31
Bagian Mitigasi (Lantai brp? Tulis kalo perlu yan) Berbagai proses geologi selalau bekerja di sekitar kita. Proses-proses tersebut bekerja membentuk roman muka bumi. Ada kalanya, proses-proses yang bekerja itu bersentuhan dengan manusia dan dapat menyebabkan kerusakan harta benda dan bahkan kematian. Proses-proses geologi yang dapat menimbulkan kerugian pada manusia itu selanjutnya disebut sebagai bencana geologi. Bila kita memperhatikan lokasi tempat proses-proses geologi berlangsung, maka akan tampak bahwa proses-proses geologi dapat terjadi di semua tempat di permukaan bumi. Oleh karena itu, bencana geologi dapat juga terjadi di berbagai tempat di permukaan bumi. Meskipun demikian, macam-macam proses geologi atau bencana geologi yang terjadi di suatu setting lingkungan sangat ditentukan oleh kondisi geologi dan geomofologi yang ada di lingkungan tersebut. Pada Bagian ini akan dibahas mengenai permalasahan geologi yang berkaitan dengan mitigasi atau bencana alam. Proses Terjadinya Gempa dan Tsunami

Bagian Mitigasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: Bagian Mitigasi

Bagian Mitigasi (Lantai brp? Tulis kalo perlu yan)

Berbagai proses geologi selalau bekerja di sekitar kita. Proses-proses tersebut bekerja

membentuk roman muka bumi. Ada kalanya, proses-proses yang bekerja itu bersentuhan dengan

manusia dan dapat menyebabkan kerusakan harta benda dan bahkan kematian. Proses-proses

geologi yang dapat menimbulkan kerugian pada manusia itu selanjutnya disebut sebagai bencana

geologi.

Bila kita memperhatikan lokasi tempat proses-proses geologi berlangsung, maka akan

tampak bahwa proses-proses geologi dapat terjadi di semua tempat di permukaan bumi. Oleh karena

itu, bencana geologi dapat juga terjadi di berbagai tempat di permukaan bumi. Meskipun demikian,

macam-macam proses geologi atau bencana geologi yang terjadi di suatu setting lingkungan sangat

ditentukan oleh kondisi geologi dan geomofologi yang ada di lingkungan tersebut. Pada Bagian ini

akan dibahas mengenai permalasahan geologi yang berkaitan dengan mitigasi atau bencana alam.

Proses Terjadinya Gempa dan Tsunami

Page 2: Bagian Mitigasi

Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan salah satu jenis bencana alam yang secara terus menerus terjadi di bumi.

Hanya saja, kita baru bisa merasakan getarannya apabila gempa tersebut terjadi di dekat permukaan

bumi. Teknisnya, semua wilayah yang ada di bumi berpotensi mengalami gempa. Hanya saja, ada

beberapa titik yang mengalami gempa dengan jumlah lebih jika dibandingkan dengan titik lainnya.

Salah satu Negara yang sering mengalaminya adalah Jepang dan juga Indonesia. Di Indonesia

sendiri, gempa bumiseolah telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Hal ini wajar

mengingat Indonesia memang dilalui pegunungan Sirkum dan juga Mediterania yang

Page 3: Bagian Mitigasi

menjadikannya titik potensial gempa bumi. Meski sering terjadi,namun bukan berarti semua orang

di Indonesia memahami proses terjadinya gempa bumi.  

Pada sarnya, para ahli membagi proses terjadinya gempa bumi atau asal muasal gempa ke dalam

dua kelompok besar yakni: 

