar 0,0833022 dengan odd ratio 1,09 dan memiliki p-value lebih kecil dari nilai a, yaitu sebesar 0,057. Dari nilai-nilai tersebut dapat diketahui bahwa baik atau tidaknya struktur organisasi yang ada di DJP akan sangat berpengaruh terhadap kinerja di DJP itu sendiri. Artinya reformasi perpajakan melalui perubahan struktur organisasi dari berbasis jenis pajak menjadi berbasis fungsional telah memberikan dampak yang signifikan dan efektif dalam meningkatkan kinerja pegawai dan penerimaan pajak.

Page 25: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

6.4. Sistem Informasi dan Administrasi Perpajakan (SI)Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan negatif yang nyata

(signifikan) antara Sistem Informasi dan Administrasi Perpajakan dengan Indikator Kinerja secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari hasil regresinya dengan nilai koefisien -0,785865 dengan odd ratio 0,46 dan p-value 0,00. Dalam penggunaan fungsi logit juga diperoleh perhitungan odd ratio-nya (perbandingan risiko) atau adjusted probability (peluang terjadi). Dengan demikian, dapat disimpulkan sistem informasi dan administrasi perpajakan berhubungan negatif nyata dengan indikator kinerja secara keseluruhan.

Artinya secara umum Sistem Informasi dan Administrasi (SI) DJP belum efektif dalam meningkatkan kinerja perpajakan. Karena sistem informasi dan administrasi tersebut belum bisa bekerja maksimal dalam memberikan informasi kepada pegawai pajak atas data perpajakan yang berkaitan dengan WP. Hal ini dikarenakan DJP belum memperoleh akses data perpajakan dari pihak ketiga. Selain itu, DJP belum memiliki suatu sistem informasi yang efektif dan terintegrasi sehingga memudahkan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan WP.

6.5. Sistem Pengawasan Perpajakan (SPP)Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan negatif yang nyata

(signifikan) antara Sistem Pengawasan Perpajakan dengan Indikator Kinerja secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari hasil regresinya dengan nilai koefisien - 0,412921 dengan odd ratio 0,66 dan p-value 0,004. Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan sistem pengawasan pegawai saat ini belum optimal dalam mempengaruhi indikator kinerja perpajakan, karena tidak dapat mencerminkan indikator kinerja yang baik. Dengan demikian berarti sistem pengawasan pegawai secara keseluruhan belum sesuai dalam meningkatkan kinerja.

Hal ini penyebabnya adalah karena sistem pengawasan yang dilakukan oleh lembaga pengawas, yaitu direktorat KISDA dan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan dilakukan berdasarkan post audit, sehingga tidak efektif menghilangkan penyalagunaan wewenang yang dilakukan oleh para pegawai pajak. Hal ini karena kejadian penyalahgunaan wewenang dan/atau tidakan negatif lainnya sudah lewat (terjadi) sehingga tidak berpengaruh terhadap kinerja penerimaan pajak yang telah berjalan (kinerjanya buruk). Dengan demikian Sistem Pengawasan Pegawai tidak terbukti berhubungan positif kinerja pegawai. Untuk lembaga pengawasan sebaiknya mencakup early warning system (EWS).

6.6. Sistem Remunerasi Perpajakan (SR)Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan negatif yang nyata

(signifikan) antara Sistem Remunerasi dengan Indikator Kinerja secara

Page 26: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

keseluruhan. Hal ini terlihat dari hasil regresinya dengan nilai koefisien -0,669455 dengan odd ratio 0,51 dan p-value 0,000. Dalam penggunaan fungsi logit juga diperoleh perhitungan odd ratio-nya [perbandingan risiko) atau adjusted probability [peluang terjadi). Dengan demikian, dapat disimpulkan sistem remunerasi berhubungan negatif nyata dengan indikator kinerja secara keseluruhan. Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan sistem remunerasi saat ini belum optimal dalam mempengaruhi indikator kinerja perpajakan, karena tidak dapat mencerminkan indikator kinerja yang baik.

