86
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN KETATANEGARAAN ISLAM SKRIPSI Disusun Oleh : RINI WULANDARI 104045201524 KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

DALAM KAJIAN KETATANEGARAAN ISLAM

SKRIPSI

Disusun Oleh :

RINI WULANDARI

104045201524

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 2: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

KATA PENGANTAR

������������������������ �������� �������� ����������������������������

��������������������������������

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

segala nikmat, rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tetap tercurahkan

kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan dan petunjuk

kepada umat manusia menuju kehidupan serta peradaban dan berkeadilan serta keluarga

dan para sahabat yang dicintainya.

Skripsi yang berjudul “BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM

KAJIAN KETATANEGARAAN ISLAM” akhirnya dapat diselesaikan dengan yang

diharapkan penulis. Kebahagiaan yang tidak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah

dapat mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan

pihak-pihak yang selalu ikut andil mensukseskan harapan penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan

motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat dan bentuk

penghargaan yang tidak terlukiskan, penulis menyampaikan terima kasih kepada

Bapak/Ibu :

1. Prof. DR. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Asmawi, M.Ag. dan Sri Hidayati, M.Ag. Kajur dan Sekjur yang memberikan

motivasi dan kemudahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

Page 3: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

3. Dr.Abdurahman Dahlan. MA, pembimbing skripsi yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan serta petunjuk-petunjuk

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani studi di UIN Jakarta.

5. Pimpinan dan seluruh karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum serta

Perpustakaan Utama yang telah memberikan faslitas dan pelayanan kepada

penulis untuk mengadakan studi perpustakaan.

6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Muhammad Sukasno dan Ibunda Supriyatin

terima kasih atas do’a, kasih sayang dan perhatiannya serta pengorbanan yang

tiada terhingga selama membesarkan dan mendidik penulis sampai saat ini. Tak

terkecuali keluarga besarku yang selama ini mendampingi penulis.

7. Adik-adikku tersayang Rudy Arizona dan Resyita Kaylanatha yang

mengukuhkanku sebagai seorang kakak...I Luv U !!

8. Special one....Dhany (Leeekk)...yang tak pernah lepas keberadaannya sehingga

aku mengerti akan arti Ketulusan...Pengorbanan...dan Kesabaran....’Meskipun

Kenyataan Tak Seindah Harapan‘...

9. Aa Iman (terima kasih atas do’a dan supportnya), Mhamas (yang selalu sabar

mendengarkan curahan hati Dede), Uwah dan Atul (yang selalu memberikan

support dan menemaniku disaat jenuh), Ana dan Jeny (yang dengan sabar

menemani dan memberikan motivasi serta membantuku selama ini).... !!!

10. Rekan-rekan senasib seperjuangan Nita, Santi, Qo2m, Dira, Putri Thanx untuk

kebaikan kalian. Tak lupa anak-anak Aliansi 2004 yang kuanggap sebagai abang-

Page 4: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

abangku.....Chayoo !! serta sahabat-sahabatku Katren, Lina, Edet, Ana, Giarti......I

luv u all... !! Tak lupa untuk keluarga ke’2 ku (Mbah Wir, mas nanang, ka’ eng,

om gotil, mba kiki) terima kasih atas perhatiannya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan. Semoga Allah

membalas semua kebaikan dengan balasan yang berlipat ganda. Terakhir penulis

berharap semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca

pada umumnya. Amiin

Jakarta, Desember 2008

Penulis

Page 5: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi sala

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 12 Desember 2008

Rini Wulandari

Page 6: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7

D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 8

E. Kerangka Teori dan Konsepsional .......................................... 10

F. Metode Penelitian................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan............................................................. 14

BAB II. TINJAUAN TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

(BPK) DI INDONESIA

A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan.................................. 16

B. Sejarah dan Praktek Badan Pemeriksa Keuangan.................... 17

C. Tugas dan Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan ................ 22

D. Lembaga BPK Pasca Amandemen UUD 1945........................ 31

BAB III. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Page 7: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

A. Tinjauan BPK Dalam Ketatanegaraan Islam............................ 38

B. Wilayah Mazhalim Dalam Islam.............................................. 43

b.1 Sejarah Lembaga Mazhalim ............................................. 45

b.2. Tugas dan Wewenang Wilayah Mazhalim ...................... 46

BAB IV. ANALISIS PERBANDINGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

(BPK) DALAM KAJIAN KETATANEGARAAN INDONESIA DAN

KETATANEGARAAN ISLAM

A. Persamaan dan Perbedaan BPK Dengan Wilayah Mazhalim... 54

B. Relevansi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Dengan Wilayah Mazhalim

...............................................................................................64

BABV. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 66

B. Saran...................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 70

LAMPIRAN

Page 8: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga negara yang bertugas

untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan satu lembaga negara yang bebas dan

mandiri, berkaitan dengan pelaksanaan atau realisasi anggaran pendapatan dan

belanja negara yang telah disetujui oleh rakyat melalui DPR. Dalam pelaksanaan

tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan pada pokoknya adalah partner atau mitra

DPR dalam menjalankan fungsi pengawasan (control) terhadap kinerja

pemerintahan, serta mengawasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja

negara. Hasil-hasil pemeriksaan keuangan yang telah dilakukan kemudian

diberitahukan atau disampaikan kepada DPR untuk ditindaklanjuti sebagaimana

mestinya.

Keberadaan Badan Pemeriksa Keuangan didalam penyelenggaraan negara

dipertegas dalam UUD 1945 setelah perubahan, dalam Pasal 23 ayat (1) UUD 1945

disebutkan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara

diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.1

Pada Perubahan Ketiga UUD 1945 tahun 2001, ditegaskan kembali

mengenai struktur organisasi dan kewenangan BPK, tetapi maksud dari bagian pasal

ini mengalami berubah secara sangat mendasar. Tujuan adanya perubahan ini agar

1 Peraturan BPK RI No.1 Th 2007 “Standar Pemeriksaan Keuangan Negara”, (Jakarta: Pustaka

Pergaulan, 2007)

Page 9: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

penyelenggaraan pemerintahan negara di pusat dan daerah sejalan dengan apa yang

telah dicita-citakan oleh BPK itu sendiri. BPK membentuk perwakilan disetiap

propinsi dan meningkatkan ruang lingkup kerjanya, sehingga jumlah anggota Badan

Pemeriksa Keuangan ditetapkan menjadi 9 (sembilan) orang.

Hasil pemeriksaan keuangan didaerah oleh BPK diserahkan kepada DPR,

DPD, dan DPRD, sesuai dengan kewenangannya.2 Karena sebelum diubah hasil

pemeriksaan hanya diserahkan kepada DPR saja. Bahkan ditegaskan pula dalam

pasal 23E ayat (3), “Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga

perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang”. Artinya meskipun BPK

tidak diwajibkan untuk atas insiatifnya sendiri menyampaikan hasil pemeriksaan itu

kepada lembaga penegak hukum, tetapi ketika terdapat dugaan adanya tindak pidana

dalam hasil pemeriksaan tersebut, lembaga-lembaga penegak hukum yang sah

menurut ketentuan undang-undang, dapat saja berinsiatif untuk menindaklanjuti

temuan-temuan BPK itu.

Badan Pemeriksa Keeuangan dapat menilai dan/atau menetapkan jumlah

kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum, baik yang

disengaja atau karena kelalaian yang dilakukan oleh bendahara, pengelola Badan

Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang

menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara. Penilaian kerugian keuangan

negara dan/atau penetapan pihak yang berkewajiban membayar ganti kerugian

2Berdasarkan pasal 23E ayat (2) UUD 1945

Page 10: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

ditentukan dengan keputusan BPK. Karena itu, pada hakikatnya, lembaga BPK ini

juga memiliki fungsi yang bersifat semi atau quasi peradilan.3

Secara struktural keorganisasian Badan Pemeriksa Keuangan terdiri atas

Sekretariat Jenderal, unit pelaksana tugas pemeriksaan, unit pelaksana tugas

penunjang, perwakilan, pemeriksa dan pejabat lain yang ditetapkan oleh BPK sesuai

dengan kebutuhan.4 Wilayah yuridiksi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dikuatkan

oleh pasal 23G ayat (1) UUD 1945 yang menegaskan, “Badan Pemeriksa Keuangan

berkedudukan di ibukota negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi”.

Artinya, UUD mewajibkan bahwa perwakilan BPK itu harus ada di setiap provinsi.

Padahal sebelumnya, kantor-kantor perwakilan BPK hanya ada di beberapa provinsi

yang besar-besar saja, karena terkait dengan tugas-tugas pemeriksaan atas

pelaksanaan APBN di daerah-daerah yang volumenya berbeda-beda satu sama lain.

Dalam kedudukannya yang semakin kuat dan kewenangan yang semakin

besar, fungsi BPK sebenarnya pada pokoknya tetap terdiri atas tiga bidang, yaitu

fungsi operatif, fungsi yustisi, dan fungsi advisory. Bentuk pelaksanaan ketiga

fungsi itu adalah sebagai berikut:

1. Fungsi operatif berupa pemeriksaan, pengawasan dan penyelidikan atas

penguasaan, pengurusan dan pengelolaan kekayaan negara;

2. Fungsi yudikatif berupa kewenangan menuntut perbendaharaan dan tuntutan ganti

rugi terhadap bandaharawan dan pegawai negeri bukan bendahara yang karena

3 Jimly, Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta : PT.Bhuana Ilmu

Populer, 2007)

4 UU RI No. 15 Th.2006 Badan Pemeriksa Keuangan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007)

Page 11: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang menimbulkan

kerugian keuangan dan kekayaan negara;

3. Fungsi advisory yaitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah mengenai

pengurusan dan pengelolaan keuangan negara.5

Islam secara umum mengandung dasar-dasar global untuk melindungi harta

kekayaan. Dasar ini sudah cukup bagi seorang muslim untuk dapat menerapkan

dengan benar bahwa suatu harta kekayaan harus dijauhkan dari sentuhan orang-

orang yang tamak terhadap harta umum atau dengan keinginan yang terlalu

berlebihan. Dengan demikian, dalam ketaatanegaraan Islam terdapat lembaga yang

memeriksa perkara yang terkait dengan pemeriksaan terhadap harta milik negara.

Lembaga tersebut adalah Wilayah mazhalim, awal berdirinya lembaga ini

dimaksudkan untuk dapat mencegah kezhaliman seperti memeriksa pejabat negara

yang merugikan masyarakat umum dengan menangani perkara terhadap orang-orang

yang melakukan tindakan korupsi terhadap kekayaan milik negara.

Lembaga ini memeriksa perkara-perkara yang tidak masuk ke dalam

wewenang hakim biasa. Sebagian dari perkara-perkara yang diperiksa dalam

lembaga ini adalah perkara-perkara yang diajukan oleh seseorang yang teraniaya dan

sebagiannya tidak memerlukan pengaduan dari yang bersangkutan, tetapi memang

jadi wewenang lembaga ini untuk memeriksanya.6

Pengadilan mazhalim adalah salah satu dari tiga kekuasaan negara disamping

kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif. Peradilan ini merupakan kemanfaatan

5 Jimly, Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

(Jakarta: Konstitusi Press, 2006) 6 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqie, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Semarang: PT.

Pustaka Rizki Putra, 2001)

Page 12: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

umum yang bertujuan mengukuhkan dasar-dasar keadilan diantara individu

masyarakat.

Pada pengadilan majelis mazhalim hendaknya dihadiri oleh lima petugas inti

dalam beracara sidang, oleh sebab itu, tugas mengadili suatu perkara tidak dapat

berlangsung dengan baik tanpa kehadiran mereka. Mereka itu adalah:

1. Para penjaga dan pembantu untuk menarik kekuatan dan meluruskan pihak

yang berani;

2. Para qadhi dan pejabat pemerintah yang berfungsi untuk mengetahui fakta-

fakta kebenaran yang kemudian ditemukan dan menyaksikan penanganan kasus

yang sedang diurus ditempat itu;

3. Para fuqaha yang berfungsi sebagai sumber rujukan dalam masalah yang sulit

dan menjadi tempat bertanya tentang masalah yang problematis dan rumit;

4. Para sekretaris yang bertugas mencatat pembicaraan yang berlangsung dalam

majelis itu serta ketetapan-ketetapan yang dibuat kemudian, baik hak-hak

seseorang maupun kewajibannya; dan

5. Para saksi yang berfungsi sebagai saksi atas hak yang telah ditetapkan dan

hukum yang diputuskan.

Wilayah mazhalim mempunyai tugas, diantaranya yaitu menangani sikap

korup para pejabat pemerintah atas harta yang mereka pungut dari rakyat. Untuk

menangani hal ini, petugas mazhalim perlu undang-undang yang adil dalam catatan

pembukuan negara dan ketetapan pemerintah sebelumnya tentang pungutan itu. Juga

Page 13: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

memeriksa kecurangan pegawai-pegawai yang ditugaskan untuk mengumpulkan

zakat dan harta-harta kekayaan Negara.7

Dari uraian diatas, penulis tertarik mengkaji lebih dalam sekaligus penulisan

skripsi yang berjudul “ BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) Dalam Kajian

Ketatanegaraan Islam”. Di ambilnya judul tersebut karena penulis belum

menemukan tulisan yang membahas tentang lembaga Badan Pemeriksa Keuangan

yang dikaji dalam struktur pemerintahan Islam.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah,

maka dapat disusun pembatasan masalah guna memudahkan penyusunan skripsi ini

adalah tentang Kewenangan Lembaga Badan Pemeriksa Keuangan di

Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kajian Ketatanegaraan Islam.

Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang ada menjadi

:

1. Apa kewenangan lembaga BPK dalam ketatanegaraan Indonesia ?

2. Apa kewenangan Wilayah Mazhalim dalam pemerintahan Islam ?

3. Apa yang menjadi persamaan dan perbedaan kewenangan antara wilayah

mazhalim dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

7 Imam, Al mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam, (Jakarta:

Gema Insani Press, 2000)

Page 14: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kewenangan Badan Pemeriksa

Keuangan dalam mengelola keuangan negara.

2. Untuk mengetahui wewenang wilayah mazhalim dalam struktur pemerintahan

Islam.

3. Untuk mengetahui persamaan ataupun perbedaan antara kewenangan lembaga

wilayah mazhalim dengan Badan Pemeriksa Keuangan.

Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Murni untuk menambah pengetahuan tentang Badan Pengawas Keuangan pada

umumnya.

2. Manfaat praktis bagi penulis, pembaca, serta masyarakat adalah untuk

mengetahui apa saja yang menjadi tugas dan wewenang BPK di Negara RI

maupun dalam kajian ketatanegaraan Islam.

