37
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak.Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3-6 x pertahun.Ini bearti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk, pilek sebanyak 3-6 x setahun.Sebagai kelompok penyakit, ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien disarana kesehatan.Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat dipuskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat dibagian rawat jalan dan rawat inab rumah sakit disebabkan oleh ISPA (DepKes.RI, 2002). Kemudian dari penyakit ISPA yang dapat ditimbulkan cukup tinggi (20%-30%) dan perlu dicatat bahwa penyakit ISPA merupakan masalah kesehatan tidak boleh diabaikan karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang tinggi dengan rasio 1 antara 4 bayi.Jadi kita dapat memperkirakan episode ISPA dapat terjadi 3-6 kasus kematian setiap tahun. Angka tersebut dibuktikan pada kunjungan pasien kepuskesmas yang cukup tinggi untuk

Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

Embed Size (px)

DESCRIPTION

t

Citation preview

Page 1: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak.Episode penyakit batuk

pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3-6 x pertahun.Ini

bearti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk, pilek sebanyak

3-6 x setahun.Sebagai kelompok penyakit, ISPA juga merupakan salah

satu penyebab utama kunjungan pasien disarana kesehatan.Sebanyak

40%-60% kunjungan berobat dipuskesmas dan 15%-30% kunjungan

berobat dibagian rawat jalan dan rawat inab rumah sakit disebabkan oleh

ISPA (DepKes.RI, 2002).

Kemudian dari penyakit ISPA yang dapat ditimbulkan cukup tinggi

(20%-30%) dan perlu dicatat bahwa penyakit ISPA merupakan masalah

kesehatan tidak boleh diabaikan karena menyebabkan kematian bayi dan

balita yang tinggi dengan rasio 1 antara 4 bayi.Jadi kita dapat

memperkirakan episode ISPA dapat terjadi 3-6 kasus kematian setiap

tahun. Angka tersebut dibuktikan pada kunjungan pasien kepuskesmas

yang cukup tinggi untuk penyakit ISPA yaitu rata-rata lebih dari 25%

terutama pada usia balita. Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara

pernafasan yang mengandung kuman yang dihirup orang sehat lewat

saluran pernafasan. ISPA yang tidak ditangani secara lanjut apabila

dianggab sepele dapat berkembang menjadi pneumonia (khususnya

menyerang anak kecil dan balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan

ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak bersih) (Yusri, 2011).

Page 2: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

2

B. Perumusan Masalah

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk menjelaskan

konsep dasar dari penyakit Ispa yang terjadi pada anak yaitu mulai

dari definisi Ispa, etiologi, bagaimana patofisiologinya, manifestasi

klinis, komplikasi, sehingga masyarakat kelurahan Layana dapat

memahami penyakit Ispa.

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Untuk mengetahui dan memberikan gambaran yang nyata tentang

penyakit Ispa pada anak serta penanganan dan pencegahannya.

2. Manfaat

1) Membantu ibu untuk memahami penyakit Ispa pada anak.

2) Sebagai bahan informasi untuk puskesmas pembantu kelurahan

Layana Indah tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit Ispa.

Page 3: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran

pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru

yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di

atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas

dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau

lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk

jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura

(Nelson, 2003).

Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut

akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur

yang berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari

14 hari.

2. ETIOLOGI

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri

penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,

Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium.

Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,

Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-

lain (Suhandayani, 2007).

Page 4: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

4

3. KLASIFIKASI

Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2

bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):

a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan

1) Pneumonia Berat

Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian

bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur

kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih.

2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)

Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah

atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2

bulan, yaitu:

a)Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai

kurang dari ½ volume yang biasa diminum)

b) Kejang

c)Kesadaran menurun

d) Stridor

e)Wheezing

f)Demam / dingin.

b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun

1) Pneumonia Berat

Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada

bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada

Page 5: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

5

saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis

atau meronta).

2) Pneumonia Sedang

Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:

a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih

b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.

3) Bukan Pneumonia

Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak

ada napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5

tahun yaitu :

a) Tidak bisa minum

b) Kejang

c) Kesadaran menurun

d) Stridor

e) Gizi buruk

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :

a. ISPA ringan

Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala

batuk, pilek dan sesak.

b. ISPA sedang

Page 6: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

6

ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih

dari

390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.

c. ISPA berat

Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,

nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan

gelisah.

4. PENYEBAB ISPA

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran

nafas. Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran

bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap

bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan masyarakat,

karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan

aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas

maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah

mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh

batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar

kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon,

Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi

kesehatan (Depkes RI, 2002).