Hal ini mengidikasikan bahwa sistem remunerasi pegawai saat ini belum sesuai dan belum mendukung kinerja perpajakan secara efektif dan efisien. Dengan demikian berarti sistem remunerasi pegawai secara keseluruhan belum sesuai dalam meningkatkan kinerja. Sistem remunerasi [SR) selama ini dilakukan berdasarkan pencapaian suatu unit kerja, misalnya per kantor, kanwil dan kantor pusat, bukan berdasarkan kinerja pegawai secara individual sehingga tidak memacu pegawai untuk bekerja lebih baik, oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran kinerja individual.

VII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN

7.1. KesimpulanBerdasarkan beberapa temuan indikator pengaruh reformasi perpajakan

terhadap kinerja pegawai pajak melalui analisis deskriptif dan ekonometrika dengan regresi ordinal logistik, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:1. Penerapan reformasi perpajakan di DJP sudah optimal dalam bidang struktur

organisasi, namun pada kelima bidang lainnya masih belum berjalan optimal. Hal ini terbukti perubahan undang-undang perpajakan yang baru tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian penerimaan target pajak, demikian juga reformasi di bidang pelayanan dan administrasi, seperti reformasi SDM, sistem informasi dan administrasi, sistem pengawasan perpajakan, serta sistem remunerasi perpajakan.

2. Struktur Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kinerja pegawai DJP secara keseluruhan. Meskipun demikian, reformasi perpajakan di DJP secara umum masih dinilai belum berjalan efektif terhadap peningkatan kinerja pegawai keseluruhan. Hal ini dibuktikan pada hasil analisis yang menunjukkan bahwa keseluruhan faktor reformasi pajak yang dianalisis, yakni Tax policy, Sistem Informasi dan Administrasi Perpajakan, Sistem Pengawasan Pegawai, dan Sistem Remunerasi memiliki hubungan negatif yang nyata (signifikan) dan berpengaruh terhadap Kinerja, sedangkan Sumber daya manusia tidak memberikan pengaruh yang positif

Page 27: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

terhadap kinerja pegawai yang berimplikasi pada pencapaian penerimaan target pajak. Hal ini berarti, reformasi perpajakan yang telah dilakukan DJP belum berjalan dengan baik dan tepat sasaran, terutama di bidang SDM. Dengan demikian, DJP hendaknya perlu mengkaji ulang mengenai efektifitas kebijakan yang telah ditetapkan terutama bidang SDM.

3. Implikasi reformasi perpajakan terhadap penerimaan pajak yang diperoleh, adalah sebagai berikut:a. Reformasi di bidang kebijakan perpajakan yang dilakukan berupa

perubahan undang-undang perpajakan yang baru tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pencapaian penerimaan target pajak.

b. Reformasi di bidang SDM Pajak belum efektif dalam meningkatkan kinerja pegawai DJP.

c. Reformasi perpajakan melalui perubahan struktur organisasi dari berbasis jenis pajak menjadi berbasis fungsional telah memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja pegawai dan penerimaan pajak.

d. Secara umum Sistem Informasi dan Administrasi DJP belum efektif dalam meningkatkan kinerja perpajakan.

e. Sistem Pengawasan Pegawai tidak terbukti berhubungan positif dengan kinerja pegawai. Untuk lembaga pengawasan sebaiknya mencakup early warning system [EWSJ.

f. Sistem remunerasi selama ini dilakukan berdasarkan pencapaian suatu unit kerja, misalnya per kantor, kanwil dan kantor pusat, bukan berdasarkan kinerja pegawai secara individual sehingga tidak memacu pegawai untuk bekerja lebih baik.

4. Penelitian ini menemukan bahwa reformasi pajak di Indonesia belum optimal dan tidak berpengaruh positif terhadap kinerja pajak. Sehingga dalam penelitian ini menghasilkan keterharuan berupa penyempurnaan reformasi pajak berupa kebijakan baru dan hal-hal yang perlu dilakukan dan diperbaiki kedepan agar kinerja pajak lebih baik.

