62
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 [ 322 ] Page BAGIAN 2. MEDIA DAN BAHAN AJAR PENGEMBANGAN LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI GUNA MENUNJANG KOMPETENSI CALON GURU EKONOMI Leny Noviani & Sri Wahyuni FKIP-Universitas Sebelas Maret [email protected] Abstrak Laboratorium diperlukan semua program studi untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Laboratorium menjadi tempat untuk mendalami konsep, mengembangkan metode pembelajaran, memperkaya pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran berbasis laboratorium membantu dalam memudahkan dosen maupun mahasiswa dalam menjelaskan konsep, memudahkan memahami hal-hal yang dikemukakan dosen, memantapkan mengkonstruksi konsep yang dipelajari, dan mengembangkan keterampilan berpikir. Peranan Laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah sebagai sumber belajar, metode pembelajaran dan prasarana pendidikan. Kata Kunci: Laboratorium Pendidikan Ekonomi, sumber belajar, prasarana pendidikan PENDAHULUAN Peningkatan mutu masih merupakan prioritas pembangunan pendidikan di Indonesia. Sasarannya adalah perbaikan mutu proses belajar mengajar di kelas dengan berorientasi pada setiap aspek perkembangan mahasiswa. Secara naluriah, mahasiswa menginginkan pengalaman belajar yang konkret, menyenangkan, dan mencakup semua aspek perkembangan dirinya. Sesuai dengan Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi bagian IV yaitu pembelajaran di perguruan tinggi harus bersifat interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa. Tuntutan pembelajaran tidak mungkin dapat terpenuhi apabila tidak didukung oleh kemampuan dosen dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang mendorong keaktifan mahasiswa. Selain kemampuan dosen, keberhasilan pembelajaran yang dimaksud juga memerlukan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk laboratorium. Pada Permendikbud No. 49 Tahun 2014 pasal 31, prasarana minimal yang harus dimiliki dalam menunjang pembelajaran di perguruan tinggi adalah laboratorium. Dengan demikian, dosen dapat memfasilitasi kegiatan pembelajaran berbasis laboratorium. Saat ini, ketika membicarakan tentang laboratorium selalu identik dengan laboratorium IPA yang lengkap dengan sarana praktikum dan laboran. Laboratorium tidak semata-mata diperlukan di bidang studi eksakta (sain dan teknologi) melainkan juga pada bidang studi ilmu pengetahuan sosial (IPS), termasuk bidang Pendidikan

BAGIAN 2. MEDIA DAN BAHAN AJAR - seminar.uny.ac.idseminar.uny.ac.id/semnasfe2015/sites/seminar.uny.ac.id.semnasfe2015... · fasilitas ruangan, instalasi listrik, air dan gas. Laboratorium

  • Upload
    phambao

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 322 ] P a g e

BAGIAN 2. MEDIA DAN BAHAN AJAR

PENGEMBANGAN LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI GUNA

MENUNJANG KOMPETENSI CALON GURU EKONOMI

Leny Noviani & Sri WahyuniFKIP-Universitas Sebelas Maret

[email protected]

AbstrakLaboratorium diperlukan semua program studi untuk menunjang prosespembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Laboratoriummenjadi tempat untuk mendalami konsep, mengembangkan metodepembelajaran, memperkaya pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaranberbasis laboratorium membantu dalam memudahkan dosen maupunmahasiswa dalam menjelaskan konsep, memudahkan memahami hal-hal yangdikemukakan dosen, memantapkan mengkonstruksi konsep yang dipelajari, danmengembangkan keterampilan berpikir. Peranan Laboratorium PendidikanEkonomi adalah sebagai sumber belajar, metode pembelajaran dan prasaranapendidikan.

Kata Kunci: Laboratorium Pendidikan Ekonomi, sumber belajar, prasaranapendidikan

PENDAHULUAN

Peningkatan mutu masih merupakan prioritas pembangunan pendidikan di

Indonesia. Sasarannya adalah perbaikan mutu proses belajar mengajar di kelas dengan

berorientasi pada setiap aspek perkembangan mahasiswa. Secara naluriah, mahasiswa

menginginkan pengalaman belajar yang konkret, menyenangkan, dan mencakup semua

aspek perkembangan dirinya.

Sesuai dengan Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional

Pendidikan Tinggi bagian IV yaitu pembelajaran di perguruan tinggi harus bersifat

interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan

berpusat pada mahasiswa. Tuntutan pembelajaran tidak mungkin dapat terpenuhi

apabila tidak didukung oleh kemampuan dosen dalam menyelenggarakan kegiatan

pembelajaran yang mendorong keaktifan mahasiswa. Selain kemampuan dosen,

keberhasilan pembelajaran yang dimaksud juga memerlukan sarana dan prasarana yang

memadai, termasuk laboratorium. Pada Permendikbud No. 49 Tahun 2014 pasal 31,

prasarana minimal yang harus dimiliki dalam menunjang pembelajaran di perguruan

tinggi adalah laboratorium. Dengan demikian, dosen dapat memfasilitasi kegiatan

pembelajaran berbasis laboratorium.

Saat ini, ketika membicarakan tentang laboratorium selalu identik dengan

laboratorium IPA yang lengkap dengan sarana praktikum dan laboran. Laboratorium

tidak semata-mata diperlukan di bidang studi eksakta (sain dan teknologi) melainkan

juga pada bidang studi ilmu pengetahuan sosial (IPS), termasuk bidang Pendidikan

Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)

P a g e [ 323 ]

Ekonomi. Laboratorium sebenarnya diperlukan semua program studi untuk menunjang

proses pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Adapun yang

dimaksud dengan laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah pusat kegiatan belajar-

mengajar bidang studi Ekonomi, baik dilakukan oleh pengajar maupun peserta didik, dan

di mana miniatur kegiatan Ekonomi dapat terlihat. Laboratorium di Program Studi

Pendidikan Ekonomi pada Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) sebagian besar

meliputi laboratorium untuk praktik bisnis yang berupa toko, bank, pajak, mini office,

dan bursa efek. Namun, tidak semua program studi memiliki beberapa laboratorium

tersebut. Sedangkan laboratorium untuk praktikum yang terkait dengan konsep-konsep

ilmu ekonomi belum ada.

Richardson (1957: 70) menyatakan bahwa laboratorium mempunyai beberapa

fungsi yaitu: 1) dapat melahirkan berbagai macam masalah untuk dipecahkan, 2) tempat

yang baik bagi siswa untuk melakukan eksperimen, latihan, demonstrasi atau metode

yang lain, 3) dapat menyebabkan timbulnya pengertian dan kesadaran siswa akan

peranan ilmuwan, 4) dapat menyebabkan timbulnya pengertian dan kesadaran siswa

akan fakta, prinsip, konsep dan generalisasinya, 5) memberikan peluang kepada

mahasiswa untuk bekerja dengan alat dan bahan tertentu, bekerja sama dengan teman,

termotivasi untuk mengungkapkan dan menemukan dan kepuasan atas hasil yang

dicapai, 6) merintis perkembangan sikap, kebiasaan yang baik dan keterampilan yang

bermanfaat.

Berdasarkan pendapat di atas, laboratorium menjadi tempat untuk mendalami

konsep, mengembangkan metode pembelajaran, memperkaya pengetahuan dan

keterampilan. Selain itu, laboratorium juga sebagai tempat bagi mahasiswa untuk belajar

memahami konsep ekonomi melalui optimalisasi keterampilan proses serta

mengembangkan sikap ilmiah.

Peralatan di laboratorium dapat dimanfaatkan sebagai media atau sarana baik di

laboratorium, kelas maupun dibawa keluar kelas/lingkungan, untuk meningkatkan

keterampilan proses. Dengan demikian, mahasiswa bukan hanya menjadi lebih terampil

tetapi juga mempengaruhi pembentukan sikap ilmiah dan juga pencapaian hasil

pengetahuannya (Freedman, 1997: 353). Jadi laboratorium sangat diperlukan dalam

pembentukan sikap ilmiah mahasiswa.

Terdapat empat alasan mengenai pentingnya praktikum (Woolnough dan Allsop;

1985). Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar. Melalui kegiatan

laboratorium, mahasiswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu

dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum di mana mahasiswa

menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya. Kedua, praktikum mengembangkan

keterampilan dasar melakukan eksperimen. Melakukan eksperimen merupakan kegiatan

yang banyak dilakukan oleh para ilmuwan. Untuk melakukan eksperimen ini diperlukan

beberapa keterampilan dasar seperti mengamati, menganalisis dan mengkomunikasikan

hasil praktikum untuk memahami konsep-konsep ekonomi. Dengan kegiatan praktikum,

mahasiswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 324 ] P a g e

dengan melatih kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan sekaligus

mempraktikkan dan mengobservasi dengan cermat, dan menginterprestasikan

eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Di dalam

kegiatan praktikum, mahasiswa bagaikan seorang scientist yang sedang melakukan

eksperimen, mereka dituntut untuk merumuskan masalah, merancang eksperimen,

menginterpretasi data perolehan, serta mengkomunikasikannya melalui laporan yang

harus dibuatnya. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Dari kegiatan

tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman mahasiswa

terhadap materi pelajaran, khususnya konsep-konsep ekonomi yang abstrak.

Kegiatan praktikum dalam laboratorium dapat dijadikan sarana untuk

meningkatkan pemahaman konsep dan memperbaiki miskonsepsi pada siswa (Roth,

1992). Dengan demikian keberadaan laboratorium dapat digunakan sebagai sarana

dalam melaksanakan praktikum yang terkait dengan miniatur kegiatan ekonomi

sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan memperbaiki miskonsepsi pada

mahasiswa. Mengingat pentingnya laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber

belajar maka penting untuk mewujudkan laboratorium pendidikan ekonomi yang dapat

menunjang kegiatan pembelajaran ekonomi. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan

laboratorium Pendidikan Ekonomi pada LPTK, khususnya prodi Pendidikan Ekonomi

dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan yang profesional.

PENTINGNYA LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI

Ketersediaan sarana prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan menjadi

penting dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri. Salah satu sarana

prasarana yang penting adalah laboratorium. Widyarti (2005:1) menyatakan bahwa

laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian

yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat laboratorium serta adanya

infrastruktur laboratorium yang lengkap. Pengertian laboratorium juga dapat diartikan

dalam bermacam-macam sudut pandang.

Menurut Ikhwan Insan Cita (2012), jenis-jenis laboratorium ditinjau dari tujuan

dan fungsinya dapat dibagi menjadi:

1. Laboratorium dasar. Laboratorium dasar merupakan tempat yang dapat digunakan

mahasiswa untuk memperkenalkan dan memahami konsep dasar yang menjadi

tuntutan untuk mengembangkan pengetahuan lanjut.

2. Laboratorium pengembangan. Laboratorium pengembangan mengembang tugas

khusus, sesuai dengan spesialisasi bidang ilmu yang digeluti oleh personil-personil

yang ada di laboratorium tersebut.

3. Laboratorium metodologi pengajaran. Laboratorium metodologi pengajaran di

mempunyai kedudukan yang sangat khusus, karena mewarnai penampilan

(performance) dosen dalam tugasnya. Jadi, laboratorium metodologi pengajaran

merupakan wahana dan tempat pengembangan kompetensi pedagogis (keguruan)

bagi calon guru.

Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)

P a g e [ 325 ]

4. Laboratorium penelitian. Laboratorium penelitian diharapkan dapat digunakan

sebagai wahana atau tempat melakukan penelitian bidang ilmu yang ditekuni.

Dengan demikian, laboratorium penelitian dapat digunakan sebagai sarana untuk

melakukan kegiatan ilmiah dalam penemuan konsep, prinsip, teori, azas, aturan, atau

hukum-hukum dalam bidang ilmu yang digelutinya atau disebut sebagai produk

ilmiah.

Laboratorium ialah tempat untuk melatih mahasiswa dalam hal keterampilan

melakukan praktek, demonstrasi, percobaan, penelitian, dan pengembangan ilmu

pengetahuan. Laboratorium yang dimaksud di sini tidak hanya berarti ruangan atau

bangunan yang dipergunakan untuk percobaan ilmiah, misalnya dalam bidang sains

(science), biologi, kimia, fisika, teknik, dan sebagainya, melainkan juga termasuk tempat

aktivitas ilmiahnya sendiri baik berupa percobaan/eksperimen, penelitian/riset,

observasi, demonstrasi yang terkait dalam kegiatan belajar-mengajar termasuk

pembelajaran ekonomi. Dengan kata lain laboratorium adalah kegiatan ilmiah dalam

suatu tempat yang dilakukan oleh mahasiswa atau dosen atau pihak lain, baik berupa

praktikum, observasi, penelitian, demonstrasi dan pengembangan model-model

pembelajaran yang dilakukan dalam rangka kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, pengertian laboratorium tidak hanya termasuk di

dalamnya gedung atau ruang dan peralatannya, seperti misalnya laboratorium kimia,

fisika, teknik, dan sebagainya. Akan tetapi pengertian laboratorium termasuk juga

sekolah/kelas dan bahkan masyarakat sendiri. Organisasi, lembaga/instansi, alam sekitar

juga merupakan laboratorium yang merupakan sumber belajar dan media dalam proses

belajar-mengajar yang tidak akan habis.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, termasuk pembelajaran ekonomi hendaknya

tidak hanya menyampaikan teori saja, namun juga menghubungkan antara teori dan

praktek. Prinsip-prinsip akan dikaji dalam praktek sedangkan yang terdapat dalam

pengalaman praktik dicari dasar-dasarnya dalam teori. Hubungan antara teori dan

praktek bersifat integratif, di mana teori dan praktek secara bergantian dan bertahap

saling mengisi dan saling mengkaji. Hubungan antara teori dan praktek inilah yang

menjadi alasan logis mengapa laboratorium dan fasilitas lain dalam proses pembelajaran

menjadi penting.

Dengan demikian, laboratorium diperlukan semua program studi untuk

menunjang proses pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Namun,

Laboratorium di Program Studi Pendidikan Ekonomi pada Lembaga Pendidikan Tenaga

Keguruan (LPTK) sebagian besar meliputi laboratorium untuk praktik bisnis yang

berupa toko, bank, pajak, mini office, dan bursa efek. Namun, tidak semua program studi

memiliki beberapa laboratorium tersebut. Sedangkan laboratorium untuk praktikum

yang terkait dengan konsep-konsep ilmu ekonomi sekaligus untuk praktik pembelajaran

ekonomi belum ada. Laboratorium pendidikan ekonomi merupakan sumber belajar bagi

peserta didik, seperti di berbagai universitas di negara-negara maju mempunyai

laboratorium pendidikan ekonomi. Misalnya di Department of Economics and Related

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 326 ] P a g e

Studies University of York, Heslington mempunyai laboratorium ekonomi yang bernama

EXEC laboratory (center for economics experimental) yang digunakan untuk melakukan

percobaan terkait dengan ilmu ekonomi. Laboratorium ini merupakan laboratorium

terbaik di dunia.

La Jolla (2008), laboratorium ekonomi digunakan untuk mempelajari

pengambilan keputusan ekonomi strategis. Dengan mengembangkan kombinasi teori

ekonomi, teori permainan, ekonomi perilaku, percobaan laboratorium, dan penelitian

survei. Pemanfaatan Laboratorium Pendidikan Ekonomi untuk lebih memahami interaksi

manusia atas keputusan-keputusan ekonomi. Dengan demikian yang dimaksud dengan

laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah pusat kegiatan belajar-mengajar bidang studi

ekonomi, baik dilakukan oleh pengajar maupun peserta didik, dan di mana miniatur

kegiatan ekonomi dapat terlihat.

Kedudukan Laboratorium Pendidikan Ekonomi beserta alat yang ada di dalamnya

termasuk sarana dan prasarana pendidikan. Laboratorium beserta alat yang ada di

dalamnya merupakan sarana dan prasarana yang diperlukan secara langsung oleh dosen

maupun mahasiswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Peralatan dalam laboratorium pendidikan ekonomi mempunyai peranan

yang penting dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: a) menjelaskan konsep, sehingga

mahasiswa memperoleh kemudahan dalam memahami hal-hal yang dikemukakan dosen;

b) memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan bahan yang

dipelajari; dan c) mengembangkan keterampilan berpikir.

Di samping peranannya yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar,

laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar; metode pendidikan; dan

prasarana pendidikan. Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar berarti

merupakan tempat kegiatan penyelidikan, mengungkapkan dan memecahkan masalah

atau melakukan percobaan-percobaan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai

metode pendidikan, berarti kegiatan laboratorium pendidikan ekonomi memandang

posisinya sebagai observation method dan experimental method. Sedangkan sebagai

prasarana pendidikan, laboratorium pendidikan ekonomi merupakan wadah proses

belajar mengajar yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam

kondisi yang dapat dikendalikan.

Peranan dan fungsi laboratorium pendidikan ekonomi cukup besar terhadap

keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sebagai tempat melakukan sesuatu kegiatan

percobaan dan penyelidikan, laboratorium pendidikan ekonomi memberikan kemudahan

bagi mahasiswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang sedang

dipelajari atau disampaikan dosen. Sedangkan bagi dosen, kegiatan belajar mengajar

yang dilakukan di laboratorium justru memberikan kemudahan dalam menyampaikan

konsep-konsep yang kurang dikuasai mahasiswa, sehingga mengurangi kemungkinan

terjadinya verbalism pada mahasiswa, dan menjadikan pengajaran menjadi lebih

menarik, tidak membosankan, yang pada akhirnya dapat mengembangkan keterampilan

dan keberhasilan pengajaran ekonomi itu sendiri.

Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)

P a g e [ 327 ]

FUNGSI LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI

Kertiasa (2006), fasilitas laboratorium adalah sarana fisik laboratorium seperti

fasilitas ruangan, instalasi listrik, air dan gas. Laboratorium sebagai tempat sekelompok

orang yang melakukan berbagai macam kegiatan penelitian, pengamatan, pelatihan, dan

pengujian ilmiah sebagai pendekatan antara teori dan praktik Decaprio (2013).

Laboratorium saat ini bukan saja dipakai oleh ilmu pengetahuan alam tetapi juga

digunakan ilmu pengetahuan sosial. Laboratorium sosial dapat berupa lingkungan yang

menjadi objek suatu pengamatan dan percobaan. Dengan demikian, laboratorium

pendidikan ekonomi dapat diartikan sebagai sarana atau tempat yang mendukung proses

pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan pengembangan pemahaman,

keterampilan, dan inovasi di bidang ekonomi. Laboratorium pendidikan ekonomi yang

dimaksud dalam tulisan ini adalah sebuah ruangan, di mana dosen dan mahasiswa dapat

melakukan praktik yang terkait dengan ilmu ekonomi maupun metodologi pembelajaran

ekonomi.

Secara umum laboratorium memiliki beberapa fungsi, seperti yang diungkapkan

oleh Decaprio (2013) sebagai berikut:

1. Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori dan

praktik.

2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan

mahasiswa, dosen ataupun peneliti lainnya.

3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti untuk mencari hakikat

kebenaran ilmiah dari suatu objek keilmuan dalam lingkungan alam dan lingkungan

sosial.

4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam mempergunakan alat

media yang tersedia di dalam laboratorium untuk mencari dan menentukan

kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai macam riset atau pun eksperimentasi yang

akan dilakukan.

5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai macam keilmuan

sehingga akan mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan mencari kebenaran

ilmiah dengan cara penelitian, uji coba maupun eksperimentasi.

6. Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti dalam

keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat dalam proses

kegiatan kerja di laboratorium.

7. Laboratorium dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan berbagai masalah

melalui kegiatan praktik, baik itu masalah dalam pembelajaran, masalah akademi,

maupun masalah yang terjadi di tengah masyarakat yang membutuhkan penanganan.

8. Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para mahasiswa, dosen, aktivis,

peneliti dan lain-lain untuk memahami ilmu pengetahuan yang masih bersifat

abstrak sehingga menjadi sesuatu yang bersifat konkret dan nyata.

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 328 ] P a g e

Berdasarkan fungsi laboratorium yang telah diungkapkan di atas, maka fungsi

laboratorium pendidikan ekonomi antara lain:

1. Laboratorium sebagai sumber belajar Ekonomi

Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber untuk memecahkan masalah atau

melakukan percobaan yang berkaitan dengan kompetensi dalam mata pelajaran

ekonomi. Misalnya pojok bursa dapat digunakan sebagai sumber belajar untuk

menggali mengenai informasi dan data tentang pasar modal dan melakukan simulasi

yang terkait dengan perdagangan surat-surat berharga. Contoh lain misalnya

laboratorium ekspor impor, yang dapat digunakan sebagai sumber belajar mengenai

prosedur ekspor dan impor beserta perangkatnya.

2. Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai prasarana pembelajaran ekonomi

Laboratorium pendidikan ekonomi merupakan prasarana pendidikan dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Laboratorium ini terdiri dari ruang tertutup

maupun ruang terbuka. Ruang tertutup dilengkapi dengan berbagai perlengkapan

dengan didesain dalam berbagai situasi yang dapat dikendalikan, khususnya

peralatan dan perlengkapan untuk melakukan simulasi kegiatan ekonomi. Ruang

terbuka, merupakan kondisi nyata yang dapat digunakan sebagai sumber belajar dan

sarana pendidikan, misalnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh orang-orang di

sekitar mahasiswa. Dosen dan mahasiswa dapat memanfaatkan laboratorium dalam

mengaplikasikan metode percobaan/simulasi dan metode pengamatan.