5. FAKTOR RESIKO

Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :

a. Faktor Demografi

Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :

Page 7: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

7

1) Jenis kelamin

Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan,

lakilakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena

mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering

berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara.

2) Usia

Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak

terserang penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena

banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil

menggendong anaknya.

3) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat

berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen

kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang

kurang di masyarakat akan gejala dan upaya

penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang

datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan

berat karena kurang mengerti bagaimana cara serta

pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA.

b. Faktor Biologis

Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):

1) Status gizi

Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga

mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit

ISPA. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5

sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga

yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan tubuh

Page 8: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

8

yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat,

sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk

kedalam tubuh.

2) Faktor rumah

Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):

a) Bahan bangunan

a) Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang

penting disini adalah tdak berdebu pada musim

kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk

memperoleh lantai tanah yang padat (tidak

berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air

kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat,

dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan

berdebu merupakan sarang penyakit gangguan

pernapasan.

b) Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping

mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk

daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak

cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di

pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab

meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang

pada dinding atau papan tersebut

dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah

penerangan alamiah.

c) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum

dipakai baik di daerah perkotaan maupun

pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk

daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh

Page 9: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

9

masyarakat dan bahkan masyarakat dapat

membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak

masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu,

maka

atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat

dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok

untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga

menimbulkan suhu panas didalam rumah.

d) Lain-lain (tiang, kaso dan reng)

Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng

adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman

bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan

bahwa lubanglubang bambu merupakan sarang

tikus yang baik. Untuk menghindari ini cara

memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu

tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu

yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan

kayu.

b) Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi

pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di

dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti

keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni

rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan

menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti

kadar CO2 (karbondioksida) yang bersifat racun bagi

penghuninya menjadi meningkat. Tidak cukupnya

ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam

Page 10: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

10

ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari

kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan

media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-

bakteri penyebab penyakit)

c) Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,

tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya

yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya

matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan

media atau tempat yang baik untuk hidup dan

berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu

banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan

silau, dam akhirnya dapat merusakan

mata.

c. Faktor Polusi

Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu

(Lamsidi, 2003) :

1) Cerobong asap

Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-

pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal).

Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas

terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat

horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang

melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak air akan

mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah

dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh

media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa

menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut

Page 11: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

11

dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara,

apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari

polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan

oleh bahan bakar untuk memasak, bahan bakar untuk

memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah

bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang.

2) Kebiasaan merokok

Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar

4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida,

nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein,

acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-

ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di

bahan kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA.

d. Faktor timbulnya penyakit

Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom

dikutip dari Effendy (2004) menyebutkan bahwa lingkungan

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya lingkungan

kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung

pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat

kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya membuat

ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi polusi asap

maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada orang

yang terkena penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu

keluarga yang terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa

juga disebabkan karena keturunan, dan dengan pelayanan

seharihari yang baik maka penyakit ISPA akan berkurang dan

Page 12: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

12

kesehatannya sedikit demi sedikit akan membaik, dan pengaruh

mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

6. TANDA DAN GEJALA

ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap

bagian saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi

infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongestif vaskuler,

bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur fungsi siliare

(Muttaqin, 2008).

Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam,

pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus

(muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret,

stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi

suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan

dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat

pertolongan dan mengakibatkan kematian. (Nelson, 2003).

Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :

a. Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika

ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Batuk

2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan

suara

(misal pada waktu berbicara atau menangis).

3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.

Page 13: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

13

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika

dahi anak diraba.

b. Gejala dari ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai

gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala

sebagai berikut:

1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur

kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak

yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan

ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit.

Untuk menghitung dapat digunakan arloji.

2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).

3) Tenggorokan berwarna merah.

4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak

campak.

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

c. Gejala dari ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-

gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-

gejala sebagai berikut:

1) Bibir atau kulit membiru.

Page 14: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

14

2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu

bernafas.

3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak

gelisah.

5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.

6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

7) Tenggorokan berwarna merah.

7. PENATALAKSANAAN

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus

yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan

program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya

penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan

penyakit ISPA).

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk

standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi

penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta

mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi

penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian

makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang

penting bagi pederita ISPA . Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau

tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002) :

Page 15: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

15

a. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak

dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat

dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan

anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi

napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya.

Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila

baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat

gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak

harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan

steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.

b. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA

sebagai berikut :

1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan

dinding dada kedalam (chest indrawing).

