11
BAGIAN PERDEBATAN KAUM MUDA DAN TUA* Pada tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pada pukul 22.00, di tempat kediaman Bung Karno, yaitu Jl.Pegangsaan Timur No.56 Jakarta berlangsung perdeba tan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Chaerul Saleh : “Sekarang Bung, sekarang! Malam ini kita kobarkan Revolusi!” Sukarni : “Negara Indonesia harus mempercepat kemerdekaan Indonesia. Jika tidak negara ini akan tertindas dan tersiksa! Kami sudah siap untuk mempertauhkan jiwa kami! Wikana : “Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan secara besar-besaran besok. Ir. Soekarno : “Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku pada malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu sampai besok!” Moh. Hatta : “Jepang adalah masa silam.kita sekarang harus menghadapi belanda yang akan berusaha untuk kembali untuk menjadi tuan di negri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk mem proklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno untuk hal itu?” Wikana : “apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah,walaupun jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam perang? Megapa bukan kita yang menyatakan kemerdekaan kita sendiri,sebagai suatu bangsa?” Ir. Soekarno : “Kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu? Apa tindaka bagin keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan? Kita tidak aka mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak diatas kekuatan sendiri?”

Bagian Perdebatan Kaum Muda Dan Tua

  • Upload
    khusha

  • View
    6

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sejarah indonesia

Citation preview

Page 1: Bagian Perdebatan Kaum Muda Dan Tua

BAGIAN PERDEBATAN KAUM MUDA DAN TUA*

Pada tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pada pukul 22.00, di tempat kediaman Bung Karno, yaitu Jl.Pegangsaan Timur No.56 Jakarta berlangsung perdeba tan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Chaerul Saleh : “Sekarang Bung, sekarang! Malam ini kita kobarkan Revolusi!”

Sukarni : “Negara Indonesia harus mempercepat kemerdekaan Indonesia. Jika tidak negara ini akan tertindas dan tersiksa! Kami sudah siap untuk mempertauhkan jiwa kami!

Wikana : “Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan secara besar-besaran besok.

Ir. Soekarno : “Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku pada malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu sampai besok!”

Moh. Hatta : “Jepang adalah masa silam.kita sekarang harus menghadapi belanda yang akan berusaha untuk kembali untuk menjadi tuan di negri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk mem proklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno untuk hal itu?”

Wikana : “apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah,walaupun jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam perang? Megapa bukan kita yang menyatakan kemerdekaan kita sendiri,sebagai suatu bangsa?”

Ir. Soekarno : “Kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu? Apa tindaka bagin keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan? Kita tidak aka mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak diatas kekuatan sendiri?”

Sukarni : “Tapi setidaknya kita harus berusaha untuk merdeka dengan kekuatan sendiri! Jangan hanya berpangku tangan pada Jepang saja.”

Chaerul Anwar : “lagi pula jepang sudah kewalahan karena sekutu, daninilah saat yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia!

Ir. Soekarno : “saya tidak bisa memutuskan sendiri, saya harus berunding dahulu dengan yang lainya.”

Wikana : “Kalau begitu silakan rundingkan dengan yang lainnya.”

Maka, dimulailah perundingan yang dimintaioelh Ir .soekarno tidak lama kemudian, moh.hatta menyampaikan keputusan yang dihasilkan dari perundingan tersebut.

Moh. Hatta : “Dari hasil perundingan yang baru saja dijalani, telah diputuskan bahwa usul para pemuda tidak dapat diterima.”

Page 2: Bagian Perdebatan Kaum Muda Dan Tua

Mendengar penjelasan Moh. Hatta, para pemuda nampak tidak puas. Meraka pun memikirkan siasat bagaimana cara memproklamasi kemerdekaan dengan cepat.

Chaerul Anwar : “Bagaimana kalau kita culik saja Soekorno-Hatta agar jauh dari pengaruh jepang.”

Sukarni : “Kalau begitu biar saya, Yusuf Kunto, dan Syodanco Singgih yang akan melaksanakan penculikan tersebut, dan penculikannya kita lakukan besok.

Pukul 04.00 dinihari, tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno pulang ke rumah dan langsung disambut hangat oleh Fatmawati.

Ir. Soekarno : “Selamat malam, Dek!”