1. Teori Pergeseran Sesar

2. Teori Kekenyalan Elastis atau elastic rebound theory.

Menurut para ahli, gempa yang banyak terjadi disebabkan oleh pergeseran lempengan sepanjang

sesar dan terjadi secara tiba-tiba atau dikenal dengan istilah sudden slip. Hal ini terjadi pasa lapisan

kerak bumi. Lebih lanjut para ahli berpendapat bahwa penyebab utama bencana gempa bumi

prosesnya diawali dengan sebuah gaya pergerakan yang terdapay di titik interior bumi. Gaya ini

dikenal juga dengan istilah gaya konveksi mantel. Proses gempa bumi ini dimulai dari gaya

konveksi mantel yang kemudian menekan bagian kerak bumi yang dikenal juga dengan nama outer

layer. Kerak ini memiliki sifat yang rapuh, dengan demikian saat ia tak lagi bisa menahan gaya

konveksi mantel ini maka sebagai akibatnya sesar akan bergeser dan dirasakan manusia sebagai

sebuah gempa. Proses gempa bumi yang satu ini masuk ke dalam jenis gempa tektonik. Tentu jika

jenis gempanya vulkanik, buatan, tumbukan serta runtuhan, maka prosesnya akan berbeda.

Namun, menurut para ahli, dari semua total gempa yang terjadi di seluruh dunia, jenis gempa

tektonik inilah yang mendominasi. Bahkan jenis gempa vulkanik sendiri pun hanya mencapai 7%

dari semua total gempa yang terjadi. Proses terjadinya gempa vulkanik dimulai dari pergerakan

material yang ada di dalam saluran fluida. Gerakan ini biasanya dirasakan sesaat sebelum sebuah

gunung berapi meletus.

Klasifikasi gempa, antara lain:

Berdasarkan penyebabnya :

Gempa tektonik, yaitu gempa yang disebabkan oleh pergeseran lapisan batuan pada daerah

patahan.

Gempa vulkanik,yaitu gempa yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanisme.

Gempa guguran (gempa runtuhan), yaitu disebabkan oleh runtuhnya bagian gua.

Gempa tumbukan, yaitu gempa yang disebabkan oleh meteor besar yang jatuh ke bumi.

Berdasarkan bentuk episentrum :

Gempa sentral, yaitu gempa yang episentrumnya titik

Page 4: Bagian Mitigasi

Gempa linier, yaitu gempa yang episentrumnya garis.

Berdasarkan kedalaman hiposentrum

Gempa dalam, yaitu lebih dari 300 km

Gempa menengah, yaitu antara 100-300 km

Gempa dangkal, yaitu kurang dari 100 km

Berdasarkan jarak episentrum

Gempa lokal, yaitu episentrumnya kurang dari 10000 km.

Gempa jauh, yaitu episentrumnya sekitar 10000 km.

Gempa sangat jauh, yaitu episentrumnya lebih dari 10000 km.

Data dalam ilmu kebumian selalu berkaitan dengan kedalaman dan ketebalan. Oleh karena

itu,seorang ahli ilmu kebumian harus mempunyai kemampuan untuk menentukan kedalaman dan

ketebalan. Kedalaman sendiri sebebarnya adalah lokasi sebuah titik, yang diukur secara vertikal

terhadap ketinggian titik acuan. Dalam ilmu Geofisika misalnya. Dikenal klasifikasi gempa

berdasarkan kedalaman. Menurut Fowler, 1990, klasifikasi gempa berdasarkan kedalaman fokus

adalah :

Gempa dangkal : kedalaman fokus gempa kurang dari 70 km

Gempa sedang : kedalamanan fokus gempa kurang dari 300 km

Gempa dalam : kedalaman fokus gempa lebih dari 300 km (kadang-kadang lebih dari 450

km)

Seperti halnya kedalaman, kemampuan untuk menentukan ketebalan juga sangat diperlukan dalam

ilmu kebumian. Dengan mengetahui cara menghitung ketebalan, ahli kebumian bisa menyelidiki

ketebalan lapisan-lapisan penyusun bumi sehingga kita bisa mengetahui bahwa ketebalan kerak

bumi mencapai 100 km, ketebalan matel adalah sekitar 2900 km, liquid outer core sekitar 2200 km,

dan solid inner core sekitar 1250 km

Analisis geometri akifer (aquifer : lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam

jumlah yang ekonomis. Contoh : pasir, kerikil, batupasir, batugamping rekahan.) juga melibatkan

analisis kedalaman dan ketebalan.

