Upload
rizky-bayu-ajie
View
5
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jsgks
Citation preview
1. Bagasossis
Bagasossis adalah penyakit paru pada petani atau pekerja pabrik tebu atau pabrik kertas yang
mendapat paparan sisa atau debu batang tebu (bagasse). Yang berperan terhadap timbulnya
penyakit ini adalah Thermophilic actinomycetes sacchari yang hidup subur pada alas batang
tebu. Bagassosis termasuk ke dalam penyakit pneumonitis hipersensitif akibat inhalasi debu
organis yang menimbulkan reaksi sensitisasi pada tubuh yang terpapar.
Pneumonitis hipersensitif / hypersensitivity pneumonitis (HP), atau alveolitis alergik ekstrinsik
merupakan sekelompok penyakit paru yang dimediasi oleh proses imunologi akibat paparan
berulang dari antigen yang terdispersi saat inhalasi utamanya oleh partikel organik atau bahan
kimia bermolekul rendah yang selanjutnya memprovokasi reaksi hipersensitivitas dengan
inflamasi granulomatus di bronkiolus distalis dan alveoli pada subyek yang peka. Penyakit ini
merupakan akibat dari interaksi antara antigen eksternal dengan sistem imun pejamu.
HP merupakan penyakit alergi sehingga peran faktor paparan merupakan hal yang paling
penting. Faktor risiko lingkungan, termasuk konsentrasi antigen, lamanya paparan, ukuran
partikel, frekuensi (atau kekerapan) paparan, kelarutan partikel, pemakaian perlindungan
pernafasan akan mempengaruhi prevalensi, beratnya, kelatenan dan perjalanan penyakit. Faktor-
faktor paparan tersebut sangat jelas digambarkan pada bagassosis. Terjadinya bagassosis sangat
erat dengan konsentrasi mikroorganisme di udara, atau pada daerah dengan curah hujan tinggi
sehingga memungkinkan proliferasi mikroorganisme. Berbagai faktor mempengaruhi interaksi
mendasar antara stimulus antigen dan respon imun pejamu. Penderita yang sudah tersensitisasi
antigen, manifestasi klinik timbul setelah terpresipitasi oleh adanya tambahan inflamasi paru
non-spesifik, ini jelas terlihat pada penderita yang telah terpapar lama dan sering sudah bertahun-
tahun dimana penderita dalam keadaan keseimbangan dengan antigen dengan tanpa gejala.
2.2 Etiologi
Secara umum, untuk terjadinya sensitivitas dan penyakit ini, pemaparan terhadap alergen harus
terjadi secara terus menerus dan sering.Penyakit akut bisa terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah
pemaparan, yaitu pada saat penderita keluar dari daerah tempat ditemukannya alergen. Penyakit
kronik disertai perubahan pada foto rontgen dada bisa terjadi pada pemaparan jangka panjang.
Penyakit kronik bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan parut pada
paru).
Gangguan saluran pernafasan akibat inhalasi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:
a. Faktor antigen itu sendiri
Yaitu ukuran partikelnya, daya larut, konsentrasi, sifat kimiawi, lama perjalanan dan faktor
individu berupa mekanisme pertahanan selain itu faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
gangguan paru dapat berupa jenis debu, ukuran partikel, konsentrasi partikel, lama pajanan, dan
kerentanan individu. Tingkat kelarutan debu pada air, kalau debu larut dalam air, bahan dalam
debu larut dan masuk pembuluh darah kapiler alveoli. Bila debu tidak mudah larut tetapi
ukurannya kecil maka partikel-partikel tersebut dapat masuk ke dinding alveoli. Konsentrasi
debu, makin tinggi konsentrasinya makin besar kemungkinan menimbulkan keracunan. Jenis
debu dalam hal ini ada dua (2) macam yaitu organik ( tebu/ kulit tebu), dan debu anorganik
( yang berasal dari mesin penggilingan tebu).
b. Masa kerja
Masa kerja menunjukkan suatu masa berlangsungnya kegiatan seseorang dalam waktu tertentu.