Fatmawati : “Selamat malam juga, Mas! Engkau terlihat capek malam ini. Apa Mas ingin kubuatkan teh?”(sambil mencium tangan soekarno)

Ir. Soekarno : “Tak perlu repot, Dek. Senyumanmu saja dapat menghilangkan capek di diriku ini.”

Fatmawati : “Terima kasih Mas. Engkau menghiburku di malam ini.”

Ir. Soekarno : “Betapa lucunya Guntur malam ini. Dia sangat mirip denganmu.”

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras.

Fatmawati : “Biarkan aku yang membukanya, Mas.”

Ir. Soekarno : “Tidak usah, Dek, biar Kang Mas yang membukanya. Mungkin mereka mencari Kang Mas.”

Fatmawati : “Baiklah, biarkan aku yang menjaga Guntur di sini.”

Ir. Soekarno pun membuka pintu.

Syodanco S. : “Kau harus ikut kami Bung Karno!”

Ir. Soekarno : “Mau dibawa kemana aku ini?”

Yusuf Kunto : “Kamu tidak perlu tahu.”

Syodanco S. : “Diam dan jangan coba-coba melawan.”

Ir. Soekarno : “Tapi aku masih memiliki anak dan istri. Izinkan aku untuk membawa mereka.”

Yusuf Kunto : “Silahkan. Kami akan menungu.”

Ir. Soekarno : (sambil berteriak) Adek,,

Fatmawati : “Ada apa, Mas? Teriakanmu membuat Guntur menangis.”

Page 3: Bagian Perdebatan Kaum Muda Dan Tua

Ir. Soekarno : “Mereka mengajakku untuk pergi. Aku mengkhawatirkanmu dan Guntur. Maukah kau ikut denganku?”

Fatmawati : “Aku akan ikut denganmu kemana pun engkau pergi.”

Syudanco S. : “Sudah selesai dramanya? Kita harus pergi sekarang! Waktu kita sudah tidak lama lagi.”

Merekapun dibawa ke kota kecil di dekat Karawang yang bernama Rengasdengklok.

Ir. Soekarno : “Ada urusan apa kalian membawa kami ke tempat ini? Kenapa kami harus diculik segala?

Yusuf Kunto : “Kami membawa anda berdua kesini karena kami ingin anda dapat secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Coba kau pikirkan. Sudah berapa orang yang gugur untuk Negara ini? Dan setelah saat yang paling tepat untu memproklamasikan kemerdekaan tiba, kau ingin menyianyiakan saat itu?”

Syodanco S. : “Revolusi berada di tangan kami sekarag dan kami memerintahkan Bung, kalau Bung tidak memulai Revolusi malam ini, lalu…”

Ir. Soekarno : “LALU APA?” (Semua terkejut, tidak seorang pun yang bergerak atau berbicara)

Ir. Soekarno : ”Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tetap. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalan tanggal 17.”

Sukarni : “Mengapa jusru diambil tanggal 17 , mengapa tidak sekarang saja?”

Ir. Soekarno : “Saya orang yang percaya pada mistik.Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan . Akan tetapi saya merasakan bahwa itu adalah saat yang tepat. Anngka 17 adalah angka yang suci. Tanggal 17 besok itu hari jum’at, hari jum’at itu hari yang suci. Al-Qur’an diturunkan tanggal 17, orang islam 17 rakaat, oleh karena itu, kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia.”

Sementara itu, di Jakarta, antara Mr. Ahmad Soebardjo dengan Wikana membicarakan kemerdekaan yang harus dilaksanakan di Jakarta.

Mr. Ahmad S. : “Bagaimana kalau kita merumuskan teks proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia ini di rumah Laksamana Maeda! karena ia sudah bersedia untuk menjamin keselamatan kita selama kita ada di rumahnya.”

Wikana : “Baiklah, lebih baik kita segera menjemput Soekarno-Hatta.”

Di malam hari itu juga, mereka menjemput Soekarno-Hatta yang berada di Rengasdengklok. Rombongan penjemput tiba di Rengasdengklok sekitar pukul 17.00.

Page 4: Bagian Perdebatan Kaum Muda Dan Tua

Ahmad S. : “Selamat malam, saudara-saudara. Kami datang untuk menjemput Ir.Soekarno dan Moh. Hatta ke Jakarta, dan mengenai Proklamas, saya akan memberi jaminan, bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00.”

Wikana : “Kalau begitu kami akan melepas Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.”