Selain klasifikasi gempa di atas dikenal juga gempa laut, yaitu gempa yang episentrumnya terdapat

di bawah permukan laut. Gempa ini menyebabkan terjadinya gelombang pasang yang dahsyat,

Page 5: Bagian Mitigasi

disebut tsunami. Seismograf adalah alat pencatat gempa, sedang seismogram adalah rekaman atau

hasil catatan seismograf.

Peyebab Terjadinya Gempa

Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah, yang terjadi pada lokasi tertentu,

dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran pada bumi terjadi akibat dari adanya proses pergeseran

secara tiba-tiba (sudden slip) pada kerak bumi. Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena adanya

sumber gaya (force) sebagai penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia

(artificial earthquakes). Selain disebabkan oleh sudden slip, getaran pada bumi juga bisa disebabkan

oleh gejala lain yang sifatnya lebih halus atau berupa getaran kecil-kecil yang sulit dirasakan

manusia. Getaran tersebut misalnya yang disebabkan oleh lalu-lintas, mobil, kereta api, tiupan angin

pada pohon dan lain-lain. Getaran seperti ini dikelompokan sebagai mikroseismisitas (getaran

sangat kecil). Dimana tempat biasa terjadinya gempa bumi alamiah yang cukup besar, berdasarkan

hasil penelitian, para peneliti kebumian menyimpulkan bahwa hampir 95 persen lebih gempa bumi

terjadi di daerah batas pertemuan antar lempeng yang menyusun kerak bumi dan di daerah sesar

atau fault.

Para peneliti kebumian berkesimpulan bahwa penyebab utama terjadinya gempa bumi berawal dari

adanya gaya pergerakan di dalam interior bumi (gaya konveksi mantel) yang menekan kerak bumi

(outer layer) yang bersifat rapuh, sehingga ketika kerak bumi tidak lagi kuat dalam merespon gaya

gerak dari dalam bumi tersebut maka akan membuat sesar dan menghasilkan gempa bumi. Akibat

gaya gerak dari dalam bumi ini maka kerak bumi telah terbagi-bagi menjadi beberapa fragmen yang

di sebut lempeng (Plate). Gaya gerak penyebab gempa bumi ini selanjutnya disebut gaya sumber

tektonik (tectonic source).

Proses Terjadinya Gempa

Terdapat dua teori yang menyatakan proses terjadinya atau asal mula gempa yaitu pergeseran sesar

dan teori kekenyalan elastis. Gerak tiba2 sepanjang sesar merupakan penyebab yang sering terjadi.

Klasifikasi gempa bumi secara umum berdasarkan sumber kejadian gempa (R.Hoernes, 1878).

Setiap bencana alam selalu mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat, korban jiwa dan harta

benda kerap melanda masyarakat yang berada di sekitar lokasi bencana.

Page 6: Bagian Mitigasi

Tsunami

Kata “Tsunami” sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti Ombak Besar (Tsu : pelabuhan dan

Nami : gelombang). Adapan definisi yang disepakati banyak orang adalah tsunami merupakan

bencana alam yang disebabkan oleh naiknya gelombang laut ke daratan dengan kecepatan yang

tinggi akibat adanya gempa yang berpusat di bawah lautan. Gempa tersebut bisa saja diakibatkan

oleh tanah yang longsor, lempeng yang bergeser, gunung berapi yang mengalami erupsi serta

meteor yang jatuh di lautan. Tsunami ini biasanya terjadi apabila besarnya gempa melebihi 7 skala

richter. Tsunami ini cukup berbahaya, utamanya bagi mereka yang bermukim di sekitaran pantai.

Dengan kekuatan besar, ia akan menyapu apa saja yang dilewatinya.

Proses Terjadinya Tsunami 

Jika berbicara mengenai proses terjadinya tsunami, maka kita tentu harus memulai dari

penyebabnya, yakni gempa   di wilayah lautan. Tsunami selalu diawali suatu pergerakan dahsyat

yang lazim kita sebut gempa. Meski diketahui bahwa gempa ini ada beragam jenis, namun 90%

tsunami disebabkan oleh pergerakan lempeng di dalam perut bumi yang letaknya kebetulan ada di

dalam wilayah lautan. Akan tetapi perlu juga disebutkan, sejarah pernah merekam tsunami yang

dahsyat akibat meletusnya Gunung Krakatau. 

