Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Kinerja (LKj) Eselon I
Tahun 2018
Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
Badan Standardisasi Nasional
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 2
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Deputi Bidang Penerapan
Standar dan Akreditasi merupakan perwujudan
pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian
visi dan misi Badan Standardisasi Nasional pada
Tahun Anggaran 2018. Laporan Kinerja Deputi
Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi Tahun
2018 merupakan Laporan Kinerja tahun keempat
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Penyusunan
Laporan Kinerja Deputi Bidang Penerapan
Standar dan Akreditasi mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Perka BSN No. 5 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah di Lingkungan
BSN, serta Rencana Strategis BSN Tahun 2015-2019.
Pada tahun 2018, Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
sebagai bagian dari Badan Standardisasi Nasional bertekad melaksanakan
Reformasi Birokrasi, dimana penguatan kinerja merupakan salah satu sasaran
area perubahan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa
program-program berjalan sesuai dengan yang ditargetkan. Disamping itu,
Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi juga telah melakukan
perubahan sasaran dalam rangka menyelaraskan terjadinya perubahan
sasaran strategis BSN untuk periode 2015-2019.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
Tahun 2018 ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam
pengambilan keputusan guna peningkatan kinerja Deputi Bidang Penerapan
Standar dan Akreditasi di masa mendatang, melalui pelaksanaan program
dan kegiatan secara lebih optimal.
Jakarta, Januari 2019
Deputi Bidang Penerapan Standar dan
Akreditasi
Drs. Kukuh S. Achmad, M.Sc.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 3
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
Tahun 2018 telah menetapkan 13 (tigabelas) Sasaran dengan 20 (dua
puluh) Indikator Kinerja. Sasaran dan Indikator Kinerja tersebut
merupakan perwujudan pelaksanaan Program Pengembangan
Standardisasi Nasional yang diamanatkan kepada Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi.
Berikut disajikan tabel capaian perjanjian kinerja Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi tahun 2018 menurut Sasaran:
Tabel Sasaran, Indikator Kinerja, Target dan Capaian Tahun 2018
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Reali-
sasi %
Capaian
Customer Perspectives
1 Terwujudnya daya saing
produk berstandar di
pasar domestik dan global
1 % SNI yang digunakan oleh
pelaku usaha
5 % 6,2 100
2 Meningkatnya efektivitas sistem standardisasi
dan penilaian kesesuaian
2 % pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan
SNI
2,5 % 5,7 100
3
Meningkatkan pengelolaan akreditasi
Lembaga Penilaian
Kesesuaian (LPK)
3 Jumlah Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK)
yang diakreditasi
1975 LPK 2019 100
4 Jumlah pengakuan
akreditasi secara internasional
12 MRA 12 100
Internal Process Perspectives
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 4
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Reali-
sasi %
Capaian
4 Meningkatkan
efektifitas sistem penerapan SNI & penilaian
kesesuaian
5 Persentase
pemenuhan produk bertanda SNI terhadap
persyaratan SNI
70 % 66,2 94,6
6 Persentase
penyelesaian penanganan
pengaduan penerapan SNI dan penilaian
kesesuaian
100 % 100 100
5 Meningkatkan
kemampuan pemangku kepentingan
dalam memenuhi persyaratan
standar dan penilaian kesesuaian
untuk tujuan ekspor
7 Persentase
pemenuhan kebutuhan fasilitas persyaratan
standar dan penilaian
kesesuaian dalam rangka ekspor
100 % 100 100
6 Memastikan ketersediaan skema akreditasi
dan sertifikasi sesuai
kebutuhan pemangku kepentingan
8 Persentase ketersediaan skema akreditasi untuk
memenuhi pemangku
kepentingan
100 % 97 97
9 Jumlah skema sertifikasi untuk
memenuhi pemangku
kepentingan
75 Skema 75 100
7 Meningkatkan
pengelolaan Standar Nasional Satuan Ukuran
(SNSU)
10 Jumlah
kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang
tertelusur dan diakui secara Internasional
96 Kemam
-puan
pengu-
kuran
118 100
8 Meningkatkan
pengelolaan
11 Persentase LPK
yang dibina dan
30 % 36,11 100
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 5
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Reali-
sasi %
Capaian
kegiatan
pembinaan SPK
mendapatkan
akreditasi
9 Meningkatkan partisipasi
penyusunan regulasi lintas
sektoral
12 Persentase pemenuhan
permintaan yang difasilitasi
100 % 100 100
Learning and Growth Perspectives
10
Meningkatkan
tata kelola dan organisasi yang
professional di Deputi Bidang Penerapan
Standar Dan Akreditasi
13 Tingkat
pelaksanaan Reformasi Birokrasi
(Nilai PMPRB)
83 nilai 87,22 100
14 Tingkat kualitas
akuntabilitas kinerja BSN (Nilai LKE AKIP)
70 nilai 63,90 91,3
15 Nilai kepatuhan layanan publik
104 nilai 108 100
11 Meningkatkan kompetensi
sumber daya manusia di Deputi Bidang
Penerapan Standar Dan Akreditasi
16 % ASN yang mengikuti program
peningkatan kompetensi
100 % 100 100
17 Jumlah ASN yang menempuh
pendidikan lanjutan
5 orang 5 100
12 Meningkatkan pengelolaan sarana dan
prasarana penunjang
kinerja di Deputi Bidang Penerapan
Standar Dan Akreditasi
18 % Ketersediaan sarana dan prasarana
berdasarkan rencana kebutuhan
BMN
100 % 100 100
19 % pemanfaatan
BMN
100 % 100 100
13 Meningkatkan kinerja
20 % realisasi anggaran
≥95 % 99,62 100
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 6
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Reali-
sasi %
Capaian
pengelolaan
anggaran *) Bagi % capaian indikator kinerja di atas 100%, untuk rata-rata capaian dihitung maksimal 100%
(batas toleransi).
Dari dua puluh (20) indikator kinerja di Deputi Bidang Penerapan
Standar dan Akreditasi, tujuh belas (17) indikator mencapai target yang
ditetapkan.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 7
DAFTAR ISI
Halaman Cover ....................................................................................... 1
Kata Pengantar ....................................................................................... 2
Ringkasan Eksekutif ................................................................................ 3
Daftar Isi .................................................................................................... 6
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .......................................................................... 8
I.2 Maksud dan Tujuan .................................................................. 8
I.3 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi .................................... 9
I.4 Sumber Daya Manusia ............................................................. 13
I.5 Peran Strategis ........................................................................... 14
BAB II PERENCANAAN KINERJA
II.1 Perencanaan Strategis ............................................................ 17
II.1.1 Visi dan Misi ..................................................................... 17
II.1.2 Tujuan dan Sasaran ....................................................... 18
II.2 Perjanjian Kinerja ....................................................................... 21
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
III.1 Capaian Kinerja ........................................................................ 29
III.2 Capaian di Luar Perjanjian Kinerja (jika ada) ....................... 29
III.3 Realisasi Anggaran ................................................................... 77
BAB IV PENUTUP
Penutup .............................................................................................. 78
LAMPIRAN
Perjanjian Kinerja
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 8
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun
Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran. Hal ini telah
diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 29 Tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
dan PermenPANRB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi. Laporan Kinerja tersebut merupakan laporan kinerja
tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam
mencapai tujuan/sasaran strategis instansi. Penyusunan Laporan Kinerja
(LKj) tersebut juga menjadi kewajiban Deputi Bidang Penerapan
Standar dan Akreditasi, sebagai salah satu unit kerja di lingkungan
Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang disusun secara berjenjang
sesuai Peraturan Kepala BSN No. 5 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah di Lingkungan
Badan Standardisasi Nasional.
Kinerja Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
memberikan kontribusi khususnya pada kinerja Badan Standardisasi
Nasional. Oleh karena itu, penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi merupakan bahan masukan dalam
penyusunan Laporan Kinerja Badan Standardisasi Nasional tahun 2018.
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Penerapan
Standar dan Akreditasi adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban
kepada publik atas pelaksanaan program/kegiatan serta akuntabilitas kinerja
dalam rangka mencapai visi dan misi Deputi Bidang Penerapan Standar
dan Akreditasi sebagai berikut :
1. Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi
mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai;
S
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 9
2. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi
pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya.
Hasil evaluasi yang dilakukan akan digunakan sebagai dasar
penyusunan beberapa rekomendasi untuk menjadi masukan dalam
menetapkan kebijakan dan strategi yang akan datang sehingga dapat
meningkatkan kinerja Unit Kerja.
I.3 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional
Nomor 965/BSN-1/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BSN
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Kepala BSN Nomor 4 Tahun 2011 tentang perubahan kedua atas
Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN/HL.35/05/2001 tentang
organisasi dan tata kerja BSN, tugas Deputi Bidang Penerapan Standar
dan Akreditasi adalah
“melaksanakan perumusan kebijakan di bidang penerapan
standar dan akreditasi”
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, maka Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan kebijakan di bidang sistem penerapan standar,
akreditasi dan sertifikasi dalam bidang standardisasi;
b. penyusunan rencana dan program nasional di bidang sistem
penerapan standar, akreditasi dan sertifikasi dalam bidang
standardisasi;
c. pembinaan, pengkoordinasian dan penyelenggaraan serta
pengendalian kegiatan sistem penerapan standar, akreditasi dan
sertifikasi dalam bidang standardisasi serta penyediaan bahan
acuan dan ketertelusuran sistem pengukuran;
d. penyiapan rumusan penetapan, pembinaan, pemeliharaan dan
tata cara kalibrasi standar nasional untuk satuan ukuran;
e. penetapan dan pelaksanaan koordinasi laboratorium uji standar
dan laboratorium metrologi selaku laboratorium acuan;
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 10
f. pembinaan dan penyelenggaraan kerjasama dengan badan-
badan nasional dan internasional di bidang sistem penerapan
standar, akreditasi dan sertifikasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan oleh Unit Kerja Eselon II
yang berada di bawah Deputi Penerapan Standar dan Akreditasi, yaitu
sebagai berikut:
a. Pusat Sistem Penerapan Standar,
b. Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi,
c. Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi,
Struktur Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi dapat
dilihat pada gambar I.1.
a. Pusat Sistem Penerapan Standar
Pusat Sistem Penerapan Standar mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan rumusan kebijakan, pembinaan, koordinasi program dan
penyusunan rencana di bidang sistem pemberlakuan standar dan
penanganan pengaduan serta pembinaan prasarana penerapan
standar dan sistem jaminan mutu. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Pusat Sistem Penerapan Standar menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan rumusan kebijakan di bidang sistem pemberlakuan
standar dan penanganan pengaduan serta prasarana
penerapan standar dan sistem jaminan mutu;
b. pembinaan dan koordinasi program pemberlakuan standar dan
penanganan pengaduan serta pembinaan prasarana penerapan
standar dan sistem jaminan mutu;
c. pelaksanaan urusan sistem pemberlakuan standar dan
penanganan pengaduan;
d. pelaksanaan urusan sistem prasarana penerapan standar dan
sistem jaminan mutu;
e. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi sistem pemberlakuan
standar, penanganan pengaduan serta prasarana penerapan
standar dan sistem jaminan mutu.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 11
Gambar I.1
Struktur Organisasi Deputi Bidang Penerapan Standar dan
Akreditasi di dalam Struktur Organisasi Badan Standardisasi Nasional
b. Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi
Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan rumusan kebijakan, pembinaan, koordinasi program dan
penyusunan rencana di bidang akreditasi dan sertifikasi bidang sistem
manajemen, produk, lembaga pelatihan dan personel, dan sejenisnya
serta kerjasama dengan lembaga yang terkait dengan kegiatan
akreditasi dan sertifikasi baik secara bilateral, regional dan internasional.
Kepala BSN
Deputi Bidang Penelitian dan
Kerjasama Standardisasi
Deputi Bidang Penerapan dan
Akreditasi
Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi
Bidang Akreditasi Produk, Pelatihan dan
Personel
Bidang Akreditasi Lingkungan
Bidang Akreditasi Sistem Manajeman
Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi
Bidang Akreditasi Laboratorium Penguji
Bidang Akreditasi Laboratorium Kalibrasi
Bidang Akreditasi Lembaga Inspeksi
Pusat Sistem Penerapan Standar
Bidang Sistem Pemberlakuan Standar
dan Penanganan Pengaduan
Bidang Prasarana Penerapan Standar dan Sistem Jaminan Mutu
Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan
Standardisasi
Sekretaris Utama
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 12
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Akreditasi Lembaga
Sertifikasi menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan rumusan kebijakan di bidang sistem akreditasi lembaga
sertifikasi dan lembaga pelatihan;
b. pembinaan dan koordinasi program di bidang akreditasi lembaga
sertifikasi dan lembaga pelatihan;
c. pelaksanaan kerjasama akreditasi baik nasional, bilateral maupun
international di bidang standardisasi;
d. pelaksanaan kesekretariatan Komite Akreditasi Nasional di bidang
akreditasi lembaga sertifikasi dan lembaga pelatihan;
e. pelaksanaan evaluasi sistem akreditasi dan sertifikasi di bidang
standardisasi serta penerapannya.
c. Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi
Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan rumusan kebijakan, pembinaan, koordinasi
program akreditasi laboratorium penguji, akreditasi laboratorium
kalibrasi dan akreditasi lembaga inspeksi. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan rumusan kebijakan di bidang sistem akreditasi
laboratorium penguji, laboratorium kalibrasi dan lembaga inspeksi;
b. pembinaan dan koordinasi program di bidang akreditasi
laboratorium penguji, laboratorium kalibrasi dan lembaga inspeksi;
c. pelaksanaan kerjasama akreditasi laboratorium penguji,
laboratorium kalibrasi dan akreditasi lembaga inspeksi secara
nasional, regional dan internasional;
d. pelaksanaan kesekretariatan Komite Akreditasi Nasional di bidang
akreditasi laboratorium penguji, laboratorium kalibrasi dan
lembaga inspeksi;
e. pelaksanaan evaluasi sistem akreditasi dan sertifikasi di bidang
standardisasi serta penerapannya.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 13
I.4 SUMBER DAYA MANUSIA
Untuk mendukung pelaksanaan operasional organisasi, sampai
dengan 31 Desember 2018 Deputi Bidang Penerapan Standar dan
Akreditasi memiliki personel berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN)
sebanyak 105 orang, dengan rincian sesuai tabel berikut:
Tabel I.1
Personel ASN Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
Gambar I.2
Personel Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
No Uraian Jenjang Pendidikan Jumlah
Orang < S1 S1 S2 S3
1. Deputi Bidang Penerapan Standar
dan Akreditasi - - 1 - 1
2. Pusat Sistem Penerapan Standar - 23 6 1 30
3. Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi 2 21 5 - 28
4. Pusat Akreditasi Laboratorium dan
Lembaga Inspeksi 2 36 8 - 46
Jumlah 4 80 20 1 105
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 14
I.5 PERAN STRATEGIS
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi memiliki peranan penting dalam
pencapaian visi dan misi Badan Standardisasi Nasional serta tujuan-
tujuan Standardisasi Nasional sesuai dengan Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku. Sistem Penerapan Standar dan Akreditasi
pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang diperlukan untuk
memastikan bahwa SNI yang telah ditetapkan dapat dimanfaatkan
oleh stakeholder dan masyarakat secara luas.
SNI hanya akan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
bila SNI tersebut diterapkan, baik secara wajib maupun sukarela.