Rombongan Soekarno-Hatta tiba di Jakarta pada pukul 23.00 langsung menuju ke kediaman Laksamana Tadashi Maeda di jalan Imam Bonjol No.1untuk merumuskan Proklamasi Kemerdekaan.

Ahmad S. : “Selamat malam Laksamana Maeda”

Laksamana M. : “Selamat malam! Silahkan masuk. Kalau begitu silahkan kalian rumuskan Proklamasi kemerdekaan negara ini. Bila kalian ingin menemui saya, saya ada di kamar saya.”

Lalu Laksamana Maeda masuk ke dalam kamarnya, sementara yang lainnya merumuskan Proklamasi Kemerdekaan.

Ir. Soekarno : “Kalau begitu, saya, Ir Soekarno, dan Ahmad Soebarjo akan merumuskan teks proklamasi.”

Sayuti Melik : “Pak, saya bertugas sebagai apa?”

Moh Hatta : “Anda dapat mengetik tulisan seperti yang kami buat!”

Sayuti Melik : “Baiklah, pak! Ayo kita mulai bekerja.” Mereka pun mulai merumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan.

Setelah selesai merumuskan Proklamasi Kemerdekaan

Ahmad S : “Akhirnya teks proklamasi ini selesai. Dan tinggal diketik oleh Sayuti Melik.

Sayuti Melik : “Baiklah, pak! Bagian mana yang harus saya ketik?

Ketika Sayuti Melik mengetik dia menemukan kejanggalan pada rancangan teks Proklamasi.

Sayuti Melik : “Maaf pak, bagaimana jika kata tempoh kita ganti menjadi tempo, dan kata wakil – wakil bangsa Indonesia diganti menjadi atas bangsa Indonesia karena wakil – wakil bangsa Indonesia adalah PPKI, sedangkan PPKI adalah buatan Jepang dan Djakarta 17-8-05 menjadi Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen 05.

Moh Hatta : “Baiklah kalau begitu diganti saja, jika menurutmu itu salah”

Tidak lama kemudian, teks Proklamasi pun telah selesai di ketik oleh Sayuti Melik.

Sayuti Melik : “Teks Proklamasinya sudah selesai saya ketik.”

Page 5: Bagian Perdebatan Kaum Muda Dan Tua

Moh. Hatta : “ Kalau begitu akan kami tanda tangani. Sekarang kita tinggal memikirkan bagaimana Proklamasi itu harus diumumkan kepada rakyat di seluruh Indonesia, dan ke seluruh pelosok dunia. Di mana dan bagaimana hal ini harus diselanggarakan?”

Sukarni : “Kalau begitu saya akan memberi tahukan rakyat Jakarta dan sekitarnya untuk datang berbondong-bondong ke lapangan IKADA pada siang nanti.

Ir. Soekarno : “Tidak! Lebih baik di lakukan di tempat kediaman saya di jalan Pegangsaan Timur. Pekarangan di depan rumah cukup luas untuk ratusan orang. Untuk apa kita memancing-mancing insiden? Lapangan IKADA adalah lapangan umum. Suatu rapat umum, tanpa diatur sebelumnya dengan penguasa-penguasa militer, mungkin akan menimbulkan salah paham. Lalu, Ahmad Soebardjo mendatangi Laksamana Maeda di kamarnya.

Ahmad S. : “Terima kasih telah memberikan tempat untuk merumuskan teks Proklamasi.

Laksamana M. : “Sama-sama. Beri tahu saya bila butuh bantuan saya. Mari saya antar sampai ke teras rumah.

Ahmad S. : “ Silahkan pak!

Pukul 05.00 pagi, para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda. Pada pukul 10.00 pagi, Bung Hatta sempat berpesan kepada para pemuda yang bekerja pada pers dan kantor-kantor berita, untuk memperbanyak naskah proklamasi dan menyebarkan ke seluruh dunia. Tidak lama kemudian Soekarno membaca pidato sebelum Membaca teks Proklamasi.

Setelah menyelesaikan pekerjaan mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 sekitar pukul 04.30 WIB, tokoh – tokoh dari golongan tua maupun muda sibuk mempersiapkan hal –hal yang menyangkut dengan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Mereka juga memberitahukan pada rakyat bahwa saat proklamasi telah tiba, agar masyarakat ikut menyaksikan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jl. Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta.

