40
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu isu yang menjadi fokus seluruh negara di dunia, baik negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Hal ini dikarenakan kesehatan merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, sebagaimana yang tertulis dalam Konstitusi World Health Organization (WHO). 1 Upaya kesehatan tersebut sebaiknya dimulai semenjak dini, yaitu pada masa balita. 2 Anak sebagai generasi penerus yang akan menjadi penentu kemajuan dan kecerdasan bangsa di masa yang akan datang, perlu mendapat perhatian kesehatan yang khusus. Namun, pada tahun 2010, jumlah balita yang meninggal di dunia masih menunjukkan jumlah yang tinggi, yaitu 7.600.000. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa 21.000 balita meninggal setiap hari dan hampir 900 balita meninggal setiap jam. 3 Indonesia sendiri bertanggung jawab atas 151.000 kematian balita pada tahun yang sama. Angka kematian balita di Indonesia juga masih tergolong tinggi, yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup. 4 Angka tersebut 4,6 kali lebih tinggi daripada Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi 1

Bagian Isi

  • Upload
    bie2x

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

1

Citation preview

Page 1: Bagian Isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu isu yang menjadi fokus seluruh negara di

dunia, baik negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Hal ini

dikarenakan kesehatan merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia,

sebagaimana yang tertulis dalam Konstitusi World Health Organization (WHO).1

Upaya kesehatan tersebut sebaiknya dimulai semenjak dini, yaitu pada masa

balita.2 Anak sebagai generasi penerus yang akan menjadi penentu kemajuan dan

kecerdasan bangsa di masa yang akan datang, perlu mendapat perhatian

kesehatan yang khusus. Namun, pada tahun 2010, jumlah balita yang meninggal

di dunia masih menunjukkan jumlah yang tinggi, yaitu 7.600.000. Berdasarkan

data tersebut, diketahui bahwa 21.000 balita meninggal setiap hari dan hampir 900

balita meninggal setiap jam.3 Indonesia sendiri bertanggung jawab atas 151.000

kematian balita pada tahun yang sama. Angka kematian balita di Indonesia juga

masih tergolong tinggi, yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup.4 Angka tersebut 4,6

kali lebih tinggi daripada Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi daripada Filipina, dan 1,8

kali lebih tinggi daripada Thailand.5

Tingginya angka kematian mendorong terbentuknya berbagai macam

program untuk menekan angka tersebut. Millenium Development Goals (MDGs)

merupakan salah satu program yang dijalankan secara global sejak ditetapkan oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2000. Penurunan angka kematian

anak merupakan satu dari delapan tujuan yang dikemukakan di dalamnya. Bagi

Indonesia, pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama bangsa.6

Indonesia berupaya untuk menurunkan angka kematian anak dengan target

menurunkan kematian balita sebesar dua pertiga antara tahun 1990 hingga tahun

2015.

1

Page 2: Bagian Isi

Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah Indonesia melakukan

berbagai strategi dan usaha, antara lain melalui promosi pemberian Air Susu Ibu

(ASI) eksklusif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggerakkan

seluruh masyarakat dalam upaya memberikan ASI eksklusif pada bayi selama

enam bulan.7 Alasan utama penggalakan pemberian ASI ekslusif adalah ASI

mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh

kebutuhan gizi dan cairan pada enam bulan pertama kehidupan. Selain itu, ASI

juga mengandung zat protektif yang dapat melindungi bayi dari berbagai macam

penyakit.8 Pemerintah bahkan dengan tegas menyatakan dalam Undang-undang

No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 128 bahwa setiap bayi berhak

mendapatkan ASI ekslusif sejak dilahirkan selama enam bulan.9 Namun, data dari

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa

pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya dilakukan oleh 15,3% ibu pasca

melahirkan.10 Data tersebut merupakan fakta yang sangat memprihatinkan.

Padahal angka harapan hidup bayi akan meningkat menjadi 22% bila diberikan

ASI pada satu jam pertama kelahiran kemudian dilanjutkan ASI ekslusif sampai

dengan enam bulan.11 Rendahnya jumlah tersebut dapat disebabkan banyak

masalah, antara lain kurangnya kesadaran ibu akan pentingnya ASI, pelayanan,

dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung peningkatan

pemberian ASI, serta gencarnya promosi susu formula.12

Dalam karya tulis ilmiah ini, akan dipaparkan analisa terhadap peran pusat

pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan program ASI eksklusif di Indonesia.

Melalui karya tulis ilmiah ini, diharapkan optimalisasi peran pusat pelayanan

kesehatan untuk meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia dapat

dikembangkan lebih lanjut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dari karya

tulis ilmiah ini adalah bagaimana peran pusat pelayanan kesehatan dalam

meningkatkan pemberian ASI eksklusif guna menurunkan angka kematian balita

di Indonesia.

2

Page 3: Bagian Isi

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk

mengetahui cara yang tepat untuk meningkatkan pemberian ASI ekslusif

guna menurunkan angka kematian balita di Indonesia.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah ini antara lain

sebagai berikut.

a. Melakukan analisa terhadap penyelenggaraan praktik pelayanan

kesehatan di Indonesia.

b. Melakukan analisa terhadap penyelenggaraan program ASI

Eksklusif di Indonesia.

c. Menjelaskan peran pusat pelayanan kesehatan sebagai solusi untuk

meningkatkan pemberian ASI eksklusif guna menurunkan angka

kematian balita di Indonesia.