Sedangkan akreditasi diperlukan untuk memastikan secara formal
kompetensi laboratorium, lembaga inspeksi dan lembaga sertifikasi
yang melakukan penilaian kesesuaian terhadap barang maupun jasa
untuk memastikan kesesuaiannya dengan persyaratan yang
ditetapkan di dalam SNI. Standar Nasional untuk Satuan Ukuran
diperlukan untuk memastikan bahwa proses pengukuran yang sangat
mempengaruhi hasil-hasil penilaian kesesuaian tersebut tertelusur
kepada sistem satuan internasional. Ketiga unsur tersebut, yaitu standar,
penilaian kesesuaian dan metrologi merupakan Infrastruktur Mutu
Nasional untuk memfasilitasi pengakuan terhadap mutu produk-produk
nasional.
Di samping itu, dengan telah dimulainya implementasi ASEAN
Economic Community (AEC) sejak akhir tahun 2015, serta
pengembangan ASEAN plus one FTA dengan negara-negara yang
berpotensi menjadi partner perkembangan ekonomi ASEAN, maka
peranan Infrastruktur Mutu Nasional menjadi semakin besar. Common
Rules of Standards and Conformance, yang merupakan salah satu dari
pilar utama yang diperlukan untuk dapat mewujudkan aliran barang
secara bebas di pasar ASEAN, perlu dipertimbangkan sebagai basis
pengembangan Infrastruktur Mutu Nasional sehingga Indonesia
mampu memenuhi kewajibannya untuk melindungi kepentingan publik
dan lingkungan ASEAN dan mendorong daya saing AEC untuk bersaing
dengan aliansi ekonomi dunia lainnya. Hal tersebut mengingat
Indonesia memegang peranan dan memiliki potensi untuk memperoleh
manfaat dan sekaligus potensial untuk mengalami resiko yang terbesar
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 15
dari pasar tunggal dan basis produksi ASEAN karena jumlah penduduk
dan luas wilayahnya.
Dimulainya perundingan kerjasama bilateral antara Indonesia
dengan mitra dagang strategis seperti Uni Eropa, Jepang, Australia dan
lain-lain melalui mekanisme Comprehensive Economic Partnership
Agreement (CEPA) juga sangat memerlukan dukungan kesiapan
standardisasi dan penilaian kesesuaian nasional dalam
mengimplementasikan chapter technical barrier to trade yang
tertuang dalam CEPA. Dua hal utama yang diperlukan adalah
kesiapan Indonesia dalam mengimplementasikan standar dan
prosedur penilaian kesesuaian yang disepakati dalam CEPA tersebut.
Tabel I.2
Potensi dan Permasalahan Deputi Bidang Penerapan Standar
dan Akreditasi
POTENSI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
1. Penerapan SNI
dapat memberi
kontribusi dalam
perlindungan
publik dari aspek
kesehatan,
keamanan dan
keselamatan
serta pelestarian
lingkungan
hidup
2. Penerapan SNI
dapat
menaikkan daya
saing prduk
nasional di pasar
domestik
maupun global
3. Pemrosesan
akreditasi LPK
melalui program
akreditasi online
“Komite
Akreditasi
Nasional
1. Masih perlunya
koordinasi antar
intansi K/L dalam
program
pembinaan untuk
mendorong
penerapan SNI bagi
pelaku usaha,
terutama UMK untuk
mendorong produk
UKM yang telah ber-
SNI di desa masuk ke
pasar retail modern
dan mendorong
produk UKM yang
telah memenuhi SNI
dapat memperluas
distribusinya ke luar
negeri.
2. Masih perlunya
koordinasi antar
instansi
pemerintahan
dalam rangka
penerapan produk -
produk ber-SNI
terutama SNI Wajib.
1. Diperlukan penyusunan
atau review aturan
yang ditetapkan
sebelumnya seperti
penyusunan aturan
terkait lisensi tanda SNI
dan revisi PSN 301
tentang Pedoman
Pemberlakuan SNI
secara Wajib
2. Perbaikan sistem
penerapan standar
melalui skema
penerapan standar
dan pengaturan
pemberian lisensi
tanda SNI untuk SNI
yang diterapkan
sukarela
3. Koordinasi dengan
Kementerian/Lembaga
dalam implementasi
PSN 301, diantaranya
dalam penetapan
Program Nasional
Penerapan Standar
(PNRT), penyusunan
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 16
POTENSI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
Management
Information
System“
(KANMIS)
4. Meningkatnya
permintaan
akreditasi LPK
oleh stakeholder
5. LPK yang
kompeten
setelah
diakreditasi KAN
6. Kebutuhan
skema akreditasi
baru yang terus
meningkat
3. Masih lemahnya
penegakan hukum
bagi pelaku usaha
yang melanggar
ketentuan praktek
penerapan standar,
sehingga dapat
merugikan pelaku
usaha yang
sungguh-sungguh
telah menerapkan
standar;
4. Kurangnya
infrastruktur
penilaian kesesuaian
baik lembaga
sertifikasi produk,
laboratorium penguji
dan laboratorium
kalibrasi yang
terdistribusi secara
merata di wilayah
Indonesia, sehingga
menyulitkan pelaku
usaha dalam proses
pengujian dan
sertifikasi dan
berdampak biaya
tinggi.
draft regulasi teknis
maupun persiapan
notifikasi ke TBT-WTO
4. Peningkatan sumber
daya manusia
eksternal (Asesor,
panitia teknis) dengan
melakukan refreshing
course Asesor,
pelatihan Asesor, serta
sosialisasi yang terkait
dengan persyaratan
akreditasi
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 17
BAB II PERENCANAAN KINERJA
II.1 PERENCANAAN STRATEGIS
II.1.1 Visi dan Misi
umusan visi dan misi Deputi Bidang Penerapan Standar dan
Akreditasi sesuai Rencana Strategis (Renstra) Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi Tahun 2015-2019 adalah
sebagai berikut.
VISI
"Terwujudnya penerapan standar dan penilaian kesesuaian yang
handal untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa”
MISI
Sejalan dengan visi tersebut di atas, maka misi Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi adalah memberikan kontribusi nyata
dalam melaksanakan kegiatan penerapan standar dan akreditasi
untuk mendukung pembangunan di bidang standardisasi yaitu:
1) Meningkatkan kemampuan lembaga penilaian kesesuaian (LPK)
dan organisasi/industri dalam menerapkan Standar Nasional
Indonesia
2) Mengembangkan dan menguatkan sistem penilaian kesesuaian
untuk memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan baik di
tingkat nasional maupun untuk akses ke pasar internasional
R
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 18
3) Memfasilitasi pengoperasian layanan akreditasi lembaga
penilaian kesesuaian
4) Mengkoordinasi pengelolaan standar nasional untuk satuan
ukuran guna memastikan ketertelusuran metrologi nasional ke
sistem internasional
5) Meningkatkan kerjasama nasional, bilateral, regional dan
internasional di bidang sistem penerapan standar dan penilaian
kesesuaian.
II.1.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan merupakan sesuatu apa yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahunan.
Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi
serta didasarkan pada isu-isu dan analisis strategis, serta mengarahkan
perumusan sasaran, kebijakan, program, dan kegiatan dalam
rangka merealisasi misi. Tujuan yang dirumuskan berfungsi juga untuk
mengukur sejauh mana visi dan misi Deputi Bidang Penerapan
Standar dan Akreditasi telah dicapai mengingat tujuan dirumuskan
berdasarkan visi dan misi organisasi.
Rumusan tujuan Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
adalah sebagai berikut:
TUJUAN
1) Meningkatkan pemanfaatan SNI oleh pemangku kepentingan;
2) Meningkatkan jumlah LPK yang diakreditasi untuk mendukung
penerapan SNI;
3) Meningkatkan pengakuan sertifikat kesesuaian di tingkat
internasional;
4) Meningkatkan jumlah kemampuan pengukuran (CMC) yang
tertelusur dan diakui di tingkat internasional.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 19
Sasaran disini merupakan sasaran di lingkungan Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi selaku Unit Teknis di lingkungan BSN.
Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi dituntut agar dapat
mengikuti perkembangan dan dinamika di lingkungan BSN untuk
meningkatkan kualitas, produktivitas dan kinerja pelaksanaan fungsi
BSN. Untuk itu, pencapaian kinerja Deputi Bidang Penerapan Standar
dan Akreditasi harus dapat dinilai dari aspek ketepatan penentuan
sasaran strategis, indikator kinerja, ketepatan target dan keselarasan
antara kinerja output dan kinerja outcome. Pada tahun 2018, sasaran
Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi telah dilakukan
penyempurnaan dalam rangka perbaikan berkelanjutan.
Berikut sasaran berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2018.
SASARAN
Sasaran sesuai Renstra Deputi Bidang Penerapan Standar dan
Akreditasi Tahun 2015-2019 :
1. Terwujudnya daya saing produk berstandar di pasar domestik dan
global
2. Meningkatnya efektivitas sistem standardisasi dan penilaian
kesesuaian
3. Meningkatkan pengelolaan akreditasi LPK (Lembaga Penilaian
Kesesuaian)
4. Meningkatkan efektifitas sistem penerapan SNI & penilaian
kesesuaian
5. Meningkatkan kemampuan pemangku kepentingan dalam
memenuhi persyaratan standar dan PK untuk tujuan ekspor
6. Memastikan ketersediaan skema akreditasi dan sertifikasi sesuai
kebutuhan pemangku kepentingan
7. Meningkatkan pengelolaan Standar Nasional Satuan Ukuran
(SNSU)
8. Meningkatkan pengelolaan kegiatan pembinaan SPK
9. Meningkatkan partisipasi penyusunan regulasi lintas sektoral
10. Meningkatkan tata kelola dan organisasi yang profesional di
Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 20
11. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi
12. Meningkatkan pengelolaan sarana dan prasarana penunjang
kinerja di Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
13. Meningkatkan kinerja pengelolaan anggaran
Sedangkan indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur
pencapaian tujuan Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2018 sebagai upaya
penyempurnaan adalah sebagai berikut:
1. % SNI yang digunakan oleh pelaku usaha
2. % pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI
3. Jumlah Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang diakreditasi
4. Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional
5. Persentase pemenuhan produk bertanda SNI terhadap
persyaratan SNI
6. Persentase penyelesaian penanganan pengaduan penerapan
SNI dan penilaian kesesuaian
7. Persentase pemenuhan kebutuhan fasilitas persyaratan standar
dan PK dalam rangka ekspor
8. Persentase ketersediaan skema akreditasi untuk memenuhi
pemangku kepentingan
9. Jumlah skema sertifikasi untuk memenuhi pemangku kepentingan
10. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan
diakui secara Internasional
11. Persentase LPK yang dibina dan mendapatkan akreditasi
12. Persentase pemenuhan permintaan yang difasilitasi
13. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi (Nilai PMPRB)
14. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN (Nilai LKE AKIP)
15. Nilai kepatuhan layanan publik
16. % ASN yang mengikuti program peningkatan kompetensi
17. Jumlah ASN yang menempuh pendidikan lanjutan
18. % Ketersediaan sarana dan prasarana berdasarkan rencana
kebutuhan BMN
19. % pemanfaatan BMN
20. % realisasi anggaran
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 21
II.2 PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja merupakan Pernyataan Kinerja atau Perjanjian
Kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja
tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi.
Perjanjian Kinerja dimanfaatkan oleh pimpinan instansi pemerintah
untuk menilai keberhasilan organisasi pada akhir tahun.
Sebagai upaya untuk terus melakukan perbaikan dalam
pengukuran kinerja, pada tahun 2018 telah dilakukan penyempurnaan
Indikator Kinerja Sasaran Deputi Bidang Penerapan Standar dan
Akreditasi sehingga indikator kinerja Perjanjian Kinerja Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi Tahun 2018 juga mengalami
perubahan. Berikut adalah Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penerapan
Standar dan Akreditasi tahun 2018 berdasarkan sasaran, indikator
kinerja dan target.
Tabel II.1
Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Penerapan Standar dan
Akreditasi Tahun 2018
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET
Customer Perspectives
1 Terwujudnya daya saing produk berstandar di pasar
domestik dan global
1 % SNI yang digunakan oleh pelaku usaha
5 %
2 Meningkatnya
efektivitas sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian
2 % pertumbuhan
industri/organisasi yang menerapkan SNI
2,5 %
3
Meningkatkan pengelolaan
akreditasi Lembaga Penilaian Kesesuaian
(LPK)
3 Jumlah Lembaga Penilaian
Kesesuaian (LPK) yang di akreditasi
1975 LPK
4 Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional
12 MRA
Internal Process Perspectives
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 22
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET
4 Meningkatkan
efektifitas sistem penerapan SNI & penilaian kesesuaian
5 Persentase
pemenuhan produk bertanda SNI terhadap
persyaratan SNI
70 %
6 Persentase
penyelesaian penanganan
pengaduan penerapan SNI dan penilaian
kesesuaian
100 %
5 Meningkatkan
kemampuan pemangku kepentingan dalam
memenuhi persyaratan standar
dan PK untuk tujuan ekspor
7 Persentase
pemenuhan kebutuhan fasilitas persyaratan
standar dan PK dalam rangka
ekspor
100 %
6 Memastikan
ketersediaan skema akreditasi dan
sertifikasi sesuai kebutuhan pemangku kepentingan
8 Persentase
ketersediaan skema akreditasi untuk
memenuhi pemangku kepentingan
100 %
9 Jumlah skema sertifikasi untuk
memenuhi pemangku kepentingan
75 ske-ma
7 Meningkatkan pengelolaan Standar
Nasional Satuan Ukuran (SNSU)
10 Jumlah kemampuan
pengukuran dan kalibrasi yang
tertelusur dan diakui secara Internasional
96 Kemam-puan
penguku-ran
8 Meningkatkan pengelolaan kegiatan
pembinaan SPK
11 Persentase LPK yang dibina dan
mendapatkan akreditasi
30 %
9 Meningkatkan partisipasi
12 Persentase pemenuhan
100 %
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 23
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET
penyusunan regulasi
lintas sektoral
permintaan yang
difasilitasi
Learning and Growth Perspectives
10
Meningkatkan tata
kelola dan organisasi yang profesional di Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi
13 Tingkat
pelaksanaan Reformasi Birokrasi (Nilai PMPRB)
83 nilai
14 Tingkat kualitas akuntabilitas
kinerja BSN (Nilai LKE AKIP)
70 nilai
15 Nilai kepatuhan layanan publik
104 nilai
11 Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di
Deputi Bidang Penerapan Standar
dan Akreditasi
16 % ASN yang mengikuti program peningkatan
kompetensi
100 %
17 Jumlah ASN yang
menempuh pendidikan lanjutan
5 orang
12 Meningkatkan pengelolaan sarana
dan prasarana penunjang kinerja di Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi
18 % Ketersediaan sarana dan
prasarana berdasarkan rencana kebutuhan
BMN
100 %
19 % pemanfaatan
BMN
100 %
13 Meningkatkan kinerja
pengelolaan anggaran
20 % realisasi
anggaran
≥95 %
Sebagaimana tercantum dalam tabel di atas, Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi pada tahun 2018 menetapkan
sebanyak tiga belas (13) sasaran dimana setiap sasaran memiliki
indikator kinerja sebagai acuan untuk mengukur keberhasilan atau
kegagalan pada setiap pelaksanaannya.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 24
Dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan, Deputi
Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi melaksanakan 3 kegiatan
dalam 1 program. Adapun keseluruhan program dan kegiatan tersebut
termasuk output yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut:
06 Program Pengembangan Standardisasi Nasional
1. 3554 - Peningkatan Akreditasi Laboratorium dan Lembaga
Inspeksi
2. 3555 - Peningkatan Akreditasi Lembaga Sertifikasi
3. 3561 - Peningkatan Penerapan Standar
3554 - Program Peningkatan Akreditasi Laboratorium dan Lembaga
Inspeksi
Sasaran kegiatan dari program ini adalah:
1. Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan
2. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI
3. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar
dan penilaian kesesuaian
4. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran
pengukuran
5. Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber
daya manusia, tata kelola dan organisasi PALLI yang profesional
Program Peningkatan Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi
melalui kegiatan yang menghasilkan output :
a. Output : Penilaian Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi.