Esok harinya, sejak pagi masyarakat sudah berkumpul di Lapangan Ikada, mereka datang ke Lapangan Ikada karena informasi yang mereka terima dari mulut ke mulut. Mereka mengira proklamasi akan dilaksanakan di Lapangan Ikada. Pihak Jepang juga telah mencium isu akan adanya kegiatan di Lapangan Ikada. Karenanya, sejak pagi hari Lapangan Ikada dijaga ketat pasukan Jepang dengan senjata lengkap. Melihat hal itu, Sudiro selaku pimpinan Barisan Pelopor melapor pada Kepala Keamanan Soekarno, dr. Muwardi.

Sudiro : “Mas Muwardi, saya ingin menyampaikan suatu hal yang sangat penting pada anda, perihal situasi di Lapangan Ikada.”

dr. Muwardi : “Memangnya situasi apa yang sedang terjadi di Lapangan Ikada Sudiro?”

Sudiro : “Saya tadi melihat pasukan Jepang dengan persenjataan lengkap di Lapangan Ikada. Bukankan pelaksanan proklamasi akan diadakan disana?”

Page 6: Bagian Perdebatan Kaum Muda Dan Tua

dr. Muwardi : “Tenang saja Sudiro. Pelaksanaan proklamasi tidak dilakukan di Lapangan Ikada, melainkan di kediaman Bung Karno. Sebaiknya sekarang kamu beritahukan hal ini pada masyarakat lainnya yang sudah berkumpul di Lapangan Ikada.”

Sudiro : “Baiklah, terima kasih atas penjelasannya Mas Muwardi. Saya permisi dulu.”

dr. Muwardi : “Ya, silakan.” Di kediaman Ir. Soekarno, sejumlah pemuda telah memadati halaman rumah. Untuk

menjaga keamanan dan ketertiban jalannya upacara proklamasi, dr. Muwardi meminta Syodanco Latief Hendraningrat untuk berjaga – jaga di sekitar rumah Soekarno.

dr. Muwardi : “Latief, tolong anda jaga tempat ini sebaik – baiknya agar pelaksanaan upacara proklamasi berlangsung tertib dan aman.”

Syodanco Latief Hendraningrat: “Baiklah Mas Muwardi. Saya akan berusaha melaksanakan amanat dari anda ini dengan sebaik – baiknya.”

dr. Muwardi : “Baik, saya percayakan hal ini pada anda. Permisi.” Syodanco Latief Hendraningrat: “Arifin, untuk menjaga jika terjadi kekacauan yang

dibuat Jepang, anda selaku pimpinan pasukan harus selalu siap siaga di dekat pesawat telepon di rumah Soekarno, sewaktu – waktu pasukan ini bisa dihubungi lewat pesawat telepon.”

Syodanco Arifin Abdurrahman: “Baik Latief. Saya akan melaksanakan tugas ini.” Sementara itu, persiapan peralatan yang diperlukan dalam pembacaan teks

proklamasi dilakukan oleh Mr. Wilopo setelah mendapat perintah dari Wakil Walikota Jakarta Suwiryo.

Suwiryo : “Mr. Wilopo, saya ingin memberikan suatu tugas yang sangat penting pada anda.”

Mr. Wilopo : “Tugas apa yang ingin anda berikan pada saya Mas Suwiryo?” Suwiryo : “Saya ingin agar anda mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan

dalam pembacaan teks proklamasi.” Mr. Wilopo : “Baik. Akan saya laksanakan tugas ini.” Setelah itu Mr. Wilopo pergi ke tempat pemilik Toko Radio Satria di Salemba Tengah

24, Gunawan. Mr. Wilopo : “Gunawan saya kemari hendak meminjam mikrofon dan pengarah

suara milikmu, untuk pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. Itupun kalau anda tidak keberatan.”

Gunawan : “Oh, tentu saja saya tidak keberatan, kalau untuk pembacaan teks proklamasi, kenapa tidak? Silakan anda bawa mikrofon beserta pengarah suara milikku ini. Saya juga akan mengirim salah seorang teknisi untuk membantu.”

Mr. Wilopo : “Terima kasih banyak Gunawan. Anda sangat membantu. Kalau begitu saya permisi dulu.”

Gunawan : “Ya, silakan.” Sementara itu Sudiro meminta Suhud (salah seorang tokoh pemuda) untuk menyiapkan satu tiang bendera.