3. Secara akademis dapat bermanfaat bagi para akdemisi Fakultas Syari’ah dan

Hukum pada umumnya dan program studi Siyasah Syar’iyyah khususnya,

sebagai penambah referensi tentang BPK dalam kajian ketatanegaran Islam.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam menjaga keaslian judul yang akan penulis ajukan dalam proposal

skripsi ini perlu kiranya penulis lampirkan juga beberapa rujukan yang menjadi

bahan pertimbangan. Yang diantaranya, yaitu:

Buku yang berjudul Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia oleh Jimly

Asshiddiqie. Buku ini memuat tentang Materi hukum tata Negara positif yang

Page 15: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

berlaku di Indonesia, setelah reformasi. Yang menyangkut diantaranya tentang

hukum keuangan negara yang berkaitan dengan tugas dan wewenang lembaga

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Buku ini juga membahas tentang persoalan

ketatanegaraan Republik Indonesia dalam rangka berpartisipasi dalam membina dan

memperkembangkan perwujudan prinsip negara konstitusional Indonesia yang

demokratis sekaligus negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum.8

Dalam buku yang berjudul Hukum Tata Negara Indonesia oleh Ni’matul

Huda, membahas tentang masalah ketatanegaraan Indonesia pasca perubahan UUD

1945. Di samping itu, juga membahas lembaga-lembaga negara independent

diantaranya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang wewenangnya berdasarkan

perintah UUD 1945. mulai dari pemisahan kekuasaan dan chek and balances sampai

dengan penyelesaian konflik politik melalui jalur hukum.9

Buku yang berjudul Peradilan dan Hukum Acara Islam yang ditulis oleh

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqie, membahas tentang tata cara peradilan

dalam Islam dan membahas lembaga peradilan dalam Islam seperti membahas tugas

lembaga wilayah mazhalim dalam menangani perkara.10

Buku yang berjudul Standar Pemeriksaan Keuangan Negara oleh Peraturan

BPK RI No.01 Tahun 2007 mempertegas bahwa BPK sebagai lembaga negara, yang

berdasarkan UU No.10 Tahun 2004 dapat menetapkan peraturan perundang-

undangan. Buku ini membahas tentang standar pemeriksaan standar umum, standar

8 Jimly, Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta : PT.Bhuana Ilmu

Populer, 2007)

9 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005)

10 Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddiqie, Peradilan Dan Hukum Acara dalam Islam, cet.II,

(Semarang: PT. .Pustaka Rizky Putra, 2001)

Page 16: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

pelaksanaan pemeriksaan keuangan, standar pelaporan pemeriksaan keuangan, serta

hal-hal lain yang terkait dengan standar pemeriksaan keuangan negara.11

UU Badan Pemeriksa Keuangan (UU RI No.15 Tahun 2006), dalam undang-

undang ini diatur tentang hal-hal baru dalam proses dinamika lembaga BPK, antara

lain penambahan jumlah anggota BPK, pembaruan strukutur organisasi BPK,

perluasan kewenangan BPK, penegasan kemandirian BPK dan adanya dewan

kehormatan BPK. Undang-undang ini juga memuat tentang, peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan ruang lingkup tugas dan fungsi BPK, seperti UU

Keuangan Negara, UU tentang Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara.12

E. Kerangka Teori Dan Konseptual

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga negara yang

independent mempunyai tugas untuk memeriksa pengelolaan terhadap keuangan

negara. Pada hakikatnya, negara adalah suatu lembaga politik. Dalam kedudukannya

yang demikian, negara tunduk pada tatanan hukum publik. Negara berusaha

memberikan jaminan kesejahteraan kepada rakyat. Oleh karena itu, dengan tugas

yang dimiliki oleh lembaga BPK dalam hal pengelolaan keuangan negara

diharapkan dapat terciptanya pemerintahan yang baik.

Dalam hal ini peran BPK sebagai lembaga pemeriksa yang bebas dan

mandiri di tuntut dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sesuai dengan

undang-undang yang berlaku untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas.

11 Peraturan BPK RI No.1 Th 2007 “Standar Pemeriksaan Keuangan Negara”, (Jakarta: Pustaka

Pergaulan, 2007)

12 UU RI No. 15 Th.2006 Badan Pemeriksa Keuangan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007)

Page 17: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Terkait dengan tugasnya tersebut BPK dapat memeriksa apa saja yang termasuk

dalam harta kekayaan milik negara demi menghindari terjadinya penyelewengan

ataupun korupsi.

Dengan pemaparan diatas selain ingin mengkaji bagaimana peran BPK

dalam ketatanegaraan Indonesia, disini penulis juga ingin mengkaji dari segi

ketatanegaraan Islam. Hal ini dimaksudkan penulis ingin mengetahui apakah secara

kelembagaan dalam pemerintahan Islam juga memiliki suatu lembaga yang

mempunyai peran yang sama dengan lembaga BPK. Sehingga dapat diketahui

persamaan dan perbedaan yang dimiliki lembaga tersebut.

F. Metode Penelitian

Metode merupakan strategi utama dalam pengumpulan data-data yang

diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Pada dasarnya sesuatu yang

dicari dalam penelitian ini tidak lain adalah “pengetahuan” atau lebih tepatnya

“pengetahuan yang benar”,dimana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat dipakai

Tugas dan Wewenang

Tinjauan Dalam

Ketatanegaraan

Indonesia

BPK Dalam Kajian

Ketatanegaraan Islam

Tinajuan Dalam

Perspektif Islam

Analisis Perbandingan

Page 18: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu.13

Penelitian ini dimaksudkan

untuk menggali peran lembaga Badan Pemeriksa Keuangan dalam menjalankan

wewenangnya dalam ketatanegaraan RI dan dikaji dalam ketatanegaraan Islam.

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis

penelitian yang berbentuk studi deskriptif analisis. Sedangkan pendekatan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang berusaha

mengkombinasikan pendekatan normative dan empiris.14

Pendekatan empiris

diharapkan dapat menggali data dan informasi sedetail mungkin tentang Kajian

BPK dalam Tata Negara Islam.

b. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode kepustakaan

atau penelitian studi pustaka (library research).

c. Sumber Data

Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut:

1. Data primer : UU RI No.15 Th 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan,

Peraturan BPK RI No.1 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan

Negara. Peraturan BPK RI No. 2 Tahun 2007 Tentang Kode Etik Badan

Pemeriksa Keuangan RI, Peradilan dan Hukum Acara Dalam Islam, Hukum

Tata Negara dan Kepemimpinan Dalam Takaran Islam.

13 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1997),

h.27-28

14 Moleong J.Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Roda Karya, 2004)

Page 19: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

2. Data sekunder : buku-buku yang membahas tentang hal-hal yang terkait

dengan pembahasan.

3. Data tertier : buku, kamus, ensiklopedia, artikel, koran, majalah, situs,

internet, jurnal politik dan pemerintahan serta makalah yang berkaitan.

d. Analisa data

Dalam menganalisis data peneliti menggunakan metode analisis

komparatif. Peneliti mencoba melakukan perbandingan diantara data-data yang

terkumpul dalam penelitian ini

e. Teknik Penarikan Kesimpulan

TPK dalam penelitian ini menggunakan metode deduktif, yakni proses

penalaran yang berawal dari hal yang umum untuk menentukan hal yang khusus

sehingga mencapai suatu kesimpulan.

f. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, mengacu pada buku “Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta Tahun 2007”.

G. Sistematika Penulisan

Untuk menyajikan skripsi ini secara sistematis, maka penulis menyusun

sistematika penulisan skripsi ini kedalam lima bab dengan sususnan sebagai berikut :

Page 20: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Bab I berisi pendahuluan yang terdiri atas sub-sub bab yang menjelaskan latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori dan konsepsional, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan umum tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di

Indonesia yang terdiri dari sub-sub bab yang menjelaskan pengertian Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK), sejarah dan praktek BPK, tugas dan wewenang BPK

serta lembaga BPK pasca amandemen 1945.

Bab III Tentang Badan Pemeriksa Keuangan dalam perspektif Islam yang

terdiri dari tinjauan BPK dalam ketatanegaraan Islam, Wilayah mazhalim dalam

Islam yang meliputi sejarah, tugas dan wewenang wilayah mazhalim.

Bab IV Tentang Analisis perbandingan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

dalam ketatanegaraan Indonesia dan ketatanegaraan Islam yang meliputi persamaan

dan perbedaan BPK dan wilayah mazhalim, relevansi BPK dengan Wilayah

mazhalim.

Bab V Penutup, pada bab ini penulis menarik kesimpulan yang diambil

berdasarkan perumusan masalah dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan juga

membuat saran-saran pada akhir tulisan ini.

Page 21: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

BAB II

TINJAUAN TENTANG BPK DI INDONESIA

A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan

Badan Pemeriksa Keuangan atau disingkat dengan BPK adalah lembaga

negara yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.15

Algemene Rekenkamer adalah nama lain dari apa yang kini disebut

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang memiliki kewenangan tertinggi atas

pemeriksa keuangan negara.

Badan Pemeriksa Keuangan merupakan satu lembaga negara yang bebas

dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Badan Pemeriksa Keuangan sebelumnya merupakan bagian dari Bab VIII yang

membahas tentang Hal Keuangan negara, dipisahkannya Badan Pemeriksa

Keuangan dalam bab tersendiri dimaksudkan untuk memberi dasar hukum yang

lebih kuat serta pengaturan lebih rinci mengenai BPK. Dengan adanya ketentuan

mengenai hal ini dalam UUD 1945, diharapkan pemeriksaan terhadap

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dilakukan secara lebih

optimal. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan

tanggung jawab (akuntabilitas) terhadap keuangan negara. 16

15 UU RI No. 15 Th.2006 Badan Pemeriksa Keuangan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.2

16 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.

176

Page 22: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

BPK mempunyai visi dan misi yaitu terwujudnya BPK RI sebagai

lembaga pemeriksa yang bebas dan mandiri, profesional, efektif dan modern

dalam sistem pengelolaan keuangan negara yang setiap entitasnya memiliki

pengendalian intern yang kuat, memiliki aparat pemeriksa intern yang kuat dan

hanya diperiksa oleh satu aparat pemerintah ekstern untuk mewujudkan

pemerintahan yang bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).17

Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibukota negara dan

memiliki perwakilan di setiap provinsi. Pembentukan perwakilan ditetapkan

dengan keputusan BPK dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan

negara.

B. Sejarah dan praktek Badan Pemeriksa Keuangan

Pada Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 telah ditetapkan bahwa untuk

memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan

Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil

pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut telah dikeluarkan Surat

Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang

pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada tanggal 1 Januari 1947 yang

berkedudukan sementara di kota Magelang. Pada waktu itu Badan Pemeriksa

Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua Badan

Pemeriksa Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya,

Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah

17http://www.legalitas.org/ind-phpl/buka.php, diakses pada tanggal 3 Juni 2008

Page 23: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

mengumumkan kepada semua instansi di wilayah Republik Indonesia mengenai

tugas dan kewajibannya dalam memeriksa tanggung jawab tentang keuangan

negara, untuk sementara masih menggunakan peraturan perundang-undangan yang

dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa

Keuangan) pada zaman Hindia Belanda, yaitu ICW (Indische Comptabiliteitswet)

dan IAR (Instructie en verdure bepalingen voor de Algemeene Rekenkamer).18

Dalam Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948

tempat kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang ke

Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di Yogyakarta tetap

mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat (5) UUD Tahun

1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan SK

Presiden RI tanggal 31 Januari 1950 No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus

1949.19

Berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949

terbentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS), berbarengan

dengan itu maka terbentuk pula Dewan Pengawas Keuangan yang merupakan

salah satu alat perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua diangkat R. Soerasno.

Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor menempati bekas kantor

Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah Netherland Indies Civil

Administration (NICA).20

18 H.Abu Daud Busroh, Capita Selecta Hukum Tata Negara, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994),

Cet.Pertama, h.55 19 Ibid, h.56

20 Ibid, h.57

Page 24: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Tanggal 17 Agustus 1950 Negara Kesatuan Republik Indonesia kembali

terbentuk, Dewan Pengawas Keuangan RIS sejak tanggal 1 Oktober 1950

digabung dengan Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950.

Personalia Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa

Keuangan di Yogyakarta dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor.21

Sampai pada dikeluarkannya Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli 1959,

yang menyatakan berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian

Dewan Pengawas Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi Badan

Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pasal 23 (5) UUD Tahun 1945.22

Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan

Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas Keuangan

RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan

berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan kegiatannya masih

tetap menggunakan ICW dan IAR.23

Dalam perkembangan fungsi BPK, berdasarkan Ketetapan MPRS No.

11/MPRS/1960 serta resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah dikemukakan

keinginan-keinginan untuk menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan,

sehingga dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka

pada tanggal 12 Oktober 1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang No.7 Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun

21 Ibid, h.58 22 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, h.178

23 Abu Daud Busroh, Capita Selecta Hukum Tata Negara, h.57

Page 25: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (PERPU) No. 6 Tahun

1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Gaya Baru.24

Untuk mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah UU No. 17 Tahun

1965 yang antara lain menetapkan bahwa Presiden, sebagai Pemimpin Besar

Revolusi pemegang kekuasaan pemeriksaan dan penelitian tertinggi atas

penyusunan dan pengurusan keuangan negara. Ketua dan Wakil Ketua BPK RI

berkedudukan masing-masing sebagai Menteri Koordinator dan Menteri.

Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No.X/MPRS/1966 Kedudukan

BPK RI dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga Tinggi

Negara. Sehingga UU yang mendasari tugas BPK RI perlu diubah dan akhirnya

direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5 Tahun 1973 Tentang Badan

Pemeriksa Keuangan.25

Diluar struktur BPK pemerintah orde baru membentuk Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang mempunyai struktur

organisasi yang menjangkau ke seluruh daerah provinsi dan kabupaten/kota di

seluruh Indonesia. Sementara itu organisasi BPK jauh lebih kecil. Di daerah ada

beberapa kantor perwakilan, misalnya, perwakilan BEPEKA Wilayah II di

Yogyakarta, Wilayah III di Ujung Pandang dan Wilayah IV di Medan. Untuk

menghadapi dualisme pemeriksaan oleh BPK dan BPKP itulah, maka pasal 23E

ayat (1) menegaskan bahwa, “ Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas

dan mandiri”. Di sini tegas dikatakan hanya satu badan yang bebas dan mandiri.

24 http://www.wikipedia.org/wiki/Badan_Pemeriksa_keuangan, diakses pada tanggal 9 April 2008 25 Ibid

Page 26: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Oleh karena itu, BPKP dengan sendirinya harus dilikuidasi, dan digantikan

fungsinya dengan BPK.26

Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah

mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan Tahun

2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal

di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR

No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan Badan

Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan

negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen

dan profesional.27

C. Tugas dan Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan

Sebagai suatu negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan hukum, dan

menyelenggarakan pemerintahan negara berdasarkan konstitusi, sistem

pengelolaan keuangan negara dilaksanakan oleh lembaga negara yang telah

ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal ini, Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) sebagai lembaga yang dimaksud mempunyai tugas dan

kewenangan yang harus dilaksanakan dengan baik.

Di jelaskan dalam UU RI No.15 Tahun 2006 tentang BPK bahwa pada

Bab III pasal 6 ayat (1) Badan Pemeriksa Keuangan bertugas memeriksa

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh:

(i) Pemerintah Pusat;

26 Padmo Wahjono, Perkembangan Hukum Tata Negara, (Jakarta: Ghalia Indonesia), h.277 27 Rahimullah, Hukum Tata Negara “Hubungan Antar Lembaga Negara”. (Jakarta: Gramedia,

2007), h.52

Page 27: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

(ii) Pemerintah Daerah;

(iii) Lembaga Negara;

(iv) Bank Indonesia (BI);

(v) Badan Usaha Milik Negara (BUMN);

(vi) Badan Layanan Umum;

(vii) Badan Usaha Milik Negara;

(viii) Lembaga atau badan lain yang mengeola keuangan negara.

Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pemeriksaan keuangan adalah

pemeriksaan atas laporan keuangan. Kemudian yang dimaksud dengan

pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang

terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek

efektifitas. Sedangkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu bertujuan untuk

memberikan simpulan atas suatu hal yang diperiksa.28

Pemeriksaan yang dilaksanakan oleh akuntan publik, berdasarkan

ketentuan undang-undang laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan

kepada BPK dan dipublikasikan. Kemudian dalam melaksanakan pemeriksaan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, BPK melakukan pembahasan

atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai dengan standar

pemeriksaan keuangan negara. Standar pemeriksaan adalah patokan untuk

melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang

28 Peraturan BPK RI No.1 Tahun 2007, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, (Jakarta: Pustaka

Pergaulan, 2007), h.20

Page 28: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan

yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa. 29

Selanjutnya, BPK bertugas menyerahkan hasil pemeriksaan atas

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara kepada DPR, DPD dan DPRD

sesuai dengan kewenanganya. Kemudian DPR, DPD, dan DPRD menindaklanjuti

hasil pemeriksaan sesuai dengan peraturan tata tertib masing-masing lembaga

perwakilan. Oleh karena itu, hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara yang telah diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD

dinyatakan terbuka untuk umum.30

Dijelaskan pula bahwa untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan,

BPK menyerahkan pula hasil pemeriksaan secara tertulis kepada Presiden,

Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Tindak lanjut dari hasil

pemeriksaan tersebut diberitahukan secara tertulis oleh Presiden, Gubernur,

Bupati/Walikota kepada BPK. Namun, apabila dalam pemeriksaan ditemukan

unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan paling lama 1 (satu) bulan

sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut. Selanjutnya laporan BPK

sebagaimana dimaksud dijadikan dasar penyidikan oleh pejabat penyidik yang

berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan BPK memantau

29 Ibid, 57

30 Jimly Asshidiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT.Bhuana Ilmu

Populer, 2007), h.869

Page 29: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

pelaksanaan tindak pemeriksaan tersebut yang hasilnya kemudian diberitahukan

secara tertulis kepada DPR, DPD, dan DPRD, serta Pemerintah.31

Seperti yang telah dikemukakan diatas, dalam melaksanakan tugasnya,

BPK juga mempunyai wewenang. Pasal 9 ayat (1) menjelaskan bahwa BPK

berwenang :32

a. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan

pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan

menyajikan laporan pemeriksaan.

b. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap

orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara

lainnya, BUMN, BUMD, dan lembaga lain atau badan lain yang mengelola

keuangan negara.

c. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik

negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan

negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan surat-surat, bukti-

bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan

dengan pengelolaan keuangan negara.

d. Menetapkan jenis dokumen, data serta informasi mengenai pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK.

31 UU BPK, Pasal 8

32 UU RI No.15 tahun 2006 Tentang BPK, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007) Kewenangan dimaksud

merupakan perwujudan lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam pelaksanaan pemeriksaan

pengelolaan keuangan negara.

Page 30: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

e. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan

Pemerintah Pusat/Pemeritah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

f. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara.33

g. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa diluar BPK yang bekerja

untuk dan atas nama BPK.

h. Membina jabatan fungsional pemeriksa.

i. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan, dan

j. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah

Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah

Pusat/Pemerintah Daerah.

BPK menilai dan /atau menetapkan jumlah kerugian Negara yang

diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang

dilakukan oleh bendahara, pengelola BUMN/BUMD,34

dan lembaga atau badan

lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara. Penilaian kerugian

keuangan negara dan /atau penetapan pihak yang berkewajiban membayar ganti

33 Ibid, Kode etik memuat pedoman tentang sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam

menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pemeriksa keuangan negara guna menjaga mutu

pemeriksaan, citra, dan martabat BPK. Kode etik ini berlaku bagi anggota BPK dan pihak lain yang bekerja

untuk dan atas nama BPK. 34 Ibid, Yang dimaksud “pengelola” termasuk pegawai perusahaan negara/daerah dan lembaga

atau badan lain. Yang dimaksud dengan BUMN/BUMD adalah perusahaan negara/daerah yang sebagian

besar atau seluruh modalnya dimiliki oleh negara/daerah.

Page 31: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

kerugian ditetapkan dengan keputusan BPK. Dan untuk menjamin pelaksanaan

pembayaran ganti kerugian, BPK berwenang memantau:35

a. penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh pemerintah

terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat lain;

b. pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada bendahara,

pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola

keuangan negara yang telah ditetapkan oleh BPK; dan

c. pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Kemudian dijelaskan pula bahwa, BPK dapat memberikan: 1). pendapat

kepada DPR, DPD, DPRD, Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah, Lembaga

Negara Lain, Bank Indonesia, BUMN, Badan Layanan Umum, BUMD, Yayasan,

dan Lembaga atau Badan Lain, yang diperlukan karena sifat pekerjaannya. 2).

pertimbangan atas penyelesaian kerugian/daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah

Pusat/Pemerintah Daerah, dan 3). keterangan ahli dalam proses peradilan

mengenai kerugian negara/daerah.36

Terkait dengan kewenangannya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),

mengajukan permohonan pengujian UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU Perpajakan) di Mahkamah Konstitusi

(MK). Penjelasan pengujian UU tersebut menyatakan pasal 34 ayat (2a) huruf b

35 Ibid, pasal 10, h.9 36 Ibid, pasal 11

Page 32: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

dan penjelasan pasal tersebut telah mengurangi hak konstitusional BPK sehingga

harus dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945.37

Ketentuan UU Perpajakan itu menyatakan bahwa pejabat atau tenaga ahli

pajak dapat memberikan keterangan kepada lembaga negara yang berhak memeriksa

keuangan negara harus ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Ketentuan itu bertentangan dengan UUD 1945, terutama pasal 23E ayat (1)

tentang kewenangan BPK, yang menegaskan BPK didirikan sebagai suatu lembaga

negara yang bebas dan mandiri hanya untuk satu tujuan saja. “Tujuan tunggal

pendirian BPK itu adalah untuk memeriksa setiap sen uang yang dipungut oleh

negara, dari mana pun sumbernya, di mana pun disimpan dan untuk apa pun

dipergunakan”. Dan jika hal itu bertentangan maka dapat diartikan bahwa sebagai

lembaga negara yang bebas dan mandiri BPK belum dapat menjalankan tugas dan

wewenangnya sesuai dengan undang-undang yang mengaturnya.

Lebih lanjut, prosedur izin dari Menteri Keuangan dalam hal pemeriksaan

pajak itu juga tidak lazim. Hal itu disebabkan BPK adalah lembaga tinggi negara

yang kedudukannya lebih tinggi dari Departemen Keuangan. Kedudukan Ketua

BPK sebagai lembaga negara adalah lebih tinggi daripada Menteri Keuangan.38

Untuk memahami tentang wewenang Badan Pemeriksa Keuangan yaitu kita

harus mengerti, apa yang dimaksud dengan pemeriksaan. Pemeriksaan adalah

terjemahan dari auditing. Pada saat ini, tidak ada pengelolaan keuangan yang dapat

dibebaskan dari keharusan auditing sebagai jaminan bahwa pengelolaan keuangan

itu memang sesuai dengan norma-norma aturan yang berlaku (rule of the games).

37 http://www.setneg.go.id/index/php, diakses pada tanggal 15 Juni 2008 38 Ibid

Page 33: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Oleh sebab itu, setiap pengelolaan keuangan harus dilakukan sesuai aturan yang

benar sehingga diperlukan mekanisme pemeriksaan yang disebut financial audit.39

Pemeriksaan keuangan itu sendiri sebenarnya merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari fungsi pengawasan terhadap kinerja pemerintah secara umum.

Kontrol atau pengawasan terhadap kinerja pemerintahan haruslah dilakukan secara

simultan dan menyeluruh sejak dari tahap perencanaan sampai ke tahap evaluasi dan

penilaian, mulai dari tahap rule making sampai ke tahap rule enforcing. Auditing

atau pemeriksaan tidak selalu bertujuan mencari kesalahan, melainkan juga untuk

meluruskan yang bengkok dan memberikan arah dan bimbingan agar pelaksanaan

tugas-tugas dan fungsi lembaga ini dapat tetap berada di dalam koridor aturan yang

berlaku. Artinya, pemeriksaan dapat berfungsi preventif dan dapat pula berfungsi

korektif dan kuratif.40

Selama ini, pemeriksaan pajak hanya menggunakan mekanisme pemeriksaan

dan perhitungan pajak dilakukan secara internal (self assessment) oleh kelengkapan

Departemen Keuangan. Pemeriksaan tertutup itu, bisa memunculkan berbagai upaya

penggelapan pajak. Oleh karena itu, jika tidak ada pemeriksaan eksternal oleh BPK,

sistem `self assessment` itu hanya merupakan lisensi untuk melakukan kejahatan

penggelapan pajak.

Pembatasan wewenang BPK dalam UU Perpajakan itu juga bertentangan

dengan beberapa ketentuan lain, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor

39

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

(Jakarta: Konstitusi Press, 2006) Cet.II, h.162 40 Ibid, h.164

Page 34: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara.

Sebagai penyelesaian pertentangan diatas, maka diharapkan undang-undang

yang menjadi faktor pendukung penguatan peran BPK merupakan landasan-

landasan yuridis terbaru era reformasi yang semakin memperluas dan memperkuat

kewenangan dan fungsi BPK. Kalau sebelumnya objek pemeriksaan olek BPK lebih

pada pemeriksaan kewajaran laporan keuangan oleh Pemerintah Daerah, maka ke

depan menyangkut seluruh obyek pemeriksaan dari pusat sampai ke daerah yaitu

Pemerintah Daerah dan BUMD. Tidak saja sisi pengelolaan keuangannya, tetapi

juga kinerja dan audit investigasi dalam rangka lebih mengakomodasi laporan-

laporan masyarakat.41

D. Lembaga BPK Pasca Amandemen UUD 1945

Sistem ketatanegaraan pasca amandemen UUD 1945, sesungguhnya

mengandung dimensi yang sangat luas, yang tidak saja berkaitan dengan hukum

tata negara, tetapi juga bidang-bidang hukum yang lain, seperti hukum

administrasi, hak asasi manusia dan lain-lan. Dimensi perubahan itu juga

menyentuh tatanan kehidupan politik di tanah air, serta membawa implikasi

perubahan yang cukup besar di bidang sosial, politik, ekonomi, pertahanan, dan

hubungan internasional.42

41

Jimly Asshidiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD

1945, (Yogyakarta: FH UII Press, 2004), h.53

42 Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan Ketatanegaraan Indonesia Kontemporer, (Jakarta: The

Biography Institute, 2007), h.84

Page 35: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Sebelum UUD 1945 diubah, pasal 23 ayat (5) diartikan secara restriktif

yaitu mengenai pelaksanaan APBN. Namun, menurut Harun Al Rasid, tidak

tertutup kemungkinan adanya suatu peraturan perundang-undangan yang

menugaskan kepada Badan Pemeriksa Keuangan untuk memeriksa badan hukum

yang lain dari negara.43

Namun, dengan adanya perubahan UUD 1945, ketentuan mengenai Badan

Pemeriksa Keuangan mencakup 7 butir ketentuan yang cukup luas dan rinci

pengaturannya, maka kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan mengalami

perluasan yang substantif. Pemeriksaan keuangan negara oleh Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) dikaitkan dengan objek pemeriksaan pertanggungjawaban hasil

pemeriksaan yang lebih luas dan melebar. BPK juga diharuskan menyampaikan

hasil pemeriksaannya kepada DPR, DPD, dan DPRD. Bahkan dalam hal hasil

pemeriksaan itu mengindikasikan perlunya penyelidikan dan penyidikan diproses

secara hukum oleh lembaga penegak hukum. Lembaga penegak hukum inilah

yang dimaksud oleh pasal 23E UUD 1945 dengan istilah “badan sesuai dengan

undang-undang”. Dalam rumusan ayat (3) yang berbunyi: “Hasil pemeriksaan

tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan

undang-undang”.

Pasal 23 E ayat (1) hasil amandemen UUD 1945 memberi peran strategis

kepada BPK, yaitu memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

melalui suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Sebagai

institusi resmi pemeriksa eksternal independen, keberadaan BPK diakui secara

43 Jimly, Pokok-pokok Hukum Tata Negara, h.850

Page 36: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

konstitusional dan perannya direvitalisasi menjadi lembaga negara yang sejajar

dengan MPR, DPR, DPD, Presiden dan MA.

Sudah tentu, BPK sendiripun juga tidak dapat dikatakan salah jika beritikad

baik untuk menyampaikan hasil-hasil pemeriksaannya itu kepada lembaga

penegak hukum. Kemungkinan lain, dapat pula terjadi bahwa yang berinsiatif

untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK itu adalah DPR sebagai lembaga

pengawas kinerja pemerintah dan pemerintahan. DPR-lah yang meneruskan hasil

pemeriksaan BPK itu kepada kepolisian atau badan-badan lain seperti KPK dan

sebagainya. Namun, setelah hasil pemeriksaan oleh BPK itu disampaikan kepada

DPR, maka semua informasi mengenai hasil pemeriksaan itu sudah menjadi milik

umum atau publik, sehingga dengan sendirinya setiap lembaga penegak hukum

dapat berinisiatif sendiri untuk menegakkan hukum dan menyelamatkan kekayaan

negara dari kegiatan yang tidak terpuji yang merugikan kekayaan negara.44

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) bagai momok menakutkan bagi

lembaga dan instansi pemerintah di negeri ini. Sebagai auditor negara, BPK kerap

menemukan penyimpangan anggaran di beberapa instansi. Sebab itu, tak jarang

tim audit BPK dihalang-halangi untuk melakukan proses audit. Pasca Amandemen

UUD 1945, BPK memang mulai menjadi lembaga tinggi negara yang

diperhitungkan. Sesuai dengan perubahan konstitusi, maka keberadaan BPK harus

disesuaikan karena ada keluasan kewenangan yang diberikan. Kewenangan ini

menyangkut tanggung jawab pengelolaan keuangan negara, ada beberapa UU yang

turut mengganjal kewenangan BPK dalam tugasnya antara lain UU BUMN, UU

Pasar Modal, UU Wajib Pajak, dan UU Kerahasiaan Bank. Sebelum

44 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasii, h.165

Page 37: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

diamandemen, BUMN diaudit oleh auditor atau akuntan publik, tapi setelah

amandemen seharusnya BPK yang melakukannya,

Selain terhambat oleh beberapa UU, dari pihak BUMN sendiri juga ada

keengganan untuk diperiksa BPK. Dengan alasan, bila BPK yang memeriksa maka

saham perusahaan plat merah itu akan turun nilainya. Ada sentimen negatif bila

BPK yang mengaudit karena sifatnya terbuka publik.45

Hal tersebut dimaksud

dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik undang-undang

menetapkan bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan

kepada lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan demikian,

masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan.