1.4. Manfaat Penulisan

Bagi masyarakat, karya tulis ilmiah ini akan membantu meningkatkan

kesadaran bagi ibu hamil dan ibu pasca melahirkan untuk memberikan ASI

eksklusif kepada bayinya, sehingga bayi akan mendapatkan banyak manfaat dari

ASI tersebut.

Bagi pemerintah, karya tulis ilmiah ini akan memberikan pertimbangan

mengenai metode peningkatan peran pusat pelayanan kesehatan dalam membantu

menggiatkan pemberian ASI ekslusif guna menurunkan angka kematian balita di

Indonesia sebagai salah satu target yang hendak dicapai dalam MDGs.

3

Page 4: Bagian Isi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pusat Pelayanan Kesehatan

2.1.1. Definisi

Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pusat

pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,

kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah

daerah, dan/atau masyarakat.9

2.1.2. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan

Secara umum, stratifikasi pelayanan kesehatan dapat

dikelompokkan menjadi sebagai berikut. 13

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama

Pelayanan kesehatan yang bersifat pokok dan dibutuhkan oleh

sebagian besar masyarakat. Pelayanan jenis ini bersifat pelayanan rawat

jalan.

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua

Pelayanan kesehatan yang lebih lanjut dan bersifat rawat inap.

Penyelenggaraannya membutuhkan tenaga-tenaga spesialis.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga

Pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks, sehingga

umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga subspealis.

2.1.3. Macam Pusat Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan pihak penyelenggaranya, pusat pelayanan kesehatan

dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut.13

a. Pusat pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah,

meliputi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan rumah sakit.

4

Page 5: Bagian Isi

b. Pusat pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh swasta,

meliputi praktik bidan, praktik dokter gigi, praktik dokter umum, klinik,

dan balai pengobatan.

Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai macam pusat

pelayanan kesehatan sebagaimana yang disebutkan di atas.

a. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.14

Puskesmas memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai berikut.

- Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

- Sebagai pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat

- Sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Stuktur organisai Puskesmas adalah sebagai berikut.

- Kepala Puskesmas

- Unit Tata Usaha

- Unit Pelaksana Teknis Fungsional, yang terdiri atas Upaya

Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perseorangan

- Jaringan Pelayanan, yang terdiri atas puskesmas pembantu,

puskesmas keliling, dan bidan

Puskesmas memiliki enam upaya wajib kesehatan, yaitu sebagai berikut.

- Upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana

- Upaya promosi kesehatan

- Upaya kesehatan lingkungan

- Upaya perbaikan gizi

- Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

- Upaya pengobatan dasar

b. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif perorangan serta menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

5

Page 6: Bagian Isi

jalan, dan gawat darurat.15 Empat fungsi utama dari rumah sakit adalah

sebagai berikut.15

- Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

- Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

- Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

kesehatan.

- Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi bidang

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.

Rumah sakit dapat digolongkan berdasarkan jenis pelayanan dan

pengelolaannya. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit

dibedakan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah

sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan

jenis penyakit. Sedangkan, rumah sakit khusus memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan

disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan

lainnya.15

Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dibedakan menjadi rumah

sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik merupakan rumah

sakit yng dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum

yang bersifat nirlaba. Sedangkan, rumah sakit privat dikelola oleh badan

hokum dengan tujuan profit. 15

2.2. ASI Eksklusif

2.2.1. Definisi

Menurut WHO (2006), ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya

menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari

6

Page 7: Bagian Isi

ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang

berisi vitamin, suplemen mineral, atau obat.16

Sedangkan, menurut Depkes (2003), pemberian ASI secara

eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa diberi makanan

dan minuman lain sejak dari lahir sampai usia enam bulan, kecuali

pemberian obat dan vitamin. Pemberian ASI ekslusif pada bayi meliputi

hal-hal sebagai berikut.16

a. Memberi ASI kepada bayi segera setelah bayi dilahirkan, yaitu

memberi kolostrum kepada bayi dalam waktu setengah sampai satu jam

setelah kelahiran.

b. Tidak memberikan makanan atau minuman, seperti air kelapa, air

tajin, air teh, madu, dan pisang kepada bayi sebelum diberikan ASI.

c. Memberikan ASI sesuai dengan kemauan bayi tanpa perlu

membatasi waktu dan frekuensinya.

d. Memberikan ASI saja sampai bayi berusia enam bulan.

2.2.2. Produksi ASI

Proses terjadinya pengeluaran ASI dipicu oleh adanya hisapan

mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar

pituitari anterior dan posterior. Kelenjar pituitary anterior akan mensekresi

sejumlah prolaktin, yaitu hormon utama yang mengandalikan pengeluaran

air susu. Sedangkan, kelenjar pituitari posterior akan mensekresi hormon

oksitolesin yang berfungsi merangsang serabut otot halus di dalam dinding

saluran susu agar susu dapat mengalir keluar dengan lancar.17

Berdasarkan waktu diproduksinya, ASI dapat dibedakan menjadi

tiga macam, yaitu:

a. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan kental berwarna kekuning-kuningan yang

pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae. Sekresi kolostrum akan

berlangsung dari hari pertama sampai dengan hari keempat masa laktasi.

Kolostrum mengandung debris jaringan dan residual material yang

7

Page 8: Bagian Isi

terdapat dalam alveoli dan duktus kelenjar mamae sebelum dan segera

setelah melahirkan anak. Volume kolostrum sebesar 150-300 ml/24 jam.18

b. ASI Masa Peralihan (Masa Transisi)

ASI masa peralihan merupakan ASI peralihan dari kolostrum

menjadi ASI matur. ASI ini disekresi pada hari kelima hingga kesepuluh

dari masa laktasi. Volume ASI masa peralihan meningkat bila

dibandingkan dengan volume kolostrum.18

c. ASI Matur

ASI matur merupakan cairan berwarna putih kekuning-kuningan

yang disekresi pada hari kesepuluh masa laktasi hingga seterusnya.