Seseorang yang bekerja di lingkungan industri yang menghasilkan debu akan memiliki resiko
gangguan kesehatan. Makin lama seseorang bekerja pada tempat yang mengandung debu akan
makin tinggi resiko terkena gangguan kesehatan, terutama gangguan saluran pernafasan. Debu
yang terhirup dalam konsentrasi dan jangka waktu yang cukup lama akanmembahayakan.
c. Umur
Umur merupakan salah satu karateristik yang mempunyai resiko tinggi terhadap gangguan paru
terutama yang berumur 40 tahun keatas, dimana kualitas paru dapat memburuk dengan cepat.
Faktor umur berperan penting dengan kejadian penyakit dan gangguan kesehatan. Hal ini
merupakan konsekuensi adanya hubungan faktor umur dengan : potensi kemungkinan untuk
terpapar terhadap suatu sumber infeksi, tingkat imunitas kekebalan tubuh, aktivitas fisiologis
berbagai jaringan yang mempengaruhi perjalanan penyakit seseorang. Bermacam-macam
perubahan biologis berlangsung seiring dengan bertambahnya usia dan ini akan mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam bekerja.
e. Riwayat merokok
Riwayat merokok merupakan faktor pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena asap
rokok yang terhisap dalam saluran nafas akan mengganggu lapisan mukosa saluran napas.
Dengan demikian akan menyebabkan munculnya gangguan dalam saluran napas. Merokok dapat
menyebabkan perubahan struktur jalan nafas. Perubahan struktur jalan nafas besar berupa
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus. Sedangkan perubahan struktur jalan nafas kecil
bervariasi dari inflamasi ringan sampai penyempitan dan obstruksi jalan nafas karena proses
inflamasi, hiperplasia sel goblet dan penumpukan sekret intraluminar. Perubahan struktur karena
merokok biasanya di hubungkan dengan perubahan/kerusakan fungsi. Perokok berat dikatakan
apabila menghabiskan rata-rata dua bungkus rokok sehari, memiliki resiko memperpendek usia
harapan hidupnya 0,9 tahun lebih cepat ketimbang perokok yang menghabiskan 20 batang rokok
sehari.
f. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit merupakan faktor yang dianggap juga sebagai pencetus timbulnya gangguan
pernapasan, karena penyakit yang di derita seseorang akan mempengaruhi kondisi kesehatan
dalam lingkungan kerja. Apabila seseorang pernah atau sementara menderita penyakit sistem
pernafasan, maka akan meningkatkan resiko timbulnya penyakit sistem pernapasan jika terpapar
debu.
Patogenesis
Patogenesis dari bagassosis bergantung kepada intensitas, frekuensi dan durasi terhadap paparan
antigen dan respon tubuh pejamu terhadap antigen. Cell-mediated immune responses dan
humoral tampaknya berperan dalam pathogenesis penyakit ini. Reaksi yang paling dini (akut)
ditandai dengan peningkatan lekosit polimorfonuklear (PMN) di dalam alveoli dan saluran nafas
kecil. Lesi dini ini diikuti oleh masuknya sel-sel mononuklear ke dalam paru dan membentuk
granuloma yang merupakan hasil dari reaksi hipersentivitas tipe lambat yang klasik terhadap
inhalasi berulang antigen.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis bagassosis diklasifikasi kedalam 3 bentuk yaitu akut, subakut, dan kronik.
Pada bentuk akut, gejala muncul 4-8 jam sesudah paparan pada individu yang sensitive, yaitu
timbul gejala seperti infeksi paru akut : batuk, sesa napas tanpa mengi, demam, menggigil,
berkeringat, malaise, mual dan sakit kepal
Pada subakut/intermiten, penderita secara bertahap mengalami batuk, dispneu, anoreksi, dan
penurunan berat badan yang berlangsung beberapa hari sampai berminggu-minggu, serta adanya
riwayat serangan yang berulang sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sama seperti
pada bentuk akut tetapi kurang berat dan berlangsung lebih lama.