Sebagai lembaga negara yang diberi kewenangan untuk memeriksa

keuangan dan tanggung jawab pengelolaan keuangan negara, BPK dapat

memeriksa uang negara yang dikelola oleh para penyelenggara negara. Misalnya,

BPK dapat memeriksa Menteri Keuangan dan Menteri BUMN ataupun menteri

lain yang membidangi pembinaan teknis badan usaha milik negara tersebut. BPK

tidak perlu memeriksa fisik uang dan pembukuannya, tetapi cukup memeriksa

tanggung jawab pengelolaan uang negara oleh pejabat negara yang terkait dengan

uang negara itu.46

Bahkan, jika di perusahaan-perusahaan negara tersebut terdapat

wakil pemerintah yang duduk sebagai komisaris, maka BPK dan aparat penyidik

bisa saja memeriksa komisaris yang bersangkutan sebagai tindakan dalam rangka

45 Jimly Asshidiqie, Sengketa Kewenangan Antar Lembaga Negara, (Jakarta: Sekretariat Jenderal

dan Kepaniteraan MK RI, 2006)

46 Jimly, Pokok-pokok Hukum Tata Negara, h.822

Page 38: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

menilai pelaksanaan tanggung jawabnya mengawasi kekayaan negara yang

dikelola oleh perusahaan yang bersangkutan.

Pemanggilan yang dilakukan oleh BPK adalah tindakan terakhir yang

dilakukan oleh BPK untuk menghadirkan seseorang setelah upaya dalam rangka

memperoleh, melengkapi, dan/atau meyakini informasi yang dibutuhkan dalam

kaitan dengan pemeriksaan.47

Untuk menjamin integritas dalam menjalankan kewenangannya, BPK wajib

bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai dan keputusan. Juga dalam

mengemukakan dan/atau melakukan hal-hal yang menurut pertimbangan yang

menurut keyakinannya.48

Sebagaimana telah dtetapkan dalam UUD 1945, pemeriksaan yang menjadi

tugas BPK meliputi (i) pemeriksaan atas pengelolaan, dan (ii) pemeriksaan atas

tanggung jawab mengenai keuangan negara. Dengan demikian, berarti lingkup

kewenangan pemeriksaan keuangan negara oleh BPK ini menjadi sangat luas.49

BPK pasca reformasi dapat dikatakan memiliki kewenangan yang sangat

besar dan luas, mencakup bidang-bidang pengaturan (legislatif), pelaksanaan

(eksekutif), dan bahkan juga penjatuhan sanksi (yudikatif). Disamping fungsinya

yang demikian, BPK tentu saja juga memiliki wewenang untuk menetapkan

keputusan-keputusan yang bersifat administratif. Karena itu, BPK setelah

47

Peraturan BPK RI No.3 Tahun 2008, Tentang Cara Pemanggilan dan Permintaan Keterangan

Oleh BPK

48

Peraturan BPK RI No.2 Tahun 2007, Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia

49 UU RI No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara, h.34

Page 39: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

reformasi memiliki kewenangan yang bersifat campuran. Padahal, pengertian

keuangan negara yang menjadi objek kewenangannya juga telah diperluas

sedemikian rupa sehingga pemeriksaan yang dilakukannya menjangkau objek

pengelola keuangan negara dalam arti yang sangat luas, baik dari segi sustansial

sektoral maupun struktural horizontal dan struktural vertikal sampai kedaerah-

daerah. Akibatnya, format organisasi BPK mau tidak mau juga harus diperbaiki

dan diperbesar sedemikian rupa, sehingga kapasitas kelembagaannya benar-benar

dapat memenuhi panggilan tugasnya secara efektif. 50

Karena pada hakikatnya, negara adalah suatu lembaga politik. Dalam

kedudukannya yang demikian, negara tunduk pada tatanan hukum publik. Melalui

kegiatan berbagai lembaga pemerintahan, negara berusaha memberikan jaminan

kesejahteraan kepada rakyat. Oleh karena itu, dengan adanya perluasan

kewewenangan yang dimiliki BPK, tidak hanya memeriksa keuangan lembaga

negara atau lembaga lain yang menggunakan angggaran negara tetapi juga diberi

kewenangan mengaudit kebijakan lembaga negara. Dengan demikian, diharapkan

BPK dapat meningkatkan kinerja dan mampu mengaudit laporan keuangan yang

lebih rumit.51

Sehingga keberadaan dan kedudukan BPK diperkokoh sebagai satu

lembaga negara pemeriksa keuangan agar dapat melaksanakan tugas yang

diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

50 Jimly, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara , h.863 51

“Kewenangan BPK Perlu di Tambah.” Kompas. 25 Agustus 2008

Page 40: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

BAB III

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Tinjauan BPK Dalam Ketatanegaraan Islam

BPK suatu badan independen yang dibentuk oleh pemerintah sebagai lembaga

pemeriksa keuangan negara berikut juga mengaudit keuangan pejabat, baik di tingkat

pusat maupun di level daerah. Lembaga kontrol ini diharapkan akan memberikan

efek yang yang sangat positif baik di tingkat masyarakat intern atau masyarakat

ekstern sehingga tercipta masyarakat yang lebih sejahtera. Kontrol yang baik dan

berkelanjutan, dapat meminimalisir penyalahgunaan keuangan dan mencegah gejala

korupsi disemua level, sehingga dana yang diproyeksikan untuk kesejahteraan rakyat

tersalurkan sesuai jalurnya. Di sisi lain, efektitifitas dari kinerja lembaga ini akan

menarik minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia.52

Prinsip utama dalam mengatur kekayaan negara adalah mewujudkan

kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, kedudukan serta peran BPK sangat

diperlukan dalam tata kelola keuangan negara untuk mewujudkan kesejahteraan

rakyat. Berdasarkan Undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK memiliki peran dan fungsi

sentral untuk melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan dan kinerja pemerintah

(Pasal 4). BPK juga dapat melakukan pemeriksaan secara bebas dan mandiri, meliputi

penentuan obyek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan, penentuan

waktu dan metode pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan

52http://www.panmohamadfaiz.com., Optimalisasi Peran BPK Dalam Pengelolaan Keuangan

Negara, diakses pada tanggal 19 April 2008

Page 41: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

(pasal 6). Kendati dalam penentuan standar pemeriksaan BPK melakukan konsultasi

dengan pemerintah, tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan, BPK lebih independen

dan relatif jauh dari konflik kepentingan.

Secara umum keberadaan Lembaga BPK ini lebih dilatarbelangi atas dasar

fungsionalnya, secara keseluruhan melaksanakan pengelolaan keuangan negara

secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif dan

transparan dengan memperhatikan rasa keadilan. 53

Keadilan dalam Islam adalah

sebagai alasan pembenaran adanya semua lembaga dan perangkat negara, dan asas

diberlakukannya perundang-undangan, hukum dan seluruh ketetapan, juga tujuan

segala sesuatu yang bergerak di negara dan masyarakat.54

Sebagaimana Allah

berfirman:

إن ا��) ' �&آ� أن $#د!وا ا� ����ت إ�� أه��� وإذا ����� �� ا��س أن

$0��1ا ���+/ل إن ا��) �+�� '+-�� �) إن ا��) آ�ن ,��+� �*�&ا

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia

supaya kamu menetapkan dengan adil. (An-Nisaa’:58)

Pada dasarnya harta kekayaan negara adalah milik Allah swt, pemerintah dan

pejabat hanyalah sebagai orang-orang yang mendapat kepercayaan (amanat) untuk

mengatur dan mengelola dengan baik dan benar.

Dalam menjaga kestabilan keuangan, negara tidak hanya bertugas mengatur

sistem ekonomi dan politik secara global tetapi juga berkewajiban meletakkan sistem

53 Ridwan HR, Fiqh Politik, (Yogyakarta: FH UII Press, 2007), h.280

54 Samir Aliyah, Sistem Pemerintahan Peradilan dan Adat Dalam Islam. Penerjemah H.Asmuni

Solihan Zamakhsyari, Lc. Cet.I (Jakarta: Khalifa, 2004), h.96

Page 42: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

pengawasan, perlindungan, dan pengarahan yang efektif dan sistematis. 55

Secara

garis besar sistem pengawasan dan pemeriksa keuangan, yaitu

ada dua yaitu intern dan ekstern. Pengawasan intern lahir dari keimanan personal dan

kesadaran individu yang meyakini bahwa semua perilakunya akan dimintai

pertanggungjawaban di sisi Allah swt, dan bahwa harta itu adalah amanat yang harus

dikelola dengan semestinya. Pengawasan seperti ini akan melahirkan sugesti untuk

menjaga diri dari penyalahgunaan, penyelewengan, dan korupsi. Sebagaimana contoh

yang ditunjukkan Rasulullah saw, dari Anas dinyatakan; Harga-harga melambung

tinggi pada masa Rasulullah saw, lalu para sahabat berkata, “wahai Rasulullah,

seandainya anda menetapkan patokan harga (tentu tidak melambung seperti ini).”

Kemudian Nabi saw bersabda:56

��-��A ان ا6 ه0 ا�@� �7 ا�?� �< ا��3 ,= ا�&ا زق ا��:+& وا�2 5ر08 ان ا�7 ا6 و 5 '3�42 ا�/

��B2 د م وD E �'ا ����ل5 �

Sesungguhnya Allahlah Yang menciptakan, memegang, dan melapangkan; Yang

Maha Pemberi rezeki; dan Yang menentukan harga. Aku tidak berharap akan

berjumpa dengan Allah kelak, sementara ada seseorang yang menuntutku karena

kezaliman yang aku perbuat kepadanya dalam perkara yang berkaitan dengan darah

atau harta. (HR Ahmad)

Dengan demikian , Rasulullah saw, telah menjadikan penetapan patokan harga

sebagai suatu bentuk kezaliman. Karena itu, seandainya Beliau melakukannya,

artinya Beliau melakukan sesuatu yang tidak menjadi hak Beliau untuk

melakukannya. Demikian juga, Rasulullah saw. Pun telah menjadikan pemeriksaan

55 Gunawan Widjaja, Pengelolaan Harta dan Kekayaan Negara, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002), h.20

56 Yahya, A.R. , Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasi), ( Jakarta: HTI Press,

2008), h.199

Page 43: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

atas perkara-perkara yang terjadi dalam masalah hak-hak semua orang yang diatur

negara untuk masyarakat merupakan kewenangan lembaga mazhalim pada saat itu.57

Sedangkan pengawasan ekstern yaitu, pengawasan serta pemeriksaan yang dilakukan

oleh suatu lembaga negara.

Dalam Islam suatu lembaga dalam sebuah negara harus memenuhi kriteria-

kriteria sebagai berikut :58

1. Sesuai dan tidak bertentangan dengan syariat islam;

2. Meletakkan persamaan (al-musawah) kedudukan manusia didepan hukum dan

pemerintahan;

3. Tidak memberatkan masyarakat yang akan melaksanakannya (‘adam al-haraj);

4. Menciptakan rasa keadilan dalam masyarakat (tahqiq al-‘adalah);

5. menciptakan kemaslahatan dan menolak kemudharatan (jalb al-masalih wa

daf’al-mafasid).

Sesuai dengan tujuan negara menciptakan kemaslahatan bagi seluruh manusia,

maka negara mempunyai tugas-tugas untuk merealisasikan tujuan tersebut. Dalam

sistem Islam telah mengenal prinsip pemisahan antara tiga kekuasaan umum di

negara, yaitu legislatif (al-sulthah al-tasryi’iyah), eksekutif (al-sulthah al-

tanfidziyah) dan yudikatif (al-sulthah al-qadha’iyah). Dalam sejarah Islam,

kekuasaan lembaga yudikatif meliputi wilayah al-hisbah, wilayah al-qadha dan

wilayah al-mazhalim. Majelis peradilan dan hukum (yudikatif) berada di luar batas-

57 Ibid

58 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah:Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001), h.7

Page 44: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

batas lembaga eksekutif sepenuhnya. Sedangkan tugas peradilan bersifat mandiri dan

terbebas dari ketundukan terhadap para pejabat negara.59

Peradilan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan merupakan

peradilan semu, karakteristik keputusannya mengandung norma konkrit dan bersifat

individual yang sama dengan isi putusan pengadilan. Searah dengan tujuan agar

tercapainya tertib administrasi keuangan negara, yang meliputi: tata pengaturan, cara

penguasaan, tata pengurusan, tata pembagian wewenang, tata usaha, pengawasan

yang efektif dan efisien serta pertanggungjawabannya, untuk usaha-usaha pencegahan

terhadap penyelewengan korupsi dan manipulasi di bidang keuangan negara.60

B. Wilayah Mazhalim Dalam Islam

Perkembangan kekuasaan peradilan pada dasarnya tidak lepas dari sejarah

perkembangan masyarakat dan politik Islam. Dalam sejarah Islam yang paling

banyak menguasai lembaga peradilan Islam adalah ahli praktisi hukum. Dalam

peraturan perundang-undangan sekarang posisi para praktisi hukum itu selain sebagai

ulama ahli juga sebagai pemisah antara kekuasaan.61

Al-Mazhalim kata jama’ dari Mazlimah, yaitu nama bagi sesuatu yang diambil

oleh orang zalim. Menurut istilah fuqaha, Wilayah Mazhalim merupakan suatu

jabatan kehakiman, akan tetapi lebih luas dari jabatan hakim biasa karena Wilayah

59 Ibid, h.136 60 Moh. Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Jakarta : Rineka Cipta,

2001), h.118

61 Abdul Wahab khalaf, Siyasah Syar’iyyah Politik Hukum Islam, Terj.Zainudin Adnan,

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), h.35

Page 45: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Mazhalim yaitu suatu jabatan gabungan dari pengaruh kekuasaan dan peradilan

kehakiman.62

Dalam kajian fikih, Mazhalim merupakan salah satu bentuk lembaga peradilan

selain peradilan umum dan peradilan hisbah (peradilan khusus yang menangani

pelanggaran terhadap prinsip amar ma’ruf nahi mungkar). Mazhalim adalah lembaga

peradilan yang secara khusus menangani kelaliman para penguasa dan keluarganya

terhadap hak-hak rakyat. Peradilan Mazhalim ini bertujuan agar hak-hak rakyat dapat

dikembalikan, serta dapat menyelesaikan persengketaan antara penguasa dan warga

negara.63

Dalam kasus-kasus Mazhalim, peradilan dapat bertindak tanpa harus

menunggu adanya suatu gugatan dari yang dirugikan. Penyelesaian kasus-kasus

Mazhalim telah dimulai sejak zaman Rasulullah saw. kasus yang sangat terkenal

adalah kelaliman yang dilakukan oleh Zubair bin Awwam terhadap seorang Ansar.