Gempa yang terjadi di dalam perut bumi akan mengakibatkan munculnya tekanan ke arah vertical

sehingga dasar lautan akan naik dan turun dalam rentang waktu yang singkat. Hal ini kemudian

akan memicu ketidakseimbangan pada air lautan yang kemudian terdorong menjadi gelombang

besar yang bergerak mencapai wilayah daratan.

Dengan tenaga yang besar yang ada pada gelombang air tersebut, wajar saja jika bangunan di

daratan bisa tersapu dengan mudahnya. Gelombang tsunami ini merambat dengan kecepatan yang

tak terbayangkan. Ia bisa mencapai 500 sampai 1000 kilometer per jam di lautan. Dan saat

mencapai bibir pantai, kecepatannya berkurang menjadi 50 sampai 30 kilometer per jam. Meski

berkurang pesat, namun kecepatan tersebut sudah bisa menyebabkan kerusakan yang parah bagi

manusia. 

Jika kita mencermati proses terjadinya tsunami, tentu kita paham bahwa tak ada campur tangan

manusia di dalamnya. Dengan demikian, kita tak memiliki kendali untuk mencegah penyebab

tersebut. Namun, dengan persiapan dan kewaspadaan yang maksimal, kita bisa

meminimalisir dampak bencana tsunami ini sendiri. Contoh yang baik sudah diperlihatkan Jepang.

Page 7: Bagian Mitigasi

Meski rawan tsunami, namun kesadaran rakyatnya mampu menekan jumlah korban akibat bencana

tersebut.

Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral telah mengindentifikasi wilayah-

wilayah di Indonesia yang rawan gerakan tanah, gempa bumi dan tsunami. 19 Wilayah Indonesia

terindikasi rawan terhadap terjadi gelombang tsunami.

Berikut 19 wilayah rawan gelombang tsunami seperti dilansir situs Kementerian ESDM, Kamis

(27/2/2014):

1. Nangroe Aceh Darussalam (P. Simeulue, Pantai Barat NAD (Lhok Nga, Calang, Meulaboh),

Lhokseumawe)

2. Sumatera Utara (Pulau Nias, Pantai Barat Sumatera Utara (Singkil, Sibolga)

3. Sumatera Barat (Kep. Mentawai, Pantai Barat Sumatera Barat (termasuk Siri Sori)

4. Bengkulu (Pulau Enggano, Pantai Barat Bengkulu (termasuk Kota Bengkulu dan Manna)

5. Lampung dan Banten (Pantai Selatan Lampung, Pantai Barat Banten)

6. Jawa Barat Tengah Bagian Selatan (Pantai Selatan Jawa Barat – Tengah)

7. Jawa Timur Bagian Selatan (Pantai Selatan Jawa Timur)

8. Bali (Pantai Selatan Bali)

9. Nusa Tenggara Barat (Pantai Selatan Lombok, Sumbawa , dan Pantai utara Bima)

10. Nusa Tenggara Timur (Pantai Utara Flores, Pulau Babi, Pantai Utara P. Timor (Atapupu),

dan Pantai Selatan  Sumba)

11. Sulawesi Utara (Manado, Bitung, Sangihe, dan Talaud)

12. Sulawesi Tengah-Palu (Pulau Peleng, Banggai Kepulauan, Luwuk, Palu, Teluk Tomini,

Tambu, Mupaga, Toli-toli, Donggala, dan Tojo)