Pada bentuk kronik, penderita biasanya jarang menyampaikan adanya serangan episode akut,
gejala yang muncul berupa batuk, dispneu progresif, fatique, dan penurunan berat badan.
Biasanya fatique dan penurunan berat badan merupakan hal yang prominen pada bentuk kronik.
Penghentian dari paparan memberikan hasil perbaikan klinis yang sedikit. Pada pemeriksaan
fisik penderita tampak kurus, takipneu, distress respirasi, ronkhi inspirasi pada bagian paru
bawah. Pada beberapa pasien menyerupai bronchitis kronis dan bila paparan terus berlangsung
akan mendatangkan kondisi penyakit menjadi irreversible (fibrosis paru).
Penegakan diagnosis
Pada pemeriksaan fisik akut ditemukan takikardia, takipnea, sianosis, ronki basah di basal kedua
paru. Gejala tersebut umumnya menetap selama 12-18 jam dan menghilang secara spontan bila
paparan terhenti
Pada pemeriksaan fisik subakut didapatkan sama seperti pada bentuk akut tetapi kurang berat
dan berlangsung lebih lama.
Pada pemeriksaan fisik kronis penderita tampak kurus, takipneu, distress respirasi, ronkhi
inspirasi pada bagian paru bawah. Pada beberapa pasien menyerupai bronchitis kronis dan bila
paparan terus berlangsung akan mendatangkan kondisi penyakit menjadi irreversible (fibrosis
paru).
Pemeriksaan penunjang
Pada pasien periode akut yang tanpa gejala biasanya mempunyai faal paru normal. Umumnya
sesudah terjadi paparan bagi pasien yang sensitive akan terjadi perubahan faal paru pada 8-12
jam kemudian. Perubahan yang terjadi adalah nilai KVP dan VEP1 menurun, arus puncak
ekspirasi (APE) paru menurun, rasio ventilasi/perfusi terganggu, kapasitas difusi menurun dan
hipoksemia.
Pada penyakit yang ringan gambaran foto toraks masih normal. Pada penyakit yang berat bisa
ditemukan dua bentuk gambaran radiologis.
1. tampak gambaran nodul-nodul kecil terpencar di kedua lapangan paru dan agak kurang
pada bagian apek dan basal. Nodul-nodul tersebut ukurannya bervariasi dari satu sampai
beberapa millimeter, dengan batas tidak tegas.
2. tampak bayangan berawan di interstitial kedua paru. Bila paparan telah terhenti kelainan
foto toraks dapat kembali normal dalam beberapa minggu.
Tatalaksana
Tindakan yang paling efektif untuk tidak terkena penyakit adalah menghindari paparan antigen.
Bila tidak mungkin menghilangkan antigen maka pasien dipindahkan tempat kerjanya ditempat
yang tidak ada paparan antigen. Edukasi pada populasi yang berisiko dapat membantu
pengenalan dini gejala dan dapat dilakukan usaha-usaha preventif.
Pengobatan dengan kortikosteroid menunjukkan adanya perbaikan klinik yang lebih cepat dalam
hal fungsi paru. Prednison diberikan dengan dosis 1 mg/kgBB/hari selama 7-14 hari kemudian
diturunkan perlahan selama 2-6 minggu.
Pencegahan
Pencegahan terbaik adalah menghindari pemaparan terhadap alergen, yaitu dengan cara berganti
pekerjaan. Meniadakan atau mengurangi debu atau menggunakan masker pelindung bisa
membantu mencegah berulangnya penyakit. Menangani limbah jerami secara kimiawi dan
menggunakan sistem ventilasi yang baik, membantu mencegah pemaparan dan sensitisasi
pekerja terhadap bahan-bahan ini. Pada tempat-tempat kerja tertentu seringkali udaranya kotor
yang diakibatkan oleh bermacam-macam sebab antara lain:
1. Debu-debu kasar dari pengindaraan atau operasi-operasi sejenis.
2. Racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan atau asap.
3. Uap beracun atau gas beracun dari pabrik kimia.
4. Bukan gas beracun tetapi seperti CO2 yang menurunkan konsentrasi oksigen.