Volume ASI matur ini sebesar 300-850 ml/24 jam.18

2.2.3. Komposisi ASI

Komposisi kolostrum berbeda dengan ASI matur. Berdasarkan

Food and Nutrition Board, National Research Council Washington,perkiraan

komposisi kolostrum dan ASI matur adalah sebagai berikut.18

Tabel 1: Komposisi Kolostrum dan ASI Matur

Sumber: Food and Nutrition Board, National Research Council Washington

8

Page 9: Bagian Isi

Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa kolostrum dan ASI

matur mempunyai komposisi yang berbeda. Perbedaan tersebut antara lain

sebagai berikut.18

a. Kandungan protein kolostrum lebih tinggi daripada ASI matur. Pada

kolostrum, protein yang utama ada globulin. Sedangkan, pada ASI matur,

protein yang utama adalah kasein.

b. Kandungan antibodi kolostrum lebih tinggi daripada ASI matur.

c. Kandungan karbohidrat dan lemak kolostrum lebih rendah daripada

ASI matur.

2.2.4. Manfaat ASI

ASI memberikan banyak manfaat bagi bayi yang memperolehnya.

Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

a. ASI Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Bayi

Zat-zat yang terkandung dalam ASI sudah dapat memenuhi

kebutuhan nutrisi bayi. Pemberian ASI sebagai makanan utama dan

tunggal akan memberikan gizi yang tinggi untuk mendukung pertumbuhan

dan perkembangan saraf dan otak bayi tersebut, selama manajemen laktasi

dilakukan dengan benar.19 Penelitian bahkan menunjukkan bahwa bayi

sehat yang mendapat ASI eksklusif dalam enam bulan pertama usianya

tidak membutuhkan cairan lain.20 Namun, setelah usia enam bulan, ASI

hanya dapat memenuhi 80% kebutuhan nutrisi bayi, sehingga 20%

kebutuhan tersebut harus dipenuhi dengan makanan pendamping.21

b. ASI Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi

ASI mengandung zat imun (antibodi) yang dapat melindungi bayi

selama 5-6 bulan pertama, seperti immunoglobulin, lysozyme, complemen

C3 dan C4, dan lactoferrin.18 Oleh karena adanya kandungan zat-zat

tersebut, pemberian ASI eksklusif akan mengurangi tingkat kematian bayi

yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak,

seperti diare dan radang paru. Manfaat lain yang didapat adalah

mempercepat pemulihan bayi bila sedang sakit.21

c. ASI Eksklusif Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang antara Bayi dan

Ibu

9

Page 10: Bagian Isi

ASI yang diberikan secara eksklusif akan meningkatkan intensitas

hubungan antara bayi dan ibunya. Bayi akan sering berada dalam dekapan

ibunya akan merasakan kasih sayang yang besar serta rasa aman dan

tentram. Perasaan disayangi dan dilindungi ini akan menunjang

perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual,

dan hubungan sosial yang baik.21

d. ASI Meningkatkan Kecerdasan Bayi

Berbagai nutrien dalam ASI, seperti taurin, laktosa, dan asam lemak

ikatan panjang (DHA, AA, omega-3, omega-6) merupakan zat yang

diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI

eksklusif berperan penting untuk meningkatkan kecerdasan dari bayi.11

Selain itu, ASI juga memberikan banyak manfaat bagi ibu yang

menyusui. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

a. ASI Meningkatkan Kesehatan Ibu

Ibu yang menyusui bayinya dengan ASI akan mendapatkan

berbagai dampak positif, seperti berkurangnya perdarahan pasca

melahirkan, berkuranganya risiko terkena kanker payudara, dan makin

cepatnya pemulihan kesehatan ibu pasca melahirkan.12

b. ASI Menunda Kehamilan

Ibu yang menyusui bayinya dengan ASI cenderung akan membuat

periode kehamilan berikutnya menjadi lebih panjang.11

2.2.5. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi merupakan segala upaya yang dilakukan untuk

dapat menunjang keberhasilan dari proses menyusui ibu pada bayinya.22

Manajemen laktasi dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten

dalam bidang ini.23 Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut.

a. Manajemen Laktasi pada Masa Kehamilan (Antenatal)18

- Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan

keunggulan ASI serta manfaat menyusui bagi ibu dan bayinya.

10

Page 11: Bagian Isi

- Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan, dan payudara untuk

mengetahui adanya kelainan atau tidak.

- Melakukan perawatan payudara yang dimulai pada bulan keenam

kehamilan untuk memastikan bahwa nantinya ibu akan mampu

memproduksi ASI yang cukup kepada bayinya.

- Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga dari ibu hamil,

terutama suami ibu untuk senantiasa memberikan dukungan kepada ibu

hamil.

b. Manajemen Laktasi pada Masa Segera Setelah Persalinan

(Prenatal)18

- Membantu ibu untuk menyusui 30 menit setelah kelahiran dan

menunjukkan cara menyusui yang baik dan benar.

- Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi dengan ibu

selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.

- Memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi bagi ibu nifas dalam

waktu dua minggu setelah melahirkan.

c. Manajemen Laktasi pada Masa Menyusui Lanjut (Post-natal)18

- Memberikan penjelasan bagi ibu untuk memberikan ASI secara

eksklusif kepada ibunya selama enam bulan.