Dalam rangka menghasilkan output ini, melaksanakan
komponen kegiatan sebagai berikut :
1. Menyusun Kebijakan Akreditasi Bidang Laboratorium dan
Lembaga Inspeksi.
- Menyusun kebijakan manajemen akreditasi laboratorium
dan lembaga inspeksi
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 25
- Menyusun kebijakan pengembangan sistem akreditasi
laboratorium dan lembaga inspeksi.
- Menyusun kebijakan peningkatan kemampuan
laboratorium penguji dan lemabga inspeksi.
- Menyusun kebijakan teknis akreditasi laboratorium dan
lembaga inspeksi.
2. Mengembangkan Asesor Bidang Laboratorium dan Lembaga
Inspeksi.
- Menyelenggarakan pelatihan asesor baru laboratorium
dan lembaga inspeksi
- Pemeliharaan kompetensi asesor dan panitia teknis.
- Menyelenggarakan pertemuan teknis laboratorium dan
lembaga inspeksi
3. Meningkatkan Pengakuan Regional dan Internasional
terhadap Skema Akreditasi Laboratorium dan Lembaga
Inspeksi
- Meningkatkan partisipasi dalam sidang akreditasi regional
dan internasional
4. Melaksanakan Layanan Akreditasi Laboratorium dan
Lembaga Inspeksi
- Melakukan koordinasi dan pengembangan layanan jasa
akreditasi laboratorium dan lembaga inspeksi.
- Melakukan layanan jasa akreditasi laboratorium dan
lembaga inspeksi
b. Output : Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU)
Dalam rangka menghasilkan output ini, melaksanakan
komponen kegiatan sebagai berikut :
1. Menyusun Kebijakan Pengembangan SNSU dan Metrologi
Nasional
- Menyusun kebijakan pengembangan SNSU dan metrologi
nasional.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 26
- Menyusun kebijakan peningkatan kemampuan
laboratorium kalibrasi, PUP dan medik.
- Menyusun kebijakan pengembangan ketertelusuran
metrologi dan penerapan ketidakpastian pengukuran.
2. Meningkatkan Pengakuan Internasional Terhadap
Kemampuan Pengkuran Metrologi Nasional.
- Melaksanakan international peer review untuk
kemampuan metrologi nasional
- Meningkatkan partisipasi dalam sidang metrologi regional
dan internasional.
c. Output : Laboratorium Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU)
Dalam rangka menghasilkan output ini, melaksanakan
komponen kegiatan:
1. Melaksanakan pembangunan Laboratorium Standar
Nasional Satuan Ukuran
3555 - Program Peningkatan Akreditasi Lembaga Sertifikasi
Sasaran Kegiatan Program Peningkatan Akreditasi Lembaga Sertifikasi
adalah:
1. Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan
2. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI
3. Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber
daya manusia, tata kelola dan organisasi PALS yang profesional
Kegiatan Peningkatan Akreditasi Lembaga Sertifikasi dilakukan melalui
output “Penilaian Akreditasi Bidang Lembaga Sertifikasi”. Dalam rangka
menghasilkan output ini, melaksanakan komponen kegiatan sebagai
berikut:
1. Melaksanakan pemeliharaan dan pengembangan skema
akreditasi lembaga sertifikasi
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 27
2. Meningkatkan layanan akreditasi lembaga sertifikasi
3. Mempertahankan Pengakuan Internasional dan Regional
Terhadap Sistem Akreditasi dan Sertifikasi Bidang Sistem
Manajemen, Produk dan Personel
3561 - Peningkatan Penerapan Standar
Program Peningkatan Penerapan Standar melalui :
1. Pengembangan Skema Penerapan Standar dengan
melaksanakan komponen kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan pengelolaan manajemen teknis penerapan
standar
2. Melaksanakan pengelolaan standar pangan internasional
3. Melaksanakan pengelolaan fungsi Designating Body di tingkat
ASEAN
4. Melaksanakan penanganan pengaduan penerapan standar
5. Melaksanakan penyusunan skema penerapan standar
6. Melaksanakan koordinasi adopsi Standar Nasional Indonesia
menjadu regulasi teknis
7. Melaksanakan pemantauan penerapan Standar Nasional
Indonesia
2. Peningkatan Prasarana Penerapan Standar dengan
melaksanakan komponen kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan penyusunan panduan sistem jaminan mutu
penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI)
2. Melaksanakan fasilitasi organisasi dalam penerapan Standar
Nasional Indonesia (SNI)
3. Melakukan pemetaan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK)
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
4. Melakukan penanganan Sub Komite Pengelola Penilaian
Kesesuaian
5. Melakukan penanganan pengembangan jaringan Lembaga
Penilaian Kesesuaian di tingkat regional (WG 2 ACCSQ)
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 28
6. Melakukan peningkatan kompetensi Lembaga Penilaian
Kesesuaian (LPK)
7. Melaksanakan pengelolaan Lembaga Penilaian Kesesuaian
(LPK) bidang elektronika di tingkat internasional (IECEEE CB
Scheme)
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 29
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
kuntabilitas kinerja adalah pertanggungjawaban kinerja
instansi dalam mencapai tujuan dan sasaran strategis
instansi dan digunakan sebagai dasar untuk menilai
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan
visi dan misi lembaga.
Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi berkewajiban
untuk melaporkan akuntabilitas kinerja melalui penyajian Laporan
Kinerja. Laporan Kinerja tersebut menggambarkan tingkat keberhasilan
dan kegagalan selama kurun waktu 1 (satu) tahun berdasarkan
sasaran, program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Untuk
mendukung pencapaian kinerjanya, Deputi Bidang Penerapan Standar
dan Akreditasi telah melaksanakan beberapa aktivitas kegiatan yang
disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya. Pelaksanaan aktivitas
kegiatan tersebut selanjutnya dituangkan dalam Laporan Kinerja
Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi Tahun 2018.
III.1 CAPAIAN KINERJA
Pencapaian kinerja adalah hasil kerja yang dicapai organisasi
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya dalam rangka
mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Dalam rangka mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran untuk mewujudkan visi dan misi Deputi
Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi, maka telah ditetapkan
sasaran dan target kinerja. Sasaran dan target kinerja tersebut dicapai
melalui pelaksanaan program dan kegiatan serta aktivitas kegiatan
sebagaimana telah disampaikan pada Bab II. Pencapaian masing-
masing sasaran dan target yang terkait Deputi Bidang Penerapan
Standar dan Akreditasi yang direncanakan dalam Tahun 2018
berdasarkan Perjanjian Kinerja, dapat dilihat pada tabel berikut.
A
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 30
Tabel III.1
Pencapaian Kinerja Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
Tahun 2018
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Reali-
sasi %
Capaian
Customer Perspectives
1 Terwujudnya
daya saing produk berstandar di
pasar domestik dan global
1 % SNI yang
digunakan oleh pelaku usaha
5 % 6,2 100
2 Meningkatnya efektivitas sistem standardisasi
dan penilaian kesesuaian
2 % pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan
SNI
2,5 % 5,7 100
3
Meningkatkan pengelolaan
akreditasi Lembaga Penilaian
Kesesuaian (LPK)
3 Jumlah Lembaga Penilaian
Kesesuaian (LPK) yang diakreditasi
1975 LPK 2019 100
4 Jumlah pengakuan
akreditasi secara internasional
12 MRA 12 100
Internal Process Perspectives
4 Meningkatkan efektifitas sistem
penerapan SNI & penilaian kesesuaian
5 Persentase pemenuhan produk
bertanda SNI terhadap persyaratan SNI
70 % 66,2 94,6
6 Persentase penyelesaian
penanganan pengaduan
penerapan SNI dan penilaian kesesuaian
100 % 100 100
5 Meningkatkan kemampuan
pemangku
7 Persentase pemenuhan
kebutuhan fasilitas
100 % 100 100
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 31
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Reali-
sasi %
Capaian
kepentingan
dalam memenuhi persyaratan standar dan
penilaian kesesuaian untuk tujuan
ekspor
persyaratan
standar dan penilaian kesesuaian dalam
rangka ekspor
6 Memastikan
ketersediaan skema akreditasi
dan sertifikasi sesuai kebutuhan
pemangku kepentingan
8 Persentase
ketersediaan skema akreditasi untuk
memenuhi pemangku kepentingan
100 % 97 97
9 Jumlah skema sertifikasi untuk
memenuhi pemangku kepentingan
75 ske-ma
75 100
7 Meningkatkan pengelolaan
Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU)
10 Jumlah kemampuan
pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan
diakui secara Internasional
96 Kemam-puan
penguku-
ran
118 100
8 Meningkatkan
pengelolaan kegiatan pembinaan SPK
11 Persentase LPK
yang dibina dan mendapatkan akreditasi
30 % 36,11 100
9 Meningkatkan partisipasi
penyusunan regulasi lintas sektoral
12 Persentase pemenuhan
permintaan yang difasilitasi
100 % 100 100
Learning and Growth Perspectives
10
Meningkatkan
tata kelola dan organisasi yang professional di
13 Tingkat
pelaksanaan Reformasi Birokrasi (Nilai PMPRB)
83 nilai 87,22 100
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 32
SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Reali-
sasi %
Capaian
Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi
14 Tingkat kualitas
akuntabilitas kinerja BSN (Nilai LKE AKIP)
70 nilai 63,90 91,3
15 Nilai kepatuhan layanan publik
104 nilai 108 100
11 Meningkatkan kompetensi
sumber daya manusia di Deputi Bidang
Penerapan Standar dan
Akreditasi
16 % ASN yang mengikuti program
peningkatan kompetensi
100 % 100 100
17 Jumlah ASN yang
menempuh pendidikan lanjutan
5 orang 5 100
12 Meningkatkan pengelolaan
sarana dan prasarana penunjang
kinerja di Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi
18 % Ketersediaan sarana dan
prasarana berdasarkan rencana kebutuhan
BMN
100 % 100 100
19 % pemanfaatan
BMN
100 % 100 100
13 Meningkatkan kinerja
pengelolaan anggaran
20 % realisasi anggaran
≥95 % 99,62 100
Berdasarkan tabel di atas, berikut diuraikan capaian kinerja
Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi untuk masing-masing
sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja.
Pencapaian sasaran tersebut dijelaskan sebagai berikut:
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 33
SASARAN
1
Terwujudnya daya saing produk berstandar di
pasar domestik dan global
Tabel III.1
Capaian Kinerja Sasaran 1
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018 Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
SNI yang digunakan
oleh pelaku usaha
% - - 5 5 6,2 100 6 100
Rata-rata capaian Sasaran 100
*) Bagi % capaian indikator kinerja di atas 100%, untuk kepentingan rata-rata capaian dihitung
maksimal 100% (batas toleransi).
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran
“terwujudnya daya saing produk berstandar di pasar domestik dan
global” terdiri dari satu indikator kinerja yaitu “% SNI yang digunakan
oleh pelaku usaha”. Capaian kinerja untuk indikator kinerja tersebut
rata-rata capaian sebesar 100%.
Indikator Kinerja 1: SNI yang digunakan oleh pelaku usaha
Indikator ini dihitung dengan formula:
Jumlah SNI yang digunakan oleh pelaku usaha untuk
mengembangkan bisnis dan pangsa pasarnya
--------------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah SNI (Produk, Sistem dan Proses)
Sesuai visi dan misi Presiden RI yang dituangkan dalam Program
Nawa Cita, Presiden berjanji untuk melakukan aksi Berdikari dalam
Bidang Ekonomi. Dalam Program Aksi ke-15 dinyatakan bahwa Presiden
berkomitmen untuk mengembangkan kapasitas perdagangan
nasional, pada butir ke-4, melalui “Implementasi dan pengembangan
Standar Nasional Indonesia (SNI) secara konsisten untuk mendorong
daya saing produk nasional dalam rangka penguasaan pasar domestik
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 34
dan penetrasi pasar internasional serta melindungi pasar domestik dari
barang-barang berstandar rendah”.
Dari rencana aksi tersebut, diyakini bahwa penerapan SNI akan
mampu meningkatkan daya saing produk nasional agar mampu
bersaing di pasar internasional dan mampu melindungi masyarakat dari
produk yang membahayakan keselamatan, kesehatan, dan
keamanan penggunanya, serta meningkatkan daya saing produk
domestik di pasarnya sendiri.
Baseline diambil dari jumlah SNI yang digunakan oleh pelaku
usaha pada tahun 2017 yang dihitung dari keputusan lingkup akreditasi
KAN baik akreditasi yag sudah ada maupun perluasan lingkup produk.
Didapatkan 795 SNI dalam ruang lingkup akreditasi Lembaga Sertifikasi
Produk yang ditetapkan sebagai baseline perhitungan kinerja. Untuk
mencapai target 5% jumlah SNI yang digunakan oleh pelaku usaha
pada tahun 2018, maka ditetapkan target indikator 1 yaitu sebanyak
835 SNI yang digunakan oleh pelaku usaha. Dalam rangka monitoring
capaian, maka ditetapkan target tiap triwulan yaitu Target TW I = 805,
TW II = 815, TW III = 825, TW IV = 835.
Sampai dengan 31 Desember 2018, terdapat 844 SNI yang
digunakan oleh KAN yang menjadi lingkup akreditasi Lembaga
Sertifikasi Produk. Sehingga realisasi output indikator ini adalah 101,1%.
Sumber data adalah direktori ruang lingkup akreditasi Lembaga
Sertifikasi Produk yang dapat diakses pada laman www.bsn.go.id
SASARAN
2
Meningkatnya Efektivitas Sistem Standardisasi
dan Penilaian Kesesuaian
Tabel III.2
Capaian Kinerja Sasaran 2
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018 Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
Pertumbuhan
industri/organisasi yang
menerapkan SNI
% - - 2,5 2.5 5,7 100 3 100
Rata-rata capaian Sasaran 100
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 35
*) Bagi % capaian indikator kinerja di atas 100%, untuk kepentingan rata-rata capaian dihitung
maksimal 100% (batas toleransi).
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran
“Meningkatnya Efektivitas Sistem Standardisasi dan Penilaian
Kesesuaian” terdiri dari satu (1) indikator kinerja. Capaian kinerja untuk
indikator kinerja tersebut rata-rata capaian sebesar 100%.
Indikator Kinerja 2: Pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan
SNI
Sasaran 2 ini dihitung dengan formula:
(Jumlah industri/organisasi yg menerapkan SNI
periode/thn berjalan) - (Jumlah industri/organisasi yg
menerapkan SNI periode/thn seblmnya)
----------------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah industri/organisasi yg menerapkan SNI
periode/thn seblmnya
Sertifikat kesesuaian merupakan bukti kesesuaian suatu Barang,
Jasa, Sistem, Proses, atau Personal telah memenuhi SNI. Sertifikat
kesesuaian diberikan oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang
diakreditasi KAN kepada pelaku usaha, khususnya industri/organisasi,
setelah melalui proses penilaian kesesuaian terhadap persyaratan SNI.
Semakin banyak jumlah sertifikat kesesuaian yang diberikan oleh LPK
menunjukkan bahwa penggunaan SNI oleh pelaku usaha telah semakin
meningkat.