2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek,

bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam,

tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis

tergolong bukan pneumonia.

c. Pengobatan

1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik

parenteral, oksigendan sebagainya.

2) Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila

penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata

Page 16: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

16

dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita

menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu

ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

3) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan

perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk

tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat

yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan,

antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu

parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada

pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah

(eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher,

dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman

streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama

10 hari.

Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya

harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan

selanjutnya.

d. Perawatan di rumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi

anaknya yang menderita ISPA.

1) Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi

dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi

dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.

Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.

Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,

kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,

dengan menggunakan kain bersih, celupkan

Page 17: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

17

pada air (tidak perlu air es).

2) Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan

tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan

kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

3) Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi

berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika

muntah.

Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

4) Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan

sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu

mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah

parah sakit yang

diderita.

5) Lain-lain

a) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang

terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan

demam.

b) Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk

mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi

yang lebih parah.

c) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu

yang berventilasi cukup dan tidak berasap.

Page 18: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

18

d) Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak

memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter

atau petugas

kesehatan.

e) Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain

tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh

tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.

Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,

usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke

petugas kesehatan untuk pemeriksaan

ulang.

8. PENCEGAHAN

Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:

a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik

Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan

mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara

lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan

empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga

dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan

menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang

sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat,

sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan

masuk ke tubuh kita.

b. Imunisasi

Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-

anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk

Page 19: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

19

menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang

berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang

baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada

di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang

menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena

penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi

sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi

manusia.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh

virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah

terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke

dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di

udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang

melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei

(sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari

tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet

(campuran antara bibit penyakit).

Page 20: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

20

BAB III

PEMBAHASAN

1. Sejarah Singkat Kelurahan Layana Indah

Sebelum dimekarkan kelurahan layana indah masuk wilayah kelurahan

Tondo dan terdiri dari beberapa dusun, yaitu dusun wintu, pada njese,

layana tua, dan dusun dupa. pada tahun 1987 layana tua dijadikan daerah

pemukiman transmigrasi, atau disebut lingkungan industri kecil (LIK),

sehubungan dengan gagasan pemerintah kota palu untuk membangun

menjadi kelurahan yang mandiri dengan tekat semangat dan kerja keras

untuk mengupayakan ekselarasi atau wujud nyata pembangunan yang

dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat kota palu. pergeseran

paradigma pembangunan yang didorong oleh pemikiran untuk mengejar

ketertinggalan sehingga pemerintah kota palu melakukan kajian untuk

memberdayakan masyarakatnya serta melihat perkembangan

penduduknya yang tumbuh begitu pesat, sehingga atas inisiatif pemeritah

kota palu dan seluruh tokoh masyarakat Desa tondo dan layana pada saat

itu, akhirnya kelurahan layana dimekarkan pada tahun 1998 untuk menjadi

kelurahan binaan dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :18

1) Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan tondo

2) Sebelah barat berbatasan dengan Laut ( Teluk Palu )

3) Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan mamboro

4) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Mautong

2. Gambaran Umum Kelurahan Layana Indah

Kelurahan Layana Indah berada diketianggian 50 M dari permukaan

laut yang merupakan salah satu kelurahan paling ujung dibagian timur di

Page 21: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

21

wilayah kecamatan Mantikulore, jarak tempuh 4 km dari pusat Kota palu

dengan luas wilayah 1779 Ha dengan jumlah penduduk 2778 jiwa tahun

2012 serta jumlah kepala keluarga 776 KK, sebagian besar wilayahnya

adalah pegunungan dan berbukit – bukit sedangkan dataran rendah

sekitar 20 % , dan dijadikan daerah pemukiman penduduk dan daerah

peternakan.18

Luas wilayah Kelurahan Layana Indah 1779 Ha terdiri dari 6 RW dan

19 RT dengan jumlah Penduduk 3900 jiwa dan 1038 KK, sebagian besar

wilayahnya hampir 70 % adalah pegunungan, 20 % Bukit, dan 10 %

pantai,dan secara Geografis kelurahan Layana Indah berada di ketinggian

50 meter dari permukaan laut dengan curah hujan 5000 mm/tahun mata

pencaharian utama warganya adalah Petani, sebagian Industri rumah

tangga, Nelayan, Pekerja Karyawan Swasta, PNS, Pedagang dan Jasa.18

3. Lokasi Kelurahan Layana Indah

Kelurahan Layana Indah berada diketianggian 50 M dari permukaan

laut yang merupakan salah satu kelurahan paling ujung dibagian timur di

wilayah kecamatan Mantikulore, jarak tempuh 4 km dari pusat Kota palu

dengan luas wilayah 1779 Ha dengan jumlah penduduk 2778 jiwa tahun

2012 serta jumlah kepala keluarga 776 KK, sebagian besar wilayahnya

adalah pegunungan dan berbukit – bukit sedangkan dataran rendah

sekitar 20 % , dan dijadikan daerah pemukiman penduduk dan daerah

peternakan.