- Memastikan adanya dukungan dari anggota kelurga ibu menyusui,

terutama suami untuk pemberian ASI secara eksklusif.

- Memperhatikan gizi ibu dan bayinya dengan memantau asupan

makanan dan minumannya.

- Memastikan bahwa ibu memiliki waktu istirahat yang cukup selama

menyusui bayinya.

2.2.6. Penyelenggaraan Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia

Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya.

Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi

khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang.12 Berdasarkan data dari

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 , diperoleh bahwa

pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya dilakukan oleh 15,3% ibu

pasca melahirkan.10

11

Page 12: Bagian Isi

Beberapa sebab terjadinya penurunan pemberian ASI eksklusif di

Indonesia antara lain:1

a. Kesadaran ibu akan pentingnya pemberian ASI kepada bayi masih

kurang.

b. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan

teknologi pembuatan makanan bayi, seperti pembuatan susu buatan untuk

bayi, mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan lain.

c. Iklan berbagai produk makanan bayi makin sering dijumpai di

berbagai media.

d. Ibu sering keluar rumah dikarenakan harus bekerja atau

mengerjakan tugas-tugas sosial.

e. Adanya anggapan bahwa pemberian susu formula merupakan

simbol tingkat sosial yang lebih tinggi dan mengikuti perkembangan

zaman. Sedangkan, pemberian ASI dianggap sebagai hal yang kuno.

f. Banyak petugas paramedik di klinik dan rumah sakit yang belum

menjelaskan tentang pentingnya ASI dan menganjurkan setiap ibu untuk

menyusui bayi mereka.

2.3. Kematian Balita di Indonesia

2.3.1. Definisi Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu

tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. 24 Di samping itu, ada pula referensi lain yang menyebutkan bahwa balita

adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah

(3-5 tahun).25

2.3.2. Penyebab Kematian Balita di Indonesia

Gambar 1: Proporsi Penyebab Kematian Balita di Indonesia

12

Page 13: Bagian Isi

Sumber: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2007

Menurut Riskesdas tahun 2007, diare merupakan penyakit penyebab

utama kematian balita di Indonsia. Sedangkan, peringkat kedua diduduki

oleh pneumonia. Beberapa penyakit lain, seperti meningitis, Demam

Berdarah Dengue (DBD), dan campak juga turut berkontribusi dalam

menyebabkan kematian pada balita, sebagaimana yang terlihat pada

diagram di atas

2.3.3. Epidemiologi Kematian Balita di Indonesia

Berdasarkan data terbaru dari WHO, angka kematian balita pada

tahun 2010 adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup.4 Sedangkan, data terbaru

untuk negara Indonesia sendiri didapat dari Survei Demografi Kesehatan

Indonesia pada tahun 2007. Angka kematian balita pada tahun tersebut

sebesar 44 per 1.000 kelahiran hidup, sebagaimana yang terlihat pada

grafik di bawah ini. 26

Gambar 2: Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup di

Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik, SDKI, 2008

13

Page 14: Bagian Isi

Provinsi dengan angka kematian balita tertinggi adalah Sulawesi

Barat, yaitu sebesar 96 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti dengan Maluku

sebesar 93 dan Nusa Tenggara sebesar 92 per 1.000 kelahiran hidup.

Sedangkan, angka terendah dimiliki oleh Provinsi DI Yogyakarta sebesar

22 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 32 dan

Kalimantan Tengah sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.26

BAB III

METODE PENULISAN

3.1. Jenis Penulisan

Karya tulis ilmiah ini merupakan hasil studi literatur.

3.2. Fokus Penulisan

Karya tulis ini membahas tentang peran pusat pelayanan kesehatan dalam

meningkatkan pemberian ASI eksklusif guna menurunkan angka kematian balita

di Indonesia.

3.3. Sumber Data

Data yang digunakan merupakan data yang berasal dari berbagai literatur

yakni buku, jurnal penelitian, undang-undang, peraturan pemerintah, dan artikel

dari berbagai media massa.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah

studi literatur. Studi literatur dilakukan di Perpustakaan Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Indonesia, dan melalui media elektronik internet.

14

Page 15: Bagian Isi

3.5. Analisis Data

Analisis data dilakukan sebagai berikut.

3.5.1. Merumuskan masalah yang akan diangkat dalam makalah, yaitu

rendahnya kesadaran ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada

bayinya.

3.5.2. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan mengambilnya

dari berbagai buku, jurnal penelitian, undang-undang, peraturan

pemerintah, dan artikel untuk dijadikan sebagai acuan dalam pembahasan

masalah.

3.5.3. Membahas dan menganalisa data-data yang didapat untuk

mengevaluasi masalah yang ada.

3.5.4. Memikirkan solusi yang dapat menjadi jalan keluar untuk masalah

tersebut.

3.5.5. Menarik kesimpulan.

3.5.6. Merumuskan saran untuk mendukung gagasan dari solusi yang

diajukan tentang peningkatan peran pusat pelayanan kesehatan dalam

pemberian ASI eksklusif.

15

Page 16: Bagian Isi

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Permasalahan Pemberian ASI Eksklusif yang Ditemukan di Lapangan

4.1.1. Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif hanya dilakukan oleh 15,3% ibu di

Indonesia. Terdapat empat faktor utama yang menyebabkan rendahnya

presentase pemberian ASI eksklusif ini.