Dosen yang profesional akan selalu di tuntut kreativitasnya dalam membuat alat-

alat sederhana, media pembelajaran yang inovatif untuk menjelaskan teori dan konsep

ilmu ekonomi agar mudah dipahami oleh mahasiswa. Dalam kegiatan pembelajaran

diperlukan alat peraga yang dapat digunakan oleh dosen dalam proses pembelajaran

ekonomi. Alat peraga ada ada yang sederhana yaitu dapat dibuat oleh dosen maupun

mahasiswa dan alat peraga yang tidak dapat dibuat sendiri karena keterbatasan biaya

dan kemampuan misalnya layar, LCD, Laptop/komputer, cash register dan lainnya. Alat-

alat peraga ini menjadi hal yang penting dalam laboratorium pendidikan ekonomi.

Dalam tulisan ini, laboratorium pendidikan ekonomi yang ingin dikembangkan

adalah ruangan, di mana terdapat berbagai media pembelajaran, peralatan, data-data

maupun buku-buku ekonomi yang dapat digunakan oleh dosen dan mahasiswa dalam

memperdalam konsep ekonomi. Dengan demikian akan ada transfer knowledge yang

terkait dengan aplikasi model pembelajaran yang inovatif yang berguna bagi lulusan

LPTK, khususnya prodi Pendidikan Ekonomi. Laboratorium pendidikan ekonomi dapat

digunakan sebagai laboratorium simulasi untuk mengaplikasikan kompetensi-

kompetensi ekonomi guna menunjang proses pembelajaran ekonomi. Beberapa bentuk

kegiatan yang dapat dilakukan dalam laboratorium Pendidikan Ekonomi antara lain: 1)

Simulasi Kelangkaan dan Pilihan, 2) Simulasi produksi “Block Note”, 3) Simulasi lelang, 4)

Simulasi pasar “apel” (kompetensi permintaan dan penawaran), 5) Pojok bursa, 6) Pojok

perpajakan, 7) Pojok ekspor-impor, 8) Pojok perbankan, dan sebagainya.

Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)

P a g e [ 329 ]

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN EKONOMI DI LABORATORIUM PENDIDIKAN

EKONOMI

Prosedur dalam praktikum pembelajaran ekonomi sebagai implementasi

penggunaan laboratorium Pendidikan Ekonomi dapat dicontohkan sebagai berikut:

1. Simulasi Kelangkaan dan Pilihan dalam Konteks Ekonomi Indonesia

Dalam kegiatan ini, mahasiswa diminta berpartisipasi sebagai produsen dari dua

barang, sehingga mereka dapat mendalami masalah kelangkaan. Mereka membuat

pilihan tentang penggunaan sumber daya yang langka untuk memproduksi dua

barang atau satu dari dua barang. Selanjutnya mereka membuat kurva kemungkinan

produksi, memasukkan biaya oportunitas dan menyimpulkan bahwa: kelangkaan

mengharuskan pilihan dan setiap pilihan memiliki biaya oportunitas. Pada awal

pembelajaran, dosen menjelaskan bahwa mahasiswa akan berperan menjadi

produsen. Membentuk kelas menjadi kelompok kecil antara 2-3 orang per kelompok.

Setiap kelompok di berikan media berupa potongan gambar dan gunting. Setiap

kelompok memiliki sumber yang sama untuk memproduksi beberapa segi empat atau

segitiga. Dosen memberikan waktu beberapa menit pada mahasiswa untuk membuat

segi empat dan atau segitiga. Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, mahasiswa

membuat tabel dan menggambar kurva kemungkinan produksi dalam grafik.

Mahasiswa diminta mengidentifikasi dan menjelaskan temuannya berdasarkan

eksperimen mengenai: kelangkaan yang dihadapi kelompok, sumber daya yang

digunakan dalam memproduksi segitiga dan persegi, menjelaskan biaya oportunitas,

dan menjelaskan kurva kemungkinan produksi. Pada akhir pembelajaran dosen

memberikan konfirmasi mengenai konsep yang telah dipelajari melalui eksperimen

produksi segitiga dan persegi (Liudmila Guinkel (Rusia) dari Old Mac Donald to Uncle

Sam, 2002, Dewan Pendidikan Ekonomi, New York).

2. Simulasi Produksi “Block Note”

Melalui sebuah simulasi produksi ini, mahasiswa belajar tentang apa produktivitas,

mengapa produktivitas penting bagi pertumbuhan ekonomi, dan bagaimana

meningkatkannya. Tujuan kegiatan praktik produksi ini, adalah mahasiswa dapat:

menyebutkan keunggulan dan kelemahan produksi berdasarkan sistem borongan dan

spesialisasi, mendefinisikan produktivitas pekerja sebagai output per pekerja,

mengidentifikasi efek dari teknologi baru terhadap produktivitas pekerja, dan

menganalisis bagaimana produktivitas dapat meningkat melalui spesialisasi,

pelatihan dan pendidikan, investasi modal, dan peningkatan teknologi. Dalam

kegiatan ini, dapat menggunakan alat atau bahan dari kertas bekas sebagai bahan

baku dalam pembuatan block note, gunting, penggaris, spidol dan klip. Pada awal

pembelajaran, dosen membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Satu kelompok besar

sebagai kelompok spesialisasi dan yang lain sebagai kelompok borongan. Masing-

masing kelompok dibagi lagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 anggota.

Setiap kelompok kecil harus memproduksi block note dengan sumber daya yang telah

disediakan dengan teknik sesuai kelompok besar. Apabila kelompok kecil merupakan

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 330 ] P a g e

anggota kelompok spesialisasi, maka kelompok tersebut harus memproduksi dengan

menggunakan metode spesialisasi dan sebaliknya. Dosen mengatur jalannya waktu

produksi hingga 3 putaran/3 kali proses produksi. Dosen memberikan alat produksi

sebagai temuan teknologi untuk meningkatkan produktivitas kepada kelompok yang

dapat memproduksi paling banyak produk. Setelah kegiatan praktik produksi selesai,

mahasiswa mendiskusikan: kelemahan dan kelebihan masing-masing metode

produksi, upaya untuk meningkatkan produktivitas pekerja, dampak temuan

teknologi dalam kegiatan produksi. Pada akhir pembelajaran, dosen memberikan

penjelasan mengenai konsep yang dipelajari melalui kegiatan praktik dan

mengkaitkan dengan konsep pertumbuhan ekonomi. (Elaine C. Coulson dan Sarapage

McCorkle. 1994)

SIMPULAN

Sebuah laboratorium diperlukan semua program studi untuk menunjang proses

pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Namun, laboratorium untuk

praktikum yang terkait dengan konsep-konsep ilmu ekonomi sekaligus untuk praktik

pembelajaran ekonomi di berbagai LPTK di Indonesia belum ada. Laboratorium

pendidikan ekonomi merupakan sumber belajar bagi peserta didik, yang digunakan

untuk melakukan percobaan terkait dengan ilmu ekonomi. Laboratorium ekonomi juga

digunakan untuk mempelajari pengambilan keputusan ekonomi strategis.

Pembelajaran berbasis laboratorium membantu dalam memudahkan dosen

maupun mahasiswa dalam menjelaskan konsep, memudahkan memahami hal-hal yang

dikemukakan dosen, memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan

bahan yang dipelajari, dan mengembangkan keterampilan berpikir. Peranan

Laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah sebagai sumber belajar; metode pendidikan;

dan prasarana pendidikan. Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar

berarti merupakan tempat kegiatan penyelidikan, mengungkapkan dan memecahkan

masalah atau melakukan percobaan-percobaan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sebagai metode pendidikan, sebagai observation method dan experimental method.

Sedangkan sebagai prasarana pendidikan, merupakan wadah proses belajar mengajar

yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam kondisi yang dapat

dikendalikan.

Peranan dan fungsi laboratorium pendidikan ekonomi cukup besar terhadap

keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sebagai tempat melakukan sesuatu kegiatan

percobaan dan penyelidikan, laboratorium pendidikan ekonomi memberikan kemudahan

bagi mahasiswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang sedang

dipelajari atau disampaikan dosen. Sedangkan bagi dosen, kegiatan belajar mengajar

yang dilakukan di laboratorium justru memberikan kemudahan dalam menyampaikan

konsep-konsep yang kurang dikuasai mahasiswa, sehingga mengurangi kemungkinan

terjadinya verbalism pada mahasiswa, dan menjadikan pengajaran menjadi lebih

menarik, tidak membosankan, yang pada akhirnya dapat mengembangkan keterampilan

Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)

P a g e [ 331 ]

dan keberhasilan pengajaran ekonomi itu sendiri. Pembelajaran dengan berbasis

laboratorium akan memunculkan transfer knowledge yang terkait dengan aplikasi model

pembelajaran yang inovatif yang berguna bagi lulusan LPTK, khususnya prodi Pendidikan

Ekonomi. Selain itu juga dapat digunakan sebagai laboratorium simulasi untuk

mengaplikasikan kompetensi-kompetensi ekonomi guna menunjang proses

pembelajaran ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Decaprio, Richard. (2013). Tips Mengelola Laboratorium Sekolah, IPA, Bahasa, Komputerdan Kimia. Jogyakarta: Diva Press.

Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktorat P2TK dan KPT. (2006). Peningkatan KualitasPembelajaran. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktorat P2TK dan KPT

Elaine C. Coulson dan Sarapage McCorkle. (1994). Master Curriculum Guide in Economics,Teaching Strategies 5-6. New York: Council on Economic Education

Freedman, M. P. (1997). Relationship among laboratory instruction, attitude towardsciense, and achievement in science knowledge. Journal of Research in ScienceTeaching (vol: 34). New York: John Willey & Sons.

Insan Cita, Ikhwan. (2012). Pengenalan Laboratorium. Diakses darihttp://ikhwaninsancita.blogspot.com/2012/12/lab/html. Pada tanggal 2 April 2015

Liudmila Guinkel. (2002). Teaching Strategies. Old Mac Donald to Uncle Sam. New York:Council on Economic Education

Muslim, Much. Azis. Pengelolaan Laboratorium. Di Akses dari http://unnes.info. Padatanggal 20 Januari 2013.

Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Ramdhan, Bilyardi. (2009). Manajemen Laboratorium. Diakses dari http://ummi.bilyardi.ac.id. Pada tanggal 21 Januari 2013.

Richardson, J. S. (1957). Science teaching in secondary schools. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.

Robbins, Stephen. P & Coulter, Mary. 2007. Manajemen. Alih bahasa Harry Slamet. Edisike delapan, Jilid I. Jakarta: PT Indeks

Roth, K.J. (1992). Science Education: It’s Not Enough to Do or Relate. Relevant ResearchVol II. The National Science Teachers Association.

Suyanta. (2010). Manajemen Operasional Laboratorium. Diakses darihttp://uny.suyanta.ac.id. Pada tanggal 20 Januari 2013.

Syahza, Almasdi. (2011). Manajemen Laboratorium. Diakses darihttp://almasdi.unri.ac.id. Pada tanggal 20 Januari 2013.

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 332 ] P a g e

MEMANFAATKAN EDMODO

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN AKUNTANSI

Laksmi Mahendrati DwiharjaUniversitas Negeri Surabaya

[email protected]

AbstrakSeiring dengan pesatnya e-learning sebagai salah satu media pendukungpembelajaran, Edmodo menyediakan kemudahan bagi guru dan siswa untukmeminimalisir hambatan belajar di kelas dan untuk meningkatkanprofesionalisme guru. Edmodo menjadikan hambatan ruang dan waktu dapatdiminimalisir dengan network berbasis lingkungan sekolah. Pembelajaranakuntansi kerap dipandang kurang menarik, maka guru didorong untuk lebihkreatif dalam mengoperasikan e-learning Edmodo dengan menerapkan berbagaimetode pembelajaran dalam cyber class seperti pemberian tugas mandiri, games,maupun diskusi. Beberapa hambatan pemanfaatan Edmodo dapat diminimalisirdengan beberapa solusi yang membutuhkan kerjasama antara guru dan siswa.Dengan Edmodo, siswa diharapkan lebih aktif berpartisipasi dalampembelajaran akuntansi dan tujuan belajar dapat tercapai sekalipun siswa danguru tidak berada dalam satu ruangan. Pemanfaatan Edmodo secara luas jugadiharapkan mampu meningkatkan kompetensi siswa agar lebih siap menghadapiMEA.

Kata kunci: e-learning, Edmodo, pembelajaran akuntansi

PENDAHULUAN

Pendidikan dianggap sebagai kelembagaan pokok dalam mengembangkan

keahlian dan pengetahuan, serta sebagai salah satu bentuk investasi. Undang-undang No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pengertian pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan memiliki

andil yang sangat besar untuk mencetak pemikir dan pelaku bangsa agar mampu

memberikan kontribusi positif dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sistem pendidikan Indonesia mengalami perkembangan seiring meningkatnya

kebutuhan akan pendidikan yang berkualitas, terutama saat ini Indonesia tengah

dihadapkan oleh arus Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga berbagai metode dan

strategi pembelajaran mengalami perbaikan berkelanjutan untuk memenuhi tuntutan

global. Berbagai upaya dan alternatif pembelajaran diimplementasikan guna

meningkatkan mutu pendidikan dari segala aspek, yang merubah sistem konvensional

menjadi lebih relevan dengan kebutuhan yang makin kompetitif. Indonesia perlu

mengenalkan dan mengimplementasikan konsep edukasi yang berputar di aktivitas yang

beragam, program-program yang bervariasi untuk menciptakan sebuah suasana

pengembangan murid yang baik (Sastroprawiro, 2011).

Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)

P a g e [ 333 ]

Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang secara umum dinilai cukup

sulit oleh para siswa. Dalam mempelajari akuntansi yang bersifat prosedural, tentunya

memerlukan perhatian dari guru agar siswa tertarik dan mampu mencapai target yang

telah ditentukan. Secara umum dilihat dari perspektif siswa, akuntansi merupakan ilmu

yang melulu soal angka, kurang fun, dan kaku. Namun bukan berarti tidak ada

kesempatan untuk memberikan “warna” dalam pembelajaran akuntansi, karena dengan

kreativitas dan menggunakan aplikasi yang tersedia, pendidik mampu meningkatkan

minat belajar akuntansi peserta didik. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan dalam

proses pembelajaran adalah Edmodo. Edmodo merupakan media sosial yang mendukung

pembelajaran, dengan tampilan hampir serupa facebook

Sebagian besar pembelajaran akuntansi dilakukan dengan metode tradisional

dengan sistem teacher centered. Hal ini telah lumrah dilakukan di manapun karena

akuntansi merupakan ilmu prosedural yang telah memiliki konsep baku secara nasional

maupun internasional. Seringkali pula durasi yang diberikan dalam kelas tatap muka

dirasa kurang, sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif. Memanfaatkan media e-

learning seperti Edmodo sebagai sarana pendukung pembelajaran akuntansi dengan

menerapkan beberapa strategi pembelajaran yang menarik, diharapkan dapat

meminimalisir hambatan berupa waktu, jarak, dan meningkatkan minat siswa terhadap

akuntansi.

PEMBAHASAN

Pembelajaran Akuntansi

Belajar merupakan kegiatan yang membutuhkan proses, yang dapat didukung

dengan berbagai metode, sarana-prasarana, dan pengkondisian. Metode, sarana dan

kondisi yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar diset sedemikian rupa untuk

mendukung belajar siswa. Guru mengimplementasikan dan mengembangkan metode

sesuai dengan materi ajar yang akan dilaksanakan. Selanjutnya, bentuk pengajaran dan

digunakan oleh pendidik dapat disesuaikan dengan materi, kebutuhan siswa, dan target

yang akan dicapai. Rooijakkers (1993), menguraikan bahwa pengajar hendaknya bekerja

dengan cara seperti tersebut di bawah ini, agar dapat memilih bentuk pengajaran secara

tepat:

1. Memilih bentuk pengajaran yang akan meningkatkan proses belajar sebesar-

besarnya. Untuk itu pengajar perlu mengetahui secara mendalam tujuan apa yang

ingin ia capai, dan bagaimana tiap langkah dari proses belajar harus dipenuhi.

2. Meneliti faktor-faktor apa yang mungkin bisa menghambat. Kalau ada hambatan,

maka hambatan apa saja yang dapat diatasi dan hambatan mana yang sama sekali

tidak dapat diatasi.

Keahlian guru dalam penyelenggaraan dan mengolah pembelajaran berkontribusi

dalam professional development. Widayati (2013) menguraikan aspek-aspek

profesionalitas guru yang dapat dilihat dari; (1) Peningkatan kualitas pembelajaran

dengan memberdayakan berbagai aspek sehingga guru meningkat kreativitas dan

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 334 ] P a g e

produktivitasnya. Kreativitas dan produktivitas menjangkau berbagai aspek pendukung

pembelajaran dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran, metode, media, evaluasi, dan

tindak lanjut; (2) Penguasaan, penerapan, dan produk ilmu pengetahuan dan teknologi,

seperti menulis buku, karya ilmiah, penelitian, membuat alat peraga, penerapan aspek

teknologi dalam pembelajaran seperti media baik yang dihasilkan dalam bentuk software

maupun hardware. Dengan cara demikian, dapat dikembangkan unit produksi yang

memberikan kontribusi pada sekolah, mengembangkan jiwa kewirausahaan, kerjasama,

dan sebagainya; (3) Kontribusi guru dalam karya yang dapat dimanfaatkan orang lain

juga dapat dijadikan tolok ukur profesionalitas guru. Guru-guru dapat menyebarluaskan

temuannya ke berbagai media sehingga para stakeholder dapat turut merunut dan

memanfaatkan karya guru; (4) Penerapan strategi atau teknologi baru dalam

pembelajaran seperti e-learning, lesson study, quantum learning, konstruktivisme; (5)

Memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana pembelajaran seperti internet dan (6)

Motivasi terus berkembang untuk maju dan berkualitas dalam pembelajaran,

administrasi, pengembangan diri, yang mengarah pada perbaikan dan peningkatan

kualitas pembelajaran.

Setelah melakukan pengidentifikasian dan menyusun bahan ajar, selanjutnya,

guru mulai merancang strategi belajar manakah yang akan diimplementasikan, yang

mampu mendukung kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran terdiri dari

rangkaian materi dan prosedur untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa secara

efektif dan efisien. Salah satu tuntutan bagi guru adalah meningkatkan kompetensi siswa

dengan strategi maupun metode belajar yang merangsang dan meningkatkan kognitif

peserta didik. Guru memberikan pembelajaran, tetapi tetap membuka adanya reaksi,

respons, dan uneg-uneg dari siswa (Mulyoto, 2013).

Guru berperan mengarahkan pemikiran siswa untuk menggali pola pikir peserta

didik dengan instrumen strategi aktivitas belajar yang tepat, sehingga merangsang siswa

untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Partisipasi siswa sangatlah penting untuk

mengetahui sejauh mana level berpikir siswa telah tercapai. Partisipasi juga bisa

dijadikan salah satu acuan untuk evaluasi pembelajaran berikutnya, sehingga proses dan

hasil belajar akan terus berkembang.

Pembelajaran akuntansi dapat didefinisikan sebagai serangkaian prosedur belajar

yang bertujuan agar peserta didik mampu menerapkan metode-metode akuntansi

berdasarkan kaidah keilmuannya. Peserta didik diharapkan mampu memahami

pentingnya akuntansi sebagai bahasa bisnis dalam membuat keputusan demi

keberlangsungan suatu entitas, dan membuat pelaporan keuangan sesuai standar

kompetensi yang telah ditetapkan. Pembelajaran akuntansi dilakukan dengan

menerapkan strategi belajar pendukung agar aktivitas belajar dapat berlangsung secara

efektif dan efisien.

Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)

P a g e [ 335 ]

Edmodo

Ketiadaan jarak sebagai dampak dari internet dapat dimanfaatkan sebagai salah

satu alternatif pembelajaran. Daryanto (2013) menjelaskan bahwa karena sifat internet

yang dapat dihubungi setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-program

pendidikan yang disediakan di jaringan internet kapan saja sesuai dengan waktu luang

mereka sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk mencari sumber

belajar dapat teratasi. Dengan perkembangan pesat di bidang teknologi komunikasi,

multimedia, dan informasi; mendengarkan ceramah, mencatat di atas kertas sudah tentu

ketinggalan zaman.

Kemudahan akses internet menjangkau seluruh belahan dunia memungkinkan

berbagai inovasi dalam bidang pendidikan, yakni mempermudah koneksi peserta didik

dengan pendidik, salah satunya dengan memanfaatkan Edmodo. Edmodo merupakan

social network berbasis lingkungan sekolah (school based environment) yang

dikembangkan oleh Nicolas Borg and Jeff O'Hara, dengan fitur-fitur pendukung proses

belajar mengajar. Edmodo dapat diakses bebas di www.edmodo.com oleh guru, siswa,

maupun orang tua siswa. Edmodo telah banyak digunakan sebagai Professional

Development Tools oleh banyak praktisi pendidikan di U.S, seperti Lia Nielsen dan

Marianthe Williams (www.techlearning.com, November 2014).