Baseline jumlah industri/organisasi yg menerapkan SNI diambil
dari data seluruh klien lembaga sertifikasi yang menerapkan SNI pada
tahun 2017, yaitu berjumlah 13.070. Data tersebut didapatkan dari
laporan berkala klien Lembaga Sertifikasi kepada KAN. Sampai dengan
31 Desember 2018, sebanyak 13.819 industri/organisasi yang
menerapkan SNI. Hal ini berarti target indikator 2 telah berhasil
dilampaui yaitu sebesar 5,7% atau lebih dari 200% dari target indikator.
Salah satu faktor keberhasilan pencapaian target ini adalah
kontribusi bimbingan penerapan SNI kepada industri/pelaku usaha dan
bimbingan penerapan SNI kepada organisasi, skema akreditasi baru
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 36
seperti akreditasi LS Halal serta upaya memberikan dorongan kepada
pelaku usaha untuk meningkatkan kesadaran memproduksi produk
berdasarkan SNI dan kepada masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran menggunakan produk ber-SNI.
Tabel III.2.1
Perkembangan industri/organisasi yang menerapkan SNI dari
tahun 2016 sd 2018
No Lingkup SNI
Year
2016 2017 2018
1. LS* Produk 2.982 3.082 1.560
2. LS Organik 355 319 288
3. LS Halal - - 3.314
4. LS Sistem Manajemen Lingkungan 438 775 650
5. Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari - - 223
6. LS Ekolabel 7 7 9
7. Lembaga Verfikasi/Validasi Gas Rumah Kaca - - 5
8. LS Sistem Manajemen Energi - - 6
9. Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu - - 2.257
10. LS Sistem Manajemen mutu 5.990 5.691 4.961
11. LS Sistem Manajemen Keamanan Pangan 196 198 198
12. LS Hazzard Analytical Critical Control Point 91 157 171
13. LS Sistem Manajemen Keamanan Informasi 39 113 88
14. LS Sistem Manajemen Alat Kesehatan 10 11 17
15. LS Sistem Manajemen Anti Penyuapan - - 72
Total 10.114 10.372 13.819
Keterangan: *LS : Lembaga sertifikasi
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 37
SASARAN
3
Meningkatkan Pengelolaan Akreditasi LPK
(Lembaga Penilaian Kesesuaian)
Tabel III.3
Capaian Kinerja Sasaran 3
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018 Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
Jumlah Lembaga
Penilaian Kesesuaian
(LPK) yang di akreditasi
LPK 1.352 1.641 1.823 1975 2019 100 2175 92,8
Jumlah pengakuan
akreditasi secara
internasional
MRA 6 6 7 7 7 100 8 87,5
Rata-rata capaian Sasaran 100
*) Bagi % capaian indikator kinerja di atas 100%, untuk kepentingan rata-rata capaian dihitung
maksimal 100% (batas toleransi).
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran 3 terdiri dari
dua (2) indikator kinerja. Capaian kinerja untuk indikator kinerja tersebut
rata-rata capaian sebesar 100%. Berikut disampaikan rincian capaian
indikator kinerja sasaran 3.
Indikator Kinerja 3: Jumlah Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang
diakreditasi
Indikator ini dihitung dengan menghitung jumlah Lembaga Penilaian
Kesesuaian (LPK) yang diakreditasi oleh KAN secara kumulatif.
Untuk memastikan kesesuaian barang, jasa, proses, sistem atau
personal sesuai dengan persyaratan SNI, maka diperlukan kegiatan
penilaian kesesuaian. Kegiatan penilaian kesesuaian dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi KAN, baik laboratorium penguji, laboratorium
kalibrasi, laboratorium medik, lembaga inspeksi ataupun lembaga
sertifikasi. Oleh karena itu, peranan LPK sangat diperlukan dalam
kegiatan penerapan SNI.
Pertumbuhan LPK yang diakreditasi mengindikasikan semakin
besarnya pasar sertifikasi di Indonesia dan semakin sadarnya
masyarakat dan pelaku usaha akan pentingnya sertifikasi pada
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 38
kelangsungan usaha dan perlindungan pada kesehatan, keamanan
dan lingkungan hidup.
Gambar III.1
Logo KAN sebagai tanda bahwa lembaga penilaian kesesuaian
diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional
Sampai dengan 31 Desember 2018, sebanyak 2019 LPK
diakreditasi. Realisasi ini telah melampaui target yaitu 1975 LPK, yang
berarti capaian kinerja Deputi Bidang Penerapan Standar dan
Akreditasi sebesar 103%. Kontribusi keberhasilan ini adalah semakin
Gambar III.2
Jumlah Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 39
banyaknya skema akreditasi yang dikembangkan dan dioperasikan
oleh KAN baik karena mengikuti pasar sertifikasi yang ada di
internasional maupun respon dari permintaan pemerintah maupun
pemangku kepentingan lain serta semakin banyaknya kebutuhan
sertifikasi untuk menunjang kebutuhan industri dan kebijakan
pemerintah.
Gambar III.3
Jumlah Akreditasi Lembaga Sertifikasi per Skema Akreditasi
Sampai dengan 31 Desember 2018, belum ada Produsen Bahan
Acuan, Lembaga Sertifikasi Manajemen Bioresiko Laboratorium,
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen K3 dan Lembaga Sertifikasi
Keamanan Rantai Pasok yang diakreditasi meskipun skema
akreditasinya sudah dioperasikan. Sementara itu akreditasi Lembaga
Inspeksi mengalami kenaikan signifikan disebabkan karena dorongan
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 40
permintaan pelanggan atas akreditasi sebagai bukti kompetensi serta
adanya regulasi yang mewajibkan akreditasi sebagai persyaratan
kompetensi. Beberapa peraturan yang mewajibkan atau mendorong
adanya persyaratan akreditasi dari regulator adalah:
Permendag No. 46/M-DAG/PER/8/2014 tentang Ketentuan
Umum Verifikasi atau Ketertelusuran Teknis di Bidang
Perdagangan
Permen ESDM No 38 tahun 2018 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Instalasi dan Peralatan Pada Kegiatan Usaha
Minyak dan Gas Bumi
Permen Kelautan dan Perikanan no. PER.19/MEN/2010 tentang
Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan
Data lengkap perkembangan akreditasi lembaga penilaian
kesesuaian disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.I. LPK yang diakreditasi KAN
No. Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) Tahun
2016 2017 2018
1. Laboratorium Penguji 1072 1170 1296
2. Laboratorium Kalibrasi 230 249 274
3. Lembaga Inspeksi 53 80 91
4. Laboratorium Medik 49 55 64
5. Lembaga Penyelenggara Uji Profisiensi 11 13 17
6. Produsen Bahan Acuan - - -
7. Lembaga Sertifikasi Produk 47 59 69
8. Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu 22 25 25
9. Lembaga Sertifikasi Personel 7 11 16
10. Lembaga Sertifikasi Organik 8 8 9
11. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen 36 40 46
12. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Keamanan Pangan 8 8
8
13. Lembaga Sertifikasi HACCP 8 8 8
14. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen
Kemanan Informasi 2 4
6
15. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu Alat Kesehatan 2 2
2
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 41
No. Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) Tahun
2016 2017 2018
16. Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata 52 49 37
17. Lembaga Sertifikasi Halal 0 0 1
18. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Anti Penyuapan 0 2
6
19. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Lingkungan 16 20
21
20. Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari 13 14
14
21. Lembaga Sertifikasi Ekolabel 2 2 2
22. Lembaga Validasi dan Verifikasi Gas
Rumah Kaca 2 3
3
23. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen
Energi 1 1
2
24. Lembaga Sertifikasi PPIU - - 2
25. Lembaga Sertifikasi SMK3 - - -
26. Lembaga Sertifikasi SMKRP - - -
27. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen
Bioresiko Laboratorium - -
-
Jumlah 1641 1815 2019
Pencapaian hasil tersebut tidak terlepas dari upaya-upaya yang telah
dilakukan, antara lain:
Fasilitasi peningkatan kompetensi LPK untuk meningkatkan
kemampuan LPK dan calon LPK dalam memahami persyaratan
akreditasi. Tujuan utama kegiatan ini adalah semakin
bertambahnya jumlah LPK yang memiliki ruang lingkup akreditasi
semakin bertambah dan semakin merata penyebarannya
sehingga akan meningkatkan aksesibilitas pelaku usaha dan
organisasi dalam menerapkan SNI.
Pelaksanan layanan akreditasi LPK yang profesional, khususnya
terhadap efisiensi waktu proses layanan akreditasi LPK
Peningkatan jumlah dan kompetensi SDM yang terkait dengan
pelaksanaan akreditasi LPK.
Pengembangan ruang lingkup skema akreditasi sesuai dengan
kebutuhan stakeholder.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 42
Indikator Kinerja 4: Jumlah pengakuan akreditasi secara internasional
Indikator ini dihitung dengan menghitung jumlah pengakuan akreditasi
LPK yang diakui secara internasional, dimana data didapat dari mutual
recognition arrangement (MLA/MRA).
Untuk meningkatkan keberterimaan tersebut, Indonesia dalam
hal ini diwakili oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan
sekretariatnya yang berada di bawah Deputi Bidang Penerapan
Standar dan Akreditasi menjadi anggota di forum akreditasi tingkat
regional yaitu Pacific Accreditation Cooperation (PAC) dan di tingkat
internasional menjadi anggota International Accreditation Forum (IAF).
KAN juga menjadi anggota di forum akreditasi tingkat regional yaitu
Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation (APLAC) dan
International Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC).
Akreditasi laboratorium dan lembaga inspeksi telah
mendapatkan pengakuan internasional berupa Mutual Recognition
Arrangement (MRA) dari organisasi Asia Pacific Laboratory
Accreditation Cooperation (APLAC) dan International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC) di bidang sistem akreditasi
laboratorium penguji, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik,
penyelenggara uji profisiensi dan lembaga inspeksi. Sementara itu
akreditasi lembaga sertifikasi juga telah mendapatkan Multilateral
Recognition Arrangement (MLA) dengan organisasi Pacific
Accreditation Cooperation (PAC) dan International Accreditation
Forum (IAF) untuk lingkup lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu,
lembaga sertifikasi sistem manajemen lingkungan, lembaga sertifikasi
produk, lembaga sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan,
lembaga sertifikasi sistem manajemen energy, lembaga sertifikasi sistem
manajemen keamanan informasi dan lembaga sertifikasi personel.
Melalui pengakuan MRA dan MLA ini akan meningkatkan
keberterimaan hasil uji, kalibrasi dan inspeksi serta sertifikat pelaku usaha
dalam transaksi internasional untuk mendukung daya saing produk
nasional.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 43
Gambar III.4
Simbol ILAC MRA dan IAF MRA sebagai tanda keberterimaan global
dari hasil penilaian kesesuaian
Tujuan utama dari MLA adalah membangun pengaturan antar
badan akreditasi yang menjadi anggotanya untuk berkontribusi pada
kegiatan perdagangan dengan menghilangkan hambatan teknis
perdagangan dan meningkatkan keberterimaan di bidang penilaian
kesesuaian antar negara anggota IAF yang saat ini berjumlah 71
negara dan antar negara anggota ILAC yang saat ini berjumlah 103
negara.
Diharapkan dengan MLA/MRA sertifikat akreditasi dan sertifikasi
yang dikeluarkan oleh LPK yang diakreditasi oleh anggota MLA/MRA
diakui oleh anggota MLA/MRA lainnya, sesuai dengan tujuan MLA/MRA
yaitu satu sertifikat diterima di mana saja (certified once accepted
everywhere).
Sampai Desember tahun 2018, telah dilakukan pemeliharaan
dan pengembangan skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat
internasional (MRA/MLA), yaitu mencakup 12 skema dari 27 ruang
lingkup skema yang dioperasikan. Untuk akreditasi ISO/IEC 17043 belum
ada MRA di ILAC, serta akreditasi Information Security Management
Systems (ISMS) dan akreditasi Energy Management Systems (EnMS) juga
belum ada MLA di tingkat IAF. Untuk tahun 2019, akan diajukan evaluasi
untuk akreditasi lembaga validasi dan verifikasi dalam rangka
penambahan MLA di PAC.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 44
Detail MRA/MLA yang telah berhasil dicapai diuraikan pada
tabel berikut:
Table III.3.1 MLA PAC dan IAF
MLA MLA PAC MLA IAF
Quality Management Systems - QMS 24 Aug 2000 2 Sep 2002
Environmental Management Systems - EMS 08 Jul 2004 6 Oct 2007
Product 16 Jun 2009 19 Oct 2009
Food Safety Management Systems - FSMS 22 May 2013 21 Oct 2015
Persons 15 Jun 2016 26 Oct 2018
Information Security Management Systems
- ISMS
14 Dec 2017 -
Energy Management Systems - EnMS 14 Dec 2017 -
Table III.3.2 MLA APLAC dan ILAC
MRA MRA APLAC MRA ILAC
ISO/IEC 17025 Testing 22 May 2001 20 Jun 2001
ISO/IEC 17025 Calibration 13 Nov 2003 30 Dec 2003
ISO/IEC 17020 Inspection 09 Dec 2004 24 Oct 2012
ISO 15189 Medical 14 Mar 2013 14 Mar 2013
ISO/IEC 17043 PTP 21 Jun 2017 -
SASARAN
4
Meningkatkan Efektifitas sistem penerapan
SNI & penilaian kesesuaian
Tabel III.4
Capaian Kinerja Sasaran 4
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018 Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
Persentase pemenuhan
produk bertanda SNI
terhadap persyaratan
SNI
% 5
Jenis
produk
5
Jenis
produk
10
Jenis
produk
70 66,2 94,6 70 100
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 45
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018 Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
Persentase
penyelesaian
penanganan
pengaduan penerapan
SNI dan penilaian
kesesuaian
% 100 100 100 100 100 100 100 100
Rata-rata capaian Sasaran 97
*) Bagi % capaian indikator kinerja di atas 100%, untuk kepentingan rata-rata capaian dihitung
maksimal 100% (batas toleransi).
Untuk mengukur terwujudnya sasaran meningkatkan efektifitas
sistem penerapan SNI & Penilaian Kesesuaian digunakan 2 (dua)
indikator kinerja yaitu terkait dengan persentase pemenuhan produk
bertanda SNI terhadap persyaratan SNI dan persentase penyelesaian
penanganan pengaduan penerapan SNI dan penilaian kesesuaian.
Capaian kinerja untuk indikator kinerja tersebut rata-rata capaian
sebesar 97,35%. Berikut disampaikan rincian capaian indikator kinerja
sasaran 4.
Indikator kinerja 5 : % Pemenuhan produk bertanda SNI terhadap
persyaratan SNI
Indikator ini dihitung dengan formula
Jumlah sampel produk bertanda SNI yang memenuhi
persyaratan SNI
-----------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah sampel produk
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, pembuktian penerapan SNI
dilakukan melalui kegiatan penilaian kesesuaian. Barang, jasa, proses,
sistem dan personel yang telah memenuhi ketentuan/spesifikasi teknis
SNI dapat diberikan sertifikat dan atau dibubuhi tanda SNI. Sertifikasi
dilakukan oleh lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, lembaga
pelatihan atau laboratorium. Dalam hal ini, tanda SNI pada produk
dapat terjamin integritasnya apabila produk yang telah mendapatkan
sertifikat dan atau dibubuhi tanda SNI tersebut terbukti secara konsisten
memenuhi persyaratan SNI.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 46
Untuk memastikan penggunaan tanda SNI pada barang yang
beredar di pasar telah dilaksanakan sesuai ketentuan akreditasi dan
sertifikasi yang berlaku, maka diperlukan monitoring efektivitas
penerapan SNI melalui kegiatan Uji Petik. Sehubungan dengan hal
tersebut, pada tahun 2018, BSN berkoordinasi dengan
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dan stakeholder
terkait, melakukan kegiatan Uji Petik Efektivitas Penerapan SNI di
beberapa kota di Indonesia.