Pertama, adanya kebiasaan dan kepercayaan yang berkembang

dalam masyarakat yang menghambat ibu untuk memberikan ASI eksklusif

pada bayinya. Pada beberapa daerah di Indonesia, masih ada kebiasaan

untuk membuang kolostrum. Padahal, kolostrum mengandung berbagai

nutrisi dan zat imun bagi bayi, Selain itu, ada pula kebiasaan memberikan

makanan tambahan berupa pisang atau nasi terlalu dini, yaitu pada hari-

hari pertama kelahiran. Hal ini tentunya berbahaya karena usus bayi belum

dapat mencerna makanan dan fungsi ginjal belum dapat beradaptasi untuk

menerima makanan dengan kadar garam dan protein tinggi. Hambatan lain

adalah adanya anggapan bahwa menyusui merupakan perilaku yang kuno

dan penggunaan susu formula merupakan hal yang modern.18

16

Page 17: Bagian Isi

Kedua, wawasan ibu yang relatif kurang akan menurunkan perilaku

pemberian ASI eksklusif. Ibu dengan pengetahuan yang baik tentang

pentingnya ASI dan manajemen laktasi akan memberikan kolostrum dan

ASI secara eksklusif kepada bayi. Namun, pengetahuan ibu yang rendah

akan membuat ibu enggan dalam memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya.18

Ketiga, adanya pekerjaan yang dijalani oleh ibu akan menyulitkan

pemberian ASI eksklusif. Hal ini diakibatkan singkatnya masa cuti hamil

atau melahirkan yang didapat ibu tersebut, sehingga ibu harus sudah

kembali bekerja sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir.28

Faktor utama yang terakhir adalah rendahnya dukungan suami

kepada ibu yang menyusui. Padahal, ibu yang mendapat dukungan suami

untuk memberikan ASI eksklusif berpeluang memberikan ASI eksklusif

dua kali lebih besar daripada ibu yang tidak didukung oleh suaminya.27

4.1.2. Pemasaran Berbagai Produk Susu Formula Pengganti ASI

Pemasaran iklan susu formula yang makin gencar merupakan salah

satu penyebab kegagalan praktik ASI eksklusif di Indonesia.28 Pemasaran

ini dilakukan melalui berbagai media, baik media cetak maupun media

elektronik yang pada akhirnya akan mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif oleh ibu. Iklan-iklan tersebut telah memberikan paradigma bagi

para ibu bahwa kandungan susu formula sangat dibutuhkan untuk

pertumbuhan otak yang optimal dari bayi. Padahal, kandungan ASI sudah

mencakup segala nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi dan tidak dapat