Edmodo berpengaruh cukup besar dalam inovasi pembelajaran menggunakan

teknologi jaringan internet. “It is estimated that more than twenty-nine million teachers

and students around the world are using Edmodo on daily basis

(http://www.edmodo.com/about). Edmodo was also recognized by the American

Association of School Librarians in 2011 as one of the top 25 websites that foster the

qualities of information, creativity, active participation, and collaboration in the category

entitled ‘Social Networking and Communication’” (Kongchan, 2012 dalam Al-

Kathiri,2014).

Bila dibandingkan dengan media sosial Learning Management System lainnya,

Edmodo memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: (1) Mirip facebook, mudah

digunakan, (2) Closed group collaboration, hanya yang memiliki group code yang dapat

mengikuti kelas, (3) Free, diakses online, dan tersedia untuk perangkat smartphone ,

android dan iphone, (4) Tidak memerlukan server di sekolah, (5) Dapat diakses

dimanapun dan kapanpun, (6) Edmodo selalu diupdate oleh pengembang, (7) Edmodo

dapat diaplikasikan dalam satu kelas, satu sekolah, antar sekolah dalam satu kota atau

kabupaten, (8) Edmodo dapat digunakan bagi siswa, guru, dan orang tua, (9)

Edmodo digunakan untuk berkomunikasi dengan menggunakan model sosial media,

learning material, dan evaluasi, (10) Edmodo mendukung model team teaching, co-

teacher, dan teacher, (11) Terdapat notifikasi, (12) Fitur badge dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan motivasi siswa (Priowirjanto,2013)

Sedangkan Menurut Rusman (2013), e-learning dalam kegiatan pembelajaran

memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut, (1) Tersedianya fasilitas e-moderating di

mana dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 336 ] P a g e

melalui teknologi internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu

dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu. (2) Guru dan siswa dapat

menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstuktur dan terjadwal melalui

internet, sehingga keduanya saling mengetahui sampai seberapa jauh bahan ajar

dipelajari, (3) Siswa dapat belajar atau mengulang bahan pelajaran yang sudah dipelajari

setiap saat di mana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.

(4) Bila peserta didik memerlukan informasi yang berkaitan dengan bahan yang

dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah sesuai dengan

kebutuhan yang diinginkan (5) Baik guru dan siswa dapat melakukan diskusi terhadap

masalah pembelajaran melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang

lebih banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan wawasan yang lebih luas, (6)

Berubahnya peran siswa menjadi aktif dan lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran,

(7) Relatif lebih efisien bagi siswa yang bertempat tinggal jauh karena siswa dapat

mengikuti kegiatan pembelajaran melalui e-learning

Bullen dan Beam dalam Rusman (2013) juga menguraikan kelemahan e-learning

dalam kegiatan pembelajaran antara lain; (1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa

atau bahkan antar sesama siswa itu sendiri dalam kegiatan pembelajaran. Kurangnya

interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam kegiatan pembelajaran, (2)

Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dengan memanfaatkan e-

learning sehingga muncul aspek bisnis, (3) Kegiatan pembelajarannya cenderung ke arah

pelatihan pada siswa daripada pendidikan, (4) Berubahnya guru dari yang semula

menguasai teknik pembelajaran yang berpusat pada guru, kini juga dituntut mengetahui

teknik pembelajaran yang menggunakan komputer dan internet, (5) Peserta didik yang

tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran, (6) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet secara gratis sehingga

dibutuhkan biaya untuk menggunakan fasilitas internet di tempat lain (7) Kurangnya

tenaga yang mengetahui, memahami dan mempunyai ketrampilan untuk

mengoperasikan internet dan (8) Kurangnya tenaga ahli yang bisa dalam hal penugasan

bahasa pemrograman komputer.

Edmodo yang memberikan kontribusi positif dan solusi terhadap hambatan

pembelajaran, seperti waktu yang terbatas, adanya kegiatan yang tidak memungkinkan

untuk menghadiri tatap muka di kelas, maupun jarak. Edmodo mendorong peserta didik

untuk lebih bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya, mempermudah akses

orang tua dalam mengawasi jalannya proses belajar anak-anaknya, serta memberikan

wadah bagi pendidik untuk mengembangkan profesionalitas dengan memanfaatkan

layanan kelas virtual Edmodo. Dengan pesatnya teknologi informasi saat ini dan besarnya

pemanfaatan internet secara global, seharusnya seluruh kelemahan e-learning telah

ditekan seminimal mungkin. Adapun terkait tenaga ahli, sesungguhnya, penggunaan

Edmodo yang berupa sosial media terkait kemudahan aksesnya bahkan melalui mobile

phone sekalipun, satu-satunya tenaga ahli yang diperlukan hanyalah kemampuan guru

mengoperasikan Edmodo dan kreativitas mengelola kelas virtual tersebut.

Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)

P a g e [ 337 ]

Pemanfaatan Edmodo dalam Pembelajaran Akuntansi

E-learning, dalam hal ini Edmodo, merupakan pembelajaran yang dapat

berlangsung kapanpun dan di manapun sehingga tidak diharuskan berada dalam satu

dimensi waktu dan ruang. Pembelajaran akuntansi kerap kali dilakukan secara

behavioristik, dikarenakan akuntansi memang ilmu pengetahuan mengenai pencatatan

finansial yang bersifat prosedural dengan aturan yang telah ditetapkan. Siklus akuntansi,

ayat jurnal, hingga pelaporan keuangan telah diatur dalam konsep baku dan sistematis.

Seringkali pula karena keterbatasan waktu atau karakteristik individual siswa, siswa

tidak mengajukan pertanyaan apabila terdapat pertanyaan yang tidak dipahami. Hal ini

dapat mengakibatkan kurangnya pencapaian kompetensi untuk beberapa siswa.

Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan,

presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya bergantung dari satu atau lebih

tiga model dasar dialog atau komunikasi sebagai berikut (Boettcher,1999 dalam

Daryanto, 2013) ; (1) Komunikasi antara guru dengan siswa;(2) Komunikasi antara siswa

dengan sumber belajar;(3) Komunikasi siswa dengan siswa. Edmodo dalam

pembelajaran akuntansi dapat diterapkan sebagai media blended e-learning, sebagaimana

yang umumnya masih diterapkan di Indonesia. Keberhasilan pencapaian tujuan

pembelajaran dapat ditunjang dengan menggunakan e-learning Edmodo. Media

pembelajaran yang diterapkan dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran,

kemudahan memperoleh informasi, keterampilan guru mengoperasikan media, durasi,

dan yang paling penting adalah sesuai kemampuan berpikir siswa. Selanjutnya

berdasarkan tiga model dasar dialog atau komunikasi di atas, maka dapat diuraikan

beberapa teknik belajar yang dapat diimplementasikan dengan dukungan Edmodo:

Tugas Mandiri

Johnson (2009), menguraikan bahwa menugaskan murid mengerjakan tugas

mandiri memiliki banyak keuntungan. Pertama, anda bebas memanaskan kelas dan dapat

bertindak sebagai pemberi informasi daripada pemimpin kelas. Kedua, murid-murid

akan belajar bertanggung jawab atas pendidikan mereka; mereka memiliki kesempatan

untuk melatih kemampuan penting seperti menentukan prioritas dan mengelola waktu;

dan mereka dapat belajar sesuai pola yang mereka kehendaki. Ketiga dan mungkin yang

terpenting, dengan memberi tanggungjawab lebih di pundak murid-murid anda, anda

menunjukkan bahwa anda percaya pada kepandaian dan kemampuan belajar mereka.

Tugas mandiri akuntansi dapat berupa latihan soal, pemecahan kasus informasi

keuangan perusahaan yang membantu siswa untuk berpikir lebih kritis, maupun berupa

penelitian mandiri. Menurut Yamin (2008), belajar mandiri memiliki manfaat yaitu: (1)

memupuk tanggung jawab, (2) meningkatkan ketrampilan,(3) memecahkan masalah, (4)

mengambil keputusan, (5) berpikir kreatif, (6) berpikir kritis, (7) percaya diri yang kuat, serta

(8) menjadi guru bagi dirinya sendiri.

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 338 ] P a g e

Tugas mandiri yang biasa diterapkan dalam pembelajaran akuntansi adalah

pemberian modul bagi siswa untuk dikerjakan secara individual. Modul yang diberikan

pada siswa dapat disesuaikan terhadap kompetensi apa yang harus dicapai oleh siswa.

Parkinson & Chew (2011) menggunakan modul akuntansi konvensional berbasis e-

learning bernama Moodle, hampir serupa dengan fasilitas pada Edmodo. Gomez dan

Berrocoso (2012) juga menggunakan Moodle sebagai e-learning platform untuk aktivitas

pembelajaran dan menilai kompetensi akuntansi siswa. “The uses of Moodle range from its

role as a storage and distribution location for materials such as slides and coursework

assignments, to a forum for discussion between staff/students and students/students”

(Parkinson & Chew,2011). Selanjutnya dalam pemanfaatan Moodle, Gomez dan

Berrocoso (2012) menyebutkan bahwa “In the module we used two tools: an overall

activity table and an activity sheet. With the former we list all the activities devised, with the

following information for each line: activity reference and description, competencies, sub-

competencies and indicators to be developed and assessed, and timeframe. Moodle

dianggap praktis, mudah diakses dan dapat dijangkau kapanpun di manapun bagi siswa.

Kemudahan akses pembelajaran memang sangatlah penting baik bagi guru maupun

siswa.

Karena kurang lebih fungsi, manfaat, tujuan dan operasional Moodle hampir sama

dengan Edmodo, maka dapat diterapkan penggunaan yang sama pula. Sebagai contoh,

pemberian modul laporan keuangan perusahaan sederhana yang mencakup jurnal, buku

besar, neraca saldo, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan

posisi keuangan, cashflow, hingga jurnal penyesuaian. Guru dapat membuat latihan soal

dan kriteria penilaian kemudian meng-upload di Edmodo. Guru dapat menguraikan

terlebih dahulu dalam video yang diupload via Edmodo berupa tutorial singkat teknis

tugas dan mengumumkannya pada seluruh siswa. Selanjutnya guru menetapkan batas

waktu due date pengumpulan tugas.

Untuk beberapa sekolah, terutama pada masa prakerin siswa SMK, guru

memberikan modul manual bagi siswa untuk dikerjakan selama prakerin, dan

dikumpulkan pada waktu yang ditentukan. Teknik ini memang unggul dalam kepraktisan,

efisiensi waktu dan tenaga, serta penilaian yang mudah. Namun juga memiliki kelemahan,

antara lain kembali lagi pada masalah proses belajar pada umumnya, guru dapat

langsung menjatuhkan penilaian bahwa level kognitif yang dicapai setiap siswa adalah

sama, yakni terselesaikannya modul tersebut. Sekalipun dalam masa prakerin, untuk

beberapa sekolah dilangsungkan seminggu sekali, proses belajar mengajar tetap

dilakukan untuk memenuhi mata pelajaran yang telah ditetapkan, tentunya kontrol guru

tetaplah sangat terbatas dikarenakan durasi mengajar.

Hal tersebut dapat diminimalisir dengan memanfaatkan Edmodo. Sebagai

gambaran, misalnya, setelah guru memberikan modul baik manual maupun via Edmodo,

guru tetap dapat memberikan perhatian lebih di luar kelas. Guru dapat menghimbau

siswanya untuk bertanya apabila mengalami kesulitan dalam mengerjakan modul,

ataupun ada instruksi yang tidak dipahami siswa, baik secara private message maupun

Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)

P a g e [ 339 ]

sharing pada teman-temannya. Di sini, guru dapat mengontrol dan membantu siswa

sembari memberikan penilaian dan evaluasi baik secara subjektif maupun objektif.

Subjektif untuk mengetahui bagaimana dan sejauh mana siswa telah belajar, dan objektif

terhadap hasil tugas siswa. Selanjutnya, guru dapat mengindentifikasi permasalahan apa

yang selanjutnya akan dibahas dalam pertemuan selanjutnya, untuk memastikan seluruh

siswa mencapai hasil belajar yang ditentukan, berdasarkan informasi kesulitan siswa

yang disampaikan pada guru via Edmodo.

Games

Guru dapat memanfaatkan Edmodo untuk menciptakan kompetisi ringan berupa

games yang menyenangkan. Topik games dapat disesuaikan dengan materi pelajaran,

dilakukan secara berkala seusai pemberian materi, dan diambil dari peristiwa ekonomi

atau sosial. Salah satu contoh materi akuntansi yang dapat dijadikan kuis maupun games

singkat adalah introduction, dengan contoh topik adalah kasus keuangan sehari-hari.

Dapat pula mengajak siswa untuk berargumentasi sejauh mana peran informasi

keuangan berguna dalam sebuah usaha, bagaimana cara pencatatan yang baik dan

prosedur pencatatan yang seharusnya berdasarkan perspektif mereka. Siswa dapat

dibimbing untuk mengembangkan wawasan mereka berdasarkan permasalahan

informasi keuangan yang mereka pahami dalam kehidupan sehari-hari ataupun dari

media, lalu dikembangkan sesuai daya nalar masing-masing. Seiring dengan kompleksitas

pemahaman yang meningkat, maka guru juga dapat meningkatkan level games atau kuis

sembari mengontrol daya serap dan pemahaman siswa untuk dilakukan evaluasi secara

kontinyu.

Pembelajaran menggunakan Edmodo telah beberapa kali dilakukan dan

memberikan hasil yang cukup signifikan. Dalam salah satu penelitian eksperimental yang

dilakukan oleh Al-Kathiri (2014) terhadap 42 siswa dengan pembelajaran menggunakan

metode tradisional dikolaborasikan dengan Edmodo, menghasilkan pencapaian yang

signifikan secara positif. Selanjutnya dalam pembelajaran akuntansi, peletakan dasar-

dasar pengetahuan akuntansi sangatlah diperlukan untuk menapaki level selanjutnya,

sebagaimana setiap ilmu pasti memiliki dasar yang harus dipahami terlebih dahulu.

Dalam meletakkan dasar-dasar akuntansi baik persamaan, tujuan, maupun prosedur

akuntansi, guru dapat memanfaatkan pengetahuan awal siswa tentang subjek materi

untuk digali lebih dalam dengan bantuan Edmodo, yakni kuis maupun game kilat.

Diskusi

Dolvin dan Pyles (2011) menekankan bahwa telah ditunjukkan pada siswa

,metode instruksi “chalk and talk” masih menjadi metode yang paling populer dalam

pelajaran keuangan (e.g Saunders, 2001, Farooqi Saunders, 2004; Iqbal. Farooqi &

Saunders, 2006) sebagaimana disiplin lainnya yang serupa seperti ekonomi (Becker &

Watts, 1996; Becker & Watts, 2001). Karena sifatnya yang memang membutuhkan

banyak latihan soal, pelajaran akuntansi dirasa kurang merangsang antusiasme siswa

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 340 ] P a g e

untuk bertanya, berargumen, dan mengetahui lebih dalam ilmu akuntansi. Di samping

latihan soal, tentunya kita dapat memberikan nuansa pembelajaran yang berbeda,

misalnya merangsang partisipasi aktif siswa untuk mendiskusikan isu-isu akuntansi,

kesalahan-kesalahan dalam pencatatan laporan keuangan serta implikasinya bagi

perusahaan.

Sardiman (2009) dalam Anisa dan Ratnasari (2013) mengemukakan bahwa

mengetahui apa yang dipelajari adalah awal yang baik untuk belajar. Dengan mengakses

materi terlebih dahulu, siswa mengetahui apa yang akan mereka pelajari sehingga

mereka lebih siap untuk belajar. Kesiapan akan meningkatkan partisipasi siswa dalam

proses pembelajaran. Siswa mengkonstruksikan berbagai pengetahuan dan

pengalamannya untuk menguraikan, menganalisis dan menjawab persoalan yang

diberikan oleh guru sesuai cara mereka masing-masing. Dengan kreativitas guru dalam

mengontrol alur diskusi, guru harus dapat terus-menerus merangsang keingintahuan,

pertanyaan-pertanyaan, argumen-argumen dan seluruh bentuk respon dari perspektif

siswa. Mengkonstruksikan pengetahuan untuk mendalami materi terbukti lebih efektif

hasilnya dibandingkan metode tradisional. Fowler (2006) pun mendukung metode

pembelajaran aktif, dan menjelaskan bahwa lebih sering berpikir berdasarkan

pengalaman, maka hasilnya akan lebih baik. Penelitian Fowler pun menunjukkan bahwa

kelas aktif terbukti dapat memahami konsep dengan lebih baik.

Sharing Antar Guru

Edmodo tidak hanya menjadi media komunikasi antara guru dengan murid, akan

tetapi dapat menjadi wadah sharing dengan guru-guru pengampu akuntansi lainnya

untuk mengembangkan metode pembelajaran akuntansi. Dengan berbagi permasalahan,

pengalaman dan pendapat, maka metode pembelajaran akuntansi dapat berkembang,

baik dalam strategi pembelajaran, solusi kesulitan-kesulitan siswa, kelamahan dan

kelebihan penerapan berbagai metode pembelajaran akuntansi, bahkan dapat melakukan

kolaborasi pembelajaran secara online. Sebagaimana dikutip dari Kruger & Bester

(2014), yang menyatakan bahwa Edmodo was chosen for several reasons. Lecturers can

(and should) invite students to join the classrooms that they create. Edmodo can be used to

communicate with their students, share information, post assignments and perform

assessments. Other lecturers can also join as “observing teachers” and can therefore benefit

not only by means of their own participation but also by observing that of other lecturers.

Lecturers (“Teachers” on Edmodo) can join communities.

Meningkatkan Pembelajaran Menggunakan Edmodo

Chyun dan Mark (2005), mendeskripsikan alasan kepuasan dan ketidakpuasan

penggunaan e-learning sebagai berikut:

Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)

P a g e [ 341 ]

Gambar 1. Profil Faktor Kepuasan dan Ketidakpuasan dalam Konteks e-Learning

Berdasarkan gambar tersebut, maka dalam penerapan Edmodo, guru dapat

merencanakan dan melaksanakan tindakan defensif untuk meminimalisir hambatan

akibat ketidakpuasan siswa terhadap e-learning Edmodo. Kalimat yang tidak di-bold

menunjukkan sebab-sebab ketidakpuasan dalam pembelajaran e-learning. Maka dari itu,

guru wajib memiliki solusi konkret guna meningkatkan kepuasan siswa sehingga

berdampak positif pada kesuksesan belajar. Untuk meningkatkan kepuasan e-learning

siswa, Chyun dan Mark (2005) mengemukakan proses sistematis untuk mengurangi

masalah e-learning, yang dikonsepkan dalam five step SIEME process; (1) Separate

unhealthy attrition from healthy attrition;(2)Investigate satisfying and dissatisfying

factors;(3) Eliminate or reduce dissatisfying factors;(4)Maintain and/or add satisfying

factors, and; (5) Evaluate attrition in e-learning continuously.

Edmodo menyediakan fitur serupa direct message antara siswa dengan guru,

namun tidak antar siswa. Dengan tools tersebut, siswa dapat berkonsultasi secara

langsung dengan guru bila menemui kesulitan dalam belajar akuntansi. Karena sifatnya

yang private message, siswa tidak akan malu untuk menanyakan hambatan yang

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 342 ] P a g e

dihadapi dan guru dapat memberikan arahan yang tepat secara personal pada siswa.

Edmodo memiliki kelebihan berupa tidak terikat dimensi ruang dan waktu, sehingga

siswa dan guru dapat mengakses 24/7. Siswa yang kurang memahami materi akuntansi,

dapat dengan mudah berkomunikasi dengan guru tanpa perlu menghadiri tatap muka di

kelas. Al-Kathiri (2014) menjelaskan bahwa “the chat features of Edmodo allows students

to broaden both the type and amount of their communication offering them opportunities

to increase their confidence and motivation”. Fitur dalam Edmodo mampu memotivasi dan

mendukung proses belajar siswa, karena sifatnya yang mampu menghubungkan langsung

kedua pihak. Hal ini dapat membantu mengurangi kecenderungan guru yang senantiasa

memukul rata level kognitif siswa sebagaimana yang sering terjadi di dalam kelas.

Diharapkan dengan Edmodo, hambatan-hambatan belajar yang dialami oleh guru

maupun siswa dapat diminimalisir.