13. Sulawesi Selatan (Bulukumba, Tinambung, dan Majene)

14. Sulawesi Tenggara (Pantai Kendari)

15. Maluku Utara (Sanana, Ternate, Tidore, Halmahera, dan Pulau Obi)

16. Maluku Selatan (Bandanaira, P. Seram, P. Buru, Pantai Talaga, P. Banda, P. Kai, P. Tual)

17. Papua Utara (Yapen, Biak, Supiori, Oranbari, dan Ransiki)

18. Kalimantan Selatan Bagian Timur (Langadai dan Loeri)

19. Sangata (Daerah Sekuran).

Berdasarkan catatan yang ada di Badan Geologi ESDM, Wilayah Maluku Selatan tercatat terbanyak

terkena tsunami yaitu 19 kali (yakni pada 1629, 1657, 1659, 1673, 1674, 1708, 1763, 1775, 1802,

Page 8: Bagian Mitigasi

1841, 1851, 1852, 1861, 1876, 1899, 1950, 1966, 1983 dan 1996). Daerah yang paling sedikit  

Sangata yakni hanya terkena satu kali gelombang tsunami pada 1921.

Cara Menyelamatkan Diri Saat Gempa dan Tsunami

Gempa sering terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Seiring dengan seringnya terjadi

gempa di negara kita, maka salah satu hal yang perlu untuk kita ketahui adalah cara menyelamatkan

diri di saat gempa dan tsunami datang. Berikut adalah beberapa tips penyelamatan diri ketika terjadi

gempa atau tsunami:

 

Di dalam rumah

Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus mengupayakan

keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah ke bawah meja untuk melindungi tubuh anda

dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan bantal.

 

Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah terjadinya kebakaran.

Matikan alat listrik, dan cabut kabelnya.

Page 9: Bagian Mitigasi

 

Sesudah selesai gempa, matikan sumber listrik.

 

Siapkan fire extinguisher atau air untuk berjaga-jaga jika terjadi munculnya api.

 

Jika melihat api, berteriaklah bahwa ada api atau kebakaran.

 

Di jalan sempit dan tebing Menjauhlah dari jalan sempit, tebing, walled street dan jurang.

 

Jangan berdiri dekat dinding rumah untuk melindungi diri dari kejatuhan atap, seng.

 

Menjauhlah dari tebing atau jurang untuk melindungi diri dari kemungkinan terjadinya longsor

akibat getaran tanah.

Di sekolah

 Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku, jangan panik, jika

gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat lapang,

jangan berdiri dekat gedung, tiang dan pohon.

 

Di luar rumah

 Lindungi kepala anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau kawasan

industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala

anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.

 

Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall

Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau

satpam.

 

Di dalam lift

Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda merasakan getaran

gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah,

lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung

dengan menggunakan interphone jika tersedia.

 

Di kereta api

Page 10: Bagian Mitigasi

Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta

dihentikan secara mendadak.

 

Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta.

 

Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.

Di dalam mobil

Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda gundul. Anda akan

kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya.Jauhi persimpangan, pinggirkan

mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka

keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.

 

Di gunung/pantaiAda kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke

tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan

tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.

 

Beri pertolongan

Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi besar. Karena

petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian,

maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada di sekitar anda.

 

Dengarkan informasi

 Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan,

penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar.

Anda dapat memperoleh informasi yang benar dari pihak yang berwenang atau polisi. Jangan

bertindak karena informasi orang yang tidak jelas jika akan terjadi terjadi tsunami. Jika sedang

berada di pantai, segera berlindunglah ke tempat tinggi saat merasakan gempa yang cukup kuat

(lebih dari skala 4), atau merasakan getaran lemah tapi lama.

 

Perhatikan radio atau berita untuk informasi yang berkaitan dengan kemunculan tsunami.

 

Menjauhlan dari tempat yang pernah terjadi longsor atau terdapat longsor.

Page 11: Bagian Mitigasi

 

Diperlukan waktu yang cukup bagi petugas untuk menginformasikan adanya tsunami. Tsunami

dapat saja mencapai pantai sebelum itu, maka segeralah berlindung.

Yakinlah bahwa anda menerima informasi yang benar. Jangan dengar rumor.

 

Ikuti berita di TV atau radio 

 Ikutilah perintah dari pemerintah setempat, dinas kebakaran, atau kepolisian.