Kegiatan uji petik dilaksanakan di 20 kota di Indonesia, yaitu
Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang, Cirebon, Yogyakarta, Surabaya,
Banda Aceh, Palembang, Bengkulu, Jambi, Tarakan, Samarinda,
Pontianak, Manado, Mamuju, Makassar, Kendari, Mataram dan
Jayapura pada Bulan Maret 2018 sampai dengan Mei 2018, mencakup:
- Produk yang SNI-nya telah diberlakukan wajib, yaitu: (1) Lampu
swa-balast; (2) Ban mobil penumpang; (3) Mainan anak; dan (4)
Pupuk amonium sulfat (ZA).
- Produk yang telah menerapkan SNI secara sukarela, yang
ditandai dengan mencantumkan tanda SNI pada produk, yaitu:
(1) Minyak goreng sawit; (2) Aki untuk kendaraan bermotor
kategori L; dan (3) Kain tenun untuk setelan.
Terdapat perbedaan indikator kinerja yang diukur tahun 2015-
2017 dan 2018. Indikator yang digunakan sebelumnya adalah jumlah
jenis produk yang dimonitor penerapannya. Tahun 2015 dan 2016, yang
dimonitor penerapannya sebesar 5 jenis produk, sedangkan 2017
sebanyak 10 jenis produk. Selama kurun waktu tersebut target jumlah
jenis produk tersebut dicapai sebesar 100%. Mulai tahun 2018, indikator
kinerja diubah menjadi persentase pemenuhan produk bertanda SNI
terhadap persyaratan SNI dengan target sebesar 70%. Capaian
pemenuhannya adalah 66,28% produk yang memenuhi persyaratan
mutu SNI atau 94,69% dari target yang ditetapkan. Tahun 2019 Rencana
70% pemenuhan produk bertanda SNI terhadap persyaratan SNI
dengan target capaian 100%.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 47
Tabel III.4.1
Hasil Uji Petik Tanda SNI periode 2015 sd 2018
No Tahun Rencana
Capaian
(Produk yang
disampling)
Tingkat
Kesesuaian
terhadap SNI
1 2015 5 jenis produk
yang dimonitor
penerapannya
5 jenis produk (setrika
listrik, kabel listrik fleksibel,
pakaian bayi dan anak,
mi instan, dispenser)
63% Produk
memenuhi
persyaratan
mutu dalam SNI
2 2016 5 jenis produk
yang dimonitor
penerapannya
5 jenis produk (kotak
kontak, ban dalam
sepeda motor, tepung
terigu, mikser, beras)
47% Produk
memenuhi
persyaratan
mutu dalam SNI
3 2017 10 jenis produk
yang dimonitor
penerapannya
10 jenis produk (Gula
kristal putih, saklar, pelek
kendaraan bermotor
kategori L, selang
termoplastik elastomer
untuk kompor gas LPG,
ubin keramik, margarin,
biskuit, pemanggang
roti, cairan rem, kertas
cetak)
61% Produk
memenuhi
persyaratan
mutu dalam SNI
4 2018 7 jenis produk
yang dimonitor
penerapannya
7 jenis produk (Minyak
goreng, ban mobil
penumpang, lampu
swabalast, mainan anak,
pupuk ZA, aki kendaraan
bermotor dan kain tenun
untuk setelan)
66,28% Produk
memenuhi
persyaratan
mutu dalam SNI
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 48
Gambar. III.1 Persentase Tingkat Kesesuaian terhadap SNI dari Hasil Uji Petik
Tanda SNI Tahun 2015-2018
Realisai pemenuhan produk bertanda SNI terhadap persyaratan
SNI memang tidak mencapai target, namun ada peningkatan
pemenuhannya sejak tiga tahun terakhir, sebagaimana tercantum
pada Tabel III.4.1. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun belum semua
produk bertanda SNI yang beredar di pasar mampu mempertahankan
mutunya sesuai persyaratan SNI, peningkatan hasil uji petik ini dapat
menjadi salah satu indikator adanya perbaikan sistem penerapan
standar dan pengawasan produk di pasar. Sesuai amanat peraturan
perundang-undangan, hasil uji petik ini juga menjadi acuan dalam
menyusun rekomendasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
seperti Komite Akreditasi Nasional, instansi pembina, dan
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian yang
bertanggung jawab melakukan pengawasan pasar sebagai masukan
untuk tindak lanjut yang diperlukan.
Indikator Kinerja 6: % Penyelesaian penanganan pengaduan
penerapan SNI dan Penilaian Kesesuaian
Indikator ini dihitung dengan formula
Jumlah sampel produk bertanda SNI yang memenuhi
persyaratan SNI
-------------------------------------------------------------------------------------------X 100%
Jumlah sampel produk
Penanganan pengaduan terkait penerapan standar dilakukan
terhadap keluhan dan pengaduan yang diadukan secara langsung
kepada BSN maupun melalui media lainnya. Dalam menangani suatu
permasalahan, dilakukan kajian terhadap keluhan atau pengaduan
tersebut, dan apabila diperlukan maka dilakukan koordinasi dengan
Unit Kerja atau pihak terkait untuk menyusun rekomendasi penanganan
pengaduan.
Selama tahun 2018, telah diterima 110 aduan yang diterima
melalui telepon, surat, faksimili, e-mail, memo, dan aduan yang
disampaikan langsung. Seluruh pengaduan tersebut (100%) telah
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 49
ditindaklanjuti dengan menyampaikan informasi atau klarifikasi melalui
surat atau komunikasi langsung dengan pihak yang menyampaikan
aduan tersebut.
Penanganan pengaduan terkait penerapan standar tersebut
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. permintaan informasi mengenai ketersediaan standar;
2. permintaan keterangan status pemberlakuan standar;
3. permintaan informasi mengenai cara menerapkan SNI,
termasuk tata cara memperoleh sertifikat SNI, dan aturan impor;
4. permintaan penjelasan terkait isi/substansi standar;
5. masukan terkait isi standar;
6. pengaduan terkait penerapan SNI;
7. permintaan informasi lainnya.
Dengan terselesaikannya seluruh aduan yang diterima, maka
target persentase penyelesaian penanganan pengaduan dalam
penerapan standar pada tahun 2018 dapat dicapai 100%. Hasil
capaian ini juga sama dengan capaian kinerja tahun 2015-2017.
SASARAN
5
Meningkatkan kemampuan pemangku
kepentingan dalam memenuhi persyaratan
standar dan PK untuk tujuan ekspor
Tabel III.5
Capaian Kinerja Sasaran 5
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018 Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
% pemenuhan
kebutuhan fasilitas
persyaratan standar
dan PK dalam rangka
ekspor
% - - - 100 100 100 100 100
Rata-rata capaian Sasaran 100
*) Bagi % capaian indikator kinerja di atas 100%, untuk kepentingan rata-rata capaian dihitung
maksimal 100% (batas toleransi).
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran
meningkatnya kemampuan pemangku kepentingan dalam memenuhi
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 50
persyaratan standar dan penilaian kesesuaian untuk tujuan ekspor
terdiri dari 1 (satu) indikator kinerja. Capaian kinerja untuk indikator
kinerja tersebut rata-rata capaian sebesar 100%. Berikut disampaikan
rincian capaian indikator kinerja sasaran 5.
Indikator Kinerja 7: % Pemenuhan kebutuhan fasilitasi persyaratan
standar dan PK dalam rangka ekspor
Indikator ini dihitung dengan formula
Jumlah kebutuhan fasilitasi yang ditangani
------------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah kebutuhan dari pemangku kepentingan
Dalam rangka menghadapi globalisasi perdagangan, Indonesia
terus berupaya memanfaatkan berbagai instrument yang telah ada.
Pada tahun 2018 telah beberapa kali diadakan FGD serta sharing
knowledge dengan beberapa instansi terkait guna menjembatani
kegiatan fasilitasi pemenuhan standar dan penilaian kesesuaian dalam
rangka tujuan ekspor, diantaranya:
a. FGD dengan Kementerian Pertanian terkait kebijakan Sanitary dan
Phytosanitary (SPS) dan Unit lain di internal BSN terkait Technical
Barrier to Trade (TBT) dalam Perdagangan Internasional;
b. Workshop Pengembangan Diversifikasi dan Sertifikasi Produk Ekspor
yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan di Lampung,
Bandung dan Makassar.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 51
SASARAN
6
Memastikan ketersediaan skema akreditasi
dan sertifikasi sesuai kebutuhan pemangku
kepentingan
Tabel III.6
Capaian Kinerja Sasaran 6
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018 Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
% ketersediaan skema
akreditasi untuk
memenuhi pemangku
kepentingan
% 100 100 100 100 97 97 100 100
Jumlah skema
sertifikasi untuk
memenuhi pemangku
kepentingan
Skema - - 100 75 75 100 75 100
Rata-rata capaian Sasaran 98
*) Bagi % capaian indikator kinerja di atas 100%, untuk kepentingan rata-rata capaian dihitung
maksimal 100% (batas toleransi).
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran
Memastikan ketersediaan skema akreditasi dan sertifikasi sesuai
kebutuhan pemangku kepentingan terdiri dari 2 indikator kinerja.
Capaian kinerja untuk indikator kinerja tersebut rata-rata capaian
sebesar 98%. Berikut disampaikan rincian capaian indikator kinerja
sasaran 6.
Indikator Kinerja 8: % ketersediaan skema akreditasi untuk memenuhi
pemangku kepentingan
Indikator ini dihitung dengan formula:
Jumlah skema akreditasi dan sertifikasi yang
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pemangku
kepentingan
--------------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah skema akreditasi dan sertifikasi yang
dibutuhkanoleh pemangku kepentingan
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 52
Sesuai dengan perjanjian WTO tentang technical barrier to trade
dan sanitary phitosanitary yang menyatakan bahwa proses penilaian
kesesuaian dalam fungsinya sebagaimana di atas perlu saling diakui
untuk menghindari dan mencegah hambatan dalam perdagangan.
Oleh karena hal tersebut International Accreditation Forum (IAF) dan
Pacific Accreditation Cooperation (PAC) telah memfasilitasi untuk
pelaksanaan saling pengakuan proses penilaian kesesuaian melalui
penandatanganan MLA/MRA (multilateral agreement) badan
akreditasi yang mampu menerapkan proses akreditasi sesuai dengan
ketentuan internasional. Dengan adanya kesepakatan tersebut maka
rantai kepercayaan terhadap hasil penilaian kesesuaian mampu
memfasilitasi perdagangan nasional, regional maupun internasional.
Saat ini, Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
memiliki 27 skema akreditasi, dimana proses akreditasi tersebut
dilakukan oleh Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Sertifikasi
dan Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi. Pembagian tugas dan
kewenangan didalam melakukan proses akreditasi dapat dilihat
sebagai berikut:
a. Lembaga Sertifikasi Produk
Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro) adalah lembaga sertifikasi yang
diberikan kewenangan memberikan sertifikasi kepada industri
penerap SNI Produk. Operasional LS Pro dilakukan berdasarkan SNI
ISO/IEC 17065, DPLS 23 dan regulasi produk terkait .
- Lembaga Sertifikasi Produk berdasarkan GMP+
Selain mengembangkan Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro)
berdasarkan persyaratan SNI, KAN juga melayani akreditasi
untuk keberterimaan lembaga sertifikasi produk dengan
badan akreditasi luar negeri dengan menggunakan skema
GMP+. Operasional LS dilakukan berdasarkan ISO/IEC 17065.
b. Lembaga Sertifikasi Person
Lembaga Sertifikasi Person (LS Person) adalah lembaga sertifikasi
yang diberikan kewenangan memberikan sertifikasi kepada
person yang memenuhi persyaratan. Pengoperasian LS Person
didasarkan atas SNI ISO/IEC 17024 dan DLPS 23.
c. Lembaga Sertifikasi Organik
Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) adalah lembaga sertifikasi yang
diberikan kewenangan memberikan sertifikasi kepada industri
penerap SNI Sistem Pertanian Organik. Pengoperasian LSO
didasarkan atas SNI ISO/IEC 17065, DPLS 20 dan regulasi terkait.
d. Lembaga Pemeriksa Halal
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 53
Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) adalah lembaga sertifikasi yang
diberikan kewenangan memberikan sertifikasi kepada industri
penerap SNI Sistem Manajemen Halal (SNI 99001). Pengoperasian
LPH didasarkan atas SNI ISO/IEC 17065 dan DPLS 21
e. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu
KAN memberikan akreditasi terhadap Lembaga Sertifikasi Sistem
Manajemen Mutu (LS SMM) yang memberikan sertifikasi Sistem
Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO 9001:2005 dan SNI ISO
9001:2015. Akreditasi terhadap LSSM menggunakan acuan
standar:
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem
manajemen – Bagian 1: Persyaratan
- SNI ISO/IEC ISO/IEC TS 17021-3:2012 Penilaian kesesuaian –
Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi
sistem manajemen Bagian 3 : Persyaratan kompetensi untuk
audit dan sertifikasi sistem manajemen mutu
f. Lembaga Sertifikasi Hazard Analitycal Critical Control Point
(HACCP)
KAN memberikan akreditasi terhadap Lembaga Sertifikasi HACCP
yang memberikan sertifikasi SHACCP kepada industri penerap SNI
4852 Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis
berdasarkan:
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem
manajemen – Bagian 1: Persyaratan
- DPLS 05 Persyaratan Tambahan untuk Akreditasi Lembaga
Sertifikasi HACCP/SMKP
g. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan
(SMKP)
KAN memberikan akreditasi terhadap LS SMKP yang memberikan
sertifikasi kepada industri penerap SNI 22000 sistem keamanan
pangan, berdasarkan :
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem
manajemen – Bagian 1: Persyaratan
- SNI ISO/IEC 22003:2013 Sistem Manajemen Keamanan
Pangan- Persyaratan Lembaga Penyelenggara Audit dan
Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 54
h. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Informasi
(SMKI)
KAN memberikan akreditasi terhadap LS SMKI yang memberikan
sertifikasi kepada industri penerap SNI 27001 sistem keamanan
informasi, berdasarkan :
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem
manajemen – Bagian 1: Persyaratan
- SNI ISO/IEC 27006 Sistem Manajemen Keamanan Informasi-
Persyaratan Lembaga Penyelenggara Audit dan Sertifikasi
Sistem Manajemen Keamanan Informasi
i. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Rantai Pasok
(SMKRP)
KAN memberikan akreditasi terhadap LS SMKP yang memberikan
sertifikasi kepada industri penerap SNI 28000 Spesifikasi sistem
manajemen keamanan pada rantai pasokan berdasarkan :
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem
manajemen – Bagian 1: Persyaratan
- ISO 28003 Security management system for the supply chain –
Requirement for bodies providing audit and certification of
supply chain security management system
- DPLS 10 Persyaratan Tambahan untuk Akreditasi Lembaga
Sertifikasi SMKRP
j. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Alat Kesehatan (SMMAK)
KAN memberikan akreditasi terhadap LS SMAK yang memberikan
sertifikasi kepada industri penerap SNI ISO 13485:2003,Peralatan
kesehatan - Sistem manajemen mutu - Persyaratan untuk tujuan
regulasi, berdasarkan :
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem
manajemen – Bagian 1: Persyaratan
- DPLS 11 Persyaratan Tambahan untuk Akreditasi Lembaga
Sertifikasi SMMAK
k. Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata (LSUP)
KAN memberikan akreditasi terhadap LS UP yang memberikan
sertifikasi kepada usaha pariwisata. Akreditasi terhadap LSUP
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 55
menggunakan acuan :
- Peraturan Menteri Pariwisata No 1 tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata
- SNI ISO/IEC 17021:2011 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem
manajemen – Bagian 1: Persyaratan
l. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Biorisiko Laboratorium
(SMBL)
KAN memberikan akreditasi terhadap LSSMBL yang memberikan
sertifikasi kepada usaha pariwisata. Akreditasi terhadap LSSMBL
menggunakan acuan :
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem
manajemen – Bagian 1: Persyaratan
- DPLS 25 Rev 1 – Persyaratan tambahan bagi lembaga
sertifikasi sistem manajemen biorisiko laboratorium
m. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan (LSSMAP)
KAN memberikan akreditasi terhadap LSSMAP yang memberikan
sertifikasi kepada usaha pariwisata. Akreditasi terhadap LSSMAP
menggunakan acuan :
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem
manajemen – Bagian 1: Persyaratan
- SNI ISO/IEC TS 17021-9:2016 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem
manajemen – Bagian 9: Persyaratan kompetensi untuk audit
dan sertifikasi sistem manajemen anti penyuapan
n. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan
KAN memberikan akreditasi terhadap Lembaga Sertifikasi Sistem
Manajemen Lingkungan (LSSML) yang memberikan sertifikasi
Sistem Manajemen Lingkungan SNI ISO 14001:2005 dan SNI ISO
14001:2015.