Dalam kasus ini disebutkan bahwa Zubair tidak mau mengalirkan air ke ladang orang

Ansar yang menjadi tetangganya, sehingga tanaman orang tersebut kering. lalu orang

Ansar tersebut mengadu kepada Rasulullah saw. Ketika itu Rasulullah saw berkata:64

5 � I��J '� ر,0 ل ا6: ا,7 ا�G '� ز ��& ,� ا5 �*� ر ي D?� ل ا5�*� ر ي (� ا

(� 0K � LMND, ل �K و : 2 �4) ��Q�3' 2 ا���ء ا�2 ا��+�3�J E&8ز ��& ا �'

Airilah ladangmu, Zubair, kemudian baru ladang orang Anshar itu. Orang Anshar

itu berkata, “Ya Rasulullah saw, ia adalah anak bibimu sehingga pantas saja engkau

memutuskan seperti itu.” Mendengar komentar itu Rasulullah saw marah dan

62 Abdul Karim Zaidan, Sistem Kehakiman Islam Jilid 3, (Kuala Lumpur: Pustaka Haji Abdul

Majid, 2004), h. 64 63 Hasan Muarif, dkk, ed.,Suplemen Ensiklopedi Islam, Vol.2 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1996), h.52

64 Imam Al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam. Penerjemah

Kamaluddin Nurdin, dkk, Cet.I (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h.158

Page 46: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

bersabda, Alirkanlah air itu meskipun di atas perutnya, hingga genangan air

mencapai tinggi mata kaki. (HR.Bukhari dari Urwah bin Zubair)

Dalam hadis ini terlihat bahwa meskipun Zubair bin Awwam adalah anggota

keluarga Nabi SAW, secara tegas Rasulullah saw memutuskan bahwa air tetap dibagi

kepada tetangganya. Tidak ada keistimewaan bagi anggota keluarga Nabi SAW jika

hal itu memudaratkan orang lain.

b.1. Sejarah Lembaga Mazhalim

Di zaman al-Khulafa’ ar-Rasyidin persoalan mazhalim ditangani sesuai

dengan kebiasaan yang ditunjukan oleh Nabi SAW. Semua kasus yang

menyangkut peradilan mazhalim ditangani langsung oleh khalifah. Di zaman

Dinasti Umayah, kasus yang menyangkut mazhalim semakin banyak karena

sejalan dengan semakin luasnya wilayah Islam. Atas inisiatif Khalifah Abdul

Malik bin Marwan, semua kasus mazhalim diselesaikan dalam peradilan khusus,

yaitu pengadilan mazhalim. Kedudukan pengadilan mazhalim semakin kuat dan

tegas ketika masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Dalam sejarah diketahui

bahwa tindakan yang dilakukannya sebagai khalifah adalah mengembalikan

seluruh harta rakyat yang diambil para penguasa secara zhalim, sehingga ia dapat

mewujudkan kembali kehidupan dan prilaku yang adil.65

Didalam risalah Al Kharady, Abu Yusuf menganjurkan kepada khalifah

Harun Ar Rasyid supaya mengadakan sidang-sidang untuk memeriksa

pengaduan-pengaduan rakyat terhadap para pejabat. Kerap kali para khulafa

menyerahkan tugas ini kepada wazir-wazir dan kepala daerah atau hakim-hakim.

Meskipun hal ini pada awalnya adalah suatu tindakan jahiliah yang didorong oleh

65 Hasan Muarif, dkk, ed., Suplemen Ensiklpedi Islam, h.53

Page 47: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

kepentingan politik, namun dengan kehadiran Rasulullah saw, pada saat peristiwa

itu membuat hal tersebut menjadi hukum syariat dan tindakan kenabian yang

harus diikuti oleh insan muslim.

Rasulullah saw bersabda, “Aku pernah mengikuti persidangan tentang

hilful-fudhul dirumah Abdullah bin Judan dan jika aku diundang untuk

menghadiri acara seperti itu niscaya aku akan penuhi. Perundingan seperti itu

lebih aku sukai daripada aku mendapatkan unta yang harganya mahal” (HR

Ahmad, Bukhari, Ibnu Hibban, dan al-Haakim).66

b.2. Tugas dan Wewenang Wilayah mazhalim

Sebagai peradilan yang dapat bertindak tanpa harus menunggu suatu

gugatan dari yang dirugikan, maka Wilayah mazhalim memiliki tugas dan

kewenangan untuk hal-hal sebagai berikut :

Wilayah Mazhalim merupakan suatu lembaga yudikatif yang dapat

memutuskan perselisihan yang dilaporkan kepadanya dari orang-orang yang

berseteru dan menerapkan hukum perundang-undangan kepadanya dalam rangka

menegakan keadilan di muka bumi dan menetapkan kebenaran diantara orang-orang

yang meminta peradilan. Termasuk memeriksa perkara-perkara penganiayaan yang

dilakukan oleh penguasa ataupun pejabat negara.

Dalam menangani pelanggaran yang dilakukan pejabat pemerintah atas

rakyat, majelis mazhalim mempunyai wewenang untuk meneliti perilaku pejabat

yang disinyalir bermasalah, kemudian menghukumnya. Akan tetapi majelis

mazhalim ini tidak segan-segan mendukung mereka jika mereka berlaku adil dan

jujur walau tidak sertamerta. Karena harus tetap melihat undang-undang yang adil,

66 Imam Al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam, h.161

Page 48: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

catatan pembukuan negara, dan ketetapan pemerintah. Selanjutnya, bertugas

mengembalikan harta yang dirampas dan dikorupsi oleh pejabat. Sebaliknya, jika

pejabat mazhalim mendapatkan pelanggaran ini saat memeriksa, maka harus

dikembalikan harta tersebut sebelum adanya pengaduan.67

Wilayah mazhalim juga bertugas sebagai pencatat administrasi negara.

Lingkup kerjanya mengidentifikasi apakah ada pelanggaran, pengurangan,

penambahan atau penggelapan.dalam melaksanakan tugas ini pejabat mazhalim

tidak perlu menunggu adanya pihak penuntut.

Tugas wilayah mazhalim tidak hanya meliputi tugas kenegaraan secara

keseluruhan, ini terbukti juga mengurusi masalah personal dilingkungan pejabat

negara. Lembaga berwenang juga dalam penetapan gaji dan tunjangan sosial, selain

itu menerima pengaduan para penerima gaji atas penyunatan gaji atau

keterlambatan pemberian gaji serta.68

Dalam mengatasi masalah harta wakaf, secara umum dapat langsung

dilakukan pemeriksanaan tanpa terlebih dahulu menerima pengaduan. Untuk

menjamin penggunaan wakaf itu sesuai dengan ketentuan yang ada dan berdasarkan

rencana dan syarat-syarat yang diberikan oleh pihak pemberi wakaf. Untuk menjaga

kelancaran dalam pemeriksaan pada masalah wakaf, umumnya masalah dapat

diidentifikasi malalui: 1). catatan administrasi para pejabat yang bertugas menjaga

hukum, 2). administrasi negara, yang mencatat transaksi yang berlangsung atau

catatan-catatan khusus, 3). Dokumen yang tertulis. Sedangkan untuk wakaf khusus,

67 Ibid, h.162

68 Abdul Karim Zaidan, Sistem Kehakiman Islam, h.70

Page 49: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

penanganan masalahnya bergantung pada adanya pengaduan pihak pemberi wakaf

atau yang berhak menerima wakaf saat terjadi persengketaan.

Wilayah mazhalim mempunyai wewenang menangani kasus yang tidak

mampu ditangani oleh para qadhi, yang disebabkan lemahnya kemampuan mereka

untuk menanganinya atau keseganan mengahadapi pihak tertuduh. Dalam hal

seperti ini, pejabat mazhalim dapat turun tangan karena adanya kekuatan yang ia

miliki dan lebih efektifnya keputusan hukum, sehingga lembaga ini dapat dengan

mudah memutuskan untuk menyita harta yang berada dalam genggaman pihak yang

bersalah atau memerintahkannya untuk menyerahkan harta tersebut.

Dijelaskan pula bahwa wilayah mazhalim berwenang untuk menangani

kasus-kasus pelanggaran kepentingan umum yang sulit ditangani oleh pejabat biasa,

seperti tindakan berbuat mungkar secara terang-terangan. Dalam kasus seperti ini,

pejabat mazhalim turun tangan untuk mengambilnya dari mereka sesuai dengan

ketentuan Allah swt dan mewajibkan menaati peraturan dan kewajiban yang telah

ditetapkan oleh Allah swt. Lembaga ini juga memperhatikan pelaksanaan ibadah-

ibadah yang lahiriah, menangani kasus pertengkaran dan memberikan keputusan

hukum bagi pihak yang bersengketa. Akan tetapi, dalam menjalankan

wewenangnya itu, pejabat mazhalim tidak boleh keluar dari tuntunan kebenaran dan

tidak boleh memberikan keputusan hukum yang tidak sesuai dengan keputusan

hukum yang di tetapkan oleh para hakim dan para qadhi, karena bisa saja pejabat

mazhalim bertindak tidak adil sehingga keputusan hukumnya ternyata melanggar

tuntunan syariat.69

69 Yahya A.R., Struktur Negara Khilafah, h.204

Page 50: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Pejabat yang mengurus masalah mazhalim dapat menggunakan cara-cara

yang dperbolehkan untuk mendapatkan fakta kebenaran, tidak semata dengan cara-

cara yang konvensional dan secara rutin dipergunakan. Kemudian dengan segera

memberikan keputusan hukum sesuai dengan tuntunan syariat. Menurut para ahli

dan seluruh fuqaha, pejabat mazhalim tidak boleh menetapkan hukum semata-mata

dengan bukti tulisan tangan jika tidak disertai adanya pengakuan akan kebenaran

yang terkandung di dalamnya, karena wewenang pejabat mazhalim tidak dapat

menetapkan keputusan hukum yang dilarang oleh syariat.

Adapun wewenang pejabat mazhalim yang terbaik adalah dalam masalah

yang boleh, bukan masalah yang wajib, yaitu jika dalam kasus tersebut menemukan

kecurigaan dan adanya penentangan dari satu pihak. Maka dapat menggunakan

cara-cara yang dapat mengungkapkan kebenaran dan menjaga pihak yang dituntut

sesuai dengan aturan hukum.

Letak perbedaan wewenang antara pejabat Mazhalim dan Qadhi adalah:70

1. Petugas mazhalim mempunyai wibawa dan kekuatan yang tidak dimiliki oleh

para qadhi untuk menuntaskan persengketaan pihak yang beperkara, serta

mencegah tindakan kezaliman.

2. Wewenang petugas mazhalim keluar dari kesempitan kewajiban kepada

keluasan keluasan kebolehan sehingga petugas ini mempunyai ruang yang lebih

luas dan keputusan yang lebih didengar.

3. Ia dapat melakukan penekanan dan merumuskan fakta sesuai dengan tanda-

tanda yang tampak dan bukti-bukti yang ditemukan yang tidak dapat dilakukan

70 Imam Al-Mawardi, Hukum-Hukum Penyelengaraan Negara dalam Syariat Islam, Penerjemah

Fadli Bahri, Lc, cet.II (Jakarta: Darul Falah, 2006), h.132

Page 51: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

oleh para hakim, sehingga ia dapat menemukan kebenaran dan mngetahui siapa

yang salah dan siapa yang benar.

4. Ia boleh menjatuhkan sanksi kepada pihak yang membuat kezhaliman dan

menjatuhkan hukuman bagi pihak yang membuat permusuhan..

5. Ia boleh menunda penyelesaian masalah pesengketaan jika jalan keluarnya

belum ditemukan dan hak-hak mereka belum jelas sehingga belum dapat

ditetapkan, kemudian ia melakukan penelitian intensif untuk mendapatkan

fakta-fakta yang dapat digunakan. Sedangkan, seorang hakim tidak dapat

melakukan hal itu jika salah seorang dari pihak yang bersengketa meminta

untuk segera memutuskan hukum. Karena seorang hakim tidak dapat menunda

keputusan hukum, sedangkan petugas mazhalim dapat melakukannya.

6. Jika sulit ditangani, ia boleh menyerahkan masalah mereka kepada pihak

penengah yang berusaha memyelesaikan persegketaan antara keduanya dengan

cara damai dan kerelaan, sedangkan qadhi tidak mempunyai wewenang untuk

melakukan tindakan seperti itu.

7. Ia dapat terus menangani kedua pihak yang bersengketa itu jika ada tanda-tanda

yang menunjukkan sikap saling bersikeras, dan ia dapat menetapkan uang

jaminan jika dibutuhkan untuk mendorong pihak yang bersengketa itu untuk

saling bersikap jujur dan mengubah sikap pengingkaran dan saling menuduh

dusta.

8. Ia boleh mendengarkan persaksian orang-orang yang rendah kredibilitas

pribadinya, sedangkan para qadhi hanya mendengarkan persaksian orang-orang

yang mempunyai kredibilitas yang tinggi.

Page 52: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

9. Ia boleh meminta para saksi untuk bersumpah saat ia masih meragukan mereka

jika mereka mengubah sumpah mereka dengan sengaja dan ia dapat

memperbanyak jumlah saksi untuk menghilangkan keraguan, sedangkan

seorang hakim tidak dapat melakukan hal itu.

10. Ia boleh memulai dengan memanggil para saksi dan menanyakan persaksian

mereka tentang kasus yang sedang ditangani. Sedangkan kebiasaan para qadhi

adalah memerintahkan pihak penuntut untuk mengajukan bukti.

Kemandirian kekuasaan yudikatif yang dimiliki wilayah mazhalim dalam

Islam adalah menerapkan hukum peruandang-undangan dalam rangka menegakan

keadilan dan menetapkan kebenaran yang bertujuan untuk mengukuhkan

kemanfataan umum.

Pembentukan lembaga ini dimaksudkan untuk merealisir keadilan di tengah

kehidupan masyarakat. Karena, dalam suatu negara, lembaga seperti ini difungsikan

untuk menegakkan hukum di wilayah kekuasaan negara, atau sebagai media untuk

mengimplementasikan ajaran Islam di bidang penegakan dan perlindungan hukum.

Wilayah mazhalim dibentuk untuk melaksanakan fungsi yudisial upaya

mewujudkan keadilan dan perlindungan hukum dalam kehidupan manusia yang

secara efektif dan efisien. Berkenaan dengan tugas yang dimiliki dalam memberikan

penerangan dan pembinaan hukum, penegakkan hukum dan memutuskan suatu

perkara.

Karena itu mereka yang bertugas dalam wilayah mazhalim harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut :71

71 Nur Mufid dan Nur Fuad, Mencermati Konsep Kelembagaan Politik Era Abasiyah, (Jakarta:

Pustaka Progresif, 2000), h.122

Page 53: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

1. Mempunyai kedudukan

2. Mempunyai pengaruh

3. Berwibawa

4. Mempunyai harga diri

5. Tidak rakus, tidak mudah silau oleh dunia

6. Menghindari perbuatan maksiat dan menjauhi syubat

Syarat-syarat ini diperlukan karena dalam menangani atau memeriksa kasus-

kasus tindakan semena-mena, investigator memerlukan keteguhan sebagai seorang

pelindung hukum dan ketegasan. Karena dengan kharisma dan wibawa yang

dimilikinya pemeriksa atau investigator itu disegani sehingga keputusannya dihargai

dan dilaksanakan oleh kedua belah pihak yang bersengketa.

Page 54: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN BPK DALAM KAJIAN KETATANEGARAAN

INDONESIA DENGAN KETATANEGARAAN ISLAM

A. Persamaan dan Perbedaan BPK Dalam Ketatanegaraan Indonesia Dengan

Wilayah Mazhalim Dalam Ketatanegaraan Islam

Sistem pemerintahan negara adalah sistem hubungan dan tata kerja antar

lembaga-lembaga negara. Sistem pemerintahan negara mencakup filosofi yang

menjadi dasar hubungan, pengaturan mengenai hubungan serta pembagian

kewenangan dan fungsi antar lembaga negara serta institusi lainya yang terkait

dengan gerak roda pemerintahan. Sistem pemerintahan yang dimaksud mencakup

lembaga-lembaga negara, kewenangan dan fungsi lembaga-lembaga negara,

hubungan antar lembaga-lembaga negara serta pelaksanaan berbagai fungsi dan

kewenangan lembaga negara dalam proses penyelenggaraan pemerintahan.72

Jika

diuraikan, maka dapat di jelaskan persamaan perbedaan BPK dan Wilayah Mazhalim

dari segi kewenangan maupun kemandirian tersebut.