 

Jangan menggunakan telepon untuk hal yang tidak perlu, seperti menelepon dinas kebakaran atau

rescue untuk menanyakan berita atau status bencana.

 

Sediakan first-aid untuk luka ringan dan bekerjasamalah dengan yang lain. Bekerjasamalah dengan

rescue team

 

Ikuti prosedur evakuasi 

 Evakuasilah dengan berjalan kaki. Bawalah hanya barang-barang personal yang diperlukan.

Sebaiknya menghindari evakuasi dengan mobil, karena dapat menghambat traffic dan menghalangi

ambulance atau pemadam kebakaran.

Page 12: Bagian Mitigasi

Tanah Longsor

Bencana alam tanah longsor sering melanda beberapa wilayah di Indonesia. Secara umum

hal tersebut disebabkan karena letak geografis wilayah Indonesia yang dilewati “cincin api”, Iklim

dan penutup lahan. Bencana tanah longsor yang terjadi di berbagai lokasi di Indonesia, umumnya

terjadi pada musim penghujan, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak hanya terjadi setempat (on

site) namun juga disebelah hilirnya (off site), yaitu berupa hasil sedimen yang jumlahnya cukup

besar untuk suatu kejadian hujan tertentu. Penyebab tanah longsor terutama disebabkan oleh

ketahanan geser batuan yang menurun tajam jauh melebihi tekanan geser dan yang terjadi seiring

dengan meningkatnya tekanan air akibat pembasahan atau peningkatan kadar air, disamping juga

karena adanya peningkatan muka air tanah. Identifikasi lahan berpotensi longsor sangat diperlukan

untuk mengetahui sebaran daerah yang rawan longsor sehingga dapat dilakukan upaya

penanganannya.

Bencana tanah longsor selain menimbulkan korban jiwa, harta benda dan material lain yang

tidak sedikit juga menimbulkan dampak negatif jangka panjang yaitu berkurangnya (hilangnya)

lapisan permukaan tanah (top soil) yang subur sehingga produktifitas tanah menurun. Menurut

Soebroto, dkk.(1981), faktor . faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah (tanah longsor)

Page 13: Bagian Mitigasi

adalah topografi (kemiringan lereng), keadaan tanah (tekstur, struktur perlapisan), keairan termasuk

curah hujan, gempa bumi dan keadaan vegetasi/hutan dan penggunaan lahan.

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,

runtuhan batu, rayapantanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasidan rotasi paling

banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa

manusia adalah aliran bahan rombakan.

 1.  Longsoran Translasi

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir      berbentuk

rata atau menggelombang landai.

2. Longsoran Rotasi 

Page 14: Bagian Mitigasi

Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk

cekung.

3.  Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata.

Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.

4.  Runtuhan Batu

Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan

cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah

pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

5.  Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran

kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama

longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke

bawah.

6.  Aliran Bahan Rombakan Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong

oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis

materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya.

Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api.

Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

Faktor Penyebab Longsor

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya

penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah.

Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta

berat jenis tanah batuan.   Ancaman tanah longsor biasanya terjadi pada bulan November, karena

meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang menyebabkan terjadinya

penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar, sehingga mengakibatkan munculnya pori-

pori atau rongga-rongga dalam tanah, yang mengakibatkan terjadinya retakan dan rekahan

permukaan tanah.

Page 15: Bagian Mitigasi

Pada waktu turun hujan, air akan menyusup ke bagian tanah yang retak sehingga dengan

cepat tanah akan mengembang kembali. Pada awal musim hujan dan intensitas hujan yang tinggi

biasanya sering terjadi kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.

Hujan lebat yang turun pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena  melalui tanah

yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan

gerakan lateral.

Dengan adanya vegetasi di permukaannya akan mencegah terjadinya  tanah longsor, karena

air akan diserap oleh tumbuhan dan akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.

Lereng atau tebing yang terjal terbentuk akan memperbesar gaya pendorong. Kebanyakan

sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 derajat, apabila ujung lerengnya terjal dan

bidang longsorannya mendatar.