SIMPULAN

Ilmu akuntansi yang bersifat prosedural memang biasa disajikan dalam kelas

kovensional yang berpusat pada guru. Namun dengan kreativitas, banyak peristiwa

dalam ranah akuntansi yang bisa menjadi topik menarik untuk didiskusikan bahkan

dalam forum edmodo, sehingga siswa juga bisa mengasah kognitif mereka untuk

menyelami fenomena akuntansi sederhana hingga tingkat kompleksitas yang mampu

mereka terima. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji sejauh mana e-

learning mampu memberikan kontribusi dalam pembelajaran. Sebagaimana penelitian

eksperimental Al-Kathiri (2014) mengenai pembelajaran menggunakan metode

tradisional dikolaborasikan dengan Edmodo, yang menghasilkan pencapaian yang

signifikan secara positif, penggunaan e-learning dalam blended learning oleh Anisa dan

Ratnasari (2013) juga terbukti meningkatkan kesiapan, partisipasi, antusiasme dan

korelasi. Beberapa strategi belajar akuntansi yang dapat diterapkan dengan Edmodo

yakni tugas mandiri, diskusi, dan games. Untuk penilaiannya, dapat dibuat indikator

penilaian aktivitas dan kompetensi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga

aspek penilaian tercakup lebih luas.

Implikasi lebih jauh dalam pemanfaatan Edmodo adalah, selain meningkatkan

efisiensi, juga meratakan tembok keterbatasan ruang dan waktu. Beberapa kelemahan

dari Edmodo adalah merupakan kelebihan dari pembelajaran face-to face, yakni

komunikasi antar siswa dengan guru dan pengawasan guru secara langsung dalam kelas.

Akan tetapi pengkombinasian keduanya akan meningkatkan kualitas pembelajaran

akuntansi mengingat segala kemudahan yang ditawarkan oleh Edmodo bagi guru dan

siswa. Penggunaan Edmodo yang telah dimanfaatkan secara luas untuk meningkatkan

profesionalisme guru, tak lepas dari kreativitas guru untuk dalam mengelola

pembelajaran secara virtual yang efektif dan efisien. Diharapkan dengan e-learning

Edmodo, kompetensi peserta didik akuntansi siap bersaing menghadapi arus MEA

mendatang.

Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)

P a g e [ 343 ]

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kathiri, F. (2015). Beyond the Classroom Walls: Edmodo in Saudi Secondary SchoolEFL Instruction, Attitudes and Challenges. English Language Teaching. 8(1), 189-198.

Anisa, A.A., & Ratnasari, A. (2013). Blended Learning: Improving Motivation in LearningAccounting Case of SMKN 1 Bantul 2012/2013. Jurnal Pendidikan AkuntansiIndonesia. 6 (1).155-159

Chyung, S.Y & Mark, V. (2005). An Investigation of the Profiles of Satisfying andDissatisfying Factors in E-Learning. Performance Improvement Quarterly. 18 (2).108-110

Daryanto. (2013). Media Pembelajaran, Peranannya Sangat Penting dalam MencapaiTujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Dolvin, S.D. & Pyles, M.K. (2011). The Influence of Simulation Performance on StudentInterest. Journal of Economic Education Research.13 (3), 35.

Gomez, A.C & Berrocoso, J.V. (2012). Design of A Competency-Based Assessment Model InThe Field of Accounting. Contemporary Issues In Educational Research-SpecialEdition. 5 (5), 346.

Johnson, L. (2009). Pengajaran yang Kreatif dan Menarik: Cara Membangkitkan MinatSiswa Melalui Pemikiran. Jakarta: Indeks.

Kruger, M. & Bester, R. (2014). Mobile Learning: A Kaleidoscope. Electronic Journal of e-Learning. 12 Issue 1, 61.

Lou, F. (2006). Active Learning: An Empirical Study of The Use of Simulation Games InThe Introductory Financial Accounting Class. Academy of Educational LeadershipJournal.10 (3). 94-100.

Mulyoto. (2013). Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka

Parkinson, A. & Chew, L. (2011). Student Perception of E-learning Components Within anUndergraduate Accounting Module: A Pilot Study. Annual International Conferenceon Education & e-Learning. 3

Priowirjanto, G. (2013). Southeast Asian Ministers Of Education Organization RegionalOpen Learning Centre.

Rooijakkers, A. (1993). Mengajar Dengan Sukses, Petunjuk Untuk Merencanakan danMenyampaikan Pengajaran. Jakarta: Grasindo

Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sastroprawiro, W.N. (2011). The Missing Abundance Mentality in Our Curriculum dalamSeri Pemikiran Mahasiswa: Ekonomi Indonesia di Mata Anak Muda UI. FEUI:Baduose Media

Techlearning (2014) How To Improve Professional Learning. Diakses dariwww.techlearning.com pada tanggal 10 April 2015

Widayati, A. (2013). Studi Tentang Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran AkuntansiDalam Meningkatkan Profesionalitas Guru Akuntansi SMK di DIY. JurnalPendidikan Akuntansi Indonesia.11 (1).

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 344 ] P a g e

Yamin, M. (2008). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:Gsung Persada Press.

Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)

P a g e [ 345 ]

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PENGELOLAAN USAHA

BERBASIS KNOWLEDGE MANAGEMENT UMKM DI KEDIRI

Rr. ForijatiUniversitas Nusantara PGRI Kediri

[email protected]

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Modul PembelajaranPengelolaan Usaha berbasis Knowledge management UMKM. Prosedurpengembangan dalam penelitian ini adalah 1) Studi pendahuluan yaitumengeksplorasi kebutuhan UMKM dan mengeksplorasi knowledge managementUMKM 2) pembuatan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha BerbasisKnowledge Management UMKM 3) validasi dari expert: ahli rancanganpembelajaran, ahli isi bidang ilmu, ahli media pembelajaran 4) pelaksanaankegiatan pengembangan (uji coba prototype) 5) evaluasi kegiatan dengan modelCIPP (Context, Input, Process dan Product). Hasil pengembangan, secarakonseptual menurut tanggapan/penilaian ahli rancangan, ahli isi bidang ilmudan ahli media pembelajaran menunjukkan produk pengembangan yangdihasilkan dinyatakan tepat dan layak untuk dimanfaatkan sebagai modulpembelajaran. Secara teknis operasional dari hasil uji coba kelompok kecil danujicoba lapangan menunjukkan bahwa produk pengembangan yang diujicobakanmenghasilkan perolehan belajar yang positif bagi subjek uji coba (pebelajar). Halini ditandai dengan nilai hasil uji validitas berada dalam skala 80% - 100% ataumasuk kualifikasi sangat baik. Dari dua puluh lima orang subjek uji cobalapangan diperoleh hasil rerata nilai test akhir sebesar 79,68, sedangkan reratanilai tes awal sebesar 52,76. Dengan menggunakan Paired Samples Test,didapatkan nilai t-value -11,486 pada tingkat signifikansi .000. Hal ini berartiterdapat peningkatan yang signifikan hasil tes akhir dari tes awal.

Kata Kunci: Pengembangan Modul Pengelolaan Usaha, Knowledge ManagementUMKM

PENDAHULUAN

Pengalaman berbagai negara, baik negara maju maupun berkembang

menunjukkan bahwa UMKM mempunyai peran yang penting dalam pengembangan

ekonominya. Di seluruh dunia, pemerintah juga mengakui kontribusi UMKM terhadap

lapangan kerja dan pembangunan ekonomi juga mempunyai peran potensial dalam

proses penetapan kebijakan publik (Storey, 2005). Peran UMKM dalam perekonomian

negara sangat penting dan strategis karena telah terbukti menjadi penyelamat

perekonomian pasca krisis dan menjadi penyedia lapangan tenaga kerja terbesar. Selain

itu, tersedianya lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan akan menekan angka

kemiskinan, untuk itulah memberdayakan UMKM identik dengan menggerakkan

ekonomi rakyat (Siswoyo, 2009). Usaha mikro kecil menengah, dengan karakteristik

skalanya yang serba terbatas, memiliki segala kekuatan dan kelemahan. Kekuatan

dimaksud terletak pada kemampuan melakukan fleksibilitas dalam menghadapi berbagai

tantangan lingkungan. Di antara sejumlah kekuatan yang ada pada usaha kecil adalah

fleksibilitas untuk berkreasi, kemampuan untuk melakukan inovasi dan kemampuan

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 346 ] P a g e

melakukan tindakan yang tidak mungkin dilakukan oleh usaha berskala besar, dan juga

yang terutama karena daya tahan terhadap krisis. Di samping kekuatan, berbagai

kelemahan masih dimiliki oleh UMKM antara lain: a) kurangnya pemodalan, b) minimnya

pengetahuan dalam hal pengelolaan usaha, c) kesulitan dalam hal pemasaran, d)

persaingan usaha yang ketat, e) kendala bahan baku (Hadiyati Ernani, 2010). Dengan

segala kelemahan dan keterbatasan yang dimiliki oleh UMKM, maka diperlukan

pendampingan dan pemberdayaan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk

mengembangkan suatu modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge

management UMKM dan juga mengevaluasi keefektifan penggunaan modul tersebut

dengan evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) dari Stufflebeam

Knowledge management atau sering disingkat KM sendiri sejatinya dapat diartikan

sebagai sebuah tindakan sistematis untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan

mendistribusikan segenap jejak pengetahuan yang relevan kepada setiap anggota

organisasi tersebut (Widayana, 2005). Knowledge Management merupakan suatu

paradigma pengelolaan informasi yang berasal dari pemikiran bahwa pengetahuan yang

murni sebenarnya tertanam dalam benak dan pikiran setiap individu atau manusia

sehingga harus ditemukan mekanisme penyebarannya (information and experience

sharing) agar terjadi peningkatan pengetahuan dari masing-masing pelaku kegiatan di

dalam perusahaan. Oleh karena itulah dalam implementasinya yang terjadi adalah

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mencari, membentuk, dan

menyebarkan berbagai ide, gagasan, pengetahuan, dan pengalaman dari satu atau

sekelompok orang ke satu atau sekelompok orang lainnya di dalam sebuah perusahaan.

Ilmu pengetahuan yang diciptakan dari pengetahuan perorangan yang harus dikelola

menjadi pengetahuan organisasi. Knowledge merupakan pengalaman, informasi tekstual

dan pendapat para pakar di bidangnya. Knowledge Management dibangun dengan

landasan adanya budaya knowledge sharing (Anantatmula, 2005). Oleh sebab itu dengan

adanya sharing pengetahuan antar UMKM terutama dalam satu sentra usaha akan terjadi

transfer ilmu yang akan memperkaya strategi dan pengetahuan dalam pemberdayaan

usaha mikro kecil dan menengah. Dengan adanya transfer pengetahuan dan ketrampilan

antar UMKM terutama dari satu sentra, akan mengatasi beberapa permasalahan seperti:

Pertama, tidak dimilikinya aset produksi yang memadai, ditambah lagi

terbatasnya akses terhadap sumber-sumber permodalan sehingga sering menyebabkan

produktivitas dan pendapatan pengusaha kecil menjadi rendah. Pendapatan yang

diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pokok, sehingga kecil

kemungkinan mereka bisa menabung dan memiliki modal yang cukup untuk

meningkatkan atau membuka usaha baru. Kedua, karena nilai tukar hasil produksi

pengusaha kecil acapkali tertinggal dengan hasil produksi dari usaha berskala besar,

khususnya yang berasal dari sektor industri modern. Di sisi lain, akses pengusaha kecil ke

pusat-pusat pemasaran umumnya juga cenderung rendah karena dalam banyak hal

kelembagaan usaha rakyat belum berperan maksimal dalam menfasilitasi kegiatan

ekonomi rakyat. Di berbagai wilayah pedesaan kegiatan ekonomi pasar relatif sepi, dan

Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)

P a g e [ 347 ]

kalau pun ada umumnya lebih sebagai ajang bagi pengusaha dari luar desa untuk

menyerap produk-produk masyarakat desa dengan harga yang kurang adil. Ketiga,

karena sebagian besar pengusaha kecil umumnya tidak atau belum memiliki produk

unggulan yang bisa diandalkan dalam arti produk itu memiliki prospek pemasaran yang

cerah di pasaran dan hasil yang menguntungkan. Kalau pun ada sebagian pengusaha kecil

yang memiliki produk komoditi tertentu, sering terjadi hasilnya kurang menguntungkan

karena lemahnya posisi mereka dalam mata rantai perdagangan. Sudah menjadi rahasia

umum bahwa dalam proses penjualan, biasanya pihak yang dominan menentukan harga

adalah para pedagang atau tengkulak bukan para pengusaha kecil. Keempat Pengusaha

UMKM sering tidak mempunyai catatan keuangan sehingga tidak mengetahui secara pasti

keuntungan yang di dapat dan juga ketika akan mengakses pemodalan ke perbankan,

mereka cenderung tidak bisa membuat proposal kredit ataupun menghitung berapa

sesungguhnya modal yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan. Kondisi UMKM di atas

menjadi fenomena universal di Indonesia, termasuk di Kediri.

Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa UMKM di wilayah Kediri masih

menggunakan manajemen tradisional. Salah satu ciri manajemen tradisional adalah tidak

memiliki laporan keuangan dan baik pengeluaran maupun penerimaan yang ada tidak

tercatat dengan baik. Mereka tidak membutuhkan laporan keuangan yang mencatat alur

penerimaan dan pengeluaran setiap hari asalkan usaha yang dilakukan tetap berjalan.

Apabila UMKM tidak memiliki laporan keuangan maka UMKM tersebut tidak bersifat

bankable. Kalau laporan keuangan tidak ada maka akses ke bank juga akan terkendala.

Dari kondisi UMKM yang ada di Kediri maka dibutuhkan bantuan pendampingan dan

pelatihan dalam mengembangkan usahanya, karena hanya 2,60% yang pernah

mendapatkan pelatihan akuntansi/keuangan/pembukuan dan 2,30% yang pernah

mendapatkan pelatihan Manajemen Usaha (Bappeda Kota Kediri, 2009). Hal ini juga di

dukung dari hasil eksplorasi penelitian tentang kebutuhan UMKM di Kediri akan

pendampingan dan pelatihan, UMKM memerlukan pelatihan tentang aspek produksi

sebesar 38%, aspek manajemen usaha sebesaaar 56%, aspek desain produk 46% dan

aspek kewirausahaan sebesar 15% (Forijati, 2014).

Dari data di atas, maka diperlukan suatu bentuk bantuan teknis berupa pelatihan

pengelolaan Usaha untuk UMKM, di mana dalam pelatihan tersebut diperlukan suatu

modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM yang

dapat digunakan oleh UMKM dalam mempelajari bagaimana mengelola usahanya dengan

baik. Modul Pemberdayaan ini berupa Modul Pembelajaran di susun dan di kembangkan

oleh peneliti dari pengamatan pada saat dilakukan FGD Knowledge Management UMKM

dan dari survey pada UMKM di Kediri. Berdasarkan survey pada UMKM di Kediri di

dapatkan bahwa jenis layanan yang dibutuhkan oleh UMKM 56% berupa pelatihan

Manajemen Usaha. Pelatihan Manajemen Usaha yang diperlukan oleh UMKM sebagian

besar berupa aspek pengelolaan keuangan usaha. Karena salah satu kelemahan dari

pelaku UMKM adalah minimnya pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan keuangan

usaha mereka.

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 348 ] P a g e

METODE

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kediri Jawa Timur. Studi ini berada pada

desain penelitian dan pengembangan (Research and Development). Subjek uji coba adalah

pengusaha UMKM di Kediri. Untuk uji coba kelompok di ambil 9 orang. Dan untuk uji

coba lapangan diambil 25 (dua puluh lima) pengusaha mikro kecil menengah dengan

karakteristik yang sama. Suparman (1997) memberikan batasan sampel untuk uji coba

lapangan berkisar antara 10 – 30 orang. Jenis data yang di kumpulkan berupa data

kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa pelaksanaan pemberdayaan dengan

menggunakan modul pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM berupa

catatan lapangan dan hasil observasi. Sedangkan data kuantitatif berupa data dari hasil

pengembangan melalui studi eksperimen semu atau uji coba terhadap modul

pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM

Teknis analisis data yang digunakan adalah 1) Analisis Validitas (Validity Analysis)

2) Uji Perbedaan, dalam pelaksanaan pemberdayaan melalui pelatihan dengan

menggunakan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management

UMKM yang dikembangkan, dilakukan Pre test dan Post test. Data skor tes awal (pre test)

dan skor tes akhir (post test) pada uji coba lapangan dianalisis dengan menggunakan alat

bantu komputer melalui program SPSS. Uji statistik dengan menggunakan Paired sample

t-test (uji t-test) untuk uji beda, Sebelum menggunakan uji t-test terlebih dahulu di

analisis kenormalan distribusi dan bentuk data dengan menggunakan Kolmogorov-

Smirnov sehingga syarat statistik parametrik terpenuhi. Uji beda dengan t-test ini

digunakan untuk menganalisis perbedaan rata-rata hasil pengukuran pre test dan post

test dari pemberdayaan UMKM melalui pelatihan dengan menggunakan Modul

Pembelajaran Pengelolaan Usaha Berbasis Knowledge Management UMKM.

Prosedur pengembangan desain pemberdayaan UMKM berbasis knowledge

management ini, mengikuti tahap-tahap sebagai berikut. 1) Tahap Pertama,

mengeksplorasi kendala-kendala dan kegagalan-kegagalan yang pernah dialami UMKM,

untuk kemudian melaksanakan sharing knowledge dengan menggunakan proses SECI

(Socialization, Externalization, Combination, Internalization). Selain itu juga melakukan

studi pendahuluan untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan (need assessment)

UMKM dengan melakukan eksplorasi lapangan untuk mencari model pemberdayaan

berbasis knowledge management yang sesuai dengan karakteristik Usaha Mikro Kecil

Menengah. Selain itu, dalam studi pendahuluan ini juga mulai di kembangkan draf desain

instruksional Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha Berbasis Knowledge Management

UMKM yang terdiri dari komponen sebagai berikut: a) Kompetensi b) Tujuan

Pengembangan Modul c) Indikator d) Skenario pembelajaran yang terdiri atas: alokasi

waktu, tujuan pembelajaran, dasar pemikiran, langkah-langkah pembelajaran e) Materi

ajar f) Evaluasi berupa lembar kerja yang terdapat pada akhir tiap bagian pembelajaran.

Hasil draf desain instruksional tersebut di validasi oleh draf awal desain pembelajaran

melalui diskusi, justifikasi dan konsultasi dengan ahli (expert judgment) untuk

Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)

P a g e [ 349 ]

mendapatkan program pembelajaran yang diinginkan. Penilaian tersebut di dasarkan

pada makna dan pengambilan keputusan yang digunakan dalam menilai proses

pemberdayaan melalui pemberian pelatihan dengan menggunakan modul pembelajaran

pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM:

Tabel 1. Persentase Penilaian Ahli Rancangan Pembelajaran, Ahli Isi Bidang Ilmu danAhli Media Pembelajaran, Pelaku UMKM

Tingkat Pencapaian Kualifikasi

80% - 100%

66% - 79%

56% - 65%

Kurang dari 56%

Sangat baik/Sangat Jelas/Sangat Sesuai/ Sangat

Menarik/Sangat Tepat, Tidak Perlu Revisi.

Baik/Cukup Jelas/ Sesuai/ Menarik/ Tepat, Tidak

Perlu Revisi

Cukup Baik/Cukup Jelas/Cukup Sesuai/ Cukup

Menarik/Cukup Tepat/Perlu Direvisi

Tidak baik/Tidak Jelas/Tidak Sesuai/ Tidak

Menarik/Tidak Tepat/ Perlu direvisi

2) Pada tahap kedua merupakan studi pengembangan, berupaya untuk

mengembangkan dan menyusun model prosedural yang menjadi konstruktif draf awal

atau prototipe model pembelajaran berupa modul pembelajaran pengelolaan usaha

berbasis knowledge management UMKM. Dalam ujicoba terbatas ini juga dikaji efektivitas

dan keterlaksanaan program menurut alokasi waktu yang disediakan dalam pengajaran.

Pada uji kelompok ini juga akan di uji validitas dan reliabilitas instrumen evaluasi

pelatihan yang nantikan akan di gunakan sebagai instrumen evaluasi pelatihan pada Uji

lapangan. Hasil dari tahap ke dua akan diujicobakan pada uji kelompok kecil dan di revisi

untuk dilanjutkan pada tahap ke tiga yaitu tahap uji lapangan. 3) Pada tahap ke tiga yaitu

melakukan uji lapangan, tujuan yang dicapai adalah merekonstruksi draf awal/prototype.

Pelaksanaan Uji lapangan yaitu dengan melalui pelatihan yang menggunakan sarana

modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM akan di

evaluasi oleh pihak eksternal dengan menggunakan instrumen evaluasi pemberdayaan

CIPP (context, Input, Process, Product). Penilaian CIPP dengan menggunakan Tabel 2.

Tabel 2. Tabel Standar Konversi Data Kuantitatif ke KualitatifRerata Skor Klasifikasi Kesimpulan

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 350 ] P a g e

> 4,2 Sangat baik Sangat sesuai, sangat lengkap, Sangatjelas, sangat dapat digunakan.