1. Segi kewenangan

1.1. Persamaan kewenangan antara BPK dan wilayah mazhalim

72 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2005),

Cet. keduapuluh tujuh, h.138

Page 55: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

BPK diberi wewenang oleh UUD 1945 untuk memeriksa keuangan negara

dan tanggung jawab atas pengelolaan keuangan negara yang dikelola oleh para

penyelenggara negara.73

Dengan adanya kewenangan regulasi yang secara tegas didelegasikan

pembentuk undang-undang (legilslative delegation of rule-making power) kepada

BPK, maka BPK dapat dikatakan memiliki kewenangan yang sangat besar dan luas,

mencakup bidang-bidang pengaturan (legislatif), pelaksanaan (eksekutif), bahkan juga

penjatuhan sanksi (yudikatif). Artinya siapa yang bersalah dan bertanggung jawab,

dan berapa kerugian keuangan negara yang wajib dipertanggungjawabkan, ditentukan

dengan keputusan BPK.74

Dalam menjalankan kewenangannya, BPK memiliki tiga jenis pemeriksaan

yakni :75

1. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah

pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK

dalam rangka memberikan pernyataan opini tingkat kewajaran informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.

2. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta

pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan

manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Pasal 23 UUD 1945

73

C.S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.35

74 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu

Populer, 2007),h.862

75 Peraturan BPK RI No.1 Tahun 2 007, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, (Jakarta:

Pustaka Pergaulan, 2007), Cet.Pertama, h.21

Page 56: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

mengamanatkan BPK untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja pengelolaan

keuangan negara. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasi hal-hal

yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan. Adapun untuk pemerintah,

pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan

negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta memenuhi

sasarannya secara efektif.

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan

tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk

dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang

berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigativ.

Jangkauan pemeriksaan oleh BPK diperluas untuk memeriksa dana-dana non

budgeter, tidak hanya untuk mencegah korupsi tetapi juga menyelamatkan uang dan

asset negara dari kemungkinan diselewengkan untuk kepentingan pribadi atau

golongan oleh para pejabat penyelenggara negara yang bersangkutan. Upaya

perluasan kewenangan BPK ini dapat dilihat sebagai upaya yang bersifat “extra-

ordinary”. Maksudnya adalah untuk menjamin agar manajemen keuangan negara

dapat dikembangkan secara proposional. 76

Dengan demikian, luas pemeriksaan yang akan dilakukan dapat disesuaikan

dan difokuskan pada bidang-bidang yang secara potensial berdampak pada kewajaran

laporan keuangan serta tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara.

Untuk itu, aparat pengawasan intern pemerintah wajib menyampaikan hasil

pemeriksaannya kepada BPK. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di beri kewenangan

76 Jimly, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, h. 834

Page 57: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan dari pihak yang diperiksa,

kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap asset yang berada dalam pengurusan

pejabat instansi yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk

mengamankan uang, barang, dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara pada

saat pemeriksaan berlangsung. Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK dapat

menggunakan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan

atas nama BPK.77

BPK dapat menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang

diakibatkan oleh perbuatan hukum baik sengaja maupun karena kelalaian. Dalam hal

ini BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu pertanggungjawaban

atas kekurangan kas/barang yang terjadi, setelah mengetahui ada kekurangan

kas/barang dalam persediaan yang merugikan keuangan negara/daerah.78

Sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya (bab III) mengenai

kewenangan lembaga Wilayah mazhalim, ada kewenangan lain dalam hal memeriksa

harta yang dirampas dan dikorupsi oleh pejabat. ada dua macam yaitu:

1. Mengenai perampasan dan korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara. Jika

pejabat mazhalim mendapatkan pelanggaran ini saat memeriksa masalah-masalah

yang ada, ia harus segera memerintahkan untuk mengembalikan harta itu sebelum

adanya pengaduan. Sementara itu, jika ia tidak mengetahuinya,ia harus menunggu

adanya pengaduan dari pemiliknya. Dalam memutuskannya ia dapat merujuk

kepada catatan administrasi negara. Jika tertera dengan jelas siapa pemiliknya, ia

harus membuat keputusan sesuai dengan apa yang tertera di dalamnya dan ia tidak

77 Ibid, h.866

78 Ibid, h.869

Page 58: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

memerlukan bukti lagi, dan fakta yang ia dapatkan dalam administrasi negara

sudah mencukupi.

2. Mengenai harta yang dikuasai dengan paksa dan dipergunakan seakan-akan

sebagai pemiliknya. Dalam kasus ini, penyelesainnya menunggu pengaduan para

pemilik dan harta belum dapat diambil dari yang merampasnya kecuai jika ada

satu dari empat hal ini: a). Pengakuan pihak yang merampas harta itu, b). Adanya

fakta yang diketahui oleh pejabat mazhalim atas kejadian tersebut sehingga ia

dapat memberikan keputusan hukum berdasarkan apa yang ia ketahui, c). Adanya

bukti yang mengatakan bahwa pihak perampas telah merampas suatu harta atau

pemilik mempunyai bukti kepemilikannya, 4). Adanya informasi kuat yang tidak

mungkin dibuat-buat dan tidak diragukan. Karena para saksi dapat memberikan

persaksian berdasarkan informasi, dan pejabat mazhalim dapat memututuskan

berdasarkan hal itu. 79

Kewenangan lain Wilayah Mazhalim adalah mengurusi masalah bidang wakaf

yaitu mengawasi harta wakaf. Pengawasan bidang wakaf terbagi dalam dua jenis

yaitu wakaf umum dan wakaf khusus. Untuk wakaf umum, Wilayah Mazhalim dapat

memeriksanya tanpa terlebih dahulu menerima pengaduan, untuk menjamin

penggunaan wakaf itu sesuai dengan ketentuan yang ada dan berdasarkan rencana dan

syarat-syarat yang diberikan oleh pihak pemberi wakaf. Hal itu dapat diketahui dari

sumber :

79 Imam Al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam. Penerjemah

Kamaluddin Nurdin, dkk, Cet.I (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h.166

Page 59: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

1). Dari catatan administrasi para pejabat yang bertugas untuk menjaga

hukum,

2). Dari administrasi negara yang mencatat transaksi yang berlangsung, atau

catatan-catatan khusus,

3). Dari dokumen tertulis yang telah lama ditulis dan dipercaya, meskipun

tidak ada saksi-saksi yang menguatkan persaksian mereka.

Adapun mengenai wakaf khusus, penanganan masalahnya bergantung pada

adanya pengaduan pihak pemberi wakaf atau mereka yang berhak menerima wakaf

saat terjadi persengketaan. Saat terjadi persengketaan dalam masalah ini

dipergunakan dokumen-dokumen yang menjelaskan status harta/tanah tersebut, dan

tidak boleh dikembalikan kepada dokumen administrasi pemerintah atau apa yang

tertulis dalam dokumen-dokumen lama jika diperkuat oleh saksi-saksi ahli. 80

Titik temu persamaan kedua lembaga ini adalah BPK dengan wilayah

mazhalim, keduanya sama-sama dilaksanakan melalui sebuah lembaga negara.

Keduanya sama-sama dilakukan oleh orang yang berkedudukan, berpengaruh dan

berdedikasi tinggi serta memiliki integritas moral dan kejujuran. Terlebih juga

mempunyai sikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai dan keputusan, serta cakap

dalam mengemukakan dan/atau hal-hal yang menurut pertimbangannya dan

keyakinannya guna menjamin integritas dalam menjalankan kewenangannya.

1.2. Perbedaan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), lingkup kewenangannya hanya tentang

pemeriksaan terhadap pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan negara,

meliputi menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara memuat persyaratan

80 Ibid, h.167

Page 60: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

professional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan

pemeriksaan yang professional. Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada

standar pemeriksaan akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporan atau

diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara

obyektif. Dan apabila melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar pemeriksaan

maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung peningkatan mutu

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta pengambilan keputusan

penyelenggara negara.

Sedangkan lembaga Wilayah mazhalim menangani perkara-perkara

pelanggaran kepentingan umum yang sulit ditangani oleh pejabat biasa, seperti

tindakan berbuat munkar secara terang-terangan yang sulit diberantas, tindakan

mengganggu kelancaran dan keamanan lalu lintas yang sulit dicegah, dan tindakan

menahan hak orang lain yang sulit diminta. Dalam mengatasi masalah tersebut,

pejabat mazhalim berwenang memeriksa dan mengadili untuk dicari kebenarannya

dan menetapkan hukuman sesuai dengan ketentuan Allah SWT, dan mewajibkan

mereka untuk menaati peraturan dan menunaikan hukuman yang telah diberikan.

Adanya perbedaan kewenangan diantara kedua lembaga tersebut, terlihat

bahwa Lembaga BPK hanya mengatasi hal-hal yang mengatur tentang kekayaan

milik negara. Sedangkan lembaga mazhalim selain mempunyai kewenangan untuk

memeriksa hal terkait dengan harta milik negara, tetapi lembaga ini juga

berkewenangan menangani pelanggaran-pelanggran kepentingan umum dan

memberikan keputusan hukum bagi pihak yang bersengketa baik perkara antara

Page 61: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

organisasi/departemen maupun persoalan perseorangan dengan

organisasi/departemen.

Perbedaan lain dalam kedua lembaga tersebut adalah BPK hanya memiliki

fungsi yudikatif dalam memberikan putusan untuk menetapkan ganti rugi. Sedangkan

Wilayah Mazhalim adalah lembaga yudikatif yang dapat mengadili dan memberikan

putusan bagi pihak yang bersengketa.

2. Segi Kemandirian

Secara umum tidak ada perbedaan secara mencolok antara BPK dan wilayah

mazhalim dari segi kemandirian. Secara khusus Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

memiliki kebebasan dan kemandirian dalam kinerjanya melaksanakan pemeriksaan,

seperti kebebasan dalam tahap perencanaan mencakup kebebasan dalam menentukan

obyek yang akan diperiksa. Sebagai pendukung BPK dapat memanfaatkan hasil

pemeriksan aparat pengawasan intern pemerintah, memerhatikan pemasukan dan

pihak lembaga perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak. Kebebasan dalam

penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan meliputi kebebasan dalam penentuan waktu

pelaksanaan dan metode pemeriksaan. Selain itu, kemandirian BPK dalam memeriksa

keuangan negara mencakup ketersediaan sumber daya manusia, anggaran dan sarana

pendukung lainnya yang memadai.

Kemandirian lembaga mazhalim tercermin dari keputusan pejabat mazhalim

itu sendiri berdasarkan ijtihadnya atas suatu perkara sesuai dengan ketetapan hukum

Allah SWT.

Page 62: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Ditela’ah secara keseluruhan kedua lembaga ini sama-sama lembaga yang

memiliki indenpedensi tinggi. Sehingga, keputusan yang akan dihasilkan kedua

lembaga ini tidak dapat dipengaruhi oleh lembaga lain ataupun individu manapun

yang berada diatasnya.

Adapun uraiannya dalam bentuk matrik adalah sebagai berikut:

Persamaan Perbedaan

BPK Wilayah Mazhalim BPK Wilayah Mazhalim

1).Berwenang

untuk mengawasi

pengelolaan

keuangan negara

1).Berwenang

untuk mengawasi

harta wakaf, zakat

atau harta milik

Negara

1).Lembaga BPK

dibentuk oleh

pemerintah untuk

memeriksa pejabat

ataupun pegawai

yang mengelola

keuangan negara.

1).Wilayah

Mazhalim dibentuk

oleh rakyat untuk

memeriksa pejabat

negara.

2).Dapat

menetapkan jenis

dokumen, data

serta informasi

pada saat

pemeriksaan.

2).Dapat merujuk

pada catatan

administrasi

negara, dokumen

serta informasi

pada saat

pemeriksaan

2).BPK hanya

memiliki fungsi

yudikatif atau

bersifat peradilan

semu.

2).Wilayah

Mazhalim adalah

lembaga yudikatif

yang dapat

memutuskan dan

menyelesaikan

perkara.

3).Bertujuan

untuk

menghindari

Korupsi, Kolusi

dan Nepotisme.

3).Bertujuan untuk

menghindari

pelanggaran,

pengurangan,

penambahan

3).Objek

kewenangan hanya

terkait kepada

pemeriksaan

pengelolaan dan

3).Objek

kewenangan tidak

hanya pemeriksaan

terhadap harta

milik negara tetapi

Page 63: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

ataupun

penggelapan.

tanggung jawab

terhadap keuangan

negara.

juga melakukan

pemeriksaan

terhadap

pelanggaran

umum.

4).Menetapkan

hukuman

berdasarkan

dengan keputusan

BPK.

4).Menetapkan

hukuman

berdasarkan hukum

Islam.

B. Relevansi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Dengan Wilayah Mazhalim

Sejarah negara Islam dizaman permulaan, semuanya menjadi saksi hidup

untuk membenarkan pendapat bahwa negara Islam adalah negara hukum. Sebelum

para pakar tata negara di Eropa muncul ke dunia. Berabad-abad sebelumnya, Islam

telah mengambil ketetapan bahwa hukumlah yang harus berkuasa paling tinggi dalam

negara.81

Berpedoman pada suatu prinsip manusia sama derajatnya dimata Allah,

keadilan dijalankan tanpa mengenal perbedaan baik masalah individu, golongan,

bangsa, maupun pemerintahan secara keseluhan.82

Adanya jaminan keadilan hukum tidak saja berlaku pada dan oleh pemerintah

pusat, tetapi dapat juga menjadi garis politik yang nyata untuk seluruh rakyat sampai

kedaerah-daerah paling jauh. Kemungkinan tidak adanya jaminan hukum dapat

terjadi pada negara yang tidak memiliki dasar hukum sehingga besar kemungkinan

81 Zainal Abidin Ahmad, Membangun Negara Islam, (Jakarta: Pustaka Iqra, 2001), Cet.I, h.90

82

Ali Salim Al-Bahansawi, Wawasan System Politik Islam, (Jakarta: Pustaka al-kautsar, 1996),

h.89

Page 64: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

pula menjadi negara kafir, negara zalim (negara diktator/otokrasi bertindak sewenang-

wenang dan tidak punya hukum yang memihak rakyat) dan negara fasik (negara

anarki, kacau balau, dan tidak teratur dimana pemerintahnya tidak sanggup menjamin

keamanan).83

Dilihat dari perspektif kontemporer, kewenangan yang dimiliki oleh lembaga

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dapat dikatakan mirip dengan lembaga Wilayah

Mazhalim. Pada satu sisi Wilayah mazhalim mengurusi kasus-kasus yang

membutuhkan penyelesaian secara Islam dan mengadili perkara-perkara berdasarkan

hukum Islam. Disisi lain, juga memiliki kewajiban untuk melakukan ijtihad dalam

rangka legislasi, termasuk mengeluarkan fatwa yang didasarkan oleh syariah. Namun

demikian dalam negara Islam kewenangan legislasi sangat terbatas karena putusan

hukum didasarkan pada syariah.