Gerakan Tanah

Gerakan tanah adalah perpindahan masa tanah atau batuan yang bergerak dari atas ke bawah

disepanjang lereng atau keluar dari lereng. Jenis gerakan tanah dapat dikelompokkan kedalam 5

jenis yaitu:

1. Jatuhan massa tanah dan atau batuan adalah perpindahan masa tanah dan atau batuan ke

ketinggian yang lebih rendah tanpa melalui bidang gelincir karena pengaruh gaya tarik

bumi.

2. Longsoran masa tanah atau batuan adalah perpindahan masa tanah dan atau batuan melalui

bidang gelincir yang pergerakannya dipengaruhi gaya tarik bumi

3. Aliran tanah adalah perpindahan campuran masa tanah dengan air yang bergerak mengalir

sesuai dengan arah kemiringan lereng

4. Amblesan adalah penurunan permukaan tanah secara tegak karena adanya pengosongan

rongga di dalam tanah akibat dari pemadatan normal tanah dan atau batuan, pengambilan

airtanah secara berlebihan. Larian air karena struktur geologi, kebocoran atau retak bagian

dasar, penggalian tanah atau batuan, dan bahan galian logam

5. Tanah mengembang adalah perubahan atau pergerakan masa tanah sebagai akibat sifat-sifat

tanah atau batuan itu sendiri yang mengembang apabila jenuh air dan mengkerut apabila

kering.

Page 16: Bagian Mitigasi

Mitigasi Bencana Gunung Api

Gunung meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas

yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya

yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan

lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung api bisa menimbulkan korban

jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bias mempengaruhi

putaran iklim di bumi ini.

Ciri-ciri Gunung Api akan meletus

Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain :

o Suhu di sekitar gunung naik.

o Mata air menjadi kering.

o Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa).

o Tumbuhan di sekitar gunung layu.

o Binatang di sekitar gunung bermigrasi.

Page 17: Bagian Mitigasi

Hasil letusan Gunung Api

1. Gas vulkanik

Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon

monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02),

dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.

2. Lava dan aliran pasir serta batu panas 

Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalamBumi ke permukaan

melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan

membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam

batuan.

3. Lahar

Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat

berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.

4. Hujan Abu

Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat

halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu

letusan ini bisa menganggu pernapasan.

5. Awan Panas

Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan

pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas

dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan

juga dapat menyebabkan sesak napas.

Dampak dari Letusan Gunung Api

Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung api antara lain

Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur Dioksida (SO2)

dan Nitrogen (N2) yang membahayakan bagi manusia. Lava adalah cairan magma bersuhu sangat

tinggi yang mengalir ke permukaan melalui kawah gunung api. Lava encer mampu mengalir jauh

dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada, sedangkan lava kental mengalir tidak jauh

dari sumbernya.

Page 18: Bagian Mitigasi

Lahar juga merupakan salah satu ancaman bagi masyarakat sekitar Gunung Merapi.

Ancaman lahar telah terjadi pada letusan Gunung Merapi pada tahun 1994 dan 2006. Lahar adalah

banjir bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung

sampai bongkah. Lahar dapat berupa lahar panas atau lahar dingin. Lahar panas berasal dari letusan

gunung api yang memiliki danau kawah, dimana air danau menjadi panas kemudian bercampur

dengan material letusan dan keluar dari mulut gunung. Lahar dingin atau lahar hujan terjadi karena

percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar gunung yang kemudian membuat lumpur

kental dan mengalir dari lereng gunung. Lumpur ini bisa panas atau dingin.

Awan panas (wedhus gembel) adalah hasil letusan gunung api yang paling berbahaya

karena tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari awan panas tersebut kecuali melakukan

evakuasi sebelum gunung meletus. Awan panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil

yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km per jam. Awan panas jatuhan

adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan

letusan yang besar. Material berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus

akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan kilometer dari puncak karena pengaruh

hembusan angin. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka

seperti kepala, lengan, leher atau kaki, dan juga menyebabkan sesak napas sampai tidak bisa

bernapas. Bahkan pada letusan tahun 2006, awan panas telah merenggut dua korban jiwa di

Kaliadem.