Akreditasi terhadap LSSML menggunakan acuan standar :
- SNI ISO/IEC 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem
manajemen – Bagian 1: Persyaratan,
- SNI ISO/IEC TS 17021-2:2012 Penilaian kesesuaian –
Persyaratan lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 56
sistem manajemen Bagian 2 : Persyaratan kompetensi untuk
audit dan sertifikasi sistem manajemen lingkungan serta
o. Lembaga Sertifikasi Ekolabel (LSE)
KAN memberikan akreditasi terhadap LSE yang memberikan
sertifikasi ekolabel kepada industri penerap SNI ekolabel, dengan
menggunakan acuan SNI ISO/IEC 17065:2012 Penilaian Kesesuaian
– Persyaratan untuk lembaga sertifikasi produk, proses dan jasa.
p. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Energi
KAN memberikan akreditasi terhadap LS SME yang memberikan
sertifikasi kepada industri penerap SNI ISO/IEC 50001 Sistem
Manajemen Energi – Persyaratan dengan pedoman penggunaan,
dengan menggunakan acuan :
- SNI ISO 17021-1:2015 Penilaian kesesuaian – Persyaratan
lembaga penyelenggara audit dan sertifikasi sistem
manajemen – Bagian 1: Persyaratan,
- ISO 50003 Energy management systems — Requirements for
bodies providing audit and certification of energy
management systems.
q. Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP PHPL)
KAN memberikan akreditasi terhadap LP PHPL yang memberikan
sertifikasi kepada industri penerap PHPL, dengan menggunakan
acuan :
- Peraturan Menteri LHK no 30 tahun 2016 tentang penilaian
kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi
legalitas kayu pada pemegang izin, hak pengelolaan atau
pada hutan hak
- Perdirjen PHPL KLHK nomor 14 tahun 2016 tentang standar dan
pedoman pelaksanaan pengelolaan hutan produksi lestari
dan verifikasi legalitas kayu
- SNI ISO/IEC 17065:2012 Penilaian Kesesuaian – Persyaratan
untuk lembaga sertifikasi produk, proses dan jasa.
r. Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK)
KAN memberikan akreditasi terhadap LVLK yang memberikan
sertifikasi kepada industri penerap legalitas kayu, dengan
menggunakan acuan :
- PerMen LHK no 30 tahun 2016 tentang penilaian kinerja
pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu
pada pemegang izin, hak pengelolaan atau pada hutan hak
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 57
- Perdirjen PHPL KLHK nomor 14 tahun 2016 tentang standar dan
pedoman pelaksanaan pengelolaan hutan produksi lestari
dan verifikasi legalitas kayu
- SNI ISO/IEC 17065:2012 Penilaian Kesesuaian – Persyaratan
untuk lembaga sertifikasi produk, proses dan jasa.
s. Lembaga Verifikasi dan Validasi Gas Rumah Kaca (LVV GHG)
KAN memberikan akreditasi terhadap LVV GHG yang memberikan
sertifikasi kepada industri penerap standar gas rumah kaca (SNI ISO
14064 series) dengan menggunakan acuan ISO 14065 Gas rumah
kaca Persyaratan bagi lembaga validasi dan verifikasi gas rumah
kaca untuk digunakan dalam akreditasi atau bentuk pengakuan
lainnya
t. Lembaga Sertifikasi Pegelolaan Kelapa Sawit Indonesia (ISPO)
KAN memberikan akreditasi terhadap LS ISPO yang memberikan
sertifikasi kepada industri penerap ISPO, dengan menggunakan
acuan :
- PerMentan no 11 tahun 2015 tentang Sistem Sertifikasi Kelapa
Sawit Berkelanjutan Indonesia
- SNI ISO/IEC 17065:2012 Penilaian Kesesuaian – Persyaratan
untuk lembaga sertifikasi produk, proses dan jasa.
u. Laboratorium penguji
KAN memberikan akreditasi terhadap laboratorium penguji yang
melakukan kegiatan pengujian dengan acuan SNI ISO/IEC
17025:2017.
v. Laboratorium kalibrasi
KAN memberikan akreditasi terhadap laboratorium kalibrasi yang
melakukan kegiatan kalibrasi dengan acuan SNI ISO/IEC
17025:2017.
w. Laboratorium medik
KAN memberikan akreditasi terhadap laboratorium medik yang
melakukan kegiatan pengujian medik dengan acuan SNI ISO
15189:2012.
x. Lembaga inspeksi
KAN memberikan akreditasi terhadap lembaga inspeksi yang
melakukan kegiatan inspeksi dengan acuan SNI ISO/IEC
17020:2012.
y. Lembaga penyelenggara uji profisiensi
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 58
KAN memberikan akreditasi terhadap lembaga penyelenggara uji
profisiensi yang melakukan kegiatan uji profisiensi dengan acuan
SNI ISO/IEC 17043:2012.
z. Produsen bahan acuan
KAN memberikan akreditasi terhadap produsen bahan acuan
yang melakukan kegiatan produksi bahan acuan dengan acuan
SNI ISO/IEC 17034:2016.
Pada tahun 2018, dipelihara dan dikembangkan beberapa
skema akreditasi baru diantaranya skema akreditasi sertifikasi ICAO
CORSIA, ISO 45001 (SMK3), Lembaga Sertifikasi Penyelenggara
Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU), dan IndoGAP. Skema akreditasi
IndoGAP belum berhasil diselesaikan pada tahun 2018 karena masih
dalam tahap finalisasi oleh pemilik skema sertifikasi. Hal ini
mengakibatkan capaian kinerja untuk indikator ini sebesar 98%.
Indikator Kinerja 9: Jumlah skema sertifikasi untuk memenuhi kebutuhan
pemangku kepentingan
Indikator ini dihitung dengan formula
Jumlah jenis LPK yang difasilitasi
-------------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah skema yang dikembangkan
Penerapan SNI dilakukan dengan cara menerapkan persyaratan
SNI terhadap barang, jasa, sistem, proses atau personel yang dibuktikan
melalui pemilikan sertifikat dan/atau pembubuhan tanda SNI dan/atau
tanda kesesuaian. Sesuai dengan Peraturan Kepala BSN No. 2 tahun
2017 tentang Tata Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian
Berbasis SNI, tata cara pembubuhan tanda SNI pada barang dan/atau
kemasan atau label serta tanda SNI untuk jasa, sistem dan/atau
personel diatur dalam skema penilaian kesesuaian yang ditetapkan
BSN. Skema penilaian kesesuaian merupakan aturan, prosedur, dan
manajemen yang berlaku untuk melaksanakan penilaian kesesuaian
terhadap Barang, Jasa, Sistem, Proses, dan/atau Personal dengan
persyaratan acuan tertentu.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 59
Saat ini skema penilaian kesesuaian untuk sertifikasi produk
bertanda SNI masih dikeluarkan oleh masing-masing lembaga sertifikasi
produk terakreditasi KAN sesuai ruang lingkupnya. Hal ini berpotensi
menimbulkan perbedaan antar lembaga sertifikasi produk yang akan
berakibat pada kualitas proses sertifikasi dan peredaran produk
bertanda SNI di pasaran. Penetapan skema sertifikasi oleh BSN sebagai
pemilik tanda SNI yang akan berlaku secara nasional diharapkan dapat
mengatasi permasalahan dalam penerapan standar tersebut.
Pada tahun 2015 mulai dilakukan inisiasi penyusunan Skema
Penilaian Kesesuaian (PK) yaitu Skema Sertifikasi Pasar Rakyat yang
mengacu kepada SNI 8152:2015, Pasar rakyat. Skema tersebut disusun
dengan melibatkan stakeholder terkait, dan telah ditetapkan melalui
Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 7 Tahun 2015
tanggal 25 September 2015. Kemudian di tahun 2016 telah ditetapkan
Skema Sertifikasi Produk melalui Peraturan Kepala BSN, yaitu sebagai
berikut:
1. Peraturan Kepala BSN nomor 7 Tahun 2016 tentang Skema
Sertifikasi Alat Konversi Bahan Bakar Gas yang mengacu kepada
SNI EN 12806:2015;
2. Peraturan Kepala BSN nomor 8 Tahun 2016 tentang Skema
Sertifikasi Ubin Keramik yang mengacu kepada SNI ISO 13006:2010.
Pada tahun 2017 telah disusun 100 skema penerapan standar, dan
pada tahun 2018 telah disusun 75 skema penerapan standar, yang
mengacu kepada SNI produk. Pemilihan produk setiap sektor tersebut
dilakukan dengan mempertimbangkan produk-produk unggulan
nasional, yang beredar di retail dalam negeri dan yang dterapkan oleh
industri/organisasi untuk memperoleh persetujuan penggunaan tanda
SNI.
Berdasarkan hasil tersebut, maka target kinerja yang ditetapkan,
yaitu skema yang disusun untuk mendukung penerapan standar
sebesar 75 skema, dapat dicapai sebesar 75 skema atau 100%.
Capaian kinerja tersebut diharapkan dapat dirasakan oleh konsumen,
khususnya bagi Lembaga Sertifikasi, pelaku usaha, maupun regulator,
dalam penyediaan sistem/acuan/pedoman yang sama untuk
melaksanakan sertifikasi produk, baik produk nasional maupun impor,
yang dapat menjamin integritas Tanda SNI pada produk dan dapat
meningkatkan daya saing produk.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 60
SASARAN
7
Meningkatkan pengelolaan Standar Nasional
Satuan Ukuran (SNSU)
Tabel III.7
Capaian Kinerja Sasaran 7
Indikator
Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018*
Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
Jumlah
kemampuan
pengukuran
dan kalibrasi
yang tertelusur
dan diakui
secara
Internasional
Kemampuan
pengukuran 94 94 94 96 118 100 132 89
Rata-rata capaian Sasaran 100
*) Bagi % capaian indikator kinerja di atas 100%, untuk kepentingan rata-rata capaian dihitung
maksimal 100% (batas toleransi).
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran
meningkatnya pengelolaan SNSU terdiri dari 1 (satu) indikator kinerja
yaitu Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan
diakui secara internasional. Capaian kinerja untuk indikator kinerja
tersebut sebesar 123.9 %. Berikut disampaikan rincian capaian indikator
kinerja sasaran 2.
Indikator Kinerja 10: Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi
yang tertelusur dan diakui secara internasional
Indikator ini dihitung dengan cara menghitung jumlah
kemampuan pengukuran yang telah diakui dan tercantum dalam
Comite lnternationale des Poids et Measures Mutual Recognition
Arrangement (CIPM MRA) dan dipublikasikan di website BIPM
(https://kcdb.bipm.org/AppendixC/default.asp).
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 61
Untuk dapat mendukung standardisasi dan penilaian kesesuaian
yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing nasional, SNSU di
sebuah negara harus memperoleh pengakuan ”tingkat kesetaraan”
(degree of equivalent) melalui skema internasional yang dikenal
dengan Comite lnternationale des Poids et Measures
Mutual Recognition Arrangement (CIPM
- MRA), dimana hasil dari CIPM MRA
adalah publikasi kemampuan
kalibrasi dan pengukuran dari
sebuah lembaga metrologi
nasional (LMN) dalam laman situs
Buerau Internationale des Poids et
Mesures (BlPM). Melalui
pengakuan ini maka rantai
ketertelusuran pengukuran nasional
ke International System of Units (SI)
dapat dijamin.
BSN melalui Pusat Akreditasi Laboratorium dan
Lembaga Inspeksi di bawah Deputi Penerapan Standar dan Akreditasi
menjadi Sekretariat SNSU, sesuai dengan Keppres No 79 tahun 2001,
melakukan fasilitasi kepada Lembaga Metrologi Nasional (LMN) untuk
dapat diakui kemampuan kalibrasinya pada CIPM MRA.
Pengakuan atas kemampuan kalibrasi dan pengukuran
(calibration & measurement capability/CMC) Lembaga Metrologi
Nasional diperoleh melalui tahapan peer review kompetensi
(mencakup penerapan sistem manajemen mutu laboratorium dan hasil
uji banding) Puslit Metrologi LIPI selaku lembaga metrologi nasional oleh
reviewer yang disetujui oleh Technical Committee - Asia-Pacific
Metrology Programme (APMP).
Pada tahun 2018 kegiatan peer reviw lembaga metrologi
nasional dilaksanakan untuk menambah jumlah pengakuan atas
kemampuan pengukuran dan kalibrasi Lembaga Metrologi Nasional.
Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur
dan diakui secara nasional (untuk mendukung pengakuan
internasional) yang ditargetkan pada tahun 2018 adalah 96 pengakuan
pengukuran, dan realisasinya adalah 118 pengakuan pengukuran. Jika
dilihat target pencapaiannya adalah 123.9 %.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 62
SASARAN
8
Meningkatkan pengelolaan kegiatan
pembinaan SPK
Tabel III.8
Capaian Kinerja Sasaran 8
Indikator
Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018*
Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
% LPK yang
dibina dan
mendapatkan
akreditasi
% 33 - 23 30 36 100 - -
Rata-rata capaian Sasaran 100
*) Bagi % capaian indikator kinerja di atas 100%, untuk kepentingan rata-rata capaian dihitung
maksimal 100% (batas toleransi).
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran
Meningkatkan pengelolaan kegiatan pembinaan SPK terdiri dari 1
(satu) indikator kinerja. Capaian kinerja untuk indikator kinerja tersebut
rata-rata capaian sebesar 120%. Berikut disampaikan rincian capaian
indikator kinerja sasaran 7.