Ada kerelevansian Badan Pemeriksa Keuangan dengan lembaga Wilayah

Mazhalim di Indonesia. Kedua lembaga ini bertemu pada salah satu objek kajian

kewenangannya yaitu memeriksa kecurangan yang dilakukan oleh pegawai-pegawai

yang ditugaskan untuk mengumpulkan zakat dan harta-harta kekayaan negara. Hanya

saja Wilayah mazhalim mempunyai kekuasaan mengadili dan memutuskan perkara

dalam bidang pengadilan untuk menangani perkara-perkara yang diperiksanya,

sedangkan Badan Pemeriksa Keuangan memiliki kekuasaan hanya bersifat quasi

peradilan yang ditentukan oleh keputusan BPK, tetapi karakteristik keputusannya

tetap mengandung norma konkrit dan bersifat individual, yang sama dengan isi

putusan pengadilan..

83 Zainal Abidin Ahmad, Membangun Negara Islam, h.91

Page 65: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Pada dasarnya kedua lembaga ini memiliki fungsi yudisial yang sama yaitu

menerapkan hukum dalam hal pengelolaan harta dan kekayaan milik negara agar

terhindar dari penyelewengan yang dilakukan oleh pejabat negara sehingga dapat

diperoleh proses hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dapat digaris bawahi eksistensi kedua lembaga ini merupakan suatu lembaga yang

bebas, mandiri dan professional sehingga dalam menjalankan tugasnya tersebut tidak

ada pihak yang dapat mempengaruhinya.

Oleh karena itu, dalam Islam tidak boleh ada pengaruh apa dan siapapun atas

para hakim atau pemeriksa dalam kedudukannya dan mereka sendiripun tidak boleh

terpengaruh kecuali oleh kebenaran dan keadilan.

Page 66: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab terdahulu, telah diuraikan secara luas

mengenai BPK , sampai pada bab ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan Undang-undang no.15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa

Keuangan disebutkan bahwa, BPK merupakan lembaga negara yang bertugas

untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, sebagaimana

dimaksud dalam UUD 1945. Tujuannya untuk menetapkan hukum secara adil

agar dapat terciptanya kemaslahatan kepentingan umum demi memajukan

kehidupan mayarakat sejahtera. BPK dalam menjalankan tugasnya sebagai

pengelola terhadap keuangan Negara, menjalankan kerjanya secara bebas dan

mandiri. Lingkup Kewenangan BPK pasca perubahan UUD 1945 menjadi lebih

luas, selain dapat memberikan pendapat kepada DPR, tetapi juga kepada DPD,

DPRD, Pemerintahan Pusat/Pemerintahan Daerah, Lenbaga Negara Lain, Bank

Indonesia, BUMN, Badan Layanan Umum, BUMD, Yayasan, dan Lembaga atau

badan lain.

2. Wilayah Mazhalim adalah lembaga peradilan yang secara khusus menangani

kelaliman para penguasa dan keluarganya terhadap hak-hak rakyat. Sedangkan

peradilan Mazhalim diadakan agar hak-hak rakyat dapat dikembalikan dari

kelaliman penguasa, serta dapat menyelesaikan persengketaan antara penguasa

Page 67: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

dan warga Negara. Pada prakteknya peradilan dapat bertindak tanpa harus

menunggu adanya suatu gugatan yang dirugikan.

Dalam ketatanegaraan Islam, Wilayah Mazhalim memiliki kekuasaan (1)

memeriksa dengan teliti sikap dan tingkah laku para pejabat dan keluarga, (2)

memeriksa kecurangan para pegawai yang bertanggung jawab atas pungutan dana

untuk negara (pajak), (3) memeriksa para pejabat yang bertanggung jawab atas

keuangan Negara, (4) memeriksa secara cermat penanganan dan penyaluran harta

wakaf dan kepentingan lainnya, (5) mengembalikan hak-hak rakyat yang diambil

aparat negara.

3. Persamaan dan perbedaan lembaga BPK dengan Wilayah mazhalim yaitu

keduanya sama-sama mempunyai kewenangan untuk memeriksa harta kekayaan

yang dimiliki negara guna menncegah terjadinya penyelewengan oleh pejabat

Negara. Keduanya juga memiliki kesamaan visi dan misi yakni melindungi dan

menegakan keadilan guna mewujudkan kemaslahatan umum . Perbedaannya

adalah BPK hanya fokus terhadap pemeriksaan terhadap pengelolaan dan

pertanggung jawaban terhadap keuangan negara, tetapi wilayah mazhalim

mempunyai kewenangan untuk memeriksa hal-hal yang bersifat umum.

Perbedaan lainnya adalah BPK hanya memiliki fungsi yudikatif dalam

menetapkan putusan sehingga bersifat peradilan semu dimana karakteristik

keputusannya mengandung norma konkrit.. Sedangkan Wilayah Mazhalim adalah

lembaga yudikatif yang memiliki fungsi yudikatif dalam memutuskan dan

menetapkan putusan perkara.

Page 68: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

B. Saran

Sebagaimana yang telah penulis uraikan secara luas mengenai BPK pada

skripsi ini penulis utarakan juga betapa pentingnya pengetahuan tentang mengetahui

dan memahami selukbeluk keberadaan BPK ini, baik dari segi kewenangan, segi

fungsionalnya mapun segi kedudukannya hingga saat ini.

Untuk itu perlu penulis utarakan sepenggal saran sebagai lanjutan dari skripsi

ini, yaitu mengenai pentingnya menjaga keeksistensian BPK, yang selanjutnya

direalisasikan dalam wujud membuat langkah-langkah strategis sebagai upaya

optimalisasi fungsi dan peran BPK sebagai sebuah lembaga pengawas keuangan

negara yang independen dan kredibel. Langkah-langkah yang sejatinya harus

ditempuh oleh BPK antara lain:

1. Diperluaskan dukungan yang penuh dari pemerintah kepada BPK untuk membuat

regulasi kebijakan yang mendukung optimalisasi peran BPK sebagai lembaga

pengawas keuangan yang mandiri sehingga BPK memiliki keleluasaan dan

kewenangan untuk mewujdkan fungsi kontrolnya di setiap level pemerintahan

dalam ruang lingkup perpajakan.

2. Membuat sistem kontrol dari MPR terhadap BPK untuk mengurangi potensi

penyelewengan dan penyalahgunaan di tubuh BPK sendiri serta adanya auditing

terhadap BPK oleh lembaga ekstern.

3. Full transparansi kepada publik atas hasil auditnya dan terbuka kepada siapa saja

yang hendak melakukan cross-check terhadap hasil audit BPK.

4. Adanya anggaran dana khusus yang memadai mengingat ruang lingkup tugas

BPK yang sangat luas. Dana dapat diambilkan dari APBN yang telah disetujui

Page 69: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

oleh MPR sehingga kinerja BPK dapat dirasakan maksimal, tanpa harus meminta

tambahan dana kepada pihak lain.

5. Perlu diadakannya training management agar pengelolaaan keuangan libih efektif

dan efisien. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan citra BPK di mata

masyarakat Indonesia.

Page 70: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-karim

Asshidiqie, Jimly, Prof.Dr.S.H., Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta:

PT. Bhuana Ilmu Populer, 2007

--------------, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD

1945, Yogyakarta: FH UII Press, 2004

--------------, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Jakarta:

Konstitusi Press, 2006

--------------, Sengketa Kewenangan Antar Lembaga Negara, Jakarta: Sekretariat Jenderal

dan Kepaniteraan MK RI, 2006

--------------, Konstitusi dan Ketatanegaraan Indonesia Kontemporer, Jakarta: The

Biography Institute, 2007

Al.Mawardi, Imam, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan Dalam Takaran Islam,

Jakarta: Gema Insani Press, 2000

--------------, Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syariat Islam, Jakarta:

Darul Falah, 2006

Aliyah, Samir, Sistem Pemerintahan Peradilan dan Adat Dalam Islam, Jakarta: Khalifa,

2004

Ambary, Hasan Muarif, Suplemen Ensiklopedi Islam Vol.2, Jakarta: Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1996

Ahmad Abidin, H.Zainal, Membangun Negara Islam, Jakarta: Pustaka Iqra, 2001

Al-Bahansawi, Ali Salim, Wawasan System Politik Islam, Jakarta: Pustaka al- kautsar,

1996

A.R., Yahya, Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasi), Jakarta: HTI

Press, 2008

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,

2005

Page 71: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Busroh, Abu daud, H, S.H., Kapita Selekta Hukum Tata Negara, Jakarta: Rineka Cipta,

1994

Fuad, Nur dan Mufid, Nur, Mencermati Konsep Kelembagaan Politik Era Abasiyah,

Jakarta: Pustaka Progresif, 2000

Huda, Ni’matul, S.H., M.Hum., Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2005

Hasbi Ash Shiddieqy, Muhammad Teungku, Peradilan dan Hukum Acara Islam,

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001

HR, Ridwan, SH.,M.Hum., Fiqh Politik, Yogyakarta: FH UII Press, 2007

http://www.legalitas.org/incl-php/buka.php, diakses pada 3 Juni 2008

http://www.wikipedia.org/wiki/Badan_Pemeriksa_keuangan, diakses pada 9 April 2008

http://www.panmohamadfaiz.com, Optimalisasi Peran BPK Dalam Pengelolaan

Keuangan Negara, diakses pada 19 April 2008

http://www.setneg.go.id/index/php, diakses pada 15 Juni 2008

Iqbal, Muhammad, Drs, M.Ag., Fiqh Siyasah (Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam),

Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001

J.Lexy, M.A. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Roda Karya,

2004

Karim Zaidan, Abdul, Dr., Sistem Kehakiman Islam Jilid 3, Kuala Lumpur: Pustaka Haji

Abdul Majid, 2004

Khalaf, Abdul wahab, Siyasah syar’iyyah Politik Hukum Islam, Yogyakarta: Tiara

wacana, 1994

Kansil, C.S.T., Drs, S.H., Hukum Tata Negara Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2007

Mahfud MD, Moh, Prof, Dr, S.H., Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia,

Jakarta: Rineka Cipta, 2001

Peraturan BPK RI No.1 Tahun 2007, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Jakarta:

Pustaka Pergaulan, 2007

Page 72: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Peraturan BPK RI No.2 Tahun 2007, Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia, diakses pada 22 September 2008 dari

http://www.bpk.go.id/doc/hapsem 2007

Peraturan BPK RI No.3 Tahun 2008, Tentang Cara Pemanggilan dan Permintaan

Keterangan Oleh BPK, diakses pada 22 September 2008 dari

http://www.bpk.go.id/doc/hapsem 2007

Rahimullah, S.H, M.Si., Hukum Tata Negara (Hubungan Antar Lembaga Negara),

Jakarta: Gramedia, 2007

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1997

UU RI No. 15 Tahun 2006, Tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta: Sinar Grafika,

2007

UU RI No. 15 Tahun 2004, Tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara, Jakarta: Sinar Grafika, 2007

Wahjono, Padmo, Perkembangan Hukum Tata Negara di Indonesia, Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Widjaja, Gunawan, Pengelolaan Harta dan Kekayaan Negara, Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada, 2002

Koran

“Kewenangan BPK Perlu di Tambah.” Kompas. 25 Agustus 2008

Page 73: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

- 1 -

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2007

TENTANG

KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 30

ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan

Pemeriksa Keuangan, perlu ditetapkan Kode Etik Badan Pemeriksa

Keuangan.

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4400);

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa

Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4564);

3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor

1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4707).

MEMUTUSKAN ...

- 2 -

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK

INDONESIA TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA

KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Page 74: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga negara

yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

2. Anggota BPK adalah pejabat negara pada BPK yang dipilih oleh DPR dan

diresmikan dengan Keputusan Presiden.

3. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.

4. Majelis Kehormatan Kode Etik, yang selanjutnya disebut Majelis Kehormatan, adalah

alat kelengkapan BPK yang bertugas untuk menegakkan Kode Etik.

5. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara yang selanjutnya disingkat SPKN adalah

patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar

pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa.

6. Kode Etik BPK, yang selanjutnya disebut Kode Etik, adalah norma-norma yang

harus dipatuhi oleh setiap Anggota BPK dan Pemeriksa selama menjalankan

tugasnya.

7. Akademisi adalah orang yang berpendidikan tinggi dan mengabdikan diri secara

penuh serta berpartisipasi langsung dalam bidang pendidikan tinggi.

8. Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu.

9. Sidang ...

- 3 -

9. Sidang Badan adalah permusyawaratan yang dihadiri oleh para Anggota BPK yang

dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua atau Anggota BPK lain yang ditunjuk untuk

membicarakan pelaksanaan tugas dan wewenang BPK.

10. Sidang Majelis adalah permusyawaratan yang dihadiri oleh Anggota Majelis

Kehormatan BPK untuk memeriksa dan memutuskan kasus pelanggaran kode etik.

BAB II

Page 75: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

KODE ETIK

Bagian Pertama

Nilai-Nilai Dasar

Pasal 2

Setiap Anggota BPK dan Pemeriksa wajib:

a. mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku.

b. mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

c. menjunjung tinggi independensi, integritas dan profesionalitas.

d. menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas BPK.

Bagian Kedua

Kode Etik Bagi Anggota BPK

Pasal 3

(1) Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,

Anggota BPK wajib:

a. memegang sumpah dan janji jabatan.

b. bersikap netral dan tidak berpihak.

c. menghindari terjadinya benturan kepentingan.

d. menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi obyektivitas.

Ayat (2) ...

- 4 -

.

(2) Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,

Anggota BPK dilarang:

a. merangkap jabatan dalam lingkungan lembaga negara yang lain, badan-badan

lain yang mengelola keuangan negara, dan perusahaan swasta nasional atau

asing.

b. menjadi anggota partai politik.

c. menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat menyebabkan orang lain

meragukan independensinya.

Pasal 4

(1) Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Anggota

BPK wajib:

Page 76: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

a. bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai dan keputusan.

b. bersikap tegas dalam mengemukakan dan/atau melakukan hal-hal yang

menurut pertimbangan dan keyakinannya perlu dilakukan.

c. bersikap jujur dengan tetap memegang rahasia pihak yang diperiksa.

(2) Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Anggota

BPK dilarang menerima pemberian dalam bentuk apapun baik langsung maupun

tidak langsung yang diduga atau patut diduga dapat mempengaruhi pelaksanaan

tugas dan wewenangnya.

Pasal 5

Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,

Anggota BPK wajib:

a. menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan.

b. menyimpan rahasia negara dan/ atau rahasia jabatan.

c. menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan atau

jabatannya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain.

d. menghindari perbuatan di luar tugas dan kewenangannya.

Pasal 6 ...

- 5 -

Bagian Kedua

Kode Etik Bagi Pemeriksa

Pasal 6

(1) Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,

Pemeriksa wajib:

a. bersikap netral dan tidak memihak.

b. menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam melaksanakan kewajiban

profesionalnya.

c. menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi independensi.

d. mempertimbangkan informasi, pandangan dan tanggapan dari pihak yang

diperiksa dalam menyusun opini atau laporan pemeriksaan.

e. bersikap tenang dan mampu mengendalikan diri.

(2) Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,

Pemeriksa dilarang:

Page 77: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

a. merangkap jabatan dalam lingkungan lembaga negara yang lain, badan-badan

lain yang mengelola keuangan negara, dan perusahaan swasta nasional atau

asing.

b. menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat menyebabkan orang lain

meragukan independensinya.

c. tunduk pada intimidasi atau tekanan orang lain.

d. membocorkan informasi yang diperolehnya dari auditee.

e. dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi atau kepentingan tertentu, baik

kepentingan pribadi Pemeriksa sendiri maupun pihak-pihak lainnya yang

berkepentingan dengan hasil pemeriksaan.