digantikan oleh jenis susu lainnya, termasuk susu formula. 29

Selain itu, apabila ditinjau dari segi intensitasnya, promosi susu

formula yang dilakukan melalui iklan jauh lebih banyak dibandingkan

dengan promosi ASI dan program ASI eksklusif. Sehingga, para ibu

merasa lebih tertarik untuk memberikan susu formula dibandingkan ASI

kepada bayinya. Daya persuasi iklan susu formula yang tinggi juga

membuat ibu yakin bahwa pembelian susu formula bagi bayinya

merupakan pilihan yang cerdas. Anggapan yang salah ini terus

17

Page 18: Bagian Isi

berkembang dan menyebabkan semakin turunnya jumlah ibu yang

memberikan ASI eksklusif.29

Selain melakukan promosi melalui iklan, pemasaran susu formula

juga dilakukan melalui sosialisasi yang terselubung. Banyak produsen

susu formula yang bekerja sama dengan pusat pelayanan kesehatan untuk

membagikan susu formula produksinya kepada ibu dan bayinya sebagai

hadiah kepulangan pasca persalinan. Sebagian besar yang menjadi korban

dari adanya sosialisasi seperti ini adalah ibu-ibu dengan pendidikan

rendah. Sebuah studi bahkan menemukan bahwa seringkali, sosialisasi

tersebut langsung diperantarai oleh tenaga kesehatan penolong persalinan,

baik bidan maupun dokter.28

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pemasaran

yang gencar dari susu formula telah mampu mempengaruhi tenaga

kesehatan dan ibu untuk memberikan susu formula kepada bayi. Selama

pemasaran susu formula masih marak ditemui, maka keberhasilan ASI

eksklusif akan sulit untuk diwujudkan.28

4.1.3. Tata Laksana Pemberian ASI Eksklusif oleh Pusat Pelayanan

Kesehatan

Pusat pelayanan kesehatan di Indonesia, terutama puskesmas dan

rumah sakit memegang peranan yang penting dalam memberikan

pengetahuan yang cukup kepada ibu hamil tentang manajemen laktasi,

termasuk di antaranya adalah pemberian ASI eksklusif. Tenaga kesehatan

yang terlibat di dalamnya, seperti bidan, perawat, dan dokter sepatutnya

mendampingi dan membimbing ibu hamil selama masa kehamilan, tepat

setelah melahirkan, dan pasca melahirkan. Namun, fungsi puskesmas dan

rumah sakit tersebut belum berjalan dengan baik.18

Saat memberikan penjelasan kepada ibu, tenaga kesehatan tersebut

seringkali hanya menitikberatkan pada upaya-upaya yang harus dilakukan

agar persalinan dapat berlangsung dengan lancar, sehingga ibu dan bayi

berada dalam kondisi selamat setelah persalinan. Namun, masalah ASI

kurang mendapatkan perhatian. ASI yang seharusnya diberikan pertama

18

Page 19: Bagian Isi

kali kepada bayi setelah kelahiran, sering digantikan dengan susu sapi atau

susu formula. Hal ini tentunya bersifat tidak mendidik karena ibu akan

menganggap bahwa susu sapi dan susu formula memiliki kualitas yang

lebih baik daripada ASI. Melalui gambaran tersebut, dapat diketahui

bahwa banyak petugas kesehatan yang belum mengetahui tentang standar

informasi minimal yang harus disampaikan kepada ibu.18

Banyak pula rumah sakit yang tidak mendukung pemberian ASI

secara dini. Setelah dilahirkan, bayi seharusnya langsung diletakkan di

dada ibu. Hal ini ditujukan agar refleks bayi berkembang dan produksi

ASI ibu meningkat. Namun, bayi malah dipisahkan dari ibu oleh petugas

kesehatan di rumah sakit dan baru diberikan kepada ibu sehari

setelahnya.28

Selain itu, terdapat pula beberapa rumah sakit yang melakukan

sosialisasi lebih bagi produk susu formula dibanding ASI. Rumah sakit

tersebut memperbolehkan pemasangan poster tentang susu formula di

dalam bangunannya. Bahkan, beberapa poster dipasang di sekitar kamar

bersalin. Hal ini menunjukkan kurangnya dukungan rumah sakit terhadap

kesuksesan pemberian ASI eksklusif.18

4.2. Peningkatan Peran Pusat Pelayanan Kesehatan Sebagai Solusi

Berdasarkan temuan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa rendahnya

pemberian ASI eksklusif di Indonesia diakibatkan oleh pengetahuan ibu tentang

ASI eksklusif yang masih kurang. Oleh karena itu, pemecahan masalah yang

dapat dilakukan berupa optimalisasi peran pusat pelayanan kesehatan karena

petugas kesehatan yang terlibat di dalamnya, yaitu bidan, perawat, dan dokter

merupakan lini terdepan dalam hal penyampaian informasi kepada ibu selama dan

setelah kehamilan. Berikut akan dikemukakan dua upaya utama yang dapat

dilakukan untuk optimalisasi peran pusat pelayanan kesehatan di Indonesia.

Pertama, puskesmas dan rumah sakit harus menggerakkan tenaga

kesehatan di dalamnya untuk melakukan sosialisasi kepada ibu. Puskesmas dan

19

Page 20: Bagian Isi

rumah sakit harus memiliki standar informasi minimal yang harus disampaikan

oleh tenaga kesehatan kepada ibu terkait dengan program ASI eksklusif. Standar

informasi minimal tersebut sebaiknya mencakup hal-hal di bawah ini:30

4.2.1. Keuntungan dan keunggulan pemberian ASI

4.2.2. Gizi ibu, persiapan, dan mempertahankan menyusui

4.2.3. Akibat negatif pemberian makanan botol secara parsial terhadap

pemberian ASI

4.2.4. Kesulitan untuk mengubah keputusan untuk tidak memberikan ASI

Informasi tersebut dapat disampaikan melalui penyuluhan aktif

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, terutama bidan di puskesmas dan

dokter serta perawat di rumah sakit. Penyuluhan tersebut sebaiknya

diselenggarakan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

4.2.1. Penyuluhan langsung

Penyuluhan ini berupa tatap muka langsung antara penyuluh dengan

peserta penyuluhan. Wujud usaha yang dilakukan adalah penjelasan

informasi sesuai standar di atas oleh bidan, dokter, dan perawat kepada ibu

dan anggota keluarga yang mengantar ibu saat kotnrol kehamilan.

4.2.2. Penyuluhan tidak langsung

Penyuluhan ini dilakukan tanpa harus ada tatap muka langsung

antara penyuluh dengan peserta penyuluhan. Usaha yang dapat dilakukan

adalah pemasangan poster di area puskesmas dan rumah sakit serta

pembagian pamflet saat ibu melakukan kontrol kehamilan dan penyuluhan

langsung. Poster dan pamflet harus memuat konten standar informasi

minimal di atas dan dibuat dengan desain yang menarik.

Pusat pelayanan kesehatan dapat pula bekerja sama dengan

Departemen Kesehatan untuk pembuatan situs internet yang membahas

khusus tentang ASI eksklusif secara detail dan penanyangan iklan di

televisi. Metode ini khususnya diperlukan bagi ibu di daerah perkotaan

yang umumnya mengenal teknologi dan sering memanfaatkan fasilitas

internet untuk menambah pengetahuan mereka.

20

Page 21: Bagian Isi

Konsep penyuluhan aktif ini akan memberikan kontribusi yang besar

dalam peningkatan pengetahuan ibu tentang ASI yang pada akhirnya akan

meningkatkan kesadaran ibu untuk pemberian ASI eksklusif. Konsep seperti ini

pernah diterapkan di Mukim Lauree, Kecamatan Simeule Tengah, Aceh dan

terbukti memberikan hasil yang nyata. Berikut grafik yang menunjukkan

perbedaan pengetahuan ibu sebelum dan sesudah penyuluhan.

Gambar 3: Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan

1 2 3 4 5 6 7 8 90

5

10

15

20

25

30

Pre-testPost-test

Jum

lah

Resp

onde

n ya

ng

Men

jaw

ab B

enar

Sumber: Penelitian Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif terhadap

Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil, 2009

Kedua, penyelenggaraan Zona ASI di setiap rumah sakit. Zona ASI

merupakan suatu ruangan dengan fungsi utama sebagai tempat penyampaian

segala informasi yang berhubungan dengan ASI secara gratis kepada ibu, baik

secara individual maupun kelompok. Para ibu dapat menanyakan dan meminta

informasi tentang ASI, ASI eksklusif, dan manajemen laktasi di tempat ini. Secara

tidak langsung, Zona ASI akan menjadi wadah bertemunya para ibu sehingga

mereka juga dapat berdiskusi antara satu sama lain.