Sudiro : “Suhud, tolong kau siapkan satu tiang bendera untuk upacara proklamasi kemerdekaan.”

Suhud : “Baik Mas Sudiro, saya akan segera menyiapkan tiang bendera yang anda minta.” (Maka, Suhud segera mengambil sebatang bambu, ia membersihkan dan melubangi

Page 7: Bagian Perdebatan Kaum Muda Dan Tua

bambu itu. Ia tidak ingat kalau di depan rumah ada 2 tiang bendera dari besi yang tidak digunakan)

Menjelang pukul 10.00 WIB hampir semua tokoh – tokoh pejuang telah hadir di Pegangsaan Timur. Para pemuda yang telah menunggu sejak pagi hari sudh tidak sabar lagi. Mereka mendesak dr. Muwardi untuk mengingatkan Soekarno bahwa hari sudah siang.

dr. Muwardi : “Pak Soekarno, hari sudah semakin siang. Kenapa pembacaan proklamasi tidak segera dilakukan? Bukankah lebih cepat lebih baik? Lagipula orang – orang sudah menunggu sejak tadi pagi untuk menyaksikan pembacaan proklamasi.”

Ir. Soekarno : “Karena Hatta belum datang. Pembacaan proklamasi akan dibacakan kalau Hatta sudah datang. Saya tidak bisa membacakan proklamasi, kalau Hatta tidak datang mendampingi saya.”

dr. Muwardi : “Tapi Pak, orang – orang sudah tidak sabar lagi untuk menyaksikan pembacaan proklamasi.”

Ir. Soekarno : “Saya tidak akan membacakan proklamasi kalau Hatta tidak ada. Kalau Mas Muwardi tidak mau menunggu, silakan membaca proklamasi itu sendiri!”

dr. Muwardi : “Tapi… (Serentak dari luar ruangan): “Bung Hatta datang!” Saat terjadi perdebatan sengit, Drs. Moh. Hatta datang dengan berpakaian putih –

putih. Hatta datang lima menit sebelum acara dimulai. Bung Hatta langsung menemui Soekarno di kamarnya.

Ir. Soekarno : “Hatta! Akhirnya kau datang juga!” Drs. Moh Hatta: “Soekarno, maaf saya telah membuat kalian semua menunggu.” Ir. Soekarno : “Tidak apa – apa. Kau datang lima menit sebelum acara dimulai.” Drs. Moh. Hatta: “Kalau begitu, mari kita mulai pembacaan proklamasinya.” Ir. Soekarno : “Mari.” Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat

memberi aba – aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna. Suasana menjadi sangat hening. Soekarno dan Hatta diperilakan maju beberapa langkah dari tempatnya semula. Soekarno mendekati mikrofon. Dengan suaranya yang mantap, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan sebelum membacakan teks proklamasi.

Saudara – saudara sekalian! Saya telah minta Saudara hadir di sini untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh – puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus – ratus tahun. Gelombang aksi kita untuk mencapai kemedekaan itu ada naiknya ada turunnya, tetapi kita tetap menuju ke arah cita – cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri pada mereka. Tetapi pada hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musywarat dengan pemuka – pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia, permusyawaratan itu seia – sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara – saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad. Dengarlah proklamasi kami. PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal – hal yang

Page 8: Bagian Perdebatan Kaum Muda Dan Tua

mengenai pemindahan kekuasaan dan lain – lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat – singkatnya. Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 05 Atas nama bangsa Indonesia Soekarno – Hatta Demikianlah Saudara – saudara! Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun negara kita! Negara merdeka, negara Republik Indonesia merdeka, kekal dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu. ………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………… Acara dilanjutkan dengan pengibarn sang saka Merah – Putih. Soekarno – Hatta maju beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir dari serambi muka. Jarak antara kedua tokoh itu dengan tiang bendera sekitar dua meter. Suhud segera mengambil bedera Merah – Putih di atas baki yang sudah disediakan. Ia mengikat bendera tersebut ke tali tiang bendera dengan bantuan Syodanco Latief Hendraningrat. Secara perlahan – lahan mereka menaikkan bendera Merah – Putih. Secara spontan hadirin mengiringi penaikan bendera dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman. Hadirin kemudian mendengarkan pidato dari Wakil Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi. Usai upacara, mereka meninggalkan tempat bersejarah itu. Dengan demikian, selesailah upacara singkat yang berlangsung selama sekitarsatu jam