Indikator Kinerja : % LPK yang dibina dan mendapatkan akreditasi
Indikator ini dihitung dengan formula
Jumlah LPK yang dibina dan mendapat akreditasi
----------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah LPK yang dibina
Untuk memastikan kesesuaian barang, jasa, proses, sistem atau
personal sesuai dengan persyaratan SNI, maka diperlukan kegiatan
penilaian kesesuaian. Kegiatan penilaian kesesuaian dilakukan oleh LPK
yang telah diakreditasi KAN, baik laboratorium penguji, laboratorium
kalibrasi, laboratorium medik, lembaga inspeksi ataupun lembaga
sertifikasi. Oleh karena itu peranan LPK sangat diperlukan dalam
kegiatan penerapan SNI serta perlu untuk selalu ditingkatkan kapasitas
dan kualitasnya. Sasaran strategis ini merupakan sasaran dari internal
proscess perspective dari kegiatan penerapan standar dan penilaian
kesesuaian.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 63
Ditinjau dari formula perhitungan capaian indikator menunjukkan
bahwa perhitungan indikator ini berbeda dengan perhitungan
capaian kinerja sasaran pada Tahun 2017, yang memperhitungkan
jumlah LPK dari tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan agar lebih riil dalam
perhitungan sehingga dapat melihat kemampuan LPK dan hambatan
teknis yang ada pada tahun berjalan. Tahun 2018, telah dilakukan
pembimbingan teknis penerapan standar kepada 36 LPK yang masuk
dalam prioritas bimbingan LPK. Dari jumlah tersebut:
36 LPK (100%) telah melakui tahapan gap analysis,
15 LPK (41,6%) telah melalui bimbingan teknis dan siap diakreditasi
13 LPK (36,1%) sedang melakukan persiapan pendaftaran
akreditasi atau telah mendaftarkan untuk diakreditasi oleh KAN
Hambatan teknis bagi LPK sehingga tidak dapat mengajukan
akreditasi dikarenakan beberapa hal, antara lain:
1. Terjadi reorganisasi, terutama bagi LPK sebagai bagian dari
organisasi induk, pergantian personil ini terkadang meruah prioritas
LPK
2. Infrastruktur atau peralatan yang dibutuhkan pada lingkup yang
akan diajukan untuk akreditasi belum memenuhi persyaratan
terutama untuk laboratorium, banyak terkendala diperalatan
yang cukup mahal.
3. Kompetensi personil yang belum cukup, sehingga memerlukan
waktu dan biaya pada tahun berikutnya
Berdasarkan capaian pada tahun 2018 tersebut, realisasi
capaian indikator melampaui target yang ditetapkan yaitu 36,1%.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 64
SASARAN
9
Meningkatkan partisipasi penyusunan
regulasi lintas sektoral
Tabel III.9
Capaian Kinerja Sasaran 9
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018 Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
% Pemenuhan
permintaan yang
difasilitasi
% 100 100 110
100 100 100 100
100
Rata-rata capaian Sasaran 100
%
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran
Meningkatkan partisipasi penyusunan regulasi lintas sektoral terdiri dari
1 (satu) indikator kinerja. Capaian kinerja untuk indikator kinerja tersebut
rata-rata capaian sebesar 100%. Berikut disampaikan rincian capaian
indikator kinerja sasaran 9.
Indikator Kinerja 12: Persentase Pemenuhan permintaan yang difasilitasi
Infikator ini dihitung dengan formula:
Jumlah permintaan terpenuhi
----------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Total permintaan penyusunan regulasi lintas sektoral
Pada prinsipnya SNI yang ditetapkan BSN bersifat sukarela untuk
diterapkan oleh pemangku kepentingan. Dalam hal SNI berkaitan
dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat
atau pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan atau pertimbangan
(sosio-tekno-ekonomis, religi), instansi teknis dapat menerapkan
sebagian atau keseluruhan spesifikasi teknis dan/atau parameter
dalam SNI menjadi regulasi teknis.
Penetapan regulasi teknis berbasis SNI oleh pemerintah akan
mempunyai pengaruh tidak hanya terhadap perdagangan dalam
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 65
negeri, tetapi juga terhadap perdagangan luar negeri. Dalam hal ini
SNI yang diterapkan menjadi regulasi teknis akan diberlakukan
terhadap barang dan/atau jasa produksi dalam negeri maupun impor
sehingga regulasi dapat menimbulkan dampak bagi perkembangan
iklim usaha, persaingan dalam dunia usaha dan menjadi hambatan
dalam perdagangan internasional. Oleh karena itu regulasi harus
disusun dengan mempertimbangkan kaidah transparansi, efisiensi,
efektifitas, kejelasan dan tidak diskriminatif, serta memperhatikan aspek
kesiapan dunia usaha dan infrastruktur penilaian kesesuaian.
Dalam penyusunan regulasi teknis berbasis SNI tersebut, BSN telah
melaksanakan koordinasi dengan instansi teknis untuk memfasilitasi
penyusunan sistem untuk penerapan SNI secara wajib tersebut, yaitu
pada saat penyusunan Program Nasional Regulasi Teknis (PNRT),
penyusunan draft regulasi teknis, persiapan notifikasi ke TBT-WTO,
maupun menyusunan petunjuk teknis penerapan peraturan
pemberlakuan SNI secara wajib tersebut.
Capaian kinerja untuk kegiatan Pemenuhan permintaan yang
difasilitasi untuk diadopsi menjadi regulasi teknis pada tahun 2016 dan
2017 terdapat perbedaan indikator kinerja yang diukur dalam bentuk
jumlah SNI. Tahun 2016, Jumlah SNI yang diadopsi menjadi regulasi
teknis (kumulatif) sebesar 203 SNI, dapat dicapai sebesar 100% dan
Tahun 2017, Rencana 10 SNI yang menjadi dasar penyusunan regulasi
teknis, dapat dicapai sebesar 11 SNI atau 110%. Adapun untuk tahun
2015 dan 2018 sama mencapai 100% pemenuhan permintaan yang
difasilitasi menjadi regulasi teknis. Tahun 2019 Rencana 10 SNI yang
menjadi dasar penyusunan regulasi teknis dengan target capaian
100%.
Pada tahun 2018 telah ditetapkan PNRT 2018-2019 yang berisi
rencana pemberlakuan 57 SNI secara wajib, dengan rincian sesuai
tabel III.9.1.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 66
Tabel III.9.1
Rekapitulasi Program Nasional Regulasi Teknis (PNRT) Tahun 2018-2019
No Instansi Teknis PNRT
Progres Penyusunan Regulasi Teknis
Pembahasan
draft dan
persiapan
notifikasi
tahap
Notifikasi
Telah
ditetapkan
sebagai
Peraturan
Menteri
1 Kementerian Pertanian 4 0 0 0
2 Kementerian Perindustrian 53 24 12 3
Jumlah Total 57 24 12 3
Berdasarkan PNRT 2018-2019 tersebut, telah dilakukan
pembahasan draft regulasi teknis, pembahasan persiapan
pemberlakuan SNI wajib, review dan sosialisasi regulasi teknis
pemberlakuan SNI secara wajib. Daftar SNI yang dibahas, yaitu:
1. SNI tentang Pelumas;
2. SNI tentang Ampelas;
3. SNI tentang Benih Kelapa Sawit;
4. SNI tentang Labelisasi hemat energi dan SKEM untuk produk LED;
5. SNI tentang Air Minum dalam Kemasan;
6. SNI tentang Kertas dan karton untuk kemasan pangan;
7. SNI tentang Mainan Anak;
8. SNI tentang AC;
9. SNI tentang Kaca Isolasi;
10. SNI tentang Baja Batangan Untuk Keperluan Umum (BjKU);
11. SNI tentang Gula Kristal Rafinasi;
12. SNI tentang Keramik Tableware;
13. SNI tentang Baja Tulangan Beton (BTB);
14. SNI tentang Minyak Goreng Sawit;
15. SNI tentang Garam Konsumsi Beryodium;
16. SNI tentang Tepung Terigu;
17. SNI tentang Peralatan dapur, pemanas cairan dan pengisi baterai;
18. SNI tentang Pompa Air Sentrifugal untuk irigasi;
19. SNI tentang Asam Sulfat Pekat;
20. SNI tentang Kloset Duduk;
21. SNI tentang SIR;
22. SNI tentang Tuna dalam Kemasan Kaleng;
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 67
23. SNI tentang Sarden dan Makarel dalam kemasan kaleng;
24. SNI tentang Sepeda.
Dengan demikian, jumlah SNI yang diadopsi menjadi regulasi teknis
sampai akhir Desember 2018 adalah 205 SNI, dengan rincian
sebagaimana diuraikan dalam table berikut.
Tabel III.9.2 Rekap SNI yang telah diberlakukan secara wajib
berdasarkan Instansi Teknis yang menetapkan (per Desember 2018)
No Instansi Teknis
Jumlah SNI
yang telah
diregulasi
Jumlah SNI yang
telah diregulasi &
dinotifikasi ke WTO
1 Kementerian Perindustrian 114 106
2 Kementerian Kelautan dan
Perikanan
2 2
3 Kementerian Energi & Sumber
Daya Mineral
26 4
4 Kementerian Pertanian 3 3
5 BPOM 0 0
6 Kementerian Perhubungan 14 0
7 Kementerian Pekerjaan Umum 46 0
Jumlah Total 205 115
Berdasarkan hasil tersebut, maka target kinerja yang ditetapkan
berupa persentase pemenuhan permintaan yang difasilitasi dapat
dicapai sebesar 100%. Capaian kinerja tersebut diharapkan dapat
dirasakan oleh konsumen (Customer Perspectives) dalam penyediaan
sistem/acuan/pedoman yang harus dipenuhi dalam produksi
barang/jasa baik produk nasional maupun impor, untuk memberikan
perlindungan bagi kesehatan, keamanan, keselamatan dan
pelestarian lingkungan terhadap masyarakat.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 68
SASARAN
10
Meningkatkan tata kelola dan
organisasi yang profesional
Tabel III.10
Capaian Kinerja Sasaran 10
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018 Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
Tingkat pelaksanaan
Reformasi Birokrasi
Deputi PSA (Nilai
PMPRB)
% 83 83 83 83 87,22 100 83 100
Tingkat kualitas
akuntabilitas kinerja
BSN (Nilai LKE AKIP)
Nilai 70 70 70 70 63,90 91,3 70 100
Nilai kepatuhan
layanan publik
Nilai 104 104 104 104 108 100 104 100
Rata-rata capaian Sasaran 100
*) Bagi % capaian indikator kinerja di atas 100%, untuk kepentingan rata-rata capaian dihitung
maksimal 100% (batas toleransi).
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran
Meningkatkan tata kelola dan organisasi yang profesional terdiri dari 3
(tiga) indikator kinerja yaitu (1) Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Deputi Penerapan Standar dan Akreditasi; (2) Tingkat kualitas
akuntabilitas kinerja BSN (Nilai Lembar Kinerja Evaluasi AKIP) dan (3) Nilai
kepatuhan layanan publik. Capaian kinerja untuk indikator kinerja
tersebut rata-rata capaian sebesar 98,19 %. Berikut disampaikan rincian
capaian indikator kinerja sasaran 10.
Indikator Kinerja 13 : Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Indikator ini dihitung dari Nilai Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi (PMPRB) BSN yang dinilai oleh Tim Evaluator BSN
berdasarkan kriteria Kemen PANRB.
Sesuai dengan kegiatan Reformasi Birokrasi (RB) BSN yang
berpedoman pada PERKA BSN NO 5 tahun 2016. Berbagai langkah
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 69
telah dilakukan untuk melakukan reformasi birokrasi pada area
perubahan manajemen perubahan, penataan dan penguatan
organisasi, penataan tatalasana, penguatan akuntabilitas,
peningkatan kualitas layanan public, penataan sistem SDM Aparatur
dan penguatan pengawasan. Deputi Bidang Penerapan Standar Dan
Akreditasi telah menetapkan target dan melaksanakan target kegiatan
sebagai berikut.
1. Menyusun dan melaksanakan Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah (SPIP) di lingkup Deputi Bidang Penerapan Standar
dan Akreditasi sebagai tindak lanjut pemberlakukan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008.
2. Menyusun dan mengembangkan sistem implementasi “Wilayah
Bebas Korupsi” di lingkungan Deputi Bidang Penerapan Standar
dan Akreditasi.
3. Mengembangkan, menerapkan, dan memelihara sistem
manajemen mutu dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di
bidang penerapan dan akreditasi.
4. Menindaklanjuti hasil pengawasan internal yang dilakukan oleh
Inspektorat BSN terhadap pelaksanaan Sistem Pengawasan
Internal Pemerintahan di lingkup Deputi Bidang Penerapan
Standar dan Akreditasi.
5. Menindaklanjuti hasil audit internal sistem manajemen mutu yang
dilakukan oleh Tim Sistem Manajemen Mutu BSN terhadap
pelaksanaan sistem manajemen mutu di lingkup Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi.
6. Menindaklanjuti hasil audit (pengawasan) eksternal yang telah
dilaksanakan melalui Peer Evaluasi APLAC dan PAC dalam
rangka memelihara dan mengembangkan skema akreditasi KAN
yang diakui di tingkat regional dan internasional
7. Melakukan pemeliharaan dan pengembangan e-governance
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat
dalam tingkatan transaksional, yaitu:
a) KAN Management Information System (KAN-MIS) untuk
mendukung pendaftaran akreditasi secara online,
b) Penggunaan SIMPONI (Aplikasi Kemenkeu) terkait
pembayaranPNBP,
c) pengelolaan internal akreditasi bidang lembaga sertifikasi,
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 70
8. Melakukan review standar pelayanan publik, khususnya layanan
akreditasi LPK
Dengan demikian, implementasi RB BSN sesuai tugas dan fungsi
telah dapat dilaksanakan dengan realisasi capaian 87,22. Nilai
capaian tersebut berhasil melebihi target yang telah ditetapkan yaitu
83.
Indikator Kinerja 14: Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN
Indikator ini dihitung dari nilai lembar kerja evaluasi AKIP BSN yang
dinilai oleh Inspektorat berdasarkan kriteria Kemen PANRB.
Laporan Kinerja dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas,
transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan tentang kinerja suatu
instansi pemerintah. Hasilnya dapat membantu pimpinan dan seluruh
jajaran dalam mencermati berbagai permasalahan sebagai bahan
acuan dalam menyusun rencana kinerja di tahun berikutnya. Dengan
demikian rencana kinerja di tahun mendatang dapat disusun lebih
fokus, efektif, efisien, terukur, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparat pengawasan yang berasal dari lingkungan internal organisasi
pemerintah (Revrison - 1998). Tujuan utama dari pengawasan internal
untuk membantu suatu organisasi dalam mencapai prestasi dan target
yang menguntungkan dan mencegah kehilangan sumber daya.
Pengawasan internal dapat membantu menghasilkan laporan
keuangan yang dapat dipercaya dan juga dapat memastikan suatu
organisasi mematuhi undang-undang dan peraturan, terhindar dari
reputasi yang buruk dan segala konsekuensinya. Pengawasan internal
dapat pula membantu mengarahkan suatu organisai untuk mencapai
tujuannya dan terhindar dari hal yang merugikan.
Untuk dapat mewujudkan tata kelola penyenggaraan
pemerintah yang baik tersebut pemerintah membentuk suatu sistem
yang dapat mengendalikan seluruh kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan. Sistem dimaksud adalah Sistem Pengendalian Intern
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 71
Pemerintah atau sering disingkat dengan SPIP. Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah dilaksanakan oleh Inspektorat melalui Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah BSN.
Komponen Pengawasan Internal sesuai dengan PP Nomor 60
Tahun 2008, SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu:
1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment);
2) Penaksiran Resiko (Risk Assessment);
3) Aktivitas Pengawasan (Control Activities);
4) Informasi dan Komunikasi (Information and Communication);
5) Pemantauan pengendalian intern (Monitoring).
Indikator Keberhasilan Pengawasan yang dapat digunakan untuk
mengukur keberhasilan pelaksanaan pengawasan melekat
diantaranya adalah:
1) Meningkatnya disiplin, prestasi dan pencapaian sasaran
pelaksanaan tugas;
2) Berkurangnya penyalahgunaan wewenang.