Zona ASI akan menyediakan media yang dapat menambah wawasan ibu

tentang ASI, ASI eksklusif, dan manajemen laktasi. Media tersebut dapat berupa

majalah, buku bacaan, dan pamflet yang dapat dibawa pulang oleh ibu. Selain itu,

zona ASI juga akan memfasilitasi para ibu yang ingin membeli alat pompa ASI.

Adanya fasilitas ini terutama akan berguna bagi para ibu pekerja yang seringkali

21

Page 22: Bagian Isi

memutuskan tidak memberikan ASI eksklusif hanya karena ketidaktahuan akan

adanya alat pompa ASI atau malas untuk membeli alat pompa ASI.

Pihak yang akan memberikan informasi di Zona ASI adalah dokter dan

perawat yang sebelumnya telah dibekali pengetahuan yang cukup tentang ASI,

ASI eksklusif, dan manajemen laktasi. Mereka akan menjawab pertanyaan yang

diajukan para ibu dan memberikan penjelasan tambahan tentang hal-hal terkait

ASI dan manajemen laktasi yang belum dipahami ibu. Dokter dan perawat juga

harus menunjukkan sikap positif terhadap ibu, yaitu secara cermat mendengarkan

keluhan ibu, menjawab pertanyaan dengan baik, dan memberikan penjelasan

dengan detail.

Untuk menumbuhkan minat ibu agar mengunjungi Zona ASI, desain

ruangan sebaiknya juga dibuat menarik. Usaha yang dapat dilakukan antara lain:

pengaturan ruangan yang sederhana namun nyaman, penggunaan warna muda dan

cerah untuk dinding, dan pemasangan poster tentang ASI eksklusif di dinding

ruangan tersebut.

Kedua upaya tersebut juga ditunjang dengan adanya Bantuan Operasional

Kesehatan (BOK) yang diberikan pemerintah kepada puskesmas dengan tujuan

peningkatan fungsi puskesmas yang salah satunya adalah upaya Kesehatan Ibu

dan Anak untuk percepatan pencapaian MDGs. Dana yang didapat melalui BOK

dapat puskesmas alokasikan untuk penyelenggaraan penyuluhan ASI eksklusif

dengan maksimal. Berikut diagram yang menunjukkan fokus penggunaan BOK.

Gambar 4: Alur Pikir Bantuan Operasional Kesehatan

22

Page 23: Bagian Isi

Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011

Apabila seluruh puskesmas (8.967 unit) dan rumah sakit (1.523 unit) di

Indonesia secara serentak melaksanakan kedua upaya tersebut, maka bukan tidak

mungkin angka pemberian ASI eksklusif akan mengalami kenaikan yang

signifikan.31 Peningkatan pemberian ASI eksklusif ini pada akhirnya akan

memberikan kontribusi besar terhadap penurunan angka kematian balita.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja kepada bayi tanpa disertai

makanan dan minuman pendamping. Pemberian ASI eksklusif akan memberikan

kontribusi besar dalam meningkatkan harapan hidup dan kesehatan balita.

Dampak yang timbul dari adanya peningkatan tersebut adalah penurunan angka

kematian balita. Namun, tingkat pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih

berada pada kisaran angka yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain: kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat seringkali tidak sesuai

dengan manajemen laktasi, pengetahuan ibu yang kurang akan ASI, tuntutan

23

Page 24: Bagian Isi

pekerjaan ibu yang tidak mendukung pemberian ASI eksklusif, dan dukungan

anggota keluarga ibu yang rendah dalam pemberian ASI.

Kondisi tersebut juga ditunjang oleh maraknya promosi susu formula.

Promosi tersebut dilakukan melalui iklan di berbagai media dan pemberian susu

formula secara gratis kepada ibu setelah persalinan. Selain itu, puskesmas dan

rumah sakit yang merupakan tempat ibu untuk melakukan kontrol selama

kehamilan dan melaksanakan persalinan, masih belum memberikan kontribusi

yang besar dalam upaya meningkatkan pemberian ASI eksklusif. Tenaga

kesehatan yang terlibat di dalamnya belum memberikan edukasi yang cukup

tentang ASI eksklusif dan seringkali mendukung promosi susu formula.

Ibu sebagai sasaran dalam pemberian ASI eksklusif seharusnya dibekali

pengetahuan yang cukup, sehingga ibu akan memiliki kesadaran yang tinggi

untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Pusat pelayanan kesehatan

memiliki peran yang penting untuk memberikan edukasi kepada ibu. Optimalisasi

peran puskesmas dan rumah sakit diharapkan dapat membekali ibu dengan

wawasan yang cukup tentang manajemen laktasi, ASI, dan ASI eksklusif,

sehingga ibu akan memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

5.2. Saran

5.2.1. Optimalisasi peran pusat pelayanan kesehatan untuk meningkatkan

pemberian ASI eksklusif memerlukan dukungan penuh dari Pemerintah

Pusat. Pemerintah sebaiknya memberikan dukungan melalui penetapan

kebijakan nasional agar program ASI Eksklusif menjadi salah satu

prioritas upaya kesehatan di setiap pusat pelayanan kesehatan untuk

selanjutnya disosialisasikan melalui Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Daerah Kabupaten atau Kota.