Pasal 7

(1) Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Pemeriksa

wajib:

a. bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan.

b. bersikap tegas untuk mengemukakan dan/ atau melakukan hal-hal yang

menurut pertimbangan dan keyakinannya perlu dilakukan.

c. bersikap jujur dan terus terang tanpa harus mengorbankan rahasia pihak yang

diperiksa.

Ayat (2) ...

- 6 -

(2) Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Pemeriksa

dilarang:

a. menerima pemberian dalam bentuk apapun baik langsung maupun tidak

langsung yang diduga atau patut diduga dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas

dan wewenangnya.

b. menyalahgunakan wewenangnya sebagai Pemeriksa guna memperkaya atau

menguntungkan diri sendiri atau pihak lain.

Pasal 8

(1) Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,

Pemeriksa wajib:

a. menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian dan kecermatan.

b. menyimpan rahasia negara atau rahasia jabatan, rahasia pihak yang diperiksa dan

Page 78: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

hanya mengemukakannya kepada pejabat yang berwenang.

c. menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan atau

jabatannya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain.

d. menghindari perbuatan di luar tugas dan kewenangannya.

e. mempunyai komitmen tinggi untuk bekerja sesuai dengan standar pemeriksaan

keuangan negara.

f. memutakhirkan, mengembangkan, dan meningkatkan kemampuan

profesionalnya dalam rangka melaksanakan tugas pemeriksaan.

g. menghormati dan mempercayai serta saling membantu diantara Pemeriksa

sehingga dapat bekerjasama dengan baik dalam pelaksanaan tugas.

h. saling berkomunikasi dan mendiskusikan permasalahan yang timbul dalam

menjalankan tugas pemeriksaan.

i. menggunakan sumber daya publik secara efisien, efektif dan ekonomis.

(2) Untuk menjunjung profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,

Pemeriksa dilarang:

a. menerima tugas yang bukan merupakan kompetensinya.

b. mengungkapkan informasi yang terdapat dalam proses pemeriksaan kepada

pihak lain, baik lisan maupun tertulis, kecuali untuk kepentingan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

c. mengungkapkan ...

- 7 -

c. mengungkapkan laporan hasil pemeriksaan atau substansi hasil pemeriksaan

kepada media massa kecuali atas ijin atau perintah Ketua atau Wakil Ketua atau

Anggota BPK.

d. mendiskusikan pekerjaannya dengan auditee diluar kantor BPK atau kantor

auditee.

BAB III

MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK

Bagian Pertama

Kedudukan dan Keanggotaan

Pasal 9

(1) Majelis Kehormatan merupakan alat kelengkapan BPK yang dalam menjalankan

Page 79: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

tugasnya bersifat independen.

(2) Majelis Kehormatan berkedudukan di kantor Pusat BPK.

Pasal 10

(1) Anggota Majelis Kehormatan berjumlah lima orang, yang terdiri dari tiga orang

Anggota BPK, satu orang dari unsur profesi, dan satu orang dari unsur akademisi.

(2) Keanggotaan Majelis Kehormatan yang berasal dari Anggota BPK dapat dijabat

secara bergantian dengan jangka waktu tertentu.

(3) Keanggotaan Majelis Kehormatan yang berasal dari unsur profesi dan akademisi

dijabat selama tiga tahun.

Pasal 11 ...

- 8 -

Pasal 11

(1) Untuk dapat dipilih sebagai Anggota Majelis Kehormatan, calon yang berasal dari

unsur profesi dan akademisi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. warga negara Indonesia.

b. tidak menjadi anggota partai politik.

c. memiliki reputasi dan kredibilitas yang diakui oleh masyarakat.

d. memiliki kompetensi di bidang profesi atau akademis.

e. memiliki integritas dan independensi yang diperlukan untuk menegakkan kode

etik BPK.

f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan

hukuman pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

g. sehat jasmani dan rohani.

h. sekurang-kurangnya berusia 35 (tiga puluh lima) tahun.

(2) Anggota Majelis Kehormatan yang berasal dari unsur profesi dan akademisi

dicalonkan dan diangkat oleh BPK.

(3) Untuk mengangkat seseorang menjadi Anggota Majelis Kehormatan, BPK dapat

meminta pendapat kepada asosiasi profesi atau perguruan tinggi tertentu sesuai

dengan kebijakan BPK.

Pasal 12

(1) Pemilihan dan penetapan Anggota Majelis Kehormatan dilakukan oleh BPK melalui

Page 80: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

mekanisme Sidang Badan.

(2) Keanggotaan Majelis Kehormatan ditetapkan dengan Keputusan BPK.

(3) Selama mekanisme Sidang Badan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum

ditetapkan, maka pemilihan dan penetapan Anggota Majelis Kehormatan dilakukan

secara musyawarah dan hasilnya dituangkan secara tertulis yang ditandatangani oleh

Ketua, Wakil Ketua, dan seluruh Anggota BPK.

Pasal 13 ...

- 9 -

Pasal 13

(1) Majelis Kehormatan terdiri dari satu orang ketua merangkap anggota dan empat

orang anggota.

(2) Pemilihan Ketua Majelis Kehormatan dilakukan oleh seluruh Anggota Majelis

Kehormatan secara musyawarah.

Pasal 14

(1) Dalam hal Anggota Majelis Kehormatan yang berasal dari BPK diduga melakukan

pelanggaran Kode Etik dan kasusnya diperiksa melalui sidang Majelis Kehormatan,

anggota yang bersangkutan tidak dapat mengikuti persidangan atas dirinya tetapi tetap

dapat mengikuti persidangan yang menangani kasus pelanggaran kode etik yang lain.

(2) Apabila Majelis Kehormatan memutuskan bahwa anggota yang bersangkutan terbukti

melanggar Kode Etik, maka BPK memberhentikan yang bersangkutan dari

keanggotaan Majelis Kehormatan.

Pasal 15

Anggota Majelis Kehormatan dilarang melakukan pengaduan.

Pasal 16

Anggota Majelis Kehormatan diberhentikan dari jabatannya dengan Keputusan BPK

karena:

a. telah berakhir masa tugasnya.

b. meninggal dunia.

c. mengundurkan diri atas permintaan sendiri yang diajukan secara tertulis kepada BPK.

d. sakit jasmani atau rohani secara terus menerus atau berhalangan tetap yang

dibuktikan dengan surat keterangan dokter.

e. tidak ...

Page 81: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

- 10 -

e. tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya selama 6 (enam) bulan berturut-turut

tanpa alasan yang sah.

f. tidak lagi memenuhi syarat-syarat keanggotaan Majelis Kehormatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1).

Bagian Kedua

Tugas dan Wewenang

Pasal 17

(1) Majelis Kehormatan mempunyai tugas menegakkan kode etik.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Majelis Kehormatan

melaksanakan fungsi sebagai berikut:

a. menerima dan meneliti pengaduan tentang dugaan pelanggaran Kode Etik.

b. melakukan pemeriksaan atas pengaduan dugaaan pelanggaran Kode Etik.

c. memutuskan ada atau tidak adanya pelanggaran Kode Etik.

Pasal 18

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 16, Majelis

Kehormatan berwenang:

a. memanggil pengadu dan pihak yang diadukan untuk dimintai keterangan

dan/atau data dalam sidang Majelis Kehormatan.

b. memanggil para saksi untuk dimintai keterangan dan/atau data dalam sidang

Majelis Kehormatan.

c. memberikan rekomendasi kepada BPK mengenai sanksi terhadap Anggota BPK

atau Pemeriksa yang terbukti melanggar Kode Etik.

d. memberikan rekomendasi kepada BPK untuk merehabilitasi Anggota BPK atau

Pemeriksa yang tidak terbukti melanggar Kode Etik.

e. memberikan rekomendasi kepada BPK tentang upaya-upaya yang perlu dilakukan

dalam mencegah terjadinya pelanggaran Kode Etik.

(2) Pihak yang dipanggil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b wajib

memberikan keterangan dan/atau data yang diminta oleh Majelis Kehormatan.

Pasal 19 ...

- 11 -

Pasal 19

Page 82: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Anggota Majelis Kehormatan

berkewajiban untuk:

a. merahasiakan identitas pengadu, pihak yang diadukan dan saksi kepada siapapun.

b. merahasiakan informasi yang diperoleh karena kedudukannya sebagai Anggota

Majelis Kehormatan.

c. memberikan putusan yang seadil-adilnya.

Bagian Ketiga

Panitera Majelis Kehormatan

Pasal 20

(1) Dalam pelaksanaan tugasnya, Majelis Kehormatan memiliki Panitera yang secara exofficio

dilaksanakan oleh Inspektur Utama BPK.

(2) Panitera sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas kepaniteraan yang

meliputi:

a. menatausahakan surat pengaduan dan bukti yang diajukan.

b. menyiapkan surat panggilan sidang Majelis Kehormatan kepada para pihak.

c. mempersiapkan persidangan.

(3) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Panitera bertanggung

jawab kepada Majelis Kehormatan.

BAB IV

TATA CARA PERSIDANGAN

Bagian Pertama

Pengaduan

Pasal 21

(1) Pengaduan dapat diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan atau merasa

dirugikan, yaitu:

a. pejabat ...

- 12 -

a. pejabat/pegawai dari entitas yang diperiksa.

b. teman sejawat sesama pemeriksa.

(2) Pengaduan yang diterima terbatas pada dugaan pelanggaran atas kode etik.

(3) Pengaduan wajib disampaikan secara tertulis serta dilengkapi dengan alat bukti dan

identitas pengadu yang jelas.

Page 83: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Pasal 22

(1) Pengaduan yang diterima dicatat oleh Panitera dalam buku register pengaduan.

(2) Panitera menyampaikan pengaduan kepada Majelis Kehormatan selambatlambatnya

lima hari kerja sejak pengaduan diterima.

Pasal 23

(1) Majelis Kehormatan menetapkan waktu sidang Majelis Kehormatan dan

memberitahukan kepada Panitera.

(2) Panitera menyampaikan surat panggilan kepada pengadu serta Anggota BPK atau

Pemeriksa yang diadukan untuk mengikuti persidangan yang sudah ditetapkan.

(3) Surat panggilan harus sudah diterima oleh yang bersangkutan selambat-lambatnya

tiga hari kerja sebelum sidang Majelis Kehormatan dilaksanakan.

Bagian Kedua

Pemeriksaan dan Putusan

Pasal 24

(1) Pemeriksaan pelanggaran kode etik dilakukan dalam sidang Majelis Kehormatan yang

bersifat tertutup.

(2) Sidang Majelis Kehormatan dapat diselenggarakan apabila dihadiri oleh

sekurangkurangnya

tiga orang Anggota Majelis Kehormatan.

Ayat (3) ...

- 13 -

(3) Pemeriksaan terhadap pihak pengadu dan pihak yang diadukan dilakukan dalam

waktu yang berbeda.

(4) Sidang Majelis Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan di

tempat kedudukan Majelis Kehormatan.

Pasal 25

Anggota BPK atau Pemeriksa yang diadukan wajib hadir dalam sidang Majelis

Kehormatan dan tidak dapat diwakilkan.

Pasal 26

(1) Anggota BPK atau Pemeriksa yang diadukan berhak untuk melakukan pembelaan

diri.

(2) Dalam rangka pembelaan diri sebagaimana dimaksud ayat (1), Anggota BPK atau

Page 84: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

Pemeriksa yang diadukan berhak untuk mengajukan saksi dan/atau alat bukti lainnya.

Pasal 27

(1) Dalam hal pihak pengadu atau pihak yang diadukan tidak hadir pada waktu sidang

Majelis Kehormatan sebagaimana dimaksud Pasal 24, Majelis Kehormatan

menunda sidang dan menetapkan waktu sidang berikutnya.

(2) Panitera menyampaikan surat panggilan kepada pihak yang tidak hadir untuk

menghadiri sidang berikutnya.

(3) Surat panggilan sebagaimana dimaksud ayat (2) harus sudah diterima oleh yang

bersangkutan selambat-lambatnya satu hari kerja sebelum waktu sidang.

(4) Dalam hal pihak pengadu dan/atau pihak yang diadukan tidak hadir untuk kedua

kalinya secara berturut-turut tanpa alasan yang patut dan wajar, Majelis Kehormatan

dapat melakukan pemeriksaan secara in absentia.

Pasal 28 ...

- 14 -

Pasal 28

(1) Sebelum melakukan pemeriksaan, Majelis Kehormatan menjelaskan hak dan

kewajiban pihak yang diperiksa.

(2) Panitera membuat berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh Anggota

Majelis Kehormatan yang hadir dalam sidang Majelis Kehormatan.

(3) Majelis Kehormatan mengambil putusan berdasarkan hasil pemeriksaaan atas

pengaduan, pembelaan, alat-alat bukti, dan keterangan saksi.

(4) Pengambilan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sekurang-kurangnya

dihadiri oleh 3 (tiga) orang Anggota Majelis Kehormatan.

(5) Pengambilan putusan dilakukan secara musyawarah mufakat dan apabila tidak

tercapai mufakat, maka putusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

Pasal 29

Putusan yang diambil sidang Majelis Kehormatan dapat berupa:

a. menolak pengaduan.

b. menyatakan bahwa pihak yang diadukan tidak terbukti melanggar kode etik.

c. menyatakan bahwa pihak yang diadukan terbukti melanggar kode etik.

Pasal 30

(1) Putusan sidang Majelis Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b

Page 85: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

dan c disertai rekomendasi kepada BPK.

(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:

a. sanksi.

b. rehabilitasi.

c. upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam mencegah terjadinya pelanggaran

Kode Etik.

(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a kepada Anggota BPK dapat

berupa:

a. peringatan tertulis; atau

b. pengajuan usul pemberhentian dari Keanggotaan BPK.

Ayat (4) ...

- 15 -

(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a kepada Pemeriksa dapat

berupa:

a. peringatan tertulis; atau

b. larangan melakukan pemeriksaan keuangan negara untuk jangka waktu tertentu;

atau

c. pemberhentian dari jabatan fungsional pemeriksa keuangan negara.

Pasal 31

(1) Putusan sidang Majelis Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 harus

mendapat persetujuan BPK.

(2) Majelis Kehormatan menyampaikan putusan sidang Majelis Kehormatan dan

rekomendasi kepada BPK.

(3) BPK menindaklanjuti rekomendasi Majelis Kehormatan.

Bagian Ketiga

Pelaksanaan Putusan

Pasal 32

(1) BPK meneruskan putusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 kepada Panitera

untuk dicatat dalam buku register putusan.

(2) Panitera membuat salinan putusan sidang Majelis Kehormatan dan disampaikan

kepada pengadu dan pihak yang diadukan.

BAB V

Page 86: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM KAJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19215/1/RINI... · A. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan..... 16 B. Sejarah dan Praktek

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 33

(1) Untuk pertama kali Majelis Kehormatan ditunjuk oleh BPK.

(2) Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Surat Keputusan BPK Nomor

14/SK/K/1975 tentang Sapta Prasetia Jati BPK dan Ikrar Pemeriksa, sepanjang

mengatur tentang Ikrar Pemeriksa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 34 ...