> 3,4- 4,2 Baik Baik, sesuai, jelas, dapat digunakan> 2,6 – 3,4 Cukup Cukup sesuai, cukup baik, cukup

jelas, cukup dapat digunakan.> 1,8 – 2,6 Kurang Kurang sesuai, kurang baik, kurang

jelas , kurang dapat digunakan. ≤1,8 Sangat kurang Tidak sesuai, tidak baik, tidak jelas,

tidak dapat digunakan.Sumber: Sudjiono, 2008

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prototipe produk pengembangan yang diuji dalam penelitian ini meliputi Modul

Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM. Setelah Draf

Prototipe produk pengembangan selesai di susun selanjutnya dimintakan tanggapan atau

penilaian dari ahli rancangan pembelajaran. Data hasil tanggapan atau penilaian ahli

rancangan pembelajaran berupa data kuantitatif yang dihimpun dengan menggunakan

instrumen angket. Komponen-komponen yang dimintakan tanggapan atau penilaian

meliputi: Skenario Pembelajaran yang meliputi: a) alokasi waktu, b) tujuan

Pembelajaran, c) dasar Pemikiran dan langkah-langkah kegiatan. Uraian isi pembelajaran

yang meliputi: bagian I yaitu: Mengetahui Biaya suatu Usaha, bagian II yaitu Pemodalan

Usaha Kecil, bagian ke III yaitu mengelola uang dengan cash flow, bagian ke IV yaitu

menyusun laporan keuangan sederhana. Semua komponen tersebut dinilai dari aspek

rancangan pembelajaran dengan rentang (score) 1 – 4 dengan interpretasi: 4 (sangat

jelas), 3 (jelas), 2 (kurang jelas), 1 (sangat kurang jelas). Setiap besaran nilai yang

diberikan ditransformasikan dalam bentuk persentase.

Rancangan komponen-komponen modul secara umum dapat dikatakan sudah

layak, kelayakan ini dibuktikan dari hasil tanggapan/penilaian ahli rancangan

pembelajaran, ahli media pembelajaran dan ahli isi bidang ilmu bahwa dari segi aspek:

pewajahan (sampul) di nilai 84% sudah baik, akan tetapi ada masukan bahwa cover

dibuat menarik dan ada gambar-gambar tentang UMKM, sehingga menarik minat

pembaca akan isi modul tersebut. Kata pengantar di nilai 84% sudah baik, hanya perlu

kata-kata knowledge management konsisten dan diubah miring menjadi knowledge

management. Diperlukan tambahan daftar tabel dan daftar gambar, sehingga lebih

memudahkan dalam mencari tabel. b) Komponen-komponen yang terdapat pada

skenario pembelajaran yang terdiri dari alokasi waktu, Tujuan diubah menjadi tujuan

pembelajaran, dasar pemikiran dan langkah-langkah kegiatan menjadi langkah-langkah

pembelajaran, dapat dikatakan sudah sesuai (80 – 100%), hal ini dapat dijelaskan sebagai

berikut : untuk Alokasi waktu bagian I,II dan III sudah 100% artinya alokasi waktu yang

sediakan sesuai dengan materi yang akan diberikan pada pemberdayaan (pelatihan

pelaku UMKM), sedangkan untuk bagian IV 88%, dikatagorikan baik. Tujuan

Pembelajaran yaitu untuk bagian I 92%, bagian II 92%, bagian III 100% dan bagian IV

Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)

P a g e [ 351 ]

88%, hal ini diartikan bahwa tujuan pembelajaran telah sesuai dengan isi materi maupun

dengan alokasi waktu serta dasar pemikiran dari modul pembelajaran pengelolaan usaha

berbasis knowledge management UMKM tersebut, dan ada masukan untuk tujuan di

tambah dengan tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. c) Materi

pembelajaran secara keseluruhan dapat disimpulkan sudah sesuai, jelas dan cocok untuk

digunakan sebagai buku acuan dalam program pemberdayaan UMKM. Hal ini dibuktikan

dengan persentase jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam angket berada pada

kisaran 81% - 100% atau masuk skala penilaian sangat layak, di samping itu revisi hanya

pada pemberian keterangan di setiap gambar dan tabel pada materi pembelajaran.

d)Untuk komponen-komponen evaluasi dalam modul yang di tulis dengan lembar kerja

sudah baik, akan tetapi lebih baik diberikan uraian di bawah yaitu kunci jawaban terletak

di slide presentasi yang berada di lembar terakhir modul.

Analisis Data Hasil Skor Tes Awal Dan Tes Akhir Pada Uji Coba Lapangan

Sebelum di uji dengan menggunakan Paired sample t-test (uji t-test), terlebih

dahulu di uji kenormalan distribusi dan bentuk data dengan menggunakan Kolmogorov-

Smirnov sehingga syarat statistik parametrik terpenuhi. Dan hasil dari uji normalitas adalah

sebagai berikut:

Tabel 3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Post test

N 25

Normal Parameters(a,b)Mean 79,68

Std. Deviation 8,265

Most Extreme Differences Absolute ,163

Positive ,125

Negative -,163

Kolmogorov-Smirnov Z ,815

Asymp. Sig. (2-tailed) ,520

Tabel 4. Paired Samples Test

Paired Differencest df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation

Std.ErrorMean

95% ConfidenceInterval of the

DifferenceLower Upper

Pair1

Pretest -Posttest

-26,920 11,719 2,344 -31,757 -22,083 -11,486 24 ,000

a) Dari Tabel paired samples correlations didapatkan bahwa nilai selisih rata-rata dari pre

test dan post test adalah: 52,76 - 79,68 = - 26,920, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat peningkatan hasil pembelajaran sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan untuk

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 352 ] P a g e

mempelajari Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management

UMKM.

b) Dari Tabel Paired Samples Test, didapatkan nilai t-value di atas nilai kritis 1,96 dan

didapatkan nilai t = -11,486 lebih besar dari 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan antara sebelum dan setelah mengikuti pelatihan untuk mempelajari Modul

Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM. Dan dari sig =

0,00 (sig < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan

pengetahuan akan manajemen usaha untuk UMKM sebelum dan setelah mempelajari

modul tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk pengembangan Modul

Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM ini dapat

mencapai tujuan pembelajaran yaitu tujuan pemberdayaan. Dan dapat dikatakan bahwa

produk pengembangan ini sebagai salah satu sumber belajar layak digunakan untuk

mengembangkan usaha bagi pelaku UMKM maupun dapat dijadikan pegangan bagi

konsultan/pendamping UMKM dalam memberikan pelatihan pada UMKM.

Dari hasil CIPP dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Context (Konteks), Rerata

total skor sebesar 4,07 apabila dikonsultasikan dengan tabel standar konversi data

kuantitatif ke kualitatif, termasuk klasifikasi sangat baik, artinya bahwa pelaksanaan

pemberdayaan UMKM dengan menggunakan modul pembelajaran pengelolaan usaha

berbasis knowledge management UMKM sangat sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM..

Berdasarkan hasil wawancara dengan pelaku UMKM ketika mengikuti pelatihan, di

peroleh bahwa mereka sangat terbantukan dengan adanya pelatihan dengan

menggunakan modul tersebut. 2) Input, Penilaian Input terdiri dari: pertimbangan

terhadap sarana dan prasarana pemberdayaan (pelatihan pengelolaan usaha berbasis

knowledge management UMKM), strategi yang digunakan dalam pemberdayaan

(pelatihan), kelengkapan dan kesesuaian materi yang digunakan dalam pemberdayaan

(pelatihan) dan juga tutor yang memberikan pelatihan. Hasil analisis yang diperoleh dari

evaluator diperoleh nilai-nilai aspek Input sebagai berikut : 4,00. Rerata total skor Input

adalah 4,00 apabila dikonsultasikan dengan tabel standar konversi data kuantitatif ke

kualitatif dikatagorikan sangat baik. Artinya bahwa aspek input dalam pemberdayaan

UMKM sangat sesuai, hal ini terlihat dari kesesuaian sarana dan prasarana dalam proses

pemberdayaan, kejelasan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge

management UMKM yang diberikan pada peserta pelatihan juga alat-alat tulis dalam

pelaksanaan diskusi berkelompok. Di samping itu strategi pembelajaran yang digunakan

oleh konsultan/pendamping UMKM yaitu dengan membelajarkan pebelajar akan

pentingnya knowledge sharing melalui diskusi berkelompok antar pelaku UMKM untuk

memecahkan sebuah permasalahan pada perusahaan dan berdiskusi. Di samping itu

kenyamanan tempat pelaksanaan pemberdayaan (pelatihan) yang berada pada tempat

yang jauh dari kebisingan, dan juga ditunjang dengan kesiapan tutor yaitu

konsultan/pendamping UMKM. 3) Process (Proses), Penilaian Proses dalam hal ini

adalah Proses selama berlangsungnya Pemberdayaan (pelatihan dengan menggunakan

modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM yang

Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)

P a g e [ 353 ]

meliputi: Kejelasan petunjuk/pedoman dalam pemberdayaan, kejelasan materi yang

digunakan, kesesuaian waktu yang digunakan, kejelasan metode dan media dalam

pemberdayaan, dan kemenarikan strategi pembelajaran. Hasil analisis yang diperoleh

dari evaluator dapat di sajikan sebagai berikut : 3,79. Dari data diatas diperoleh rerata

skor sebesar 3,79 apabila di konsultasikan dengan tabel standar konversi data kuantitatif

ke kualitatif di katagorikan sangat baik yang artinya bahwa pelaksanaan pemberdayaan

UMKM sangat baik dan sesuai. Hal ini dibuktikan dengan Kejelasan Petunjuk/pedoman

yang di sampaikan oleh konsultan/pendamping UMKM sebagai tutor/pendamping

UMKM. Di samping itu juga kejelasan materi, media dan metode yang digunakan sangat

dimengerti oleh peserta pemberdayaan (pelatihan) sehingga peserta sangat antusias dan

berpartisipasi terhadap pelatihan. Dan terdapat pemahaman akan pentingnya knowledge

sharing (berbagi pengetahuan dan pengalaman antar pelaku Usaha Mikro Kecil

Menengah). Pada saat berlangsungnya pelatihan Konsultan/pendamping UMKM selaku

tutor juga memberikan feedback/balikan pada setiap pemecahan kasus. Kasus yang di

berikan sesuai dengan kasus yang terjadi di lapangan. 4) Product (Produk), Hasil analisis

data yang diperoleh dari lembar kuesioner dan observasi yang dilakukan oleh evaluator

tentang aspek-aspek komponen produk diperoleh nilai-nilai aspek konteks sebagai

berikut: 4,00. Rerata total skor sebesar 4,00 apabila dikonsultasikan dengan tabel standar

konversi data kuantitatif ke kualitatif termasuk klasifikasi sangat baik, hal ini berarti

bahwa output dari pemberdayaan ini sangat baik dan bermanfaat bagi pelaku usaha

mikro kecil menengah.

SIMPULAN

Penelitian pengembangan ini membahas mengenai pemberdayaan UMKM

berbasis knowledge management. Berbasis knowledge management dalam hal ini adalah

bahwa dalam prosedur pengembangannya pengelolaan pengetahuan dilaksanakan

dengan knowledge sharing (berbagi ilmu). Knowledge sharing tercermin dalam Modul

Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis Knowledge Management UMKM yaitu dalam

langkah-langkah pembelajaran selalu di utamakan budaya sharing (berbagi) pengalaman

dan ketrampilan akan pengelolaan usaha terutama UMKM dalam satu sentra usaha.

Pemberdayaan UMKM merupakan suatu sistem di mana terdapat diskusi dan saling

bertukar informasi dan pengetahuan. Oleh karena itu, mengelola pengetahuan adalah

bagaimana pengetahuan itu di kelola dan dibagikan kepada pelaku UMKM yang

membutuhkannya. Oleh sebab itu, inti dari knowledge management tersebut adalah

berbagi ilmu baik antar UMKM yang berada dalam satu sentra.

Sedangkan kajian tentang produk pengembangan yang telah direvisi dapat

dijelaskan sebagai berikut: 1) Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis

Knowledge Management UMKM yang dikembangkan oleh peneliti. Modul ini dipakai oleh

UMKM dalam pengembangan usahanya. Berdasarkan pengamatan pada saat proses

knowledge management melalui FGD (Focus Group Discussion) di peroleh data bahwa

UMKM sangat membutuhkan sebuah bahan ajar tentang Manajemen (pengelolaan usaha)

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 354 ] P a g e

untuk mengembangkan usahanya. Produk pembelajaran berupa Modul Pengelolaan

Usaha berbasis knowledge management UMKM yang dikembangkan ini dirancang dengan

memuat komponen-komponen yang memudahkan pebelajar yaitu pelaku UMKM.

Komponen-komponen tersebut adalah (1) Skenario pembelajaran yang terdiri dari :

Alokasi waktu pembelajaran, Tujuan Pembelajaran Dasar Pemikiran, Langkah-langkah

pembelajaran. (2) Materi pembelajaran yang terdiri dari 4 bagian yaitu bagian I :

Mengetahui biaya suatu usaha, bagian II : Pemodalan UMKM, bagian III : Mengelola uang

dengan Cash flow dan bagian IV : Menyusun Laporan Keuangan UMKM. (3) Soal Latihan.

Hasil dari uji coba terhadap komponen-komponen Modul Pembelajaran Pengelolaan

Usaha berbasis knowledge management UMKM menunjukkan bahwa ahli rancangan

pembelajaran menilai produk pengembangan sudah layak yang ditandai dengan

pengujian validasi persentase jawaban atas angket berada pada kisaran 81% - 100%.

Ahli isi bidang ilmu memberikan penilaian bahwa Modul sangat baik dan layak dengan

validasi kisaran 81% - 100%. Selanjutnya ahli media pembelajaran menilai produk

pengembangan ini sudah layak untuk digunakan dan diaplikasikan oleh UMKM dengan

kisaran validasi 80% - 100%. Demikian juga subjek uji coba kelompok dan uji coba

lapangan, kesemuanya menilai bahwa komponen-komponen Modul Pengelolaan Usaha

berbasis knowledge management UMKM sangat baik dan menarik untuk dipelajari.

Validasi dari jawaban kedua subjek uji coba baik uji coba kelompok maupun uji coba

lapangan tersebut berada pada kisaran 81% - 100%, yang artinya bahwa Modul

Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis Knowledge Management UMKM, sangat layak

dan sangat sesuai untuk dipergunakan dalam mengembangkan usahanya, karena sesuai

dengan pengetahuan dan ketrampilan dan juga kendala-kendala yang ada di lapangan

untuk diselesaikan baik secara mandiri, maupun dengan berdiskusi antar pelaku UMKM

terutama yang berada dalam satu sentra. Modul yang dihasilkan ini dapat di terapkan

untuk menghasilkan modul-modul pendampingan UMKM dengan menggunakan sharing

pengetahuan baik antar pendamping maupun antara pelaku usaha mikro kecil menengah

sebagai suatu sistem pemberdayaan UMKM. Knowledge Management yang merupakan

pengelolaan pengetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi semua organisasi

yang menginginkan organisasinya berkembang (Organization Learning). Pengetahuan

yang dibagi tidak akan bisa habis, justru akan lebih berkembang dan menjadi kekayaan

ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Anantatmula, V, 2005. Knowledge Management Criteria, Chapter 11 in Stankosky,M,Creating The Discipline of Knowledge Management, Elsevier Inc.

Forijati, 2014, Pengembangan Model Pemberdayaan UMKM berbasis KnowledgeManagement di Kediri, UNP Kediri.

Gagne. R,M, Briggs, L.J, 1988. Principles ot instructional Design. Second Edition, New York:United States of America.

Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)

P a g e [ 355 ]

Hadiyati, E. 2010. Kemitraan UMKM Teori dan Aplikasi BUMN-Bank,Malang: BayumediaPublising

Kemp, J.E. 1985, Instructional Design: A Plan for Unit and Course Development.California:Fearon Publications

Moeloeng, 1989.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja Rosda karya.

Nonaka, Ikujiro & Takeuchi, Hirotaka, 1995. The Knowledge-Creating Company: HowJapanese Companies Create the Dynamics of Innovation. Oxford: Oxford UniversityPress

Santyasa, IW, 2009b. Teori Pengembangan Modul. Bali, Universitas Pendidikan Ganesha.

Siswoyo, B.B. 2009. Pengembangan dan Pemberdayaan UMKM Ke Arah PercepatanPembangunan Ekonomi. Makalah disajikan dalam Orasi Ilmiah Pada WisudaProgram Sarjana STIE PGRI Jombang tanggal 31 Oktober 2009.

Stufflebeam, D.L & Shinkfield, A.J. 1995. Systematic evaluation. Boston: Kluwer NijhofPublishing.

Storey.D.J. 2005. Competitive Experience of UK SMEs : Fair and Unfair, Report to TheCompetition. London: Commission London.

Sudijono, Anas, 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sugiyono, 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV.Alfa Beta.

Suparman, A. 1997. Desain Instruksional: Program Pengembangan Ketrampilan DasarTeknik Instruksional (Pekerti) untuk Dosen Muda. Jakarta: PAU-PPAIUniversitas Terbuka.

Widayana, L. 2003a. Change Management. Surabaya: Heksa Enterprise.

Widayana, L. 2005b. Knowledge Management: An Emerging Discipline Rooted in a LongHistory. Knowledge Research Institute, Inc.

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 356 ] P a g e

PENERAPAN MODEL PAIKEM DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKTI

TRANSAKSI KEUANGAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

KETUNTASAN BELAJAR SISWA

Moh. Danang BahtiarPascasarjana UNESA

[email protected]

AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan model PAIKEM(aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) dengan menggunakan mediavisual bukti transaksi keuangan dalam pembelajaran akuntansi di SMAN 1 Warudan mengetahui aktivitas belajar siswa, keterampilan mengajar guru danketercapaian ketuntasan hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini terdiriatas 4 siklus dengan subjek 39 siswa kelas XI. Teknik pengumpulan datamenggunakan observasi, dokumentasi, wawancara dan tes. Data dianalisissecara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas belajar siswa terusmengalami peningkatan yang dapat dibuktikan dengan melihat antusiasme daripara siswa dalam bertanya, memberikan pendapat dan berdiskusi. Keterampilanmengajar guru dalam pelaksanaan model PAIKEM juga meningkat disertaidengan meningkatnya ketuntasan belajar. Pada siklus pertama tingkatketuntasan mencapai 84,61%, siklus kedua 89,74%, siklus ketiga 97,43%, dansiklus terakhir 100%.

Kata Kunci: Model PAIKEM, Media Visual Bukti Transaksi Keuangan, danKetuntasan Belajar Siswa.

PENDAHULUAN

Mata pelajaran akuntansi merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem untuk

menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan. Sedangkan tujuan dari

diajarkannya mata pelajaran akuntansi adalah untuk membekali tamatan SMA dalam

berbagai kompetensi dasar, agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-

konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang baik dan benar untuk kepentingan

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk tujuan ke masyarakat,

sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa (Depdiknas, 2004).

Salah satu pokok bahasan pada mata pelajaran akuntansi adalah siklus akuntansi

perusahaan jasa. Pada pokok bahasan ini yang di dalamnya mempelajari, materi jurnal,

posting ke buku besar, neraca saldo, kertas kerja, dan laporan keuangan tidak hanya

menyangkut rumus-rumus hafalan saja tetapi juga pemahaman yang harus diserap oleh

siswa sehingga dapat menjelaskan dan menyusun prosedur akuntansi mulai dari

pencatatan ke dalam buku jurnal hingga sampai pada penyusunan laporan keuangan

dengan baik dan benar.

Pada umumnya, model pembelajaran untuk mata pelajaran akuntansi yang

diterapkan di sekolah adalah model pembelajaran yang bersifat konvensional. Model ini

cukup mudah dilakukan karena tidak menuntut usaha yang terlalu banyak, baik dari guru

maupun siswa. Model pembelajaran ini lebih berorientasi pada guru saja, sedangkan

Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)

P a g e [ 357 ]

siswa hanya dibiarkan duduk, mendengar, menghafal, menjawab jika ada pertanyaan,

atau bertanya jika guru mendorong siswa untuk berperan aktif dalam materi yang

disampaikan. Guru cenderung mendominasi dalam proses pembelajaran dan kurang

memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan siswa

lain, sehingga siswa cenderung pasif dan suasana kelas terasa membosankan. Di samping

itu kurangnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi di SMA

dimungkinkan karena media pengajaran yang digunakan guru masih sederhana, yaitu

masih menggunakan media papan tulis saja.

Berdasarkan studi pendahuluan dengan melakukan observasi dan wawancara di

SMA Negeri 1 Waru diperoleh data bahwa dalam mata pelajaran akuntansi khususnya

pada pokok bahasan melakukan tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan jasa, cara

penyampaian materi oleh guru cenderung menggunakan metode ceramah, resitasi

(penugasan) dan pemberian latihan-latihan soal. Seringkali guru hanya menerangkan

sebatas pada apa yang tertulis di dalam buku diktat dan Lembar kerja Siswa (LKS) saja,

tanpa mengenalkan lebih jauh lagi bagaimana bentuk-bentuk yang sebenarnya dari

berbagai macam bukti transaksi secara nyata, termasuk menguraikan prosedur

dikeluarkannya bukti transaksi tersebut hingga menjadi dokumen sumber yang dijadikan

sebagai dasar pencatatan di dalam jurnal dan buku besar. Hal ini tentunya akan

membawa suasana belajar yang cenderung pasif, karena siswa kurang dilibatkan secara

aktif dalam proses pembelajaran, siswa cenderung hanya menerima pengetahuan yang

diberikan oleh guru tanpa memberikan kesempatan untuk mendapatkan

pengetahuannya sendiri melalui serangkaian kegiatan pembelajaran. Selain itu media

pembelajaran yang digunakan oleh guru juga masih konvensional, yaitu berupa papan

tulis yang tentunya kurang menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran karena siswa

cenderung bosan pada materi yang diajarkan, sehingga nantinya dapat berakibat pada

kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dan pada akhirnya

ketuntasan belajar siswa belum dapat tercapai secara maksimal.

Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai

ketuntasan belajar siswa untuk mata pelajaran Ekonomi/Akuntansi kelas XI Sosial pada

tahun pelajaran 2011 – 2012 yang dihitung berdasarkan hasil ulangan harian yang telah

dilaksanakan sebelumnya, di mana tingkat ketuntasan belajar siswa untuk kelas XI Sosial

1 mencapai 38 % dan kelas XI Sosial 2 mencapai 50 %. Sedangkan tingkat

ketidaktuntasan untuk kelas XI Sosial 1 sebesar 62 % dan kelas XI Sosial 2 sebesar 50 %.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat ketidaktuntasan belajar siswa di SMA

Negeri 1 Waru untuk mata pelajaran Akuntansi dapat dikatakan masih cukup besar,

terutama untuk kelas XI Sosial 1 di mana tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal

masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu

70 %. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut maka guru hendaknya

merancang sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untuk memperbaiki

proses belajar mengajar yang selama ini sudah dilaksanakan agar menjadi lebih baik lagi

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 358 ] P a g e

dan permasalahan belajar yang selama ini dihadapi oleh siswa dapat terpecahkan

sehingga nantinya dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa.

Guru hendaknya dapat memilih suatu model pembelajaran yang dapat membuat

suasana belajar di dalam kelas menjadi lebih hidup, siswa menjadi lebih aktif dan suasana

belajar yang menyenangkan. Selain itu, guru mata pelajaran akuntansi hendaknya juga

dapat melakukan berbagai macam inovasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

sehingga kompetensi yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal. Guru juga

harus lebih kreatif lagi dalam menciptakan dan menggunakan berbagai macam media

pembelajaran yang dapat membantu dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga

peserta didik dapat lebih memahami isi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam

pelaksanaan PTK adalah dengan menerapkan model PAIKEM (Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Pembelajaran Aktif, Inovatif, kreatif, Efektif

dan Menyenangkan (PAIKEM), adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan

peserta didik melakukan kegiatan (proses belajar) yang beragam untuk mengembangkan

keterampilan, sikap, dan pemahaman melalui berbagai sumber dan alat bantu belajar

termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan,

dan efektif. Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1

menyatakan bahwa: ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik” (Mas’ud, 2009).

Dari pernyataan tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa dalam pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru harus menyelenggarakan

pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM), hal ini

dikarenakan dasar hukumnya sudah jelas yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator

hendaknya dapat memfasilitasi terwujudnya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dalam proses pembelajaran.

Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam model PAIKEM

adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Menurut Sudjana (2007:7), beberapa

jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran dapat

digolongkan menjadi media grafis (visual), media fotografis, media tiga dimensi, media

proyeksi, media audio dan lingkungan.

Salah satu jenis media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah

media visual. Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan

(Munadi, 2008:56). Pengajaran sebagai upaya terencana dalam membina pengetahuan

sikap dan keterampilan para siswa melalui interaksi siswa dengan lingkungan belajar

yang diatur guru pada hakikatnya lebih efektif jika dilakukan dengan menggunakan

Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)

P a g e [ 359 ]

lambang-lambang verbal dan visual, agar diperoleh makna yang terkandung di dalamnya.

Lambang-lambang tersebut dicerna dan disimak oleh para siswa sebagai penerima pesan

yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu pengajaran dikatakan efektif apabila

penerima pesan (siswa) dapat memahami makna yang dipesankan oleh guru sebagai

lingkungan belajarnya. Tampilnya lambang-lambang visual untuk memperjelas lambang

verbal memungkinkan para siswa lebih mudah memahami makna pesan yang

dibicarakan dalam proses pengajaran. Hal ini disebabkan bahwa visualisasi mencoba

menggambarkan hakikat suatu pesan dalam bentuk yang menyerupai keadaan yang

sebenarnya atau realisme (Sudjana, 2007).

Pada pokok bahasan melakukan tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan

jasa, guru dapat melakukan inovasi dalam proses pembelajaran yaitu dengan

menerapkan model PAIKEM yang digabungkan dengan menggunakan media

pembelajaran visual berupa bukti-bukti transaksi keuangan. Hal ini bertujuan agar dalam

proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, siswa dapat terlibat secara aktif dan

banyak berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih memposisikan

dirinya sebagai fasilitator dalam proses belajar siswa. Selain itu dengan menggunakan

media pembelajaran visual berupa bukti-bukti transaksi keuangan tentunya dapat lebih

menarik minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, karena siswa dapat

mengetahui secara langsung bagaimana bentuk dari macam-macam bukti transaksi

tersebut kemudian komponen apa saja yang tertera dalam bukti transaksi tersebut serta

bagaimana cara menganalisis bukti transaksi tersebut sampai dengan prosedur

pencatatannya ke dalam jurnal dan buku besar, sehingga nantinya proses pembelajaran

yang berlangsung dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi

siswa.

Adanya model pembelajaran PAIKEM akan menjadikan suasana belajar lebih

menyenangkan dan siswa menjadi lebih aktif di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,

karena siswa lebih dilibatkan secara aktif di dalam setiap tahapan dalam proses

pembelajaran baik secara individu maupun kelompok, sementara kedudukan guru hanya

sebagai fasilitator dan pendamping dalam kegiatan belajar siswa. Hal ini tentunya selain

dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan juga akan

memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi siswa sehingga kompetensi yang

telah ditetapkan dapat tercapai secara maksimal. Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Model PAIKEM

(Pembelajaran Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) Dengan Menggunakan

Media Pembelajaran Visual Bukti-Bukti Transaksi Keuangan Pada Mata Pelajaran

Akuntansi Sebagai Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas XI Sosial di SMA

Negeri 1 Waru ”.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang

akan dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan model PAIKEM

(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dengan menggunakan

media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan pada mata pelajaran

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 360 ] P a g e

akuntansi di SMA Negeri 1 Waru, (2) Bagaimana aktivitas belajar siswa ketika

diterapkannya model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-

bukti transaksi keuangan, (3) Bagaimana keterampilan mengajar guru dalam

menerapkan model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-

bukti transaksi keuangan, (4) Bagaimana ketercapaian ketuntasan belajar siswa siswa

setelah diterapkannya model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual

bukti-bukti transaksi keuangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model PAIKEM dengan

menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan pada mata

pelajaran akuntansi di SMA Negeri 1 Waru, selain itu juga untuk mengetahui aktivitas

belajar siswa ketika diterapkannya model PAIKEM dengan menggunakan media

pembelajaran visual bukti-bukti transaksi dan keterampilan mengajar guru dalam

menerapkan model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-

bukti transaksi keuangan pada mata pelajaran akuntansi di SMA Negeri 1 Waru, serta

ketercapaian ketuntasan belajar siswa setelah diterapkannya model PAIKEM dengan

menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan pada mata

pelajaran akuntansi di SMA Negeri 1 Waru.

Model Pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan)

Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak

melibatkan aktivitas peserta didik dalam menyukseskan berbagai informasi dan

pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di dalam kelas

sehingga mereka mendapat berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman

dan kompetensinya (Mulyasa, 2006:191).

Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered.

Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk

menkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman

sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada

paradigma konstruktivistik di mana dapat membantu siswa untuk menginternalisasi,

membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru yang terjadi melalui kreasi

pemahaman baru dan merupakan hasil dari munculnya struktur kognitif baru (Santyasa,

2005:5).

Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru

untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama

pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang

bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah (Mulyasa,

2006:192).

Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman

baru dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan

Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)

P a g e [ 361 ]

yang ingin dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan

penilaian pembelajaran (Mulyasa, 2006:193).

Pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Instruction) merupakan suatu proses

pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan

peserta didik tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (Not Under Pressure). Dengan

kata lain pembelajaran menyenangkan adalah pola hubungan yang baik antara guru

dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra

belajar peserta didik, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru

belajar dari peserta didiknya (Mulyasa, 2006:194).

Kelima prinsip pembelajaran tersebut saling melengkapi satu sama lain, karena

keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup bila proses pembelajaran tidak efektif,

yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran

berlangsung. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka

pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain biasa. Pembelajaran yang

menyenangkan ditandai dengan besarnya perhatian siswa terhadap tugas sehingga hasil

belajar (tujuan pembelajaran) meningkat. Selain itu, dalam jangka panjang diharapkan

siswa menjadi senang belajar untuk menciptakan sikap belajar mandiri sepanjang hayat

(life long learn).

Garis Besar Gambaran Pembelajaran Dengan Menggunakan Model PAIKEM

Pelaksanaan PAIKEM secara singkat digambarkan dalam buku pelatihan awal

program MBS kerja sama Pemerintah Indonesia dengan UNESCO dan UNICEF (Soediono,

2003:3-4), adalah sebagai berikut:

1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan

kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat (learning by

doing).

2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat,

termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan

pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.

3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih

menarik dan menyediakan ”pojok baca”.

4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara

belajar kelompok.

5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu

masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan siswa dalam

menciptakan lingkungan sekolahnya.

6. Secara rinci pelaksanaan PAIKEM dapat dilihat pada tabel 1.

Gambaran pelaksanaan PAIKEM sebagaimana dalam Tabel 1 merupakan

gambaran secara luas di mana guru diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih

poin mana yang sesuai pada kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran disebut PAIKEM

jika semua kegiatan (dalam kolom kemampuan guru) dapat dilaksanakan.

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 362 ] P a g e

Tabel 1. Gambaran Pelaksanaan PAIKEM

Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar1. Guru merancang dan mengelola KBM yang

mendorong siswa untuk berperan aktif dalampembelajaran.

Guru melaksanakan KBM dalam kegiatanyang beragam, misalnya:a. percobaanb. diskusi kelompokc. memecahkan masalahd. mencari informasie. menulis laporan/cerita/puisif. berkunjung keluar kelas

2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajaryang beragam.

Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan,misal:a. alat yang tersedia atau yang dibuat

sendirib. gambarc. studi kasusd. nara sumbere. lingkungan

3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untukmengembangkan keterampilan.

Siswa :a. melakukan percobaan, pengamatan

atau wawancarab. mengumpulakan data/jawaban dan

mengolahnya sendiric. menarik kesimpuland. memecahkan masalah, mencari rumus

sendirie. menulis laporan/hasil karya lain

dengan kata-kata sendiri4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisanatau tulisan.

Melalui :a. diskusib. lebih banyak pertanyaan terbukac. hasil karya yang merupakan pemikiran

anak sendiri5. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar

dengan kemampuan siswa.a. Siswa dikelompokkan sesuai dengan

kemampuan (untuk kegiatan tertentu)b. Bahan pelajaran disesuaikan dengan

kemampuan kelompok tersebutc. Tugas perbaikan atau pengayaan

diberikan6. Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa

sehari-hari.a. Siswa menceritakan atau

memanfaatkan pengalamannya sendirib. Siswa menerapkan hal yang dipelajari

dalam kegiatan sehari-hari7. Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara

terus menerus.a. Guru memantau kerja siswa.b. Guru memberikan umpan balik

Sumber: Depdiknas (dalam Sudrajat).

Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)

P a g e [ 363 ]

Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Djamarah (1995:137-140), ada dua fungsi utama dari media

pembelajaran. Fungsi yang pertama media adalah sebagai alat bantu pembelajaran, dan

fungsi yang kedua adalah sebagai media sumber belajar. Sedangkan menurut Sudjana

(2007:2), manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar;

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para

siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik;

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui

penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan

tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran;

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan

uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,

mendemonstrasikan dan lain-lain.

METODE

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilakukan di

kelas XI Sosial, SMA Negeri 1 Waru yang teletak di Jalan Brantas Barito, Wisma Tropodo,

Waru-Sidoarjo. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2011-2012

semester genap mulai bulan Februari sampai dengan April.

Objek dalam penelitian ini adalah penerapan model Pembelajaran Aktif, Inovatif,

Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan menggunakan media pembelajaran

visual bukti-bukti transaksi keuangan pada mata pelajaran akuntansi yang akan

disampaikan kepada siswa kelas XI Sosial 1 SMA Negeri 1 Waru. Sedangkan subjek dalam

penelitian ini adalah Kepala SMAN 1 Waru, Guru mata pelajaran akuntansi, dan Siswa

kelas XI Sosial 1 yang berjumlah 39 siswa.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan

rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari beberapa putaran atau

siklus. Bagian yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain guru, siswa dan

pengamat. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru pengajar. Pelaksanaan

pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam empat kali putaran (Empat

siklus) dan tiap putaran pada penelitian ini mengikuti alur rancangan penelitian tindakan

kelas dalam beberapa tahap sebagai berikut:

Tahap 1: Perencanaaan (Plan)

Sebelum mengadakan penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat rancangan

kegiatan dan persiapan penelitian yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Mendesain perangkat atau instrumen pembelajaran yang digunakan, yaitu meliputi

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan

buku siswa.

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 364 ] P a g e

2. Mempersiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan yaitu berupa lembar

observasi kegiatan belajar mengajar yang meliputi aktivitas guru dan siswa, lembar

evaluasi atau tes dan lembar validasi atau uji kelayakan instrumen pembelajaran.

3. Mempersiapkan alat dan media pembelajaran yang akan digunakan.

4. Mempersiapkan soal untuk pos tes dan tes formatif.

Tahap 2: Kegiatan dan Pengamatan (Action and Observation)

Pada tahap ini meliputi tindakan yang dilaksanakan oleh peneliti serta mengamati

dampak atau hasil dari tindakan yang telah dilakukan. Pelaksanaan kegiatan penelitian

ini dilakukan dalam empat kali putaran dengan rincian sebagai berikut:

Putaran 1 : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan

menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan.

Putaran 2 : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-

bukti transaksi keuangan.

Putaran 3 : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-

bukti transaksi keuangan.

Putaran 4 : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-

bukti transaksi keuangan.

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung juga dilakukan kegiatan pengamatan

oleh 2 orang observer atau pengamat yaitu guru mata pelajaran akuntansi, dimana 1

orang observer bertugas untuk mengamati aktivitas guru dan 1 orang observer bertugas

untuk mengamati aktivitas siswa.

Tahap 3: Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi

dan merumuskan umpan balik terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada tahap

ini peneliti melihat dan memperhatikan serta mempertimbangkan hasil dari tindakan

yang telah dilakukan. Kegiatan pembelajaran dianalisis berdasarkan lembar observasi

yang diisi pengamat (observer) selama proses kegiatan belajar mengajar dan ketuntasan

belajar siswa dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil post tes pada tiap

putaran dan juga hasil tes formatif. Kekurangan-kekurangan yang terekam dalam lembar

observasi dan hasil tes siswa diupayakan perbaikannya pada putaran berikutnya.

Tahap 4: Revisi (Revisied)

Pada tahapan ini peneliti membuat rancangan untuk melakukan revisi

(perbaikan) dari kekurangan-kekurangan yang diperoleh dari kegiatan refleksi pada

setiap putaran untuk dilakukan perbaikan pada putaran berikutnya.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Lembar

observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, (2) Lembar evaluasi

siswa (pos tes dan tes formatif), dan (3) Lembar validasi dan uji kelayakan instrumen

pembelajaran.

Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)

P a g e [ 365 ]

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan

deskriptif kuantitatif. Analisis data mengenai penerapan model PAIKEM dengan

menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan dilakukan

dengan menggunakan teknik analisis deskriptif naratif atau deskriptif kualitatif yaitu

data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang

pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan model PAIKEM yang meliputi

prosedur, langkah-langkah atau tahapan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan

pada setiap putaran dalam siklus PTK.

Analisis data aktivitas siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan model

PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi

keuangan dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung oleh pengamat dengan

menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan menghitung frekuensi

dan persentase masing-masing aktivitas yang muncul selama kegiatan pembelajaran,

yaitu:

Persentase Aktivitas Siswa = ∑ Frekuensi aktivitas siswa yang muncul x 100%

∑ Total frekuensi aktivita (Nur dalam Dzikroh, 2006:34)

Untuk penilaian terhadap keterampilan mengajar guru dalam menerapkan model

PAIKEM dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan

penentuan skor pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru, di mana kriteria

pemberian skor yang digunakan adalah sebagai berikut:

Nilai 1 = Sangat Kurang Baik

2 = Kurang Baik

3 = Cukup Baik

4 = Baik

5 = Sangat Baik (Riduwan, 2008:13)

Penentuan skor penilaian keterampilan mengajar guru tersebut dibuat

berdasarkan skala likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat

negatif. Keberhasilan guru dalam mengelola kelas dapat dilihat dari persentase perolehan

skor pada tiap putaran dalam proses belajar mengajar yang dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase aktivitas guru = ∑ Nilai perolehan aktivitas guru x 100 %

∑ Nilai maksimal aktivitas guru (Riduwan, 2008:15)

Interpretasi skor persentase aktivitas guru tersebut dikonversikan dengan kriteria:

Angka (0 % - 20 %)= Sangat Kurang Baik

(21 % - 40 %)= Kurang Baik

(41 % - 60 %)= Cukup Baik

(61 % - 80 %)= Baik

(81 % - 100%) = Sangat Baik (Riduwan, 2008:15)

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 366 ] P a g e

Di SMA Negeri 1 Waru siswa dikatakan tuntas belajar pada pelajaran akuntansi

apabila telah memperoleh daya serap 70%. Suatu kelas juga dikatakan tuntas ketika

kelas tersebut terdapat 70% siswa yang telah mencapai nilai 70. Nilai ketuntasan

tersebut diperoleh dari penentuan KKM untuk pelajaran akuntansi kelas XI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Pembelajaran

Siklus I

Pada siklus pertama ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti

transaksi keuangan. Kegiatan siklus pertama ini dimulai dengan tahap perencanaan,

tindakan dan observasi, refleksi dan revisi. Pada pertemuan pertama ini total persentase

skor yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan mengajar guru dalam

menerapkan model PAIKEM adalah sebesar 52,30% dengan kategori cukup baik. Hasil

penilaian terhadap pengamatan aktivitas siswa yang muncul selama kegiatan

pembelajaran berlangsung pada putaran pertama menunjukkan jumlah keaktifan siswa

yang dapat dilihat dari keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan,

menyampaikan ide atau memberikan pendapat kepada guru, teman atau kelompok lain

serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan mencapai 48 %, sikap inovatif siswa yang

meliputi kemampuan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh

guru secara mandiri maupun kemampuan dalam memunculkan ide-ide baru baik kepada

guru, kelompok belajarnya atau juga kepada kelompok lain muncul sebanyak 14 %, sikap

kreatif siswa yang meliputi kemampuan dalam membuat laporan hasil diskusi dengan

kelompok belajarnya serta kemampuan dalam membuat rangkuman materi pelajaran

dalam buku catatan muncul sebanyak 18 %.

Kemudian sikap efektif siswa yang meliputi kemampuan siswa dalam membagi

tugas secara bergiliran dengan anggota kelompok belajarnya muncul sebanyak 15 %, dan

sikap menyenangkan siswa yang dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan

yang diberikan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung maupun temannya

pada saat kegiatan diskusi berlangsung mencapai 4 %. Sedangkan perilaku yang tidak

relevan, seperti siswa yang berbuat gaduh sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan

atau informasi yang disampaikan oleh guru atau temannya selama kegiatan pembelajaran

berlangsung muncul sebanyak 1 %.

Dari hasil pos tes pada putaran pertama menunjukkan jumlah ketuntasan secara

klasikal mencapai 84,61 %, di mana jumlah siswa yang tuntas sebanyak 33 orang siswa

dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 orang siswa. Rata-rata nilai pos tes siswa pada

putaran pertama ini sebesar 78,84.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada putaran pertama ini masih memiliki

banyak kekurangan, di antaranya: guru terlalu cepat dalam menerangkan materi

pelajaran sehingga siswa kurang dapat mengikuti materi yang disampaikan, guru harus

Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)

P a g e [ 367 ]

memperhitungkan pengelolaan waktu agar tahapan pembelajaran dapat terselesaiakan

sesuai dengan waktu yang ditetapkan, guru masih kurang dapat memotivasi siswa untuk

aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, pada pertemuan

berikutnya perlu diadakan revisi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut.