5.2.2. Selain dukungan dari pemerintah, penyelenggaraan optimalisasi

peran pusat pelayanan kesehatan memerlukan kerja sama lintas sektor,

antara lain dengan pihak swasta dan komunitas atau organisasi sosial

dalam masyarakat yang bergerak dalam bidang kesehatan ibu dan anak.

5.2.3. Penyelenggaraan penyuluhan aktif dan Zona ASI di pusat pelayanan

kesehatan memerlukan pengawasan dan evaluasi ketat dari Dinas

24

Page 25: Bagian Isi

Kesehatan setempat. Hal ini diperlukan untuk memastikan optimalisasi

upaya yang dilakukan di masing-masing puskesmas dan rumah sakit.

5.2.4. Pemerintah sebaiknya melakukan sosialisasi aktif tentang Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian

Air Susu Ibu Eksklusif yang mengatur tentang pemberian ASI eksklusif

dan promosi susu formula. Hal ini akan meningkatkan dukungan

masyarakat terhadap optimalisasi peran pusat pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

25

Page 26: Bagian Isi

1 Rusmalawaty. Peranan Rumah Sakit dalam Pelaksanaan Program ASI Eksklusif [skripsi]. Medan:

Universitas Sumatera Utara; 2009.

2 World Health Organization. Health and Human Rights. Diunduh dari: http://www.who.int.

Diakses 23 Maret 2012.

3 World Health Organization. Global Health Observatory (GHO). Diunduh dari:

http://www.who.int. Diakses 23 Maret 2012.

4 World Health Organization. Child Mortality: Under-five Mortality. Diunduh dari:

http://www.who.int. Diakses 23 Maret 2012.

5 Nurmiati, B. Pengaruh Durasi Pemberian ASI terhadap Ketahanan Hidup Bayi di Indonesia. Jurnal

Kesehatan Makara. 2008;12:47-52.

6 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Millenium Development Goals. Diunduh dari:

http://www.bappenas.go.id/. Diakses 15 Maret 2012.

7 Universitas Sumatera Utara. Inisiasi Menyusui Dini. Diunduh dari:

http://www.repository.usu.ac.id. Diakses 23 Maret 2012.

8 Trisno, I. Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut

pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas Wedarijaksa II Kabupaten Pati. 2011 [diakses 23 Maret

2012]:[4 hal]. Diunduh dari: http://litbang.patikab.go.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=119:pengaruh-pemberian-asi-eksklusif-terhadap-kejadian-

infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa-pada-bayi-usia-6-12-bulan-di-puskesmas-wedarijaksa-ii-

kabupaten-pati&catid=133:pengaruh-pemberian-asi-eksklusif-terhadap-kejadian-infeksi-saluran-

pernafasan-akut-ispa-pada-bayi-usia-6-12-bulan-di-puskesmas-wedarijaksa-ii-kabupaten-

pati&Itemid=115

9 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

10 Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan. Manfaat ASI bagi Bayi dan Ibu.

Diunduh dari: http://bppsdmk.depkes.go.id. Diakses 24 Maret 2012.

11 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 86% Bayi di Indonesia Tidak

Diberi ASI Eksklusif. Diunduh dari: http://menegpp.go.id. Diakses 24 Maret 2012.

12 Kebijakan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Pekerja Wanita

13 Azwar, A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Ed 3. Jakarta: Binarupa Aksara; 1996.

14 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan

Masyarakat.

15 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

16 Universitas Soedirman. ASI Eksklusif. Diunduh dari: http://www.unsoed.ac.id. Diakses 23 Maret

2012.

17 Winarno, FG. Gizi dan Makanan Bagi Bayi dan Anak Sapihan. Jakarta: Sinar Harapan; 1990.

Page 27: Bagian Isi

18 Siregar, A. Pemberian ASI Ekslusif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya [skripsi]. Medan:

Universitas Sumatera Utara; 2004.

19 Emilia, RC. Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil di

Mukim Laure Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue [skripsi]. Medan: Universitas

Sumatera Utara; 2008.

20 LINKAGES. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI Saja: Satu-satunya Sumber Cairan yang

Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Diunduh dari: http://linkagesproject.org. Diakses 24 Maret 2012.

21 Kompasiana. ASI vs Susu Formula. Diunduh dari: http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-

anak. Diakses 22 Maret 2012.22 Powers N, Slusser, W. Breastfeeding update 2: Clinical Lactation Management. Pediatrics in

Review. 1997;18: 147-161.

23 Mahan, K., Escott-Scump. Krause’s Food and Nutrition Therapy. Ed 12. Missouri: Saunders

Elsevier; 2008.

24 Muaris, H. Sarapan Sehat untuk Anak Balita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2006.25 Sutomo, B, Anggraini, DY. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta: Demedia; 2010.

26 Weber M, Fransisca, Said M, Kartasasmita CB, Kusbiyantoro. Pneumonia Balita. Jendela

Epidemiologi. 2010;3: 1-4.

27 Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia. Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif. Diunduh dari:

http://jurnalkesmas.org. Diakses 26 Maret 2012.

28 Fikawati S, Syafiq A. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi

Menyusu Dini di Indonesia. Jurnal Kesehatan Makara. 2010;14: 17-24.

29 Hidayanti L, Susilowati. Dampak Paparan Iklan Susu Formula terhadap Cakupan Pemberian ASI

Eksklusif. Kesehatan Komunitas Indonesia. 2010;6: 327-337.

30 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu

Eksklusif

31 Kompasiana. Mengenal Dana Bantuan Operasional Kesehatan. Diunduh dari:

http://kesehatan.kompasiana.com. Diakses 22 Maret 2012.