BAB IV

Page 22: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

22

METODE PENELITIAN

1. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini

terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan

data yang digunakan untuk penulisan karya tulis ilmiah ini adalah

studi literature (desk-study) dan review laporan-laporan yang ad.

Literarur, dokumen dan laporan-laporan sejenis yang terkait

dengan topic yang akan dikaji baik yang menyajikan fakta-fakta dan

data-data yang maka berhubungan dengan judul yang akan di

bahas dalam karya tulis ilmiah ini. Yakni “Penyakit Ispa Pada Masyarakat kelurahan Layana Indah, Kecamatan Mantikulore”

2. Rancangan Analisis Data Data kuantitatif dan data kualitatif yang berhasil dikumpulkan

akan dianalisis secara deskriptif. Dasar pemikirannya berdasarkan

pada berbagai bahan pustaka yang kami peroleh, maka tidak ada

data yang dianalisis secara statistik.

BAB V

Page 23: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

23

HASIL

Berdasarkan analisis dan observasi yang telah dilakukan selama

hampir 2 bulan di Kelurahan Layana Indah bahwa ISPA (infeksi saluran

pernafasan akut) merupakan penyakit pertama. Dimana penyakit ini sudah

menduduki peringkat pertama semenjak tahun 2012.

Tidak dapat dipastikan secara pasti penyebab Ispa yang terjadi.

Kemungkinan asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya

digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak

menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu

rumah tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan

bahan bakar kayu.

BAB VI

Page 24: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

24

KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana

saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami

inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan

akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan

pernafasan. Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan

pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing.

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan

Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute

Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang

salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari

hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk

jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan

pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada

anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah.

Kejadian psenyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan

3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata

mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.

Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan

dan akut

2. Saran Kepada masyarakat kelurahan Layana Indah atau pembaca

disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari Karya Tulis Ilmiah

Page 25: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

25

ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit Ispa, maka

dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak

berlanjut kearah yang lebih buruk. Dan disarankan kepada orang

tua agar menjaga/menghindarkan anak anak dari penyebab

penyebab timbulnya penyakit ISPA.

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

26

1. Assegaf. F, Petrus. R, Marni. (2010). Studi Perilaku Pencarian

Pengobatan Oleh Ibu Dalam Menangani Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA)

2. Brunnner & Suddarth. (2002). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah.

(ed. 8). Jakarta: EGC.

3. Cohen, et all. (2012). Effect of Honey on Nocturnal Cough and Sleep

Quality: A Double-blind,Ramdomized,Pacebo-Controlled Study.

Http://pediatrics.aappublications.org. Diunduh 17 April 2013Corwin,

4. Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

5. Depkes RI. (2008). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS). Jakarta: Usaid

6. Depkes RI. 2010. Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana.

Jakarta: Departemen Kesehatan R.I.

7. Kementrian Kesehatan RI. (2012). Profil Data Kesehatan Indonesia.

Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

8. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit edisi 2. Jakarta: EGC.

9. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

10. Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman skripsi, tesis, dan Instrumen

Penelitian Keperawtan. Jakarta: Salemba Medika.

11. Rahmawati, dwi & hartono. (2012). Gangguan Pernafasan pada Anak:

ISPA. Yogyakarta: Nuha Medika.

12. Rasmaliah. (2004). InfeksiSaluran Pernafasan Akut

(ISPA) Dan Penanggulangannya. Http://Usudigital library.com.

Diunduh 11 April 2013

13. Sayono. (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang

Penatalaksanaan ISPA Terhadap Pengetahuan Keterampilan Ibu

Merawat Balita ISPA Di Rumah 2011.

Page 27: Bagian Utama Laporan Mandiri ( Pengukuran Tekanan Darah )

27

14. Patellongi Ilhamjaya. 2010. Bahan Kuliah Fisiologi Sistem Urinarius.

Fisiologi Ren. Makassar: Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin Makassar

15. RISKESDAS. 2008. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia

16. Profil Kelurahan 2013. Kelurahan Layana Indah. Palu