Siklus II

Pada siklus kedua ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan menggunakan media

pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan. Kegiatan siklus pertama ini dimulai

dengan tahap perencanaan, tindakan dan observasi, refleksi dan revisi. Pada putaran

kedua ini total persentase skor yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan

mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM adalah sebesar 63,07 % dengan

kategori baik. Hasil penilaian terhadap pengamatan aktivitas siswa yang muncul selama

kegiatan pembelajaran berlangsung pada putaran kedua menunjukkan jumlah keaktifan

siswa yang dapat dilihat dari keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan,

menyampaikan ide atau memberikan pendapat kepada guru, teman atau kelompok lain

serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan mencapai 49 %, sikap inovatif siswa yang

meliputi kemampuan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh

guru secara mandiri maupun kemampuan dalam memunculkan ide-ide baru baik kepada

guru, kelompok belajarnya atau juga kepada kelompok lain muncul sebanyak 16 %, sikap

kreatif siswa yang meliputi kemampuan dalam membuat laporan hasil diskusi dengan

kelompok belajarnya serta kemampuan dalam membuat rangkuman materi pelajaran

dalam buku catatan muncul sebanyak 18 %.

Kemudian sikap efektif siswa yang meliputi kemampuan siswa dalam membagi

tugas secara bergiliran dengan anggota kelompok belajarnya muncul sebanyak 11 %, dan

sikap menyenangkan siswa yang dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan

yang diberikan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung maupun temannya

pada saat kegiatan diskusi berlangsung mencapai 5 %. Sedangkan perilaku yang tidak

relevan, seperti siswa yang berbuat gaduh sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan

atau informasi yang disampaikan oleh guru atau temannya selama kegiatan pembelajaran

berlangsung muncul sebanyak 1 %.

Dari hasil pos tes pada putaran kedua menunjukkan jumlah ketuntasan secara

klasikal mencapai 89,74 %, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 35 orang siswa

dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 4 orang siswa. Rata-rata nilai pos

tes siswa pada putaran kedua ini sebesar 86,33.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada putaran kedua ini juga masih memiliki

banyak kekurangan, di antaranya: guru harus terus berusaha untuk selalu memotivasi

siswa agar bersikap aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, guru harus lebih

tegas dalam mengelola waktu, guru harus selalu membimbing siswa atau kelompok yang

mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang diberikan, dan guru juga

harus lebih kreatif dalam menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, pada

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 368 ] P a g e

pertemuan berikutnya perlu diadakan revisi untuk memperbaiki kekurangan-

kekuranagan tersebut.

Siklus III

Pada siklus ketiga ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Head Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual

bukti-bukti transaksi keuangan. Kegiatan siklus pertama ini dimulai dengan tahap

perencanaan, tindakan dan observasi, refleksi dan revisi. Pada putaran ketiga ini total

persentase skor yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan mengajar guru

dalam menerapkan model PAIKEM adalah sebesar 72,30 % dengan kategori baik. Hasil

penilaian terhadap pengamatan aktivitas siswa yang muncul selama kegiatan

pembelajaran berlangsung pada putaran ketiga menunjukkan jumlah keaktifan siswa

yang dapat dilihat dari keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan,

menyampaikan ide atau memberikan pendapat kepada guru, teman atau kelompok lain

serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan mencapai 49 %, sikap inovatif siswa yang

meliputi kemampuan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh

guru secara mandiri maupun kemampuan dalam memunculkan ide-ide baru baik kepada

guru, kelompok belajarnya atau juga kepada kelompok lain muncul sebanyak 15 %, sikap

kreatif siswa yang meliputi kemampuan dalam membuat laporan hasil diskusi dengan

kelompok belajarnya serta kemampuan dalam membuat rangkuman materi pelajaran

dalam buku catatan muncul sebanyak 17 %.

Kemudian sikap efektif siswa yang meliputi kemampuan siswa dalam membagi

tugas secara bergiliran dengan anggota kelompok belajarnya muncul sebanyak 14 %, dan

sikap menyenangkan siswa yang dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan

yang diberikan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung maupun temannya

pada saat kegiatan diskusi berlangsung mencapai 4 %. Sedangkan perilaku yang tidak

relevan, seperti siswa yang berbuat gaduh sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan

atau informasi yang disampaikan oleh guru atau temannya selama kegiatan pembelajaran

berlangsung muncul sebanyak 1 %.

Siklus IV

Pada siklus keempat ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan menggunakan media

pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan. Kegiatan siklus pertama ini dimulai

dengan tahap perencanaan, tindakan dan observasi, refleksi dan revisi. Pada putaran

keempat ini total persentase skor yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan

mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM adalah sebesar 78,46% dengan

kategori baik. Hasil penilaian terhadap pengamatan aktivitas siswa yang muncul selama

kegiatan pembelajaran berlangsung pada putaran keempat menunjukkan jumlah

keaktifan siswa yang dapat dilihat dari keberanian siswa dalam bertanya, menjawab

pertanyaan, menyampaikan ide atau memberikan pendapat kepada guru, teman atau

Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)

P a g e [ 369 ]

kelompok lain serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan mencapai 50 %, sikap

inovatif siswa yang meliputi kemampuan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan

yang diberikan oleh guru secara mandiri maupun kemampuan dalam memunculkan ide-

ide baru baik kepada guru, kelompok belajarnya atau juga kepada kelompok lain muncul

sebanyak 16 %, sikap kreatif siswa yang meliputi kemampuan dalam membuat laporan

hasil diskusi dengan kelompok belajarnya serta kemampuan dalam membuat rangkuman

materi pelajaran dalam buku catatan muncul sebanyak 17 %.

Kemudian sikap efektif siswa yang meliputi kemampuan siswa dalam membagi

tugas secara bergiliran dengan anggota kelompok belajarnya muncul sebanyak 12 %, dan

sikap menyenangkan siswa yang dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan

yang diberikan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung maupun temannya

pada saat kegiatan diskusi berlangsung mencapai 5 %. Sedangkan perilaku yang tidak

relevan, seperti siswa yang berbuat gaduh sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan

atau informasi yang disampaikan oleh guru atau temannya selama kegiatan pembelajaran

berlangsung muncul sebanyak 0 % atau tidak ada siswa yang berperilaku tidak relevan

selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada putaran ketiga ini sudah dapat berjalan

dengan baik, walaupun demikian guru harus terus meningkatkan keterampilan mengajar

yang dimilikinya dan juga tidak bosan-bosan untuk selalu berusaha memotivasi siswa

agar bersikap aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini dilakukan agar

kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang optimal.

Secara umum pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada putaran keempat ini dapat

dikatakan berlangsung dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penilaian

keterampilan mengajar guru dalam menerapkan PAIKEM, di mana semua aspek

keterampilan mengajar guru hampir semuanya dapat dilaksanakan dengan baik. Selain

itu, hasil penilaian terhadap aktivitas guru pada putaran ke empat ini juga mengalami

peningkatan apabila dibandingakan dengan putaran yang sebelumnya. Walaupun

demikian, guru tetap harus selalu meningkatkan keterampilan mengajarnya agar dapat

mencapai kategori sangat baik, serta selalu menciptakan suasana belajar yang aktif,

inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai

secara optimal.

PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

Analisis Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Dalam PAIKEM

Data hasil pengamatan pada lembar observasi aktivitas siswa dalam PAIKEM

selama empat kali putaran dapat ditampilkan pada Gambar 1. Dari Gambar 1 tersebut

dapat kita lihat hasil penilaian terhadap pengamatan aktifitas siswa yang muncul selama

kegiatan pembelajaran pada pada putaran I sampai dengan putaran IV. Dari hasil

pengamatan aktivitas siswa tersebut dapat dilihat bahwa keaktifan siswa terus

mengalami peningkatan pada tiap putarannya, dimana putaran pertama tingkat keaktifan

siswa mencapai 48%, putaran kedua mencapai 49%, putaran ketiga mencapai 49% dan

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 370 ] P a g e

putaran keempat mencapai 50%. Hal ini dikarenakan guru selalu berusaha untuk

memotivasi siswa agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk sikap inovatif

siswa juga mengalami peningkatan pada tiap putaran, dimana putaran pertama sikap

inovatif siswa muncul sebesar 14%, putaran kedua naik menjadi 16%, pada putaran

ketiga inovatif siswa mengalami penurunan menjadi 15% tetapi pada putaran keempat

mengalami peningkatan lagi menjadi 16%.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Fre

kuensiAktivitassiswa

Putaran I Putaran II Putaran III Putaran IV

Putaran

Aktivitas Belajar Siswa Dalam PAIKEM

Aktif

Inovatif

Kreatif

Efektif

Menyenangkan

Perilaku YangTidak Relevan

Gambar 1. Aktivitas Belajar Siswa Dalam PAIKEM

Untuk kreativitas siswa pada putaran pertama muncul sebanyak 18%, kemudian

pada putaran kedua muncul sebanyak 18%. Pada putaran ketiga dan keempat kreativitas

siswa mengalami sedikit penurunan menjadi 17%. Hal ini mungkin dikarenakan guru

masih kurang maksimal dalam memotivasi siswa untuk memunculkan kreativitasnya.

Sedangkan untuk sikap efektif pada putaran pertama muncul sebanyak 15%, pada

putaran kedua mengalami penurunan sebesar 11%, tetapi pada putaran ketiga

mengalami peningkatan kembali sebesar 14% dan pada putaran keempat mengalami

penurunan kembali menjadi 12%. Untuk sikap menyenangkan pada putaran pertama

muncul sebesar 4%, putaran kedua mengalami peningkatan menjadi 5%. Pada putaran

keempat sikap menyenangkan siswa mengalami penurunan menjadi 4%, tetapi pada

putaran keempat mengalami peningkatan kembali menjadi 5%.

Untuk perilaku siswa yang tidak relevan selama kegiatan pembelajaran

berlangsung frekuensinya terus mengalami penurunan pada tiap putaran, di mana pada

putaran pertama sampai dengan ketiga hanya muncul sebesar 1%, dan pada putaran

keempat mengalami penurunan menjadi 0%. Hal ini dikarenakan guru selalu berusaha

untuk menertibkan siswa dengan cara memberikan peringatan berupa teguran atau

hukuman yaitu dengan memberikan kartu hijau, kuning dan merah kepada siswa yang

berperilaku tidak relevan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dalam PAIKEM

terus mengalami peningkatan pada tiap putarannya, walaupun terkadang juga

mengalami sedikit penurunan pada aktivitas tertentu. Hal ini berlawanan dengan

perilaku siswa yang tidak relevan selalu mengalami penurunan pada tiap putaran.

Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)

P a g e [ 371 ]

Analisis Pengamatan Keterampilan Mengajar Guru Dalam Menerapkan Model

PAIKEM

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dalam lembar observasi

aktivitas guru dalam menerapkan model PAIKEM selama empat kali putaran dapat

disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Penilaian Keterampilan Mengajar Guru Dalam Menerapkan Model PAIKEM

No. Tahap

Pembelajaran

Putaran

Pertama Kedua Ketiga Keempat

Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori

1. Pendahuluan 60% Cukup 66,66% Baik 73,33% Baik 80% Baik

2. Kegiatan Inti 48% Cukup 64% Baik 72% Baik 76% Baik

3. Penutup 60% Cukup 60% Cukup 60% Cukup 80% Baik

4. Pengelolaan

Waktu

40% Kurang 60% Cukup 80% Baik 80% Baik

5. Suasana Kelas 53,33% Cukup 60% Cukup 73,33% Baik 80% Baik

Total Skor 52,30% Cukup 63,07% Baik 72,30% Baik 78,46% Baik

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa keterampilan mengajar guru dalam

menerapkan model PAIKEM terus mengalami peningkatan pada tiap putaran. Hal ini

dapat dilihat perolehan skor pada setiap tahap pembelajaran yang dilakukan, yaitu

meliputi kegiatan awal atau pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengelolaan waktu dan

juga suasana kelas yang selalu mengalami peningkatan pada tiap putaran. Selain itu

keberhasilan guru dalam menerapkan model PAIKEM dan mengelola kelas juga dapat

dilihat dari total perolehan skor penilaian terhadap keterampilan mengajar guru yang

juga selalu mengalami peningkatan, dimana pada putaran pertama memperoleh total

skor sebesar 52,30 dengan kategori cukup baik. Pada putaran kedua total skor yang

diperoleh guru mengalami peningkatan sebesar 63,07% dengan kategori baik. Pada

putaran ketiga total skor yang diperoleh guru juga mengalami peningkatan sebesar

72,30% dengan mendapatkan kategori baik. Begitu pula pada putaran keempat total skor

yang diperoleh guru meningkat sebesar 78,46% dengan mendapatkan kategori baik.

Peningkatan tersebut terjadi karena guru selalu memperhatikan masukan-masukan dan

saran dari pengamat pada kegiatan refleksi sehingga guru terus berusaha untuk selalu

memperbaiki kekurangannya pada putaran berikutnya.

Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Setelah Diterapkannya Model PAIKEM

Setelah melaksanakan kegiatan penelitian di SMA Negeri I Waru, peneliti

memperoleh data berupa nilai yang diperoleh siswa dari pelaksanaan pos tes pada

putaran I sampai dengan Putaran IV dan juga tes formatif pada akhir seluruh putaran.

Pada ketuntasan belajar, siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai lebih besar

atau sama dengan 70, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya apabila dalam kelas

tersebut terdapat lebih besar atau sama dengan 70% siswa yang tuntas belajar.

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 372 ] P a g e

Hasil analisis nilai pos tes siswa kelas XI Sosial 1 SMA Negeri I Waru selama empat

kali putaran dan juga nilai tes formatif pada akhir seluruh putaran pada mata pelajaran

akuntansi pokok bahasan tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan jasa dapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan Nilai Rata-Rata, Ketuntasan Kelas dan Persentase Ketuntasan Kelas

Keterangan

Pos Tes

Putaran I

Pos Tes

Putaran II

Pos Tes

Putaran

III

Pos Tes

Putaran

IV

Tes

Formatif

Nilai rata-rata 78,84 86,33 88,28 88,38 88,51

Jumlah siswa yang belum tuntas 6 4 1 0 0

Jumlah siswa yang tuntas 33 35 38 39 39

Ketuntasan kelas 84,61% 89,74% 97,43% 100% 100%

Berdasarkan tabel 3 dapat diperoleh hasil bahwa rata-rata nilai siswa terus

mengalami peningkatan pada tiap putaran. Pada putaran pertama rata-rata nilai pos tes

siswa sebesar 78,84. Kemudian pada putaran kedua rata-rata nilai pos tes siswa

mengalami peningkatan menjadi 86,33. Pada putaran ketiga rata-rata nilai pos tes siswa

juga mengalami peningkatan menjadi 88,28. Demikian pula pada putaran keempat, rata-

rata nilai pos tes siswa juga mengalami peningkatan menjadi 88,38. Sedangkan dari hasil

tes formatif juga menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai siswa sebesar 88,51.

Selain itu, dalam tabel 3 dapat juga dapat diketahui ketercapaian ketuntasan

belajar siswa secara klasikal pada tiap putarannya, di mana tingkat ketuntasan kelas pada

putaran pertama mencapai 84,61% dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 33

orang siswa, dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 6 orang siswa. Pada

putaran kedua ketuntasan kelas mengalami peningkatan menjadi 89,74% apabila

dibandingkan dengan ketuntasan kelas pada putaran pertama yaitu sebesar 84,61%.

Jumlah siswa yang tuntas belajar pada pertemuan kedua ini bertambah menjadi 35 orang

siswa dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar berkurang menjadi 4 orang siswa. Pada

putaran ketiga tingkat ketuntasan kelas mengalami peningkatan menjadi 97,43% bila

dibandingkan dengan ketuntasan kelas pada putaran pertama dan kedua yaitu sebesar

84,61% dan 89,74%. Jumlah siswa yang tuntas belajar pada putaran ketiga ini juga

mengalami peningkatan menjadi 38 orang dan hanya terdapat 1 orang siswa yang tidak

tuntas belajarnya. Sedangkan pada putaran keempat ketuntasan kelas mengalami

peningkatan sebesar 100% di mana seluruh siswa dinyatakan tuntas dalam belajar. Dari

hasil tes formatif juga dapat diketahui bahwa ketuntasan kelas mencapai 100% dengan

jumlah siswa yang tuntas belajar adalah sebanyak 39 orang siswa, atau semua siswa

dinyatakan tuntas dalam belajar.

Berdasarkan data hasil rata-rata nilai pos tes dan tes formatif siswa di atas dapat

diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa selalu mengalami peningkatan pada setiap

putaran baik ketuntasan belajar secara individual maupun ketuntasan belajar secara

klasikal, sehingga secara umum dapat dikatakan penerapan model Pembelajaran Aktif,

Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)

P a g e [ 373 ]

Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan menggunakan media

pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan dapat meningkatkan ketuntasan

belajar siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data yang telah diperoleh dari

penerapan model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti

transaksi keuangan pada kompetensi dasar tahap pencatatan siklus akuntansi

perusahaan jasa di SMAN 1 Waru, dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama,

penerapan model PAIKEM dilaksanakan dalam empat putaran (4 siklus). Putaran

pertama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan putaran ketiga

sampai dengan keempat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) yang digabungkan dengan menggunakan media pembelajaran

visual bukti-bukti transaksi keuangan. Kedua, aktivitas belajar siswa dalam PAIKEM

menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan pembelajaran

menjadi lebih menyenangkan. Ketiga, keterampilan mengajar guru dalam menerapkan

PAIKEM menunjukkan kategori yang baik dan keempat, ketercapaian ketuntasan belajar

siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model PAIKEM selalu mengalami

peningkatan pada tiap putaran dengan memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70.

Pembelajaran model PAIKEM pada penelitian ini masih belum sempurna baik

ditinjau dari segi guru, siswa maupun instrumen yang digunakan. Oleh karena itu,

berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan beberapa saran

sebagai berikut: Pertama, penerapan model PAIKEM dengan menggunakan media

pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan dapat digunakan sebagai salah satu

alternatif model pembelajaran pada mata pelajaran akuntansi khususnya pada pokok

bahasan tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan jasa maupun perusahaan dagang,

karena hal ini telah terbukti dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Kedua,

keterampilan mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM pada penelitian ini

sudah baik, namun perlu ditingkatkan untuk penelitian yang selanjutnya agar

mendapatkan hasil penelitian yang lebih maksimal. Ketiga, guru hendaknya selalu

menciptakan susana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dan

juga berpusat pada siswa, dimana kedudukan guru hanya sebagai fasilitator atau

pembimbing siswa dalam belajar. Hal ini dilakukan agar suasana kegiatan pembelajaran

di dalam kelas menjadi lebih hidup. Keempat, model PAIKEM hendaknya dapat juga

diterapkan dan dikembangkan pada bidang studi atau mata pelajaran yang lain. Kelima,

bagi guru mata pelajaran akuntansi maupun para peneliti lain yang hendak melakukan

penelitian sejenis, hendaknya lebih kreatif lagi dalam menciptakan dan mengembangkan

berbagai jenis media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mata pelajaran

akuntansi, karena penggunaan media pembelajaran yang menarik dapat lebih

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 374 ] P a g e

memotivasi siswa untuk belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa dan pada akhirnya ketuntasan belajar siswa dapat tercapai secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta.

Dzikroh. (2006). Penerapan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif danMenyenangkan) Dalam Materi Cahaya Sebagai Upaya Peningkatan KetuntasanBelajar Siswa Di Kelas VIII-B MTs. Muhammadiyah 1 Dukun Gresik, Skripsi padajurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNESA (tidak diterbitkan).

Kurikulum. (2004). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ekonomi SMA dan MA 2003.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Mas’ud, Abu. (2009). Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan(PAIKEM). Jurnal Pendidikan, (Online), (http://www.google.co.id/search jurnalPAIKEM, diakses 5 Januari 2011).

Mulyasa, E. Dr, M.Pd. (2006). Kurikulum Yang Disempurnakan Pengembangan StandarKompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran Suatu Pendekatan Baru. Jakarta: GaungPersada Press.

Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Santyasa, I Wayan, M. Si. (2005). Model Pembelajaran Inovatif dalam ImplementasiKurikulum Berbasis Kompetensi. ”Makalah disampaikan dalam Penataran Guru-Guru SMP, SMA dan SMK se Kabupaten Jembrana, Bulan Juni-Juli 2005 diJembrana- Bali”.

Soediono. (2003). Menciptakan masyarakat peduli pendidikan anak program manajemenberbasis sekolah, kerjasama pemerintah Indonesia UNESCO dan UNICEF.

Sudjana, Nana, & Ahmad Rivai. (2007). Media Pengajaran. Bandung: Sinar BaruAlgensindo.

Sudrajat, Akhmad, M.Pd. (2008). Konsep PAKEM, Jurnal PAKEM (Online),(http://www.google.co.id/search jurnal PAIKEM, diakses 25 Januari 2011).

Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)

P a g e [ 375 ]

PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Siti Mazilatus SholikhaFakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya

[email protected]

AbstrakPerbaikan mutu peserta didik merupakan hal yang penting dalam mencapaitujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam menghadapiMasyarakat Ekonomi ASEAN. Penguatan proses pembelajaran pada kurikulum2013 dilakukan melalui pendekatan saintifik yang dianggap cukup efektif dalammenciptakan peserta didik yang berkarakter dan kreatif. Tujuan dari penulisanmakalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan teknologi informasidalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi. Pada sisi lain,penggunaan Teknologi Informasi dapat mendukung proses pembelajaranekonomi dengan pendekatan tersebut. Berdasarkan pada beberapa penelitianyang telah dilakukan sebelumnya, penerapan teknologi informasi dalampendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi dapat diaplikasikan melaluimedia animasi film, internet, maupun berbagai macam data yang diperoleh dariberbagai sumber penelitian. Penerapan teknologi informasi tersebut terbuktiefektif dalam mempermudah para pendidik dalam proses pembelajaran sertadapat meningkatkan kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan memudahkanpara siswa dalam memahami pembelajaran ekonomi.