Indikator ini dapat dilihat dari berkembangnya hal-hal sebagai
berikut:
a. Berkurangnya tuntutan masyarakat terhadap pemerintah.
b. Terpenuhinya hak-hak pegawai negeri dan masyarakat sesuai
dengan apa yang menjadi haknya.
Sebagai hasil pengawasan internal telah disusun satu dokumen
SPIP. Seluruh penyelenggaraan unsur SPIP dilaporkan dan
dikomunikasikan serta dilakukan pemantauan secara terus-menerus
guna perbaikan yang berkesinambungan. Kendala yang masih
dihadapi adalah Komponen perencanaan dan pelaporan kinerja
dianggap masih kurang. Terkait tingkat akuntabilitas kinerja, BSN
mendapat nilai 63,90 dari target 70, sehingga capaian kinerjanya
adalah 91,3%.
Sebagai upaya perbaikan penerapan Akuntabilitas Kinerja, pada
Tahun 2019 akan terus dilakukan evaluasi terhadap Sistem Informasi
Perencanaan dan Pelaporan (SIPP) sebagai salah satu pendukung
pelaksanaan akuntabilitas kinerja.
Indikator Kinerja 15: Nilai kepatuhan layanan publik
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 72
Indikator ini dihitung dari Nilai kepatuhan layanan publik (PNBP)
yang dinilai oleh Inspektorat berdasarkan kriteria Ombudsman.
Awal Desember 2018 Ombudsman Republik Indonesia baru saja
merilisis penilaian kepatuhan terhadap 14 Kementerian, 6 Lembaga, 22
Provinsi 107 Kabupaten dan 45 Kota di Indonesia. Penilaian Kepatuhan
yang dilaksanakan oleh Ombudsman Republik Indonesia sendiri
dilaksanakan dalam rangka mencapai salah satu target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 yang menuntut
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk mematuhi UU No 25
Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik sebagai bagian dari proses
penyempurnaan dan peningkatan kualitas Reformasi Birokrasi Nasional.
Penilaian sendiri menggunakan variabel dan indikator berbasis pada
kewajiban pejabat pelayanan publik dalam memenuhi komponen
standar pelayanan publik sesuai Pasal 15 dan Bab V UU Pelayanan
Publik. Per-variabel dilihat sisi ketampakan fisik pada penyelenggara
layanan administratif baik tingkat pusat maupun daerah. Standar
pelayanan yang harus nampak secara fisik sendiri sedikitnya meliputi
persyaratan layanan, biaya/tarif, mekanisme prosedur, jangka waktu
penyelesaian, produk pelayanan, maklumat pelayanan, sarana
pengukur kepuasan layanan, mekanisme pengaduan dan pelayanan,
sarana, prasarana, fasilitas khusus bagi anggota masyarakat tertentu.
Sebagaimana hasil penilaian nilai kepatuhan layanan publik
pada tahun 2017, BSN memperoleh nilai 108 pada tahun 2018. BSN
dinilai telah mematuhi ketentuan Ombudsman RI sebagaimana
dituangkan dalam Peraturan Kepala Ombudsman RI No 22 Tahun 2016
Tentang Penilaian Kepatuhan terhadap Standar Pelayanan Publik.
Dengan demikian realisasi capaian indikator ini telah melampaui target
tahun 2018 yaitu 104.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 73
SASARAN
11
Meningkatkan kompetensi sumber daya
manusia di Deputi PSA
Tabel III.11
Capaian Kinerja Sasaran 11
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018 Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
% ASN yang
mengikuti program
peningkatan
kompetensi
% 100 100 100 100 100 100 100 100
Jumlah ASN yang
menempuh
pendidikan lanjutan
orang - - - 3 5 100 100 100
Rata-rata capaian Sasaran 100 *) Bagi % capaian indikator kinerja di atas 100%, untuk kepentingan rata-rata capaian dihitung
maksimal 100% (batas toleransi).
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran
Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di Deputi Penerapan
Standar dan Akreditasi terdiri dari 2 (dua) indikator kinerja. Capaian
kinerja untuk indikator kinerja tersebut rata-rata capaian sebesar 100 %.
Berikut disampaikan rincian capaian indikator kinerja sasaran 11.
Indikator Kinerja 16: Nilai kepatuhan layanan publik
Indikator ini dihitung dengan formula:
Jumlah ASN yang mengikuti peningkatan
kompetensi > 20 jam/thn
--------------------------------------------------------------------------------------- X 100%
Jumlah ASN BSN
Pada tahun 2018 Deputi Bidang Penerapan Standar dan
Akreditasi menetapkan indikator kinerja persentase ASN yang
meningkat kompetensinya dengan target sebesar 100%. Seluruh
personel di Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi telah
mengikuti kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi yang
menunjang tusinya. Kegiatan peningkatan kompetensi tersebut
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 74
berupa pelatihan, sosialisasi, workshop, seminar, dan sejenisnya yang
terkait dengan pelaksanaan tugas.
Tabel III.11.1
Personel Deputi PSA yang mengikuti pendidikan lanjutan
No Unit Kerja
Jumlah
ASN
(orang)
ASN yg mengikuti
program
peningkatan
kompetensi
Realisasi
(%)
1 PALLI
Bid. Laboratorium penguji 25 25 100%
Bid. Lembaga Inspeksi 8 8 100%
Bid. Kalibrasi 11 11 100%
2 PALS
Bid. Sistem Manajemen 10 10 100%
Bid. Lingkungan 9 9 100%
Bid. Produk, Pelatihan dan
Personel
10 10 100%
3 PSPS
Bid. Sistem 17 17 100%
Bid. Prasarana 14 14 100%
Jumlah 104 104 100%
Indikator Kinerja 17: Jumlah ASN yang menempuh pendidikan lanjutan
Indikator ini diitung dari Jumlah pegawai BSN yang ditingkatkan
pendidikannya SI, S2, S3 (lulus pada tahun 2018).
Jumlah ASN Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
yang telah lulus menempuh pendidikan lanjutan pada tahun 2018
adalah 5 (lima) orang pada jenjang pendidikan lanjutan S2 yang
mendukung bagi efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsinya di unit
kerja. Dengan demikian capaian target indikator kinerja ini melebihi
target yang berarti capaian indikator ini adaah 100%.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 75
SASARAN
12
Meningkatkan pengelolaan sarana dan
prasarana penunjang kinerja di Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi
Tabel III.12
Capaian Kinerja Sasaran 12
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018 Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
% Ketersediaan sarana
dan prasarana
berdasarkan Rencana
Kebutuhan BMN
% 100 100 100 100 100 100 100 100
% pemanfaatan BMN % 100 100 100 100 100 100 100 100
Rata-rata capaian Sasaran 100
*) Bagi % capaian indikator kinerja di atas 100%, untuk kepentingan rata-rata capaian dihitung
maksimal 100% (batas toleransi).
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran
Meningkatkan pengelolaan sarana dan prasarana penunjang kinerja
di Deputi Penerapan Standar dan Akreditasi terdiri dari 2 (dua) indikator
kinerja. Capaian kinerja untuk indikator kinerja tersebut rata-rata
capaian sebesar 100 %. Berikut disampaikan rincian capaian indikator
kinerja sasaran 12.
Indikator Kinerja 18: Ketersediaan sarana dan prasarana berdasarkan
Rencana Kebutuhan BMN
Indikator ini diitung dengan formula
Jumlah sarana dan prasarana yang dapat tersedia
----------------------------------------------------------------------------------- X 100%
Jumlah sarana dan prasarana yang dibutuhkan
yang terdapat dalam RK (Rencana Kebutuhan) BMN
Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi BSN sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014, sangat diperlukan
dukungan sarana dan prasarana dalam kualitas dan kuantitas yang
baik.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 76
Pada tahun 2018, BSN telah mengalokasi sejumlah anggaran
dengan target layanan peralatan dan fasilitas kantor. Ketersediaan
sarana dan prasarana di Deputi Penerapan Standar dan Akreditasi
mengacu pada rencna kebutuhan yang tertuang dalam Rencana
Anggaran Belanja (RAB) dan RKAKL masing-masing pusat Tahun 2018.
Seluruh realisasi anggran pengadaan sarana dan prasarana terlaksana
semua sesuai dengan rencana. Dengan demikian capaian kinerja
untuk indikator ketersediaan sarana dan prasarana berdasarkan
Rencana Kebutuhan BMN adalah sebesar 100%.
Indikator Kinerja 18: Pemanfaatan BMN
Indikator ini diitung dengan formula:
Barang Milik Negara (BMN) yang dimanfaatkan
------------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Barang Milik Negara (BMN) yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan inspektorat
Pengelolaan aset negara yang professional dan modern dengan
mengedepankan good governance di satu sisi diharapkan akan
mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara
dari masyarakat/stake-holder. Perubahan paradigma baru
pengelolaan barang milik negara / aset negara yang ditandai dengan
keluarkannya PP No. 6 /2006 yang merupakan peraturan turunan UU No.
1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, telah memunculkan
optimisme baru best practices dalam penataan dan pengelolaan aset
negara yang lebih tertib, akuntabel, dan transparan.
Pengelolaan aset negara dalam pengertian yang dimaksud PP
No.6/2006 adalah tidak sekedar administratif semata, tetapi lebih maju
berfikir dalam menangani aset negara, dengan bagaimana
meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan nilai tambah dalam
mengelola aset. Oleh karena itu, lingkup pengelolaan aset negara
mencakup perencanaan kebutuhan dan penganggaran; pengadaan;
penggunaan; pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan;
penilaian; penghapusan; pemindahtanganan; penatausahaan;
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Proses tersebut
merupakan siklus logistik yang lebih terinci yang didasarkan pada
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 77
pertimbangan perlunya penyesuaian terhadap siklus perbendaharaan
dalam konteks yang lebih luas (keuangan negara).
Salah satu peran vital dari kegiatan pengelolaan BMN adalah
mampu memberikan gambaran kondisi sekarang berapa besar nilai
seluruh aset negara, baik itu yang bersumber dari APBN maupun dari
sumber perolehan lainnya yang sah, serta disamping itu ketersediaan
adanya database BMN yang komprehensif dan akurat dapat segera
terwujud.
Dalam siklus logistik, tahap pertama dari proses manajemen aset
adalah perencanaan kebutuhan dan penganggaran. Penyusunan
rencana kebutuhan barang dilakukan dengan melihat ketersediaan
jumlah barang yang dimiliki dengan rencana kegiatan pelaksanaan
tupoksi dan sarana dan prasarana pendukungnya.
Penggunaan database BMN akan memainkan peran yang strategis
dalam setiap pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan
barang nasional oleh Pengelola Barang dan usulan alokasi
penganggarannya dalam APBN.
BSN merumuskan dan menentukan besaran rencana kebutuhan
barang milik negara dalam tahun anggaran, sehingga anggaran
belanja modal fisik dapat lebih dipertanggungjawabkan dan benar-
benar mencerminkan kebutuhan barang /aset yang nyata sesuai
kondisi di lapangan dan mampu menciptakan anggaran belanja
modal yang efektif, efisien, dan tepat sasaran.
Pengelolaan aset negara tdak sekedar bersifat teknis
administratif semata, melainkan sudah bergeser ke arah bagaimana
berpikir layaknya seorang manajer aset yang harus mampu
merumuskan kebutuhan barang milik negara secara nasional dengan
akurat dan pasti, serta meningkatkan faedah dan nilai dari aset negara
tersebut.
Seluruh Barang Milik Negara (BMN) yang diperoleh dan telah
dipemeriksa oleh Inspektorat telah dimanfaatkan oleh seluruh Pusat di
lingkungan Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi. Dengan
demikian capaian atas indicator Ketersediaan sarana dan prasarana
berdasarkan Rencana Kebutuhan BMN dan indikator pemanfaatan
BMN presentasinya sebesar 100%.
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 78
SASARAN
13 Meningkatkan kinerja pengelolaan anggaran
Tabel III.13
Capaian Kinerja Sasaran 13
Indikator Kinerja Satuan Realisasi Capaian 2018 Rencana s.d 2019
Target %
capaian 2015 2016 2017 Target Realiasi %
realisasi anggaran % 95 95 95 95 99,62 100 95 100
Rata-rata capaian Sasaran 100 *) Bagi % capaian indikator kinerja di atas 100%, untuk kepentingan rata-rata capaian dihitung
maksimal 100% (batas toleransi).
Indikator kinerja untuk mengukur terwujudnya sasaran
Meningkatkan kinerja pengelolaan anggaran di Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Akreditasi terdiri dari 1 (satu) indikator kinerja.
Berikut disampaikan rincian capaian indikator kinerja sasaran 13.
Indikator Kinerja 20: realisasi anggaran
Sebagaimana telah ditetapkan bahwa, pelaksanaan program
dan anggaran di Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
meliputi kegiatan:
1. Penyusunan Program Kerja.
2. Penyusunan Rincian Anggaran Biaya (RAB).
3. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK).
4. Penyusunan Rencana Penarikan Dana (Rencana Aksi).
5. Penyusunan Laporan Capaian Output Triwulanan.
Pelaksanaan kegiatan tersebut mengacu pada ketentuan dan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di BSN.
Capaian atas Pelaksanaan peningkatan kinerja pengelolaan
anggaran presentasinya sebesar 100% dengan rincian realisasi
anggaran pada bagian III.14.
III.2 REALISASI ANGGARAN
Berdasarkan DIPA Nomor SP DIPA-084.01.1.613104/2018 tanggal 5
Desember 2017, pagu anggaran Deputi Bidang Penerapan Standar
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 79
dan Akreditasi adalah sebesar Rp. 74.172.798.000 dan realisasi
anggaran Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi TA 2018
adalah sebesar Rp 73.893.127.159 sebesar 99,62 %.
Pagu dan realisasi anggaran Deputi Bidang Penerapan Standar
dan Akreditasi TA 2018 per komponen dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel III.14
Pagu dan Realisasi Anggaran
Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi TA. 2018
Dalam rupiah
Kode Output/Komponen
2018
%
Pagu Realisasi
3554 Pusat Akreditasi
Laboratorium dan
Lembaga Inspeksi
63.849.681.000 63.583.747.895 99.58
3555 Pusat Akreditasi
Lembaga Sertifikasi 4.756.581.000 4.754.925.334 99,97
3561 Skema Penerapan
Standar 5.566.536.000 5.554.453.930 99,78
Jumlah 74.172.798.000 73.893.127.159 99,62
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 80
BAB IV PENUTUP
aporan Kinerja Deputi Bidang Penerapan Standar dan
Akreditasi Tahun 2018 menyajikan pertanggungjawaban dan
pencapaian kinerja Deputi Bidang Penerapan Standar dan
Akreditasi Tahun 2018 dalam mendukung pencapaian visi, misi,
tujuan dan sasaran Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi.
Berdasarkan hasil pengukuran capaian kinerja kegiatan Deputi
Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi Tahun 2018, seluruh kinerja
kegiatan telah terlaksana sesuai perjanjian kinerja dan indikator kinerja.
Pencapaian terhadap indikator tersebut, menunjukkan bahwa
Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi telah memberikan
kontribusi nyata dalam melaksanakan pengembangan dan
pembinaan standardisasi di Indonesia sesuai amanah yang diberikan,
khususnya di bidang akreditasi lembaga sertifikasi.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
Tahun 2018 ini diharapkan dapat memenuhi kewajiban akuntabilitas
dan sekaligus menjadi sumber informasi dalam pengambilan keputusan
guna peningkatan kinerja Deputi Bidang Penerapan Standar dan
Akreditasi, di masa mendatang, melalui pelaksanaan program dan
kegiatan secara lebih optimal.
L
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 81
LAMPIRAN
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 82
2018| Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi 83