7.2. Kebijakan PublikHasil penelitian menunjukkan bahwa reformasi perpajakan di Indonesia

dalam bidang struktur organisasi telah berjalan optimal sehingga dinilai mampu meningkatkan kinerja pegawai DJP, akan tetapi kelima bidang lain dinilai belum optimal dan belum berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai DJP secara keseluruhan sehingga berimplikasi belum optimalnya kinerja pajak di Indonesia. Hal ini salah satunya terlihat dari masih belum tercapainya target penerimaan pajak yang diharapkan atau yang ditetapkan pemerintah.

Reformasi perpajakan di Indonesia akan memberikan hasil yang optimal, apabila ada kesungguhan dan komitmen yang tinggi dari semua pihak baik

Page 28: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

Pemerintah maupun masyarakat Mengingat reformasi perpajakan menyangkut sistem pemerintahan yang terintegrasi, maka reformasi perpajakan DJP harus diikuti reformasi di bidang hukum, terutama pada lembaga-lembaga penegak hukum terkait.

7.3. Saran Penelitian LanjutanPenelitian ini cenderung masih melihat evalusi kinerja atau keberhasilan

reformasi perpajakan dari sudut pandang internal pajak atau para pakar perpajakan, belum melihat dari sudut pandang masyarakat wajib pajak atau stakeholder. Sehingga hasilnya masih belum terlalu lengkap, masih perlu pendapat komparasi atau pendapat dua arah. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat wajib pajak (WP) terhadap reformasi perpajakan. Dengan demikian dapat diketahui penilaian masyarakat WP terhadap kinerja perpajakan dan bagaimana keinginan masyarakat terhadap pelayanan maupun kebijakan pajak, sehingga dapat diperoleh masukan untuk memperbaiki kebijakan perpajakan di Indonesia.

Daftar Pustaka

Alewine TC. 2002. Seri Manajemen Sumberdaya Manusia: Kinerja Performance, Penilaian Kinerja dan Standar Kinerja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo- Kelompok Gramedia.

Armstrong M. 1998. Performance Management. London: Clays Ltd St. Ives pie.

Baumgartner F, Jones. 1999. Agendas And Instability in American Politics. University of Chicago Press.

Benardi, Luigi. 2007. Tax System and Tax Reform in South and East Asia: Overview o f Tax System and Main Policy Issues. Italia: Universita de Pavia.

Bird, Jantscher. 2006. Improving tax administration. Journal o f African Law. Cambridge University Press.

Colbert BA. 2004. The complex resource based view : implications for theory and practice in strategic human resource management. Academy o f Management Review 29(3): 341-358.

Cooper DL, PS Schindler. 2006. Business Research. USA: Me Graw Hill Int. Ed. NY.Direktorat Jenderal Pajak. 2010. Kebijakan Reformasi Perpajakan: Crash Program.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak.

Dixon MA. 2002. The relationship between human resource management and organizational effectiveness in non-profit organization: a multi level approach. USA: University of Harvard.

Dunn William. 1998. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (terjemahan). Public Policy Analysis An Introduction. Gajahmada University Press.

Page 29: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

Edwards Chris. 2005. Policy analysis : options for tax reform. Journal Cato Institute No. 536.

Fakhruddin. 2010. Penerapan Sistem Model Organisasi Pembelajar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega [skripsi]. IPB, Bogor.

Frey BS. 2002. Deterrence and morale in taxation : an empirical analysis. CESifo Working Paper 760, August 2002.

Gillis Malcolm. 1989. Tax Reform in Developing Countries. Durham: Duke University Press.

Gunadi. 2004. Reformasi Administrasi Perpajakan Dalam Rangka Kontribusi Menuju Good Governance. Pidato Pengukuhan Guru Besar Perpajakan, FISIP Universitas Indonesia, Jakarta.

Handoko TH. 1998. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogjakarta: BPFE Press.

Hasibuan M. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.Islamy, M lrvan. 1998. Agenda Kebijakan Reformasi Administrasi Negara. Malang:

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.Kasali R. 2001. Kualitas Aparat Birokrasi dan PNS Masih Rendah.