Kata kunci: Teknologi Informasi, Pendekatan Saintifik

PENDAHULUAN

Masyarakat dunia pada saat ini dihadapkan pada arus globalisasi dalam berbagai

aspek kehidupan. Fenomena globalisasi tersebut melanda masyarakat dunia tanpa

terkecuali. Salah satu contoh globalisasi yang saat ini sedang dihadapi masyarakat di

kawasan Asia Tenggara adalah diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

2015. MEA merupakan kesepakatan bersama negara-negara kawasan Asia Tenggara

untuk melakukan kerja sama di berbagai aspek kehidupan. Kesepakatan bersama ini

dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat

kawasan Asia Tenggara untuk berkompetisi dalam berbagai bidang. Solusi yang dianggap

paling bijak dalam menghadapi kompetisi ini adalah dengan cara perbaikan kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM).

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat diperbaiki dan ditingkatkan melalui

pendidikan. Hal ini didukung oleh pernyataan Munadi (2010) yang mengatakan bahwa

fungsi pendidikan adalah melestarikan tata sosial dan tata nilai yang ada dalam

masyarakat dan sebagai agen pembaharuan sosial sehingga dapat mengantisipasi masa

depan. Seperti yang kita semua ketahui, bahwa sejak lahir manusia telah mendapat

pendidikan, baik itu pendidikan informal dari keluarga, pendidikan formal dari sekolah,

maupun pendidikan nonformal dari kursus atau pelatihan. Dalam hal akademik dan

peningkatan kemampuan soft skill, pendidikan formal dari sekolah mempunyai peran

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 376 ] P a g e

penting dalam mewujudkannya. Akan tetapi, saat ini masih banyak peserta didik di

Indonesia yang memiliki karakter moral yang kurang baik. Fenomena ini tentu saja

menimbulkan kemirisan dalam dunia pendidikan kita.

Perbaikan mutu peserta didik merupakan hal yang penting dalam mencapai

tujuan untuk meningkatkan kualitas SDM. Akan tetapi, kita juga tidak boleh lupa bahwa

untuk mencapai tujuan tersebut guru sebagai teladan dari para siswa juga harus memiliki

kompetensi yang mumpuni dalam mendukung profesinya. Dalam bukunya, Suryadi

(1999) mengatakan bahwa untuk mencapai taraf kompetensi, seorang guru

membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Pengorbanan tersebut tentu saja

diperlukan para guru untuk menunjang keprofesionalitasannya sebagai seorang

pendidik. Di sisi lain, perkembangan kurikulum pendidikan juga dapat mempengaruhi

kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan yang

dapat mendukung perbaikan kompetensi seorang guru dan mampu meningkatkan

keaktifan siswa dalam belajar sangat diperlukan.

Dunia pendidikan Indonesia baru-baru ini melaksanakan kurikulum pendidikan

terbaru, yaitu Kurikulum 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(PERMENDIKBUD) No. 59 Tahun 2014 menyebutkan bahwa Kurikulum 2013 bertujuan

untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai

pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta

mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan

peradaban dunia. Penguatan proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dilakukan

melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu

dalam mengamati, menanya, mencoba/ mengumpulkan data, mengasosiasi/ menalar,

dan mengkomunikasikan. Meskipun dalam pelaksanaannya menuai pro dan kontra yang

pada akhirnya berujung pada keputusan hanya sekolah-sekolah tertentu yang

menerapkan pelaksanaan kurikulum ini, namun pendekatan saintifik dianggap cukup

efektif dalam menciptakan peserta didik yang berkarakter dan kreatif.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 yang terkait dengan pendekatan saintifik

dilaksanakan pada semua mata pelajaran, termasuk juga pada mata pelajaran ekonomi.

Pada sisi lain, mengingat arus globalisasi yang terjadi saat ini juga mencakup aspek

kemajuan dalam penggunaan teknologi informasi, diharapkan penggunaan TI tersebut

dapat mendukung proses pembelajaran ekonomi dengan pendekatan saintifik. Dalam

penelitiannya, Salamor (2013) menjelaskan bahwa salah satu bidang yang mendapatkan

dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi adalah bidang pendidikan,

di mana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi

dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang

memiliki unsur-unsur pendidik sebagai media dan sumber informasi. Dalam upaya

menyiapkan SDM yang kompetitif, Sarbani (2013) menyarankan agar seorang peserta

didik harus memperhatikan fenomena perkembangan teknologi informasi sebagai bekal

untuk menyiapkan diri memasuki dunia kerja kelak.

Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)

P a g e [ 377 ]

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik sebuah

rumusan masalah, yaitu bagaimana penerapan teknologi informasi dalam pendekatan

saintifik pada mata pelajaran ekonomi? Selanjutnya, dapat dituliskan juga bahwa yang

menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana

penerapan teknologi informasi dalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi Informasi

Maharsi (2000) mengatakan bahwa teknologi informasi muncul sebagai akibat

semakin merebaknya globalisasi dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya

persaingan bisnis, semakin singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan,

serta meningkatnya tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang

ditawarkan. Untuk mengantisipasi semua ini, perusahaan mencari terobosan baru

dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi diharapkan dapat menjadi fasilitator dan

interpreter. Pada awalnya, teknologi informasi digunakan hanya terbatas pada

pemrosesan data, dengan semakin berkembangnya teknologi informasi tersebut, hampir

semua aktivitas organisasi saat ini telah dimasuki oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi

informasi. Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi

komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras,

perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya.

Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi organisasi untuk

menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka pengambilan keputusan.

Rahardjo (2002) mendefinisikan Teknologi Informasi adalah sebagai suatu

teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,

menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan

informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang

digunakan untuk keperluan pribadi, pendidikan, bisnis, dan pemerintahan serta

merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini

menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk

menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan

kebutuhan. Teknologi informasi bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya

saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan.

Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan sudah merupakan kelaziman,

yaitu untuk membantu mempermudah peserta dalam mendapatkan informasi kekinian

mengenai materi pelajaran yang diterima.

Ishak (2008) memaparkan bahwa Teknologi Informasi (TI) dilihat dari kata

penyusunnya terdiri dari kata teknologi dan informasi, di mana secara mudahnya TI

didefinisikan sebagai hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi

dari pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi akan lebih cepat, lebih luas

sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya. Disebutkan juga pengertian lain dari TI,

yaitu pemanfaatan hardware dan software yang digunakan untuk penyimpanan (store),

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 378 ] P a g e

penemuan kembali (retrieve), dan memanfaatkan (use) informasi. Selain itu, Jaedun

(2010) juga memaparkan bahwa Teknologi Informasi (Information Technology atau IT),

sebenarnya merupakan kombinasi antara teknologi komputer (hard-ware dan soft-ware)

yang berfungsi untuk mengolah dan menyimpan informasi, dengan teknologi komunikasi

yang memiliki fungsi untuk transmisi informasi. Teknologi informasi adalah sama dengan

teknologi lainnya, hanya informasi merupakan komoditas yang diolah dengan teknologi

tersebut. Dalam hal ini, Teknologi mengandung konotasi memiliki nilai ekonomi.

Sedangkan Hariyadi dalam Ardoni (2005), mengatakan teknologi informasi diberi

batasan sebagai teknologi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran

berbagai jenis informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi yang lahir

karena adanya dorongan-dorongan kuat untuk menciptakan teknologi baru yang dapat

mengatasi kelambatan manusia mengolah informasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah perpaduan antara

teknologi komputer dengan informasi, di mana informasi tersebut diolah dengan

menggunakan teknologi komputer sehingga menghasilkan sebuah teknologi yang mampu

memberikan informasi dan kemudahan-kemudahan lainnya bagi para pemakainya.

Pendekatan Saintifik

Fauziah (2013), mendefinisikan pendekatan saintifik sebagai suatu pendekatan

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Selain itu, Hosnan (2014) mengatakan

implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah

proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif

mengkonstruki konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati bentuk,

mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisi data,

menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

ditemukan.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan

proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan

menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan,

akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah

dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Pembelajaran dengan metode

saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa, 2) melibatkan

keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip, 3)

melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan

intelek, khususnya keterampilan tingkat tinggi siswa, dan 4) dapat mengembangkan

karakter siswa.

Meskipun dalam pendekatan saintifik bercirikan berpusat pada siswa, namun

guru juga memiliki peranan penting sebagai fasilitator dan pengamat dalam proses

pembelajaran. Aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

saintifik adalah: 1) menyediakan sumber belajar, 2) mendorong siswa berinteraksi

Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)

P a g e [ 379 ]

dengan sumber belajar (menugaskan), 3) mengajukan pertanyaan agar siswa

memikirkan hasil interaksinya, 4) memantau persepsi dan proses berpikir siswa serta

memberikan scaffolding, 5) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan

kemampuan berpikir siswa, 6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan

motivasi mengajar guru, 7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih

kemampuan dalam komunikasi, 8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan

prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

Proses pembelajaran pada pendekatan saintifik menyentuh pada tiga ranah, yaitu:

1) ranah sikap, menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik

“tahu mengapa”, 2) ranah keterampilan, menggamit transformasi substansi atau materi

ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. 3) ranah pengetahuan, menggamit transformasi

substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”, 4) hasil akhirnya adalah

peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik

(soft skills) serta manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara

layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan

dan keterampilan.

Penerapan Teknologi Informasi dalam Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran

Ekonomi

Pada pendekatan saintifik terdapat beberapa kegiatan pembelajaran yang

meliputi: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mengumpulkan informasi, 4) mengasosiasikan/

mengolah informasi/ menalar, 5) mengkomunikasikan pembelajaran, dan 6) membentuk

jejaring.

Metode mengamati (observing) mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti

menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah

pelaksanaannya. Dalam pembelajaran ekonomi, pengamatan dapat dilakukan terhadap

hal-hal seperti proses terbentuknya harga serta hubungan antara permintaan dan

penawaran. Selain itu, dalam pembelajaran di kelas, mengamati dapat dilakukan melalui

berbagai media yang dapat diamati siswa, misalnya melalui video, gambar, grafik, bagan,

dsb. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmatullah (2011), tentang penggunaan media

pembelajaran film animasi menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa. Pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama terjadi peningkatan hasil belajar. Pada

kelas eksperimen terjadi peningkatan yang lebih tinggi yakni sebesar 0,34 (sedang)

sedangkan pada kelas kontrol hanya terjadi peningkatan sebesar 0,10 (rendah). terdapat

perbedaan signifikan peningkatan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan

dan tidak menggunakan media pembelajaran film animasi. Konsep-konsep abstrak

ekonomi yang selama ini hanya ditampilkan melalui buku-buku teks selama kegiatan

pembelajaran, bisa disajikan secara langsung dan kontekstual melalui film animasi yang

ditayangkan selama kegiatan pembelajaran. Siswa bisa mengamati langsung berbagai

proses yang terjadi yang merupakan gambaran riil dari kegiatan konsumsi yang

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 380 ] P a g e

dicontohkan melalui kegiatan mengkonsumsi suatu barang, kegiatan produksi, dan

kegiatan distribusi yang ditunjukkan dengan gambaran sebuah toko yang menjual dan

memasarkan barang-barang produksi. Penyajian film animasi dalam durasi-durasi

pendek dan menggabungkan antara animasi tokoh dan berbagai kegiatannya dengan

sejumlah kejadian-kejadian nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, membuat

siswa menjadi tidak lekas bosan dan bisa mengulang kembali ketika mereka memerlukan

pendalaman materi pada pokok bahasan tertentu secara lebih mudah. Beberapa siswa

yang ditanya oleh peneliti mengaku lebih memahami dan mengerti konsep-konsep

pembelajaran IPS (ekonomi).

Metode menanya (questioning) adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan

dengan cara pengajuan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami materi

pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru yang efektif dan

berkompeten mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan

mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Inayah, dkk. (2013) diperoleh hasil bahwa kompetensi

guru berpengaruh secara langsung positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran ekonomi sebesar 40,9%. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia

membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru

menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong siswa untuk

menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Artinya guru dapat menumbuhkan sikap

ingin tahu siswa, yang diekspresikan dalam bentuk pertanyaan. Misalnya dalam hukum

permintaan dinyatakan ketika harga naik maka jumlah barang yang diminta akan turun,

namun kenyataannya setiap menjelang hari raya walaupun harga cenderung naik tetapi

permintaan juga ikut naik. Mengapa demikian? Diusahakan setelah ada pengamatan, yang

bertanya bukan guru, tetapi yang bertanya adalah peserta didik.

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya.

Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai

sumber melalui berbagai cara. Untuk itu, peserta didik dapat membaca buku yang lebih

banyak, mencari referensi lain dari internet, memperhatikan fenomena atau objek yang

lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Aisyah (2013) terhadap Tingkat Penggunaan Internet oleh Mahasiswa Akuntansi

Angkatan 2009 dan 2010 di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta,

menjelaskan bahwa sebesar 91.30 % internet digunakan responden untuk mencari

informasi yang berkaitan dengan tugas perkuliahan. Dengan memanfaatkan search

engine, materi-materi yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cepat. Selain menghemat

tenaga dan biaya dalam mencarinya, materi-materi yang dapat ditemui di internet

cenderung lebih up to date. Dari berbagai kemudahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

siswa bisa menggunakan internet untuk belajar sendiri secara cepat, sehingga akan

meningkatkan dan memperluas pengetahuan, belajar berinteraksi, dan mengembangkan

kemampuan pemahaman dalam bidang mata pelajaran ekonomi.

Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)

P a g e [ 381 ]

Dalam Permendikbud Nomor 81 a Tahun 2013 dinyatakan bahwa

mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar (Associating) adalah memproses

informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/

eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan

informasi. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan

informasi lainnya, serta menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Definisi

lain menjelaskan bahwa penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas

fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa

pengetahuan. Terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan menalar, yaitu: 1) cara

menalar, terdiri dari penalaran induktif dan penalaran deduktif, 2) analogi, yaitu suatu

proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang

mempunyai kesamaan atau persamaan, 3) kemampuan menghubungkan antarfenomena

atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam

daya nalar peserta didik, di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu

memaknai hubungan antarfenomena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat, dan

4) eksplorasi, adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan

pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan adalah memperluas dan

memperdalam pengetahuan yang menerapkan strategi belajar aktif. Sebagai contoh, data-

data yang diperoleh dari berbagai pusat penelitian seperti Badan Pusat Statistik (BPS)

bisa dimanfaatkan untuk belajar menalar data-data yang diperoleh. Selain bisa

memanfaatkan teknologi informasi, data yang diperoleh juga bisa digunakan sebagai

latihan untuk berfikir kritis.

Dalam Permendikbud No. 18 a Tahun 2013 dijelaskan bahwa kegiatan

mengkomunikasikan pembelajaran adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan

mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik dapat

mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada

yang harus diperbaiki. Dalam kegiatan mengkomunikasikan, peserta didik diharapkan

sudah dapat mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian ditampilkan di depan

khalayak ramai sehingga rasa berani dan percaya dirinya dapat lebih terasah. Para siswa

bisa saja menggunakan bantuan teknologi informasi seperti penggunaan LCD atau power

point untuk mempresentasikan hasil observasinya. Atau bahkan mungkin dengan

tampilan power point yang menarik akan semakin meningkatkan minat belajar siswa

pada mata pelajaran ekonomi.

Membentuk jejaring (networking) adalah model pembelajaran berupa kerja sama

antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya

sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga

siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa

buku bacaan, internet, saluran radio, TV, guru, teman, saudara, atau orang tua yang

dianggap ahli olehnya. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan,

kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Pada

Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

[ 382 ] P a g e

tahapan ini siswa mempresentasikan kemampuan mereka mengenai apa yang telah

dipelajari sementara siswa lain menanggapi. Tanggapan siswa lain bisa berupa

pertanyaan, sanggahan atau dukungan tentang materi presentasi, dan guru berfungsi

sebagai fasilitator. Terdapat empat sifat kelas dalam membentuk jaringan yaitu: 1) guru

dan peserta didik saling bertukar informasi, 2) guru berbagi tugas dan kewenangan

dengan peserta didik, 3) guru sebagai mediator, 4) kelompok peserta didik yang

heterogen. Pembentukan jejaring pada pendekatan saintifik ini akan melatih siswa untuk

bekerja sama dengan orang lain. Dengan demikian, secara otomatis kemampuan soft

skills siswa juga akan terbentuk.

SIMPULAN

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa

agar peserta didik secara aktif mengkonstruki konsep, hukum atau prinsip melalui

tahapan-tahapan mengamati bentuk, mengidentifikasi atau menemukan masalah,

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data

dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pada pendekatan

saintifik terdapat beberapa kegiatan pembelajaran yang meliputi: 1) mengamati, 2)

menanya, 3) mengumpulkan informasi, 4) mengasosiasikan/ mengolah informasi/

menalar, 5) mengkomunikasikan pembelajaran, dan 6) membentuk jejaring. Berdasarkan

pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penerapan teknologi

informasi dalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi dapat diaplikasikan

melalui media animasi film, internet, maupun berbagai macam data yang diperoleh dari

berbagai sumber penelitian. Penerapan teknologi informasi tersebut terbukti efektif

dalam membantu para pendidik dan peserta didik dalam meningkatkan kreativitas,

kemampuan berpikir kritis, serta memudahkan para siswa dalam memahami fenomena

ekonomi yang sedang terjadi. Sehingga, dapat diketahui bahwa pemanfaatan teknologi

informasi dapat mempermudah para pendidik dalam menerapkan pendekatan saintifik

pada mata pelajaran ekonomi serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

memahami permasalahan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nur Mimin. (2013). Tingkat Penguasaan dan Penggunaan ICT (Information andCommunication Technology) Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas NegeriYogyakarta. Jurnal Nominal/ Volume II Nomor I/ Tahun 2013.

Ardoni. (2005). Teknologi Informasi: Kesiapan Pustakawan Memanfaatkannya. JurnalStudi Perpustakaan dan Informasi, Vol.1, No.2, Desember 2005.Rahardjo, Budi.(2002). Memahami Teknologi Informasi. Jakarta: P.T Elex Media Komputindo.

Fauziah, Resti, dkk. (2013). Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi

Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21kunci sukses implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)

P a g e [ 383 ]

Inayah, dkk. (2013). Pengaruh Kompetensi Guru, Motivasi Belajar Siswa, dan FasilitasBelajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas XI IPSSMA Negeri 1 Lasem Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal PendidikanInsan Mandiri, Vol. 1 No. 1 Tahun 2013.

Ishak. (2008). Pengelolaan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi. Jurnal StudiPerpustakaan dan Informasi, Vol. 4, No. 2, Desember 2008.

Jaedun, Amat dan Ishartiwi. (2010). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasisebagai Sumber Belajar Alternatif. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Ishartiwi,%20M.Pd.,%20Dr.%20/Bahan%20Pengayaan%20Makalah%20Sumber%20Belajar.pdf pada tanggal 27 Maret 2015.

Maharsi, Sri. (2000). Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap BidangAkuntansi Manajemen. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 2, No. 2, Nopember2000: 127 – 137.

Munadi, Sudji. (2010). Implementasi Transformasi Teknologi dalam MeningkatkanKualitas Pembelajaran Kejuruan Bidang Teknik. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/IMPLEMENTASI%20TRANSFORMASI%20TEKNOLOGI%20DALAM%20MENINGKATKAN%20KUALITAS%20PEMBELAJARAN%20MENINGKATKAN%20KUALITAS%20PEMBELAJARAN%20KEJURUHAN%20BIDANG%20TEKNIK.pdf pada tanggal 05 April 2015.

Pembelajaran Berbasis Masalah. INVOTEC Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan,(Online), IX (2): 165-178.

PERMENDIKBUD No. 59 Tahun 2014.

PERMENDIKBUD No. 81 a Tahun 2013.

Rahmatullah, Muhammad. (2011). Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran FilmAnimasi Terhadap Hasil Belajar: Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPS SiswaKelas VII SMPN 6 Banjarmasin. Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011, ISSN 1412-565X.Diakses dari http://jurnal.upi.edu/file/17-Muhammad_Rahmattullah.pdf pada tanggal29 April 2015.

Salamor, Lisye. (2013). Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Pemanfaatan ICT PadaPembelajaran di Sekolah. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015.

Sarbani, Yohanes Adven, Endang Siti Astuti, dan Kertahadi. (2013). Analisis PenggunaanTeknologi Informasi pada Tenaga Kependidikan Sekolah. Jurnal Profit Volume 7 No.1.

Suryadi, Ace. (1999). Pendidikan Investasi SDM dan Pembangunan isu Teori dan AplikasiJakarta: Balai Pustaka.