Abu Letusan gunung api adalah material letusan yang sangat halus. Karena hembusan

angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Pada letusan besar seperti pernah

terjadi di Gunung Krakatau, abu yang dihasilkan bahkan menutupi sinar matahasi sampai

berminggu-minggu.

Mitigasi Bencana Gunung Api

Indonesia merupakan Negara dengan jumlah gunung berapi yang banyak. Sekitar 13%-17%

dari gunung berapi aktif yang ada di dunia, terdapat di Indonesia.

Mengingat banyaknya gunung berapi yang terdapat di Indonesia, maka Indonesia sangat

rawan dengan letusan gunung berapi. Yang masih sangat melekat dalam ingatan kita tentunya

letusan gunung Merapi di Yogyakarta yang mengeluarkan material vulkanik yang dahsyat hingga

memakan korban yang tidak sedikit.

Sebenarnya letusan gunung berapi tidak hanya membawa bencana, Selain itu gunung berapi

juga membawa sumber kemakmuran bagi kawasan disekitarnya. Material vulkanik yang

dikeluarkan oleh gunung berapi dapat dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup pascabencana.

Page 19: Bagian Mitigasi

Penanggulangan bencana gunung berapi tidak hanya terpusat di kawasan gunung berapi,

tetapi juga masyarakat yang ada di sekitar kawasan gunung berapi yang kadang sulit untuk

dievakuasi. Alasannya selain keterikatan dengan tempat tinggal dan lahan pertanian, juga karena

adanya kepercayaan terhadap gunung berapi.

Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung

berapi, tindakan yang perlu dilakukan :

a.     Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatatgempa

(seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantorDirektorat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB.

Petugas pos pengamatan Gunung api menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.

b.    Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadipeningkatan aktivitas

gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporandan data, membentuk tim Tanggap Darurat,

mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.

c.    Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskanjenis dan sifat bahaya

gunung berapi, daerah rawan bencana, arahpenyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos

penanggulangan bencana. 

d.   Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, danGeokimia. Hasil

penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dandokumen lainya.

e.   Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerahserta masyarakat terutama

yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada

Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.

Langkah-langkah konkrit yang harus dilakukan saat menghadapi ancaman bencana Gunung

Api, diantaranya :

a.       Antisipasi atau Sebelum Letusan Gunung Api

·         Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-ancamannya.

·         Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman.

·         Membuat sistem peringatan dini.

·         Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api

·     Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi

berwenang.

·     Membuat perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang

sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika

diperlukan.

Page 20: Bagian Mitigasi

·         Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting.

·      Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh

Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya

mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi.

b.      Saat Letusan Gunung Api Terjadi

·     Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering dan daerah

aliran lahar Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan.

·         Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas.

·       Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh,

seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.

·        Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau

apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam mata Jangan memakai lensa kontak.

·         Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung .

·         Saat turunnya abu gunung usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.

c.       Setelah Terjadi Letusan Gunung Api

·         Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.

·      Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan.

·      Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin motor,

rem, persneling dan pengapian.

Gambar diatas merupakan barang-barang yang diambil saat bencana letusan gunung merapi.

Tampak sepeda motor, TV, dan peralatan rumah tangga warga yang rusak akibat dari letusan

gunung tersebut.

Page 21: Bagian Mitigasi

Sumber:

Museum Geologi , Bandung

Sumber lain:

http://belajarilmugeografi.blogspot.com/2013/04/mengurai-proses-terjadinya-gempa-bumi.htmlhttp://belajarilmugeografi.blogspot.com/2013/10/pengertian-proses-terjadinya-tsunami.htmlhttp://info.bisnis.com/read/20140227/342/206429/19-daerah-rawan-tsunami-di-mana-sajahttp://biarkanakumenulis.blogspot.com/2009/10/longsor.htmlhttp://yudhakharismayanto.blogspot.com/2011/06/gunung-api-dan-mitigasi-bencana-letusan.html