Httpi//www._archive.org/details/rhenald-kasaliKeban YT. 1995. Pengantar Administrasi Negara. Modul Untuk Matrikulasi Program

Studi Administrasi Negara. Universitas Gadjah Mada: Program Pasca Sarjana.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/KMK.01/2006. Tentang Rencana Strategis Departemen Keuangan Tahun 2005-2009.

Lloyd T. 2007. Outcomes-based Management and Organizational Learning: The Role o f The Adult Educator in The Workplace. Kanada: University of Toronto.

Lumbantoruan S. 1997. Ensiklopedia Perpajakan Indonesia. Jakarta: Penerbit Erl angga.

Luthans F. 1997. A meta-analysis of the effects of organizational behavior modification on task performance. Academy o f Management Journal 40: 1122-1149.

Ma’arif MS. 2003. Manajemen Kinerja SDM. Bogor: Pascasarjana IPB.

Magee KC. 2002. The impact of organizational culture on the implementation of performance management Academy o f Management Review 29(3): 388-403.

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Mangkunegara AP. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan Ketiga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mangkuprawira S, AV Hubeis. 2007. Manajemen Mutu SDM. Jakarta: PT Ghalia Indonesia.

Mariwan, Z Arifin. 2005. Analisis kinerja keuangan dan penerimaan pajak penghasilan badan usaha pada periode sebelum dan setelah reformasi pajak (studi kasus pada badan usaha di wilayah Kabupaten Sleman, Kulonprogo dan Gunungkidul). Jurnal Sinergi Kajian Bisnis Manajemen: 67-84.

Page 30: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

Munandar AS. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Nasucha C. 2004. Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Grasindo.

Nawawi H. 2003. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Pandiangan L. 2007. Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan Berdasarkan Undang-undang Terbaru. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Perry G, J Walley. 2001. Fiscal Reform and Structural Change in Developing Countries. Vol. 2. Palgrave Macmillan.

Pollitt C, G Bouckaert. 2000. Public Management Reform: A Comparative Analysis. London: Oxford University Press.

Prawirosentono S. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.Robbins PS. 2003. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, dan Aplikasi. Alih

Bahasa Handayana Pujaatmika. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Prenhalindo.Santoro. 2004. Marginal comodity tax reform : a Survey .journal Public Policy. Ohio.Santoso PB. 1993. Birokrasi Pemerintah Orde Baru : Perspektif Kultural dan

Struktural. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:

Mandar Maju.

Setiaji, Gunawan dan Hidayat Amir. 2004. Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan Indonesia. Jakarta : Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Simamora H. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 2. Yogyakarta: STIE YKPN.

Sitorus J. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Ghalia.

Soebhan, S Rozi. 2000. Model reformasi birokrasi Indonesia./urna/ Transparansi.Staley, Joshua C. 2004. Five steps to fundamental tax reform: a pro-growth. Public

Policy Brief. Ohio: The Buckeye Institute.Stone D. 2002. The Public Policy Theory. Westview Press.Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sumargono, Ahmad. 2009. Reformasi Birokrasi: Menuju Pemerintahan yang Bersih. Pusat Kajian Strategi Politik dan Pemerintahan. Jakarta.

Thaba. 1996. Pentingnya Manajemen Birokrasi Profesional untuk Mengatasi Kemunduran Birokrasi dalam Pelayanan Publik. Http://www.makalah.net

Toder. 2005. Tax Expenditures and Tax Reform: Issues and Analysis. USA: University of Harvard.

Tondani. 2002. Tax system and reforms in Europe : Spain. Working Paper Sicieta Italiana di Economia Pubblica. University of Pavia. No. 188/2002.

Wijayanto SH. 2008. Structural Equation Modeling. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Page 31: Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

Williams H. 2001. Perceptions and performance: the australian public service experience. International Review o f Administrative Science 67(1): 1-50.

Zuhro RS. 2007. Reformasi Birokrasi Indonesia. Bandung: PT Ghalia.